Anda di halaman 1dari 5

Bahan PPT Kelompok 3

Bentuk ketidakadilan gender dan diskrimiasi terhadap Perempuan

Slide 2 : (Pokok-Pokok Pembahasan)


Slide 3 : (Bentuk ketidakadilan gender)
Ada 5 bentuk ketidakadilan gender sebagaimana terdapat dalam gambar merupakan
bagian dari diskriminasi terhadap Perempuan, pasal 1 convention on the elimination of all form
of discriminatation agains women menyatakan bahwa diskriminasi terhadap Perempuan artinya
setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang
mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi penggunaan hak-hak asasi manusia dan
kebebasan-kebebasan pokok dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil dan lainnya oleh
Wanita terlepas dari status perkawinan mereka atas dasar persamaan Wanita dan pria.
1. Subordinasi
Subordinasi adalah kondisi dimana Perempuan ditempatkan dalam posisi lebih
rendah (posisi subordinat) dari laki-laki yang terjadi diruang privat maupun public,
contohnya didalam sebuah forum biasanya Perempuan tidak boleh memimpin dengan
alasan mempunyai sifat emosional padal dalam kenyataannya banyak pemimpin didunia
yang berjenis kelamin Perempuan. Contohnya Jacinda Ardern yang dipuji dunia karena
memimpin penanganan virus corona paling sukses di dunia.
2. Beban Ganda
Beban ganda artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih
banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Di beberapa sisi Perempuan sering kali
direndahkan karena dianggap hanya pintar “mengurus rumah” dan sebagai fungsi
reproduksi, tapi disisi lainnya Perempuan dituntut menjadi pekerja produktif yang artinya
ia pencari nafkah utama. Perempuan memiliki beban kerja majemuk tetapi seringkali
pekerjaannya tidak dianggap agar tidak seolah-olah menjatuhkan kedudukan laki-laki.

3. Steriotipe
Steriotipe adalah pelabelan kepada kelompok tertentu yang seringkali merugikan
dan menimbulkan ketidakadilan. Yang salah satu jenis steriotipe yang bersumber dari
perbedaan gender, misalnya steriotipe yang berasal dari asumsi bahwa Perempuan
berdandan untuk menarik lawan jenis maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan
seksual selalu dikaitkandengan steriotipe tersebut. Sehingga menimbulkan anggapan
negative bahwa yang menjadi penyebab Perempuan dilecehkan secara seksual adalah
kesalahan dari Perempuan itu sendiri. Steriotipe gender sebagaimana dimaksud dalam
perma nomor 3 tahun 2017 tentang pedoman mengadili perkara Perempuan yang
berhadapan dengan hukum. Dalam pasal 5&6 yang kemudian kami jabarkan menjadi
beberapa poin dibawah ini adalah contoh bentuk steriotipe gender antara lain :
1. Perempuan lemah secara fisik
2. Perempuan baik-baik tidak mungkin menjadi korban pelecehan
3. Perempuan yang keluar malam dipastikan bukan Perempuan baik-baik
4. Perempuan adalah satu-satu nya pihak yang harus bertanggung jawab terhadap anak
5. Perempuan yang baik itu suci secara seksual

4. Marginalisasi
Adalah suatu proses peminggiran dari akses sumber daya atau kemiskinan yang
dialami Perempuan akibat konstruksi gender di masyarakat, contohnya: karena
Perempuan dianggap sebagai makhluk domestic atau reproduktif sehingga lebih
diarahkan sebagai pengurus rumah tangga. Hal ini yang membuat secara otomatis
Perempuan menjadi tergantung secara ekonomi kepada laki-laki. Ketika bekerja
Perempuan sering kali mendapatkan atau menduduki posisi dengan gaji yang lebih
rendah disbanding laki-laki yang memiliki posisi superior, hal ini menyebabkan akses
yang lebih banyak kepada sumber daya ekonomi laki-laki serta kesempatan kerjanya
ketimbang Perempuan.

6. Kekerasan
Dari semua sumber kekerasan yang ada, kekerasan yang kerapkali terjadi adalah
kekerasan terhadap jenis kelamin. Hal ini disebabkan karena anggapan yang hidup
dimasyarakat yang bersifat patriarki artinya segala hal berpusat pada kekuasaan laki-laki,
misalnya ada anggapan bahwasanya Perempuan dapat dijadikan objek seksual, hal ini
menempatkan Perempuan sebagai objek yang mudah diserang. Kekerasan jenis ini
termasuk dalam anggapan gender yang disebut kekerasan berbasis gender. Kekerasan
berbasis gender juga disebut kekerasan terhadap Perempuan.

Slide 4 : (Jenis Jenis Kekerasan Terhadap Perempuan)


1) Kekerasan Fisik
Bentuk kekerasan yang pertama ini tentu sangat familiar dibenak kita terlebih ketika
mendengar kata ‘kekerasan’ yang pertama kali kita gambarkan pasti bentuk kekerasan fisik.
Kekerasan fisik memang cukup sering terjadi pada perempuan, banyak alasan yang
melatarbelakanginya. Namun, apapun itu kekerasan fisik tidak selayaknya terjadi pada
perempuan yang seharusnya dilindungi dan dijaga karena tentu akan kalah saat adu fisik.
Kekerasan fisik umumnya dilakukan oleh orang-orang terdekat, seperti: keluarga, teman, dan
rekan kerja/atasan.

2) Kekerasan Verbal/Non-Fisik
Bentuk kekerasan verbal atau non-fisik merupakan bentuk kekerasan yang berupa
lontaran kata-kata kasar, memaki, menghina, menghujat, dan merendahkan martabat
perempuan. Kekerasan verbal umunya juga dilakukan oleh orang terdekat. Namun, juga
kerap kali dilakukan oleh orang asing yang belum dikenal.

3) Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual juga kerap dialami perempuan disegala rentang usia. Kekerasan
seksual berupa: pelecehan, pemerkosaan, menggoda kearah seksual, menguntit, dan banyak
lagi. Kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja dan oleh siapa saja. Oleh karenanya,
perempuan harus bijaksana memilih teman dan orang-orang dalam pergaulannya agar bisa
melindungi dan menjauhkan dirinya dari bentuk kekerasan seksual.

4) Kekerasan Mental
Bentuk berikutnya adalah kekerasan mental. Kekerasan ini berupa: penghinaan,
perundungan, diskriminatif, dan manipulatif yang menyasar mental perempuan. Kekerasan
mental biasanya dilakukan oleh orang-orang terdekat. Namun, seiring berkembangnya
teknologi, orang-orang yang tidak dikenal pun bisa melakukan kekerasan mental terhadap
perempuan.

5) Kekerasan Gender
Bentuk kekerasan yang terakhir yakni kekerasan gender. Kekerasan jenis ini
merupakan kekerasan yang dialami perempuan karena selalu dibanding-bandingkan dengan
laki-laki. Baik perihal pekerjaan, tugas, tanggung jawab, serta kebebasannya.

Slide 5 : (Dampak kekerasan gender terhadap perepmpuan)


1. Dampak Hukum
Bias dalam masyarakat sering menyebabkan munculnya respons yang
menyalahkan korban, bukan pelaku. Korban tindak mampu membawa kasusnya ke jalur
hukum karena khawatir dipersalahkan atau tidak memiliki uang cukup untuk berbagai
biaya yang harus dikeluarkan. Kasus juga tidak diteruskan ke jalur hukum karena proses
yang lama, korban tidak paham hukum, tidak ada yang membantu memproses kasusnya
secara serius, atau proses hukum membuat korban kembali mengalami trauma.

2. Dampak Sosial
Korban terisolasi, terbatas gerak dan pergaulannya, terhambat aksesnya kepada
sumber-sumber informasi dan sumber daya. Korban disalahkan oleh keluarga dan
masyarakat, mengalami penolakan dari suami/keluarga/lingkungan, dikucilkan dari
komunitas dan mendapat stigma sosial.
3. Dampak Atas Rasa Aman
Korban merasa tidak aman, terancam, takut atau khawatir bahwa kekerasan akan
berlanjut, karena kurangnya pemahaman masyarakat atau pandangan yang menganggap
remeh kekerasan terhadap perempuan, korban tidak terlindungi atau berisiko mengalami
kekerasan berulang yang makin menghancurkan rasa aman.

4. Dampak Terhadap Kesehatan Reproduksi


Keguguran, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman (unsafe
abortion), penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, menstruasi tidak teratur,
komplikasi kehamilan lainnya hingga kematian maternal.

5. Dampak Ekonomi
Tidak dapat bekerja, kehilangan pekerjaan (karena kekerasan, trauma, luka, waktu
yang diperlukan untuk mencari pertolongan/keselamatan/bantuan hukum), kehilangan
kesempatan untuk berprestasi di tempat kerja, beberapa perempuan berhenti bekerja
karena kekerasan yang terjadi di tempat kerja (pelecehan seksual).

6. Dampak Psikis
Trauma, stress, rasa tidak berdaya, depresi, Post traumatic Stress Disorder
(PTSD), memiliki pikiran, perilaku dan usaha bunuh diri, gelisah, cemas, takut, marah,
malu, perasaan tidak aman, menyalahkan dan membenci diri sendiri

7. Dampak Terhadap Kesehatan


Luka, cedera, memar atau lebam pada wajah atau bagian tubuh, mendapatkan
penyakit, infeksi, sakit kepala kronis, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan hingga
menyebabkan kematian.

Slide 6 : Steorotip (Perilaku Menyalahkan Korban )


Stereotip dan bias gender memunculkan pandangan, sikap atau perilaku yang
menyalahkan atau menyudutkan korban. Sikap menyalahkan korban berdampak sangat
merugikan karena korban akan kehilangan kepercayaan diri, mempersalahkan diri
sendiri, sering tidak melaporkan kekerasan yang dialami, atau bila melaporkan akan
mencabut kembali laporannya.
Contoh:
1. Korban disalahkan karena keluar sendirian pada malam hari atau memakai pakaian
tertentu (minim) sehingga menjadi korban tindak pidana;
2. Korban dianggap setuju atas perbuatan pelaku karena tidak melakukan perlawanan
dalam kejahatan seksual atau karena tidak teriak dan kabur saat kejadian;
3. Masyarakat meragukan kesaksian korban perkosaan terutama bila korban memiliki
hubungan sebelumnya dengan pelaku. Korban dianggap ikut berkontribusi dan
menikmatinya;
4. Korban dipersalahkan karena bersedia diajak pergi oleh pelaku. Perempuan yang
bersedia diajak pergi oleh laki-laki dianggap “murahan” atau gampangan”, yang berarti
setuju dilecehkan, atau keterangannya dianggap kurang dapat dipercaya;
5. Perempuan dipersalahkan karena setujua terlibat dalam bentuk keintiman tertentu
(misalnya: berciuman), karena jika sudah berciuman dianggap setuju untuk berhubungan
seksual.

Anda mungkin juga menyukai