Anda di halaman 1dari 14

KEDOKTRAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 23 Juli 2019

MODUL 2 KDRT”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 14

Herika Laksmi Safitri K. 11020160015

Bambang Sukoco 11020160019

Taufik Hidayat Nur 11020160101

Andi Suryanti Tenri Rawe 11020160124

S. Ahmad Gufran Idrus 11020160125

Aulia Syafitri Awaluddin AR. 11020160126

Ummu Mir’atul Qinayah 11020160137

Desy Rizka Wulandari 11020160140

Miftahuljannah Ali 11020160154

Asyifah Andari Syarif 11020160179

TUTOR : dr. Rezky Putri Indarwati A, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta
kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul
“KDRT”. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan nabi besarMuhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.

Mengingat bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
membantu dalam penyusunan laporan ini, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami.

Kami menyadari bahwa dalam menulis laporan ini mungkin masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
laporan-laporan kami selanjutnya. Kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata karena
kebenaran hanya milik-Nya semata.

Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Makassar, 23 Juli 2019

Kelompok 14
SKENARIO 2

Seorang anak laki-laki diantar oleh gurunya ke IGD dengan keluhan perdarahan dari anus.
Menurut pasien, kejadian tersebut disebabkan karena pamannya memaksa memasukkan alat
kelaminnya kedalam anus pasien. Pasien tinggal serumah dengan paman dan bibinya karena
sudah tidak memiliki orangtua. Sebelum dipaksa melakukan hubungan seksual, pasien
mengaku dijanjikan uang jajan dan diancam agar tidak memberitahukan kejadian tersebut
kepada siapapun.

KATA SULIT

Tidak ditemukan kata sulit

KATA KUNCI

1. Seorang anak laki-laki diantar oleh gurunya ke IGD


2. Keluhan perdarahan dari anus.
3. Menurut pasien, kejadian tersebut disebabkan karena pamannya memaksa
memasukkan alat kelaminnya kedalam anus pasien.
4. Pasien tinggal serumah dengan paman dan bibinya karena sudah tidak memiliki
orangtua.
5. Sebelum dipaksa melakukan hubungan seksual, pasien mengaku dijanjikan uang jajan
dan diancam agar tidak memberitahukan kejadian tersebut kepada siapapun.

PERTANYAAN

1. Apasaja jenis / bentuk KDRT menurut undang-undang?


2. Deskripsi karakteristik luka pada skenario!
3. Jelaskan patomekanisme luka pada skenario!
4. Jelaskan bagaimana dampak yang dialami sang anak!
5. Penyebab luka paling mungkin COD dengan pendekatan PMA!
6. Perspektif islam yang terkait!
JAWABAN
1. Apasaja jenis / bentuk KDRT menurut undang-undang?
Menurut UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga

Pasal 5
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang
dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.

Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Pasal 7
Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

Pasal 8
Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi:
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap
dalam lingkup rumah tangga tersebut;
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian
ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang
untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di
bawah kendali orang tersebut.

2. Deskripsi karakteristik luka pada skenario!


Jumlah luka : tiga buah
jenis luka : luka pertama merupakan luka lecet
luka kedua merupakan luka bekas gigitan
luka ketiga merupakan trauma pada anus
regio luka : luka pertama pada paha kanan sisi belakang
luka kedua padap punggung sisi kiri
luka ketiga pada anus
koordinat luka : luka pertama tidak dapat ditentukan
luka kedua tidak dapat ditentukan
luka ketiga tidak dapat ditentukan
Ukuran luka : luka pertama tidak diukur,
luka kedua merupakan luka bekas gigitan pada punggung kiri P= 3
cm L= 4 cm
luka ketiga tidak diukur
tepi luka : luka pertama irregular
luka kedua irregular
luka ketiga irregular

3. Jelaskan patomekanisme luka pada skenario!

Anatomi Anorektal

Rektum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3
bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal
terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum
reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior.

Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu
masuk ke bagian usus yang lebih proksimal; dus, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan
internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna
terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.

Pendarahan rektum berasal dari arteri hemorrhoidalis superior dan medialis


(a.hemorrhoidalis medialis biasanya tidak ada pada wanita, diganti oleh a.uterina) yang
merupakan cabang dari a.mesenterika inferior. Sedangkan arteri hemorrhoidalis inferior
adalah cabang dari a.pudendalis interna, berasal dari a.iliaka interna, mendarahi rektum
bagian distal dan daerah anus

Persyarafan motorik spinkter ani interna berasal dari serabut syaraf simpatis
(n.hypogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut syaraf parasimpatis
(n.splanknikus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut syaraf ini membentuk
pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersyarafi oleh n.sakralis 3 dan 4. Nervus
pudendalis mensyarafi spinkter ani eksterna dan m.puborektalis. Syaraf simpatis tidak
mempengaruhi otot rektum. Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh n.splanknikus
(parasimpatis). Walhasil, kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh n.pudendalis dan
n.splanknikus pelvik (syaraf parasimpatis).

Patofisiologi Trauma

Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah
dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ,
sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut
berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme
kompensasi tersebut adalah :

a. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena,
bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
b. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan
heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
c. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi
pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk
menjaga cardiac output.
d. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk
menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon
ini.
e. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan
peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.
f. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit
pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
g. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang
menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.

Mekanisme luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau kekuatan
rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana
kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak
akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan
kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.

Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan dari
masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil menyebabkan
pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi
pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama pada
pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.

Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan
penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya
pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya.

Klasifikasi luka

a. Abrasi
b. Kontusi
c. Laserasi
d. Luka insisi

Patomekanisme Luka Lecet

Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus lapisan


epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah terdapat pada
dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel di bawahnya akan
menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat jaringan.
Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti kertas
berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna kekuningan jernih
dan tidak ada perubahan warna.Kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat
kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan yang kasar, sehingga epidermis
menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya hilang

 Ciri luka lecet :


- Sebagian atau seluruh epitel hilang
- Permukaan dapat tertutupi oleh eksudasi yang mengering (krusta)
- Timbul reaksi radang
- Biasanya tidak meninggalkan jaringan parut
 Ante mortem
Warna coklat kemerahan karena eksudasi
Mikroskopis : Terdapat sisa epitelium dan tanda-tanda intravena

Luka Gigitan/Bite Wound/Vulnus Morsum

Disebabkan oleh gigitan hewan seperti anjing, kucing dan kuda, atau manusia . Gigitan
hewan ataupun manusia bisa menjadi berbahaya karena rahang yang kuat dan dapat
mengoyak fragmen yang cukup besar pada jaringan lunak (avulsive injury) dan akan
meninggalkan pola bekas gigitan dan memar di daerah tempat gigitan serta ditandai dengan
hilangnya segmen jaringan lunak dan dapat menyebabkan fraktur apabila gigitan terlalu
keras. Risiko infeksi luka ini tinggi karena terdapat flora bakteri pada rongga mulut.

Patomekanisme Fissura Ani

Apabila feses yang keras melewati anal canal akan terjadi perenggangan dan merobek
mucosa anal. Fissura ani biasanya terjadi pada bagian anterior dan posterior, diduga daerah
ini merupakan daerah lemah.. Ketika feses tersebut melewati anal canal, massa akan
disalurkan ke bagian anterior dan posterior oleh karena adanya otot pada bagian lateral.
Fissura akan meningkatkan kontraksi internal anal sphincter dan meningkatkan tekanan
istirahat pada anal canal. Peningkatan tekanan menyebabkan iskemia pada area disekitar
fissura. Adanya spasme yang berulang pada anal canal dan adanya iskemia yang berlanjut
akan menyebabkan fissura menjadi kronis oleh karena ulkus yang tidak dapat sembuh.
Dasar fissura ani akut merupakan suatu lapisan tipis putih yang melapisi jaringan ikat
submucosa dan otot longitudinal, yang menyebar dari intersphinteric groove kemudian
melapisi otot sirkular sphincter interna. Pada fissura ani akut ulkus tampak berbatas
tegas,tidak terdapat indurasi,odema atau kavitasi.

Struktur dan fungsi sistem reproduksi pria dan wanita pada hakikatnya saling
melengkapi. Secara anatomi vagina dirancang untuk menerima penis. Struktur vagina yang
terdiri atas epitel skuamosa dan dikelilingi oleh otot yang berbentuk seperti tabung yang
berfungsi untuk masuknya penis ke dalam vagina wanita. Sedangkan, rektum, dilapisi dengan
permukaan mukosa yang halus dan satu lapisan epitel kolumnar terutama untuk reabsorpsi
air dan elektrolit. Rektum tidak memiliki kemampuan untuk proteksi mekanis terhadap
abrasi dan kerusakan parah pada mukosa kolon dapat terjadi jika benda yang besar, tajam,
atau runcing dimasukkan ke dalam rektum. Anus dan rektum, tidak seperti vagina. Anus dan
rectum tidak mengandung fungsi pelumas alami. Pemasukan benda yang tidak dilubrikasi
atau pelebaran anus yang tidak adekuat sebelum pemasukan benda besar dapat menyebabkan
jaringan laserasi. Sfingter anal internal dan eksternal adalah cincin elastis otot yang umumnya
tetap tertutup, kecuali saat defekasi. Sfingter anal juga berfungsi dalam pengeluaran feses
yang mengarah keluar dari tubuh. Ketika terjadi suatu usaha yang dilakukan untuk
memasukkan sesuatu ke arah sebaliknya, otot-otot sphincter akan berkonstriksi.

4. Jelaskan bagaimana dampak yang dialami sang anak!

Kekerasan seksual cenderung menimbulkan dampak traumatis baik pada anak maupun
pada orang dewasa. Namun, kasus kekerasan seksual sering tidak terungkap karena adanya
penyangkalan terhadap peristiwa kekerasan seksual yang terjadi. Lebih sulit lagi adalah jika
kekerasan seksual ini terjadi pada anak-anak, karena anak-anak korban kekerasan seksual
tidak mengerti bahwa dirinya menjadi korban. Korban sulit mempercayai orang lain sehingga
merahasiakan peristiwa kekerasan seksualnya. Selain itu, anak cenderung takut melaporkan
karena mereka merasa terancam akan mengalami konsekuensi yang lebih buruk bila melapor,
anak merasa malu untuk menceritakan peristiwa kekerasan seksualnya, anak merasa bahwa
peristiwa kekerasan seksual itu terjadi karena kesalahan dirinya dan peristiwa kekerasan
seksual membuat anak merasa bahwa dirinya mempermalukan nama keluarga. Dampak
pelecehan seksual yang terjadi ditandai dengan adanya powerlessness, dimana korban merasa
tidak berdaya dan tersiksa ketika mengungkap peristiwa pelecehan seksual tersebut.
Tindakan kekerasan seksual pada anak membawa dampak emosional dan fisik kepada
korbannya. Secara emosional, anak sebagai korban kekerasan seksual mengalami stress,
depresi, goncangan jiwa, adanya perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, rasa takut
berhubungan dengan orang lain, bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan
seksual, mimpi buruk, insomnia, ketakutan dengan hal yang berhubungan dengan
penyalahgunaan termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, masalah harga diri,
disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh diri, keluhan somatik, dan
kehamilan yang tidak diinginkan.

Selain itu muncul gangguan-gangguan psikologis seperti pasca-trauma stress disorder,


kecemasan, penyakit jiwa lain termasuk gangguan kepribadian dan gangguan identitas
disosiatif, kecenderungan untuk reviktimisasi di masa dewasa, bulimia nervosa, bahkan
adanya cedera fisik kepada anak. Secara fisik, korban mengalami penurunan nafsu makan,
sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar vagina atau alat kelamin, berisiko tertular
penyakit menular seksual, luka di tubuh akibat perkosaan dengan kekerasan, kehamilan yang
tidak diinginkan dan lainnya. Sedangkan kekerasan seksual yang dilakukan oleh anggota
keluarga adalah bentuk inses, dan dapat menghasilkan dampak yang lebih serius dan trauma
psikologis jangka panjang, terutama dalam kasus inses orangtua.

Trauma akibat kekerasan seksual pada anak akan sulit dihilangkan jika tidak secepatnya
ditangani oleh ahlinya. Anak yang mendapat kekerasan seksual, dampak jangka pendeknya
akan mengalami mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang berlebihan pada orang lain, dan
konsentrasi menurun yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan. Jangka panjangnya,
ketika dewasa nanti dia akan mengalami fobia pada hubungan seks atau bahkan yang
parahnya lagi dia akan terbiasa dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seksual.
Bisa juga setelah menjadi dewasa, anak tesebut akan mengikuti apa yang dilakukan
kepadanya semasa kecilnya.

Sementara itu, Weber dan Smith (2010) mengungkapkan dampak jangka panjang kekerasan
seksual terhadap anak yaitu anak yang menjadi korban kekerasan seksual pada masa kanak-
kanak memiliki potensi untuk menjadi pelaku kekerasan seksual di kemudian hari.
Ketidakberdayaan korban saat menghadapi tindakan kekerasan seksual di masa kanak-kanak,
tanpa disadari digeneralisasi dalam persepsi mereka bahwa tindakan atau perilaku seksual
bisa dilakukan kepada figur yang lemah atau tidak berdaya.
Selain itu, kebanyakan anak yang mengalami kekerasan seksual merasakan kriteria
psychological disorder yang disebut post-traumatic stress disorder (PTSD), dengan gejala-
gejala berupa ketakutan yang intens terjadi, kecemasan yang tinggi, dan emosi yang kaku
setelah peristiwa traumatis. Menurut Beitch-man et.a Anak yang mengalami kekerasan
seksual membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun untuk terbuka pada orang lain.

Finkelhor dan Browne mengkategorikan empat jenis dampak trauma akibat kekerasan seksual
yang dialami oleh anak-anak, yaitu:

1. Pengkhianatan (Betrayal). Kepercayaan merupakan dasar utama bagi korban


kekerasan seksual. Sebagai seorang anak, mempunyai kepercayaan kepada orangtua
dan kepercayaan itu dimengerti dan dipahami. Namun, kepercayaan anak dan otoritas
orangtua menjadi hal yang mengancam anak.
2. Trauma secara Seksual (Traumatic sexualization). Russel menemukan bahwa
perempuan yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak hubungan seksual,
dan sebagai konsekuensinya menjadi korban kekerasan seksual dalam rumah tangga.
Finkelhor mencatat bahwa korban lebih memilih pasangan sesama jenis karena
menganggap laki-laki tidak dapat dipercaya.
3. Merasa Tidak Berdaya (Powerlessness). Rasa takut menembus kehidupan korban.
Mimpi buruk, fobia, dan kecemasan dialami oleh korban disertai dengan rasa sakit.
Perasaan tidak berdaya mengakibatkan individu merasa lemah. Korban merasa dirinya
tidak mampu dan kurang efektif dalam bekerja. Beberapa korban juga merasa sakit
pada tubuhnya. Sebaliknya, pada korban lain memiliki intensitas dan dorongan yang
berlebihan dalam dirinya.
4. Stigmatization. Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki gambaran
diri yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat ketidakberdayaan dan
merasa bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol dirinya. Anak
sebagai korban sering merasa berbeda dengan orang lain, dan beberapa korban marah
pada tubuhnya akibat penganiayaan yang dialami. Korban lainnya menggunakan obat-
obatan dan minuman alkohol untuk menghukum tubuhnya, menumpulkan inderanya,
atau berusaha menghindari memori kejadian tersebut

5. Penyebab luka paling mungkin COD dengan pendekatan PMA!


Berdasarkan skenario, ditemukan adanyaFissura Anus yang menyebabkan perdarahan.
Fissura Anus (Fissure in ano, Ulkus anus) merupakan suatu robekan atau luka dengan
nanah pada daerah anus dekat perbatasan dengan kulit, luka sering terjadi pada bagian
belakang walau terkadang lebih jarang juga dapat ditemukan pada bagian depan, lebih
jarang lagi pada bagian samping (bila terjadi harus dipikirkan penyebab penyakit
lain). Selain fissura ani ditemukan luka lecet pada paha kanan sisi belakang dan luka
bekas gigitan pada punggung sisi kiri.

Maka dari itu, PMA yang sesuai dengan skenario ialah :


Damage : kerusakan M. Spichter Ani eksterna et interna

A-1 : Perdarahan pada anus

A-2 : Ruptur pembuluh darah pada anus

A-3 : Trauma tumpul

B-1: luka lecet

B-2 : Luka gigitan

6. Perspektif islam yang terkait!


Perspektif Islam :
Q.S. Al A’raf 07 : 81

Artinya:
Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada
perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.” [Surat Al-A'raf 81]
DAFTAR PUSTAKA
1. Irawan, Budi. Pengamatan Fungsi Anorektal pada penderita penyakit Hirschsprung
pasca Operasi Pull-Through. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera.
2. Ellis, Edward, James R Hupp, and Myron R Tucker. Contemporary Oral
And Maxillofacial Surgery. 5th ed . China: Mosby Elsevier.
3. Miloro M, Peterson L. Peterson's principles of oral and maxilla facial surgery. Shelton,
CT: People's Medical Pub. House-USA; 2012. Lawrente, Gerard. 2004. Anal Fissure.
Lange, current surgical diagnosis & treatment. 11th edition. Lange Medical Book. Page
766 –768.
4. W. Holsinger, James. 1991. Pathophysiology Of Male Homosexuality Committee To
Study Homosexuality.
5. Noviana, Ivo. 2015. Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI.

Anda mungkin juga menyukai