Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU KEKERASAN

DALAM KELUARGA

KELOMPOK 5
Eva Riantika Ratna P
Meifianto Agus Eko K
Meyfita Sari Rike Y
Shilvy Dwi Purnama S
Vindy Ayu Marinda

Fasilitator : Rizki Fitriyasari, S.Kep.,Ns.,M.Kep


LATAR BELAKANG
1. Sekitar 72% dari perempuan melaporkan tindak kekerasan sudah
menikah dan pelakunya selalu suami mereka. (Komisi Perempuan
2005)
2. 80% dari perempuan yang melapor pelakunya adalah para suami,
mantan suami, pacar laki-laki, kerabat atau orang tua, 4,5% dari
perempuan yang melapor berusia dibawah 18 tahun. (Mitra
Perempuan, 2005)
3. Sembilan dari sepuluh perempuan yang
memanfaatkan pelayanan mengalami lebih dari
satu jenis kekerasan (fisik, fisiologi, seksual,
kekerasan ekonomi, dan pengabaian), hampir 17%
kasus tersebut berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi perempuan. (Pusat Krisis Perempuan di
Jakarta, 2005)
TUJUAN
1. Mengetahui definisi Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
2. Mengetahui etiologi Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
3. Mengetahui patofisiologi Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
4. Mengetahui klasifikasi Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
5. Mengetahui bentuk-bentuk Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
6. Mengetahui karakteristik Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
7. Mengetahui tanda dan gejala korban Perilaku Kekerasan dalam Rumah
Tangga
8. Mengetahui penatalaksanaan korban Perilaku Kekerasan dalam Rumah
Tangga
9. Mengetahui dampak Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
10. Mengetahui cara mencegah Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
11. Mengetahui hambatan-hambatan dalam penanganan Perilaku Kekerasan
dalam Rumah Tangga
12. Mengetahui asuhan keperawatan khususnya bagi perawat jiwa dalam
kasus Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
DEFINISI KDRT
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu pola


pemaksaan kehendak atas sesorang terhadap pasangannya
dengan menggunakan serangan dan ancaman termasuk
penyiksaan secara fisik, mental atau emosional dan juga
penguasaan secara ekonomis. Kekerasan terjadi karena
ketidakseimbangan antara suami dan istri baik secara
fisik, dan ekonomi kepada yang lemah, antara yang
dominan kepada yang kurang dominan dan antara yang
berkuasa dan yang tidak berdaya (LPKP2 fatayat NU &
The Asia Foundation 2003).
ETIOLOGI
f. PREDISPOSISI

1. Teori Biologi
• Neurobiologik (gg.lobus frontal) agresif

• Neurotransmitter  impuls agresif

• Genetik

• Sindroma otak organik  trauma, epilepsi

2. Teori Psikologik
• Psikoanalitik : ketidakpuasaan thd keb yg tdk terpenuhi

• Pembelajaran : meniru

• Sosiokultural : menganggap PK efektif


Lanjutan….

f.PRESIPITASI
• Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
• Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
• Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
• penyalahgunaan obat dan alkoholisme  tidak mampu mengontrol
emosi
• Kematian anggota keluarga yang terpenting
• kehilangan pekerjaan
• Perubahan terhadap perkembangan keluarga
PATOFISIOLOGI
Fase 1 : ketegangan
(konflikwanita mengeluh,pasif laki2 marah melihat sikap wanita)

Fase 2 : insiden
(kekerasan verbal/fisik/seksualkorban menunda mencari
pertolongan)

Fase 3 : mereda
(laki2 meminta maaf,menyesalwanita luluh)
JENIS KDRT
• Penganiayaan istri

(kekerasan fisik, psikologi, seksual)

• Penganiayaan anak

(kekerasan fisik, psikologi, seksual, pengabaian)


BENTUK KDRT
1. Kekerasan Fisik
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka
berat (Pasal 6)  memukul, menampar, menendang dsb
2. Kekerasan Psikis
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang (pasal 7).  hinaan,
ancaman, menakut-nakuti
3. Kekerasan Seksual
pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau
tidak disukai
4. Penelantaran
memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri

Undang-Undang No. 23 tahun 2004


KARAKTERISTIK KDRT
• Penyalahgunaan kontrol : dilakukan oleh yg paling berkuasa
• Isolasi sosial : enggan mengatakan ke orang lain
• Pelaku menggunakan alkhohol/obat2an
• Transmisi antergenerasi : diteruskan
TANDA GEJALA KORBAN
KDRT
Kekerasan Fisik  cedera ringan-berat, pingsan, cacat, lumpuh,
gugurnya kandungan, hingga kematian

Kekerasan Psikis  stres, ketakutan, gg.tidur, depresi, HDR,


gg.jiwa, ingin bunuh diri

Kekerasan Seksual  nyeri alat reproduksi, tidak berdaya,


trauma,
TATALAKSANA KORBAN
KDRT
• Dengarkan pengalamannya dan berilah informasi yang
membuatnya tahu bahwa ia tidak sendirian. Bahwa banyak
perempuan dengan latar belakang yang sama maupun berbeda
mengalami hal yang serupa.
• Jangan pernah mempersalahkan atau mempertanyakan apa yang
ia lakukan sampai ia mengalami kekerasan.
• Kuatkan korban untuk melapor ke polisi terdekat sesegera
mungkin, karena pentingnya pengamanan bukti-bukti kekerasan
mutlak diperlukan dalam proses hokum.
• Dampingi/sarankan korban untuk menghubungi lembaga-
lembaga yang memberikan layanan / bantuan psikologis / medis
bagi perempuan korban kekerasan.

Savy Amira Women’s Crisis Centre (2011)


Lanjutan…

a. Farmakoterapi
1. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2. Obat anti depresi, amitriptyline
3. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4. Obat anti insomnia, phneobarbital

b. Terapi modalitas
1. Terapi keluarga berfokus pada keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan
perhatian :
2.Terapi kelompok
3.Terapi musik
DAMPAK KDRT BAGI
KELUARGA
a. Sering gugup
b. Suka menyendiri
c. Cemas
d. Gelisah
e. Gagap
f. Sering menderita gangguan perut  akibat stres
g. Sakit kepala  akibat stres
h. Kejam pada binatang
i.  Ketika bermain meniru bahasa dan prilaku kejam
j. Suka memukul orang lain
CARA PENANGGULANGAN
Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang
teguh pada agamanya

Harus  tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah


keluarga

Harus adanya komunikasi yang baik antara suami-istri-anak


Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai
HAMBATAN PENANGANAN
KDRT
Terjadinya tindak kekerasan lebih banyak diketahui oleh pelaku
dan korban

Pihak korban enggan melaporkan kasusnya karena merasa tabu dan


beranggapan akan membuka aib keluarga

Keterlambatan laporan dari korban atas terjadinya kasus


kekerasan dalam rumah tangga
CASE
Ibu Umi dibawa kakaknya ke RSJ karena depresi dan mengurung dirinya di dalam
kamar. Ibu Umi (49 tahun) adalah istri Tn Imam (52 tahun). Berdasarkan buku nikah,
diketahui bahwa Ibu Umi dan suaminya (bapak Imam Wardiyono) menikah pada tanggal 24
Juli 1988. Dari pernikahan ini, lahirlah 5 orang anak yang semuanya berjenis kelamin laki-laki
dengan usi masing-masing (20 tahun,18 tahun, 14 tahun, 11 tahun, dan 4 tahun). Selain anak
tersebut, Ibu Umi dan suaminya memiliki seorang anak perempuan yang bernama Siti
Munawaroh (usia tidak diketahui).
Pada tahun 2010, suami Ibu Umi menikah lagi dengan anak angkatnya (Siti Munawaroh)
secara dim-diam. Sejak suaminya menikah lagi, Ibu Umi sering mengalami kekerasan fisik
dari suaminya (sering dipukul, dijambak rambutnya bahkan ditendang). Namun Ibu Umi
membiarkan saja perbuatan suaminya dan lebih memilih untuk memaafkan suaminya tersebut.
Beberapa waktu yang lalu, saat itu Ibu Umi dan anaknya mendatangi rumah istri muda
suaminya dengan maksud untuk menangkap basah suaminya bersama istri barunya,
sesampinya disana suami Ibu Umi marah-marah dan mengusir Ibu Umi dan anaknya. Dalam
perjalanan pulang, ditengah jalan suami Ibu Umi menyerempet motor yang dikendarai Ibu
Umi bersama anaknya. Akibatnya, kaki kanan terluka dan siku tangan kanan Ibu Umi terkilir
sedangkan anaknya (Rauf Hanafi) mengalami luka di bagian kaki kanan dan pinggang sebelah
kanan. Perilaku yang dilakukan Tuan I sudah tidak bisa terhindarkan lagi. Sejak saat itu Ibu
Umi tidak mau keluar kamar, takut melihat orang, tidak mau makan dan mandi. Ibu Umi selalu
merasa ketakutan ketika ada seseorang yang menjenguknya di kamar. Anak-anaknya pun
tidak tau harus berbuat apa melihat ibunya depresi dan ketakutan seperti itu. Sehingga
kakaknya lah yang membawanya ke RS Jiwa.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai