Anda di halaman 1dari 13

1.

LUKA TUSUK
A. Definisi luka tusuk

Luka tusuk adalah luka dengan kedalaman yang melebihi panjang luka
akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau bermata tumpul yang
terjadi dengan tekanan tegak lurus atau serong dengan permukaan tubuh. Contoh
senjata yang digunakan untuk meghasilkan luka tusuk antaranya seperti pisau,
gunting,dan potongan kaca. 8

Gambar 1: luka tusuk pisau bermata tunggal dengan panjang pisau “ 6 ” dan lebar “ 1” dapat
menyebabkan kedalaman luka tusuk 6 ”atau lebih dalam. Luka sedalam ini akan menjadi satu inci atau
lebih di bagian luar tubuh. Luka juga memiliki satu sudut tumpul dan satu sudut tajam.10
B. Jenis luka tusuk.6
(i) Luka tembus (penetrasi) : Senjata masuk ke rongga tubuh hanya menghasilkan
satu luka, yaitu luka masuk.
(ii) Luka perforasi (menembus dan menembus sekitar): Senjata setelah masuk ke
satu sisi tubuh akan keluar melalui sisi lain, menghasilkan dua luka:
 Luka masuk: Melalui senjata yang memasuki tubuh. Ianya lebih besar
dan dengan tepi terbalik.
 Luka keluar: Melalui ujung senjata yang muncul keluar dari tubuh.
Biasanya lebih kecil dengan tepi terbalik.

1
Gambar 2 : klasifikasi luka tusuk.6

C. Karakteristik luka tusuk.6


Dalam menggambarkan luka tusuk, panjang luka, lebar, dan arah, bentuk margin
dan sudut luka harus dijelaskan.
(i) Margin: Tepi luka dipotong bersih, biasanya tidak ada lecet atau memar
margin, tetapi dengan penetrasi pisau yang sepenuhnya menembusi,
abrasi yang berpola atau memar dapat dihasilkan oleh pelindung gagang
yang menyerang kulit. Luka kelihatan teratur, tajam dan jelas. Namun,
cedera yang disebabkan oleh instrumen runcing atau kerucut memiliki
tepi yang robek.
(ii) Panjang: Panjangnya sedikit kurang dari lebar senjata karena
peregangan kulit.
(iii) Lebar: lebar luka lebih dari ketebalan pisau karena menganga.
Diperlukan pendekatan tepian untuk mendapatkan pengukuran yang
sebenarnya.
(iv)Kedalaman: Kedalaman adalah efek terbesar dari luka tusuk. Kedalaman
sesuai dengan panjang bilah senjata yang memasuki tubuh, saat
keseluruhan panjang senjata memasuki tubuh, tetapi belum
menghasilkan luka keluar.  
 Tidaklah aman untuk mengetahui kedalaman luka tusuk dengan
memasukkan probe di ruang gawat darurat karena dapat
mengganggu gumpalan yang kendur dan dapat menyebabkan
pendarahan yang fatal.

2
 Probe dapat dengan mudah melewati antara bidang fasia atau di
dalam otot yang menghasilkan jalur yang salah. Kedalaman
harus ditentukan di ruang operasi (OT), ketika luka diperbaiki.
 Kedalaman luka tusuk tergantung:
o Kondisi pisau: Ketajaman ujung pisau adalah faktor
terpenting dalam penetrasi kulit. Setelah ujungnya
melubangi kulit, ujung tombaknya tidak begitu penting.
o Resistensi oleh jaringan dan organ: Terlepas dari tulang
dan tulang rawan terkalsifikasi, kulit paling tahan
terhadap penetrasi pisau. Setelah kulit ditembus, bilah
senjata dengan mudah dapat menembusi otot, organ
dalam, dan tulang rawan yang tidak terkalsifikasi, tanpa
perlu penerapan kekuatan yang lebih.
o Pakaian: Beberapa lapis kain keras atau jaket kulit
memerlukan kekuatan yang lebih besar untuk senjata
menembus.
o Gaya yang diterapkan: Kecepatan dorong pisau.
o Lokasi: Kulit yang diregangkan lebih mudah ditembus
daripada kulit yang kendur, mis. dinding dada.
o Sudut strike: Pisau yang menyerang kulit pada sudut yang
tepat dapat menembus lebih dalam, berbanding ketika
menyerang dari sudut yang tajam.

Ciri luka tusuk tergantung alatnya bermata tajam atau tidak, bila alat berujung
runcing dan bermata tajam:8
• Tepi luka rata
• Sudut luka tajam,pada sisi tumpul dari alat,sudut luka kurang tajam
• Pada sisi tajam dari alat,rambut ikut terpotong
• Bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau, kadang-kadang ditemukan
memar disekitar luka
• Ukuran dalam luka lebih besar daripada panjang luka

3
Gambar 3: Panah merah merupakan sisi tumpul pisau
dan panah biru merupakan sisi lancip pisau. 9

D. Ukuran luka tusuk


Pada luka tusuk,panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabkan, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan
panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh factor elastisitas jaringan dan
gerakan korban. Bentuk dan ukuran dari luka tusuk di kulit tergantung pada jenis
pisau, arah dorong, gerakan pisau saat menusuk, pergerakan korban saat ditusuk,
dan keadaan elastisitas kulit. Ketajaman alat dapat menentukan batas luka, tepinya
dapat tajam dan teratur, kulit terkelupas, memar ataupun bergerigi.7

Gambar 4 luka tusuk pada beberapa tempat, menggunakan pisau yang sama tetapi memiliki
variasi ukuran luka yang berbeda.9

E. Bentuk luka tusuk


Bentuk tusukan luka di kulit tidak hanya dapat ditentukan oleh bentuk pisau ,
tetapi juga ditentukan oleh sifat-sifat kulit. Luka tusuk berbentuk panjang dan tipis
saat kulit dalam keadaan tegang, dan dapat lebih luas lagi saat kulit berelaksasi.
Garis Langer juga dapat mempengaruhi bentuk luka. Garis Langer adalah pola dari

4
serat elastis dalam lapisan dermis kulit, yang kira-kira sama antara individu satu dan
yang lainya individu . Ahli bedah plastik memanfaatkan dari pola serat ini untuk
menghilangkan bekas luka . Jika seseorang ditusuk di garis ini , yaitu tegak lurus
dengan serat , serat akan memisahkan tepi luka , menciptakan luka yang terbuka.
Luka tusukan yang sejajar dengan garis Langer akan menghasilkan luka seperti
celah sempit. Antara dua luka ekstrem tersebut adalah luka miring ianya tergantung
pada pola serat, luka mungkin asimetris atau setengah lingkaran. Jika tepi luka
menganga digabungkan, ukuran luka yang dipulihkan akan mendekati lebar
maksimum yang mungkin dari mata pisau.9
Pada kulit atau otot8
a. Alat pisau:
 Arah sejajar serat elastis otot: bentuk luka seperti celah
 Arah tegak lurus serat elastis otot: bentuk luka menganga.
 Arah miring terhadap serat elastis otot: bentuk luka asimetris
b. Alat ganco/lembing bentuk luka seperti celah bila luka didaerah pertemuan serat
elastis/otot, maka bentuk luka bulat (sesuai dengan penampang alat)
c. Alat penampang segitiga atau segiempat bentuk luka bintang berkaki tiga atau
empat.

Gambar 5: . Luka ini disebabkan oleh pisau tipis; namun, luka lebih bulat
karena elastisitas kulit.10 Gambar B menunjukkan luka yang tegak lurus
dengan garis Langer, dan gambar C menujukkan luka yang searah dengan
garis Langer.9

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya
adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau ditarik keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada

5
saat penusukan juga akan mempengaruhi. Terbentuknya luka tusukan dapat dipengaruhi
oleh seberapa dalam pisau yang ditusukkan dan apa ada bagian dari poros atau kontak
kulit yang tertembus. Jika pisau ditusukan dengan kuat ke dalam tubuh sampai bagian
guard pada pisau, maka bentuk guard pada pisau dapat terlihat di kulit. Jika pisau
ditusukan sampai Ricasso , luka dapat membentuk persegi pada kedua ujungnya.
Pinggir luka dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut
tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan
menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam.9

6
Gambar 6: Pisau mata satu dengan bentuk luka tusuk anak panah biru muda sisi
tumpul pisau dan anak panah ungu sisi tajam pisau.9,10

7
Gambar 7: (A) Luka tusuk dari pisau satu-sisi dengan kesan tajam kecil di
ujung-ujungnya yang disebabkan oleh penarikan pisau. (B) luka tusuk bermata
dua dengan tajam di satu ujung.9
Beberapa pola spesifik yang terlihat dengan senjata umum dijelaskan di bawah
ini (Gambar 8).6
i. Jika senjata bermata tunggal digunakan, luka permukaan akan berbentuk
segitiga atau baji, dan satu sudut luka akan tajam dan yang lainnya membulat,
tumpul atau bersegi empat. Ujung luka yang tumpul mungkin memiliki belahan
kecil di kulit, yang disebut 'ekor ikan'. Hampir semua luka tusuk dibuat dengan
senjata bermata satu. Terkadang, ini tidak selalu terjadi, karena ujung pisau
yang tumpul dapat membelah kulit dan menyerupai luka pisau bermata dua.
ii. Jika senjata bermata dua digunakan, luka akan berbentuk elips atau seperti
celah, dan kedua sudut akan tajam atau runcing.
iii. Benda bulat, seperti tombak dapat menghasilkan luka melingkar.
iv. Senjata runcing persegi dapat menghasilkan cedera berbentuk silang, masing-
masing dari empat ujung merobek jaringan mereka (berbentuk bintang).
v. Tusukan yang dihasilkan dengan serpihan botol kaca yang pecah muncul
sebagai kumpulan luka dengan berbagai ukuran, bentuk dan kedalaman dengan
margin yang tidak teratur.
vi. Obeng akan menghasilkan luka tusukan seperti celah dengan ujung segi empat
dan margin terkikis.
vii. Luka kulit yang dibuat oleh gunting tertutup menghasilkan luka berbentuk
datar 'Z'. Jika bilah gunting terbuka, cedera mungkin terlihat mirip dengan luka
akibat pisau.
viii. Ice picks menghasilkan luka kecil, bulat atau seperti celah, yang mungkin
terlihat seperti peluru kaliber 0,22 atau pelet senapang.
ix. Garpu akan menghasilkan cluster 3-4 luka tergantung pada jumlah cabang pada
garpu

8
Gambar 8: Bentuk luka tusuk berdasarkan jenis senjata. gambar atas (B dan C) luka
tusuk dangkal dari garpu dapur serta gambaran luka tusuk dari gunting. Gambar bawah
(A dan B) luka tusuk dari obeng philips (C) luka tusuk dari obeng tradisional.6

2. Perbedaan luka ante mortem dan post mortem

Tanda-tanda vital luka merupakan perubahan keadaan tubuh manusia yang terluka
ketika masih hidup, antara lain :21

1. Pendarahan

9
Karena tubuh manusia ditunjang oleh sirkulasi darah dengan tekanan jantung,
maka daya kekuatan dari luar yang menyebabkan pembuluh darah pecah akan
menyebabkan pendarahan terbuka dan koagulasi. Luka post mortem pendarahan
seperti mengalir tetapi sulit koagulasi.

2. Pendarahan di bawah kulit


Terjadi akibat tekanan yang besar pada kulit sehingga pembuluh darah pecah
dan terjadi pendarahan dalam jaringan lunak. Pada luka post mortem tidak
ditemukan pendarahan di bawah kulit.

3. Mulut luka terbuka


Jaringan tuuh yang vital memiliki daya kekenyalan sehingga bila otot kulit
terpotong, mulut luka akan terbuka besar. Pada luka ante mortem juga
didapatkan pembengkakan pada mulut luka yang disertai eversi dan retraksi
kulit. Pada luka post mortem mulut luka tidak ternganga.

4. Resapan darah
Bila tubuh yang vital terluka, ditempat itu darah arteri terkumpul dan terjadi
kongesti darah. Akhirnya terjadi pembengkakak dan berwarna merah.

5. Terjadi bintik merah dan melepuh


Perubahan histologi yang terjadi akibat luka adalah sebagai berikut :
a) 30 menit-4 jam terjadi pengumpulan lekosit PMN pada luka dan
terbentuknya benang benang fibrin.
b) 4-12 jam terjadi udem jaringan dan pembengkakan endotel pembuluh darah.
c) 12-24 jam terdapat peningkatan jumlah makrofag dan dimulainya
pembersihan jaringan mati.
d) 24-72 jam terdapat peningkatan jumlah lekosit sampai maksimal sekitar
48jam, perbaikan dimulai,fibroblast muncul, Pembuluh darah baru mulai
terbentuk,untuk membuat jaringan granulasi.
e) 3-6 hari, epidermis mulai tumbuh
.f) 10-15 hari , epidermis menjadi tipis dan datar.

10
g) Minggu-bulan ,proses penyembuhan jaringan berlanjut,jaringan granulasi
terbentuk

6. Perubahan Histokimia
Pada luka ante mortem didapatkan dua zona di sekitar luka. Kandungan atau
perubahan aktivitas enzim pada zona-zona inilah yang akan menentukan sama
ada luka tersebut ante mortem atau post mortem. Luka ante mortem terdiri dari
dua zona :
a) Zona sentral (yang paling berdekatan dengan mulut luka) atau dipanggil
sebagai zona reaksi vital negativ karena terjadinya nekrosis pada zona ini
sehingga aktivitas enzim bekurang dari normal.
b) Zona Perifer atau dipanggil sebagai zona reaksi vital positif dimana
terjadi konsentrasi enzim yang tinggi disebabkan peningkatan aktivitas
enzim lebih dari normal.

Pada luka post mortem , zona reaksi vital positif tidak terbentuk dan aktivitas
enzim dalam kadar normal tidak ada peningkatan dan penurunan.

Gambar 18: Perubahan aktivitas enzim pada luka ante mortem21

11
Gambar 19 : Perbedaan luka ante mortem dan post mortem.21

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

6. Biswas. G., Paul. G., Verma S.K., 2015. Forensic Pathology Reviews 3rd Edition.

New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publishers.

7. Budiyanto A, Widiatmaka W,Sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik,


Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI.

8. Apuranto, H dan Hoediyanto. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik Dan


Medikolegal, Surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FK Unair.
9. Dmaio, Vincent J., Dimaio, Dominick. 2001. Forensic Pathology 2nd edition.
London : CRC Press LLC.
21. Gautam B, (2015) Review of Forensic Medicine and Toxicology, 3rd
edition,Page 302-303

12
13

Anda mungkin juga menyukai