Anda di halaman 1dari 11

Program Studi : Maternita II

Dosen pengampu : Rizki Handayani Fasimi S.Kep. Ns., M.Kep

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

OLEH :

MIRA SUDIANG
(4201018006)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST
BUTON BAUBAU

2020
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

A. Pengertian Kekerasan

Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang


berarti keganasan, kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan
perkosaan (sebagaimana dikutip Arif Rohman : 2005).

1. Definisi Kekerasan Terhadap Perempuan

Kekerasan terhadap perempuan adalah segala tindakan


kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau
kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik,
seksual, maupun psikologis terhadap perempuan, baik perempuan dewasa
atau anak perempuan dan remaja. Termasuk didalamnya ancaman,
pemaksaan maupun secara sengaja meng-kungkung kebebasan
perempuan. Tindakan kekerasan fisik, seksual, dan psikologis dapat
terjadi dalam lingkungan keluarga atau masyarakat (Komnas Perempuan
(2001)

Kekerasan terhadap perempuan merupakan penyebab kematian


ke-10 bagi perempuan usia subur pada tahun 1998. Diperkirakan sekitar
2-3 juta perempuan diperdagangkan di berbagai penjuru dunia per tahun
dan paling sedikit satu di antara lima penduduk perempuan dalam
kehidupannya pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual yang
dilakukan oleh laki-laki, demikian hasil penelitian Depkes RI, 2001.

Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya


ketimpangan atau ketidakadilan jender. Ketimpangan jender adalah
perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki di masyarakat yang
menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki. “Hak
istimewa” yang dimiliki laki-laki ini seolah-olah menjadikan perempuan
sebagai “barang” milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan
semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan. Perbedaan perempuan
dan laki-laki akibat gender ternyata melahirkan ketidak adilan. Bentuk
ketidak adilan tersebut merupakan sumber utama terjadinya kekerasan
terhadap perempuan. Hal tersebut di atas terjadi karena adanya keyakinan
bahwa kodrat perempuan itu halus dan posisinya di bawah laki-laki,
bersifat melayani dan tidak sebagai kepala rumah tangga. Dengan
demikian maka perempuan disamakan dengan barang (properti) milik
laki-laki sehingga dapat diperlakukan sewenang-wenang.

2. Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan


. Kristi E dalam Archie Sudiarti Luhulima mengemukakan beberapa
bentuk kekerasan , bentuk-bentuk tersebut sesuai dalam U U No. 23
Tahun 2004 sebagai berikut:
a. Kekerasan fisik
Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan
melukai, menyiksa atau menganiaya orang lain. Tindakan
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh
pelaku (tangan, kaki) atau dengan alat-alat lainnya seperti :
memukul, menampar, mencekik dan sebagainya.
b. Kekerasan psikologis
Kekerasan psikologi adalah tindakan yang bertujuan
mengganggu atau menekan emosi korban. Secara kejiwaan,
korban menjadi tidak berani mengungkapkan pendapat, menjadi
penurut, menjadi selalu bergantung pada suami atau orang lain
dalam segala hal (termasuk keuangan). Akibatnya korban
menjadi sasaran dan selalu dalam keadaan tertekan atau bahkan
takut.seperti : berteriak, menyumpah, mengancam,melecehkan
dan sebagainya.
c. Kekerasan seksual,
Kekerasan seksual seperti : melakukan tindakan yang
mengarah keajakan/desakan seksual seperti menyentuh,
mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban
dan lain sebagainya.
d. Kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban,
menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan
finansial dan sebagainya
e. Kekerasan spiritual, seperti : merendahkan keyakinan dan
kepercayaankorban, memaksa korban mempraktekan ritual dan
keyakinan tertentu

3. Faktor - Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan

Aina Rumiati Azis mengemukakan faktor-faktor penyebab


terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu :

a. Budaya patriarki yang mendudukan laki-laki sebagai mahluk


superior dan perempuan sebagai mahluk interior.
b. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga
menganggap laki-laki boleh menguasai perempuan.
c. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka
memukul,biasanya akan meniru perilaku ayahnya.

Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan


terhadap perempuan, Sukerti mengemukakan sebagai berikut :

1) Karena suami cemburu


2) Suami merasa berkuasa.
3) Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin.
4) Ikut campurnya pihak ketiga (mertua).
5) Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan).
6) Karena suami suka berjudi .

4. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan di Rumah


Tangga

Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan


pemaksaan meliputi tindakan seksual, psikologis, fisik danekonomi
yang dilakukan individu terhadap individu yang lain dalam hubungan
rumah tangga atau hubungan intim (karib).Kemala Candrakirana
mengemukakan kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan termasuk
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran
.Termasuk juga ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam
lingkup rumah tangga.

Dalam kaitan itu Fathul Djannah mengemukakan beberapa faktornya


yaitu :

a. Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri


terhadap suami dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan,
akan tetapi tidak sepenuhnya demikian karena kemandirian istri
juga dapat menyebabkan istri menerima kekerasan oleh suami.
b. Karena pekerjaan istri. Istri bekerja di luar rumah dapat
menyebabkan istri menjadi korban kekerasan.
c. Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan
lain atau suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap
istri.
d. Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga
daripihak suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami
melakukan kekerasan terhadap istri.
e. Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman
ajaranagama yang salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan
terhadap perempuan dalam rumah tangga.
f. Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan
terhadap istri secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan

5. Macam-Macam Kekerasan Terhadap Perempuan

a. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk
perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara
sepihak dan tidak diinginkan oleh orang yang menjadi sasaran.
Pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja,
seperti di tempat kerja, di kampus/sekolah, di pesta, tempat
rapat. Pelaku pelecehan seksual bisa teman, pacar, atasan di
tempat kerja, dokter, dukun,. Akibat pelecehan seksual, korban
merasa malu, marah, terhina, tersinggung, benci kepada
pelaku, dendam kepada pelaku, shok/trauma berat.

b. Perkosaan
Perkosaan adalah hubungan seksual yang terjadi tanpa
diinginkan oleh korban. Seorang laki-laki menaruh penis, jari
atau benda apapun ke dalam vagina, anus, atau mulut
perempuan tanpa sekehendak perempuan itu, bisa
dikategorikan sebagai tindak perkosaan. Perkosaan dapat
terjadi pada semua perempuan dari segala lapisan masyarakat
tanpa memperdulikan umur, profesi, status perkawinan,
penampilan, atau cara berpakaian.

6. Dampak kekerasan Terhadap Perempuan


a. Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan adalah:
mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya
diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami
ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,
mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan
keinginan untuk bunuh diri. Dampak kekerasan terhadap
pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih banyak
waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun
Psikiater, dan merasa takut kehilangan pekerjaan.
b. Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan
dibimbing dengan kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang
kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak dapat mengalami
depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada
pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi
perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang
dilakukan oleh orang tuanya.

7.   Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan

Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan


meliputi;

a. HIV dan infeksi menular seksual lainnya.


Kerentanan perempuan terhadap HIV dan IMS
Mekanisme yang mendasari kerentanan wanita terhadap HIV atau
IMS adalah hubungan seksual secara paksa
Kekerasan pasangan juga dapat menjadi penentu penting
dari pemisahan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko
seorang wanita dari HIV jika dia memperoleh pasangan baru.
Selain itu, ada adalah bukti bahwa pria yang menggunakan
kekerasan terhadap pasangan wanita berisiko HIV dibandingkan
pria tidak melakukan kekerasan seksual pada pasangan seksual,
penggunaan alkohol sering dan mengunjungi pekerja seks 
memiliki risiko terkena IMS yang dapat meningkatkan risiko
penularan HIV pada perempuan.
b. Aborsi
Perilaku kekerasan terhadap perempuan berdampak
besar pada kesehatan seksual dan reproduksi perempuan serta
penggunaan kontrasepsi seperti kondom ketidakmampuan
perempuan untuk menolak paksaan laki-laki dalam penggunaan
kondom mengakibatkan kelahiran yang tidak diinginkan,
diperkirakan dari 80 juta kehamilan yang tidak diinginkan setiap
tahun, setidaknya setengah dihentikan melalui aborsi dan hampir
setengah dari mereka berlangsung dalam kondisi aborsi yang
tidak aman. kehamilan yang tidak diinginkan dilakukan dengan
risiko bagi ibu dan bayi karena aborsi ilegal dan risiko kematian
akan mengacam.
c. Berat Badan Lahir Rendah Dan Prematur
Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau
pembatasan pertumbuhan dalam rahim sangat berhubungan
dengan stres dan lingkungan yang tidak mendukung yang
berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama
kesehatan ibu dan akan mempengaruhi janin,  studi observasional
yang yang dilakuakan untuk  menyelidiki kekerasan pada
pasangan intim berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat
rendah serta lahir  premature
d. Penggunaan Alkohol yang Obat Berbahaya
Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau
pembatasan pertumbuhan dalam rahim sangat berhubungan
dengan stres dan lingkungan yang tidak mendukung yang
berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama
kesehatan ibu dan akan mempengaruhi janin,  studi observasional
yang yang dilakuakan untuk  menyelidiki kekerasan pada
pasangan intim berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat
rendah serta lahir  prematur.
e. Depresi dan Bunuh Diri
Kekerasan pasangan intim dapat menyebabkan depresi
dan usaha bunuh diri serta  peristiwa traumatis karena kekersan
seksual sehingga perempuan akan menjadi deprsi memungkinkan
terjadi perilaku bunuh diri.  penelitian lain menunjukkan bahwa
wanita dengan masalah kesehatan mental akibat kekerasan
seksual sering akan mengakhiri hidupnya
8. Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap
Perempuan

a. Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap


perempuan di antaranya melakukan penyuluhan untuk
pencegahan dan menanganan kekerasan terhadap perempuan.
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menangani
kasus kekerasan terhadap perempuan. Bermitra dan
berpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk
menanggulangi masalah KtP dengan instansi terkait, lembaga
social masyarakat.
c. KUHP sebagai salah satu sumber hukum pidana yang
mempunyai kaitan langsung dengan tindak kekerasan terhadap
perempuan,
d. Komitmen Komnas Perempuan
(Sebagai Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan Komnas Perempuan) yang independen, sesuai
mandatnya Komnas Perempuan memfokuskan diri pada upaya
penghapusan kekerasan terhadap perempuan serta upaya
menciptakan suasana kondusif bagi pemenuhan hak asasi
perempuan, termasuk hak-hak perempuan korban kekerasan,
yaitu hak atas kebenaran, keadilan dan pemulihan
e. Dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat
diperlukan untuk memberi landasan hukum dan operasional
serta alokasi anggaran untuk memastikan layanan bagi
perempuan korban kekerasan dapat berjalan.
Pemecahan yang menyeluruh untuk mencegah tindak
kekerasan terhadap perempuan seharusnya berfokus pada
masyarakat sendiri, yakni dengan mengubah persepsi mereka
tentang tindak kekerasan terhadap perempuan. Dalam hal ini,
harus diubah pandangan masyarakat yang selalu menganggap
bahwa perempuan hanyalah warga negara kelas dua (second
class citizen). Kekerasan dalam rumah tangga dapat diatasi
dengan adanya saling pengertian diantara pasangan suami
istri, saling percaya, keterbukaan, saling membantu,
saling memafkan, saling menghargai, saling mencintai,
kesetaraan gender, pembagian tugas yang jelas antara
suami dan istri, terpenuhinya kebutuhan hidup,
DAFTAR PUSTAKA

1. KOMNAS Perempuan,” Kekerasan terhadap Perempuan Meluas:


Negara Urgen Hadir Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan di
Ranah Domestik, Komunitas dan Negara” Catatan Tahunan
Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta, 7 Maret 2016
2. Munandar Sulaeman., Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam
Perspektif Sosiologis. :Lembaga Penelitian Universitas
Padjadjaran Bandung
3. Windianigraheni. Blogspot. Kekerasan Terhadap Perempuan . di
akses pada tanggal 24 maret 2020

Anda mungkin juga menyukai