Anda di halaman 1dari 25

KDRT

(Kekerasan Dalam Rumah Tangga)

1410211114
Ega Mardiyana
Blok Forensik
Pendahuluan

Dengan disahkannya Undang-Undang RI No. 23 tahun 2004 tentang


penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), maka
domestic violence, yang diterjemahkan sebagai kekerasan dalam
rumah tangga bukan lagi menjadi urusan dalam satu keluarga
semata.
Kekerasan dalam rumah tangga memiliki tren yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. fenomena gunung es
Di sebagian besar masyarakat Indonesia, KDRT atau Kekerasan Dalam
Rumah Tangga belum diterima sebagai suatu bentuk kejahatan.
Korban kekerasan dalam rumah tangga biasanya enggan untuk
melaporkan kejadian yang menimpa dirinya karena tidak tahu
kemana harus mengadu.
Definisi

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan


terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Epidemologi

Kekerasan dalam rumah tangga memiliki tren yang terus meningkat


dari tahun ke tahun.
Menunjukkan kekerasan terhadap perempuan (KTP) sepanjang
tahun 2006, mencapai 22.512 kasus, dan kasus terbanyak adalah
Kekerasan dalam Rumah Tangga sebanyak 16.709 kasus atau 76%.
Jenis kekerasan yang paling sering dihadapi oleh perempuan
adalah kekerasan psikis (45,83 %).
Gejala Kekerasan

Cemas
Penuh rasa takut
Sedih
Putus asa
Sulit tidur
Nyeri tidak jelas
Merusak Kondisi psikologis
Bentuk KDRT

Kekerasan Fisik
memukul, menendang, dan lain-lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau
cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian

Kekerasan Psikis
menghina, berkata kasar dan kotor yang mengakibatkan menurunnya rasa
percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak
dan tidak berdaya
Kekerasan Seksual
memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak
wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri
Kekerasan Ekonomi
membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah
membiarkan istri yang bekerja untuk di-eksploitasi
tidak memberikan gajinya pada istri
tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya
Lingkup Rumah Tangga

Menurut UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Pasal 2 lingkup rumah tangga


meliputi :
Suami, istri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri)
Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud huruf a karena hubungan darah,
perkawinan (mertua, menantu, ipar, besan), persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga;
dan atau
Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap
dalam rumah tangga tersebut
Faktor Penyebab KDRT

Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan


bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran
Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus
ditutup karena merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.
Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan
mendidik istri, kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami
sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.
Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.
Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua
yang sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.
Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari
masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam
rumah tangganya
Masalah budaya, Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian
kekuasaan yang sangat jelas antara laki laki dan perempuan dimana laki
laki mendominasi perempuan
Faktor Domestik Adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai
diketahui oleh orang lain
Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon
apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban
kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat
Dampak KDRT

Sakit fisik
Tekanan mental
Menurunnya rasa percaya diri dan harga diri
Depresi, dan keinginan untuk bunuh diri
Berdampak pada anak
Karakteristik kasus KDRT

Mengutip Walker dan Gelles (dalam Frederick & Foreman, 1984) bahwa KDRT
cenderung mengikuti alur sebuah siklus atau lingkaran kekerasan berulang
terhadap istri (cycle of violence)

Fase 1
Munculnya ketegangan, berbagai konflik, pertengkaran mulut, tidak adanya
kesatuan pendapat
Fase 2
Insiden penganiayaan akut terjadi dengan tindakan kekerasan secara verbal,
fisik dan seksual, berlangsung dalam beberapa jam sampai 24 jam atau lebih
lama lagi
Fase 3
Keduanya merasa mereda/ hilang
Pemeriksaan kedokteran forensik

Dokter dituntut untuk mampu menjadi penilai/assessor


Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan seksama untuk
menilai luka-luka yang baru serta mencari kemungkinan luka-luka
lama yang dapat menunjukkan adanya kekerasan berulang
Pada pemeriksaan terhadap korban kekerasan fisik, dalam rangka
pembuatan kesimpulan visum, perlu memperhatikan klasifikasi luka
yang mengacu pada pasal 44 UU PKDRT
Pasal 44 UU PKDRT
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya
korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda
paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap
isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan.
Aspek hukum

UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah


Tangga
Fokus UU PKDRT ini ialah kepada upaya pencegahan, perlindungan
dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga.
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Bahwa setiap bentuk kekerasan terhadap perempuan merupakan
salah satu bentuk pelanggaran atas hak-hak asasi manusia
sehingga dibutuhkan satu usaha untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kekerasan terhadap perempuan
Ketentuan pidana
Ketentuan pidana terhadap pelanggaran KDRT diatur oleh Undang-undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT.
UU No.23 Tahun 2004

setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang


berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga
UU No.23 Tahun 2004

Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes
dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan
Undang-undang Republik Indonesia tahun 1945.
Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah
tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan
terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus
dihapus.
Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah
perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara
dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau
ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan
derajat dan martabat kemanusiaan.
. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis
besar isi pasal yang berbunyi:
Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri
atau anak diancam hukuman pidana
Cara penanggulangan KDRT

Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang
teguh pada agamanya
Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga,
Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri
Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya
antar anggota keluarga
Saran

Memahami tentang KDRT serta dampaknya dan konsekuensi hukum


Memahami tentang HAM dan Kesetaraan gender
Menyadari KDRT adalah perilaku salah klien menyadari memiliki kekuatan
untuk berubah
Mampu mengolah konflik dengan cara tanpa kekerasan
Mampu mengenali emosi/pikiran negatifnya yang relevan dengan KDRT
Penutup

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu bentuk


kekerasan terhadap perempuan karena korban KDRT pada umumnya
ialah perempuan.Kekerasan terhadap perempuan berarti kekerasan yang
melanggar hak asasi perempuan yang berarti juga kekerasan yang
melanggar hak asasi manusia. Dengan dikeluarkannya UU PKDRT No. 23
Tahun 2004, masalah KDRT tidak lagi menjadi masalah privat tetapi sudah
menjadi masalah publik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai