Oleh:
1. Hafna Sahara [17010007]
2. Nanda Risky Harahap [17010021]
3. Shelly Prity [17010035]
4. Astri Ulfah Sihombing [17010048]
5. Wilda Sri Wahyuni [17010070]
• KEBUTUHAN KHUSUS:
ANAK KORBAN PEMERKOSAAN
DEFENISI
• Defenisi Pemerkosaan pada anak:
Perkosaan atau verkrachting termasuk kejahatan kesusilaan yang
ada di dalam Buku II KUHP Pasal 285. Menurut Pasal 285
KUHP perkosaan adalah suatu tindakan kekerasan yang
dilakukan terhadap wanita diluar pernikahan si pelaku. Salah
satu unsur di dalam Pasal 285 adalah kekerasan. Kekerasan
yang dimaksud dalam Pasal 285 adalah kekerasan fisik
maupun kekerasan seksual.
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare yang
berarti mencari, memaksa, merampas atau membawa
pergi. Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk
melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang
laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai
melanggar menurut moral dan hukum.
KLASIFIKASI
• menurut kriminolog mulyana W.kusuma menyebutkan
macam-macam perkosaan sebagai berikut:
- Sadistic rape
pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk
yang merusak.
- Angea Rape
yakni yang berccirikan seksualitas menjadi sarana untuk
menyatakan dan melampiaskan perasaan geram dan marah
yang tertahan.
- Dononation Rape
yakni ketika pelaku mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan
superiotas terhadap korban.
- Seductive rape
suatu Perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang
merangsang.
- Victim precipitatied Rape
yakni perkosaan yang terjadi (berlangsung) dengan
menempatkan korban sebagai pencetusnya.
- Exploitation Rape
Perkosaan yang menunjukkan bahwa setiap kesempatan
melakukan hubungan seksual yang diperoleh oleh laki-laki
dengan mengambil keuntungan yang berlawanan dengan posisi
wanita yang bergantung padanya secara ekonomis dan sosial
EFEK KEKERASAN SEKSUAL
• Korban yang mengalami kekerasan membutuhkan waktu satu hingga tiga
tahun untuk terbuka pada orang lain, empat jenis dari efek trauma akibat
kekerasan seksual, yaitu:
1.Betrayal (penghianatan)
merupakan dasar utama bagi korban kekerasan seksual. Sebagai anak
individu percaya kepada orangtua dan kepercayaan itu dimengerti dan
dipahami.
2.Traumatic sexualization (trauma secara seksual)
Perempuan yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak
hubungan seksual, dan sebagai konsekuensinya menjadi korban kekerasan
seksual dalam rumah tangga.
3.Powerlessness (merasa tidak berdaya)
Rasa takut menembus kehidupan korban. Mimpi buruk, fobia, dan
kecemasan dialami oleh korban disertai dengan rasa sakit. Perasaan tidak
berdaya mengakibatkan individu merasa lemah.
RESIKO PSIKIS dan REPRODUKSI
• Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
• Rasa takut yang berkepanjangan
• Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial
dengan masyarakat secara normal
• Tidak jarang dikucilkan dan dibuang oleh
lingkungannya karena dianggap membawa aib
• Risiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan
aktivitas seksual secara normal pada
kehidupannya dimasa dating
Konsekuensi dari kekerasan seksual
- Ketakutan
Definisi : Respons terhadap persepsi ancaman
yang secara sadar dikenali sebagai sebuah bahaya.
Asuhan Keperawatan
pada korban KDRT
• A. Pengkajian
1. Identifikasi Hasil
2. Perencanaan
3. Implementasi
4. Evaluasi