Anda di halaman 1dari 29

MODUL 2

“KDRT”

Tutor : dr. Nurfachanti Fattah, M. Kes

KELOMPOK 9

ANDI NURUL HIKMAH 11020170079


NADYA NUR AQILAH 11020170080
SRI AINUN ZAINAL SIDDIQ 11020170081
PRYANTAMA SAPUTRA TUNA 11020170082
HASRI AINUN BASRI 11020170083
NURUL FITRIANA IBRAHIM 11020170084
MUH. AKRAM MU’FID 11020170085
AULIA CHAERUNI 11020170086
KASMA 11020170087
YASMIN FADHILAH A 11020170089

KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
SKENARIO 1

Seorang perempuan berusia dewasa muda diantar oleh penyidik ke

Instalasi Forensik untuk dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan keterangan pasien,

ia dipaksa untuk berhubungan seksual oleh suaminya sekitar beberapa jam yang

lalu. Kejadian ini sudah terjadi beberapa kali selama dua tahun usia perkawinan

mereka. Menurut pasien, hubungan pernikahan mereka kurang harmonis dan

sering terjadi pertengkaran mulut. Selain itu, pasien mengaku sering dipukul oleh

suaminya dalam keadaan marah. Pasien baru pertama melapor ke polisi karena

sudah tidak tahan.

Luka memar pada paha kiri sisi dalam Luka memar pada lengan kiri sisi luar

Luka memar pada lengan kanan atas Hasil pemeriksaan genital


sisi depan
KATA SULIT : -

KATA KUNCI :

1. Seorang perempuan dewasa muda

2. Dipaksa berhubungan seksual dengan suami beberapa jam yg lalu

3. Pasien sering dipukul suami dalam keadaan marah

PERTANYAAN :

1. Jelaskan definisi kekerasan dalam rumah tangga, faktor resiko, dan

jenisnya?

2. Jelaskan karakteristik luka berdasarkan skenario?

3. Jelaskan patomekanisme terjadinya luka atau trauma pada skenario dan

agen penyebab luka?

4. Jelaskan CODamage berdasarkan PMA dari skenario?

5. Bagaimana penanganan yg sesuai dengan skenario?

6. Landasan hukum yang berkaitan dengan skenario?

7. Perspektif islam sesuai skenario?

JAWABAN :

1. Jelaskan definisi kekerasan dalam rumah tangga, jenis dan faktor

resikonya?

Definisi :

Dalam Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga menyatakan

bahwa: “Kekerasan domestik adalah setiap tindakan terhadap orang, terutama

wanita, yang mengakibatkan kesengsaraan, atau penderitaan secara fisik,


seksual, psikologis, dan / atau mengabaikan rumah tangga, termasuk ancaman

tindakan melawan hukum, pemaksaan, atau perampasan kebebasan, dalam

lingkup rumah tangga.

Bentuk – bentuk KDRT :

Dilihat dari segi subyek dan obyeknya, KDRT dapat terjadi dengan

beberapa

konteks:

a. Kekerasan suami terhadap isteri

Suami merasa berhak untuk memaksakan kehendak kepada istri sebab ia

adalah pemimpin dalam rumah tangga. Implikasi yang mucul adalah perilaku

tirani dan kesewenang-wenangan suami atas istri dan anak- anaknya. Tak

jarang dijumpai seorang kepala rumah tangga memukul istri atau anak-anak,

atau pembantunya, hanya gara-gara alasan yang amat sederhana.

b. Kekerasan isteri terhadap suami

Kekerasan dalam rumah tangga tidak mengenal jenis kelamin. Kekerasan

bisa terjadi dari istri terhadap suami. Kekerasan psikologis terjadi misalnya

takkala istri melontarkan kata-kata kasar dan kotor kepada suami. Istri

menteror suami dengan ancaman-ancaman dan ungkapan yang menyakitkan

hati. Mungkin juga istri melakukan tindakan-tindakan paksa terhadap harta

benda suaminya yang ia tidak memiliki hak atasnya. Termasuk melakukan

tindakan penyelewengan seksual atau perselingkuhan yang dengan sengaja

ditampakkan.

c. Kekerasan orang tua kepada anak-anak


Kekerasan fisik terjadi takkala orang tua sering main pukul terhadap anak-

anak. Hanya karena kesalahan-kesalahan kecil yang tidak berprinsip, orang

tua menjadi emosi dan menghukum anak dengan tindakan keras.

d. Kekerasan anak terhadap orang tua

Banyak pula dijumpai, anak-anak menjadi pelaku kekerasan baik secara

fisik, seksual maupun psikologis terhadap orang tuanya. Berawal dari

perbedaan pendapat, atau dari keinginan yang tidak dituruti, atau dari

pembagian serta perlakuan yang tak adil dari orang tuanya, anak menjadi

berang dan menganiaya orang tuanya sendiri. Bahkan ada yang sampai

menyebabkan kematian orang tua. Contohnya adalah anak menghujat,

mencela, berkata kasar dan kotor kepada orang tuanya, anak mengancam

akan melarikan diri dari rumah, mencederai orang tua, dan berbagai ancaman

lainnya karena ingin memaksakan kehendaknya sendiri terhadap orang tua.

e. Kekerasan terhadap pembantu rumah tangga

Karena posisi pembantu rumah tangga yang sering dipandang sebelah

mata, dalam kehidupan masyarakat kita banyak ditemukan bentuk-bentuk

kekerasan terhadap pembantu rumah tangga, khususnya pembantu

perempuan. Seperti penyiksaan fisik, pemukulan, pelecehan seksual,

perkosaan, serta kekerasan psikologis seperti kata-kata hinaan, dan ancaman-

ancaman lain.

Jenis kekerasan dalam rumah tangga :

1. Penyalahgunaan fisik : tindakan yang mengakibatkan rasa sakit, penyakit,

atau cedera parah.


 Menampar

 Mencekik

 Terkena tangan atau dengan alat

 Sepakan

 Membanting ke lantai

 Membenturkan kepala ke dinding

 Menginjak perut korban

2. Penyalahgunaan psikis : Kisah yang menyebabkan rasa takut, hilangnya

kepercayaan, hilangnya kemampuan untuk bertindak, perasaan tidak

berdaya, dll.

 Penggunaan keras kata, mencaci-maki

 Menghina atau mempermalukan orang lain di depan umum

 Melemparkan ancaman dengan kata-kata dan sebagainya

3. Psikologis atau emosional kekerasan yaitu :

 Takut

 Merasa diri rendah

 Perasaan tidak berharga

 Hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan / atau

 Penderitaan psikologis yang parah pada seseorang untuk menarik diri dari

hubungan seksual

 Penurunan kesehatan fisik

 Kesulitan berkonsentrasi

 Gangguan emosi dan mental


 Pekerjaan ditinggalkan

 Kemungkinan menggunakan obat-obatan dan alkohol

 Upaya bunuh diri

4. Kekerasan seksual : pemaksaan seksual dengan cara tidak wajar, baik

untuk suami atau orang lain untuk tujuan komersial, atau untuk tujuan

tertentu. Sebagai berikut:

 Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang

berada dalam lingkup RT

 Pemaksaan hubungan seksual dengan orang dalam lingkup RT dengan

orang lain untuk tujuan komersial tertentu dan / atau tujuan

 Isolasi istri dari kebutuhan batinnya

 Pemaksaan hubungan seksual dengan pola yang tidak diinginkan atau

penolakan istri

 Pemaksaan ketika istri tidak ingin, istri sakit atau menstruasi

5. Kekerasan ekonomi : pengabaian yang terjadi di dalam rumah tangga,

yang oleh hukum diperlukan atasnya sebagai berikut:

 Suami tidak peduli tentang keluarga

 Suami tidak menyediakan nafkah bagi istri dan anak-anak

 Suami tidak memberikan nafkah istri dan anak-anaknya untuk jangka

waktu yang lama

 Suami melarang istri atau anak-anak mereka untuk bekerja

faktor-resiko terjadinya KDRT :


1) Faktor Ekonomi

Baik disadari maupun tidak di sadari lingkungan ekonomi sangatlah

mempengaruhi timbulnya kejahatan.Orang yang berasal dari lingkungan

ekonomi mengah kebawah cenderung kemungkinan yang lebih besar untuk

melakukan kejahatan di banding orang yang memiliki ekonomi mapan.

Kejahatan yang dilakukan oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah

cenderung menjurus kepada kejahatan warungan yaitu kejahatan yang marak

di masyarakat dan mengandalkan pada kekuatan fisik mereka, seperti

pencurian, perampokan, pemerkosaan, pencabulan. Penganiayaan, dan

sebagainya.Pelaku yang belum memiliki pasangan hidup (istri) dan ingin

menyalurkan hasarat seksualnya namun terbentur oleh masalah biaya,

sehingga mereka tidak dapat membayar para PSK ( pekerja sekskomersial)

maka akan menyalurkannya kepada siapa saja yang di temuinya. Mereka

cenderung memilih anak- anak karena menganggap bahwa anak- anak tidak

akan melakukan perlawanan, artinya anak di anggap piah yang lemah yang

dapat di perdaya pelaku. Karena hidup di dalam kemiskinan menyebabkan

pelaku tidak mengenyam pendidikan sehingga akan mempengaruhi pola fikir


mereka, mereka cenderung mencari cara yang paling mudah untuk

menyalurkan hasrat biologisnya yaitu menjadikan anak sebagai korbannya,

tanpa memikirkan apa yang akan mereka terima akibat dari perbuatan

tersebut.

2) Faktor Pendidikan

Faktor ini mempengaruhi pola berpikir (intelegensi) dalam diri si pelaku.

Dimana pendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali dapat

mempengaruhi cara berfikir manusia serta mempengaruhi pelaku dalam

kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini si pelaku tidak mempunyai rasa malu

dalam melakukan tindakan kejahatan, dengan minimnya pendidikan dan

keterampilan yang dimiliki mengakibatkan sulitnya mendapatkan lapangan

pekerjaan, disamping itu memang lapangan pekerjaan yang tersedia juga

sangat terbatas.

3) Faktor Agama/moral

Dalam faktor agama ini ditanamkan secara mapan keimanan dalam diri si

pelaku (pria dewasa) dan pelaku kurang dapat mengendalikan dirinya sendiri,

dalam arti kata faktor keimanan yang kurang kuat dalam menahan nafsu
sexnya, sehingga ia terjerumus melakukan kejahatan sodomi yang sudah tentu

diharamkan dan dilarang oleh agama. Oleh karena itu, pendidikan agama

sangat perlu ditanamkan sejak dini sehingga dapat mempertebal keimanan

sebagai pengendali tingkah laku dan hawa nafsunya sendiri.

4) Faktor Kejiwaan

Dimana dalam faktor ini seseorang yang mengalami gangguan kejiwaannya

akan merasa terangsang bila melihat wanita maupun laki-laki, meskipun

wanita maupun laki-laki tersebut masih dibawah umur (belum dewasa),

sehingga timbul keinginan untuk memperkosa atau mensodomi si anak yang

tanpa disadari bahwa yang diperkosa atau disosomi tersebut adalah anaknya

atau anak tetangganya atau bahkan orang yang belum di kenal sama sekali

oleh pelaku akibat dari gangguan kejiwaan tersebut. Seseorang akan berbuat

sesuatu yang tanpa disadarinya bahwa perbuatan yang dilakukannya itu adalah

perbuatan yang dilarang baik norma-norma masyarakat, hukum, agama dan

hal tersebut dapat menghancurkan masa depan anak.

5) Faktor lingkungan Yang Memberi Kesempatan

• Faktor Korban
1. Pelaku memaksa dan juga mengancam korban untuk menuruti

keinginan pelaku.

2. Korban takut melaporkan tindakan pelaku kepada orang lain.

3. Kurangnya pengetahuan korban tentang pendidikan seksual dan tidak

mengetahui jika hal tersebut dapat berdampak buruk pada dirinya.1

2. Jelaskan karakteristik luka berdasarkan skenario?

Jumlah luka : 4 buah luka yang terdiri dari 3 buah luka memar akibat benda

tumpul dan 1 buah luka lecet akibat kekerasan seksual

a. 1 buah luka memar di paha bagian dalam sebelah kiri

- Jenis Luka : Luka Tertutup

- Bentuk Luka : Oval

- Ukuran : Tidak dapat ditentukan

- Warna Luka : Ungu kebiruan


- Sumbu : Tidak dapat ditentukan karena garis tubuh tengah tidak dapat

dilihat

- Ordinat: Tidak dapat ditentukan karena garis tubuh pusat tidak dapat

dilihat

- Regio: Kiri paha bagian dalam

- Karakteristik Luka : batas jelas, batas irreguler, warnanya Ungu kebiruan,

permukaan rata, tidak ada bengkak, tidak ada kelainan di area sekitar luka

- Perkiraan Umur Luka : Diperkirakan terjadi 1-18 jam yang lalu.

b. 1 buah luka memar di lengan kiri sisi luar

- Jenis Luka : Luka

Tertutup

- Bentuk Luka : Oval

- Ukuran : Tidak dapat ditentukan

- Warna Luka : Biru

- Sumbu: Tidak dapat ditentukan karena garis tubuh tengah tidak dapat

dilihat

- Ordinat: Tidak dapat ditentukan karena garis tubuh pusat tidak dapat dilihat
- Regio: sisi luar lengan kiri

- Karakteristik Luka : batas jelas, batas irreguler, warnanya biru, permukaan

rata, tidak ada bengkak, tidak ada kelainan di area sekitar luka

- Perkiraan Umur Luka : Diperkirakan terjadi 1-2 hari yang lalu

c. 1 buah luka memar di sisi depan lengan kanan atas

- Jenis Luka : Luka Tertutup

- Bentuk Luka : Oval

- Ukuran : Tidak dapat ditentukan

- Warna Luka : kuning kehijauan

- Sumbu: Tidak dapat ditentukan karena garis tubuh tengah tidak dapat

dilihat

- Ordinat: Tidak dapat ditentukan karena garis tubuh pusat tidak dapat dilihat

- Regio: sisi depan lengan kanan atas

- Karakteristik Luka : batas yang jelas, batas irreguler, warnanya kuning

kehijauan, permukaan rata, tidak ada bengkak, tidak ada kelainan di area

sekitar luka
- Perkiraan umur luka : Diperkirakan terjadi 7-12 hari yang lalu

d. 1 buah luka lecet pada vagina arah jarum dinding jam 6

- Jenis Luka : Luka Tertutup

- Bentuk Luka : Oval

- Ukuran : Tidak dapat ditentukan

- Warna Luka : Kemerahan

- Sumbu: Tidak dapat ditentukan karena garis tubuh tengah tidak dapat

dilihat

- Ordinat: arah jarum jam 6

- Regio: bagian bawah vagina arah jam 6

- Karakteristik Luka : tampak kemerahan dan abrasi pada daerah bawah

vagina

- Perkiraan umur luka : tidak dapat ditentukan

3. Jelaskan patomekanisme terjadinya luka atau trauma pada skenario dan

agen penyebab luka?

Anatomi dan histologi kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis (kulit).
Gambar 1 Anatomi kulit

Epidermis lapisan terdiri dari:

a. Stratum disjunctivum

b. Stratum korneum

c. Stratum lucidum, hanya ditemukan pada kulit tebal (mis: telapak

tangan dan telapak kaki)

d. Stratum granulosum

e. Stratum spinosum

f. Stratum basalis

g. Membran basalis

Lapisan Dermis terdiri dari : dermis stratum papiler dan stratum reticular

dermi. Pada lapisan dermis ini dapat ditemukan kelenjar sebaceous, folikel

rambut, kelenjar keringat, jaringan ikat, otot pili arrector, dan kapiler. Pada

ujung dermis reticular dapat ditemukan corpusculum lamellosum.

Lapisan kulit terdiri dari:


1. Jaringan adiposa

2. Saraf

3. Pembuluh darah kapiler dan kecil (arteriol dan venula)

Gambar 2 Histologi kulit

Memar

Memar (echymosis) adalah

kumpulan darah di bawah kulit, yang

dihasilkan dari ekstravasasi darah dari

pembuluh di sekitarnya, tanpa merusak

lapisan kulit epidermis. Cedera fisik pada

pembuluh darah biasanya memicu

respons fisiologis yang kuat. Kerusakan

jaringan endotel menyebabkan aktivasi

dan adhesi trombosit yang bersirkulasi.


Gambar 3 Patogenesis memar
Hal ini pada gilirannya menghasilkan
pembentukan sumbat trombosit yang cepat di lokasi cedera, menyebabkan

tanda pada kulit di bawah. Butuh dua minggu hingga berbulan-bulan untuk

memar memudar. Mulailah sebagai warna merah, dan kemudian berubah

menjadi kebiruan-ungu dan kuning kehijauan sebelum kembali normal.

Gambar 4 Perubahan warna memar

Anatomi Genitalia Wanita

Gambar 5 Anatomi organa genitalia feminina

Histologi Vagina
Mukosa vagina tidak merata dan menunjukkan banyak plika mukosa. Epitel

permukaan saluran vagina adalah epitel berlapis tanpa tanduk. Papilla

jaringan di bawahnya tampak menonjol dan membentuk lekukan epitel.

Gambar 6 Histoogi vagina

Lamina propria mengandung jaringan ikat padat yang tidak teratur dengan

serat elastis yang meluas ke tunik berotot serat intertisial. Membaurjaringan

limfoid, nodul limfoid, dan pembuluh darah kecil hadir di lamina propia.

Tunik berotot dari dinding vagina terutama terdiri dari bundel

longitudinal dan bundel otot miring. Salinan melintang otot polos jauh lebih

sedikit tetapi lebih sering ditemukan di lapisan dalam. Jaringan ikat

interstitial kaya dan elastis. Pembuluh darah dan ikatan saraf umumnya

ditemukan di adventisia.

Fisiologi dari Respons Seksual Wanita

Apa yang terjadi ketika seseorang mengalami rangsangan seksual dan

perilaku seksual umumnya melibatkan tahapan berikut (berlaku untuk semua

umur)
a. Tahap istirahat (tidak terangsang)

Dalam keadaan tidak terangsang, vagina kering dan kendur.

b. Tahap kegembiraan melibatkan rangsangan sensorik

Ketika minat seksual muncul, karena rangsangan / rangsangan

psikologis atau fisik, mulailah tahap kegembiraan. Baik pria maupun

wanita ditandai oleh vasokongesti (peningkatan aliran darah ke genital

pelvis) dan miotonia (peningkatan ketegangan / tonus otot, terutama di

daerah genital). Selama fase gairah, klitoris, mukosa vagina dan payudara

membengkak karena peningkatan aliran darah. Pada pelumasan vagina,

ukuran labia minora, labia majora dan klitoris meningkat, rahim naik dari

kandung kemih dan vagina, dan puting susu menjadi ereksi. Vasokongesti

dan myotonia adalah persyaratan utama dari tahap kegembiraan dan selalu

menyebabkan keringat vagina dan ereksi klitoris pada wanita).

c. Plateu phaseu

Jika kegembiraan meningkat, orang akan memasuki tahap datar

vasokongesti dan flatton, tetapi minat seksual tetap tinggi. Fase plateu

mungkin pendek atau panjang tergantung pada stimulasi dan dorongan

seksual individu, praktik sosial dan konstitusi / tubuh seseorang. Beberapa

orang menginginkanorgasme sesegera mungkin, yang lain bisa

mengendalikannya, yang lain ingin yang lama. Ketika wanita mencapai

fase plateu, lapisan terluar ketiga vagina membengkak karena aliran darah

dan distensi, klitoris mengalami retraksi dan "flush seks" yang merupakan
ruam seperti campak, dapat menyebar dari payudara ke seluruh bagian

vagina. tubuh

d. Tahap orgasme; melibatkan ejakulasi, kontraksi otot

Tahap orgasme relatif singkat. Ketegangan psikologis dan otot

meningkat dengan cepat, serta aktivitas tubuh, jantung, dan pernapasan.

Orgasme dapat dipicu secara psikologis oleh fantasi dan somatik dengan

stimulasi bagian tubuh tertentu, yang berbeda untuk setiap orang (vagina,

rahim pada wanita). Selama fase orgasme, ketegangan otot mencapai

puncaknya dan kemudian ketegangan otot akan berkurang ketika darah

didorong keluar dari pembuluh darah yang bengkak. Denyut nadi, laju

pernapasan, dan tekanan darah meningkat dan kontraksi berirama terjadi.

Orgasme disertai dengan sensasi kesenangan yang intens. Lalu tiba-tiba

pelepasan / pelepasan ketegangan seksual, disebut klimaks / atau

e. Resolusi panggung (termasuk post-intercourse)

Setelah orgasme, pria biasanya segera memasuki fase resolusi untuk

menjadi pasif dan tidak responsif, penis adalah detumescence, seringkali

pria tertidur dalam fase ini. Beberapa wanita juga mengalaminya seperti

itu, tetapi sebagian besar umumnya masih responsif secara seksual,

bersemangat dan masuk ke fase plateu lagi, orgasme lagi menghasilkan

multiple orgame. Setelah orgasme, pria dan wanita kembali (mengalami

resolusi) ke fase istirahat. Keduanya mengalami relaksasi mental dan fisik,

merasa sejahtera. Banyak pria dan wanita merasakan kepuasan psikologis


atau relaksasi tanpa mencapai orgasme lain merasa kecewa jika tidak

orgasme.

Patomekanisme Cedera

Dalam skenario yang terjadi pada korban adalah memar pada tungkai dan

juga lecet pada vagina korban. Memar pada tubuh korban disebabkan oleh

adanya benda tumpul dengan tubuh pasien yang menyebabkan pecahnya

pembuluh darah tanpa merusak lapisan kulit. Karena pecahnya pembuluh

darah menyebabkan warna pada kulit yang dapat dilihat oleh mata dan akan

berubah warna seiring berjalannya waktu. Pada gambar pertama dan kedua

warna memar adalah keunguan merah dan biru yang berarti memar usia di

bawah usia 4 hari. Sedangkan pada gambar ketiga memar kuning yang

mengindikasikan usia memar 7-10 hari.

Sedangkan lecet yang terjadi pada vagina pasien disebabkan oleh

hubungan seksual oleh suami. Ketika seseorang dipaksa melakukan

hubungan seksual maka korban tidak mengalami fase stimulasi sehingga

kelenjar bartholini tidak akan melepaskan lendir yang berfungsi sebagai

pelumasan vagina. Artinya ketika korban berhubungan dengan suami,

vagina korban dalam keadaan kering yang menyebabkan lecet yang merusak

lapisan vagina. Lapisan vagina yang rusak mencapai lamina propia yang

bisa dilihat dari darah yang mengering di vagina korban.2


4. Jelaskan CODamage berdasarkan PMA dari skenario?

CODamage berdasarkan penulisan PMA sesuai skenario :

Luka 1,2,3

Current finding : Tiga memar yaitu pada paha kiri bagian dalam, lengan kiri

bagian luar, dan lengan kanan bagian depan

A-1 : Ekstravasasi darah dalam jaringan intertisial

A-2 : Pembuluh darah pecah

A-3 : Trauma tumpul

Luka pada Genitalia

Current finding : Lecet pada arah jam 6 pada dinding vagina

A-1 : Rusaknya lapisan vagina (lamina propria)

A-2 : Kelenjar Bartholini tidak mengeluarkan cairan

A-3 : Istri tidak mengalami fase rangsangan .3

5. Bagaimana penanganan yg sesuai dengan skenario?

Pencegah pendekatan :

 Menanamkan nilai-nilai dasar keluarga untuk setiap anggota keluarga

 Mendorong dan memfasilitasi pengembangan masyarakat

Kuratif pendekatan :
 Membawa korban ke konselor atau psikolog

 Berikan sanksi tegas bagi pelaku dan mendorong pelaku untuk lebih

dekat dengan Tuhan

 Ketegasan pemerintah dalam menerapkan peraturan yang ada.4

6. Landasan hukum yang berkaitan dengan skenario?

a) Tingkat keparahan luka akibat KDRT sesuai hukum yang berlaku

yaitu:

Perlindungan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di

Hukum Pidana Indonesia.  Keberadaan Undang-Undang No. 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

diharapkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) secara signifikan. Bentuk

perlindungan yang diatur dalam undang-undang ini adalah

perlindungan sementara dari polisi, pengadilan, dan perlindungan

korban dalam penempatan rumah aman.

Pidana ketentuan:

 Pasal 44

1. Setiap orang yang melakukan kekerasan fisik dalam rumah

tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a

dikriminalisasi dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun atau denda paling banyak Rp 15.000,000,00 (lima belas

juta rupiah). 

2. Dalam kasus tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan korban sakit atau terluka parah, dihukum

penjara maksimal 10 (sepuluh) tahun atau denda tidak lebih dari

Rp 30.000,000,00 (tiga puluh juta rupiah). 

3. Dalam kasus suatu tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) mengakibatkan kematian korban, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling

banyak Rp 45,000,000,00 (empat puluh lima juta rupiah). 

4. Dalam kasus tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk melakukan

pekerjaan atau bekerja penghidupan atau kegiatan sehari-hari,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan

atau denda tidak lebih dari Rp 5.000,000,00 (lima juta rupiah). 

 Pasal 46

Siapa pun yang melakukan tindak kekerasan seksual

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan

pidana penjara maksimum 12 (Dua belas) tahun atau denda tidak

lebih dari Rp 36,000,000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

b) Tingkat keparahan luka yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) yaitu:

1. Cedera Ringan

Perumusan undang-undang tentang penganiayaan ringan, diatur

dalam pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa: "Penganiayaan


yang tidak menimbulkan penyakit atau hambatan untuk

menjalankan jabatan atau pekerjaan, terancam sebagai

penganiayaan ringan.” Jadi, jika luka pada korban akan menjadi

sempurna dan tidak menyebabkan penyakit atau komplikasi,

maka akan dimasukkan dalam kategori tersebut. 

 Pasal 352

Kecuali seperti yang disebutkan dalam artikel 353 dan 356,

Penganiayaan yang/tidak menyebabkan penyakit atau hambatan

untuk menjalankan pekerjaan atau mencari pekerjaan akan

terancam penganiayaan sebagai minor dengan pidana penjara

paling lama tiga bulan atau denda empat ribu lima ratus rupiah.

Pidana dapat ditambahkan sepertiga bagi orang yang

melakukan kejahatan terhadap orang yang bekerja untuk dia,

atau menjadi bawahannya yaitu percobaan untuk melakukan

kejahatan ini tidak akan dikriminalisasi.

2. Cedera moderat

Selanjutnya, perumusan hukum dari penganiayaan dalam Pasal

351 (1) KUHP tidak mengungkapkan apa-apa tentang penyakit

ini. Jika memeriksa korban dan melakukan "penyakit"

kekerasan, maka korban akan jatuh ke dalam kategori tersebut. 

 Pasal 351

(1) Penganiayaan (maltreatment)  dipidana dengan pidana


penjara maksimal dua tahun delapan bulan atau denda

empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan cedera serius, pihak yang

bersalah harus dihukum dengan pidana penjara paling

lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan kematian, diancam dengan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan perlakuan sengaja disengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak akan

dikriminalisasi.

 Pasal 353

(1) Penganiayaan dengan rencana sebelumnya, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka parah, orang yang

bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(3) Jika tindakan tersebut melibatkan kematian bersalah

dihukum penjara maksimum pidana sembilan tahun. 

3. Cedera parah

Dalam pasal 90 KUHP, cedera parah berarti: “Jatuh sakit atau

memiliki luka yang tidak memberikan harapan kesembuhan


sama sekali, atau yang menciptakan bahaya kematian; mampu

terus melakukan tugas pekerjaan atau mencari pekerjaan;

kehilangan salah satu indera; mendapat parah cacat; menderita

kelumpuhan; gangguan listrik selama empat minggu; kematian

atau kematian perempuan.” Perumusan hukum dari tuntutan

hukum cedera serius dalam pasal 351 (2) KUHP yang

menyatakan bahwa  jika berhubungan dengan luka serius,

pihak yang bersalah diancam dengan maksimal lima tahun.5

7. Perspektif islam sesuai skenario?

‫ضلُوهُ َّن لِت َْذهَبُوا‬


ُ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَ ِحلُّ لَ ُك ْم أَ ْن ت َِرثُوا النِّ َسا َء َكرْ هًا َواَل تَ ْع‬

‫ُوف فَإ ِ ْن‬ ِ َ‫ْض َما آتَ ْيتُ ُموهُ َّن إِاَّل أَ ْن يَأْتِينَ بِف‬
ِ ‫اح َش ٍة ُمبَيِّنَ ٍة َوعَا ِشرُوهُ َّن بِ ْال َم ْعر‬ ِ ‫بِبَع‬

‫َك ِر ْهتُ ُموهُ َّن فَ َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيئًا َويَجْ َع َل هَّللا ُ فِي ِه خَ ْيرًا َكث‬

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka

karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu

berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang

nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu

tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak

menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang

banyak.” (QS. An-Nisa Ayat 19)


DAFTAR PUSTAKA

1. UU no. 23 tahun 2001, pasal 1, ayat 1 (UU tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Bahan Pengajaran “Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)” oleh dr.

Djumadi Achmad, Sp.PA (K), DFM, Sp.F.

Sebastian Akbar, 0856011040 (2015) Hubungan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga Terhadap Perkembangan Anak Di Kelurahan Sumur Putri, Kota

Bandar Lampung. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Lampung.

Ellis, Edward, James R Hupp, and Myron R Tucker. Contemporary Oral

And Maxillofacial Surgery. 5th ed . China: Mosby Elsevier.

2. Victor P. Eroschenko. 2002. Atlas Histology de Fiore. Ed. 11 Jakarta:

EGC.

R. Putz. 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Ed. 21. Jakarta: EGC.

Valente Mj. Abramson N. Mudah Bruisability. South Med J 2006; 99:

366.

Kalangi, Sony J R. Histologi kulit. Jurnal biomedik (JBM): 2013; 5 (3);

hal 12-16.

Rahman, Gaara. Anatomi Kulit. Scribd: 2018.


3. Mathius Denny. 2020. Multiple Cause Of Death (MCOD)/Damage.Bahan

Ajar Fakultas Kedoteran Universitas Muslim Indonesia.

4. Aflanie, Iwan. Dkk. 2017. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal.

Cetakan 1 Jakarta: Rajawali Pers.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. LA,

Janna. 2014. Perlindungan Korban Kekerasan pada KDRT Vol 2.

No.2. .  Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai