Anda di halaman 1dari 44

KEKERASAN TERHADAP

PEREMPUAN DAN ANAK

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN


ANAK SERTA PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA
BERENCANA KAB KAROPROVINSI SUMATERA UTARA
Apa yang dimaksud dengan
kekerasan?
 Setiap perbuatan secara melawan
hukum dengan atau tanpa menggunakan
sarana terhadap fisik dan psikis yang
menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan
atau menimbulkan terampasnya
kemerdekaan seseorang (Psl. 1 ayat
2Permeg PP & PA RI No. 01 Tahun 2010).
KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN & ANAK
 Kekerasan terhadap perempuan,
adalah setiap tindakan yang berakibat
atau mungkin berakibat kesengsaraan atau
penderitaan perempuan secara fisik,
seksual, ekonomi, sosial, psikis, termasuk
ancaman tindakan tertentu, pemaksaan
atau perampasan kemerdekaan, baik yang
terjadi di depan umum atau kehidupan
pribadi.
Lanjutan

 Kekerasan terhadap anak,


adalah setiap tindakan yang berakibat
atau mungkin berakibat penderitaan
anak secara fisik, psikis, seksual,
penelantaran, eksploitasi, dan kekerasan
lainnya.
DEFINISI
 Perempuan adalah seseorang
yang berjenis kelamin perempuan

 Anak adalah seseorang yang


belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan
Landasan Hukum
 UUD Negara RI pasal 28 ayat 1:
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut, adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun”
 UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi mengenai Penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita
Lanjutan
 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP
 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
 UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT
 UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan/atau Korban
 UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang PTPPO
 PP No. 9 Tahun 2008 tentang Mekanisme
dan Tata Cara Penanganan Terpadu Pada
Korban TPPO
Lanjutan
 Permenneg PP No. 1 Tahun 2009 tentang
SPM Pelayanan Terpadu Bagi Saksi dan/atau
Korban TPPO Kabupaten/Kota
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 04 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan
Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
 dll
BENTUK KEKERASAN
PADA PEREMPUAN & ANAK

Kekerasan
Fisik & Psikis

Kekerasan
Kekerasan
Lainnya
Seksual

Penelantaran
Eksploitasi
BENTUK KEKERASAN
PADA PEREMPUAN & ANAK
 Kekerasan Fisik, adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
 Kekerasan Psikis adalah, terganggunya
mental/kejiwaan.
 Kekerasan Seksual, meliputi:
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkungan
rumah tangganya dengan orang lain, untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu
b. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seseorang untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul
Lanjutan

 Penelantaran, meliputi:

a. Tindakan mengabaikan dengan sengaja untuk


memelihara, merawat, atau mengurus anak
sebagaimana mestinya.
b. Tindakan yang menelantarkan orang dalam
lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut.
Lanjutan

 Eksploitasi, adalah tindakan dengan atau


tanpa persetujuan korban yang meliputi
pelacuran, kerja atau pelayanan paksa
perbudakan atau praktik serupa, penindasan,
pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ
reproduksi, atau secara melawan hukum
memindahkan atau mentransplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan
tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak
lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materil atau immaterial.
PENYEBAB TERJADINYA
KEKERASAN PADA PEREMPUAN
 Aspek Budaya, meliputi:
a. Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-
nilai budaya yang memisahkan peran dan sifat
gender laki-laki dan perempuan secara tajam
dan tidak setara (Budaya Patriarkhi).
b. Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l.
keluarga, lembaga pendidikan, agama, dan
media massa, menyebabkan berlakunya
keyakinan dan tuntutan:
o laki-laki dan perempuan punya tempat dan
perannya sendiri-sendiri yang khas dalam
keluarga/perkawinan/berpacaran.
LANJUTAN

o laki-laki lebih superior daripada perem-puan,


dan mempunyai hak penuh untuk
memperlakukan perempuan seperti barang
miliknya
o keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup
dari pihak luar, dan berada di bawah kendali
laki-laki
c. Diterimanya kekerasan sebagai cara
penyelesaian konflik.

 Aspek Ekonomi, meliputi:


a. Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada
laki-laki;
LANJUTAN

b. Perempuan lebih sulit untuk mendapatkan


kredit, kesempatan kerja di lingkup formal dan
informal, dan kesempatan mendapat-kan
pendidikan dan pelatihan.

 Aspek Hukum, meliputi:


Status hukum perempuan yang lebih lemah
dalam peraturan perundang-undangan maupun
dalam praktek penegakan hukum;
c. Masih rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki
perempuan tentang hukum,

 Aspek Politik, meliputi:


a. Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan
dalam proses pengambilan keputusan di bidang
politik, hukum, kesehatan, maupun media.
b. Kekerasan terhadap Perempuan masih belum
sepenuhnya dianggap sebagai persoalan yang
berdampak serius bagi negara,
c. Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi
politik.
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK
1. Orang tua mengalami perlakuan salah
atau trauma pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara
emosional dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai
pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit
jiwa.
Lanjutan
1. Orang tua tidak mempunyai konsep pola asuh
2. Kondisi lingkungan pakumis (padat, kumuh dan
miskin)
3. Lingkungan baru dan tidak mendapat dukungan dari
keluarga serta teman-temannya.
4. Pemenuhan kebutuhan tidak hanya fisik tetapi psikis
5. Ada kasih sayang perhatian yang hilang pada masa
golden age
6. Pola komunikasi yang satu arah
7. Pemenuhan kebutuhan tidak seimbang
8. Keluarga broken home, TKW
9. Profil pelaku cybercrime: ada masa attachment
dengan orang dekat yang hilang
DAMPAK KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN & ANAK

Pada Perempuan,

Kesehatan Fisik seperti memar, cedera
(mulai dari sobekan hingga patah
tulang dan luka dalam), gangguan
kesehatan yang khronis, gangguan
pencernaan, perilaku seksual beresiko,
gangguan makan, kehamilan yang tak
diinginkan, keguguran/ melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah,
terinfeksi penyakit menular seksual,
HIV/AIDS
 Kesehatan Mental: seperti depresi,
ketakutan, harga diri rendah, perilaku
obsesif kompulsif, disfungsi seksual,
gangguan stress pasca trauma
 Produktivitas kerja menurun: sering
terlambat datang ke tempat kerja,
sulit berkonsentrasi, berhalangan kerja
kare-na harus mendapat perawatan
medis, atau memenuhi panggilan
polisi/meng-hadiri sidang.
 Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai
pelaku, kematian karena
aborsi/kegugur-an/AIDS
Lanjutan

Pada anak,
a. Agresif.
Sikap ini biasa ditujukan anak
kepada pelaku kekerasan.Umumnya
ditujukan saat anak merasa tidak
ada orang yang bisa melindungi
dirinya.
Lanjutan

b. Murung/Depresi
Kekerasan mampu membuat anak berubah
drastis seperti menjadi anak yang memiliki
gangguan tidur dan makan, bahkan bisa
disertai penurunan berat badan. Ia akan
menjadi anak yang pemurung, pendiam, dan
terlihat kurang ekspresif.

c. Mudah menangis
Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa
tidak nyaman dan aman dengan lingkungan
sekitarnya.
Lanjutan

d. Melakukan tindak kekerasan


terhadap orang lain.
Dari semua ini anak dapat melihat
bagaimana orang dewasa
memperlakukannya dulu. Ia belajar
dari pengalamannya, kemudian
bereaksi sesuai dengan apa yang dia
alami.
UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN & ANAK
Pada Perempuan,
 Dari segi pemecahan praktis jangka
pendek, dapat dilakukan upaya program
aksi yang melibatkan perempuan agar
mereka mampu menghentikan masalah
mereka sendiri, seperti kekerasan,
pelecehan dan
berbagai stereotype terhadapnya. Mereka
sendiri harus mulai memberikan pesan
penolakan secara jelas kepada pelaku yang
melakukan kekerasan dan pelecehan agar
kegiatan kekerasan dan pelecehan tersebut
terhenti.
Lanjutan.
 Dari usaha perjuangan strategis jangka
panjang perlu dilakukan dengan
menggalakkan kampanye kesadaran
untuk stop kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
Lanjutan.
 Upaya strategis lain perlu melakukan
advokasi guna merubah kebijakan,
hukum dan aturan yang responsif
gender.
Lanjutan

Pada Anak,
· Jangan sering mengabaikan anak, karena
sebagian dari terjadinya kekerasan terhadap
anak adalah kurangnya perhatian terhadap
anak.
· Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada
anak. Agama mengajarkan moral pada anak
agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar
anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasn
itu sendiri.
Lanjutan.
· Sesekali bicaralah secara terbuka pada
anak dan berikan dorongan pada anak
agar bicara apa adanya/berterus terang.
Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa
mengenal anaknya dengan baik dan
memberikan nasihat apa yang perlu
dilakukan terhadp anak, karena banyak
sekali kekerasan pada anak terutama
pelecehan seksual yang terlambat
diungkap.
Lanjutan.
· Ajarkan kepada anak untuk bersikap
waspada seperti jangan terima ajakan
orang yang kurang dikenal dan lain-
lain.
· Sebaiknya orang tua juga bersikap
sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa
seorang anak tetaplah seorang anak
yang masih perlu banyak belajar
tentang kehidupan dan karena
kurangnya kesabaran orang tua banyak
kasus orang tua yang menjadi pelaku
kekerasan terhadap anaknya sendiri
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

1. Pencegahan
KEGIATAN :
2. Penanganan kasus/
1. Penyusunan Kebijakan
pelayanan korban (hukum,
2. Peningkatan Kapasitas
3. Penyadaran Masyarakat psikis, medis) & recovery
4. Penguatan & Pengembangan 3. Reintegrasi
Jaringan Kerjasama, 4. Pasca kasus
5. Pemberdayaan

pelaksanaan pencegahan, penanganan dan pemberdayaan KDRT di Sumut


dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat dan
lembaga-lembaga yang peduli, baik secara sendiri2, jejaring kerjasama.

30
1. PENCEGAHAN

 Perda, Pergub, SK Gubernur & Surat


Edaran.
 Advokasi, sosialisasi, Kampanye,
Penyuluhan dan KIE tentang
“perlindungan hak perempuan dan
anak” dan “anti-kekerasan” 
gunakan media; dilakukan secara
berjenjang dan kontinyu.
31
Upaya pencegahan dapat juga dilakukan melalui:

 Pengintegrasian materi anti kekerasan ke dalam materi:


sekolah, pendidikan penjenjangan, dan pelatihan teknis,
ekstrakulikuler disekolah. Penguatan masyarakat dalam
pemahaman kekerasan dimulai dari keluarga, peer
group.
 Pelibatan partisipasi laki-laki dalam pencegahan
kekerasan terhadap perempuan dan anak

 Penegakan hukum bagi “semua” yang melanggar  peran


aktif APH dan melibatkan seluruh elemen
masyarakat/Polmas/Kader PKK/Dasa
Wisma/PLKB/Forum Anak/Karang Taruna .

32
2. PELAYANAN
TUJUAN: untuk “memberikan layanan minimal bagi perempuan dan anak
korban kekerasan”

 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Nomor 01 Tahun 2010 tentang Standar pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.
 Perda Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak
 Perda Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking)
Perempuan dan Anak.
 Perda Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak.
 Perda Nomor 3 Tahun 2019 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak dari
Tindak Kekerasan
 Pergubsu No 54/2010 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan
Tindak Pidana Perdagangan Orang Provsu
 Pergubsu No 20/2012 tentang Prosedur Standar Operasional Penanganan
Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang terhadap Perempuan dan Anak di
Provsu.
 Pergubsu No. 59 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Provinsi Pencegahan dan
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 33

 Perda Provsu No 3 Tahun 2019 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak


Dari Tindak kekerasan
1. PENANGANAN PENGADUAN
• Di daerah harus memiliki lembaga pemberi layanan pengaduan
bagi perempuan korban kekerasan, misalnya: P2TP2A, UPPA,
dll. Koordinator adalah: Kementerian PP-PA (nasional) dan
Dinas/Kantor PP, Anak dan KB (Prov & Kab/Kota).

2. PELAYANAN KESEHATAN
• Disediakan oleh Rumah Sakit dan Puskesmas mampu tata
laksana pelayanan kesehatan bagi perempuan korban
kekerasan. Pelaksana adalah: Kemenkes (nasional) dan Dinkes
(prov, kab, kota).

3. REHABILITASI SOSIAL
• Pelayanan berupa konseling, terkait dengan rehabilitasi sosial
oleh instansi Sosial dan konseling penguatan mental
34 (agama)
oleh instansi Agama/BP4.
4. PENEGAKAN DAN BANTUAN HUKUM
• Penegakan dan bantuan hukum disediakan oleh
aparat penegak hukum: polisi, hakim dan jaksa.
Bantuan hukum dapat juga disediakan oleh LBH
dan LSM peduli perempuan & Anak, P2TP2A,
dll.

5. REINTEGRASI SOSIAL
• Apabila korban harus dikembalikan ke keluarga
dan lingkungan sosialnya dilakukan secara
sinergi antar instansi/SKDP/lembaga terkait
(Dinas PPPA, Dinas Sosial, UPPA, Sakti Peksos
Kemensos)
35
3. PEMBERDAYAAN
TUJUAN: untuk “memberdayakan” perempuan dan anak korban
kekerasan agar dapat pulih, percaya diri dan mandiri

 Pemberdayaan secara utuh termasuk “pemberdayaan


ekonomi”.

 Saat ini, banyak program pemberdayaan ekonomi yang


telah dikembangkan agar dapat melakukan “sinkronisasi”
dalam penetapan “target/sasaran program” sehingga
“perempuan korban kekerasan” dapat terintegrasi ke
dalam target/sasaran program-program pemberdayaan
ekonomi dan/atau program-program pengentasan
kemiskinan; khususnya bagi perempuan korban
kekerasan yang mengalami “penelantaran”.
36
PEMBERDAYAAN

 Pemberdayaan ekonomi bagi perempuan, antara


lain melalui: pemberian bantuan modal,
pelatihan keterampilan dan manajemen,
penguatan mental/SDM, pemasaran produk, dll.

 Target pemberdayaan ekonomi perempuan: juga


mencakup kelompok rentan perempuan, seperti:
perempuan kepala keluarga, perempuan
keluarga miskin, perempuan Lansia, penyandang
disabilitas dll.
37
Pelayanan
Pencegahan Pemberdayaan

Perempuan
dan anak
korban
kekerasan

DATA

38
Tindak
Kekerasan
HAL YANG DAPAT MENGHANCURKAN KELUARGA
SEBAGAI UNIT TERKECIL MASYARAKAT,

JAUH DARI
PENGALAMAN/
GAYA HIDUP
NILAI AGAMAMEDIA
PENDIDIKAN
MASA LALU KEBIJAKAN
KEBODOHAN
PUBLIK
KELUAR
GA

IBU ANAK AYAH


TOMA, TODAT, TOGA
KELUARGA
LEMBAGA/ INSTANSI,
KORBAN KADER PENCEGAHAN
KEKERASAN

LAPO
R
TINDAK
KEKERASAN POLISI
PERAN MASYARAKAT MEMBANTU KORBAN KEKERASAN

 Hubungi instansi/lembaga, kader Pencegahan Kekerasan


(PATBM) di RT, RW, Lingkungan/Dusun, Desa/Kelurahan yg
memberikan layanan kepada korban.
 Laporkan kepada Polisi jika kekerasan mengancam jiwa
 Segera memberikan pertolongan, jangan menunda
 Segera periksakan ke Puskesmas/RS terdekat, luka-luka yg
diderita utk di visum,
 Membantu korban memperoleh tempat aman.
 Dengarkan korban, bicara sopan & tdk menyalahkan korban.
 Salahkan orang yg seharusnya disalahkan (pelaku)
 Meyakinkan korban harus mampu menolong dirinya sendiri.
 Jika mengetahui orang tua memukul anaknya, cobalah
Ingatkan/beritahu
 Berikan bantuan kepada pelaku/orang tua yg sadar akan
perlakuannya & berniat utk menghentikan
PERAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKU KEKERASAN

 Mengamankan dan menenangkan


pelaku.
 Melaporkan kasusnya kpd Kader yang
ada di dusun/lingkungan , RT, RW,
desa/kelurahan utk solusi
penanganan.
 Melaporkan kasusnya kepada Polsek,
Polres terdekat atas
sepengetahuan/ijin korban.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai