Anda di halaman 1dari 8

Kekerasan Dalam

Rumah Tangga(KDRT)
Nama :
Asih Yuliana (212710035)
Yovi Aldila (212710032)
• KDRT Kekerasan Dalam RumahTangga
• KDRT adalah salah satu bentuk kekerasan berdasar
asumsi yang bias gender tentang relasi laki-laki dan
perempuan,
• KDRT bukan sekedar perselisihan biasa antara suami
isteri.
• KDRT bersumber pada cara pandang yang
merendahkan martabat kemanusiaan dan pembakuan
peran gender pada sesorang,
• KDRT bisa menimpa isteri, suami, ibu, anak, PRT atau
siapapun yang hidup dalam satu rumah. Tetapi
memang lebih banyak terjadi pada perempuan karena
nilai patriarkhi yang masih kuat dalam masyarakat.
Definisi KDRT
• Komnas Perempuan : Kekerasan adalah segala tindakan yang
mengakibatkan kesakitan yang meliputi empat aspek : fisik,
mental, sosial dannekonomi.
• Begitu juga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). • UU
PKDRT No. 23/ 2004 : Kekerasan Dalam RumahTangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis dan / atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam rumahtangga.

• https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/24.pdf
Jenis Jenis KDRT
P. 5

• Kekerasan fisik : menampar, menempeleng, memukul,


membenturkan ke benda lain, dsb, sampai ke bentuk –bentuk
kekerasan yang mengancam keselamatan,
• Kekerasan mental : kata-kata yang menyakitkan, bentakan,
penghinaan, ancaman, dsb.,
• Kekerasan ekonomi : larangan bekerja, mengontrol pendapatan
isteri, tidak memberikan uang yang cukup untuk keluarga,
• Kekerasan seksual : perkosaan, pemaksaan kehamilan,
pemukulan atau bentuk penyiksaan lain yang menyertai
hubungan intim, pornografi, penghinaan terhadap seksualitas
perempuan dengan bahasa verbal.
• Bentuk kekerasan terhadap perempuan saling berkaitan (tidak
berdimensi tunggal)
Penyebab KDRT
• Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara
• Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan
bahwa laki-laki harus kuat, berani serta tanpa ampun
• KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan
pribadi terhadap relasi suami istri
• Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan
• tidak adanya pengetahuan dari kedua belah pihak bagaimana cara
mengimbangi dan mengatasi sifat-sifat yang tidak cocok diantara
keduanya
• tidak adanya rasa cinta pada diri seorang suami kepada istrinya, karena
mungkin perkawinan mereka terjadi dengan adanya perjodohan
diantara mereka tanpa didasari dengan rasa cinta terlebih dahulu.
Hal penting dalam UU PKDRT
• KDRT merupakan wilayah publik Jika terjadi KDRT
aparat dan masyarakat berhak masuk dalam
wilayah yang selama ini disebut ranah privat.
• Pemahaman jenis kekerasan lebih variatif
Mencakup kekerasan fisik, psikologis, sesksual dan
penelantaran rumah tangga.
• Pengakuan hak korban Korban berhak dilindungi
oleh keluarga, aparat, lembaga sosial dan pihak lain.
Korban juga berhak mendapat pelayanan atas
penderitaan fisik dan psikologis, pendampingan
hukum dan jaminan kerahasiaan (layanan terpadu).
Lanjutan...

• Pendampingan dalam proses hukum Boleh didampingi tidak


saja oleh pengacara tetapi juga oleh ahli lain yang bukan
pengacara, bahkan pengacara harus berkoodinasi dengan
ahli tsb.
• Pelaporan Dibenarkan pelaporan oleh korban di kantor
polisi atau di lokasi kejadian. Korban juga boleh memberi
kuasa kepada orang lain untuk pelaporan atas kasusnya.
• Alat buktidan kesaksian Bukti cukup keterangandari saksi
korban dan satu alat bukti
• Ketentuanpidana Kekerasan seksual dalam rumahtangga
dijatuhi pidana minimal 4-5 tahun, dengan denda 12 atau
25 juta. Pidana tambahan berupa pembatasan gerak pelaku
baik fisik (ruang, jarak, waktu) Maupun hak-hak pelaku.
Pelaku juga wajib menjalani konseling untuk penyadaran.
Contoh kasus KDRT:
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terjadi di
Purworejo. Ks (46), seorang ibu rumah tangga warga Dukuh
Kaliduren, Kalijering, Pituruh, Purworejo, tega menganiaya
suaminya sendiri.
Motif penganiayaan yang dilakukan tersangka, karena dia tak mau
dicerai oleh suaminya. Dari pengakuan tersangka, suaminya itu
seringkali mengeluarkan ancaman akan menceraikannya, setiap kali
mereka cekcok. Mereka baru enam bulan menikah. Saat menikah,
keduanya berstatus duda dan janda. Selama menikah, mereka sering
cekcok. Istrinya merasa tak pernah diperhatikan suami. Polisi
menyita berbagai barang bukti, antara lain, satu bilah bendo terbuat
dari besi bergagang kayu panjang kurang lebih 40 cm, satu buah
kasur lantai warna biru terdapat bercak darah, satu buah bantal
bersarungkan warna putih kombinasi biru terdapat bercak darah,
satu buah selimut bergambar binatang terdapat bercak darah, serta
satu buah buku nikah.Pada tersangka, polisi menjeratnya dengan
pasal 44 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dengan ancaman
hukuman maksimal
10 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai