MODUL KDRT
BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
Tutor:
dr. Zulfahmidah
DISUSUN OLEH:
Kelompok 4:
Resky Asfiani Rahman 110 2016 0051
Nur Ainun Pateda 110 2016 0135
A.Siti Nur Pranana Ummah F. 110 2016 0043
Halisa Rahmasari 110 2016 0133
Muh. Syawal Rahis 110 2016 0079
Anastasia Nugraha Pratiwi 110 2016 0056
Firda Luthfiani Safna 110 2016 0045
Andi Nurul Fadillah 110 2016 0123
Andi Indah Khairunnisa 110 2016 0134
Dewi Putri Pratiwi 110 2016 0068
Syapitri Syamsul 110 2016 0162
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
Skenario 2.2
Seorang anak laki-laki diantar oleh gurunya ke IGD dengan keluhan perdarahan dari
anus. Menurut pasien, kejadian tersebut disebabkan karena pamannya memaksa
memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus pasien. Pasien tinggal serumah dengan
paman dan bibinya karena sudah tidak memiliki orangtua. Sebelum dipaksa melakukan
hubungan seksual, pasien mengaku dijanjikan uang jajan dan diancam agar tidak
memberitahukan kejadian tersebut kepada siapapun.
Luka lecet pada paha kanan sisi belakang Luka bekas gigitan pada punggung sisi kiri
C. Jawaban Pertanyaan
1. Deskripsi luka/trauma yang dialami oleh pasien
Jawab:
Deskripsi Luka :
Kesimpulan : Terdapat 1 (satu) buah luka tertutup di regio tungkai atas kanan
sisi belakang akibat kekerasan trauma tumpul.
Kesimpulan : Terdapat satu buah luka terbuka di anus disertai luka lecet di
wilayah sekitar luka akibat kekerasan trauma tumpul.
Tiga mekanisme utama yang terkait dengan produksi bekas gigitan adalah;
tekanan gigi, tekanan lidah dan gesekan gigi.1
Tanda tekanan gigi disebabkan oleh aplikasi tekanan langsung oleh tepi insisal
gigi anterior / tepi oklusal gigi posterior .Tingkat keparahan tanda gigitan
tergantung pada durasi, tingkat kekuatan yang diterapkan dan tingkat pergerakan
antara gigi dan jaringan. Presentasi klinis dari tekanan gigi menunjukkan area pucat
yang mewakili tepi insis dan memar yang mewakili margin insisal. 1
Tekanan lidah disebabkan ketika bahan yang dimasukkan ke dalam mulut
ditekan oleh lidah ke gigi / palatal rugae dan tanda khas hadir karena mengisap /
menyodorkan lidah.1
Mengikis gigi disebabkan oleh gesekan gigi dengan gigi permukaan yang
umumnya melibatkan gigi anterior. Presentasi klinis dapat berupa goresan dan
lecet. Goresan dan lecet yang mengindikasikan ketidakteraturan dan kekhasan tepi
insisal berguna dalam identifikasi. 1
Karena tekanan yang diciptakan oleh gigitan gigi dan tekanan negatif yang
diciptakan oleh lidah dan efek pengisapan, ada perdarahan ekstra-vaskular yang
menyebabkan memar di bagian tengah luka bekas gigitan. Memar ini menunjukkan
perubahan warna selama periode waktu karena cedera mengalami proses
penyembuhan pada kulit individu yang hidup.1
Setelah trauma, sel endotel yang aktif karena terekspos berbagai substansi akan
mendegradasi membran basal dari vena postkapiler, sehingga migrasi sel dapat terjadi
antara celah tersebut. Migrasi sel endotel ke dalam luka diatur oleh fibroblast
growth factor (FGF), platelet-derived growth factor (PDGF), dan transforming
growth factor- β (TGF-β). Pembelahan dari sel endotel ini akan membentuk lumen.
Kemudian deposisi dari membran basal akan menghasilkan maturasi kapiler. 2
Angiogenesis distimulasi dan diatur oleh berbagai sitokin yang kebanyakan
dihasilkan oleh makrofag dan platelet. Tumor necrosis factor-α (TNF-α) yang
dihasilkan makrofag merangsang angiogenesis dimulai dari akhir fase inflamasi.
Heparin, yang bisa menstimulasi migrasi sel endotel kapiler, berikatan dengan berbagai
faktor angiogenik lainnya. Vascular endothelial growth factor (VEGF) sebagai faktor
angiogenik yang poten dihasilkan oleh keratinosit, makrofag dan fibroblast
selama proses penyembuhan. 2
Pada fase ini terjadi pula epitelialisasi yaitu proses pembentukan kembali
lapisan kulit yang rusak. Pada tepi luka, keratinosit akan berproliferasi setelah kontak
dengan ECM dan kemudian bermigrasi dari membran basal ke permukaan yang baru
terbentuk. Ketika bermigrasi, keratinosis akan menjadi pipih dan panjang dan juga
membentuk tonjolan sitoplasma yang panjang. Pada ECM, mereka akan berikatan
dengan kolagen tipe I dan bermigrasi menggunakan reseptor spesifik integrin.
Kolagenase yang dikeluarkan keratinosit akan mendisosiasi sel dari matriks dermis dan
membantu pergerakan dari matriks awal. Keratinosit juga mensintesis dan mensekresi
MMP lainnya ketika bermigrasi. Matriks fibrin awal akan digantikan oleh jaringan
granulasi. Jaringan granulasi akan berperan sebagai perantara sel – sel untuk
melakukan migrasi. Jaringan ini terdiri dari tiga sel yang berperan penting yaitu
fibroblast, makrofag dan sel endotel. Sel – sel ini akan menghasilkan ECM dan
pembuluh darah baru sebagai sumber energi jaringan granulasi. Jaringan ini muncul
pada hari keempat setelah luka. Fibroblast akan bekerja menghasilkan ECM untuk
mengisi celah yang terjadi akibat luka dan sebagai perantara migrasi keratinosit.
Matriks ini akan tampak jelas pada luka. Makrofag akan menghasilkan growth factor
yang merangsang fibroblast berproliferasi. Makrofag juga akan merangsang sel endotel
untuk membentuk pembuluh darah baru. 2
Kontraksi luka adalah gerakan centripetal dari tepi leka menuju arah tengah
luka. Kontraksi luka maksimal berlanjut sampai hari ke-12 atau ke-15 tapi juga
bisa berlanjut apabila luka tetap terbuka. Luka bergerak ke arah tengah dengan
rata – rata 0,6 sampai 0,75 mm / hari. Kontraksi juga tergantung dari jaringan kulit
sekitar yang longgar. Sel yang banyak ditemukan pada kontraksi luka adalah
myofibroblast. Sel ini berasal dari fibroblast normal tapi mengandung mikrofilamen
di sitoplasmanya. 2
Fase Akhir (Remodelling)
Fase remodelling jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan
Proses ini dimulai sekitar hari ke-21 hingga satu tahun. Pembentukan kolagen akan
mulai menurun dan stabil. Meskipun jumlah kolagen sudah maksimal, kekuatan
tahanan luka hanya 15 % dari kulit normal. Proses remodelling akan meningkatkan
kekuatan tahanan luka secara drastis. Proses ini didasari pergantian dari kolagen tipe
III menjadi kolagen tipe I. Peningkatan kekuatan terjadi secara signifikan pada minggu
ketiga hingga minggu keenam setelah luka. Kekuatan tahanan luka maksimal akan
mencapai 90% dari kekuatan kulit normal. 2
Gambar : Mekanisme penyembuhan luka
Patomekanisme luka/trauma
Anatomi Anorektal
Rektum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri.
2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian
proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan
oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian
posterior.3
Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai
pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal; dus, dikelilingi oleh spinkter ani
(eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar.
Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.3
Persyarafan motorik spinkter ani interna berasal dari serabut syaraf simpatis
(n.hypogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut syaraf parasimpatis
(n.splanknikus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut syaraf ini
membentuk pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersyarafi oleh
n.sakralis 3 dan 4. Nervus pudendalis mensyarafi spinkter ani eksterna dan
m.puborektalis. Syaraf simpatis tidak mempengaruhi otot rektum. Defekasi
sepenuhnya dikontrol oleh n.splanknikus (parasimpatis). Walhasil, kontinensia
sepenuhnya dipengaruhi oleh n.pudendalis dan n.splanknikus pelvik (syaraf
parasimpatis).3
Patofisiologi Trauma
a. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena,
bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
b. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan
heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
c. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi
pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk
menjaga cardiac output.
d. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk
menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon
ini.
e. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan
peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.
f. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit
pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
g. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang
menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.
Mekanisme luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau
kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang
terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata
ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama
dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.4,5
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan
dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil
menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi
kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan
energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan
tidak menimbulkan memar. 4,5
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan
penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak
hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya. 4,5
Klasifikasi luka
a. Abrasi
b. Kontusi
c. Laserasi
d. Luka insisi
Patomekanisme Luka Lecet
Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti
kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna
kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna.Kerusakan yang mengenai lapisan
atas dari epidermis akibat kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan yang
kasar, sehingga epidermis menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya hilang. 4,5
Apabila feses yang keras melewati anal canal akan terjadi perenggangan dan
merobek mucosa anal. Fissura ani biasanya terjadi pada bagian anterior dan posterior,
diduga daerah ini merupakan daerah lemah.. Ketika feses tersebut melewati anal canal,
massa akan disalurkan ke bagian anterior dan posterior oleh karena adanya otot pada
bagian lateral. Fissura akan meningkatkan kontraksi internal anal sphincter dan
meningkatkan tekanan istirahat pada anal canal. Peningkatan tekanan menyebabkan
iskemia pada area disekitar fissura. Adanya spasme yang berulang pada anal canal dan
adanya iskemia yang berlanjut akan menyebabkan fissura menjadi kronis oleh karena
ulkus yang tidak dapat sembuh.5,6
Dasar fissura ani akut merupakan suatu lapisan tipis putih yang melapisi jaringan
ikat submucosa dan otot longitudinal, yang menyebar dari intersphinteric groove
kemudian melapisi otot sirkular sphincter interna. Pada fissura ani akut ulkus tampak
berbatas tegas,tidak terdapat indurasi,odema atau kavitasi. 5,6
Struktur dan fungsi sistem reproduksi pria dan wanita pada hakikatnya saling
melengkapi. Secara anatomi vagina dirancang untuk menerima penis. Struktur vagina
yang terdiri atas epitel skuamosa dan dikelilingi oleh otot yang berbentuk seperti
tabung yang berfungsi untuk masuknya penis ke dalam vagina wanita. Sedangkan,
rektum, dilapisi dengan permukaan mukosa yang halus dan satu lapisan epitel
kolumnar terutama untuk reabsorpsi air dan elektrolit. Rektum tidak memiliki
kemampuan untuk proteksi mekanis terhadap abrasi dan kerusakan parah pada mukosa
kolon dapat terjadi jika benda yang besar, tajam, atau runcing dimasukkan ke dalam
rektum. Anus dan rektum, tidak seperti vagina. Anus dan rectum tidak mengandung
fungsi pelumas alami. Pemasukan benda yang tidak dilubrikasi atau pelebaran anus
yang tidak adekuat sebelum pemasukan benda besar dapat menyebabkan jaringan
laserasi. Sfingter anal internal dan eksternal adalah cincin elastis otot yang umumnya
tetap tertutup, kecuali saat defekasi. Sfingter anal juga berfungsi dalam pengeluaran
feses yang mengarah keluar dari tubuh. Ketika terjadi suatu usaha yang dilakukan
untuk memasukkan sesuatu ke arah sebaliknya, otot-otot sphincter akan berkonstriksi.
5,6
3. Agen penyebab luka/trauma pada kasus berdasarkan Cause of Damage (COD)?
Jawab:
COD1
Current Finding : Satu buah luka lecet pada paha kanan sisi belakang
B: -
COD2
Current Finding : Satu buah luka bekas gigitan pada punggung sisi kiri
B: -
COD3
B: -
1) Faktor Ekonomi
Baik disadari maupun tidak di sadari lingkungan ekonomi sangatlah
mempengaruhi timbulnya kejahatan.Orang yang berasal dari lingkungan ekonomi
mengah kebawah cenderung kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan
kejahatan di banding orang yang memiliki ekonomi mapan. Kejahatan yang
dilakukan oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah cenderung menjurus
kepada kejahatan warungan yaitu kejahatan yang marak di masyarakat dan
mengandalkan pada kekuatan fisik mereka, seperti pencurian, perampokan,
pemerkosaan, pencabulan. Penganiayaan, dan sebagainya.Pelaku yang belum
memiliki pasangan hidup (istri) dan ingin menyalurkan hasarat seksualnya namun
terbentur oleh masalah biaya, sehingga mereka tidak dapat membayar para PSK (
pekerja sekskomersial) maka akan menyalurkannya kepada siapa saja yang di
temuinya. Mereka cenderung memilih anak- anak karena menganggap bahwa
anak- anak tidak akan melakukan perlawanan, artinya anak di anggap piah yang
lemah yang dapat di perdaya pelaku. Karena hidup di dalam kemiskinan
menyebabkan pelaku tidak mengenyam pendidikan sehingga akan mempengaruhi
pola fikir mereka, mereka cenderung mencari cara yang paling mudah untuk
menyalurkan hasrat biologisnya yaitu menjadikan anak sebagai korbannya, tanpa
memikirkan apa yang akan mereka terima akibat dari perbuatan tersebut.7
2) Faktor Pendidikan
Faktor ini mempengaruhi pola berpikir (intelegensi) dalam diri si pelaku.
Dimana pendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali dapat
mempengaruhi cara berfikir manusia serta mempengaruhi pelaku dalam
kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini si pelaku tidak mempunyai rasa malu
dalam melakukan tindakan kejahatan, dengan minimnya pendidikan dan
keterampilan yang dimiliki mengakibatkan sulitnya mendapatkan lapangan
pekerjaan, disamping itu memang lapangan pekerjaan yang tersedia juga sangat
terbatas.7
Disisi lain karena rendahnya tingkat intelegensi si pelaku sehingga kurangnya
kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta
prilakunya sering dikuasai oleh emosional dari pada rasio.7
3) Faktor Agama/moral
Dalam faktor agama ini ditanamkan secara mapan keimanan dalam diri
si pelaku (pria dewasa) dan pelaku kurang dapat mengendalikan dirinya sendiri,
dalam arti kata faktor keimanan yang kurang kuat dalam menahan nafsu
sexnya, sehingga ia terjerumus melakukan kejahatan sodomi yang sudah tentu
diharamkan dan dilarang oleh agama. Oleh karena itu, pendidikan agama sangat
perlu ditanamkan sejak dini sehingga dapat mempertebal keimanan sebagai
pengendali tingkah laku dan hawa nafsunya sendiri. 7
4) Faktor Kejiwaan
- daerah pubis (kemaluan bagian luar), yaitu adanya perlukaan pada jaringan
lunak atau bercak cairan mani;
- penyisiran rambut pubis (rambut kemaluan), yaitu apakah adanya rambut
pubis yang terlepas yang mungkin berasal dari pelaku, penggumpalan atau
perlengketan rambut pubis akibat cairan mani;
- daerah vulva dan kulit sekitar vulva/paha bagian dalam (adanya perlukaan
pada jaringan lunak, bercak cairan mani);
- labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada
perlukaan pada jaringan lunak atau bercak cairan mani;
- vestibulum dan fourchette posterior (pertemuan bibir kemaluan bagian
bawah), apakah ada perlukaan;
- hymen (selaput dara), catat bentuk, diameter ostium, elastisitas atau ketebalan,
adanya perlukaan seperti robekan, memar, lecet, atau hiperemi). Apabila
ditemukan robekan hymen, catat jumlah robekan, lokasi dan arah robekan
(sesuai arah pada jarum jam, dengan korban dalam posisi litotomi), apakah
robekan mencapai dasar (insersio) atau tidak, dan adanya perdarahan atau
tanda penyembuhan pada tepi robekan;
- vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lendir;
- serviks dan porsio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah melahirkan
dan adanya cairan atau lendir;
- uterus (rahim), periksa apakah ada tanda kehamilan;
- anus (lubang dubur) dan daerah perianal, apabila ada indikasi berdasarkan
anamnesis;
- mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis,
- daerah-daerah erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari
bercak mani atau air liur dari pelaku; serta
- tanda-tanda kehamilan pada payudara dan perut.
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus kekerasan seksual, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai
indikasi untuk mencari bukti-bukti yang terdapat pada tubuh korban. Sampel untuk
pemeriksaan penunjang dapat diperoleh dari, antara lain:
pakaian yang dipakai korban saat kejadian; diperiksa lapis demi lapis untuk
mencari adanya trace evidence yang mungkin berasal dari pelaku, seperti
darah dan bercak mani, atau dari tempat kejadian, misalnya bercak tanah
atau daun-daun kering;
rambut pubis; yaitu dengan menggunting rambut pubis yang menggumpal
atau mengambil rambut pubis yang terlepas pada penyisiran
kerokan kuku; apabila korban melakukan perlawanan dengan mencakar
pelaku maka mungkin terdapat sel epitel atau darah pelaku di bawah kuku
korban;
swab; dapat diambil dari bercak yang diduga bercak mani atau air liur dari
kulit sekitar vulva, vulva, vestibulum, vagina, forniks posterior, kulit bekas
gigitan atau ciuman, rongga mulut (pada seks oral), atau lipatan-lipatan
anus (pada sodomi), atau untuk pemeriksaan penyakit menular seksual;
darah; sebagai sampel pembanding untuk identifi kasi dan untuk mencari
tanda-tanda intoksikasi NAPZA; dan
urin; untuk mencari tanda kehamilan dan intoksikasi NAPZA.
BAB VI PERLINDUNGAN
Pasal 17
Pasal 40
1) Tenaga kesehatan wajib memeriksa korban sesuai dengan standar profesinya.
2) Dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan wajibmemulihkan
dan merehabilitasi kesehatan korban. 8
9. Perspektif islam
Jawab: