Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FIQIH

“KITAB THAHARAH”

Disusun oleh :

Kelompok 3

Rahmat Nor (18070315)


Nor Ain (18070321)
Muhammad Seman (18070325)

Semester IV Reg Banjarmasin

Dosen Pengajar :
Dra.Hj.Ajeng Kartini, M,PDI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt,karena atas limpahan rahmatnya,

sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan, Makalah ini berjudul “KITAB

THAHARAH”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk

memperdalam pemahaman dari materi ini..

Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepas pula dengan tugas mata kuliah Fiqih.

Namun kami cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

1. TAYAMUM.........................................................................................................................5

2. DARAH-DARAH YANG KELUAR DARI RAHIMPEREMPUAN.................................7

3. PEKERJAAN YANG TERLARANG KARENA HADAST...............................................9

BAB III..........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11

A. Kesimpulan.....................................................................................................................11

B. Kritik dan Saran..............................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas

persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi,

bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Sehingga ilmu fiqih merupakan

ilmu yang sangat penting untuk menjalankan syariat islam di zaman sekarang ini karena masih

banyak orang yang tidak paham tentang ilmu fiqih ini.

B. Rumusan Masalah

1. Tayamum
2. Darah-darah yang keluar dari Rahim perempuan
3. Pekerjaan yang terlarang karena hadast

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan
rumusan masalah di atas yang terdiri dari beberapa sub bab ,antara lain :

1. Tayamum
2. Darah-darah yang keluar dari Rahim perempuan
3. Pekerjaan yang terlarang karena hadast

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. TAYAMUM

Tayamum adalah menyapukan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi,sebagai rukhsah
(keinginan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (uzur) :
a. Uzur karena sakit , kalua ia memakai air bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya, menurut keterangan dokter atau dukun yang telah berpengalaman
tenteng penyakit serupa itu
b. Karena dalam perjalanan
c. Karena tidak ada air

Sesuai dengan firman Allah SWT :

“Dan apabila kamu dalam sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang

air,atau bersentuh dengan perempuan,jika kamu tidak mendapat air,maka hendaklah

kamu tayamum dengan tanah yang suci,khaiflat-nya,sapulah muka mu dan kedua tangan

mu dengan tanah tersebut’(Al-Maidah: 6).

A. Syarat Tayamum
1. Sudah masuk waktu sembahyang. Tayamum disyariatkan untuk orang yang
terpaksa,sebelum masuk waktu ia belum terpaksa sebab sembahyang belum wajib
atasnya ketika itu.
2. Sudah di usahakan mencari air tetapi tidak dapat,waktu sudah masuk, alasan ayat
di atas ,kita disuruh tayamum apabila air tidak ada sesudah dicari,kita baru yakin
air tidak ada,terkecuali orang yang boleh tayamum karena sakit yang tidak
membolehkan nya memakai air , atau ia yakin tidak ada air disekitar tempat
itu,maka mencari air tidak menjadi syarat padanya.
3. Dengan tanah suci dan berdebu,Menurut pendapat Imam Syafi’i, tidak sah
tayamum melainkan dengan tanah.Menurut pendapat Imam yang lain boleh (sah)
tayamum dengan tanah,pasir atau batu. Adapun dalil pendapat yang kedua ini:
Sabda Rasulullah SAW, “Telah dijadikan bagiku bumi baik dan menyucikan dan
tempat sujud”.(sepakat Ahli Hadist). Perkataan bumi termasuk juga tanah,pasir
dan batu.
5
4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum hendaklah ia bersih
dari najis,menurut pendapat sebagian ulama.

B. Rukun Tayamum
1. Niat
Hendaknya seseorang yang akan melakukan tayamum berniat karena hendak
mengerjakan sembahyang dan sebagainya,bukan semata-mata utuk menghilangkan
hadast saja,karena sifat tayamum tidak dapat menghilangkan hadast hanya dibolehkan
untuk sembahyang karena darurat.
2. Menyapu muka dengan tanah.
3. Menyapu kedua tangan sampai ke siku dengan tanah.
4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari pada tangan. Alasan
sebagaimana keterangan menertibkan rukun wudhu’ yang telah lalu.
C. Beberapa Masalah Yang Bersangkutan Dengan Tayamum.
1. Orang yang bertayamum Karena tidak ada air,tidak wajibmengulangi sembahyang
nya apabila mendapat air.
2. Satu kali tayamum boleh di pakai untuk beberapa kali sembahyang,baik
semnahyang fardhu atau sembahyang sunat, kekuatannya sama dengan wudhu’
karena tayamum itu sebagai ganti wudhu’ bagi orang yang tidak dapat memakai
air,jadi hokum nya sama dengan wudhu.
3. Boleh tayamum sebab luka atau karena hari sangat dingin,karena luka itu dalam
arti sakit. Demikian juga memakai air ketika hari sangat dingin mungkin
menyebabkan menjadi sakit.
D. Sunat Tayamum
1. Membaca Bismillah. Dalil hadist sunat wudhu’ karena tayamum ganti wudhu.
2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan agar tanah yang di atas tangan itu
menjadi tipis.
Sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya cukuplah bagimu apabila kau pukulkan kedua tapak tangan mu ke
tanah,kemudian engkau embus kedua tangan mu itu,kemudian engkau sapukan
kedua tangan mu itu kemuka dan tapak tangan mu.(riwayat Daruquthni).
Wafakhaifa di akhir hadist menjadi alasan bagi orang yang berpendapat bahwa
yang wajib disapu dari tangan ketika tayamum hanya dua tapak tangan saja ,tidak
usah sampai ke siku.
3. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayaum sebagaimana sesudah
selesai berwudhu.
E. Hal-Hal Yang Membatalkan Tayamum.
1. Tiap-tiap hal yang membatalkan Wudhu sama dengan membatalkan Tayamum
2. Ada Air. Dengan aanya air sebelum mulai sembahyang,natal lah tayamum bagi orang
yang tayamum karena ketiadaan air.

6
2. DARAH-DARAH YANG KELUAR DARI RAHIMPEREMPUAN

Oleh karena beberapa hukum yang penting bersangkut-paut dengan beberapa macam
darah yang keluar dari Rahim perempuan, maka perlu diterangkan disini satu persatu agar dapat
diketahui perbedaanya, dengan perbedaan itu, dapatlah disesuaikan hokum yang bersangkutan
dengan keadaan masing-masing.
1) Darah haid (kotoran)
Darah haid adalah darah yang keluar dari Rahim perempuan yang sampai umur balig,
dengan tidak ada sebab, tetapi memang sdh menjadi tabiat perempuan.sekecil-kecil
perempuan yang telah sampai umur mulai haid umur9 tahun.biasanya perempuan yang
berumur 60 keatas, haid itu berhenti dengan sendiriya. Lamanya haid paling sedikit sehari
semalam , paling lama 15 hari 15 malam .kebiasaanya enam hari enam malam atau 7 hari
tujuh malam. Sebanyak-banyaknya tidak ada batas karena sebagian perempuan hanya
satu kali selama haid selama hidupnya.keterangan menurut pemeriksaan ulama-ulama
pada masa dahulu yang dinamakan istiqra.
2) Darah nifaz
Darh nifaz adalah darah yang keluar dari Rahim perempuan sesudah ia melahirkan anak.
Maka nifaz sebaiknya sekejab, biasanya perempuan keluar darah nifaz dalam/selama 40
hari dan selama-lamanya 60 hari sesudah hari melahirkan anak.
3) Darah penyakit.

Darah penyakit adalah darah yang keluar dar Rahim perempuan dari penyakit karena
penyakit, bukan pada waktu haid atau nifaz. Perempuan yang sedang berdarah penyakit
itu wajib sembahyang dan ibadat yang lain atasnya, sebagaimana tetap hokum wajib atas
orang wajib atas orang wajib penyakit yang lain. Oleh karena itu , hendaklah ia dapat
membedakan darah penyakit dengan darah haid karena kalau darah itu darah haid ia tidak
boleh sembahyang atau berpuasa serta mengajarkan ibadat lain-lain,tapi kalu ia mendapat
darah penyakit wajiblah ia sembahyang dan mengerjakan ibadat lain lain, maka
perempuan yang berdarah penyakit hendaklah mengerjakan sebagai berikut :
a. Kalau ia dapat membedakan antara dua jenis darah itu dengan sifat-sifat darah, hendaklah
ia jalankan kewajibanya menurut keadaan sifa-sifat itu berarti kalu kelihatan sifat darah
haid hendaklah ia berhenti sembahyang sebaiknya jika kelihatan sifat-sifat darah
penyakit,hendaklah ia mengerjakan sembahyang dan ibadat lain-lain.
7
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:
“Dari Aisyah, sesunguhnya Fatimah binti Abi hubaisy telah berdarah penyakit, kata
rasulullah Muhammad saw kepada nya,’’ sesungguhnya darah haid itu, hendaklah engkau
tinggalkan sembahyang, apabila keadaan darah tidak seperti itu hendaklah engkau
berwudhu dan sembahyang ‘’(Riwayat Abu Daud dan Nassal)”.
b. Kalau darah haidnya keluar sebelum ia mengeluarkan darah penyakit ini, tetap waktunya,
umpamanya selalu pada awal bulan atau pada akhir bulan, maka hendaklah ia
mempergunakan ketentuan itu. Artinya waktu haidnya yang dahulu itu, ditetapkan pula
sekarang menjadi waktu haid yang biasa. Ia tidak boleh sembahyang selain pada waktu
yang di pandang sebagai waktu suci , selama waktu yang demikian itu ia wajib
sembahyang, puasa , dan mengerjakan ibadat yang lain-lain.
Sabda Rasulullah SAW.
“Dari aisyah, bahwa Abu Habibah binti Jahsy telah bertanya kepada rasulullah
Muhammad SAW akan di hukum darah. Beliau berkata kepada ibu habibah. ‘’diamlah
engkau selama masa haid mu yang biasa, kemudian hendaklah engkau mandi dan
berwudhu’ untuk tiap-tiap sembahyang.”. (Riwayat bukhari dan Muslim).
c. Kalau ia tidak dapat membedakan darah haid dari darah penyakit dan waktu haidnya
yang biasa tidak menurut waktu yang tertentu, atau ia lupa waktu nya maka hendaklah
dijadikanya masa haidnya sebagai kebiasaan kebanyakan perempuan dalam hal yang
semacam itu yaitu 6 atau 7 hari maka hendaklah ia meninggalkan sembahyang dan
ibadat yang lain dalam masa 6 atau 7 hari tiap-tiap bulan. Selain dari waktu yang
ditentukan itu , dirinya dipandang suci, maka iya wajib sembahyang dan melakukan
ibadat yang lain 23 atau 24 hari tiap-tiap bulan .
Sabda rasulullah SAW
“Dari Hammah binti yahsy iya pernah berkata saya pernah haid yang sangat banyak
(lama), maka saya datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk menanyakanya , beliau
berkata, ,” sesungguhnya itu tipu daya (Godaan) dari setan. Maka oleh karenanya
jadikanlah hadimu 6 atau 7 hari, sesudah itu hendaklah engkau sembahyang 24 atau 24
hari. Dan puasalah dan sembahyanglah maka sesungguhnya yang demikian sah untukmu

8
dan begitu juga hendaklah engkau lakukan tiap-tiap bulan sebagaimana haidperempuan
yang lain” (H.R Bukhari dan Muslim).

3. PEKERJAAN YANG TERLARANG KARENA HADAST

A. Hal-hal yang terlarang dengan hadast kecil


1. Mengerjakan sembahyang, baik sembahyang fardu maupun , sembahyang sunat,
begitu juga sujud tilawat, sujud syukur, dan khotbah jumat.
Sabda rasulullah SAW:
Allah tidak emnerima sembahyang salah seorang kamu apabila berhadast
sehingga ia berwudhu.’’(riwayat bukhari dan muslim)
2. Thawaf, baik thawaf fardhu atau thawaf sunat.
Sabda rasulullah SAW:
‘’thawaf itu sembahyang hanya aalah swt halalkan sewaktu thawaf bercakap-
cakap , maka barang siapa yang berkata-kata hendak lah ia tidak berkata-kata
melainkan dengan kata yang baik.’’(Riwayat Hakim)””
3. Menyentuh, membawa atau mengangkat mashaf (qur’an) keculi jika keadaan
terpaksa untuk menjaganya agar jangan terbakar atau tenggelam, maka ketika
keadaan demikian mengambil Quran menjadi wajib, untuk menjaga
kehormatanya.
Sabda rasulullah Muhammad SAW.
Dari abu bakri bin Muhammad, sesungguhnya nabi besar Muhammad SAW telah
berkirim surat kepada penduduk yaman dalam surat tersebut disebut oleh beliau
kalimat “Tidak harus menyentuh Qur’an melainkan orang yang suci” (Riwayat
Daruquthni).
B. Hal-hal yang terlarang sebab hadast junub.
1. Sembahyang ,baik sembahyang fardhu maupun sunat
2. Thawaf, baik thawaf fardhu maupun thawaf sunat.
3. Menyentuh atau membawa atau mengangkat Mashaf(Al-Qur’an)
4. Membaca Al_Qur’an. (Adapun membaca zikir-zikir yang tertera dalam Ai-Qur’an
boleh,asal tidak disengaja membaca Al-Qur’an

9
5. Berhenti dalam Masjid.
Sabda Rasulullah SAW. “Saya tidak menghalalkan masjid bagi orang yang
sedang haid dan tidak pula bagi orang yang sedang junub” (Riwayat Abu Daud).

C. Hal-hal yang terlarang sebab hadast haid dan nifas.


1. Mengerjakan Sembahyang ,baik sembahyang fardhu maupun sunat.
Sabda Rasulullah SAW.“Apabila dating haid,maka hendaklah engkau tinggalkan
sembahyang”. (H.R Bukhari)
2. Mengerjakan Thawaf, baik thawaf fardhu maupun thawaf sunat.
3. Menyentuh atau membaca Al-qur’an.
4. Diam dalam Masjid.Adapun melalui nya boleh,apabila ia tidak takut akan
mengotorkan masjid,tetapi kalau ia takut akan jatuh kotoran nya di masjid,maka
lalu kedalam masjid ketika itu haram.
5. Puasa,baik puasa fardhu maupun puasa sunat. Wajib atas perempuan yang
meninggalkan puasa karena haid atau nifas mengqhada puasa yang di tinggalkan
nya sewaktu haid atau nifas.
6. Haram atas suami mentalak istrinya yang sedang haid atau nifas.
7. Haram atas suami istri bersetubuh ketika istri dalam haid atau nifas,sampai ia suci
dari haid atau nifasnnya dan sesudai ia mandi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut Thaharah ,merupakan masalah yang

penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang menghantarkan manusia

berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ad acara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang

dilakukan oleh syariat Islam,karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudhu’

walaupun manusia masih dalam keadaan bersih,tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan

ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudhu’. Tayamum adalah mengusap muka dan

kedua tangan dengan debu yang suci pada saat tertentu,sebagai pengganti wudhu’ dan mandi

dengan syarat dan rukun tertentu. Begitu juga dia harus pula membuan kotoran pada diri dan

tempat ibadahnya dan mensucikan nya.

B. Kritik dan Saran

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,maka dari itu

kritik dan saran dari pembaca sangat kami perlukan untuk bisa membuat makalah yang lebih

baik lagi.

11

Anda mungkin juga menyukai