Anda di halaman 1dari 22

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(KDRT)
Oleh
Djumadi Achmad
Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan
hukum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 yang antara lain
menegaskan bahwa:7

a.  setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala
bentuk  kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang
Republik Indonesia tahun 1945.
b. segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap
martabat kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus.
c.  korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah
perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau
masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman
kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan
martabat kemanusiaan.
d. berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga.
Pengertian KDRT
UU No. 23 tahun 2004, psl 1, ayat 1
(UU tentang Penghapusan KDRT)
“setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan,
atau penderitaan secara fisik, seksual psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga”
Termasuk dalam lingkup rumah tangga
a). Suami, isteri, dan anak, termasuk anak angkat dan anak tiri ;
b). Keluarga suami/isteri yang tinggal menetap dalam RT :
mertua, menantu, ipar, dan besan ; dan
c). Orang yang bekerja membantu dan tinggal dalam RT tersebut,

seperti PRT.
KDRT (oleh suami atau isteri)
1. Kekerasan fisik, yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat
2. Kekerasan psikis, yang mengakibatkan rasa ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dll.
3. Kekerasan seksual, yang berupa pemaksaan seksual dengan
cara tidak wajar, baik untuk suami maupun untuk orang lain
untuk tujuan komersial, atau tujuan tertentu
4. Kekerasan ekonomi : penelantaran yang terjadi dalam RT, yang
mana menurut hukum diwajibkan atasnya, mis membatasi
dan/atau melarang untuk bekerja yang layak
KEKERASAN PSIKIS

• Kekerasan psikologis atau emosional adalah


perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan
psikis berat pada seseorang.
KEKERASAN PSIKIS

• Wujud konkrit kekerasan atau pelanggaran jenis ini


adalah penggunaan kata-kata kasar, penyalahgunaan
kepercayaan, mempermalukan orang di depan orang
lain atau di depan umum, melontarkan ancaman
dengan kata-kata dan sebagainya.
KEKERASAN PSIKIS

• Akibat adanya perilaku tersebut biasanya korban


akan merasa rendah diri, merasa tidak berharga dan
lemah dalam membuat keputusan.
FAKTOR PENYEBAB
• Budaya
• Hagemoni Patriarchi
• Perempuan mengalami tindak kekerasan karena
secara sosial dan ekonomi perempuan kedudukannya
relatif lemah
• Perempuan secara fisik dianggap lebih lemah dari
laki-laki
• Kekerasan dianggap hal yang biasa di masyarakat
DAMPAK KEKERASAN PSIKIS

• Kesehatan fisik yang jelek


• Kesulitan berkonsentrasi
• Gangguan emosional dan/atau mental
• Pekerjaan terbengkalai
• Kemungkinan besar menggunakan narkoba dan
alkohol
• Upaya untuk melakukan bunuh diri.
SIKLUS KDRT
Tindakan petugas kesehatan yang membantu
korban antara lain :

• Memperhatikan kerahasiaan klien


• Memberikan kepercayaan kepada klien
• Menyatakan bahwa kekerasan yang dihadapi klien bukan
merupakan kesalahannya
• Menghormati hak klien untuk mengambil keputusan yang
dianggap terbaik bagi dirinya ketika ia sudah mampu berpikir
secara jernih.
Tindakan petugas kesehatan yang membantu
korban antara lain :

• Membantu klien untuk membuat rencana penyelamatan diri


bila mengalami kekerasan, dengan memperhatikan apa yang
telah dilakukan selama ini dan apakah ada tempat untuk
mendapatkan perlindungan yang aman.
• Membantu korban untuk mendapatkan pelayanan lainnya
bagi korban kekerasan.
Kewajiban masyarakat
Setiap orang yang mendengar, melihat, atau
mengetahui terjadinya KDRT wajib melakukan upaya :
a. Mencegah KDRT
b. Memberikan perlindungan kepada korban
c. Memberikan pertolongan darurat
d. Mengajukan proses permohonan perlindungan
Kewajiban masyarakat
• Kekerasan psikis, fisik serta kekerasan seksual yang
terjadi di dalam hubungan antar suami-isteri, yang
berlaku adalah delik aduan
• Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga
atau Pengacara untuk melaporkan KDRT ke kepolisian
(pasal 26 ayat 2)
• Jika yang menjadi korban adalah seorang anak,
laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali,
pengasuh atau anak yang bersangkutan (pasal 27)
Asas Penghapusan KDRT (Pasal 3)

• Penghormatan hak asasi manusia


• Keadilan dan kesetaraan gender
• Nondiskriminasi
• Perlindungan korban
Tujuan Penghapusan KDRT (Pasal 4)

• Mencegah segala bentuk KDRT


• Melindungi korban
• Menindak pelaku
• Memelihara keutuhan rumah tangga yang
harmonis dan sejahtera
Sanksi pidana bagi pelaku
• Pasal 44 s/d pasal 53
• Khusus untuk kekerasan KDRT di bidang
seksual : (pasal 47 dan 48)
– minimal 5 tahun penjara dan maksimal 15 tahun
penjara; atau
– 20 tahun penjara atau denda antara 12 juta s/d
300 juta rupiah atau antara 25 juta s/d 500 juta
rupiah

Anda mungkin juga menyukai