Anda di halaman 1dari 25

KEKERASAN

TERHADAP
PEREMPUAN
Kelompok 1
Pengertian
kekerasan terhadap perempuan adalah setiap
perbuatan berdasarkan pembedaan berbasis
gender yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan
secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk
ancaman terjadinya perbuatan tersebut,
pemaksaan atau perampasan kebebasan secara
sewenang-wenang, baik yang terjadi diruang
publik maupun di dalam kehidupan pribadi.
Kekerasan terhadap perempuan sudah
merupakan perbuatan yang perlu
dikriminalisasikan karena secara substansi telah
melanggar hak-hak dasar atau fundamental
DATA-DATA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUANDI INDONESIA

Data ini diikuti oleh lokasi lainnya yang mencapai 6.170 kasus, fasilitas umum sebanyak
2.988 kasus, sekolah dengan 1.154 kasus, tempat kerja mencapai 324 kasus, serta lembaga
pendidikan kilat sebanyak 54 kasus.
Jika dilihat berdasarkan pelaku kekerasan, hubungan suami/istri menempati posisi
dengan angka paling tinggi, yaitu mencapai 4.893 pelaku kekerasan sepanjang 2022.
Disusul oleh hubungan pacar/teman dengan jumlah 4.588, lainnya dengan jumlah 3.248,
dan orang tua dengan jumlah 3.075 pelaku.
Sementara, kekerasan seksual merupakan jenis kekerasan yang paling banyak dialami
korban mencapai 11.682 aduan menurut laporan KemenPPPA sepanjang 2022. Angka ini
mengalami peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya yang mencapai 10.328 kasus.

.
DATA-DATA KEKERASAN PADA PEREMPUAN DI NTB
banyak kekerasan Provinsi NTB, jumlah kekerasan terhadap perempuan dewasa dan anak
mencapai angka 1.022 kasus. Dengan rincian, jumlah kekerasan pada perempuan dewasa
mencapai 350 kasus, sedangkan, jumlah kekerasan pada anak mencapai 672 kasus.
Kabupaten Bima sebanyak 39 kasus, Kabupaten Dompu sebanyak 62 kasus, Kota Bima
sebanyak 34 kasus, Kota Mataram sebanyak 29 kasus, Kabupaten Lombok Barat sebanyak
55 kasus, Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 17 kasus serta Kabupaten Lombok Timur
sebanyak 59 kasus.
“Di Kabupaten Lombok Utara tercatat ada 15 kasus, Kabupaten Sumbawa sebanyak 18
kasus, dan Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 22 kasus. Jadi, totalnya ada 350 kasus,”

Bentuk kekerasan terhadap perempuan


kekerasan emosional
Kekerasan fisik Kekerasan psikologis atau emosional
adalah perbuatan yang mengakibatkan
K ekerasan fisik adalah kekerasan nyata yang
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
dapat dilihat, dirasakan oleh tubuh dan perbuatan
hilangnya kemampuan untuk bertindak,
yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau
rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan
luka berat. Wujud kekerasan fisik berupa psikis berat pada seseorang. Kekerasan 5
penghilangan kesehatan atau kemampuan Ini memiliki sasaran pada rohani atau jiwa
normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa sehingga dapat mengurangi bahkan
seseorang. menghilangkan kemampuan normal jiwa.
3
Kekerasan seksual adalah setiap
penyerangan atau kekerasan yang
bersifat seksual, baik telah t erjadi
persetubuhan atau tidak, Baik ada
atau tidaknya Hubungan antara
korban dan pelaku kekerasan.
Faktor-Faktor Penyebab
Kekerasan Terhadap Perempuan

1.Indonesia dengan budaya patriarkinya


2. Perempuan bukanlah pencari nafkah
utama
3. Stereotype bahwa anak perempuan
adalah anak yang lemah

4. Anak perempuan berbenturan


dengan budaya
5. Tidak adanya kesetaraan gender
Dampak Tindak
Kekerasan Pada
Perempuan
Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Disrupsi dari Lingkungan
Luka Fisik dan Kematian
Lingkungan Menjadi Pasif
Mengalami trauma karena tindakan
kekerasan yang di lakukan pada anak
tersebut
Ganguan kesehatan dan
pertumbuhan
Depresi
Dan perasaan tidak berguna
Gangguan mental
Implikasi Keperawatan Yang Dapat
Diberikan Kepada Kaum Perempuan
Dari Tindak Kekerasan

1. Merekomendasikan tempat perlindungan seperti


crisis center, shelter dan one stop crisis center.
2. Memberikan pendampingan psikologis dan
pelayanan pengobatan fisik 3. Memberikan
pendampingan hukum dalam acara peradilan.
4. Melatih kader-kader (LSM) untuk mampu menjadi
pendampingan korban kekerasan.
5. Mengadakan pelatihan mengenai perlindungan
pada korban tindak kekerasan dalam rumah tangga
sebagai bekal perawat untuk mendampingi korban.
Upaya pencegahan dan
Penanggulangan
1. Mengamalkan ajaran agama. Semua agama memiliki
tujuan yang baik,
2. Komunikasi. Komunikasi dalam keluarga harus
dibangun dengan baik setiap harinya, yang dapat
dimulai dari hal yang sepele seperti berpamitan.
3. Pendidikan sejak dini. Anak diajarkan untuk tidak
memukul, tidak berkata kasar, hingga bagaimana
mengatasi rasa marah.
4. Mediasi. Jika terdapat permasalahan yang serius
hingga tidak dapat ditangani,
5. Penyuluhan tentang KDRT. Pemerintah mempunyai
produk hukum positif berupa Undang-undang
penghapusan KDRT
1 Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh seorang
pengasuh, orangtua, atau pasangan.
KDRT dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk, di antaranya: Kekerasan fisik,
KDRT penggunaan kekuatan fisik; kekerasan
seksual, setiap aktivitas seksual yang
dipaksakan; kekerasan emosional,
tindakan yang mencakup ancaman,
kritik dan menjatuhkan yang terjadi
terus menerus; dan mengendalikan
untuk memperoleh uang dan
menggunakannya.
Bentuk KDRT
Bentuk-bentuk KDRT
kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit,
kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya
kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa
pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual
dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai
penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang
menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan
atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan
penyebab kdrt
Penyebab terjadinya KDRT
Zastrow & Browker (1984) menyatakan bahwa ada tiga teori utama yang mampu
menjelaskan terjadinya kekerasan, yaitu teori biologis, teori frustasi- agresi, dan teori
kontrol.
1. teori biologis
menjelaskan bahwa manusia, seperti juga hewan, memiliki suatu instink agressif yang
sudah dibawa sejak lahir. Sigmund Freud menteorikan bahwa manusia mempunyai
suatu keinginan akan kematian yang mengarahkan manusia-manusia itu untuk
menikmati.
2 Teori frustasi-agresi
menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara untuk mengurangi ketegangan yang
dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal dari suatu pendapat yang masuk akal
bahwa sesorang yang frustasi sering menjadi terlibat dalam tindakan agresif. Orang
frustasi sering menyerang sumber frustasinya atau memindahkan frustasinya ke orang
lain..
Dampak KDRT terhadap Anak
Dampak terhadap Anak berusia bayi
Jaffe dkk (1990) menyatakan bahwa anak bayi yang
menyaksikan terjadinya kekerasan antara pasangan bapak
dan ibu sering dicirikan dengan anak yang memiliki
kesehatan yang buruk, kebiasaan tidur yang jelek, dan
teriakan yang berlebihan. Bahkan kemungkinan juga anak-
anak itu menunjukkan penderitaan yang serius.
Dampak terhadap anak kecil
Cummings dkk (1981) menilai terhadap expresi marah dan
kasih sayang yang terjadi secara alamiah dan berpura-pura.
Selanjutnya ditegaskan bahwa ekspresi marah dapat
menyebabkan bahaya atau kesulitan pada anak kecil.
Dampak KDRT terhadap Anak
3.​Dampak terhadap Anak usia pra sekolah
Cumming (1981) melakukan penelitian tentang KDRT
terhadap anak-anak yang berusia TK, pra sekolah, sekitar 5
atau 6 tahun. Dilaporkannya bahwa Anak- anak yang
memperoleh rasa distress pada usia sebelumnya dapat
diidentifikasi tiga tipe reaksi perilaku. Pertama,
Dampak terhadap anak Sd
Dampak terhadap Anak usia SD
Jaffe dkk (1990) menyatakan bahwa pada usia SD, orangtua
merupakan suatu model peran yang sangat berarti. Baik anak
pria maupun wanita yang menyaksikan KDRT secara cepat
belajar bahwa kekerasan adalah suatu cara yang paling tepat
Dampak KDRT terhadap Anak

Dampak terhadap Anak remaja


Pada usia ini biasanya kecakapan kognitif dan kemampuan
beradaptasi telah mencapai suatu fase perkembangan yang
meliputi dinamika keluarga dan jaringan sosial di luar rumah,
seperti kelompok teman sebaya dan pengaruh sekolah.
upaya penanganan kdrt
Bentuk Pendekatan kuratif:
​Menyelenggarakan pendidikan orangtua
​Memberikan keterampilan tertentu
Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri
pendektan kuratif
a. Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT
Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera
mendapatkan penanganan sejak dini,
Mengamalkan ajaran agama.
Komunikasi. Komunikasi dalam keluarga harus dibangun dengan
baik setiap harinya,
Pendidikan sejak dini. Anak diajarkan untuk tidak memukul, tidak
berkata kasar,
Mediasi. Jika terdapat permasalahan yang serius hingga tidak
askep
1. Pengkajian
• Kecemasan
Perilaku : Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,
Stresor Pecetus : Stesor penscetus mungkin berasal dari sumber internal dan sumber
eksternal.
Mekanisme koping : Tingkat kecemasan seseorang dapat menimbulkan dua
mekanisme koping.
Gangguan Tidur
Gangguan Seksual
2 diagnosa keperawatan
a. Resiko Perilaku kekerasan b.d gangguan harga diri
b. Gangguan identitas diri b.d koping individu inefektif
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d defisit perawatan diri
d. Harga diri rendah situasional b.d riwayat penolakan
e. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Intervensi
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
LUARAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko perilaku kekerasan (D.0146)
Tingkat depresi (L.09097)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat depresi menurun.
Pencegahan perilaku kekerasan (I.145444)
Observasi :
1. Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
2. Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
3. Monitor selama barang yang dapat membahayakan (mis. Pisau cukur)
Terapeutik :
1. Pertahankan lingkungan bebas dari bahayasecara rutin
2. Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi:
1. Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien
2. Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
3. Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal (mis. Relaksasi. Bercerita.
Intervensi
2.
Gangguan identitas diri (D.0084)
Identitas diri (L.0907
0)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan identitas diri membaik
Promosi koping (I.09312)
Observasi:
1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki, identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi
tujuan
3. Identifikasi pemahaman proses penyakit
4. Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan identifikasi metode penyeselaian
masalah
5. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial.
Terapeutik:
1. Diskusikan perubahan peran yang dialami
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
3. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
4. Diskusian untuk mengklanfikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
5. Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
Intervensi
3.
meliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117)
Pemeliharaan kesehatan (L.12106)
Setelah dilakukan tindakan keperawan diharapkan pemeliharaan kesehatan meningkat
Kontrak perilaku positif (I.09282)
Observasi:
1. Identifikasi kemampuan mental dan kognitif untuk membuat kontrak identifikasi cara dan sumber daya
terbaik untuk mencapai tujuan
2. Identifikasi hambatan dalam menerapkan perilaku positif
3. Motitor pelaksanaan perilaku ketidak sesuaian dan kurangi komitmen untuk memenuhi kontak
Terapeutik:
1. Ciptakan lingkungan yang terbuka
2. Fasilitasi pembuatan kontrak tertulis
3. Diskusikan perilaku kesehatan yang ingin diubah
4. Diskusikan tujuan positif jangka pendek dan jangka panjang yang realistis dan dicapai
5. Diskusikan pengembangan rencana perilaku positif
6. Diskusikan penghargaan yang diinginkan ketika tujuan tercapai jika perlu
7. Diskusikan konsekuensi atau sanksi tidak memenuhi kontrak
8. Tetepkan batas waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan realistis
9. Fasilitasi meninjau ulang kontrak dan tujuan, jika perlu
Intervensi
4
Harga diri rendah situasional (D0102)
Harga diri (L.09069)
Setelah dilakukan tindakan keperawan diharapkan harga diri meningkat
Dukungan penampilan peran (I.13478)
Observasi:
1.identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat perkembangan
2.identifikasi peran yang ada dalam keluarga
3. identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
Terapeutik:
1.fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang tidak diinginkan
2. fasilitasi dalam bermain peran mengantisipasi reaksi orang lain terhadap perilaku
3. fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru lahir jika perlu
4. fasilitasi diskusi tentang peran orang tua, jika perlu
5. fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran saat anak meninggalkan rumah, jika perlu
6. fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran timbal balik
Edukasi:
1.diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk pengembangan peran
Intervensi
5.
Ansietas (D.0080)
Tingkat ansietas (L.09093)
Setelah dilakukan tindakan keperawan diharapkan tingkat ansietas menurun
Reduksi ansietas (I.09314)
Observasi:
1.identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
2. identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. monitor tanda-tanda anietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik:
1.ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3. pahami situasi yang membuat ansietas
4. dengarkan dengan penuh perhatian
5. gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
7. motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8. diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
analisis
jurnal 9. Hasil dan Pembahasan:
- Bentuk-bentuk kdrt
- Faktor penyebab kdrt
1. nama jurnal: Jurnal
pengembangan masyarakat
- Teori kdrt terhadap perempuan
islam - Dampak kdrt terhadap perempuan
2. volume: vol 10 - Perspektif pekerjaan sosial
3. nomor: 1
4. halaman: 39-57
10. Kesimpulan: Kekerasan terutama kekerasan dalam
5. tahun terbit: 2019 rumah tangga merupakan Pelanggaran hak asasi
6. judul: Kekerasan Dalam manusia dan kejahatan terhadap martabat
Rumah Tangga (KDRT)
Terhadap Perempuan: perspektif
Kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi.
pekerjaan sosial. Apabila dikaitkan Dengan fenomena perempuan,
7. nama penulis: Agung Budi maka yang berkembang selama ini Menganggap
Santoso
8. Metode penelitian: Kajian
bahwa kaum perempuan cenderung dilihat sebagai
penulisan ini menggunakan studi “korban” Dari berbagai proses sosial yang terjadi
literatur dalam masyarakat selama ini.
Kesimpulan
Kekerasan terhadap perempuan adalah
setiap perbuatan berdasarkan
pembedaan berbasis gender yang
berakibat atau mungkin berakibat
2 kesengsaraan atau penderitaan
Kesimpulan perempuan secara fisik, seksual atau
psikologis, termasuk ancaman terjadinya
perbuatan tersebut, pemaksaan atau
perampasan kebebasan secara
3 sewenang-wenang, baik yang terjadi
diruang publik maupun di dalam
kehidupan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai