Disusun Oleh:
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Kata kekerasan disini diterjemahkan dari ”violence”. Violence berasal dari
gabungan kata latin yaitu ”vis” yang berarti daya atau kekuatan dan ”latus” yang
berarti membawa, yang kemudian berarti membawa kekuatan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kekerasan diartikan sebagai sifat atau hal yang keras,
kekuatan, paksaan. Sedangkan paksaan berarti tekanan, desakan yang keras.
Kekerasan sebagai suatu pengaruh tertentu yang menyebabkan realitas jasmani
dan mental aktual seseorang ada di bawah realitas aktualnya. Artinya bahwa ada
sistem atau kondisi (struktural), atau perlakuan (non struktural/langsung) yang
menyebabkan seseorang tidak dapat mengaktualisasikan potensi dirinya (Galtung,
1992).
Dengan demikian, kata kekerasan mengacu pada suatu bentuk penindasan,
pemaksaan, dan berbagai bentuk perlakuan lain yang menyebabkan seseorang
dirugikan atau mengalami dampak negatif dalam berbagai bentuk. Sedangkan
kekerasan seksual mengacu pada suatu perlakuan negatif (menindas, memaksa,
menekan, dan sebagainya) yang berkonotasi seksual, sehingga menyebabkan
seseorang mengalami kerugian.
Komnas Perempuan (2001) menyatakan bahwa kekerasan terhadap
perempuan adalah segala tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan
yang berakibat atau kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan
penderitaan fisik, seksual, maupun psikologis terhadap perempuan, baik
perempuan dewasa atau anak perempuan dan remaja. Termasuk didalamnya
ancaman, pemaksaan maupun secara sengaja meng-kungkung kebebasan
perempuan. Tindakan kekerasan fisik, seksual, dan psikologis dapat terjadi dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.
Laporan WHO tahun 2002 mengenai “Violence and Health” (Kekerasan dan
Kesehatan) menunjukkan kualitas kesehatan perempuan menurun drastis akibat
kekerasan yang dialaminya. Hal tersebut dibuktikan bahwa antara 40-70 %
perempuan yang meninggal karena pembunuhan, umumnya dilakukan oleh
mantan atau pasangannya sendiri. 3 Studi yang dilakukan WHO di 10 negara
menunjukkan 15-71% wanita mengalami kekerasan fisik atau seksual yang
dilakukan oleh suami atau pasangannya.
Selain itu penganiayaan seksual dapat didefinisikan sebagai ekspresi dari
kekuatan dan kekuasaan dengan cara-cara kekerasan seksual, paling umum pada
pria terhadap wanita walaupun pria juga bisa menjadi korban dari penganiayaan
seksual (Hoff, 1985 dikutip dari Townsend, 1998). Sedangkan penganiayaan
seksual pada anak dapat didefinisikan sebagai adanya tindakan seksual tapi tidak
dibatasi pada insiden membuka pakaian, menyentuh dengan cara yang tidak
pantas, dan penetrasi (koitus seksual) yang dilakukan pada seorang anak untuk
kesenangan seksual orang dewasa (Townsend, 1993).
Berikut ini merupakan tanda-tanda penganiayaan seksual pada anak,
mencakup :
1. Infeksi saluran kemih yang sering
2. Kesulitan atau nyeri saat berjalan atau duduk
3. Kemerahan atau gatal pada daerah genital
4. Sering muntah
5. Tidak percaya kepada orang lain
6. Penganiayaan seksual pada anak yang lain
7. Mungkin memar pada beberapa area tubuh.
Sedangkan di bawah ini merupakan tanda-tanda penganiayaan seksual pada
wanita (Burgess, 1984 dikutip dari Townsend, 1998), mencakup :
1. Nyeri kepala, lelah, dan gangguan pola tidur
2. Nyeri abdomen, mual, muntah
3. Sekret vagina dan gatal, rasa terbakar saat defekasi, perdarahan dan nyeri rektal
4. Kasar, mempermalukan, hasrat untuk balas dendam, menyalahkan diri sendiri
5. Kekutan terhadap kekerasan fisik dan kematian
6. Rasa tidak berdaya yang sangat dan kekerasan pribadi.
B. MACAM-MACAM PERILAKU KEKERASAN SEKSUAL PADA
WANITA DAN ANAK
1. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual (Sexual harassment) adalah terminologi yang paling tepat
umtuk memahami pengertian kekerasan seksual. Pelecehan seksual memiliki
rentang yang sangat luas, mulai dari ungkapan verbal (komentar atau gurauan)
yang jorok/ tidak seronoh, perilaku tidak seronoh (mencolek, meraba, mengelus,
memeluk, dan sebagainya), mempertunjukkan gambar porno, serangan dan
paksaan yang tidak seronoh (indecent assault) seperti memaksa untuk mencium
atau memeluk, mengancam akan menyulitkan si perempuan bila menolak
memberikan pelayanan seksual, hingga perkosaan. Pelecehan seksual dapat terjadi
di mana pun selama ada percampuran lelaki dan perempuan di komunitas yang
homogen. Namun banyak terjadi di tempat kerja, dan juga di tempat-tempat
umum seperti di dalam bis kota, di jalanan, di pasar, dan sebagainya.
2. Perkosaan
Perkosaan adalah bentuk kekerasan seksual yang paling populer dan dikenal
oleh masyarakat luas. Menurut pasal 285 KUHP, perkosaan berarti memaksakan
hubungan seksual (penetrasi penis ke dalam vagina) oleh lelaki terhadap
perempuan yang bukan isterinya. Perkosaan tidak semata-mata dilakukan
mengunakan cara pemaksaan atau ancaman, namun juga bujukan, janji-janji, dan
penggunaan obat yang membuat korban tidak sadarkan diri. Perkosaan juga tidak
selalu penetrasi penis ke dalam vagina tetapi juga dapat berupa sodomi (penetrasi
penis ke dalam anus), dan oral seks. Korban perkosaan sebagian besar adalah
wanita (walaupun tidak menutup kemungkinan pria yang menjadi korban), dan
wanita usia 16-24 tahun adalah masa beresiko tinggi tetapi korban perkosaan juga
ada yang berumur paling 15 bulan dan paling tua 82 tahun.
3. Incest
Kekerasan seksual yang termasuk dalam kategori ini adalah yang terberat,
karena pertimbangan bahwa si pelaku adalah orang dekat atau keluarga sendiri
sehingga biasanya berulang terus, dan antara si korban dan si pelaku besar
kemungkinannya untuk masih bisa bertemu. Korban incest biasanya anak-anak
dan mereka seringkali tidak menyadari akan apa yang terjadi pada dirinya, mereka
baru menyadari kelak setelah dewasa atau apabila kemudian terjadi kehamilan.
Kekerasan seksual pada anak-anak ini biasanya terjadi tanpa perlawanan dan
relatif jarang menimbulkan trauma fisik karena biasanya anak-anak tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya.
4. Bentuk kekerasan seksual yang lain
a. Ekshibisionisme
Merupakan kebiasaan seseorang yang suka memperlihatkan alat kelaminnya
kepada orang lain, dan pelaku biasanya mendapatkan kepuasan dari ketakutan
atau teriakan korbannya.
b. Pedophilia
Merupakan dorongan atau fantasi seksual yang biasanya dilakukan dengan anak-
anak. Pelaku hanya akan terangsang oleh anak-anak dan biasanya melakukan
perkosaan pada korban.
c. Algolagnia
Merupakan perilaku kekerasan seksual yang terkait dengan tindakan menyakiti
dan disakiti. Pada Sexual Sadism, yang menjadi korban adalah orang lain.
Sedangkan Sexual Masochisme adalah dirinya sendiri yang disakiti oleh
pasangannya. Tindakannya antara lain dengan memukul, menggigit, menjambak,
dan sebagainya.
d. Analingus
Merupakan tindakan untuk merangsang anus seseorang dengan mulut, lidah, bibir
pasangannya, bahkan benda asing seperti botol atau bola lampu dengan cara
memasukkannya ke dalam anus.
G. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan seksual merupakan ancaman terutama bagi wanita dan
anak-anak, berapapun usianya, apapun status sosial-ekonominya, tingkat
pendidikannya, dan faktor pendukung lainnya. Kekerasan seksual bisa terjadi
dimana saja bahkan di rumah sendiri sekalipun, oleh siapa saja bahkan oleh
suaminya sendiri atau keluarganya sendiri.
Bagaimana dampak bagi para korban perilaku kekerasan seksual itu sendiri
dimana bisa terjadi trauma seksual, stress psikologi, kehamilan tidak dikehendaki
(unwanted pregnancy), penularan PMS dan HIV/AIDS, gangguan fungsi
reproduksi, kerusakan organ reproduksi, dan masih banyak lagi akibat lain yang
ditimbulkan.
Program konseling bisa dilakukan sebagai salah satu bentuk rehabilitasi bagi
para korban perilaku kekerasan seksual, dimana kita bisa membangun sebuah
hubungan saling percaya dengan mereka adan ketulusanlah yang kita bawa untuk
membantu mereka menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi.
Selain itu kepedulian dan perhatian adalah kunci dari semuanya agar bisa
membantu mereka melanjutkan hidupnya.
Jurnal Pertama
Background:
The process of pregnancy and birth are profound events that can be particularly
challenging for women with a history of childhood sexual abuse. The silence that
surrounds childhood sexual abuse means that few women disclose it and those caring
for them will often not be aware of their history. It is known from anecdotal accounts
that distressing memories may be triggered by childbirth and maternity care but
research data on the subject are rare. This paper explores aspects of a study on the
maternity care experiences of women who were sexually abused in childhood that
demonstrate ways that maternity care can be reminiscent of abuse. Its purpose is to
inform those providing care for these women.
Latar Belakang:
Proses kehamilan dan kelahiran adalah peristiwa yang sangat berat bagi
perempuan dengan riwayat pelecehan seksual pada masa kanak-kanak. Beberapa
perempuan mengungkapkan pernah mandapatkan pelelecehan seksual pada masa
kanak-kanak dan mereka mengikuti perawatan sehingga tidak akan menyadari
riwayat mereka. Hal ini diketahui dari akun anekdotal bahwa kenangan yang
menyedihkan mungkin dipicu dari perawatan bersalin, namun data penelitian pada
subjek jarang terjadi. Makalah ini membahas aspek-aspek studi pada pengalaman
perawatan bersalin perempuan yang mengalami pelecehan seksual di masa kecil
yang menunjukkan cara bahwa perawatan bersalin dapat mengingatkan plecehan
tersebut. Tujuannya adalah untuk menginformasikan orang-orang tentang
perawatan untuk mereka.
Jurnal Kedua
sistematized revision
Violence against women is widely recognized as a serious public health problem. The
pregnancy is a risk factor for increasing the violence, especially when it is related to
socioeconomic conditions. The objective of this work is to ascertain the relation
between violence against women during pregnancy in developed countries and in
developing countries. It was performed a systematized review. It was proceeded a
search of the literature through online databases MEDLINE and SciELO in December
2013, only with articles published between January 1, 2003 and November 30, 2013. The
following descriptors were used for searching on the database “domestic violence”
(Medical Subject Headings [MeSH]); “violence against women”
(Health Sciences Descriptors [DeCS]); and “pregnancy” (Keyword). The Search strategies
resulted in 71 studies. After analysis of the titles and abstracts of articles found for
eligibility based on inclusion criteria, 43 articles were deleted and 28 articles were
included in the final sample. The study revealed the predominance of researches
developed about violence against women during pregnancy in developing countries,
strengthening the strong socio-economic character related to victims and aggresso
Latar Belakang: