Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH:

RIZKYA AYUNARWANTI J230195132


NIKEN ENGGAL DWI ASTUTI J230195121

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. PENGERTIAN
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau
oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016).
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegeypty betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan
Demam Berdarah (DBD) (Hidayat, 2008).
Demam berdarah dengue (BDB) merupakan penyakit infeksi virus yang
menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan yang
bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian
(Sunyataningkamto, 2009).
B. ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses) artinya virus
yang ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti
(betina). Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever
dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi. Virus dengue termasuk genus
Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-
2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3 serotype
terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap
serotype yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama
hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah
di Indonesia (Sujono, 2010).

2
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 2008), pada setiap derajat ditemukan
trombositpenia dan hemokonsentrasi:
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji bendung.
2. Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan
atau perdarahan lain.
3. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasin, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau
hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan
lambab, anak tampak gelisah.
4. Derajat IV : Syok berat (Profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak teratur.
C. PATOFISIOLOGI
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang
lainnya, namun melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita
menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat
sebelum panas sampai masa demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari,
nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah menghisap darah orang yang infektif
dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya. Adapun masa inkubasi dari
3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek
virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen)
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan

3
saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan
terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan
asidosis dan kematian (Warsidi, E. 2009).

4
D. PATHWAYS

Arbovirus (melalui Infeksi virus dengue


nyamuk aedes Beredar dalam
liran darah (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk dan Mengaktifkan system


melepaskan zat C3a, C5a komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas membrane


Na dan H2o meningkat

Agresi trombosit Kerusakan endotel Resiko syok


pembuluh darah hipovolemik

trombositopen
Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik dan
factor pembekuan hipocensi

Pendarahan Kebocoran plasma


Resiko perdarahan

Resiko perfusi jaringan tidak


efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok
Kekurangan volume caian Ke ekstravaskuler

Paru-paru Hepar abdomen

Efusi pleura Hematomegali Assites

Penekanan intra Mual & muntahh


Keridakefektifan pola
nafas abdomen

Ketidakseimba
Nyeri ngan nutrisi
dari kebutuhan
tubuh
5
E. TANDA DAN GEJALA
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan
anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan
sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat
mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit
kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama
perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif.
Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa
perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama
demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,
sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal
masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang
berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada
telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan
tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah. Patokan World Health
Organization (WHO, 2008) untuk menegaskan diagnosa Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) adalah sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, uji tourniquet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
3. Hepatomegali.
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.

6
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk klien DHF saat anak dirawat dirumah sakit dan
tatalaksana DHF dengan syok (WHO, 2008):
1. Anak dirawat dirumah sakit
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah
atau diare.
b. Berikan paracetamol bila demam. Jangan berikan ibuprofen karena dapat
merangsang terjadinya perdarahan.
c. Berikan cairan infus sesuai advis:
1) Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat
2) Kebutuhan cairan parental
Berat badan <15 kg : 7ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 : 5ml/kgBB/jam
Berat badan >40kg : 3ml/kgBB/jam
3) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit, dan hemoglobin)
2. Tatalaksana DHF dengan syok:
a. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/hari
secara nasal.
b. Berikan 20ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer Laktat.
c. Jika tidak ada perbaikan klinis terapi hematokrit dan hemoglobin
menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan
transfusi darah.
d. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga
10ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6
jam sesuai kondisi klinis da labiratorium.

7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji Darah
Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
a. Hematokrit
Meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan.
Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF
dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya trombositopenia,
hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi hemaglutnasi
(Brasier dkk 2012).
b. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga.
c. Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
d. Protein rendah.
e. Natrium rendah (hiponatremi).
f. SGOT/SGPT bisa meningkat.
g. Asidosis metabolic
h. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan.
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012)
Sumsum tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10
sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

8
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa
sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura
pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa
penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
Menurut Nursalam 2010 adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil,
dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara
hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati,
dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.

9
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-
IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue
grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.

10
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II,
III, IV).
4) Dada: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada
grade III dan IV.
5) Abdomen: Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.

11
6) Ekstremitas: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Hipetermi Setelah dilakukan asuhan NIC: Fever treatment
keperawatan selama 3x24 jam, a. Kaji mulai timbulnya demam
diharapkan masalah hipertermi b. Observasi tanda-tanda vital
dapat diatasi, dengan kriteria hasil c. Monitor intake dan output/24
sebagai berikut: jam
NOC: Termoregulasi d. Anjurkan pasien untuk
Indikator A T menggunakan pakaian yang
Melaporkan tipis dan menyerap keringat
kenyamanan suhu e. Ajarkan keluarga untuk
Suhu tubuh dalam melakukan kompres hangat,
batas normal jika perlu
(36,5-37,5°C) f. Dorong pasien untuk
Tidak ada tanda- konsumsi cairan lebih
tanda dehidrasi g. Lakukan kolaborasi dengan
Tanda-tanda vital dokter untuk pemberian obat
dalam batas antipiretik
normal
Keterangan:
1 = Sangat Terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit Terganggu
5 = Tidak Terganggu
2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan asuhan NIC : Manajemen nutrisi (1100)
an nutrisi kurang keperawatan selama 3x24 jam, a. Tentukan status gizi dan
dari kebutuhan diharapkan masalah kemampuan pasien untuk
tubuh ketidakseimbangan nutrisi dapat memenuhi kebutuhan gizi
diatasi, dengan kriteria hasil b. Atur diet yang diperlukan
sebagai berikut: c. Lakukan atau bantu pasien
NOC : status nutrisi: asupan terkait dengan perawatan
makanan dan cairan (1008) mulut sebelum makan
Indikator A T d. Timbang pasien pada
Asupan interval yang tepat
makanan secara e. Anjurkan keluarga untuk
oral membawa makanan favorit
pasien saat pasien sedang

12
Keterangan: dirawat dirumah sakit
1 = Tidak adekuat f. Diskusikan dengan ahli gizi
2 = Sedikit adekuat dalam menentukan
3 = Cukup adekuat kebutuhan nutrisi pasien.
4 = Sebagian adekuat
5 = Adekuat
3 Nyeri Setelah dilakukan asuhan NIC : Manajemen nyeri (1400)
keperawatan selama 3x24 jam, a. Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan masalah nyeri dapat komprehensif
diatasi, dengan kriteria hasil b. Gali bersama pasien faktor-
sebagai berikut: faktor yang dapat
NOC = Kontrol nyeri (1605) menurunkan atau
Indikator A T memperberat nyeri
Melaporkan c. Ajarkan prinsip-prinsip
nyeri manajemen nyeri
Menggambarkan d. Ajarkan teknik non
faktor penyebab farmakologi
Ekspresi nyeri
e. Dorong pasien untuk
pada wajah
menggunakan obat-obatan
Mengerang dan
penurun nyeri yang adekuat.
menangis
f. Beritahu dokter jika tindakan
Keterangan:
tidak berhasil
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada
4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan NIC : Manajemen jalan nafas
pola nafas keperawatan selama 3x24 jam, (3140)
diharapkan masalah a. identifikasi kebutuhan
ketidakefektifan pola nafas dapat aktual/potensial pasien untuk
diatasi, dengan kriteria hasil membuka jalan nafas
sebagai berikut: b. Posisikan pasien untuk
NOC = memaksimalkan ventilasi
Status pernafasan (00415) c. Auskultasi jalan nafas catat
Indikator A T area yang ventilasinya
Frekuensi menurun atau tidak ada dan
pernafasan adanya sura tambahan
Irama d. Motivasi pasien untuk
pernafasan bernafas pelan dan dalam
e. Kolaborasi dengan ahli

13
Suara auskultasi fisioterapi untuk fisioterapi
nafas dada yang tepat.
Kedalaman
inspirasi
Keterangan:
1 = Berat
2 = Cukup
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Normal

14
DAFTAR PUSTAKA

Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S.
2012. A Three-Component Biomarker Panel For Prediction Of Dengue
Hemorraghic Fever. Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(2): 341-348.
Hidayat, Aziz Alimul A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2.
Jakarta : Salemba Medika.
Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. 2010. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba medika
Prasetyono. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogya : Diva Press
Vasanwala. F. F., Puvanendran. R., Chong. S. F., Ng. J. M., Suhail. S. M., Lee. K.
H. 2011. Could Peak Proteinuria Determine Whether Patient With Dengue Fever
Develop Dengue Hemorraghic/Dengue Shock Syndrome/- A Prospective
Cohort Study. BMC Infectious Diseases.
Warsidi E. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama; 2009

15

Anda mungkin juga menyukai