Anda di halaman 1dari 28

1. Nama : Ny.

Marisa Panie
Usia : 32 tahun
Diagnosa : Grave disease, Hipertensi, ISK
Terapi : PTU 1 x 100 mg, Amlodipin 1 x 5 mg, Natrium diklofenak 2 x 25 mg,
Cefadroxil 2 x 500 mg

Propiltiourasil

Golongan Obat antitiroid

Sediaan Tablet 50 mg

Dosis Dewasa : 200-400 mg/ hari, dosis ini dipertahankan sampai pasien
mencapai keadaan eutiroid, lalu dosis diturunkan secara berangsur-
angsur sampai mencapai dosis pemeliharaan 50-15-mg/ hari
Dosis maksimal 400 mg/hari

Indikasi Hipertiroid

Kontraindikasi Perhatian pada : Gangguan hati, kehamilan, menyusui, gangguan ginjal

Efek samping Muntah, gangguan pencernaan ringan, sakit kepala, ruam kulit dan
pruritus, nyeri sendi, mopati, alopesia, supresi sumsum tulang, ikterus,
leukopenia, gejala lupus eritematous
Cara Kerja PTU mencegah sintesis hormon dengan menghambat reaksi katalisi
peroksidasi tiroid dan menghambat organifikasi iodin.PTU juga
menghambat proses penggabungan iodotirosin, ptu mencegah deiodinasi
T3&T4 Perifer.

Reaksi dengan obat lain Obat propylthiouracil dapat berinteraksi apabila penggunaannya
bersama dengan obat lain seperti:Antikoagulan, Beta blocker dan
teofilin, Glikosida digitalis
Amlodipin

Golongan Calcium Channel Blocker ( CCB )

Sediaan Tablet 5 dan 10 mg

Dosis 2,5-10 mg/hari

Dosis maksimal 10mg/hr

Indikasi Hipertensi, profilaksis angina

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap vitamin B

Efek samping Penggunaan dosis besar & lama vit.B6 dapat menyebabkan sindrom
neuropati
Cara Kerja Amlodipine merupakan golongan penghambat kanal kalsium generasi
kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja dengan
mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada dua segmen
S6 yang berdekatan dan segmen S5 diantaranya dari kanal kalsium
bermuatan di sel otot polos dan jantung. Ikatan tersebut menyebabkan
kanal kalsium termodifikasi ke dalam kondisi inaktif tanpa mampu
berkonduksi (nonconducting inactive state) sehingga kanal kalsium di
sel otot menjadi impermeabel terhadap masuknya ion kalsium.

Reaksi dengan obat lain Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi
efek samping obat. Selain itu, penggunaan amlodipine dengan
simvastatin dapat meningkatkan risiko terjadinya miopati (kelainan
otot).
Antihipertensi: Amlodipin apabila dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya dapat meningkatkan efek hipotensi
Natrium Diclofenac

Golongan Preferenial COX-2 inhibitor

Sediaan Tablet 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg

Dosis Dewasa : 100 - 150 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis

Dosis maksimal 450 mg/hari

Indikasi Arthritis rheumatoid, ankylosing spondylitis, OA, sindroma nyeri dan


kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut dari gout,
nyeri pasca bedah
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap diklofenak, tukak peptik, asma, urtikaria, rhinitis
akut yang ditimbulkan oleh salisilat atau obat OAINS lainya, kehamilan
Efek samping Mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala

Cara Kerja Diclofenac memiliki efek analgetik, antiinflamasi dan antipiretik

Reaksi dengan obat lain Meningkatkan edek samping bila diberikan bersama OAINS lainnya

Cefadroxil

Golongan Antibiotik β-laktam generasi pertama dari sefalosporin

Sediaan Kapsul 500 mg, larutan suspensi 250 mg/5 ml, larutan suspensi 500
mg/ml, tablet 1 mg
Dosis 1-2 gram per hari selama 5-1o hari

Dosis maksimal 4 gram per hari

Indikasi Mengatasi infeksi akibat bakteri yang terjadi pada beberapa bagian
tubuh, seperti sistem pernapasan (sinusitis, pneumonia dan bronkitis),
infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, osteomielitis dan
septisemia
Kontraindikasi Pada penderita gangguan ginjal dan riwayat pernah mengalami reaksi
hipersensitivitas pada cefadroxil dan antibiotik golongan sefalosporin
lainnya
Efek samping Diare, sakit perut atau gangguan pencernaan, peradangan pada lidah,
mual dan muntah
Cara Kerja Menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak
dapat bertahan hidup.
Reaksi dengan obat lain Dapat menghambat keefektifan vaksin tifus dan BCG. Kadar cefadroxil
dalam darah akan meningkat bila dikonsumsi bersamaan dengan
probenecid. Cholestyramine dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk
menyerap cefadroxil.

2. Nama : Tn. Yohanes W. Sengga Sale


Usia : 49 tahun
Diagnosa : Diabetes Melitus tipe 2, Hiperurisemia
Terapi : Levemir 12 IU SC, Metformin 3 x 500 mg, Allopurinol 1 x 100 mg

Levemir

Golongan Insulin analog kerja panjang

Sediaan Pen

Dosis Diabetes tipe 1 :


Dewasa : sepertiga dari total kebutuhan insulin subkutan harian; Rapid
acting, short acting insulin, insulin sebelum makan harus diberikan
untuk memenuhi kebutuhan insulin harian yang tersisa; biasanya dosis
pemeliharaan harian adalah sebesar 0,5-1 unit/kgBB/hari dalam dosis
terbagi; pasien nonobes membutuhkan 0,4-0,6 unit/kgBB/hari, pasien
obes membutuhkan 0,6-1,2 unit/Kgbb/hari

Anak-anak : < 2tahun : keamanan dan efikasi belum di uji


≥ 2 tahun: sepertiga dari total kebutuhan insulin subkutan harian;
Rapid acting, short acting insulin, insulin sebelum makan harus
diberikan untuk memenuhi kebutuhan insulin harian yang
tersisa.biasanya dosis pemeliharaan harian pada remaja adalah sebesar
≤1,2 unit/kgBB/hari/selama percepatan pertumbuhan.

Diabetes tipe 2 Dewasa: 10 unit/hari secara subkutan (atau 0,1-0,2


unit/kgBB/hari) pada malam hari atau setiap 12 jam 1 kali.

Dosis maksimal Informasi dosis maksimal tidak tersedia. Biasanya pengaturan dosis
berdasarkan individu Berdasarkan monitoring secara ketat kadar
glukosadarah dan parameter klinis lainnya.
Indikasi HbA1c > 9% dengan dekompensasi metabolik
Penurunan badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Krisis hiperglikemia
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
Kehamilan dengan DM/DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makanan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO
Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Kontraindikasi reaksi alergi sistemik, selama episode hipoglikemia

Efek samping Hipoglikemiam alergi terhadap insulin

Cara Kerja Lama kerja 12-24 jam, diabsorpsi lebih lambat, mengendalikan glukosa
darah basal

Metformin

Golongan Golongan biguanide

Sediaan Tablet/ kaplet 500 mg, tablet 850 mg

Dosis Dosis harian : 500 – 3000mg/ hari ( diberikan dalam 2-3 dosis terbagi )
Obat diberikan bersama/ sesudah makan
Dosis maksimal 3000mg/ hari

Indikasi Diabetes melitus tipe 2, pilihan pertama pada pasien DM dengan berat
badan berlebih ), diabets yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
sulfoniurea saja
Kontraindikasi Gangguan fungsi ginjal ( GFR < 30ml/menit/ 1,73 m2 ), ketoasidosis,
baru mengalami infark miokard, adanya gangguan hati berat, serta
pasien dengan kecenderungan hipoksemia, mengunakan kontras media
yang mengandung iodine, menggunakan anestesi umum, hamil dan
menyusui
Efek samping Anoreksia, mual, muntah, diare, nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat (
jarang ), penurunan penyerapan b12, eritema, pruritus, urtikaria dan
hepatitis
Cara Kerja Memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa hati ( glukogenesis),
dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformiin
merupakan pilihan pertama pasien dengan berat badan berlebih dimana
diet ketat gagal untuk mengendalikan diabetes, jika sesuai bisa juga
digunakan sebagai pilihan pada pasien dengan berat badan normal
Alopurinol

Golongan Xanthine Oxidase Inhibitors


Sediaan Tablet 100 mg dan 300 mg

Dosis Ringan 200-400mg sehari, 400-600 mg untuk penyakit yang lebih berat.
Untuk pasien dengan gangguan ginjal dosis 100-200mg sehari.

Dosis maksimal 800mg/hari

Indikasi untuk pengobatan untuk tanda dan gejala gout primer dan sekunder (ex:
serangan akut, topus, penghancuran sendi, batu asam urat, uric acid
nephropathy)
Kontraindikasi Reaksi kulit, reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau
leukositosis, eusinofilia, artalgia pernah dilaporkan. Gangguan saluran
cerna juga kadang-kadang dapat terjadi

Efek samping Rash, Mual,gagal ginjal, muntah

Cara Kerja Kadar asam urat dalam plasma diharapkan akan menurun setelah
pemberian allopurinol melalui mekanisme sebagai berikut:
- Inhibisi Xantin-Oksidase
Allopurinol bekerja menginhibisi xantin-oksidase, enzim yang
mengonversi hipoxantin menjadi xantin, dan kemudian menjadi asam
urat, sehingga kadar asam urat menurun.

- Metabolit Allopurinol
Allopurinol dimetabolit menjadi oxipurinol dengan cepat, dan umumnya
tidak terdeteksi lagi dalam plasma 5 jam setelah pemberian. Sekitar 12%
dari allopurinol akan terekskresi tanpa termetabolisme, sementara 76%
akan terekskresi dalam bentuk oxipurinol. Oxipurinol ini juga bekerja
sebagai inhibitor dari xantin-oksidase.

- Menurunkan Kadar Purin

Allopurinol memiliki efek pada katabolisme purin, mengurangi


biosintesis de novo purin secara tidak langsung dengan meningkatkan
konsentrasi ribonukleotida oksipurin dan allopurinol, sementara
menurunkan konsentrasi fosforibosilpirofosfat.

Reaksi dengan obat lain Alopurinol yang berinteraksi dengan Amoxcycilin,ampisilin,diuretik


dapat meningkatkan potensi alergi/reaksi hipersensivitas
Alopurinol yang berinteraksi dengan karbamazepin,
siklofosfamid,bendamustin, furosemid dapat meningkatkan efek toksik
ACE Inhibitor, Antasida kecuali sodium bikarbonat dapat menurunnkan
absorpsi allopurinol
3. Nama : Ny. Sartje Francis
Usia : 71 tahun
Diagnosa : Hipertensi, Vertigo, CAD, OA genu, Dislipidemia
Terapi : Amlodipin 1 x 5 mg, ISDN 2 x 5 mg, Miniaspi 1 x 1, Meloxicam 1 x
15, Neurodex 1 x1, Simvastatin 1 x 20 mg
Amlodipin

Golongan Calcium Channel Blocker ( CCB )

Sediaan Tablet 5 dan 10 mg

Dosis 2,5-10 mg/hari

Dosis maksimal 10mg/hr

Indikasi Hipertensi, profilaksis angina

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap vitamin B

Efek samping Penggunaan dosis besar & lama vit.B6 dapat menyebabkan sindrom
neuropati
Cara Kerja Amlodipine merupakan golongan penghambat kanal kalsium generasi
kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja dengan
mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada dua segmen
S6 yang berdekatan dan segmen S5 diantaranya dari kanal kalsium
bermuatan di sel otot polos dan jantung. Ikatan tersebut menyebabkan
kanal kalsium termodifikasi ke dalam kondisi inaktif tanpa mampu
berkonduksi (nonconducting inactive state) sehingga kanal kalsium di
sel otot menjadi impermeabel terhadap masuknya ion kalsium.

Reaksi dengan obat lain Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi
efek samping obat. Selain itu, penggunaan amlodipine dengan
simvastatin dapat meningkatkan risiko terjadinya miopati (kelainan
otot).
Antihipertensi: Amlodipin apabila dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya dapat meningkatkan efek hipotensi

ISDN

Golongan Nitrat

Sediaan Kapsul, sustained release 40 mg


Tablet, sustained release 40 mg
Tablet, sublingual 2,5 mg da 5 mg
Tablet 5 mg, 10 mg, 40 mg
Dosis Mencegah angina Tablet minum: 20-120 mg/hari dan
dapat ditingkatkan sesuai respons
pasien terhadap obat. Dosis
maksimum per hari adalah 240 mg.
Tablet sublingual: 2.5-10 mg yang
Mengobati angina
diletakan di bawah lidah.
Tablet minum: 30-160 mg/hari.
Dosis maksimum per hari adalah
Gagal jantung 240 mg.
Tablet sublingual: 5-10 mg tiap 2
jam sekali
Dosis maksimal 240 mg/hari

Indikasi -Untuk mencegah dan mengobati angina pada penderita penyakit


jantung koroner.

-Sebagai obat tambahan untuk gagal jantung, bila obat yang biasanya
digunakan tidak memberikan hasil yang cukup.

-Mencegah atau melebarkan spasme pembuluh darah koroner saat


pemasangan balon di pembuluh darah koroner (coronary angioplasty)

Kontraindikasi Pada hipotensi, anemia, dehidrasi, penyakit jantung, glaukoma,


hipotiroidisme, gangguan fungsi hati atau ginjal
Efek samping Pusing dan sakit kepala, mual, kulit memerah atau muncul ruam.

Cara Kerja Obat ini bekerja dengan cara merelaksasi pembuluh darah pada tubuh,
sehingga mengurangi kerja yang harus dilakukan jantung untuk
memompa darah. Dengan berkurangnya kerja jantung maka kebutuhan
oksigen jantung juga akan berkurang dan nyeri dada pun berkurang
Miniaspi

Golongan Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs/NSAIDs, antikoagulan,


antiplatelet, antifibrinolitik, dan analgesik
Sediaan Tablet salut enterik 80 mg

Dosis  Pada pengobatan penderita dengan serangan jantung dosis


dewasa Miniaspi yang dianjurkan yaitu 2 tablet 80 mg sampai
dengan 4 tablet 80 mg yang diberikan 1 kali sehari (terutama saat
serangan) dan 1 tablet 80 mg yang diberikan 1 kali sehari (pada
saat rumatan).

 Pada pengobatan penderita dengan serangan jantung dosis


dewasa Miniaspi yang dianjurkan yaitu 2 tablet 80 mg sampai
dengan 4 tablet 80 mg yang diberikan 1 kali sehari (dalam tempo
2 x 24 jam pasca stroke) dan 1 tablet 80 mg yang diberikan 1
kali sehari (pada saat rumatan).
Dosis maksimal 8 mg/hari
Indikasi  Serangan jantung atau penyakit jantung koroner (infark miokard
& angina tak stabil).
 Pasca stroke, untuk mencegah terulangnya serangan.
 Mencegah serangan iskemik otak sepintas atau "stroke ringa"
atau transient ischemic attack (TIA)
 Mencegah serangan jantung nonfatal pertama pada orang
memiliki risiko tinggi untuk terkena serangan jantung, seperti:
merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, gaya hidup
tidak aktif, stres, dan obesitas.
 Mencegah pembekuan darah bagi orang-orang yang telah
menjalani operasi arteri karotis untuk mencegah terulangnya TIA
dan bagi orang-orang yang menerima hemodialisis.
 Mencegah pembekuan darah bagi orang yang telah menjadali
operasi penggantian pinggul.

Kontraindikasi  Memiliki riwayat alergi atau hipersensitif terhadap Asam


Asetilsalisilat dan komponen-komponen lain dari obat.
 Penderita yang diketahui mempunyai riwayat penyakit asma
 Penderita yang memiliki riwayat tukak lambung atau penyakit
maag
 Penderita yang diketahui mempunyai riwayat atau sering
mengalami perdarahan di bawah kulit
 Memiliki kelainan pembekuan darah terutama hemofilia dan
trombositopenia
 Penderita yang diketahui sedang mendapat pengobatan dengan
terapi meggunakan antikoagulan (obat pengencer darah).
 Anak-anak di bawah 12 tahun.
Efek samping  Rasa tak nyaman pada lambung dan sekitar ulu hati.
 Rasa mual hingga muntah

 Pada pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya


tukak lambung, pendarahan lambung, dan efek samping Asam
Asetilsalisilat lainnya seperti gangguan pada fungsi hati dan
gangguan pada fungsi ginjal.
Cara Kerja Asam asetilsalisilat (Aspirin) akan bekerja pada tubuh dengan cara
menghambat aktivitas enzim siklo-oksigenase melalui proses asetilasi
yang bersifat ireversibel (tidak dapat kembali seperti semula). Dengan
kerja penghambatan tersebut, maka asam asetilsalisilat dapat mencegah
proses pembentukan tromboksan A2 sehingga terjadi pecegahan
terhadap penimbunan platelet dan pencegahan terhadap proses
pembekuan darah. Oleh sebab itu aksi kerjanya disebut juga dengan
istilah Antikoagulan, Antiplatelet (Anti trombotik), & Fibrinolitik
(Trombolitik).

Meloxicam

Golongan Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs/NSAIDs

Sediaan Tablet 7,5 mg, Tablet 15 mg , Suppositoria 15 mg

Dosis OA : 1 x 7,5 mg
RA, Ankilosisi spondilitis : 1x15mg
Dosis maksimal 15 mg/hari

Indikasi Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, osteoarthritis yang memburuk
( jangka pendek ), ankilosing spondilitis
Kontraindikasi Pasien riwayat hipersensivitas terhadap meloxicam atau OAINS lain,
tukak peptik aktif, gangguan hati berat, gangguan ginjal berat, anak dan
remaja < 15 tahun, hamil, laktasi, perdarahan gastrointestinal,
perdarahan serebrovaskular atau perdarahan lainya
Efek samping Dispepsia, mualm muntah, nyeri perut, konstipasi, kembung, diare,
anemia, pruritus, ruam kulit, sakit kepala, edema, peningkatan
transaminase atau bilirubin serum
Cara Kerja Menghambat sintesis prostaglandin dengan hambatan pada enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2
terganggu
Reaksi dengan obat lain Bisphosphonates, cyclosporine, hydantoin, lithium, methotrexate,
kuinolon, sulfonamide, atau sulfonylurea; karena meloxicam berpotensi
meningkatkan efek samping obat-obatan tersebut.
ACE inhibitor, penghambat reseptor angiotensin, atau diuretik; karena
meloxicam dapat menurunkan keefektifannya obat-obatan tersebut dan
dapat menyebabkan gangguan pada ginjal.
Indikasi HbA1c > 9% dengan dekompensasi metabolik
Penurunan badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Krisis hiperglikemia
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stress berat ( infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut,
stroke )
Kehamilan dengan DM/DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makanan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO
Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Kontraindikasi reaksi alergi sistemik, selama episode hipoglikemia

Efek samping Hipoglikemiam alergi terhadap insulin

Cara Kerja Lama kerja 12-24 jam, diabsorpsi lebih lambat, mengendalikan glukosa
darah basal

Neurodex

Golongan Vit. B complex

Sediaan Tablet berisi : Vitamin B 100 mg, Vitamin B6 200mg, Vitamin B12 250
mcg
Dosis Dws: 1drag 2-3x/hr

Dosis maksimal : 1drag 3x/hari

Indikasi gejala neurotropik karena defisiensi vit, ggn neurologik, mual & muntah
pada kehamilan, anemia, roboransia untuk kejang, lesu&usia lanjut

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap vitamin B

Efek samping Penggunaan dosis besar & lama vit.B6 dapat menyebabkan sindrom
neuropati
Cara Kerja Vitamin B1 atau tiamin adalah vitamin B yang memiliki peran
utama sebagai koenzim pada proses dekarboksilasi asam alfa - keto dan
berperan dalam proses metabolisme karbohidrat. Secara alami vitamin
B1 banyak terdapat pada gandum, jamur, biji bunga matahari, kentang,
jeruk, dan ati.
Vitamin B6 atau piridoksin adalah vitamin B yang memiliki
peran utama membantu dalam proses metabolisme protein dan
asam empedu. Merupakan vitamin yang banyak terdapat pada
zat makanan daging - dagingan, kacang - kacangan, dan pisang.
Vitamin B12 atau kobalamin adalah vitamin B yang memiliki
peran utama dalam sintesa asam nukleat yang berpengaruh pada
pematangan sel dan pemeliharaan integritas jaringan saraf. Vitamin
ini banyak terdapat pada sereal, dan produk kedelai.

Reaksi dengan obat lain Jangan digunakan pada pasien yang menerima obat levodopa
Simvastatin

Golongan HMG-CoA Reductase Inhibitors/Statins

Sediaan Tablet 5,10,20,40,80 mg

Dosis awal 10 mg/hari pada malam hari. Hiperkolesterolemia ringan sedang:


5mg/hr
Dosis maksimal 40 mg/hari

Indikasi Menurunkan kolesterol LDL & total pada hiperkolesterol primer

Kontraindikasi hamil dan laktasi, penyakit hati aktif atau peningkatan persisten dari
transaminase serum.
Efek samping Berat : immune-mediated necrotizing myopathy/ Lambat,
rhabdomiolisis/ lambat ,atrial fibrilasi/dini
sedang : meningkatnya enzim hati/lambat , miopati/lambat,
katarak/lambat
ringan : sakit kepala/dini, infeksi/ lambat, diare/dini

Cara Kerja Statin bekerja dengan menghambat sintesis kolesterol dalam hati,
dengan menghambat enzim HMG CoA reduktase. Akibat penurunan
sintesis kolesterol ini, maka SREBP yang terdapat pada membran
dipecah oleh protease lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi
kemudian akan berkaitan dengan gen reseptor LDL sehingga terjadi
peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor
LDLpada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol
darah lebih besar lagi.
Reaksi dengan obat lain Obat-obat seperti fenitoin, barbiturat, griseofluvin dan rimfapisin akan
mengurangi kadar plasma statin.

4. Nama : Tn. Sulaiman Leukalapa


Usia : 76 tahun
Diagnosa : OA genu bilateral
Terapi : Natrium diklofenak 2 x 50 mg, Dexamethason 2 x 0,5, Omeprazole
1x1

Natrium Diclofenak

Golongan Preferenial COX-2 inhibitor

Sediaan Tablet 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg


Dosis Dewasa : 100 - 150 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis

Dosis maksimal 450 mg/hari

Indikasi Arthritis rheumatoid, ankylosing spondylitis, OA, sindroma nyeri dan


kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut dari gout,
nyeri pasca bedah
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap diklofenak, tukak peptik, asma, urtikaria, rhinitis
akut yang ditimbulkan oleh salisilat atau obat OAINS lainya, kehamilan
Efek samping Mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala

Cara Kerja Diclofenac memiliki efek analgetik, antiinflamasi dan antipiretik

Reaksi dengan obat lain Meningkatkan edek samping bila diberikan bersama OAINS lainya

Dexamethason

Golongan Kortikosteroid

Sediaan Tablet, kaplet atau sediaan sistemik 0,5 mg dan 0,75 mg

Dosis Dosis dexamethasone tergantung pada penyakit atau gejala yang


ditangani. Umumnya, dosis awal yang akan diresepkan dokter berada di
antara 0.75-9 mg per harinya dalam dosis
Dosis maksimal 16 mg/hari

Indikasi Mengatasi alergi dan peradangan, meredakan pembengkakan otak,


mendiagnosis sindrom Cushing, serta mengatasi edema pada makula,
mual dan muntah akibat kemoterapi, dan hiperplasia adrenal kongenital
Kontraindikasi  Jangan menggunakan Dexamethasone untuk pasien yang
memiliki riwayat hipersensitif pada obat golongan
kortikosteroid.
 Dexamethasone sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang
menderita tukak lambung, osteoporosis, diabetes melitus, infeksi
jamur sistemik, glaukoma, psikosis, psikoneurosis berat,
penderita TBC aktif, infeksi akut, infeksi herpes mata (herpes
ocular), herpes zoster, herpes simplex, osteoporosis, sedang
menjalani vaksinasi , sindroma Cushing dan penderita dengan
gangguan fungsi ginjal.
 Dexamethasone tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu
hamil atau yang sedang merencanakan kehamilan.
Efek samping  Masalah tidur (insomnia)
 Perubahan suasana hati
 Jerawat, kulit kering, penipisan kulit, memar atau perubahan
warna kulit
 Penyembuhan luka yang lambat
 Keringat berlebih
 Sakit kepala, pusing, sensasi berputar-putar
 Mual, sakit perut, kembung
 Kelemahan otot atau
 Perubahan dalam bentuk atau lokasi lemak tubuh (terutama di
lengan, kaki, wajah, leher, dada, dan pinggang)
Cara Kerja Cara kerja dari obat ini adalah dengan mencegah aktivasi pelepasan zat-
zat / substansi tertentu dalam tubuh yang menyebabkan suatu reaksi
inflamasi. Obat dexamethasone bekerja dengan cara menembus
membran sel sehingga akan terbentuk suatu kompleks steroid-protein
reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein reseptor ini akan
berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA
yang merupakan bagian dari proses sintesa protein.
Reaksi dengan obat lain Agar dapat bekerja secara efektif, dexamethasone tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi bersamaan dengan obat phenytoin, fenobarbital,
rifampicin, suplemen vitamin A, tetrasiklin dan antibiotik lainnya,
tiazid, ephedrine, barbiturat, primidon. Dexamethasone juga dapat
mengubah efek obat pengencer darah oral, serta menurunkan efek obat
hipoglikemik oral dan salisilat.

Omeprazole

Golongan Proton Pump Inhibitors/PPIs

Sediaan 20 dan 40 mg

Dosis 20 mg 1x/hr selama 2-4 minggu. Pasien yang sukar disembuhkan


dengan terapi lain 40 mg , 1x/hr selama 4-8 minggu.

Dosis maksimal 40 mg/hari

Indikasi Terapi jangka pendek ulkus duodenal & lambung, refluks esofagitis,
sindroma Zollinger- Ellison.
Kontraindikasi Hipersensitivitas pada omeprazole atau golongan PPI lainnya

Efek samping Urtikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri abdomen, lesu,
parastesia, nyeri otot da sendi, pandangan kabur, edema perifer,
perubahan hematologik, perubahan enzim hati
Cara Kerja Omeprazole merupakan antisekresi, turunan benzimidazole yang
tersubstitusi. Omeprazole menghambat sekresi asam lambung pada
tahap akhir dengan memblokir system enzim H+, K+-ATPase (Proton
Pump) dalam sel parietal lambung. Omeprazole yang berikatan dengan
proton (H+) secara cepat akan diubah menjadi sulfenamid, suatu
penghambat pompa proton yang aktif. Sulfenamid bereaksi secara cepat
dengan gugus merkapto (SH) dari H+, K+-ATPase, kemudian terbentuk
ikatan disulfide diantara inhibitor aktif dan enzim, dengan demikian
dapat menginaktifkan enzim secara efektif. Sehingga menghambat
pembentukan asam lambung baik dalam keadaan basal ataupun pada
saat adanya rangsangan

Reaksi dengan obat lain Menghambat aktivitas enzim yang dapat menurunkan klirens disulfiram,
fenitoin dan meneingkatkan klirens pada beberapa obat antipsikotik,
takrin dan teofilin.

5. Nama : Tn. Emanuel Ceunfin


Usia : 33 tahun
Diagnosa : Dyspepsia syndrome, Transaminitis, Dislipidemia
Terapi : Omeprazole 2 x 1, Domperidone 2 x 10 mg, Neurodex 1 x 1,
Atorvasatin 1 x 10 mg

Omeprazole

Golongan Proton Pump Inhibitors/PPIs

Sediaan 20 dan 40 mg

Dosis 20 mg 1x/hr selama 2-4 minggu. Pasien yang sukar disembuhkan


dengan terapi lain 40 mg , 1x/hr selama 4-8 minggu.

Dosis maksimal 40 mg/hari

Indikasi Terapi jangka pendek ulkus duodenal & lambung, refluks esofagitis,
sindroma Zollinger- Ellison.
Kontraindikasi Hipersensitivitas pada omeprazole atau golongan PPI lainnya

Efek samping Urtikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri abdomen, lesu,
parastesia, nyeri otot da sendi, pandangan kabur, edema perifer,
perubahan hematologik, perubahan enzim hati
Cara Kerja Omeprazole merupakan antisekresi, turunan benzimidazole yang
tersubstitusi. Omeprazole menghambat sekresi asam lambung pada
tahap akhir dengan memblokir system enzim H+, K+-ATPase (Proton
Pump) dalam sel parietal lambung. Omeprazole yang berikatan dengan
proton (H+) secara cepat akan diubah menjadi sulfenamid, suatu
penghambat pompa proton yang aktif. Sulfenamid bereaksi secara cepat
dengan gugus merkapto (SH) dari H+, K+-ATPase, kemudian terbentuk
ikatan disulfide diantara inhibitor aktif dan enzim, dengan demikian
dapat menginaktifkan enzim secara efektif. Sehingga menghambat
pembentukan asam lambung baik dalam keadaan basal ataupun pada
saat adanya rangsangan
Reaksi dengan obat lain Menghambat aktivitas enzim yang dapat menurunkan klirens disulfiram,
fenitoin dan meneingkatkan klirens pada beberapa obat antipsikotik,
takrin dan teofilin.
Neurodex

Golongan Vit. B complex

Sediaan Tablet berisi : Vitamin B 100 mg, Vitamin B6 200mg, Vitamin B12 250
mcg
Dosis Dws: 1drag 2-3x/hr

Dosis maksimal : 1drag 3x/hari

Indikasi gejala neurotropik karena defisiensi vit, ggn neurologik, mual & muntah
pada kehamilan, anemia, roboransia untuk kejang, lesu&usia lanjut

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap vitamin B

Efek samping Penggunaan dosis besar & lama vit.B6 dapat menyebabkan sindrom
neuropati
Cara Kerja Vitamin B1 atau tiamin adalah vitamin B yang memiliki peran
utama sebagai koenzim pada proses dekarboksilasi asam alfa - keto dan
berperan dalam proses metabolisme karbohidrat. Secara alami vitamin
B1 banyak terdapat pada gandum, jamur, biji bunga matahari, kentang,
jeruk, dan ati.
Vitamin B6 atau piridoksin adalah vitamin B yang memiliki
peran utama membantu dalam proses metabolisme protein dan
asam empedu. Merupakan vitamin yang banyak terdapat pada
zat makanan daging - dagingan, kacang - kacangan, dan pisang.
Vitamin B12 atau kobalamin adalah vitamin B yang memiliki
peran utama dalam sintesa asam nukleat yang berpengaruh pada
pematangan sel dan pemeliharaan integritas jaringan saraf. Vitamin
ini banyak terdapat pada sereal, dan produk kedelai.

Reaksi dengan obat lain Jangan digunakan pada pasien yang menerima obat levodopa

Atorvastatin

Golongan Dyslipidaemic agents golongan statin


Sediaan Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg, 80 mg
Dosis  Dewasa
Dosis: Dosis awal adalah 10-20 mg, sekali sehari. Dosis dapat
disesuaikan tiap 4 minggu. Dosis dapat ditambah menjadi 40 mg,
sekali sehari.

 Lansia
Dosis: Tidak ada penyesuaian dosis yang diperlukan.

 Anak-anak usia ≥ 10 tahun. Dosis: 10 mg, sekali sehari. Jika


diperlukan, dosis dapat ditambah tiap 4 minggu
Dosis maksimal Dosis maksimal orang dewasa adalah 80 mg per hari.
Dosis maksimal anak-anak sebesar 20 mg per hari.
Indikasi  Menjaga keseimbangan antara kolesterol baik dan jahat di dalam
darah

 Menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke


Kontraindikasi Pada pasien dengan riwayat gangguan hati, gangguan ginjal, diabetes,
gangguan otot, serta gangguan kelenjar tiroid.
Efek samping  Hidung tersumbat
 Sakit tenggorokan
 Nyeri sendi
 Nyeri di bagian lengan atau tungkai
 Diare
 Gangguan fungsi hati
Cara Kerja Atorvastatin bekerja dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-
methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reductase, suatu enzim yang
berperan dalam pembentukan kolestrol. Dengan terhambatnya kinerja
enzim ini kadar kolestrol dalam darah akan berkurang.
Reaksi dengan obat lain  Meningkatkan risiko gangguan otot (miopati) dan
rhabdomyolysis, jika dikonsumsi dengan obat antivirus,
itraconazole, clarithromycin, fibrat, ciclosporin, dan colchicine.
 Menurunkan kadar atorvastatin dalam tubuh, jika dikonsumsi
dengan rifampicin atau efavirenz.
 Meningkatkan kadar obat digoxin dan estradiol dalam darah

6. Nama : Ny. Kats Betan


Usia : 51 tahun
Diagnosa : Hipertensi
Terapi : Lisinopril 1 x 10 mg, Amlodipin 1 x 5 mg, Beta one 1 x 5 mg

Lisinopril

Golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors/ACEIs


Sediaan Tablet 5 mg dan 10 mg

Dosis 10-40 mg/hari

Dosis maksimal 80mg/hari untuk hipertensi, 40mg/hari untuk gagal jatung

Indikasi Pengobatan hipertensi dapt dipergunakan sendiri atau bersama dengan


obat anti hipertensi lain.Pengobatan payah jantung kongestif sebagai
terapi tambahan disamping diuretika dan perlu dengan digitalis.
Kontraindikasi Golongan ACE inhibitor dikontraindikasikan pada wanita hamil karena
bersifat teratogenik. Pemberian pada ibu menyusui juga kontraindikasi
karena ACE-inhibitor diekskresi melalui ASI dan berakibat buruk
terhadap fungsi ginjal bayi
Efek samping Hipotensi, pemberian harus hati-hati pada pasien dengan deplesi cairan
dan natrium, gagal jantung atau yang mendapat kombinasi beberapa
antihipertensi, Batuk kering, hiperkalemia,rash, edema angioneurotik,
gagal ginjal akut, proteinuria, efek teratogenik
Cara Kerja Menghambat perubahan AI menjadi AII sehingga terjadi vasodilatasi
dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu, degradasi bradikinin juga
dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan
beberapa dalam efek vasodilatasi ACE-inhibitor. Vasodilatasi secara
langsung akan menurunkan tekanan darah.
Reaksi dengan obat lain Pemberian bersama diuretik hemat kalium dapat menimbulkan
hiperkalemia. Pemberian bersama antasida akan mengurangi absorpsi,
sedangkan kombinasi dengan AINS akan mengurangi efek
antihipertensinya dan menambah resiko hiperkalemia.
Amlodipin

Golongan Calcium Channel Blocker ( CCB )

Sediaan Tablet 5 dan 10 mg

Dosis 2,5-10 mg/hari

Dosis maksimal 10mg/hr

Indikasi Hipertensi, profilaksis angina

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap vitamin B

Efek samping Penggunaan dosis besar & lama vit.B6 dapat menyebabkan sindrom
neuropati
Cara Kerja Amlodipine merupakan golongan penghambat kanal kalsium generasi
kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja dengan
mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada dua segmen
S6 yang berdekatan dan segmen S5 diantaranya dari kanal kalsium
bermuatan di sel otot polos dan jantung. Ikatan tersebut menyebabkan
kanal kalsium termodifikasi ke dalam kondisi inaktif tanpa mampu
berkonduksi (nonconducting inactive state) sehingga kanal kalsium di
sel otot menjadi impermeabel terhadap masuknya ion kalsium.

Reaksi dengan obat lain Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi
efek samping obat. Selain itu, penggunaan amlodipine dengan
simvastatin dapat meningkatkan risiko terjadinya miopati (kelainan
otot).
Antihipertensi: Amlodipin apabila dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya dapat meningkatkan efek hipotensi

Betaone

Golongan β-blocker

Sediaan Tablet 2,5 mg

Dosis Dewasa : 1,25-10 mg

Dosis maksimal 20 mg/hari

Indikasi Hipertensi, gagal jantung stabil, atrial fibrilasi

Kontraindikasi Pasien dengan syok kardiogenik, gagal jantung tidak stabil, blok nodus
sinoatrial, blok atrioventrikuler, asidosis metabolik, PPOK, asma berat,
pheocromosytoma
Efek samping Blok atrioventrikuler, bradikardia, hipotensi, pusing, fatigue, nyeri
kepala, mual dan muntah, diare
Cara Kerja Bekerja dengan menghambat reseptor adrenergik β1 kardioselektif

Reaksi dengan obat lain  Berpotensi mengganggu aliran listrik dan meningkatkan efek
obat jika dikonsumsi dengan obat golongan antiaritmia kelas I
seperti phenytoin
 Dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik seperti jantung
berdebar jika dikonsumsi dengan reserpine
 Meningkatkan resiko terjadinya bradikardi jika dikonsumsi
dengan digoxin
 Bisoprolol/ beta one + antiinflamasi non steroid dapat
menurunkan efektivitas obat bisoprolol

7. Nama : Tn. Jacob Abraham


Usia : 67 tahun
Diagnosa : ISK, CKD, Hipertensi
Terapi : Natrium diklofenak 2 x 2 mg, Amlodipin 1 x 5 mg, Ranitidin 2 x 1

Natrium Diclofenak
Golongan Preferenial COX-2 inhibitor

Sediaan Tablet 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg

Dosis Dewasa : 100 - 150 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis

Dosis maksimal 450 mg/hari

Indikasi Arthritis rheumatoid, ankylosing spondylitis, OA, sindroma nyeri dan


kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut dari gout,
nyeri pasca bedah
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap diklofenak, tukak peptik, asma, urtikaria, rhinitis
akut yang ditimbulkan oleh salisilat atau obat OAINS lainya, kehamilan
Efek samping Mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala

Cara Kerja Diclofenac memiliki efek analgetik, antiinflamasi dan antipiretik

Reaksi dengan obat lain Meningkatkan edek samping bila diberikan bersama OAINS lainya

Amlodipin

Golongan Calcium Channel Blocker ( CCB )

Sediaan Tablet 5 dan 10 mg

Dosis 2,5-10 mg/hari

Dosis maksimal 10mg/hr

Indikasi Hipertensi, profilaksis angina

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap vitamin B

Efek samping Penggunaan dosis besar & lama vit.B6 dapat menyebabkan sindrom
neuropati
Cara Kerja Amlodipine merupakan golongan penghambat kanal kalsium generasi
kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja dengan
mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada dua segmen
S6 yang berdekatan dan segmen S5 diantaranya dari kanal kalsium
bermuatan di sel otot polos dan jantung. Ikatan tersebut menyebabkan
kanal kalsium termodifikasi ke dalam kondisi inaktif tanpa mampu
berkonduksi (nonconducting inactive state) sehingga kanal kalsium di
sel otot menjadi impermeabel terhadap masuknya ion kalsium.

Reaksi dengan obat lain Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi
efek samping obat. Selain itu, penggunaan amlodipine dengan
simvastatin dapat meningkatkan risiko terjadinya miopati (kelainan
otot).
Antihipertensi: Amlodipin apabila dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya dapat meningkatkan efek hipotensi
Ranitidin

Golongan Antihistamin

Sediaan Tablet : 150 mg dan 300 mg


Sirup : setiap 10 ml mengandung 168 mg ranitidin
Ranitidin vial : 50 mg
Dosis Ranitidin tablet : dosis dewasa : 150-300 mg/hari dengan dosis
maksimum : 300 mg/hari
Dosis anak-anak dengan usia 8 tahun atau lebih: 75-150 mg/hari
Ranitidin injeksi: 50 mg selama 6-8 jam IV atau IM
Dosis maksimal 300 mg/hari

Indikasi -mengobati ulkus lambung dan duodenum


-melindungi lambung dan duodenum agar tidak terjadi ulkus
-mengobati masalah akibat asam lambung pada kerongkongan seperti
GERD
-mencegah tukak lambung agar tidak berdarah
Mengobati maag dengan gejalanya
Kontraindikasi -pasien lansia
-ibu hamil
-ibu menyusui
-kanker lambung
-penyakit ginjal
-sedang mengonsumsi NSAID
-sakit paru
-diabetes
-immunocompromise
-alergi obat ranitidin
Efek samping Gelisah,depresi, halusinasi, reaksi alergi seperti ruam, gatal, gangguan
pernapasan, muntah, pusing, sakit kepala, diare
Cara Kerja Ranitidin bekerja dengan cara menghambat sekresi asam lambung
berlebih, sehingga rasa sakit dapat reda dan luka pada lambung
perlahan-lahan akan sembuh
Reaksi dengan obat lain  Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat absorpsi
ranitidin oleh saluran pencernaan apabila digunakan bersama
dengan propantheline bromide.
 Ranitidin dapat menghambat metabolisme antikoagulan
coumarin, teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ
hati.
 Ranitidin dapat mengganggu absorpsi obat-obatan yang tingkat
absorpsinya dipengaruhi oleh pH, seperti ketoconazol,
midazolam, dan glipizida.
 Bioavailabilitas ranitidin akan menurun jika digunakan bersama
dengan antasida

8. Nama : Ny. Filsina Dara


Usia : 62 tahun
Diagnosa : DM tipe 2, Hipertensi
Terapi : Metformin 3 x 500 mg, Glimipiride 1 x 2 mg, Amlodipin 1 x 10 mg

Metformin

Golongan Golongan biguanide

Sediaan Tablet/ kaplet 500 mg, tablet 850 mg

Dosis Dosis harian : 500 – 3000mg/ hari ( diberikan dalam 2-3 dosis terbagi )
Obat diberikan bersama/ sesudah makan
Dosis maksimal 3000mg/ hari

Indikasi Diabetes melitus tipe 2, pilihan pertama pada pasien DM dengan berat
badan berlebih ), diabets yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
sulfoniurea saja
Kontraindikasi Gangguan fungsi ginjal ( GFR < 30ml/menit/ 1,73 m2 ), ketoasidosis,
baru mengalami infark miokard, adanya gangguan hati berat, serta
pasien dengan kecenderungan hipoksemia, mengunakan kontras media
yang mengandung iodine, menggunakan anestesi umum, hamil dan
menyusui
Efek samping Anoreksia, mual, muntah, diare, nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat (
jarang ), penurunan penyerapan b12, eritema, pruritus, urtikaria dan
hepatitis
Cara Kerja Memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa hati ( glukogenesis),
dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformiin
merupakan pilihan pertama pasien dengan berat badan berlebih dimana
diet ketat gagal untuk mengendalikan diabetes, jika sesuai bisa juga
digunakan sebagai pilihan pada pasien dengan berat badan normal

Glimipiride

Golongan Sulfonulurea

Sediaan Tablet 1, 2, 3, 4 mg

Dosis Dosis harian : 1 – 8 mg/ hari ( diberikan 1x sehari ) dibbereikan sebelum


makan

Dosis maksimal 8mg/hari

Indikasi Diabetes melitus tipe 2

Kontraindikasi Gangguan fungsi hati, gagal ginjal, porfiria, ketoasidosis, kehamilan dan
menyusui
Efek samping Efek samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan.
Mual,muntah, diare, konstipasi, gangguan fungsi hati, reaksi
hipersensivitas, gangguan darah, agranulositosis, pansitopenia
Cara Kerja Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas
Reaksi dengan obat lain Meningkatkan resiko hipoglikemia jika diberikan bersama dengan
insulin, alkohol, fenformin, sulphonamide, salsilat dosis besar,
phenybutazone, oksifenbutazone, probenecid, dikumarol,
chlorampehicol, penghambat MAO, guanetidin, anabolik steroid,
fenfluramin dan klofibrat

Amlodipin

Golongan Calcium Channel Blocker ( CCB )

Sediaan Tablet 5 dan 10 mg

Dosis 2,5-10 mg/hari

Dosis maksimal 10mg/hr

Indikasi Hipertensi, profilaksis angina


Kontraindikasi Hipersensitif terhadap vitamin B

Efek samping Penggunaan dosis besar & lama vit.B6 dapat menyebabkan sindrom
neuropati
Cara Kerja Amlodipine merupakan golongan penghambat kanal kalsium generasi
kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja dengan
mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada dua segmen
S6 yang berdekatan dan segmen S5 diantaranya dari kanal kalsium
bermuatan di sel otot polos dan jantung. Ikatan tersebut menyebabkan
kanal kalsium termodifikasi ke dalam kondisi inaktif tanpa mampu
berkonduksi (nonconducting inactive state) sehingga kanal kalsium di
sel otot menjadi impermeabel terhadap masuknya ion kalsium.

Reaksi dengan obat lain Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi
efek samping obat. Selain itu, penggunaan amlodipine dengan
simvastatin dapat meningkatkan risiko terjadinya miopati (kelainan
otot).
Antihipertensi: Amlodipin apabila dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya dapat meningkatkan efek hipotensi

9. Nama : Ny. Anastasia Heda


Usia : 31 tahun
Diagnosa : Grave disease, Hipertensi
Terapi : PTU 3 x 200 mg, Propanolol 2 x 10 mg

Propiltiourasil

Golongan Obat antitiroid


Sediaan Tablet 50 mg

Dosis Dewasa : 200-400 mg/ hari, dosis ini dipertahankan sampai pasien
mencapai keadaan eutiroid, lalu dosis diturunkan secara berangsur-
angsur sampai mencapai dosis pemeliharaan 50-15-mg/ hari
Dosis maksimal 400 mg/hari

Indikasi Hipertiroid

Kontraindikasi Perhatian pada : Gangguan hati, kehamilan, menyusui, gangguan ginjal

Efek samping Muntah, gangguan pencernaan ringan, sakit kepala, ruam kulit dan
pruritus, nyeri sendi, mopati, alopesia, supresi sumsum tulang, ikterus,
leukopenia, gejala lupus eritematous
Cara Kerja PTU mencegah sintesis hormon dengan menghambat reaksi katalisi
peroksidasi tiroid dan menghambat organifikasi iodin.PTU juga
menghambat proses penggabungan iodotirosin, ptu mencegah deiodinasi
T3&T4 Perifer.

Reaksi dengan obat lain Obat propylthiouracil dapat berinteraksi apabila penggunaannya
bersama dengan obat lain seperti:Antikoagulan, Beta blocker dan
teofilin, Glikosida digitalis

Propanolol

Golongan β-blocker

Sediaan Larutan oral 20 mg/5 mL dan 40 mg/5 mL


Larutan injeksi 1 mg/ml
Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg, 60 mg, 80 mg
Kapsul 60 mg, 80 mg, 120 mg, 160 mg
Dosis Dosis sebesar 20-40 mg diberikan melalui oral sebanyak 2-3 kali sehari.
Pemberian lanjutn sebesar 80 mg sebanyak 1 kali sehari
Dosis maksimal 320 mg/hari – 480 mg/hari

Indikasi  Aritmia atau gangguan irama jantung.


 Hipertensi.
 Angina pektoris
 Hipertensi porta
 Pheochromocytoma

 Serangan jantung, migrain, tremor, gangguan kecemasan,


kardiomiopati, hipertiroidisme
Kontraindikasi Perhatian pada : Asma, Diabetes, Gangguan tiroid, Penyakit jantung,
Penyakit liver, Penyakit ginjal
Efek samping Mual dan muntah, konstipasi, diare, kram perut, insomnia, impotensi

Cara Kerja Propranolol bekerja dengan cara menghambat kerja dari epinefrin atau
adrenalin, yaitu zat di dalam tubuh yang dapat menyempitkan pembuluh
darah, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan denyut jantung.
Reaksi dengan obat lain  Menyebabkan perubahan irama dan detak jantung atau
perubahan kekuatan otot jantung, jika dikonsumsi bersamaan
dengan amiodarone atau antagonis kalsium.
 Berisiko menimbulkan depresi, jika dikonsumsi secara
berkelanjutan dengan obat reserpine.
 Menurunkan efek antihipertensi, jika dikonsumsi dengan
OAINS.
 Meningkatkan kadar propranolol dalam darah dan berisiko
menimbulkan perdarahan, jika dikonsumsi bersama dengan
warfarin.
 Menurunkan efek menurunkan gula darah, jika digunakan
dengan obat antidiabetes atau insulin.

 Meningkatkan risiko hipotensi, jika digunakan dengan obat bius.

10. Nama : Ny. Siti Laila Fanggi


Usia : 57 tahun
Diagnosa : Sirosis hepatis dengan hepatitis B, Cholelithiasis, Hipertensi
Terapi : Heplav 1 x 100 mg, Spironolakton 1 x 50 mg, Propanolol 1 x 10

Heplav

Golongan Antivirus

Sediaan Tablet 100 mg

Dosis Dosis sebesar 100 mg

Dosis maksimal 300 mg/hari

Indikasi Infeksi virus hepatitis B dan HIV

Kontraindikasi Perhatian pada : Pankreatitis, Penyakit liver, Diabetes, Penyakit ginjal,


Cangkok liver
Efek samping Diare, Mual dan muntah, sakit kepala, lelah, batuk, hidung tersumbat

Cara Kerja Bekerja menghambat virus untuk berkembang biak di dalam tubuh
dengan cara mencegah enzim yang berperan dalam perkembangbiakan
virus di dalam tubuh.
Reaksi dengan obat lain  Trimethoprim, dapat menurunkan pembuangan lamivudine,
sehingga menumpuk dalam darah.

 Zidovudine, berisiko menyebabkan amnesia.


Spironolakton

Golongan Diuretik hemat kalium

Sediaan Tablet 25 mg

Dosis Dosis dewasa: dalam bentuk terapi tunggul, 50-100 mg dibagi


dalam 1-2 dosis. Dosis dapat ditingkatkan setelah penggunaan 2
minggu.
Dosis maksimal 400 mg/hari

Indikasi  Pengobatan terhadap edem atau penimbunan cairan pada tubuh,


terutama di kaki.
 Mengobati sirosis hati yang dibarengi dengan edema dan asites
(penumpukan cairan di perut dan bagian tubuh lainnya).
 Mengobati hipertensi.
 Pengobatan dan penanganan pasca operasi hiperaldosteronisme.
 Pengobatan kondisi gagal jantung kongestif parah.

 Pengobatan dan profilaksis hipokalemia.


Kontraindikasi  Memiliki riwayat hipersensitif terhadap kandungan
spironolakton.
 Sedang mengalami hiperkalemia (kadar kalium darah tinggi).
 Sedang mengalami penyakti Addison.
 Mengalami gangguan fungsi ginjal akut atau progresif.

 Sedang mengonsumsi obat eplerenone.


Efek samping  Mengantuk, pusing, lesu, kram kaki, angguan pencernaan seperti
diare dan kram perut, ataksia, ruam kulit, pruritus, alopecia,
hiponatremia dan dapat berakibat fatal jika menyebabkan
hiperkalemia.
Cara Kerja Spironolakton merupakan senyawa yang secara spesifik bersifat
antagonis terhadap aldosteron. Aldosteron merupakan hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar adrenal, fungsi utama hormon ini untuk
mengatur keseimbangan cairan dengan cara mempertahankan natrium
dan air, namun membuang kalium melalui urine. Sebagai antagoisnya,
spironolakton bekerja dengan cara mengeluarkan natrium dan air, namun
kalium tetap dipertahankan. Dengan mekanisme ini, maka obat ini dapat
digunakan pada penderita tekanan darah tinggi dan edema, tanpa perlu
takut kekurangan kalium.
Reaksi dengan obat lain  Konsumsi bersamaan dengan diuretik tipe potassium-
sparring, suplemen K, penghambat ACE, reseptor antagonis
angiotensin II, trilostan dan heparin dapat meningkatkan risiko
hiperkalemia.
 Penggunaan bersamaan dengan siklosporin dan Obat NSAID
dapat meningkatkan risiko neprotoksisitas.
 Penggunaan bersamaan dengan litihium dapat meningkatkan
toksisitas lithium.
 Penggunaan bersama dengan digoxin dapat meningkatkan
konsetrasi digoxin dalam darah.
 Penggunaan bersamaan dengan kolestiramin dapat menyebabkan
hiperkalemia asidosis metabolik.
 Barbituran dan narkotika dapat menyebabkan hipotensi
ortostatik jika digunakan bersamaan dengan spironolakton.
Propanolol

Golongan β-blocker

Sediaan Larutan oral 20 mg/5 mL dan 40 mg/5 mL


Larutan injeksi 1 mg/ml
Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg, 60 mg, 80 mg
Kapsul 60 mg, 80 mg, 120 mg, 160 mg
Dosis Dosis sebesar 20-40 mg diberikan melalui oral sebanyak 2-3 kali sehari.
Pemberian lanjutn sebesar 80 mg sebanyak 1 kali sehari
Dosis maksimal 320 mg/hari – 480 mg/hari

Indikasi  Aritmia atau gangguan irama jantung.


 Hipertensi.
 Angina pektoris
 Hipertensi porta
 Pheochromocytoma

 Serangan jantung, migrain, tremor, gangguan kecemasan,


kardiomiopati, hipertiroidisme
Kontraindikasi Perhatian pada : Asma, Diabetes, Gangguan tiroid, Penyakit jantung,
Penyakit liver, Penyakit ginjal
Efek samping Mual dan muntah, konstipasi, diare, kram perut, insomnia, impotensi

Cara Kerja Propranolol bekerja dengan cara menghambat kerja dari epinefrin atau
adrenalin, yaitu zat di dalam tubuh yang dapat menyempitkan pembuluh
darah, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan denyut jantung.
Reaksi dengan obat lain  Menyebabkan perubahan irama dan detak jantung atau
perubahan kekuatan otot jantung, jika dikonsumsi bersamaan
dengan amiodarone atau antagonis kalsium.
 Berisiko menimbulkan depresi, jika dikonsumsi secara
berkelanjutan dengan obat reserpine.
 Menurunkan efek antihipertensi, jika dikonsumsi dengan
OAINS.
 Meningkatkan kadar propranolol dalam darah dan berisiko
menimbulkan perdarahan, jika dikonsumsi bersama dengan
warfarin.
 Menurunkan efek menurunkan gula darah, jika digunakan
dengan obat antidiabetes atau insulin.
 Meningkatkan risiko hipotensi, jika digunakan dengan obat bius.

Anda mungkin juga menyukai