Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 3

Kekerasan Dalam Rumah Tangga


KDRT
APA ITU KDRT?
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah segala
bentuk ancaman, pelecehan, dan kekerasan antara dua
orang yang terikat dalam hubungan pernikahan atau
anggota keluarga lain, misalnya anak. Ini merupakan
salah satu bentuk hubungan abusive dan toxic yang
cukup sering terjadi.

Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya berupa


tindakan fisik, tetapi juga kekerasan secara psikologis
dan seksual. Bukan hanya cedera, masalah kesehatan
dan bahkan kematian mengintai korban tindakan ini.
Oleh karena itu, lindungi diri dengan mengenali
bentuk-bentuknya dan cara menyikapinya.
Siapa pun berpeluang menjadi pelaku atau korban
KDRT. Namun, pada kenyataannya, sebagian besar
korban KDRT di Indonesia adalah wanita. Sebuah
penelitian mengungkapkan bahwa sekitar 30
persen wanita Indonesia pernah mengalami KDRT.

KDRT bersumber pada cara pandang yang merendahkan


martabat kemanusiaan dan pembakuan peran gender
pada seseorang.
Definisi KDRT
Komnas Perempuan Menurut UU PKDRT No. 23/2004

Kekerasan adalah segala tindakan yang Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan

mengakibatkan kesakitan yang meliputi empat terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat

aspek yaitu fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Begitu timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

juga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). seksual, psikologis, dan atau penelantaraan rumah

tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,

pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam rumah tangga.


Jenis-jenis KDRT
Kekerasan Terbuka Kekerasan Tertutup
(overt) (covert)

Kekerasan fisik yang Dikenal dengan kekerasan psikis


dapat dilihat, atau emosional. Kekerasan ini sifatnya
seperti perkelahian, tersembunyi, seperti ancaman,
pukulan, tendangan, hinaan, atau cemooh yang kemudian
menjambak, menyebabkan korban susah tidur,
mendorong, tidak percaya diri, tidak berdaya, terteror,
sampai pada dan memiliki keinginan
membunuh. bunuh diri.
Jenis-jenis KDRT

Kekerasan seksual Kekerasan financial

Definisi Kekerasan yang dilakukan dalam


Secara fisik misalnya
bentuk eksploitasi, memanipulasi, dan
pelecehan seksual (meraba, menyentuh
mengendalikan korban dengan
organ seks, mencium paksa,
tujuan finansial. Serta memaksa korban
memaksa berhubungan seks dengan
bekerja, melarang korban
pelaku atau orang ketiga,
bekerja tapi menelatarkannya, atau
memaksa berhubungan intim
mengambil harta pasangan tanpa
Sedangkan verbal seperti membuat
sepengetahuan.
komentar, julukan, atau gurauan porno
yang sifatnya mengejek, juga
membuat ekspresi wajah, gerakan tubuh,
Kenali faktor-faktor
atau pun perbuatan seksual KDRT
lain yang sifatnya melecehkan dan atau
menghina korban.
Faktor penyebab KDRT
Jika mau membahas mengenai faktor penyebab terjadi nya KDRT ini
sangatlah banyak, namun dibawah ini adalah beberapa diantara nya.

•Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara.


•Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan
bahwa laki-laki harus kuat, berani serta tanpa ampun.
•KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan
pribadi terhadap relasi suami istri.
•Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.
Faktor penyebab KDRT

• Tidak adanya pengetahuan dari kedua belah pihak bagaimana


cara mengimbangi dan mengatasi sifat-sifat yang tidak cocok
diantara keduanya.
• Tidak adanya rasa cinta pada diri seorang suami kepada istrinya,
karena mungkin perkawinan mereka terjadi dengan adanya
perjodohan diantara mereka tanpa didasari dengan rasa cinta
terlebih dahulu.
Undang Undang mengenai KDRT
Menurut pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU
KDRT), Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.

Undang-Undang KDRT ini berlaku bagi setiap orang,


tanpa membedakan jenis kelamin. Jadi, UU KDRT ini
tidak hanya berlaku bagi seorang istri saja, namun juga
berlaku untuk suami. Hal ini sesuai dengan pasal 3 huruf
b UU KDRT, yaitu bahwa penghapusan kekerasan rumah
tangga menganut asas kesetaraan jender.
Undang Undang mengenai KDRT

Untuk korban KDRT, pasal 10 UU KDRT memberikan hak-hak sebagai


berikut:

1. perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,


advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;

2. pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis

3. penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban

4. pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap


tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

5. pelayanan bimbingan rohani;


Undang Undang mengenai KDRT

Pasal 26 UU KDRT selanjutnya memberikan hak bagi korban


untuk melaporkan secara langsung, atau memberikan kuasa
pada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan
dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian. Dengan
demikian, paman Anda berhak untuk melaporkan kekerasan
yang dialaminya kepada polisi, atas dasar UU KDRT ini.
Apa yang saya lakukan apabila
mengalami KDRT?

Bercerita kepada teman atau kerabat terdekat


Guna untuk meminta saran serta masukan kepada
orang terpercaya, dan lakukan lah konseling dengan
psikolog jika membutuhkan.

Melapor kepada pihak kepolisian


Jika mengalami KDRT dalam bentuk kekerasan fisik,
korban harus melapor ke kepolisian. Petugas akan
mengarahkan untuk melakukan visum et repertum di
rumah sakit. Hasil visum dapat digunakan sebagai alat
bukti surat yang diajukan ke pengadilan.

Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan


dan Anak (P2TP2A)
Pada situs tersebut, di bagian layanan publik, tersedia
formulir pengaduan masyarakat. Pelapor harus
mengisi data mengenai pekerjaan, status perkawinan,
bentuk kekerasan, tempat dan waktu kejadian, ciri-ciri
pelaku serta huhungannya dengan korban.
Lalu, bagaimana jika saya sendiri
tidak bisa datang hadir untuk melaporkan
KDRT?
Tidak perlu khawatir, jika korban tidak dapat datang
sendiri bisa diwakilkan oleh keluarga atau pengacara
untuk melapor ke kantor polisi.

Hal apa yang harus dilakukan ketika kita


melihat orang yang melakukan KDRT?
Apakah tindakan langsung lapor dapat
dibenarkan?
Bagaimana jika melihat langsung KDRT
kemudian langsung lapor? Benarkah tindakan
tersebut?
Saksi mata masih dapat melakukan tindakan lain untuk
mencegah berlanjutnya kekerasan terhadap korban.
Kewajiban masyarakat untuk turut serta dalam
pencegahan KDRT ini diatur dalam Pasal 15 UU KDRT yang
berbunyi sebagai berikut:

“Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui


terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib
melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas
kemampuannya untuk:
a. mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. memberikan perlindungan kepada korban;
c. memberikan pertolongan darurat; dan
d. membantu proses pengajuan permohonan
penetapan perlindungan.”

Namun, dalam keadaan tertentu, permohonan


dapat diajukan tanpa persetujuan korban (lihat
Pasal 30 ayat [1], ayat [3], dan ayat [4] UU KDRT).
Yang dimaksud dengan
”keadaan tertentu” dalam ketentuan tersebut,
misalnya: pingsan, koma, dan sangat terancam
jiwanya.

Lantas, bagaimana
cara penanggulangannya?
Penanggulangan KDRT
Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan pelaku kekerasan dalam
rumah tangga tidak cukup hanya dengan pendekatan secara integral,
tetapi pendekatan sarana penal dan non penal tersebut harus didukung
juga dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran
hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum.
Dikatakan sebagai salah satu bagian, karena selama ini ada persepsi
bahwa budaya hukum hanya meliputi kesadaran hukum masyarakat saja.
Pada hakekatnya secara psikologis dan pedagogis ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan untuk menangani KDRT, yaitu melalui
pendekatan kuratif dan pendekatan preventif.
Bagaimana sih
penanggulangannya?
Iman yang kuat Tercipta kerukunan dan
serta akhlak yang baik kedamaian

Sehingga kekerasan dalam rumah Karena didalam agama itu mengajarkan

tangga tidak terjadi dan dapat diatasi tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak,

dengan baik dan penuh kesabaran. saudara, dan orang lain. Sehingga antara
anggota keluarga dapat saling mengahargai
setiap pendapat yang ada

Komunikasi yang baik

Harus adanya komunikasi yang baik antara suami


dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang
rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah
tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan
diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi
pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
Bagaimana sih
penanggulangannya?
Saling percaya mengkoordinir keuangan

Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling Seorang istri harus mampu
menghargai dan sebagainya antar anggota mengkoordinir berapapun keuangan
keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi yang ada dalam keluarga, sehingga
dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa seorang istri dapat mengatasi apabila
saling percaya, maka mudah bagi kita untuk terjadi pendapatan yang minim,
melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa sehingga kekurangan ekonomi dalam
kepercayaan maka yang timbul adalah sifat keluarga dapat diatasi dengan baik.
cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga
yang kadang juga berlebih-lebihan.
Apakah penyelesaian masalah KDRT
dapat diselesaikan secara berdamai?
Penyelesaian masalah KDRT diluar pengadilan
sebenarnya sangat mungkin dilakukan, apabila
pelaku mampu mempertanggung jawabkan
perbuatannya baik itu mendapatkan hukuman
penjara kasus kdrt dan denda atau sanksi lainnya
sesuai jenis tindak kekerasan yang dilakukan dan
juga korban yang masih memberi kesempatan
bagi pelaku.

Bagaimana penyelesaian diluar


pengadilan atau tidak melalui jalur hukum?
Berikut langkah yang dilakukan jika tidak melalu
jalur hukum atau diluar pengadilan
Yang pertama dapat dilakukan tanpa menggunakan
mediator. Pada tingkat penyelesaian ini disebut negosiasi,
dimana dari kedua belah pihak memiliki inisiatif sendiri
untuk menyelesaikan permasalahan bersama-sama.

Yang kedua dapat dilakukan dengan meminta bantuan


keluarga sebagai bentuk mediasi. Yang ketiga dapat
diselesaikan dengan kedua belah pihak yang bersepakat
untuk meminta bantuan kepala desa sebagai penengah.

Akan tetapi,
Penyelesaian kasus kdrt memang sebaiknya dilakukan oleh
pihak yang berwajib agar mendapatkan penanganan yang
tepat,.
Walaupun,
dalam beberapa kasus, penanganan kasus KDRT di
luar pengadilan juga dapat menjadi alternatif
dimana kedua belah pihak dapat saling bekerja
sama dan saling mempercayai satu sama lain.
Kesimpulan
p

Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan


belajar, seperti membaca buku yang memang isi bukunya itu bercerita
tentang bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga yang sakinah,
mawadah, dan warahmah. Di dalam sebuah rumah tangga butuh
komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah
rumah tangga yang rukun dan harmonis.

Konflik, dan perselisihan merupakan sebab utama terjadinya kdrt oleh


karena itu penyelesaian konflik yang baik harus diberlakukan di dalam
keluarga, misalnya jika ada masalah sebaiknya masalah itu selesai
dalam satu hari sehingga konlik tidak berlarut-larut yang pada awalnya
cekcok mulut malah berakhir tindakan fisik.

Solusi paling pasti jika kdrt sudah berlangsung terus menerus dan
tidak ada upaya damai maka jalan akhirnya adalah berpisah dari si
pelaku.
Thank You
See You Next Time

Anda mungkin juga menyukai