Anda di halaman 1dari 12

ASKEP PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS : BALITA

ISPA, DIARE, STUNTING


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi tugas Keperawatan Komunitas II

Disusun Oleh :
1. Nika Nurmalia (010117A063)
2. Puji Astuti Retnoningsih (010117A076)
3. Putri Khunaezah (010117A077)
4. Rania Taufika Rahma (010117A079)
5. Risa Nuraini (010117A085)
6. Siti Imronah (010117A101)
7. Siti Mariatul kiftiah (010117A102)
8. Wardah Hamidah (010117A113)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Menurut Kontjaraningrat (1990) Komunitas adalah, sekumpulan manusia yang
saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Betty Neuman (1989)
berpendapat bahwa, komunitas juga dipandang sebagai klien “ Client is an interacting
open system in total interface with both internal and external forces or stressors “.
Sedangkan Logan dan Dawkin (1987) menuliskan bahwa pengertian keperawatan
komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kepeawatan.
Pernyataan lain menurut Soerjono Soekanto (1982) komunitas adalah
menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam
arti geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah
interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk
diluar batas wilayahnya. Adapun menurut WHO (1974) komunitas adalah kelompok
sosial yang di tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang
sama serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama
yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan
teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Salah
satunya adalah konsep menurut (Christine Ibrahim, 1986) keperawatan
dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi konsep manusia,
kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Paradigma keperawatan ini menggambarkan
hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu
berhubungan satu dengan yang lain sehingga menimbulkan hal- hal yang perlu di
selidiki (Christine Ibrahim, !986).
Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka
yang mempunyai sumber energi (infra struktur) dan mempunyai 5 variabel yang
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu; Biologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Model teori Neuman dilandasi oleh teori sistem dimana terdiri dari individu,
keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan.
Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas
dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan
yaitu; pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Pri mer
Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau
diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini
mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit,
mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam
komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya
dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini intervensi
yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan
penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah
terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan
tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga
mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok


khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan (Nasrul Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan / keperawatan karena ketidakmampuan merawat
dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan / keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota-anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang
ada disekitarnya.
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan, dan termasuk diantaranya adalah :
 Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya seperti ; Ibu hamil, bayi baru lahir,
anak balita, anak usia sekolah, usia lanjut.
 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah : Penderita
penyakit menular seperti; TBC, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya.
Penderita yang menderita penyakit tidak menular, seperti; Diabetes melitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lainnya.

 Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya : WTS,


pengguna narkoba, pekerja tertentu, dan lainnya
 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: Panti
Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial dan
lainnya), penitipan anak balita.
4. Tingkat Komunitas Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu,
keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat
komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang
komunitas sebagai klien.

B. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING CARE)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah :
1. Sebagai Pendidik (Health Education)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status
kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan
pengumpulan data.
3. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan
puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team
kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan
kesehatan. Dengan demikianpelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu
kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang
lainnya.
4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah
perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan.

5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)


Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan
motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut
dalam berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pengorganisasian masyarakat
dalam bidang kesehatan.
6. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh
masyarakat.
7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan
dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat
kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
8. Sebagai Pengelola (Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA dibedakan menjadi dua, ISPA atas dan
bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483), Infeksi saluran pernapasan atas adalah
infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau
common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis.
Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi yang telah
didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder,
yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis,
bronkiolitis dan pneumonia aspirasi.

2. Jenis-Jenis ISPA
Penyakit Infeksi akut menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
aksesoris seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga
unsur yakni antara lain :
a. Infeksi
Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
c. Infeksi Akut
Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ditentukan
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran
pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2
golongan yaitu :
 ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk
dan pilek (common cold).
 ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi
kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas
cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.

Berdasarkan kelompok umur program-program pemberantasan ISPA (P2 ISPA)


mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut :

 Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas :


- Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan
adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
- Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : bila tidak ditemukan tanda
tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak
ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.
 Kelompok umur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan atas :
- Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
tarikan dinding dada dan bagian bawah ke dalam.
- Pneumonia : tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya
nafas cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12
bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan-bulan -
<5 tahun.
- Bukan pneumonia : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit
pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12 bulan
- <5 bulan.
Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam- macam tanda dan gejala
seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan
demam. Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut :

1) Gejala dari ISPA ringan


Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
 Batuk
 Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada
waktu berbicara atau menangis)
 Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
 Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.

2) Gejala dari ISPA sedang


Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
 Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih
untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12
bulan - < 5 tahun.
 Suhu tubuh lebih dari 39°C
 Tenggorokan berwarna merah
 Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
 Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
 Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

3) Gejala dari ISPA Berat


Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
 Bibir atau kulit membiru
 Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
 Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
 Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas
 Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
 Tenggorokan berwarna merah

3. Proses Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan


Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,
dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh
rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan
terjerat dalam membran mukosa. Gerakan silia mendorong membran mukosa
ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi
oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan makrofage di saluran pernafasan. Akibat
dari dua hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda
asing tertarik dan bakteri tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Mukono, 2008:
17).

4. Penyebab ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh banyak hal. Antara lain :
a. Menurut Nelson (2002, 1455-1457), Virus penyebab ISPA meliputi virus
parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, koronavirus, koksakavirus A dan
B, Streptokokus dan lain- lain.
b. Perilaku individu, seperti sanitasi fisik rumah, kurangnya ketersediaan air
bersih (Depkes RI, 2005: 30).
Untuk pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
 Imunisasi
 Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) polusi di dalam
maupun di luar rumah
 Mengatasi demam
 Perbaikan makanan pendamping ASI
 Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.

5. Cara Penularan ISPA


Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda
yang telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA (hand to hand
transmission) dan dapat juga ditularkan melalui udara tercemar (air borne
disease) pada penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit
melalui sekresi berupa saliva atau sputum.

Program nasional infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) (National acute respirtory
infections= ARI) telah diterapkan di seluruh wilayah dunia. Jutaan ibu telah belajar
mengenali sesak nafas dengan hitungan tarikan nafas dan mengidentifikasi gerakan
dada dan demam. Pemakaian antibiotik pleh orang tua dirumah bagi anak yang
diketahui mengidap ISPA cukup berat dan rujukan ke fasilitas perawatan kesehtan
(puskesmas) bagi penderita dengan ISPA berat telah mengurangi mortalitas dan
penggunaan antiboitik yang tidak terdapat. Program ISPA nasional melatih orangtua,
mengawasi pekerja kesehatan, memastikan kecukupan pendistribusian obat-obat
penting dan akses keluarga terhadap fasilitas kesehatan, program pemantauan dan
evaluasi, dan menyediakan pengawasan terus-menerus terhadap resistensi obat.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTEMIA

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Hipertermia b.d Termoregulasi (0800) Perawatan Demam (3740)
penyakit Setelah dilakuakan asuhan Definisi:
keperawatan selama 3 x 24 Manajemen gejala dan
jam diharapkan suhu ubuh kondisi terkait yang
kembali normal : berhubungan dengan
 Merasa merinding saat peningkatan suhu tubuh
dingin dari skala 2 dimediasi oleh pirogen
(banyak terganggu) indogen
ditingkatkan ke skala 3 Aktivitas-aktivitas:
(cukup terganggu)  Pantau suhu dan
 Berkeringat saat panas tanda-tanda vital
dari skala 2 (banyak  Mandikan pasien
terganggu) ditingkatkan dengan spons hangat
ke skala 3 (cukup dengan hati-hati
terganggu) (yaitu: berikan untuk
 Tingkat pernafasan dari pasien dengan suhu
skala 3 (cukup yang sangat tinggi
terganggu) ditingkatkan tidak memberikannya
ke skala 4(sedikit salam fase dingin, dan
terganggu) hindari pasien agar
 Hipertermia dari skala tidak menggigil)
2 (banyak terganggu)  Dorong konsumsi
ditingkatkan ke skala 3 cairan
(cukup terganggu)  Berikan obat atau
 Dehidrasi dari skala 2 cairan IV
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 3
(cukup terganggu)
2 Nyeri akut b.d agens Tingkat Nyeri (2102) Manajemen nyeri (1400)
cedera biologis Setelah dilakukan asuhan Definisi:
keperawatan selama 3 x 24 Pengurangan atau reduksi
jam diharapkan nyeri hilang nyeri sampai pada tingkat
atau berkurang : kenyamanan yang dapat
 Nyeri yang dilaprkan diterima oleh pasien
dari skala 2 (cukup Aktivitas-aktivitas:
berat) ditingkatkan  Lakukan
ke skala 3 (sedang) pengkajian nyeri
 Ekspresi wajah dari komprehensifyang
skala 2 (cukup berat) meliputi lokasi,
ditingkatkan ke skala karateristik,
3 (sedang) onset /durasi,
 Tidak bisa beristiraht frekuensi, kualitas
dari skala (1) berat intensitas atu
di tingkatkan ke beratnya nyeri dan
skala 2 (cukup berat) faktor pencetus
 Mengeluarkan  Kendalikan faktor
keringat dari skala lingkungan yang
2(cukup berat) dapat
ditingkatkan ke skala mempengaruhi
3 (sedang) respon pasien
 Kehilangan nafsu terhadap
makan dari skala 3 ketidaknyamanan
(sedang) (misalnya, suhu
ditingkatkan ke skala ruangan,
4 (ringan) pencehayaan, suara
bising)
 Berikan informasi
mengenai nyeri ,
seperti penyebab
nyeri berapa lama
nyeri dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
 Bantu keluarga
dalam mencari dan
menyediakan
dukungan
DAFTAR PUSTAKA

Wahab, A. Samik. 1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1Ed.15. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai