Anda di halaman 1dari 2

kekerasan dalam rumah tangga secara umum adalah Penganiayaan yang dilakukan oleh

seseorang yang berada dalam lingkungan keluarga untuk melukai anggota keluarga yang lain.
Adapun bentuk ekonomi dapat berupa fisik, psikis, fisik. Objek kekerasan rumah tangga adalah
setiap anggota keluarga : Ayah, ibu, anak, saudara dan lain-lain yang menetap di rumah yang
bersangkutan. Realitasnya kekerasan rumah tangga pada umumnya dilakukan oleh suami
terhadap isteri. Antara laki-laki dan perempuan ada sitilah jender berasal dari bahasa Inggris.
Gender artinya pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan laki-laki dan perempuan
dalam perspektif gender adalah hasil konstruksi manusia misalnya bahwa pandangan laki-laki
berkuasa, kuat, tegar, berani dan rasionil sedangkan perempuan lemah, lembut, rapuh, penakut
dan emosional . Perbedaan gender dalam rumah tangga tidak boleh disalahgunakan dan harus
diperhatikan oleh suami maupun istri sehingga akan melahirkan keadilan antara keduanya. Jika
perbedaan gender disalahgunakan dan tidak diperhatikan oleh suami maupun istri akan
menimbulkan kekerasan yang baik oleh istri atau sebaliknya terhadap suami.
Tindak kekerasan oleh suami terhadap isteri tidak terjadi apabila kedudukan suami seimbang
dalam rumah tangga. Kalau posisi suami lebih tinggi dari isteri maka dapat menimbulkan tindak
kekerasan dalam rumah tangga. Korbat akibat tindak kekerasan dalam rumah tangga sangat luas
cakupannya oleh karena itu penulis hanya membahas tindak kekerasan fisik oleh suami terhadap
isteri dalam rumah tangga, faktor penyebab dan hak korban tindak tindak kekerasan dalam
rumah tangga.
KDRT merupakan fakta bersifat universal karena dapat terjadi dalam sebuah rumah tangga tanpa
pembedaan budaya, agama, suku bangsa, dan umur pelaku maupun korbannya. Oleh sebab itu,
terjadinya KDRT tidak hanya berangkat dari satu faktor penyebab. Kekerasan inipun mengandung
kekhususan, yaitu terletak pada hubungan pelaku dan korban merupakan hubungan kekeluargaan.
Kekhususan ini menjadikan korban menutupi kekerasan yang dilakukan oleh suami dan penegak
hukum sulit mendeteksi kekerasan yang terjadi.
KDRT dapat dikategorikan sebagai tindakan penyalahgunaan kekuasaan secara sewenang-
wenang tanpa batasan (abuse of power) yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Tindakan ini
juga merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Pasal 30 dan Pasal 31 Undang-
Undang Hak Asasi Manusia pun menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas rasa aman dan
tentram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan dan setiap orang bebas dari penyiksaan,
penghukuman, perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat
manusia. Tidak hanya istri, dalam hal ini hak anak pun dilanggar.
Secara hukum materiil terdapat empat bentuk KDRT, antara lain :
1. Kekerasan fisik merupakan perlakuan yang menimbulkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat.
2. Kekerasan psikis adalah kekerasan dengan akibat yang sukar dilihat oleh orang-orang yang
menyaksikan, pelaku, bahkan korban. Akibat yang ditimbulkan berupa ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya rasa kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku dapat berupa hinaan, bentakan, atau tindakan lainnya yang dapat merendahkan
martabat korban.
3. Kekerasan seksual merupakan pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap
orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut atau pemaksaan hubungan
seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk
tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
4. Penelantaran rumah tangga atau ancaman yang dilakukan kepada anggota rumah tangga
berkaitan dengan perbuatan melawan hukum. Setiap orang dilarang menelantarkan orang
dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut.
Dari berbagai macam tindakan kdrt tersebut kami akan menganalisi poin nomor satu yaitu
kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga,seperti yang telah dijelaskan bahwa kekerasan fisik
merupakan perlakuan yang menimbulkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Dalam berita yang kami kutip dari Kompas.com : Seorang Anak Babak Belur Dipukul dan
Diseret Ayah Kandung di Jakarta Timur (kompas.com)
Kronologi Kejadian :
Kejadian bermula saat seorang anak perempuan berusia 12 pada rabu pagi melakukan kegiatan
seperti anak lainnya yaitu bermain. Kemudian korban disuruh oleh ibu tirinya untuk menjemur
pakaian di sekitar rumah di Kawasan duren sawit Jakarta timur.Namun kondisi jemuran pada saat
itu penuh, dan kemudian korban disarankan oleh tantenya untuk menggantung pakaian di hanger.
Kemudian korban menjemur pakaian seperti yang disarankan oleh tantenya, lalu sang ibu tiri
melihat bahwa korban tidak melaksanakan tugas seperti apa yang diperintahkan oleh sang ibu tiri.
Makian tersebut kemudia didengar oleh ayah kandung korban yaitu Abdul, kemudian ayah korban
melakukan kekerasan fisik terhadap korban. Tante korban melihat anak yang diseret oleh ayahnya
menggunakan tangan kosong sejauh tujuh meter dan memukul korban. Beberapa jam setelah
kejadian tepatnya pada kamis dini hari pukul 01.00, abdul ditangkap dirumahnya, dan dijerat
dengan UU No 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga(KDRT) dan UU Nomor
25 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak,terancam lima tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai