FAKULTAS KEDOKTERAAN
MODUL 2 KDRT”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 14
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta
kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul
“KDRT”. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan nabi besarMuhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Mengingat bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
membantu dalam penyusunan laporan ini, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa dalam menulis laporan ini mungkin masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
laporan-laporan kami selanjutnya. Kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata karena
kebenaran hanya milik-Nya semata.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Kelompok 14
SKENARIO 2
Seorang anak laki-laki diantar oleh gurunya ke IGD dengan keluhan perdarahan dari anus.
Menurut pasien, kejadian tersebut disebabkan karena pamannya memaksa memasukkan alat
kelaminnya kedalam anus pasien. Pasien tinggal serumah dengan paman dan bibinya karena
sudah tidak memiliki orangtua. Sebelum dipaksa melakukan hubungan seksual, pasien
mengaku dijanjikan uang jajan dan diancam agar tidak memberitahukan kejadian tersebut
kepada siapapun.
KATA SULIT
KATA KUNCI
PERTANYAAN
Pasal 5
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang
dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Pasal 7
Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Pasal 8
Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi:
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap
dalam lingkup rumah tangga tersebut;
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian
ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang
untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di
bawah kendali orang tersebut.
Anatomi Anorektal
Rektum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3
bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal
terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum
reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior.
Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu
masuk ke bagian usus yang lebih proksimal; dus, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan
internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna
terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.
Persyarafan motorik spinkter ani interna berasal dari serabut syaraf simpatis
(n.hypogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut syaraf parasimpatis
(n.splanknikus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut syaraf ini membentuk
pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersyarafi oleh n.sakralis 3 dan 4. Nervus
pudendalis mensyarafi spinkter ani eksterna dan m.puborektalis. Syaraf simpatis tidak
mempengaruhi otot rektum. Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh n.splanknikus
(parasimpatis). Walhasil, kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh n.pudendalis dan
n.splanknikus pelvik (syaraf parasimpatis).
Patofisiologi Trauma
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah
dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ,
sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut
berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme
kompensasi tersebut adalah :
a. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena,
bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
b. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan
heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
c. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi
pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk
menjaga cardiac output.
d. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk
menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon
ini.
e. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan
peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.
f. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit
pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
g. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang
menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.
Mekanisme luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau kekuatan
rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana
kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak
akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan
kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan dari
masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil menyebabkan
pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi
pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama pada
pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan
penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya
pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya.
Klasifikasi luka
a. Abrasi
b. Kontusi
c. Laserasi
d. Luka insisi
Disebabkan oleh gigitan hewan seperti anjing, kucing dan kuda, atau manusia . Gigitan
hewan ataupun manusia bisa menjadi berbahaya karena rahang yang kuat dan dapat
mengoyak fragmen yang cukup besar pada jaringan lunak (avulsive injury) dan akan
meninggalkan pola bekas gigitan dan memar di daerah tempat gigitan serta ditandai dengan
hilangnya segmen jaringan lunak dan dapat menyebabkan fraktur apabila gigitan terlalu
keras. Risiko infeksi luka ini tinggi karena terdapat flora bakteri pada rongga mulut.
Apabila feses yang keras melewati anal canal akan terjadi perenggangan dan merobek
mucosa anal. Fissura ani biasanya terjadi pada bagian anterior dan posterior, diduga daerah
ini merupakan daerah lemah.. Ketika feses tersebut melewati anal canal, massa akan
disalurkan ke bagian anterior dan posterior oleh karena adanya otot pada bagian lateral.
Fissura akan meningkatkan kontraksi internal anal sphincter dan meningkatkan tekanan
istirahat pada anal canal. Peningkatan tekanan menyebabkan iskemia pada area disekitar
fissura. Adanya spasme yang berulang pada anal canal dan adanya iskemia yang berlanjut
akan menyebabkan fissura menjadi kronis oleh karena ulkus yang tidak dapat sembuh.
Dasar fissura ani akut merupakan suatu lapisan tipis putih yang melapisi jaringan ikat
submucosa dan otot longitudinal, yang menyebar dari intersphinteric groove kemudian
melapisi otot sirkular sphincter interna. Pada fissura ani akut ulkus tampak berbatas
tegas,tidak terdapat indurasi,odema atau kavitasi.
Struktur dan fungsi sistem reproduksi pria dan wanita pada hakikatnya saling
melengkapi. Secara anatomi vagina dirancang untuk menerima penis. Struktur vagina yang
terdiri atas epitel skuamosa dan dikelilingi oleh otot yang berbentuk seperti tabung yang
berfungsi untuk masuknya penis ke dalam vagina wanita. Sedangkan, rektum, dilapisi dengan
permukaan mukosa yang halus dan satu lapisan epitel kolumnar terutama untuk reabsorpsi
air dan elektrolit. Rektum tidak memiliki kemampuan untuk proteksi mekanis terhadap
abrasi dan kerusakan parah pada mukosa kolon dapat terjadi jika benda yang besar, tajam,
atau runcing dimasukkan ke dalam rektum. Anus dan rektum, tidak seperti vagina. Anus dan
rectum tidak mengandung fungsi pelumas alami. Pemasukan benda yang tidak dilubrikasi
atau pelebaran anus yang tidak adekuat sebelum pemasukan benda besar dapat menyebabkan
jaringan laserasi. Sfingter anal internal dan eksternal adalah cincin elastis otot yang umumnya
tetap tertutup, kecuali saat defekasi. Sfingter anal juga berfungsi dalam pengeluaran feses
yang mengarah keluar dari tubuh. Ketika terjadi suatu usaha yang dilakukan untuk
memasukkan sesuatu ke arah sebaliknya, otot-otot sphincter akan berkonstriksi.
Kekerasan seksual cenderung menimbulkan dampak traumatis baik pada anak maupun
pada orang dewasa. Namun, kasus kekerasan seksual sering tidak terungkap karena adanya
penyangkalan terhadap peristiwa kekerasan seksual yang terjadi. Lebih sulit lagi adalah jika
kekerasan seksual ini terjadi pada anak-anak, karena anak-anak korban kekerasan seksual
tidak mengerti bahwa dirinya menjadi korban. Korban sulit mempercayai orang lain sehingga
merahasiakan peristiwa kekerasan seksualnya. Selain itu, anak cenderung takut melaporkan
karena mereka merasa terancam akan mengalami konsekuensi yang lebih buruk bila melapor,
anak merasa malu untuk menceritakan peristiwa kekerasan seksualnya, anak merasa bahwa
peristiwa kekerasan seksual itu terjadi karena kesalahan dirinya dan peristiwa kekerasan
seksual membuat anak merasa bahwa dirinya mempermalukan nama keluarga. Dampak
pelecehan seksual yang terjadi ditandai dengan adanya powerlessness, dimana korban merasa
tidak berdaya dan tersiksa ketika mengungkap peristiwa pelecehan seksual tersebut.
Tindakan kekerasan seksual pada anak membawa dampak emosional dan fisik kepada
korbannya. Secara emosional, anak sebagai korban kekerasan seksual mengalami stress,
depresi, goncangan jiwa, adanya perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, rasa takut
berhubungan dengan orang lain, bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan
seksual, mimpi buruk, insomnia, ketakutan dengan hal yang berhubungan dengan
penyalahgunaan termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, masalah harga diri,
disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh diri, keluhan somatik, dan
kehamilan yang tidak diinginkan.
Trauma akibat kekerasan seksual pada anak akan sulit dihilangkan jika tidak secepatnya
ditangani oleh ahlinya. Anak yang mendapat kekerasan seksual, dampak jangka pendeknya
akan mengalami mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang berlebihan pada orang lain, dan
konsentrasi menurun yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan. Jangka panjangnya,
ketika dewasa nanti dia akan mengalami fobia pada hubungan seks atau bahkan yang
parahnya lagi dia akan terbiasa dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seksual.
Bisa juga setelah menjadi dewasa, anak tesebut akan mengikuti apa yang dilakukan
kepadanya semasa kecilnya.
Sementara itu, Weber dan Smith (2010) mengungkapkan dampak jangka panjang kekerasan
seksual terhadap anak yaitu anak yang menjadi korban kekerasan seksual pada masa kanak-
kanak memiliki potensi untuk menjadi pelaku kekerasan seksual di kemudian hari.
Ketidakberdayaan korban saat menghadapi tindakan kekerasan seksual di masa kanak-kanak,
tanpa disadari digeneralisasi dalam persepsi mereka bahwa tindakan atau perilaku seksual
bisa dilakukan kepada figur yang lemah atau tidak berdaya.
Selain itu, kebanyakan anak yang mengalami kekerasan seksual merasakan kriteria
psychological disorder yang disebut post-traumatic stress disorder (PTSD), dengan gejala-
gejala berupa ketakutan yang intens terjadi, kecemasan yang tinggi, dan emosi yang kaku
setelah peristiwa traumatis. Menurut Beitch-man et.a Anak yang mengalami kekerasan
seksual membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun untuk terbuka pada orang lain.
Finkelhor dan Browne mengkategorikan empat jenis dampak trauma akibat kekerasan seksual
yang dialami oleh anak-anak, yaitu:
Artinya:
Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada
perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.” [Surat Al-A'raf 81]
DAFTAR PUSTAKA
1. Irawan, Budi. Pengamatan Fungsi Anorektal pada penderita penyakit Hirschsprung
pasca Operasi Pull-Through. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera.
2. Ellis, Edward, James R Hupp, and Myron R Tucker. Contemporary Oral
And Maxillofacial Surgery. 5th ed . China: Mosby Elsevier.
3. Miloro M, Peterson L. Peterson's principles of oral and maxilla facial surgery. Shelton,
CT: People's Medical Pub. House-USA; 2012. Lawrente, Gerard. 2004. Anal Fissure.
Lange, current surgical diagnosis & treatment. 11th edition. Lange Medical Book. Page
766 –768.
4. W. Holsinger, James. 1991. Pathophysiology Of Male Homosexuality Committee To
Study Homosexuality.
5. Noviana, Ivo. 2015. Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI.