Anda di halaman 1dari 11

Diagnosis dan Pencegahan Demam Akibat Infeksi.

Demam merupakan gejala dari suatu


penyakit yang dicirikan dengan peningkatan suhu tubuh di atas variasi normal. Demam akibat
infeksi perlu mendapat perhatian khusus karena banyak etiologinya memiliki banyak
kemungkinan. Untuk mengetahui etiologi pasti penyebab demam akibat infeksi, perlu
dilakukan beberapa tahapan diagnosis (pendekatan klinis).

Diagnosis Demam

Untuk mendiagnosis pasien dengan demam perlu dilakukan beberapa tahapan seperti
anamnesis, verifikasi apakah pasien benar-benar mengalami demam, mempertimbangkan
tentang pola demam, pemeriksaan fisik yang berulang, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.1

Anamnesis1

Anamnesis merupakan pijakan utama dalam menentukan penyebab demam. Anamnesis ini
sangat penting untuk menentukan pemeriksaan laboratorium yang nantinya akan dilakukan.
Perhatian khusus harus diberikan kepada pasien yang baru selesai melakukan perjalanan dari
suatu daerah, paparan terhadap hewan peliharaan atau binatang lainnya, pekerja yang berada
di lingkungan, dan baru saja terpapar oleh orang lain yang memiliki gejala serupa. Riwayat
keluarga juga dapat ditanyakan, misal jika terdapat penyakit yang bersifat herediter seperti
Mediterranean fever. Riwayat pengobatan juga harus ditanyakan karena bisa mengevaluasi
apakah jenis demam merupakan demam yang diinduksi oleh obat atau bukan.

Pada anamnesis juga penting untuk ditanyakan apakah pasien baru saja berpergian dari suatu
daerah yang memiliki faktor epidemiologi dengan patogen spesifik. Pertanyaan yang
diajukan dapat berupa riwayat perjalanan, destinasi daerah yang pernah dikunjungi, tanggal
perkiraan terjadinya paparan terhadap patogen, waktu muncul serta lamanya gejala. Hal-hal
yang perlu diperhatikan yaitu menyangkut patogen spesifik di suatu daerah beserta masa
inkubasinya.2
Verifikasi Pola Demam1

Tahap selanjutnya untuk mendiagnosis pasien dengan demam yaitu memastikan apakah
pasien benar-benar mengalami demam atau tidak dan apakah pola demam yang dimiliki oleh
pasien merupakan ciri khas dari penyakit tertentu. Pola demam ini dibagi menjadi beberapa
macam: remittent, intermittent, hectic, quotidian, picket fence, sustained, quartan, dan
saddleback fevers. Namun memang ada beberapa penyakit yang memiliki pola demam
berbeda-beda, oleh karena itu untuk mendiagnosis penyakit berdasarkan pola demamnya,
harus mengikutsertakan pula tanda, gejala, dan data laboratorium lainnya. Data pengobatan
secara empiris juga bisa mendukung diagnosis yang dicurigai.

Pemeriksaan Fisik1

Ada beberapa pemeriksaan fisik pada bagian tubuh tertentu yang harus dilakukan dengan
lebih teliti untuk lebih memfokuskan penyebab demam. Biasanya abnormalitas yang
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik tidak terlalu terlihat dengan jelas, oleh karena itu
pemeriksaan sering dilakukan secara berulang.
Pemeriksaan Laboratorium1

Untuk pemeriksaan laboratorium haruslah berdasarkan petunjuk yang didapatkan dari


anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium yang tidak tepat tidak hanya
akan menghambat identifikasi diagnosis yang sebenarnya, tapi juga dapat memicu tes false-
positive yang merujuk kepada penanganan yang salah pula.

Pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan untuk menentukan etiologi demam yaitu
hitung darah lengkap, LED, CRP, serologi (widal, dengue, jamur, HIV, CMV, dll),
mikrobiologi (darah, spesiemn lain, PCR). Pada pemeriksaan darah lengkap, terdapat rujukan
nilai yang harus diperiksa. Pada kasus ini, pasien merupakan anak-anak, sehingga memiliki
nilai rujukan yang berbeda.
Pasien yang baru saja berpergian dari tempat dengan faktor risiko spesifik penyebab demam
harus menjalankan sejumlah pemeriksaan laboratorium. Investigasi spesifik juga dapat
dilakukan, tergantung pada diagnosis diferensial yang dicurigai.

Pemeriksaan Radiologi1

Pemeriksaan radiologi (imaging) biasanya digunakan untuk mengetahui lokasi yang tepat
tempat terjadinya abnormalitas. Sebagai contoh, CT pulmonary angiogram akan sangat
membantu dalam mendiagnosis emboli paru. MRI akan sangat berguna untuk mengevaluasi
abnormalitas pada sistem saraf pusat dan abdomen (seperti limpa). Penyakit yang paling
sering dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologi yaitu giant cell arteritis, Takayasu’s
arteritis, Wegener’s granulomatosis, dan mikroskopik poliangitis. Pada kasus lain yang
berupa demam dalam jangka waktu yang panjang pada pasien neutropenia, MRI bisa
digunakan sebagai modalitas yang aman untuk mendiagnosis kemungkinan terjadinya infeksi
paru. Pemeriksaan radiologi ini juga berguna untuk penyakit abses yang terlokalisasi, seperti
osteomielitis, sinusitis, sarcoidosis, vaskulitis, Crohn’s disease, dan tiroiditis subakut.

Prosedur Diagnostik Invasif1

Pemeriksaan histopatologi dari suatu jaringan didapatkan dengan cara eksisi biopsy,
membutuhkan jarum biopsy, atau laparotomi yang dapat menunjukkan diagnosis definitive
dari beberapa kasus. Hanya sedikit kasus demam yang membutuhkan konfirmasi dari
pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis.

Diagnosis Demam Akibat Infeksi Bakteri


Demam Typhoid2
Demam typhoid (enteric fever) harus selalu dicurigai pada pasien dengan demam
berkepanjangan dan berasal dari area endemik. Pada area endemik yang memiliki risiko
tinggi, demam nonfokal selama tiga sampai empat hari harus dicurigai sebagai demam
typhoid. Ciri-ciri lain yang menunjukkan gejala khas demam typhoid yaitu berusia muda,
suhu tubuh di atas 39°C, penampilan tampak sakit, terdapat keluhan pada daerah abdomen
(termasuk diare, konstipasi, dan nyeri pada perut).

Diagnosis definitifnya yaitu dengan cara deteksi atau isolasi dari S. typi atau S. paratyphi A,
B, C pada darah, medula spinalis, dan spesimen klinis steril lainnya. Isolasi dari S. typi atau
S. paratyphi A biasanya sering ditemukan pada kultur darah.

Tes diagnostik yang paling sering digunakan untuk mendeteksi demam typhoid yaitu tes
Widal. Tes widal bekerja dengan cara mendeteksi adanya antibodi yang menyerang antigen O
dan H dari S. typhi. Tes widal sebenarnya belum cukup sensitif untuk mendeteksi apakah
seseorang terinfeksi demam typhoid atau tidak, sebab antibodi yang dideteksi ini tidak
bersilangan dengan antigen S. paratyphi A, B, dan C. Tes widal yang berupa false-negative
dapat terjadi jika pemeriksaan dilakukan terlalu awal dan false-positive dapat terjadi jika
pernah terinfeksi sebelumnya. Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap pada demam typhoid
yaitu bisa berupa leukopenia, kadar leukosit normal, maupun leukositosis; anemia ringan dan
trombositopenia.

Demam Akibat Infeksi Leptospirosis2


Pasien dengan riwayat kontak dengan air atau hewan dapat dicurigai menderita infeksi
leptospirosis. Gejala utama yang menjadi kunci diagnosis leptospirosis yaitu kemerahan pada
konjungtiva dan myalgia parah dengan kekakuan.2 Anemia juga dapat terjadi pada kasus
yang parah akibat kehilangan darah dan hemolisis. Leukosit akan tampak normal atau sedikit
meningkat hingga 10-11x109/Ldengan neutrofil sebanyak 80%, diikuti pula dengan
peningkatan LED dan konsentrasi C-reactive protein. Trombositopenia (trombosit
≤100x109/L) terjadi pada 40-60% pasien dan merupakan indikator terjadinya penyakit yang
semakin parah dan terdapat risiko perdarahan.5
Diagnosis Demam Akibat Infeksi Virus
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue2
Dengue harus dipertimbangkan pada semua individu, terutama pada anak-anak dengan
kemunculan demam yang mendadak dan berada pada daerah endemik. Dengue dapat
dieksklusikan pada demam yang lebih dari 10-14 hari. Hasil pemeriksaan lain yang menjadi
ciri khas dari dengue yaitu terjadinya leukopenia, trombositopenia, peningkatan sedikit
aminotransferase aspartate, positif pada tes tourniket atau muncul petekiae spontan. Poin
prediktif tersebut akan semakin diperkuat jika ada kondisi lingkungan lain yang mendukung,
seperti musim hujan.

Diagnosis laboratorium masih merupakan cara terbaik untuk mendeteksi adanya infeksi
dengue. Reverse transcription (RT)-PCR dapat mendeteksi adanya virus RNA dalam darah
dalam 5-7 hari setelah onset demam pada infeksi primer dan bisa mendeteksi pada hari 3-4
pada infeksi sekunder. Bisa juga melakukan pemeriksaan serologi menggunakan ELISA
untuk mendeteksi IgM dan IgG. Antibodi IgM tidak akan terdeteksi hingga hari ke-5 sampai
ke-6 dari onset penyakit namun kadang bisa juga terkecoh dengan infeksi flavivirus.

Diagnosis Demam Akibat Infeksi Parasit


Malaria2

Parasit malaria dapat diidentifikasi dari sampel darah tepi pasien yang nantinya akan dapat
dilihat di bawah mikroskop atau bisa juga digunakan untuk pemeriksaan rapid diagnostic
tests (RDTs), yang dasarnya yaitu untuk mendeteksi adanya enzim atau antigen dari parasit.
Sedangkan untuk pemeriksaan menggunakan mikroskop, jika dilakukan dengan benar, maka
pemeriksaan tersebut akan bersifat sensitif, spesifik, serta dapat membedakan berbagai jenis
spesies parasit malaria. RDT yang tersedia sekarang yaitu untuk mendeteksi antigen spesifik
malaria yang dinamakan histidine-rich protein 2 (PfHRP2), parasit laktat dehydrogenase dan
aldolase. Baku emas pada pemeriksaan ini yaitu degan menggunakan pewarnaan Giemsa dan
minyak emersi dilihat di bawah mikroskop.

Hitung darah lengkap, urea dan elektrolit, enzim hati dan glukosa darah harus dilakukan juga
secara rutin. Anemia yang ringan dan terjadinya trombositopenia atau hyperbilirubinemia
merupakan penanda kuat terjadinya infeksi malaria. Peningkatan transaminase hepatik dan
abnormalitas pada fungsi ginjal dapat terjadi pada kasus yang lebih parah. Hipoglikemia
sering pula terjadi pada malaria yang parah akibat penyakit itu sendiri atau karena
pengobatan dengan quinine yang dapat menginduksi hiperinsulinemia, terutama terjadi pada
anak-anak atau ibu hamil. Kultur darah perlu dipertimbangkan yaitu jika sudah terjadi
komplikasi dari malaria maka dapat terjadi bakteremia gram negatif. Pungsi lumbal perlu
dilakukan untuk mengekslusi kemungkinan meningitis atau ensefalitis yang terutama ditandai
dengan banyaknya leukosit pada cairan serebrospinal.
Pencegahan Infeksi

Seperti orang dewasa dan anak-anak pada umumnya, wanita hamil juga memiliki risiko untuk
terinfeksi virus dan bakteri. Hal ini penting untuk diperhatikan selama kehamilan sebab
beberapa infeksi akan dapat membahayakan fetus. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya penularan penyakit ke orang lain maupun ibu hamil
yaitu:7

Menjaga kebersihan (hygiene)


Wanita hamil dapat tertular infeksi dari kontak langsung dengan orang lain, seperti
berciuman, kontak seksual, memegang cairan tubuh orang lain (seperti saliva atau urin) dan
menyentuh bagian mukosa orang lain yang terinfeksi (seperti mata, hidung, atau mulut).
Praktik menjaga kebersihan yang baik, seperti sering mencuci tangan dan menghindari
kontak dengan saliva orang lain misalnya dengan cara berbagi makanan, minuman, alat
makan, akan dapat mengurangi wanita hamil untuk terinfeksi oleh patogen berbahaya.

Praktik menjaga kebersihan yang baik ini penting untuk diperhatikan oleh ibu hamil yang
memiliki anak terutama pada usia sekolah, sebab infeksi berbahaya bagi ibu hamil seperti
cytomegalovirus sering terjadi pada anak-anak.

Mencuci tangan
Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah menyentuh makanan dan makan,
setelah keluar dari kamar mandi, setelah menggangi pokok atau mengantar anak ke toilet,
setelah membasuh sekret dari hidung anak, setelah memegang sampah atau pakaian kotor,
setelah memegang hewan peliharaan atau hewan lainnya, setelah memegang mainan anak,
setelah berkontak dengan saliva orang lain, dan setelah berkebun atau memegang tanah.

Pada saat cuci tangan, tangan harus dibasuh dengan air dan menggunakan sabun antimikroba
selama 15-30 detik. Berikan perhatian khusus juga pada jari tangan, celah antar jari, dan
pergelangan tangan. Bilas tangan dengan air bersih kemudian idealnya dikerangkan dengan
handuk yang sekali pakai.

Berhati-hati memilih makanan


Ada beberapa makanan dan minuman yang harus diperhatikan oleh ibu hamil sebab
kemungkinan besar dapat dengan mudah terkontaminasi oleh bakteri, seperti susu yang tidak
dipasteurisasi, adonan kue mentah, daging mentah, daging setengah matang, ikan atau kerang
mentah, kecambah mentah, salad yang dibuat di toko, dan seafood. Buah-buahan dan sayur
mentah harus dicuci terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

Berhati-hati terhadap penyakit yang dibawa oleh serangga


Wanita hamil harus berhati-hati untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi yang dibawa oleh
nyamuk (seperti dengue dan malaria). Gigitan nyamuk dapat dihindari dengan memakai net,
menghindari keluar rumah saat nyamuk sedang aktif (saat fajar dan senja), dan menggunakan
lotion anti nyamuk.

Berhati-hati terhadap infeksi yang ditransmisikan lewat hubungan seksual


Wanita hamil harus berhati-hati terhadap sexually transmitted infection apabila dia memiliki
risiko yang tinggi terkena akibat memiliki pasangan lebih dari satu orang atau pasangannya
memiliki pasangan lain lebih dari satu. Pencegahan dari infeksi ini dapat dengan
menggunakan kondom, menghindari melakukan hubungan seksual jika memang pasangan
terbukti terinfeksi (misal jika pada pasangan keluar discharge, nyeri saat berkemih, dsb).

Berpergian

Menghindari berpergian ke tempat yang berisiko tinggi memiliki penyakit endemic dapat
meminimalisasi kemungkinan terinfeksi oleh penyakit infeksi tertentu, seperti malaria dan
sakit kuning. Ada juga kemungkinan penyakit infeksi yang dibawa oleh makanan dan
minuman tertentu yang biasanya terdapat pada daerah tertentu.
Imunisasi

Imunisasi yang dilakukan sebelum kehamilan harus up-to-date. Beberapa imunisasi seperti
influenza, pertusis, hepatitis B, dapat diberikan ketika masa kehamilan. Anak dan anggota
keluarga lainnya juga harus up-to-date dalam imunisasi yang mereka jalani, karena hal ini
dapat menurunkan risiko terpaparnya infeksi dari anak ke ibu dan dari ibu ke bayi yang
nantinya akan dilahirkan.

Penyakit yang dibawa oleh hewan


Wanita hamil atau wanita yang merencanakan hamil harus menghindari kontak dengan semua
jenis hewan pengerat dan seharusnya tidak mengganti peralatan hewan peliharaan seperti
tempat kotoran kucing, harus memakai sarung tangan dan mencuci tangan secara rutin.

Infeksi lewat udara


Beberapa infeksi dapat ditularkan ketika seseorang menghirup droplet yang mengandung
mikroba dari batuk dan bersin yang terdapat di udara. Meminimalisasi kontak yang dekat
dengan orang yang sakit dan memakai masker juga dapat menurunkan risiko penularan.
Mencuci tangan secara baik juga dapat mengurangi paparan infeksi ke anggota keluarga
lainnya.

Referensi
1. Bennet JE, Dolin R, Blaser MJ. Mandell, douglas, and bennett’s principles and
practice of infectious diseases. 8th ed. Philadelphia: Saunders; 2015. Chapter 56,
Fever of unknown origin; p.966-70.
2. Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET. Hunter’s tropical medicine and emerging
infectious diseases. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2013. Chapter 143, Fever in the
returned traveler; p. 864-7.
3. Complete blood count normal pediatric values [Internet]. [cited 2016 Feb 4].
Available from:
http://a1.mayomedicallaboratories.com/webjc/attachments/110/30a2131-complete-
blood-count-normal-pediatric-values.pdf
4. Complete blood count [Internet]. 2014 Sep 9[cited 2016 Feb 4]. Available from:
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/complete-blood-count-cbc?page=5
5. Farrar J, Hotez PJ, Junghanss T, Kang G, Lalloo D, White NJ. Mansons’s tropical
diseases. 23rd ed. Philadelphia: Elsevier; 2014. Chapter 37, Leptospirosis; p.527-8.
6. Keystone JS, Freedman DO, Kozarsky PE, Connor BA, Nothdurft HD. Travel
medicine. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier; 2013. Chapter 53, Fever in returned
travelers; p.482-3.
7. Barss VA. Patient information: avoiding infections in pregnancy (beyond the basics)
[Internet]. 2015 Nov 5[cited 2016 Feb 4]. Available from:
http://www.uptodate.com/contents/avoiding-infections-in-pregnancy-beyond-the-
basics

Anda mungkin juga menyukai