3. Steriotipe
Steriotipe adalah pelabelan kepada kelompok tertentu yang seringkali merugikan
dan menimbulkan ketidakadilan. Yang salah satu jenis steriotipe yang bersumber dari
perbedaan gender, misalnya steriotipe yang berasal dari asumsi bahwa Perempuan
berdandan untuk menarik lawan jenis maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan
seksual selalu dikaitkandengan steriotipe tersebut. Sehingga menimbulkan anggapan
negative bahwa yang menjadi penyebab Perempuan dilecehkan secara seksual adalah
kesalahan dari Perempuan itu sendiri. Steriotipe gender sebagaimana dimaksud dalam
perma nomor 3 tahun 2017 tentang pedoman mengadili perkara Perempuan yang
berhadapan dengan hukum. Dalam pasal 5&6 yang kemudian kami jabarkan menjadi
beberapa poin dibawah ini adalah contoh bentuk steriotipe gender antara lain :
1. Perempuan lemah secara fisik
2. Perempuan baik-baik tidak mungkin menjadi korban pelecehan
3. Perempuan yang keluar malam dipastikan bukan Perempuan baik-baik
4. Perempuan adalah satu-satu nya pihak yang harus bertanggung jawab terhadap anak
5. Perempuan yang baik itu suci secara seksual
4. Marginalisasi
Adalah suatu proses peminggiran dari akses sumber daya atau kemiskinan yang
dialami Perempuan akibat konstruksi gender di masyarakat, contohnya: karena
Perempuan dianggap sebagai makhluk domestic atau reproduktif sehingga lebih
diarahkan sebagai pengurus rumah tangga. Hal ini yang membuat secara otomatis
Perempuan menjadi tergantung secara ekonomi kepada laki-laki. Ketika bekerja
Perempuan sering kali mendapatkan atau menduduki posisi dengan gaji yang lebih
rendah disbanding laki-laki yang memiliki posisi superior, hal ini menyebabkan akses
yang lebih banyak kepada sumber daya ekonomi laki-laki serta kesempatan kerjanya
ketimbang Perempuan.
6. Kekerasan
Dari semua sumber kekerasan yang ada, kekerasan yang kerapkali terjadi adalah
kekerasan terhadap jenis kelamin. Hal ini disebabkan karena anggapan yang hidup
dimasyarakat yang bersifat patriarki artinya segala hal berpusat pada kekuasaan laki-laki,
misalnya ada anggapan bahwasanya Perempuan dapat dijadikan objek seksual, hal ini
menempatkan Perempuan sebagai objek yang mudah diserang. Kekerasan jenis ini
termasuk dalam anggapan gender yang disebut kekerasan berbasis gender. Kekerasan
berbasis gender juga disebut kekerasan terhadap Perempuan.
2) Kekerasan Verbal/Non-Fisik
Bentuk kekerasan verbal atau non-fisik merupakan bentuk kekerasan yang berupa
lontaran kata-kata kasar, memaki, menghina, menghujat, dan merendahkan martabat
perempuan. Kekerasan verbal umunya juga dilakukan oleh orang terdekat. Namun, juga
kerap kali dilakukan oleh orang asing yang belum dikenal.
3) Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual juga kerap dialami perempuan disegala rentang usia. Kekerasan
seksual berupa: pelecehan, pemerkosaan, menggoda kearah seksual, menguntit, dan banyak
lagi. Kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja dan oleh siapa saja. Oleh karenanya,
perempuan harus bijaksana memilih teman dan orang-orang dalam pergaulannya agar bisa
melindungi dan menjauhkan dirinya dari bentuk kekerasan seksual.
4) Kekerasan Mental
Bentuk berikutnya adalah kekerasan mental. Kekerasan ini berupa: penghinaan,
perundungan, diskriminatif, dan manipulatif yang menyasar mental perempuan. Kekerasan
mental biasanya dilakukan oleh orang-orang terdekat. Namun, seiring berkembangnya
teknologi, orang-orang yang tidak dikenal pun bisa melakukan kekerasan mental terhadap
perempuan.
5) Kekerasan Gender
Bentuk kekerasan yang terakhir yakni kekerasan gender. Kekerasan jenis ini
merupakan kekerasan yang dialami perempuan karena selalu dibanding-bandingkan dengan
laki-laki. Baik perihal pekerjaan, tugas, tanggung jawab, serta kebebasannya.
2. Dampak Sosial
Korban terisolasi, terbatas gerak dan pergaulannya, terhambat aksesnya kepada
sumber-sumber informasi dan sumber daya. Korban disalahkan oleh keluarga dan
masyarakat, mengalami penolakan dari suami/keluarga/lingkungan, dikucilkan dari
komunitas dan mendapat stigma sosial.
3. Dampak Atas Rasa Aman
Korban merasa tidak aman, terancam, takut atau khawatir bahwa kekerasan akan
berlanjut, karena kurangnya pemahaman masyarakat atau pandangan yang menganggap
remeh kekerasan terhadap perempuan, korban tidak terlindungi atau berisiko mengalami
kekerasan berulang yang makin menghancurkan rasa aman.
5. Dampak Ekonomi
Tidak dapat bekerja, kehilangan pekerjaan (karena kekerasan, trauma, luka, waktu
yang diperlukan untuk mencari pertolongan/keselamatan/bantuan hukum), kehilangan
kesempatan untuk berprestasi di tempat kerja, beberapa perempuan berhenti bekerja
karena kekerasan yang terjadi di tempat kerja (pelecehan seksual).
6. Dampak Psikis
Trauma, stress, rasa tidak berdaya, depresi, Post traumatic Stress Disorder
(PTSD), memiliki pikiran, perilaku dan usaha bunuh diri, gelisah, cemas, takut, marah,
malu, perasaan tidak aman, menyalahkan dan membenci diri sendiri