Anda di halaman 1dari 4

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PEREMPUAN DI INDONESIA

BERHUBUNGAN DENGAN SOSIAL DAN BUDAYA 

A. Isu 
      
Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi di Indonesia. Terdapat banyak sistem
kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia salah satunya kepada Perempuan dan sistem hukum
di Indonesia belum berjalan dengan semestinya. Kekerasan biasa dikaitkan dengan tekanan
emosional, psikologis dan fisik. Kekerasan yang biasa dialami pada perempuan atau istri terdapat
faktor tersendiri bagi laki-laki untuk mendorong laki-laki melakukan kekerasan. Faktor-faktor ini
umumnya tercermin dalam faktor gender dan patriarki. Segala kekerasan rumah tangga yang
dilakukan bertentangan dengan hukum al-qur’an yang dimana suami istri harus kompak dan
saling mendukung. Berikut ini merupakan contoh kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang
pernah terjadi di Indonesia :

1. KDRT, Suami Penganiaya Istri di Tangerang Terancam 5 Tahun Penjara 


 Suami penganiaya istri di Tangerang terancam hukuman penjara 5 tahun karena kasus
kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Kronologi ini diawali pertengkaran suami istri
itu dirumah mereka. pada saat bertengkar, tersangka naik pitam dan mengambil pisau dapur
dan menganiaya korban. Akibatnya, korban luka parah di leher, bahu, lengan dan jarinya.

2. Tegur Suami yang suka mabuk tetapi malah divonis penjara setahun.
Kasus KDRT yang menjadi perhatian masyarakat selanjutnya terjadi di Karawang, Jawa
Barat. Seorang istri divonis satu tahun penjara karena menegur suaminya yang sering mabuk
dan berlaku kasar. Perempuan berinisial V dilaporkan suaminya dengan tudingan KDRT
karena sering dimarahi dengan kata-kata kasar dan terganggu psikisnya.

3. Istri meninggal disiram air keras oleh suami WNA 


 Kasus KDRT pernah terjadi di Cianjur, Jawa Barat. Seorang istri meninggal dunia usai
disiram air keras oleh suaminya. Pasangan suami istri ini padahal baru menjalin kisah rumah
tangga selama dua bulan. Kisah tragis tersebut terjadi pada 20 November 2021, menimpa
perempuan berinisal S. Langkah Ketua RT melaju ke rumah korban usai mendengar
keributan dan suara minta tolong dari S.

B. Diskusi
        
 Menurut Falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, setiap warga negara berhak atas rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
Segala kekerasan, khususnya kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan merupakan
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Sebagian besar korban KDRT adalah perempuan yang
melindungi diri dari negara dan masyarakat untuk bebas dari ancaman kekerasan, penyiksaan
dan perlakuan yang merendahkan martabat dan status perempuan.
Pembahasan tentang kekerasan dalam rumah tangga, khususnya kekerasan yang
dilakukan terhadap suami dan istrinya, menjadi topik penelitian yang menarik. Hal ini karena
kasus KDRT merupakan kasus yang paling banyak di Indonesia. 
       Kenyataannya, jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia terhadap istri dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Seperti dilansir pada komnas perempuan kasus kekerasan
terhadap perempuan pada tahun 2007, 69,6% kasus merupakan kekerasan suami istri. Pada tahun
2008 angka ini kembali meningkat hampir 86%. Pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 96%
hingga per tahunnya. Ini merupakan kasus rumah tangga dengan mayoritas korban istri dan anak
perempuan. 
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 ten- tang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, bahwa kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence)
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
      Selain kekerasan fisik, dalam Undang-Undang Penghapusan Ke- kerasan dalam Rumah
Tangga disebut juga kekerasan psikis sebagaimana dapat dilihat pada Pasal 7 Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga yang berbunyi "Perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang".
        Empat bentuk kekerasan terhadap perempuan dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk
kekerasan yaitu: 
1. Kekerasan fisik (physical abuse) seperti tamparan, menendang, pukulan, menjambak,
meludah, menusuk, mendorong, memukul dengan senjata. 
2. Kekerasan psikis/emosional (emotional abuse) seperti rasa cemburu, merusak barang-
barang milik pribadi, mengancam untuk bunuh diri, melakukan pengawasan dan
manipulasi.
3. Kekerasan ekonomi (economic abuse) seperti membuat tergantung secara ekonomi,
melakukan control terhadap penghasilan, pembelanjaan.
4. Kekerasan seksual (sexual abuse) seperti memaksa hubungan seks, mendesak hubungan
seks setelah melakukan penganiayaan, menganiaya saat berhubungan seks, memaksa
menjadi pelacur.
Dalam kajian sosial budaya Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi secara spontanitas,
namun memeliki sebab-sebab yang mendorong laki laki berbuat kekerasan terhadap perempuan
(istri) yang secara umum penyebab kekerasan tersebut adalah karena faktor gender dan patriarki. 
 Secara sosial budaya ada beberapa faktor yang menjadi penyebab seringnya timbulkan
kekerasan dalam rumah tangga antara lain : 
a. Budaya patriarki yang mendukung laki laki sebagai makluk superior dan perempuan
sebagi mahkluk inferior.
b. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menempatkan laki laki boleh
menguasai perempuan.
c. Kondisi kehidupan suami atau keluarga yang hidup dalam kemiskinan
d. Suami pemabuk , frustasi  atau mempunyai kelainan jiwa.
     
Kekerasan yang sering di lakukan didalam rumah tangga akan berpengaruh pada anak anak
karena sifat anak anak yang suka meniru segala sesuatu yang di lakukan oleh orang orang
terdekatnya. Demikian juga sangat di khawatirkan terjadi peniruan model kekerasan kepada anak
dari cerita cerita atau pemberitaan pemberitaan yang penuh dengan nuansa kekerasan yang
termuat di media masa , apalagi di tambah dengan agedan kekerasan yang di perlihatkan oleh
orang tuanya yang sehuarusnya menjadi tauladan malah menjadi kondisi semacam ini sewaktu
waktu dapat mendorong timbulnya peniruan model kejahatan termasuk juga peniruan model
kenakalan remaja.

E. Refleksi 
     
Berdasarkan isu diatas, kekerasan terhadap perempuan mengakibatkan tekanan mental,
fisik dan menurunnya rasa percaya diri sehingga menimbulkan rasa keinginan untuk bunuh diri. 
         Kekerasan yang sering terjadi di rumah tangga akan berdampak pada anak karena anak
suka meniru orang terdekatnya. Maka dari itu anak laki-laki yang dibesarkan di lingkungan ayah
yang suka memukul ibunya cenderung mengikuti pola yang sama seolah-olah dia sudah punya
istri. Sangat disayangkan bahwa kekerasan yang terjadi bisa berdampak buruk kepada anaknya
sendiri. 
        Dalam isu ini dapat diambil kesimpulan bahwa penanganan kekerasan dalam rumah
tangga dapat diselesaikan dengan cara :

1. Komunikasi. Dalam penanganan KDRT hindari melawan dengan kekerasan, usahakan


komunikasi dengan kepala dingin.
2. Memberi tahu orang terdekat. Hal ini dilakukan untuk meringankan beban yang anda
alami karena dimungkinkan orang terdekat dapat memberikan solusi.
3. Lakukan pemeriksaan visum. Dokumentasikan kekerasan fisik yang anda alami dengan
memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan atau melakukan visum segera setelah
anda mengalaminya.
4. Upaya penyelamatan diri. Dalam upaya penyelamatan diri, buatlah rencana untuk pergi
dan bicaralah kepada orang lain atau melaporkan kepada pihak berwajib.
5. Melaporkan kepada pihak berwajib. Dalam upaya ini melapor kepada pihak berwajib
dengan membawa bukti visum atau yang lainnya sangat berpengaruh terhadap
hukuman yang akan diterima pelaku. 

F. Referensi

https://metro.tempo.co/amp/1469621/kdrt-suami-penganiaya-istri-di-tangerang-terancam-5-
tahun-penjara

https://rsupsoeradji.id/kiat-kiat-penanganan-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt/

http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/62#:~:text=Dampak
%20kekerasan%20terhadap%20istri%20yang,dan%20keinginan%20untuk%20bunuh%20diri.

https://www.idntimes.com/news/indonesia/amp/lia-hutasoit-1/deretan-kasus-kdrt-sepanjang

Anda mungkin juga menyukai