Pada anak yang masih dalam proses tumbuh kembang, tindak kekerasan yang dialami dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembangnya baik secara fisik, mental dan sosial. Kekerasan pada anak, akan memberikan dampak jangka
pendek dan jangka panjang.
Dampak Jangka Pendek:
1) Dampak langsung terhadap kejadian child abuse, 5% mengalami kematian, 25% mengalami komplikasi serius
seperti patah tulang, luka bakar, cacat menetap dll.
2) Terjadi kerusakan menetap pada susunan saraf yang dapat mengakibatkan retardasi mental, masalah
belajar/kesulitan belajar, buta, tuli, masalah dalam perkembangan motor/pergerakan kasar dan halus, kejadian
kejang, ataksia, ataupun hidrosefalus
3) Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya.
4) Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
Kecerdasan
Emosi
Konsep diri
Agresif
Hubungan sosial
Hak-hak Korban Kekerasan terhadap Perempuan, Anak dan TPPO diatur dalam:
1. Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Korban perempuan maupun anak berhak mendapatkan:
a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya
baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;
b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;
d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. Pelayanan bimbingan rohani.
Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
Setiap perempuan dan anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan
hukum berhak dirahasiakan.Untuk kepentingan pemulihan, korban dapat memperoleh pelayanan dari:
a. tenaga kesehatan;
b. pekerja sosial;
c. relawan pendamping;
d. pembimbing rohani.