Anda di halaman 1dari 178

122

PROSES MENUA DAN IMPLIKASI KLINIKNYA


SitiSetiati, Kuntjoro Harimufti, Arya Govinda R

PENDAHULUAN berusia lanjut umumnya tidak berespons terhadap berbagai


rangsangan, internal atau eksternal, seefektif yang dapat
Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul dilakukan oleh orang yang lebih muda. Menurunnya
seiring dengan semakin bertambahnya populasi usia lanjut kapasitas untuk berespon terhadap lingkungan internal
di berbagai belahan dunia. Penelitian-penelitian mengenai yang berubah cenderung membuat orang usia lanjut sulit
perubahan yang terkait usia merupakan areayang menarik untuk memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi
dan penting belakangan ini. Berbagai aspek mengenai di dalam tubuh, atau memelihara homeostasis tubuh.
proses menua banyak dibahas seperti aspek sosial, Gangguan terhadap homeostasis tersebut menyebabkan
psikologi, ekonomi, atau fisik. disfungsi berbagai sistem organ lebih mungkin tedadi dan
Telah banyak dikemukakan bahwa proses menua amat juga toleransi terhadap obat-obatan menurun.
dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dan Perlu disadari bahwa amat sulit membedakan apakah
lingkungan. Usia kronologi yang diukur dengan tahun dan proses menua yang terjadi pada seseorang mumi semata-
usia fisiologi yang diukur dengan kapasitas fungsional mata karena proses menua itu sendiri atau akibat penyakit
tidaklah selalu seiring sejalan. Seseorang dapat terlihat yang menyertai usia tua tersebut. Amat dibutuhkan
lebih muda atau lebih tua dari umurnya, dan mungkin penelitian yang dapat membedakan penurunan fungsi
memiliki kapasitas fungsional yang lebih besar atau lebih akibat penyakit atau proses menua nornal yang tentunya
kecil dari yang diperkirakan dimilikinya pada umur tertentu. tidak mudah, karena proses menua normal belum dapat
Proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya sepenuhnya dijelaskan dan kebanyakan oftIng berusia
pada orang berusia lanjut, melainkan suatu proses normal lanjut juga sudah mengalami beragam penyakit ketika
yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan mereka bertambah tua. Penelitian yang sudah ada,
kematian. Namun demikian, efek penuaan tersebut sebenarnya lebih banyak menggunakan disain potong
umunnya menjadi lebih terlihat setelah usia 40 tahun. lintang dimana parameter yang diteliti, diukur dan
Proses menua seyogianya dianggap sebagai suatu dibandingkan pada saat yang sama untuk berbagai
proses normal dan tidak selalu menyebabkan gangguan kelompok umur. Kelemahan penelitian dengan disain
fungsi organ atau penyakit. Berbagai faktor seperti faktor tersebut adalah amat sulit untuk menetapkan apakah
genetik, gaya hidup, dan lingkungan, mungkin lebih besar perubahan-perubahan fungsi organ yang terjadi disebabkan
mengakibatkan gangguan fungsi, daripada penambahan usia karena usia atau perubahan akibat sejumlah faktor sosial
itu sendiri. Di sisi lain, hubungan antara usia dan penyakit dan lingkungan, karena semuanya diuku pada satu saat
amatlah erat. Laju kematian untuk banyak penyakit yang sama dan tidak diikuti dari waktu ke waktu (kohort).
meningkat seiring dengan menuanya seseorang, terutama Sebuah penelitian kohort besar, Framingham Study,
disebabkan oleh menurunnya kemampuan orang usia lanjut yang melibatkan sekitar 5000 orang sejak tahun 1950-an,
berespons terhadap stres, baik stres fisik maupun psikologik. atau biasa disebut studi longitudinal Framingham, dan
Secara umum dapat dikatakan terdapat kecenderungan Baltimore Longitudinal Study of Aging (BLSA) yang
menurunnya kapasitas fungsional baik pada tingkat selular dimulai pada tahun 1958 dan melibatkan lebih dari 1000
maupun pada tingkat organ sejalan dengan proses menua. subyek, mencoba mengikuti berbagai perubahan pada
Akibat penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang manusia dari waktu ke waktu seiring dengan penuaan.

757
758 GERI'TIRI

Penelitian-penelitian mengenai perubahan akibat Membedakan antara aging dan senescence dianggap
proses menua menjadi semakin populer dan dirasakan perlu, karena banyak perubahan selama aging mung)<in
penting pada tahun-tahun belakangan ini seiring dengan tidak merusak dan mungkin suatu perubahan yang
semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai diharapkan. Sebagai contoh, kebijakan (wisdom) yarrg
belahan dunia. Berbagai artikel ihniah danpopuler semakin meningkat seiring usia tidak dianggap sebagai senescence
banyak membincangkan masalah proses menua tersebut melainkan su att aging,walaupun hal itu merupakan bagian
dari berbagai aspek, baik sosial, psikologi, ekonomi, atau dari proses menua. Sebaliknya, gangguan memori yang
fisik. Tulisan ini akan lebih banyak membahas aspek terjadi selama aging merupakan manifestasi senescence.
biologi proses menua, yakni berbagai perubahan pada Sementara konsep homeostenosis menunjukkan
tubuh akibat proses menua padatataranmikroskopik dan bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka makin kecil
makro skopik. Selanjutnya fisiolo gi pro ses menua disertai kapasitas seorapg tua untuk membawa dirinya ke keadaan
dengan implikasi kliniknya akan dibicarakan lebih jauh, homeostasis setelah terjadinya stattt 'challenge' (di sni
dan akhirnya konsep menua yang sukses/sehat akan yang dimaksud 'challenge'adalah kondisi atau perubahan
dikemukakan untuk melengkapi pembahasan mengenai yang mengganggu homeostasis). Penjelasan mengenai
proses menua mr. konsep homeostenosis ini akan diuraikan pada bagian lain
dari tulisan ini.
Beberapa istilah lain yang perlu dikemukakan terkait
DEFINISI DAN TERMINOLOGI dengan proses menua adalah gerontologi, geriatri, dan
longevitlt. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari
Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi, dan
sejarah- yang terkait dengan penuaan. Geriatri merujuk
seorang dewasa sehat menjadi seorang yan g frail ' (lemah,
rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan pada pemberian pelayanan kesehatan untuk usia lanjut.
sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang
berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Menua mengobati kondisi dan penyakit yang dikaitkan dengan
juga didefinisikan sebagai pemrmnan seiring-waktu yang proses menua dan usia lanjut. Pasien geriaki adalah pasien
terjadi pada sebagian besar makhluk hidup, yang berupa usia lanjut dengan multipatologi (penyakit ganda).
kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit Sementara longevity merujuk pada Tama hidup seorang
dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan individu. Dua aspek longevity adalah mean longevity dan
ketangkasan, serta perubahan fi siologis yang terkait-usia. maximum longevity. Mean longevity mertpakan
Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh longevity rata-rata suatu populasi, disebut pula usia
gerontologis ketika membicarakan proses menua: harapan hidup (life expectancy). Mean longevif,, dihitung
l. berdasarkan penjumlahan umur semua anggota populasi
aging @errarrrbahnya umur): menunjukkan efek waktu;
saat meninggal dibagi jumlah anggota populasi tersebut.
suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan
spontan
Maximum longevity (ltfe span) merupakan usia saat
2. senescence (menjadi tua): hilangnya kemampuan sel
meninggal dari anggota populasi yang hidup
paling lama. Pada manusia, maximum longevity diyakini
untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu
sekitar 110-l20tahun.
akan menyebabkan kematian)
3. homeostenosls: penyempitan/berkurangnya cadangan
homeostatis yang terjadi selama penuaan pada setiap
sistem organ TEORI MENGENAI PROSES MENUA

lstilah aging yang hanya menunjukkan efek waktu, Berbagai teori mengenai proses penuaan telah diajukan,
dianggap tidak mewakili apa yang terjadi pada proses namun hingga 20 tahun yang lalu teori-teori tersebut
menua. Sebab berbagai proses yang terjadi seiring waktu, kelihatannya sama dengan teori-teori penuaan yang pernah
seperti perkembangan (development), istilah yang sering diajukan 200 tahun bahkan 2000 tahun yang lalu. Beberapa
digunakan di bidang pediatri, dapat disebut sebagai teori mengenai proses menua yang telah ditinggalkan dan
aging. Aging merupakan proses yang terus berlangsung ditolak antara lain adalah: (1) Model "error catastrophe"
(continuum), yang dimulai dengan perkembangan yang diperkenalkan oleh Orgel; (2) Teori "laju kehidupan"
(development) yaitu proses generatif seiring waktu yang atau "rate of living" yang diajukan oleh Pearl; dan (3)
dibutuhkan untuk kehidupan, dan dilanjutkan dengan Hipotesis " glukokortikoid".
senescence yaitu proses degeneratif yang inkompatibel Suatu teori mengenai penuaan dapat dikatakan valid
dengan kehidupan. Istilah senescence juga digunakan bila ia dapat memenuhi tiga kriteria umum berikut: (l) teori
untuk menggambarkan turunnya fungsi efisien suatu yang dikemukakan tersebut harus terjadi secara umum di
organisme sejalan dengan penuaan dan meningkatnya seluruh anggota spesies yang dimaksud', (2) proses yang
kemungkinankematian dimaksud pada teori itu harus terjadi secara progresif
PROSES MENUA DAt{ IMPLII(ATTI KLINIKNYA 759

seiring dengan waktu, dan (3) proses yang terjadi harus bebasjuga dapat bereaksi dengan DNA, menyebabkan
menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi mutasi kromosom dan karenanya merusak mesin genetik
atau kegagalan suatu organ/ sistem tubuh tertentu. normal dari sel. Radikal bebas dapat merusak fungsi sel
Berbagai penelitian eksperimental di bidang dengan merusak membran sel atau kromosom sel. Lebih
gerontologi dasar selama 20 tahtn terakhir ini berhasil jauh, teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat
memunculkan teori-teori baru mengenai proses menua yang akumulasi radikal bebas secara bertahap di dalam sel
mencoba memenuhi ketiga kriteria di atas. Dari berbagai sejalan dengan waktu, dan bila kadarnya melebih
penelitian tersebut, terdapat tiga hal mendasar (fundamen- konsentrasi ambang maka mereka mungkin
tal) yang didapatkan dan kemudian dipergunakan sebagai berkontribusi pada perubahan-perubahan yang
dasar untuk menyusun berbagai teori menua. Ketiga hal seringkali dikaitkan dengan penuaan.
fundamental tersebut adalah: (1) pola penuaan pada hampir Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan
semua spesies mamalia diketahui sama, (2) laju penuaan radikal bebas berupa antioksidan yang diproduksi oleh
ditentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap tubuh sendiri, namun pada tingkat tertentu antioksidan
spesies, dan (3) laju penuaan dapat diperlambat dengan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari kerusakan
pembatasan kalori (calor ic r es triction), setidaknya pada akibat radikal bebas yang berlebihan.
hewan tikus.
Teori "glikosilasi" yang menyatakan bahwa proses
Beberapa teori tentang proses menua yang dapat glikosilasi nonenzimatik yang menghasilkan pertautan
diterima saat ini, antara lain: glukosa-protein yang disebut sebagai advanced
1. Teori "radikal bebas" yang menyebutkan bahwa glycation end products (AGEs) dapat menyebabkan
produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif penumpukan protein dan makromolekul lain yang
(radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai termodifikasi sehingga menyebabkan disfungsi pada
komponen penting selular, termasuk pr6tein, DNA, dan hewan atau manusia yar'g menua. Protein glikasi
lipid, dan menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi menunjukkan perubahan fungsional, meliputi
namun bertahan lama dan mengganggu fungsi sel menurunnya akitivitas enzim dan menurunnya degradasi
lainnya. protein abnormal. Manakala rnanusia menua, AGEs
Teori radikal bebas (Free Radical Theory of Ageing) berakumulasi di berbagai jaringan, termasuk kolagen,
diperkenalkan pertama kali oleh Denham Harman pada hemoglobin, dan lensa mata. Karena muatan kolagennya
tahun 1956, yang menyatakan bahwa proses menua tinggi, jaringan ikat menjadi kurang elastis dan lebih
normal merupakan akibat kerusakan jaringan akibat kaku. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas
radikal bebas. Harman menyatakan bahwa mitokondria dinding pembuluh darah. AGEs didugajuga berinteraksi
sebagai generator radikal bebas, juga merupakan dengan DNA dan karenanya mungkin mengganggu
target kerusakan dai radikal bebas tersebut. kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada
Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektoon
DNA.
tidak berpasangan yang terbentuk sebagai hasil Bukti-bukti terbaru yang memrnjukkan tikus-tikus yang
sampingan berbagai proses selular atau metabolisme dibatasi kalorinya mempunyai gula darah yang rendah
normal yang melibatkan oksigen. Sebagai contoh adalah dan menyebabkan perlambatan penumpukan produk
reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen
glikosilasi (AGEs), merupakan hal yang mendukung
hipotesis glikosilasi ini.
species (RNS) yang dihasilkan selama metabolisme
normal. Karena elektronnya tidak berpasangan, secara Teori "DNA repair" yang dikemukakan oleh Hart dan
kimiawi radikal bebas akan mencari pasangan elektron Setlow. Mereka menunjukkan bahwa adanya perbedaan
lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama pola laju' repair' kerusakan DNA yang diinduksi sinar
dengan protein dan lemak tidak jenuh. Melalui proses ultraviolet (fV) padaberbagai fibroblas yang dikultur.
oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur
fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan berbagai maksimum terpanjang menunjukkan laju 'DNA repair'
modifikasi makromolekul. Sebagai contoh, karena terbesar, dan korelasi ini dapat ditunjukkan pada
membran sel mengandung sejumlah lemak, ia dapat berbagai mamalia dan primata. Teori 'DNA repai' , alau
bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran sel tepatnya'mitochondrial DNA repair' ini terkait erat
mengalami perubahan. Akibat perubahan pada struktur dengan teori radikal bebas yang sudah diuraikan di atas,
membran tersebut membran sel menjadi lebih permeabel karena sebagian besar radikal bebas (terutama ROS)
terhadap beberapa substansi dan memungkinkan dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi di
substansi tersebut melewati membran secara bebas. mitokondria. Mutasi DNA mitokondria (mtDNA) dan
Struktur di dalam sel seperti mitokondria dan lisosom pembentukan ROS di mitokondria saling mempengaruhi
juga diselimuti oleh membran yang mengandung lemak satu sama lain, membenfuk "vicious cycle" yang secara
sehingga mudah diganggu oleh radikal bebas. Radikal eksponensial memperbanyak kerusakan oksidatif dan
760 GERIITTRI

disfungsi selular, yang pada akhirnya menyebabkan keadaan dasar (b as e I ine), dan semakin besar " c ha I I en g e "
kematian sel. Mutasi mtDNA di manusiaterutama terjadi yang terjadi maka semakin besar cadangan fisiologis yang
setelah umur pertengahan tigapuluhan, terakumulasi diperlukan untuk kembali ke homeostasis. Di sisi lain
seiring pertambahan umur, dan jarang melebihi 1%. dengan makin berkurangnya cadangan fisiologis, maka
R.endahnya jumlah mutasi mtDNA yang terakumulasi seorang usia lanjut lebih mudah untuk mencapai suatu
ini diakibatkan proses repair yang terjadi di tingkat ambang (yang disebut sebagai "precipice"), yang dapat
mitokondria. Bukti-bukti menunjukkan gangguan repair berupa keadaan sakit atau kematian akibat "challenge"
pada kerusakan oksidatif ini menyebabkan percepatan tersebut.
proses penuaan (accelerated aging). Selain itu, mutasi Penerapan konsep homeostenosis ini tergambar pada
mtDNA akibat gangguan repair ini juga terkait dengan sistem skoring APACHE (Acute Physiology and Chronic
munculnya keganasan, diabetes melitus dan penyakit- Health Evaluation), suatu skala penilaian beratnya
penyakit neurodegeneratif. penyakit. Penilaian perubahan fisiologis akut yang terjadi
dinyatakan dengan semakin besarnya deviasi dari nilai
Selain teori-teori di atas, beberapa teori lainjuga telah
homeostatis pada 12 variabel, antara lain tanda vital,
dikemukakan untuk menjelaskan proses yang terjadi
oksigenasi, pH, elektrolit, hematokrit, hitung leukosit, dan
selama penuaan, antara lain: 'aging by program', teori
kreatinin. Seorang normal pada keadaan homeostasis
gen dan mutasi gen, cross-linkage theory, cellular gar-
mempunyai nilai nol. Semakin besar penyimpangan dari
bage theory, wear-and-tear theory, dan teori autoimun.
homeostasis skornya semakin besar. Pada awal
Yang pasti, tidak ada satu teori tunggal pun yang dapat
penerapannya, skoring APACHE ini tidak memasukkan
menjelaskan seluruh proses menua. Semua teori-teori
variabel usia sebagai salah satu faktor penilaian. Namun
tersebut saling mengisi dan mencoba menjelaskan
ketika diterapkan pada pasien-pasien yang dirawat karena
berbagai sebab dan perubahan akibat proses menua,
kondisi akut, terdapat perbedaan nilai yang signifikan
walaupun belum dapat menjelaskan seluruh proses yang
antara kelompok usia muda dan kelompok usia tua pada
terjadi..
satu kondisi penyakit yang sama; skor APACHE pada
kelompok usia tua cenderung lebih rendah. Terlihat bahwa
dengan penyimpangan yang lebih kecil dari keadaan ho-
FISIOLOGIPROSES MENUA meostasis, seorang usia tua lebih rentan untuk menjadi
sakit atau meninggal dibandingkan orang muda. Oleh
Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai
karena itu penggagas sistem skoring APACHE kemudian
perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh
memasukkan variabel usia sebagai 'nilai bonus' pada
terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi
skoring itu, sehingga skor total untuk satu keadaan sakit
dan responsnya pada kehidupan sehari-hari. Namun harus
tidak berbeda antara usia muda dan usia tua.
dicermati, bahwa setiap individu mengalami perubahan-
Dengan mengingat bahwa mempertahankan keadaan
perubahan tersebut secara berbeda pada beberapa
homeostasis merupakan proses yang aktif dan dinamis,
individu, laju penurunannya mungkin cepat dan dramatis;
konsep homeostenosis yang digambarkan pada Gambar
sementara untuk lainnya, perubahannya lebih tidak
1 dapat direinterpretasi seperti apa yar.g terlihat pada
bermakna.
Gambar 2. Seorang usia lanjut tidak hanya memiliki
Membicarakan fisiologi proses penuaan tidak dapat
cadangan fisiologis yang makin berkurang, namun mereka
dilepaskan dengan pengenalan konsep homeostenosis. juga memakai atau menggunakan cadangan fisiologis itu
Konsep ini -diperkenalkan oleh Walter Cannon pada tahun
hanya untuk mempertahankan homeostasis. Akibatnya
1940- yang telah disinggung di atas, terjadi pada seluruh
akan semakin sedikit cadangan yang tersedia untuk
sistem organ pada individu yang menua. Pengenalan
menghadapi "challenge".
terhadap konsep ini penting untuk memahami berbagai
perubahan yang terjadi pada proses penuaan.
Homeostenosis yang merupakan karakteristik fisiologi
penuaan adalah keadaan penyempitan (berkurangnya)
cadangan homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya
usia pada setiap sistem organ. Konsep homeostenosis
dapat lebih mudah dipahami dengan memperhatikan Homeostasis
Gambarl.
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa seiring
bertambahnya usia jumlah cadangan fisiologis untuk Gambar 1. Skema standar homeostenosis yang menunjukkan
menghadapi berbagai perubahan yang mengganggu bahwa seiring dengan meningkatnya usia maka cadangan
fisiologis semakin berkurang, sehingga seorang usia lanjut lebih
homeostasis (challenge) berkurang. Setiap " challenge "
mudah untuk menjadi sakit atau meninggal (Modifikasi dari Taffet
terhadap homeostasis merupakan pergerakan menjauhi GE, 2003).
PROSES MENUA DAI{ IMPLIKASI KLINIKI'IYA 761

---_____ Precipice

Berkurangnya vasodilatasi yang dimediasi beta-adrenergik


Vasokonstriksi yang dimediasi alfa-adrenergik tidak
berubah
Terganggunya perfusi autoregulasi otak
Paru-paru
Penurunan FEVI dan FVC
Meningkatnya volume residual
Berkurangnya efektivitas batuk
Gambar 2. Skema revisi konsep homeostenosis.pada gambar Berkurangnya efektivitas fungsi silia
'V e nti I ation-peiu sion mi smatch ing' yang menyebabkan
ini ditunjukkan bahwa selain cadangan fisiologis yang makin
PaO2 menurun seiring bertambahnya usia: 100 - (0,32 x
berkurang seiring meningkatnya usia, juga ternyata cadangan
umur)
fisiologis yang ada sudah terpakai hanya untuk mempertahankan
Peningkatan diameter trakea dan saluran napas utama
homeostasis (Modifikasi dari Taffet cE, 2003). Membesarnya duktus alveolaris akibat berkurangnya
elastisitas struktur penyangga parenkim paru,
Konsep homeostenosis inilah yang dapat menjelaskan menyebabkan berkurangnya area permukaan
berbagai perubahan fisiologis yang terjadi selama proses Penurunan massa jaringan paru
Ekspansi toraks
menua dan efek yang ditimbulkannya. Walaupun Penurunan tekanan maksimum inspirasi dan ekspirasi
merupakan suatu proses fisiologis, perubahan dan efek Berkurangnya kekuatan otot-otot pernapasan
penuaan te{adi sangat bervariasi dan variabilitas ini makin Kekakuan dinding dada
Berkurangnya difusi CO
meningkat seiring peningkatan usia. Variasi terjadi antaru
Berkurangnya respons ventilasi akibat hiperkapnia
satu individu dengan individu lain pada umur yang sama,
Hematologi
antara safu sistem organ dengan organ lain, bahkan dari Berkurangnya cadangan sumsum tulang akibat kebutuhan
satu sel terhadap sel lain pada individu yang sama. yang meningkat
Tabel 1 merangkum berbagai perubahan utama b erbagai aftenuated retikulosis terhadao oemberian eritroooietin
sistem organ pada proses menua. Ginjal
Menurunnya bersihan kreatinin (creatinin clearance) dan
laju filtrasi glomerulus (GFR) 10 ml/dekade
Penurunan massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari
korteks dengan peningkatan relatif perfusi nefron
yukstamedular
Sistem endokrin
Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat Menurunnya ekskresi dan konservasi natrium
1 mg/dl/dekade; gula darah postprandial meningkat 10 Menurunnya ekskresi dan konservasi kalium
mg/dl/dekade Menurunnya kapasitas konsentrasi dan dilusi
lnsulin serum meningkat, HbAIC meningkat, IGF-1 Berkurangnya sekresi akibat pembebanan asam
berkurang Aksentuasi pelepasan ADH sebagai respons terhadap
Penurunan yang bermakna pada dehidroepiandrosteron dehidrasi
(DHEA) Berkurangnya produksi nitrit oksida
Penurunan testosteron bebas maupun yang bioavailable Meningkatnya ketergantungan prostaglandin ginjal untuk
mempertahankan perfusi
Penurunan horman T3
Peningkatan hormon paratiroid (PTH) Menurunnya aktivasi vitamin D
Penurunan produksi vitamin D oleh kulit Regulasi Suhu Tubuh
'Ovaian failure' diserlai menurunnya hormon ovarium Berkurangnya vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh
Peninqkatan kadar homosistein serum darah kutaneus
Kardiovaskular Berkurangnya produksi keringat
Tidak ada perubahan frekuensi jantung saat istirahat, Meningkatnya temperatur inti untuk mulai berkeringat
penurunan frekuensi jantung maksimum Otot
Berkurangnya pengisian ventrikel kiri
Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopenia)
Berkurangnya sel pacu jantung (pacemaker) di nodus SA
karena berkurangnya serat otot
Hipertrofi atrium kiri
Efek penuaan paling kecil pada otot diafragma, lebih pada
Kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama
otot tungkai dibandingkan lengan
Menurunnya respons inotropik, kronotropik, lusitropik
Berkurangnya sintesis rantai berat miosin
terhadap stimulasi beta adrenergik
Berkurangnya inervasi, meningkatnya jumlah miofibril per
Menurunnya curah jantung maksimal
unit otot
Menurunnya hipertrofi sebagai respons terhadap
lnfiltrasi lemak ke berkas otot
peningkatan volume dan tekanan
Peningkatan fatigabilitas
Peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum
Berkurangnya laju metabolisme basal (berkurang 4o/o
Lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat
/dekade setelah usia 50)
Ukuran dan bentuk yang iregular pada sel-sel endotel
Fragmentasi elastin pada lapisan media dinding arteri Tulang
Peninokatan resistensi vaskular oerifer Melambatnya penyembuhan fraktur
Tekanan Darah Berkurangnya massa tulang pada pria dan perempuan,
Peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan darah baik pada tulang trabekular maupun kortikal
diastolik tidak berubah Berkurangnya formasi osteoblas tulang
762 GERIATRI

Sistem Saraf Perifer


Hilangnya neuron motor spinal dan mengambil informasi dari memori
Berkurangnya sensasi getar, terutama di kaki Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
Berkurangnya sensitivitas termal (hangat-dingin) dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru
Berkurangnya amplitudo aksi potensial saraf sensorik saia teriadi
Berkurangnya ukuran serat yang termielinasi
Meningkatnya heterogenitas selaput akson mielin
Sistem saraf pusat APAKAH PROSES MENUA DAPAT DIPERLAMBAT?
Berkurangnya sedikit massa otak
Berkurangnya aliran darah otak dan terganggunya Pertanyaan ini masih menjadi tantangan bagi para peneliti
autoregulasi perfusi
Proliferasi astrosit di bidang gerontologi dasar untuk dijawab, dan penelitian
Berkurangnya densitas koneksi dendritik mengenai hal ini telah banyak dilakukan. Bila merujukpada
Berkurangnya mielin dan total lipid otak
Berubahnya neurotransmiter, termasuk dopamin dan serotonin
berbagai teori mengenai proses menua yang telah
Meningkatnya aktivitas monoamin oksidase disebutkan di atas, maka memperlambat atau bahkan
Berkurangnya reseptor glukokortikoid hipokampal mencegah proses penuaan nampaknya bukan hal yang
Melambatnya proses sentral dan waktu reaksi
tidak mungkin. Beberapa penelitian telah menunjukkan
Gastrointestinal hasil yang menjanjikan, walaupun sampai saat ini belum
Berkurangnya ukuran dan aliran darah hati
Terganggunya clearance obat oleh hati sehingga didapatkan hasil yang konklusif terutama bila diterapkan
membutuhkan metabolisme fase I yang lebih ekstensif pada mamaliadanpimata, juga pada manusia.
Terganggunya responb terhadap cedera pada mukosa lambung Berikut ini beberapa konsep dan penelitian yang
Berkurangnya massa pankreas dan cadangan enzimatik
Berkurangnya kontraksi kolon yang efektif telah dilakukan untuk mencoba menjawab pertanyaan
tserkurangnya absorpsi kalsium di atas.
Penglihatan
Terganggunya adaptasi gelap
Pengeruhan pada lensa
Ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat RESTRIKSIKALORI
(presbiopia)
Berkurangnya sensitivitas terhadap kontras Sudah sekitar 70 tahun yang lalu, McKay menunjukkan
Berkurangnya lakrimasi
bahwa restriksi kalori yang dilakukan seumur hidup pada
Penghidu
Deteksi penghidu berkurang 50%
hewan tikus (roden) dapat secara bermakna
memperpanjang usia sampai dengan 40% dibandingkan
Haus
Berkurangnya rasa haus pada hewan tikus yang diberi akses bebas terhadap
Terganggunya kontrol haus oleh endorfin makanan dan minuman. Efek restriksi kalori ini
Keseimbangan menyebabkan kadar glukosa dan insulin menurun, sedikit
Meningkatnya respons ambang vestibuler peningkatan pada kadar serum glukokortikoid bebas,
Berkurangnya jumlah sel rambut pada organ Corti
menurunnya suhu tubuh basal sebesar 0,5-loC, dan
Pendengaran
Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral
meningkatnya proteksi sel terhadap kerusakan yang
Defisit pada proses sentral disebabkan radikal bebas. Efek-efek inilah yang dipercaya
Kesulitan untuk membedakan sumber bunyi dapat memperlambat proses penuaan, dan nampaknya
Terganggunya kemampuan membedakan target dari noise
sesuai bila dihubungkan dengan teori mengenai proses
Jaringan Adiposa menua. Restriksi kalori juga terbukti dapat mengurangi
Meningkatnya aktivitas aromatase
Peningkatan kemungkinan lipolisis produksi ROS di mitokondria otak dan ginjal, dan
Sistem lmun menurunkan berbagai petanda-petanda (markers) shes
Berkurangnya imunitas yang dimediasi sel oksidatif.
Rendahnya afi nitas produksi antibodi Saat ini ada 3 penelitian besar yang sedang
Meningkatnya autoantibodi
Banyaknya nonresponder terhadap vaksinasi berlangsung dengan menggunakan hewan monyet dan
Berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat tupai, untuk mengetahui efek restriksi kalori tersebut pada
Terganggunya fungsi makrofag hewan selain tikus. Hasil definitif mungkin masih akan lama
Atrofi timus dan hilangnya hormon timus
Meningkatnya lL-6 dalam sirkulasi didapatkan, karena sebagian besar hewan tersebut akan
Berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang hidup lebih dari 30 tahun, namun beberapa hasil
Fungsi Kognitif pendahuluan seperti perubahan pada otot, sistem imun,
Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang dan fungsi kognitif mungkin akan didapatkan tidak lama
Berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang lagi.
selama transmisi Saat ini isu mengenai restriksi kalori dalam
hubungarurya dengan upaya memperpanjang usia pada
PROSES MENUA DAN IMPLIKASI KLINIKNYA 763

manusia masih menjadi perdebatan, mulai dari tidak berbeda.


mendefinisikan restriksi kalori dan menerapkannya ke Tikus mutan yang rendah jumlah reseptor IGF-lnya
manusia dalam konteks fisiologi dan evolusi. menunjukkan konsumsi makanan dan energt expenditure
yang lebih rendah dibandingkan tikus kontrol. Tikus mutan
juga lebih tahan terhadap stres oksidatifakibat pemberian
Pemanjangan Telomer
bahan oksidan (radikal bebas), sehingga kerusakan pada
Setiap sel mempunyai kemampuan untuk membelah diri
DNA, protein, dan lipid lebih rendah dibandingkan tikus
untuk mempertahankan fungsinya dan memperlambat
kontrol. Hal-hal ini nampaknya juga sesuai dengan teori
kematian. Kemampuan untuk membelah diri ini terjadi
penuaan yang telah diuraikan di atas.
sampai sel-sel tersebut cukup padat untuk saling bertemu
satu sama lain, untuk kemudian berhenti untuk membelah
Strategi pencegahan penuaan secara ilmiah dan
diri, suatu fenomena yang disebut 'contact inhibition'. rasional bertujuan untuk memperlambat penuaan,
mencegah dan memperlambat penurunan fisiologis, dan
Bila sel-sel yang sudah berhenti membelah diri ini kemudian
mengembalikan kemampuan fungsional y ang hilang.
'diencerkan' (diluted), maka sel kembali akan membelah
Seyogianya upaya-upaya tersebut mengacu pada bukti-
diri. Hal ini dapat diulang sampai kira-kira 50 kali, saat sel-
bukti ilmiah yang didapat dari berbagai penelitian dasar
sel sudah kehilangan kemampuan untuk membelah diri
mengenai proses menua. Namun penelitian-penelitian
kembali. Sel-sel yang sudah tidak membelah ini kemudian
dengan hasil yang memuaskan belum ada, khususnya pada
akan membesar, bertahan beberapa lama, unfuk kemudian
perlahan-lahan akan mati.
manusia, maka kemudian muncul upaya-upaya yang
bersifat coba-coba. Upaya yang dilakukan antaralain
Terbatasnya sel-sel untuk membelah diri setelah 50 kali
dengan suplementasi hormonal seperti growth hormone,
dikenal dengan fenomena Hayflick ata.o 'Hayflick limit'.
d ehy dr o ep i andr o s t er o ne (DHEA), melatonin, dan estro-
Fenomena Hayflick ini ternyata berhubungan dengan
gen, serta suplemen nutrisi dengan antioksidan sintetik
panjang telomer -suatu sekuensi DNA pada ujung setiap
maupun natural yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau
kromosom manusia. Setiap kali sel membelah, maka telomer
binatang. Beberapa pendekatan di atas menunjukkan
ini akan semakin pendek, sampai suatu saat telomer tidak
manfaat klinis pada pengobatan berbagai penyakit pada
dapat memendek lagi (yaitu setelah sel membelah 50 kali).
usia lanjut, namun tidak ada yang benar-berar dapat
Walaupun belum dapat dibuktikan, nampaknya dengan
mengubah proses penuaan tersebut. Klaim yang
memodifikasi panjang telomer melalui enzim telomerase,
menyatakan bahwa asupan vitamin dosis tinggi dan
maka proses penuaan khususnya kematian sel dapat
berbagai antioksidan mempunyai efek anti-penuaan dan
diperlambat. Dengan membuat telomer menjadi lebih
memperpanjang hidup ternyata masih belum didukung
panjang, kemampuan sel untuk membelah diri tidak lagi
buktiilmiah.
dibatasi oleh fenomena Hayflick.

Pengaruh Aksis GH/lGF-1 IMPLIKASI KLINIK PROSES MENUA


Berbagai penelitian pada tikus dan cacing
(Caenorhabditis elegans) menunjukkan bahwa keadaan Mengelola orang berusia lanjut berbeda dengan
panhipopituarisme dengan defisiensi jelas pada hormon mengelola orang muda untuk beberapa alasan, antara lain
tirotropin, prolaktin, dan growth hormone (GH) akan karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi di
memperpanjang usia pada hewan-hewan tersebut dalam proses menua. Perbedaan yangjelas antara proses
dibandingkan kontrol. Dibuktikan juga bahwa insulin- menua normal dan perubahan-perubahan yang bersifat
like growthfactor-l (IGF-l) yang rendah di sirkulasi patologis sebenarnya penting dipahami dalam mengelola
juga mempengaruhi usia pada cacing. Satu penelitian dan mengasuh orang usia lanjut. Dengan demikian
kohort pada tikus yang telah dilakukan mutasi sehingga diharapkan dapat dicegah patologi yang menyertai usia
terjadi pengurangan jumlah reseptor IGF-1 sebanyak lanjut yang sebenarnya dapat diobati, dan dapat pula
500/o, menunjukkan usia yang lebih panjang 33o/o pada dihindari pengobatan masalah kesehatan yang
tikus betina (bermakna secara statistik) dan l6oh pada sebenarnya merupakan bagian dari proses menua nor-
tikus jantan (tidak bermakna) dibandingkan dengan mal akan tetapi dianggap sebagai suatu penyakit.
tikus kontrol. Pemeriksaan kimia darah yang dilakukan Setiap individu tidak menua secara seragam, baik cara
secara berkala menunjukkan bahwa tikus mutan sama maupun laju kecepatannya. Belakangan ini perhatian
sehatnya dengan tikus kontrol, dan hasil pemeriksaan ditujukan pada adanya variasi dalam proses menua,
nekropsi menunjukkan patologi yang terjadi juga sama dengan perhatian besar ditujukan pada mereka yang
pada kedua kelompok. Walaupun ada penelitian lain mengalami proses menua dengan sukses, yakni hanya
yang menunjukkan bahwa semakin panjang usia mengalami penurunan minimal pada status frrngsionalnya.
berhubungan dengan rendahnya fertilitas, penelitian ini Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses
mendapatkan bahwa tingkat fertilitas kedua kelompok menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat
764 GERIATRI

bertahap (gradual /oss). Berdasarkan perbandingan yang Di sisi lain, sebagian besar orang usia lanjutjuga telah
diamati secara potong lintang antar kelompok usia yang mengembangkan mekanisme untuk mengatasi berbagai
berbeda, sebagian besar organ tampaknya mengalami keterbatasan dan terus mampu melaksanakan aktivitas
kehilangan fungsi sekitar I persen per tahun, dimulai pada hidupnya dengan baik. Peran petugas kesehatan,
usia sekitar 30 tahun. Namun demikian, data lain khususnya para dokter adalah meningkatkan kemampuan
menyatakan perubahanpada orang usia lanjut yang diikuti copying tersebut dengan mengidentifikasi dan mengobati
secara longitudinal kurang dramatis dan baru mulai pada masalah yangdapat diobati, dan memfasilitasi perubahan
usia 70-an. lingkungan untuk memaksimalkan fungsi dalam
Hilangnya fungsi organ tidak bermakna sampai menghadapi masalah yang menetap.
melampaui tingkat tertentu. Jadi kine{a firngsional sebuah Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para
organ pada orang berusia lanjut tergantungpada2 faktor dokter adalah sulitnya memperoleh riwayat penyakit
penting yakni: laju penurunan dan tingkat kinerja yang dengan baik. Hal ini disebabkan karena pasien seringkali
dibutuhkan. Tidaklah mengherankan bahwa sebagian sudah beradaptasi dengan masalah atau penyakit yang
besar orang usia lanjut akan memiliki hasil laboratorium dialami. Pada kondisi tersebut, pasien umumnya
dengan nilai normal. Perbedaan penting, yang merupakan beradaptasi dengan penyakitnya melalui mekanisme
kekhususan proses menua, bukan terletak pada level kine{ a pengabaian, penyangkalan atau adaptif terhadap masalah
saat istirahat, akan tetapi pada bagaimana organ atau atau penyakitnya tersebut. Sebagai contoh, seseorang
organisme beradaptasi terhadap stres eksternal. Sebagai yang mengalami gangguan pendengaran justru akan
contoh, orang usia lanjut mungkin memiliki kadar gula banyak bicara untuk menyembunyikan defisit
darah puasa normal, tetapi tidak dapat mempertahankan pendengarannya.
kadar gula darah dalam nilai normal dengan pembebanan Salah satu cara untuk mencegah tidak terdeteksinya
glukosa. Contoh lain, seorang usia lanjut mungkin memiliki gangguan firngsi kognitif pada pasien, direkomendasikan
denyut nadi dan curah jantung yang normal saat istirahat, evaluasi yang seksama menggunakan pengkajian paripuma
tetapi tidak dapat mencapai peningkatan yang adekuat geriatri yang memasukkan penapisan formal terhadap
pada saat latihan jasmani. frrngsi kognitif dan mental.
Kadang perubahan-perubahan pada proses menua Proses menua juga ditandai oleh berkurangnya respons
berlangsung bersamaan sehingga menghasilkan nilai terhadap stres termasuk stres terhadap penyakit.
normal unhrk beberapa parameter lain. Sebagai contoh, Intensitas gejala mungkin tertutup oleh menurunnya
walaupun filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal: respons tubuh pada orang berusia lanjut.
menurun sejalan dengan usia, banyak orang usia lanjut Tanggung jawab dokter adalah menatalaksana pasien,
memiliki kadar kreatinin serum normal karena pada saat mengobati penyakit atau masalah yang dapat diobati.
yang bersamaan massa otot bebas lemak dan produksi Setelah memperbaiki kemampuan pasien secara fisiologi
kreatinin juga mengalami penurunan. Oleh karena itu, dan psikologi semaksimal mungkin, tugas selanjutnya
kreatinin serum bukan indikator yang baik untuk fungsi adalah mengelola lingkungan yang memfasilitasi fungsi
ginjal orang usia lanjut. Dalam pemberian obat-obatan pada pasien dengan ototnomi yang maksimal. Tugas yang
orang usia lanjut, bukan kreatinin semm yang digunakan terakhir ini tidaklah semata-mata merupakan tanggung
untuk menentukan dosis obat melainkan klirens kreatinin jawab dokter, tetapi juga berbagai profesi kesehatan yang
yang dapat diestimasi berdasarkan nilai kreatinin serum. lain.
Salah satu formula yang cukup terkenal untuk Lingkungan dapat menyebabkan teg'adinya disfungsi,
memperkirakan klirens kreatinin adalah rumus Cockcroft menyebabkan terjadinya jatuh dan mengakibatkan pula
dan Gault. dekompensasi. Sebagai contoh, seorang pasien dengan
Perlu disadari pula adanya variasi individu dalam sesak napas pada saat aktivitas, dapat tetap beraktivitas
menetapkan kinerja seorang pasien yang ditentukan oleh bila tinggal di lantai bawah, tetapi menjadi tidak berfungsi
kine{a pasien tersebut sebelumnya. Seorang pelari berusia bila tinggal di lantai atas atau harus naik turun tangga.
75 tahun mungkin memiliki fungsi kardiovaskular yang Pasien juga bisa mengalami imobilisasi akibat
lebihbaik dibandingkan dengan seorang dokteryang lebih ketidakpahaman keluarga atau pengasuhnya. Pada banyak
muda tapi tidak pernah berolah raga. keluarga atau pengasuh cukup sering terjadi pasien
Proses menua juga bukan semata serangkaian mengalami imobilisasi karena keluarga atau pengasuh
perubahan biologis. ProSes menua merupakan sebuah khawatir pasien mengalami jatuh atau celaka. Tugas dokter
waktu untuk berbagai kehilangan, kehilangan peran sosial atau petugas kesehatan adalah melatih dan meyakinkan
akibat pensiun, kehilangan mata pencahariaan, kehilangan keluarga atau pengasuh untuk mengelola pasien dengan
teman dan keluarga. Proses menua, juga sebuah wakfu benar, dengan tidak membatasi pasien beraktivitas, akan
dengan banyak ketakutan atau kecemasan; cemas akan tetapi juga tetap menjaga agar pasien tidak mengalami
keamanan pribadi, cemas akan tidak adanya jaminan kondisi yang membahayakan.
finansial, dan cemas akan ketergantungan. Karena diagnosis yang diperoleh seringkali tidak dapat
PROSES MENUA DAN IMPLIKASI KLINIKIiTYA 765

menceritakan masalah pasien secara utuh, diperlukan pula MENUAYANG SUKSES DAN SEHAT (SUCCESSFUT
penetapan masalah kesehatan yang muncul pada pasien. AGTNG)
Beberapa masalah kesehatan yang sering muncul pada
pasien geriatri adalah: imobilisasi, instabilitas, Konsep menua sukses (successful aging) sebenarnya
inkontinensia, gangguan intelektual, infeksi, gangguan masih dalam perkembangan dan pencarian jati diri.
pendengaran dan penglihatan, isolasi, inanisi (malnutrisi), Walaupun menua sukses/sehat diyakini dapat dicapai,
iatrogenesis, insomnia, defisiensi imun, dan impotensi. namun definisi dan faktor-faktor yang berperan di
Masalah-masalah tersebut penting untuk diketahui karena dalamnya belum sepenuhnya disepakati. Penelitian-
beberapa alasan. Pada usia lanjut, timbulnya masalah penelitian besar yang mencoba mengikuti perjalanan hidup
mungkin bukan merupakan suatu tanda etiologi, namun sekelompok manusia menuju usia tua mendapati bahwa
masalah dapat timbul karena beberapa sebab. Sebagai sulit sekali menentukan faktor-faktor yang dapat dijadikan
contoh, seseorang menderita imobilisasi dapat disebabkan indikator suksesnya suatu proses menua. Belum lagi
fraktur panggul, angina berat, atau karena artritis. Namun perbedaan sudut pandang mengenai indikator-indikator
pasien juga dapat menderita imobilisasi karena adanya rasa tersebut antara peneliti dan para usia lanjut yang menjadi
takut. Seorang usia lanjut yang telah diobati fraktur subyek penelitian.
panggulnya mungkin tidak berkeinginan untuk dapat Walaupun demikian, secara umum dapat disimpulkan
berjalan kembali karena takut jatuh kembali yang dapat sementara bahwa seluruh segi kehidupan seharusnya
menimbulkan fraktur lainnya. Dokter dan tenaga kesehatan dipertimbangkan ketika membicarakan konsep menua
harus mendapatkan informasi riwayat penyakit yang cukup sukses. Walaupun sering diidentikkan dengan menua
untuk memahami etiologi dari masalah yang timbul jika yang sehat, konsep menua sukses temyata tidak hanya
akan melakukan tata laksana dengan tepat untuk terpaku pada kesehatan (baik fisik maupun mental) saja,
menyembuhkan masalah y ang ada. namun juga faktor intelektual, emosional, sosial, dan
Faktor lain yar,g menyebabkan timbulnya - kultural juga penting dan terbukti berpengaruh pada
ketergantungan adalah biaya. Seringkali lebih mudah dan terciptanya menua yang sukses. Dari segi kesehatan fisik
lebih murah melakukan suatu hal untuk seseorang dengan pun, ternyata didapatkan bahwa bukan penyakit (disease)
keterbatasan fungsional daripada melakukan sesuatu yang yang paling berperan tetapi lebih pada bebas dari
diperlukan untuk memotivasi mereka untuk melakukannya keterbatasan (hendaya, dis abilitas)fisik.
untuk diri sendiri. Namun, sayangnya hal tersebut hanya Suatu penelitian besar, MacArthur Longitudinal
akan berlangsung dalam jangka waktu pendek, karena Study on Successful Aging,menyimpulkan bahwa menua
tingkat ketergantungan mereka akan semakin tinggi dan yang sukses terdiri dari 3 komponen, yaitu: (1) rendahnya
memerlukan perawatan yang lebih besar. risiko untuk mengalami sakit dan disabilitas akibat penyakit,
Diantara masalah pada pasien geriatri yang penting (2) kapasitas kognitif dan fisik yang tinggi, dan (3)
untuk diperhatikan adalah iahogenesis. Dalam beberapa kehidupan yang selalu aktif, terdiri atas hubungan inter-
kasus, terdapat beberapa risiko sebagai konsekwensi dari personal yang baik serta aktivitas yang produktif.
perawatan yang dapat memperburuk kesehatan pasien. Walaupun terdapat beberapa perbedaan pada definisi dan
'Perhitungan operasionalisasi, penelitian-penelitian lain umunmya secara
keuntungan sebagai salah satu dasar
melakukan tata laksana terhadap kondisi pasien harus konsisten mendapatkan bahwa komponen kesehatan fisik
dilakukan dengan hati-hati pada pasien usia lanjut. Risiko yang baik, yang disertai dengan kemandirian (bebas dari
biasanya terdapat pada pemberian obat-obatan sebagai disabilitas), fungsi kognitif yang teqaga, hubungan sosial
akibat dari tata laksana yang mungkin sebenarnya tidak yang terbina dengan baik, serta kehidupan spiritual yang
terlalu diperlukan. Petugas kesehatan yang tiba-tiba kuat merupakan indikator-indikator menua sukses yang
menambahkan obat kepada pasien geriatri dengan penting.
polifarmasi sebenarnya berhadapan dengan set kimia
hidup. Penurunan laju metabolisme obat dan ekskresi pada
usia lanjut akan memperburuk masalah interaksi obat. Hal BAGAIMANA MENCAPAI MENUA YANG SU KSES?
yang lebih bahaya adalah ketidakhati-hatian, penetapan
label klinis yang tergesa-gesa. Pasien yang menjadi Atas dasar temuan-temuan ilmiah yang secara khusus
disorientasi dan kebingungan di rumah sakit mungkin dirancang untuk mengidentifikaSi faktor-faktor apa saja
bukan disebabkan karena menderita defnensia. Seseorang yang berperan pada terwujudnya menua yang sukses,
yang mengalami masalah berkemih belum tentu menderita berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan
inkontinensia urin. Menetapkan pasien menderita demensia untuk mencapainya:
atau inkontinensia urin mungkin terlalu dini sebagai alasan l. Upayakan fisik dan mental selalu sehat Lakukan
menempatkan mereka di nursing homes. Petugas kesehatan latihan-latihar' atau kegiatan fisik yang teratur.
harus lebih hati-hati dalam mengevaluasi dan menetapkan Walaupun dianjurkan dilakukan sejakusia muda, latihan
diagnosis pada pasien usia lanjut. fisik teratur yang dilakukan setelah usia tua pun tetap
766 GERI'TIRI

memberikan banyak manfaat. Dalam melakukan latihan yang mendera seorang tua. Tetapi jangan berkecil hati,
fisik seyogyanya disertai dengan kontak yang erat dan karena berbagai masalah yang selama ini dihadapi
sehat dengan lingkungan/orang-orang disekitar. tersebut merupakan pelajaran berharga agar dapat
Dengan bermain dan bercengkrama dengan cucu-cucu, bersikap positif terhadap kehidupan. Seorang yang
selain bermanfaat secara fisik, hubungan sosial dan bersikap positif umumnya lebih mudah menerima
kondisi mentalpun akan tetap terjaga bahkan meningkat berbagai peristiwa apapun yang terjadi, serta dapat
sampai pada tahap optimal. Nikmati berbagai aktivitas mengendalikan emosi pada keadaan apapun. Bersikap
yang menjaga ketajaman pikiran, seperti membaca, positif diyakini akan memberikan manfaat yang lebih
menulis, bermain musik, dan terlibat dalam pembicaraan dalam kehidupan seorang usia lanjut yang berkualitas.
atau diskusi yang santai atau serius. Jangan dilupakan 7. Tingkatkan vitalitas spiritual. Kehidupan spiritual
tidur yang cukup sangat dibutuhkan tubuh untuk tetap yang baik, di masyarakat dan kultur kita, telah diyakini
sehat secara fisik maupun psikis. dapat memberikan makna lebih dalam menjalani
Upayahan nutrisi yang baik. Walaupun status nutrisi kehidupan, terutama bagi mereka yang menuju usia
yang buruk lebih mudah didapatkan pada mereka yang senja. Hal yang sama pun juga te{adi di negaraBarat
berusia lanjut, namun bukan hal tidak mungkin mereka yang selamaini terkesan cenderung memisahkan agama
mampu mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang dari kehidupan. Larry Dossey, seorang peneliti, dokter,
untuk mempertahan kesehatan dan kebugaran fisik. dan penulis buku terkemuka, setelah mengamati
Pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak semata-mata berbagai studi menyimpulkan bahwa: "Terdapat paling
terbatas pada jenis dan jumlah makanan, tetapi yang tidak 250 studi yang menunjukkan bahwa mereka yang
tidak kalah penting adalah aktivitas makan yang tentu taat menjalankan ajaran agarnanya lebih sehat selama
melibatkan hubungan sosial dan rekresi yang kehidupannya dibanding yang tidak. Mereka lebih
manfaatnya juga akan sangat dirasakan. jarang ke dokter. Mereka lebih sedikit membelanjakan
Perhatikan keinginan hati (heart's desire). Dalam uang untuk biaya kesehatan. Dan mereka lebih jarang
menjalani hidup, seyogyanya keinginan yang berasal sakit."
dari lubuk hati yang paling dalam harus diperhatikan;
tidak memaksakan kehendak dan j angan biarkan apapun
menganggu keinginan hati. Manusia yang diketahui PENUTUP
berumur paling panjang, Ms. Jeanne Calment yang
meninggal pasa usia 122 tahwpada 1997 , mempunyai Proses menua hingga saat ini masih merupakan misteri
motto: "If you can\ do anything about it, just accept yang belum banyak terj awab. Perubahan-perubahan
il." fisiologis yang terjadi pada proses menua, yang erat
Tingkatkan kesejahteraan material. Walaupun kaitannya dengan berkurangnya cadangan fisiologis
kekayaan dan kesejahteraan material bukan merupakan seiring bertambahnya usia, sangat mempengaruhi seorang
hal paling penting dalam kehidupan, kemampuan usia lanjut dalam mempertahankan kondisi homeostasis.
pemenuhan kebutuhan material baik untuk diri maupun Perubahan-perubahan yang terjadi serta kemampuan
keluarga berdampak pada tingkat kesehatan fisik, mempertahankan homeostasis ini terjadi secara individual,
mental, maupun sosial. Bagi seorang yang akan walaupun terjadi pada seluruh individu yang menua.
memasuki usia pensiun, adalah sangat tepat dan Konsep mengenai memperlambat proses menua dan
bermanfaat bila dapat merencanakan masa-masa memperpanjang usia serta penelitian-penelitian di bidang
pensiunnya tanpa harus kekurangan materi. itu masih merupakan kontroversi, terlebih lagi untuk
Hubungan sosial yang sehat. Sahabat-sahabat sejati penerapannya di manusia. Masih banyak hal yang belum
serta anggota keluarga yang mendukung tentu te{awab dan membutuhkanpenelitian lanjutan, yang tentu
merupakan obat yang mujarab, terutama pada masa membutuhkan waktu, dana, dan sumber daya lain yang
akhir-akhir kehidupan. Dengan membina hubungan tidak sedikit.
yang positif dengan berbagai pihak, kita akan semakin Pemahaman mengenai proses menua serta perubahan-
sehat, semakin panjang umur, dan makin menikmati perubahan yang terjadi akan sangat mempengaruhi cara
hidup. Di kultur masyarakat kita, sebenarnya peran pandang kita bila menghadapi seorang usia lanjut yang
sosial orang tua sudah sangat jelas. Sebagai seorang sakit, dan pada akhirnya mempengaruhi penatalaksanaan-
yang dituakan, umumnya seorang berusia tua selalu nya. Implikasi klinis akibat proses menua yang tef adi harus
diminta nasehat dan pemikiran-pemikirannya dalam diwaspadai, baik oleh dokter dan tenaga kesehatan, maupun
berbagai masalah. Perasaan telah memberikan manfaat oleh keluarga dan care giver yang merawat pasien usia lanjut
bagi orang lain temyata sangat membantu baik dari segi sehari-hari. Sehingga diharapkan seorang usia lanjut tidak
mental maupun kesehatan fisik. mengalami pengabaian masalah kesehatan yang dialaminya,
Sikap yang positif. Dalam perjalanan hidup menjadi sementara di lain pihak tidak terjadi diagnosis dan
tua, tentu banyak tantangan dan kehilangan yang terjadi pengobatan yang berlebihan (overdiagnosis dan
PROSES MENUA DAI\I IMPLIKASI KLINIKI{YA 767

overtreatment) terhadap hal-hal yang fisiologis akibat 6. Holzenberger M. The GH/IGF-I axis and longevity. Eur J Endo-
proses menua. crinology. 2004 ;1 5 1 :523 -27 .
Akhirnya, menjadi tua (menua) dengan sukses dan 7. Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. Clinical implica-
tions of the aging process. Dalam: Essential of Clinical Geritrics.
sehat bukanlah suatu angan-angan lagi. Menjadi tua
6'h Edition. USA: McGraw-Hill Companies, 2009.
tidaklah identik dengan banyak penyakit dan 8. Mobbs C. Molecular and biologic factors in aging. In: Cassel AK,
ketidakberdayaan. Banyak hal yang dapat dilakukan sejak Leipzig RM, et al. Geriatric Medicine: An Evidence-Based Ap-
usia muda, bahkan setelah usia tua pun, yang dapat proach. Fourth edition. New York: Springer-Verlag New York,
menuntun kita untuk menjadi tua dengan sukses. Inc. 2003. p. 15-25.
Kesehatan fisik dan tidak adanya disabilitas, bersama-sama 9. Martell RE, Cohen HJ. The science of neoplasia and its rela-
tionship to aging. In: Cassel AK, Leipzig RM, et al. Geriatric
dengan kesehatan mental, hubungan sosial, dan
Medicine: An Evidence-Based Approach. Fourth edition. New
kehidupan spiritual yang baik merupakan indikator- York: Springer-Verlag New York, Inc. 2003. p.363-73.
indikator utama keberhasilan proses menua yang sukses. 10. Miller RA. The biology of aging and longevity. In: Hazard WR,
Blass JP, Halter JB, Ouslander JG Tinetti ME. Principles of
Geriatric Medicine and Gerontology. Fifth edition. USA:
REFERENSI McGraw-Hill Companies, Inc., 2003. p. 3.
11. Rowe JW, Kahn RL. Human aging: usual and successful. Science.
1987;137:.143-9.
1. Alexander P Spence. Biology of human aging. Second Edition.
12. Rusell RM. The aging process as a modifier of metabolism. Am
New York: Prentice Hall Inc., 1999. p. l-37.
J Clin Nutr 2000;72(suppl):529S-32S.
2. Depp CA, Jeste DV. Definition and predictors of successful
13. Scharlach AE, Robinson B. Curriculum module on the aging
aging: a comprehensive review of larger quantitative studies.
process. University of California Barkeley. Diunduh dari http:
Am J Geriatr Psychiatry. 2006;14:6-20.
www.moduleprocessaging. com. diakses pada tanggal ll -3 -2004.
3. Druzhyna NM, Wilson GL, LeDoux SP. Mitochondrial DNA
14. Taffett GE. Physiology of aging. Cassel AK, Leipzig RM, et al.
repair in aging and disease. Mech Ageing Dev. 2008;129:383-
Geriatric Medicine: An Evidence-Based Approach. Fourth edi-
90.
tion. New York: Springer-Verlag New York, Inc., 2003. p.27'
4. Halliwell B, Gutteridge JMC. Free radicals in biology and medi-
35.
cine. Oxford: University Press, 1999. p. 784-859.
15. Quick S, Hesseldenz P, Hayhoe C, et al. Aging gracefully: Mak-
5. Harman D. The aging process: major risk factor for disease and
ing the most of your later life adventure. Available from http:/
death. Proc Natl Acad Sci USA. 1991;88:5360-3.
/www.ca.ukv.edu/fcs/aging Cited at July 10. 2008.
t23
PENGIG"IIAN PARIPURNA
PADA PASIEN GERIATRI
Czeresna H Soejono

PENDAHULUAN Akibat populasi usia lanjutyang meningkat maka akan


terjadi transisi epidemiologi, yaitu bergesernya pola
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini sedang terjadi penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi merrjadi
perubahan proporsi kelompok umur penduduk dunia penyakit-penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi,
termasuk Indonesia. Perubahan proporsi kelompok- neoplasma, penyakit jantung koroner. Selain perubahan
kelompok umur di dalam penduduk dapat terjadi antara pola morbiditas, penyebab kematianpun berubah ; pada
lain sebagai akibat menurunnya tingkat fertilitas dan tahun 1980, 25 %o dari semua penyebab kematian
mortalitas (Tabel 1 dan Tabel2). Menurut dataPerserikatan diakibatkan oleh penyakit infeksi saluran pernapasan,
Bangsa-Bangsa, Indonesia diperkirakan mengalami sedangkan penyebab kematian oleh neoplasma dan
peningkatan jumlah warga berusia lanjut yang tertinggi di penyakit sistem sirkulasi masing-masing adalah 3,0%o dan
dunia, yaitu 4l4o/o, hanya dalam waktu 35 tahun (1990 - 7,5 yo. Pada tahun 1995, infeksi saluran pernafasan
2025); sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah merupakan 14 Yo dai semua penyebab kematian, sementara
pendudukusia lanjut akan mencapai25,5 jutajiwa. Menurut neoplasma dan penyakit sistem sirkulasi masing-masing
Lembaga Demografi Universitas Indonesia, persentase adalah6,0Yodar23,0%(dataSKRIl995untukJawa-Bali).
jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985 adalah3,4o/o Faktor yang turut berperan pada transisi epidemiologi ini
dari total penduduk, tahun 1990 meningkat menjadi 5,\Yo adalah keberhasilan mengatasi infeksi dengan penggunaan
dan di tahun 2000 mencapaiT ,4o/o. antibiotika serta majunya sistem penanggulangan dan
pencegahan penyakit infeksi di bawah pengarahan WHO.
Konsekuensi lain dari peningkatan jumlah warga usia
lanjut adalah meningkatnya jumlah pasien geriatri. Pasien
geriatri pada hakikatnya adalah warga usia lanjut juga
namun karena karakteristiknya maka perlu dibedakan dari
Persentase Usia 5,8 0/o
7,4 Yo 8,O %
lanjut mereka yang sekadar berusia lanjut namun sehat.
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah
Rt,2004
multipatologi, yaitu pada satu pasien terdapat lebih dari
satu penyakit yang umumnya penyakit bersifat kronik
degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan
faali; yang menyebabkan pasien geriatri amat mudah jatuh
Parameter dalam kondisi gagal pulih (failure to thrive). Ketiga, yaitu
Demografi '1971 1980 1985 1990 1997
berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik.
TFR 5,6 4.7 4,1 3,3 2,6 Keempat adalah terganggunya status fungsional pasien
IMR 142 112 71 70 50 geriatri; status fungsional adalah kemampuan seseorang
Catatan : TFR = total fertility rate (angka kelahiran total) ; IMR = infant untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Keadaan
mortality rate (angka kematian bayi / 1000 kelahiran) Sumber: Biro
Pusat Statistik, 1 998 status fungsional ini menggambarkan kemampuan umum

768
PENGKA.'IAIY PARIPURNA PADA PASIEN GERIITTRI 769

seseorang dalam memerankan fungsinya sebagai manusta atau penyesuaian tujuan pengobatan spesifik secara
yang mandiri, sekaligus menggambarkan kondisi berkala sesuai perkembangan yang terjadi.
kesehatannya secara umum. Kelima adalah kerapnya Jika pendekatan paripurna pasien geriatri di ruang rawat
terdapat gangguan nutrisi , gizikurang atau giziburuk. khusus ini benar-benar diterapkan maka hasil perawatan
Jika karena sesuatu sebab pasien mengalami kondisi pasien geriatri akan lebih baik, lebih efektif. Efektivitas
akut (seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, gagal perawatan pasien geriatri di ruang rawat inap akut dapat
jantung, keganasan atau strok) maka pasien geriatri juga dilihat dari: lama rawat memendek, lama imobilisasi
sering kali muncul dengan gangguan fungsi kognitif, memendek, skorADL (activity of daily living) meningkat
depresi, instabilitas, imobilisasi dan inkontinensia (atau dengan cepat, tidak timbul dekubitus pada pasien dengan
yang lazim disebut sebagai geriatric gianfs). Keadaan akan perawatan lebih dari dua minggu, tidak muncul polifarmasi,
semakin rumit jika secara psikososial terdapat hendaya tidak muncul efek samping akibat interaksi obat, tidak
seperti neglected atatmiskirr (finansial). Pendekatan yang muncul efekdeconditioning, depresi cepat terdeteksi dan
dilakukan mutlak harus bersifat holistik atau paripurna. terkelola, demensia cepat terdeteksi dan terkelola; serta
Pendekatan paripurna di sini tidak semata-mata dari sisi biaya perawatan akan berkurang.
bio-psiko-sosial namun juga harus senantiasa dari sisi
kuratii rehabilitatif, promotif dan preventif. Pendekatan
yang dilakukan untuk menyembuhkan kondisi akutnya PENGERTIAN PENDEKATAN PARIPURNA PASIEN
tidak akan cukup untuk mengatasi permasalahan yang GERTATRT(P3G)
muncul. Pengkajian status fungsional untuk mengatasi
berbagai hendaya menjadi penting karena acap kalijustru Pendekatan paripuma pasien geriatri dimaksudkan sebagai
hal ini yang menjadi prioritas penyelesaian masalah. prosedur evaluasi multidimensi di mana berbagai masalah
Kegagalan mengatasi hendaya maupun gejala yang pada pasien geiatri diungkap, diuraikan (described and
muncul (geriatric giants) akanmengakibatkan kegagalan explained) , semua aset pasien (berbagai sumber dan
pengobatan secara keseluruhan. kekuatan yang dimiliki pasien) ditemu-kenali, jenis
Menatalaksana pasien geriatri dengan pendekatan pelayanan yang dibutuhkan diidentifikasi, rencana asuhan
paripurna tersebut memerlukan pendekatan yaqg khusus dikembangkan secara terkoordinir, yang semua itu
yang disebut sebagai pendekatan paripurna pasien geriatri berorientasi kepada kepentingan pasien (dilihat tidak
(comprehensive geriatric assessment). Selain tujuan yang semata-mata dari sudut medik). Pendekatan klinik ini
telah dikemukakan di atas, tujuan lain pendekatan geriatri bertujuan agar pasien yang sudah berusia lanjut tersebut
paripuma adalah mengkaji aset (aset sosial, psikologik dapat mencapai derajat kesehatan optimal serla memiliki
maupun biologik) yang ada untuk kemudian ditingkatkan kemampuan fungsional tertinggi. Bagi pasien geriatri yang
guna memperoleh hasil penatalaksanaan optimal dari segi biasanya mempunyai penyakit kronik dan disertai
kuratif (ika masih mungkin), rehabilitatif maupun preventif. gangguan status fungsional maka pendekatan ini akan
Sifat/jenis pendekatan yang digunakan di sini adalah memberikan banyak informasi penting dan lengkap yang
interdisiplin dan bukan multidisiplin apalagi parudisiplin. diperlukan untuk memformulasikan rekomendasi
Potensi efek buruk yang mungkin timbul jika pengelolaan penatalaksanaan selanjutnya. Selain hal-hal yang lazim
dilakukan tidak bersifat interdisiplin misalnya interaksi dikaji maka di sini dilakukan pula evaluasi terhadap: 1).
obat, iatrogenesis akibat inkoordinasi serta tujuan Jenis pelayan an apa y arrg dikehendaki pasien pada situasi
pengobatan tak tercapai (tujuan pasien / keluarga dan tertentu; 2). Hendaya dan kemampuan fungsional yang
bukan semata-mata tujuan dokter). masih dimiliki pasien; 3). Sumber finansial yang dimiliki;
Komponen pendekatan paripurna pasien geriafii 4). Keberadaan anggota keluarga yang bersedia merawat
meliputi: pendekatan interdisiplin, intensitas perawatan pasien di rumah; 5). Kondisi mental atau emosional yang
lebih tinggi, rehabilitasi medik langsung merawat tanpa bisa mempengaruhi kondisi kesehatan dan status
konsul (automatis), psikiatri langsung merawat tanpa fungsional.
konsul (automatis), tempat I ruang rawat bersifat khusus Pendekatan klinik yang multidimensi ini amat diperlukan
(terpisah dari ruang rawat umum) sehingga agar masalah-masalah yang ada dapat ditemu-kenali dan
penatalaksanaan rehabilitasi dan psikiatrik dapat lebih dideskripsikan dengan lebih akurat; perencanaan asuhan
incorporated (menyatu) dan terfokus, terdapat sarana akan difokuskan tidak saja pada aspek kesehatan namun
komunikasi intens dari para pakar, terdapat sarana juga aspek kesejahteraan (well-being) serta kemampuan
komunikasi intens antara unsur-unsur yang terkait fungsional.
(penyelia Ilmu Penyakit Dalam, Rehabilitasi Medik, Pendekatan y anglazimdilakukan pada pasien dewasa
Psikiatri, ahli farmasi, perawat gerontik dan ahli gizi), muda umumnya bertujuan unhrk menegakkan diagnosis
kewaspadaan akibat bahaya iatrogenesis lebih tinggi, pasti (atau mendekati pasti) agar pengobatannya lebih
terdapat tim keperawatan gerontik, tindak lanjut / akurat. Secara implisit tujuan penatalaksanaan yalag
follow up tervs menerus yang diikuti dengan perubahan termaktub di sini adalah menyembuhkan penyakit. Pada
770 GERIAIRI

pengkajian paripurna pasien geriatri, maka tujuan kepentingan pasien. Mereka bertemu, saling berbagi
penatalaksanaan dan rencana jangka panjang harus informasi, merencanakan dan menetapkan siapayang akan
ditelaah terlebih dahulu sebelum berbagai tindakan ikut berperan / berkontribusi dan jenis ekspertise apayalg
diagnostik akan dikerjakan. Dengan demikian maka bisa diperankan. Namun demikian, setiap bidang ilmu
rencana penatalaksanaan pasien (diagnostik, terapeutik mengembangkan pengalaman masing-masing di bidang
maupun edukasi) bersifat lebih indivual (individually masing-masing kecuali unfuk ekspertise yang memang area
tailoreQ; setiap pasien betul-betul dihargai keunikan 'abu-abu' pada saat mereka melakukan koordinasi. Tugas
maupun perbedaan karakternya. Pendekatan seperti ini dan tanggung jawab diterapkan pada setiap bidang ilmu
akan meningkatkan efisiensi kinerja petugas kesehatan dengan batasan yang tegas sesuai disiplin masing-masing.
agar tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan lebih Setiap bidang melaksanakan (mempraktekkan) pekef aan
efektif. mereka secara independen, sangat berhati-hati untuk tidak
Sejalan dengan mekanisme kerja yang ada pada tim 'memasuki wilayah' bidang lain. Pengembangan
pengelola kesehatan pasien geriatri maka saat ini terdapat profesionalisme terjadi di dalam masing-masing bidang.
berbagai model hubungan kerja di antaraberbagai disiplin
ilmu yang terkait. Spektrum model hubungan kerja antar
disiplin tersebut disampaikan berikut ini. Model lnterdisiplin
Pada model ini, perencanaan, pengembangan pengalaman
dan pelaksanaan pelayanan dikerjakan dengan penuh
SPEKTRUM MODEL HUBUNGAN KERJA ANTAR pemahaman bahwa terdapat tumpang tindih dalam hal
DrsrPLrN (SATIN 1996) kompetensi dan bahwasanya masalah-masalah pasien bisa
saling terkait satu sama lain.
Setiap bidang mampu mengembangkan diri bersama;
Model Unidisiplin mereka bertemu unfuk mengevaluasi masalah yang sedang
Pada model ini setiap disiplin (ilmu) membuat rencana, dihadapi; membicarakan tujuan spesifik yang harus
bekerja (praktik) dan mendapatkan pengalaman secara dicapai serta berbagai intervensi yang harus diambil untuk
sendiri-sendiri, tanpa memperhatikan bahwa ada disiplin mencapai tujuan tadi. Pekeq'aan, tugas dan tanggung jawab
lain yang juga bisa berkembang bersama. Pada model ini diterapkan tidak semata-mata berdasarkan disiplin atau
dokter atau tenaga kesehatan yang bekerja bahkan kerap bidang terkait namun juga berdasarkan kompetensi atau
tidak memahami keberadaan disiplin lain yang bisa kemampuan individu, maupun atas dasar kebutuhan dan
berperan. Perkembangan profesionalisme terj adi masing- situasi masalah yang sedang dihadapi.
masing di dalam disiplinterkait. Pengembangan individu- Peran dan tanggung jawab setiap disiplin tidaklah kaku
baik dalam hal kompetensi, minat maupun hubungan namun dapat beralih sesuai perkembangan masalah yang
profesi di luar bidangnya dianggap sebagai sesuatu yang ada saat itu. Pada model ini, identitas dan praktik masing-
'aneh' dan tidak profesional. masing bidang tidak terikat pada disiplin terkait, melainkan
bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan paparan
Model Paradisiplin dengan disiplin lain saat bekerja, juga dengan pengalaman
Di sini, setiap disiplin atau bidang membuat teflcan:a, yang didapat serta sejalan dengan perkembangan
praktik dan memperoleh pengalaman secara sendiri-sendiri kebutuhan profesional yang semakin mendalam; yang
walau mengetahui bahwa terdapat disiplin lain yang juga lebih penting adalah sesuai pula dengan kemampuan dan
bisa turut berperan. Pengakuan keberadaan disiplin lain ketertarikan untuk mengembangkan profesinya masing-
tidak termasuk kompetensi dan peran profesinya. Berbagai masmg.
data maupun laporan yang masuk boleh saja dipelajari atau
dibaca oleh disiplin lain, namun tidak dirasakan perlunya
Model Pandisiplin
meminta keikut-sertaan disiplin lain tersebut secara
Sebagian geriatrisien melihat geriatri/gerontologi sebagai
profesional.
sebuah ilmu yang terpisah dari ilmu lain (sebagai satu
Model ini lazim terdapat pada fasilitas kesehatan yang
kesatuan ilmu tersendiri); dan tidak dilihat sebagai
multispesialistik dimana pasien bisa saja dirujuk ke
subspesialisasi dari ilmu tertentu. Mereka menganggap
berbagai departemen hanya dengan surat rujukan dan
ilmu geriatri sebagai ilmu yang meliputi pula kompetensi
catatanmedik.
di bidang sosiologi, pendidikan, advokasi, selain di bidang
intervensi pengobatan dan evaluasinya. Implikasinya
Mode! Multidisiplin adalah seorang geriatrisien menganggap dirinya
Model ini paling sering keliru diinterpretasikan sebagai mempunyai kompetensi primer di semua ranah proses
model interdisiplin. Berbagai disiplin atau bidang ilmu penuaan. Ia menganggap dirinya paling kompeten sebagai
berupaya untuk mengintegrasikan pelayanan demi konsultan, praktisi maupun pendidik sekaligus.
PENGKA"TIAN PARIPURNA PADA PASIEN GERIATRI 771

IMPLIKASI KLINIS sama dan keakraban yang lebih kental; hubungan kerja
juga lebih fleksibel. Ketiga, ranah keluasan ilmu dan
Dalam pengelolaan pasien geriatri diperlukan kompetensi ketrampilan yang dimiliki -dan akan diterapkanmerupakan
berbagai disiplin ilmu; hal tersebut karena: kebutuhan jenis yang paling komprehensif(: paripurna); terdapat pula rasa
pelayanan kesehatan pada populasi usia lanjut beragam saling menghormati, keinginan untuk memikul bersama
di samping karakteristik multipatologi yang melekat pada beban yang berat serta hasrat untuk saling berbagi
mereka. Aspek fisik, emosional, psiko-sosial, kognitif, pengalaman dan pengetahuan. Keempat, peran yang
hubungan interpersonal dan aspek material saling diemban tidak diterapkan berdasarkan disiplin atau bidang
mempengaruhi pada saat mengelola pasien geriatri. Karena ilmu semata namun lebih ditekankan kepada kompetensi
banyak disiplin atau bidang ilmu yang terkait dan juga tenaga yang bersangkutan dan tidak terlepas dari,,
berbagai jenis sarana kesehatan yang dibutuhkan- maka karakteristik personal setiap anggota tim, sesuai kebutuhdn
amatlah beralasan untuk mengerti dan memahami struktur saat itu. Kelima, pada model ini akan terlihat bahwa
hubungan kerja di antara berbagai pihak tersebut; tidak kompetensi dan identitas bidang ilmu dapat berkembang
saja demi kepentingan pasien berusia lanjut, namun juga tidak saja didalam disiplinnya sendiri namun dipengaruhi
demi efektivitas kerja dan kepuasan bekerja pelaku layanan oleh pengalaman profesional, kemampuan pengembangan
kesehatan. ketrampilan diri pribadi dan ketertarikan (interest) unt.tk
Terdapat tiga hal penting yang memberikan ciri pada mengembangkan diri serta adanya kontak denganl
berbagai model pendekatan tadi: pertama adalah pengalaman belajar dari disiplin lain. Dengan kata lain
mengetahui dan memahami adanya disiplin atau bidang identitas profesi bisa diperkaya.
ilmu lain yang terkait atau yang ikut berperan, bobot Mengapa diperlukan suatu model yang interdisiplin?
kebersamaan saat membuat perencanaan, dan klasifikasi Menangani pasien geriatri memerlukan ketrampilan
peran masing-masing. Pada model unidisiplin, keberudaan khusus yang menuntut pemahaman bahwa 1) perjalanan
disiplin lain tidak dipahami dan tidak ada ke{a sama dengan penyakitnya (atau masalah-masalah kesehatannya) lazim
bidang lain. Pada model paradisiplin, disiplin ilmu lain mulai bersifat interdependensi dan 2) sumber-sumber yang dapat
ikut berperan, namun hubungannya baru sekedar berbagi dimanfaatkan untuk mengatasi masalah juga mengandung
informasi. Pada model multidisiplin, setiap bidang sudah interdependensi (saling tergantung, saling berpengaruh).
ikut berperan cukup besar dan melakukan perencanaan Pengkajian pada pasien geriatri yang dilakukan oleh
pengelolaan secara bersama. Perlu diperhatikan bahwa berbagai disiplin dalam konteks berpikir yang seirama
sampai di sini semua disiplin atau bidang terkait melakukan membuat pengelola kesehatan mampu melihat pasien dari
aktivitas mereka berdasarkan batasan ilmu masing-masing semua sudut secara lengkap sehingga penatalaksanaannya
(strictly distinct and isolated): secara konseptual dan bisa lebih efisien dan paripuma.
operasional peran tiap disiplin sudah terpisah-pisah, setiap Dalam pelaksanaannya, pendekatan yang bersifat
lenaga kesehatan di bidangnya bekerja dan memperoleh multidimensi ini tidak selalu membutuhkan begitu banyak
pengalaman secara eksklusif (walaupun tiap bidang bisa lenaga ahli yang bekerja di dalam tim. Satu sampai tiga
saja mengikuti proses pendidikan di disiplin lain atau drang dokter ahli (misalnya seorang dokter ahli rehabilitasi
berkontribusi di sarana kesehatan yang terkait). Oleh medik, seorang psikiater geriatri, dan seorang internis
sebab itu, kompetensi dan identitas disiplin ilmu geriatri) ditambah seorang dokter gigi dapat bertindak
berkembang di dalam disiplin masing-masing. selaku anggota tim dokter yangtetap bersama mitra kerja
Pada model pandisiplin, sama saja dengan yang telah dari berbagai disiplin lain seperti tim rehabilitasi medik,
disebut terlebih dahulu; mereka menganggap yang paling ahli gizi,perawat gerontik dan ahli farmasi klinik. Personil
mengetahui perihal pengobatan pada pasien geriatri. dari bidang lain dapat ikut serta dalam tim tersebut jika
Semua ditangani sendiri dan merasa tidak perlu bantuan memang terdapat masalah kesehatan spesifik. Seorang
disiplin atau bidang ilmu lain. Sesungguhnya model inilah petugas sosio-medik (social worker) maupun anggota tim
yang paling terisolasi. rehabilitasi medik yang lain (petugas terapi f,rsik, petugas
Model interdisiplin paling berbeda,pertama ia sangat terapi okupasi, petugas terapi wicara) harus memahami
menyadari adanya tumpang tindih kompetensi dan relevansi berbagai masalah medik yang adapada pasien
kemudian menerapkannya dalam praktek sehari-hari. Di agar upaya-upaya mereka efektif. Seorang psikiater geriatri
satu sisi menemu-kenali keunikan peran berbagai disiplin juga dituntut untuk memahami perjalanan klinik pasien
dan bahwa keberadaan mereka tidak dapat diabaikan, secara lengkap agar sudut telaahnya lengkap dan
namun sebenarnya di sisi lain hal ini justru merupakan pengobatan yang diberikan menjadi relevan; demikian pula
modal bersama (yang besar) dalam kerangka mengatasi seorang intemis geriatri harus memandang pasien tidak
problem pasien geriatri yang memang kompleks. saja dari sudut medik (fisik-biologik) namun juga perlu
Kedua, dalam praktek sehari-hari ketika menangani memperhatikan aspek psiko-sosialnya agar pendekatannya
pasien maupun dalam proses pendidikan maka di antara diperkaya dengan aspek-aspek lain dari kehidupan pasien
masing-masing anggota disiplin ilmu biasanya terjalin kerja tersebut. Tujuan penatalaksanaan fraktur femur akan
772 GERIAIRI

berbeda pada pasien dengan atautanpa demensia berat; dari aspek bio-psiko-sosial maka penatalaksanaan pasien
seorang internis geriatri yang merawat bersama ahli bedah juga ditilik dari semua kurun waktu perjalanan masalah
orthopedi harus memahami hal ini. Demikianpula dengan kesehatan. Aspek kuratif yang selama ini menjadi
perawat, ia tidak hanya harus melaksanakan berbagai penekanan utama harus diimbangi dengan pemberian
tindakan keperawatan namun juga harus memahami perhatian pada aspek rehabilitatif, preventif dan promotif.
mengapa pasien yang ia asuh tidak kunjung mampu Ketika dokter merawat pasien geriatri dengan demensia
melaksanakan aktivitas hidup dasar secara mandiri? ringan, maka keluarga harus diberi edukasi tentang
Seorang dokter gigi tidak sekedar mengobati masalah gigi perjalanan penyakit yang nantinya akan berkembang
pasien, namun ia mempunyai perhatian (concern) yang menjadi demensia sedang dan akhirnya demensia berat.
mendalam mengenai relevansinya bagi asupan makanan Keluarga pasien harus diberi informasi yang memadai
maupun proses penyembuhan dan pemulihan pasien. bahwa pasien dengan demensia potensial memiliki
Dengan perkataan lain, semua pefugas kesehatan yang berbagai masalah psiko-sosial yang menyertainya. Mereka
mempunyai predikat profesi sebagai geriatris (baik itu perlu diperkenalkan kepada konsep pelaku rawat; konsep
intemis, psikiater, dokter spesialis rehabilitasi medik, dokter status fungsional, konsep continuum of care (asuhan
gigi, perawat, ahli gizi, tim rehabilitasi medik, ahli farmasi berkesinambungan) yang semuanya amat diperlukan dalam
klinik) harus memiliki sudut pandang multidimensi dalam mengasuh pasien demensia . Hal-hal tersebut di atas
mengelola pasien geriatri. Kemampuan memandang masalah merupakan salah satu contoh tindakan promosi dan
kesehatan pasien secara multidimensi tidak boleh diartikan prevensi di bidang geriatri.
sebagai pelanggaran terhadap autoritas ekspertise disiplin Sebagai contoh lain dapat disampaikan, seorang pasien
yang bukan bidang ilmu utamanya. Dengan kemampuan geriatri yang masuk untuk dirawat di rumah sakit karena
tersebut maka masing-masing pihak mempunyai bahasa pneumonia, maka mutlak diperlukan pengkajian kesehatan
yang sama dalam memandang persoalan pasien sehingga gigi dan mulut. Adakah penyakit-penyakit gigi yang bisa
komunikasi bisa lebih baik, penetapan daftar masalah dan merupakan fokus infeksi dan sumber kolonisasi kumar di
penyusunan rencana bisa lebih terkoordinir dan pada orofarings? Seperti diketahui kolonisasi kuman orofarings
gilirannya efisiensi pengelolaan bisa lebih terjamin. merupakan salah satu faktor risiko penting untuk kejadian
Jadi untuk penerapan pendekatan paripurna pada pneumonia. Tindakan pengkajian kesehatan gigi dan mulut
pasien geriatri ini diperlukan suatu pendekatan klinik yang di atas merupakan pendekatan preventif yang dilakukan
bersifat interdisiplin. Ruang rawat akut yang diperlukan dalam rangka mencegah berulangnya pneumonia.
untuk melakukan berbagai program bagi pasien dan Masih contoh unhrk pasien dengan pneumonia, disadari
keluarga harus dikelola dengan prinsip-prinsip bahwa pada pasien geriatri terdapat berbagai penunrnan
interdisiplin. Pada setiap kesempatan maka semua anggota faal organ termasuk sistem pemapasan. Pada keadaan ini
yang terlibat di dalam penanganan pasien harus dapat atau terdapat kesulitan pasien untuk mengeluarkan sputum
dimungkinkan untuk berkomunikasi tanpa hambatan. karena kelemahan umum yang mempengaruhi kemampuan
Ruang rawatharus dimanfaatkan secara optimal tidak saja batuk. Pasien perlu mendapat bantuan dari luar berupa
oleh yang empunya pasien (biasanya internis) namun juga vibrasi atau tapping agar dahak dapat diluruhkan;
harus terasa 'dimiliki' oleh disiplin lain. Selain sarana dasar selanjutnya pasien dibantu untuk mengeluarkan dahak
sebuah ruang rawat maka perlu diperhatikan beberapa dengan latihan posisi maupun latihan batuk. Tindakan-
modifikasi (misah'rya railing atau pegangan untuk berj alan, tindakan semua itu tidak dapat dilakukan jika program
ketinggian j amban harus disesuaikan, harus tersedia ruang rehabilitasi medik tidak diterapkan. Sputum yang tidak efektif
rehabilitasi akut dengan beberapa perlengkapan dasar). dikeluarkan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya
Selain sarana, maka perlu pula dipahami perlunya sistem kuman sehingga masa rawat pasien bisa memanjang.
pelayanan yang bersifat lebih intensif. Hal ini amat penting Selain hal di atas, semua tenaga kesehatan yang terlibat
mengingat daya cadangan faali pasien geriatri telah harus memahami bahwa penatalaksanaan pasien
menurun sehingga tergantung pada asuhan dari luar. merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. Dalam artian
Asuhan yang diberikan tidak hanya perlu diperhatikan dari praktikal dapat disampaikan bahwa, pemberian obat (oral
sisi kualitasnya namun juga kuantitas dan intensitas atau inj eksi) tidaklah cukup ; modalitas non-farmakolo gik
pemberiannya. juga harus ditilik perannya. Selanjutnya, program nutrisi
Selain hal-hal di atas maka masih terdapat beberapa dan pemberian cairan yang memadai harus diperhatikan
aspek lain dari P3G ini yang perlu ditilik, seperti yang akan dengan seksama dan dievaluasi berkala. Lebih lanjut lagi,
dikemukakan pada butir berikut ini. program asuhan psikologik dan sosial juga perlu
dikembangkan sejalan dengan program yang disebutkan
sebelumnya. Dalam kaitan dengan telaah pasien sebagai
NUANSA LAIN P3G manusia yang utuh maka program aktivitas (fisik dan
mental) harus pula dikaji dan diprogram sesuai dengan
Selain sudut pandang multidimensi yang menelaah pasien penemuan yatg ada dan perkembangan yang terjadi.
PENGKA"IIAN PARIPURNA PADA PASIEN GERIATRI 773

MANFAAT P3G Selain itu, pengkajian paripuma pada pasien geriatri ini
akan mampu menjaring berbagai pemeriksaan penunjang
Selama sekitar satu dekade terakhir ini telah dilakukan yang diprioritaskan. Dalam kurun waktu yang simultan atau
berbagai telaah untuk mengkaji manfaat P3G di berbagai singkat maka anggota tim dapat selalu berkomunikasi untuk
tempat. Bukti manfaat terutama dapat dilihat.pada membicarakan pemeriksaan apa yang diperlukan. Keadaan
pengkajian dan penerapan pendekatan paripurna yang ini akan menghindarkan duplikasi serta mencegah
dilanjutkan dengan tindak lanjut sesuai pengkajian awal permintaan pemeriksaan penunjang yang sebenarnya tidak
sebelumnya. diperlukan atau 'salah minta' karena dilakukan oleh bidang
Keluaran yang diukur pada berbagai penelitian tentang yang kurang kompeten. Perlu dicatat bahwa biaya untuk
manfaat P3G antara lain: lama rartrat, perubahan status pemeriksaan penunjang biasanya lebih besar (kalau tak
fungsional, perubahan kualitas hidup, biaya perawatan, dapat disebut didominasi) oleh pemeriksaan saat pasien
sintasan yang lebih baik, perawatan ulang baru masuk di rumah sakit. Sej ak tahun I 994 hingga tahun
(rehospitalisation) yang makin jarang serta kepuasan 2003 berbagai penelitian yang mengkaji masalah ini
pasien dan keluarga. Untuk telaah yang mengukur mendapatkan bahwa P3 G leb th cost-effective dibandingkan
efektivitas biay a (cos t-effectivenes s) maka patut pula dikaji dengan pendekatan konvensional.
mengenai return of investmenl dan kepuasan tenaga Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pengelolaan
kesehatan. Kedua hal tersebut terakhir sangat berkaitan pasien geriatri amat dititik-beratkan pada aspek kualitas
dengan kesinambungan program yang diterapkan. hidup yang dapat dicapai. Tinjauan kualitas hidup menjadi
Trentini (2001) melakukan penelitian terhadap 79 pasien penting karena acap kali tujuan kuratif mungkin tidak
geriatri yang dikelola dengan pendekatan paripurna yang sepenuhnya tercapai. Cohen (2002) melakukan uji klinik
dibandingkan dengan kelompok kontrol (73 pasien geriatri tersamar ganda pada 1388 pasien di 11 unit perawatan.
yang dikelola dengan pendekatan konvensional). Keluaran yang dinilai adalah kualitas hidup terkait
Didapatkan bahwa lama rawat kelompok intervensi (20,3 kesehatan serta kesintasan (survival). Penilaian kualitas
hari) lebih singkat dari kelompok kontrol (32,7 harl) (p < hidup terkait kesehatan dilakukan dengan menggunakan
0,05 ). Elliot ( I 998) melakukan pengamatan terhadap pasien perangkat Medical Outcome Study 36-Item Short-Form
geriatri yang mengalami fraktur femur. Kelompok intervensi General Health Surttey (SF-36). Penilaian dilaksanakan
dikelola dengan pendekatan interdisiplin sedangkan setahun setelah randomisasi. Pada saat pasien pulang
kelompok kontrol dengan sistem konvensional. Pada diperoleh perbaikan pada empat ranah dari delapan ranah
pengamatan tersebut didapatkan pula bahwa lama rawat yang dinilai, perbaikan angkaADL dan perbaikan keadaan
pasien pada kelompok intervensi hanya 20,7 hari sementara umum dibandingkan kelompok kontrol. Pada satu tahun
kelompok kontrol selama 28 hari (p<0,05). setelah randomisasi temyata bahkan terdapat perbaikan
Cohen et al (2002) melakr-rkan penelitian untuk mengkaji skor SF-36 subskor fungsi kognitif. Fungsi kognitif yang
efek P3G terhadap status fungsional pasien. Diperoleh hasil membaik turut menentukan kualitas hidup karena terkait
dimana tingkat ketergantungan pasien yang dikelola secara dengan perilaku dan perubahan gejala psikologik ; hal ini
paripurna tidak menurun secepat pasien yang dikelola ditemukan pada pasien dengan demensia. Fetter (2003)
secara konvensional. Hal yang sama juga diperoleh Stuck menggunakan pendekatan paripurna ini untuk mengelola
(199'7), Anirzadeh (2000) dan Trentini (200 l). pasien yang harus menjalani terapi infus di rumah pada
Seorang pasien geriatri yang sedang mengalami kondisi program asuhan rumah. Ia mendapati manfaat pendekatan
sakit akut akan menjadi imobil; imobilitas ini mengandung ini terutama dalam hal kemampuannya mencegah kematian
konsekuensi yang luas. Imobilitas hampir selalu identik prematur dan terjadinya penyakit-penyakit yang fatal
dengan tingkat ketergantungan yang berat atau bahkan (pneumonia, trombosis vena dalam) sehingga kualitas
total. Pada kondisi ini hampir semua kegiatan dan pasien dankeluargayang merawat di rumahjuga memadai.
kebutuhan pasien harus dibantu. Dengan membaiknya Pengaruh P3G terhadap kesintasan masih mengandung
kondisi klinikpasien maka diharapkan terjadi pula perbaikan kontroversi. Aminzadeh (2000) melakukan telaah pada
status fungsional. Keadaan ini pada pasien geriahi juga berbagai laporan penelitian berbahasa Inggris dari tahun
berlaku sebaliknya, dimana semakin cepat pasien menuju 1980 hingga 1999. Khusus untuk keluaran kesintasan
ke arah tingkat mobilitas lebih tinggi maka hal itu akan diperoleh gambaran bahwa pada penelitian yang dilakukan
memberikan pengaruh positif terhadap perjalanan pasien terhadap pasien usia sangat lanjut dan stadium terminal
ke arah pemulihan. Dengan kata lain maka kondisi tersebut serta pasien dengan status fungsional mandiri maka
akan mempercepat kemampuan pasien untuk transfer dan manfaat P3G tidak jelas terlihat; pada kasus-kasus di luar
berbagai kondisi yang menceflninkan kemandirian. Pada spesifikasi tersebut masih dapat dilihat manfaahrya. Hasil
gilirannya maka lama perawatan di rumah sakit akan terbaik dapat dilihat pada pasien yang berusia sekitar 75
berkurang. tahun dan pada pasien dengan hendaya yang reversibel;
Memendeknya masa perawatan dapat dipahami akan kondisi seperti ini terdapat p ada l0-25oh dari pasien yang
mengurangi jumlah biaya yang harus dikeluarkan pasien. dirawat inap.
774 GERIITITI

Sarana pemeliharaan kesehatan usia lanjut yang pengaruh terhadap sebaran penyakit terutama di segmen
disediakan oleh pemerintah untuk penduduk sampai di populasi berusia lanjut. Transisi epidemiologi yang
tingkat kelurahan masih kurang memadai. Pasien geriatri menyertai tersebut mengakibatkan munculnya berbagai
yang baru saja pulang dari perawatan masih mengalami masalah pada penatalaksanaan pasien geriatri yang
kelemahan umum. Fase pemulihan pada kelompok ini memiliki karakteristik khusus. Keadaan tersebut pada
memerlukan waktu yang lebih panjang. Karena hal tersebut gilirannya menyebabkan perlunya sebuah pendekatan
maka jika pasien sudah berada di rumah maka ia terpajan paripurna bagi pasien geriatri. Komponen pada
pada risiko untuk dirawat kembali karena beberapa hal: pendekatan paripurna pasien geriatri harus dilaksanakan
program rumatan untuk mempertahankan kemandirian tidak dengan sistem ke{a yang bersifat interdisiplin. Pendekatan
tersedia sehingga pasien lebih mudah berisiko untuk tadi jika dilaksanakan dengan optimal akan memperbaiki
imobilisasi dengan berbagai penyulitnya. Pemantauan keluaran (outcome) penatalaksanaan pasien geriatri;
asupan nutrien dan kesinambungan obat juga tidak
tef amin seyogyanya penatalaksanaan yang paripurna tersebut
karena terbatasnya keberadaan sarana dan sumber daya tidak saja terselenggara di rumah sakit pendidikan, oleh
tenaga kesehatan yang dekat dengan mereka. Pada tim terpadu geriatri, namun juga oleh berbagai jenis tenaga
gilirannya maka pasien tersebut akan mudah jatuh dalam kesehatan di semua lini pelayanan kesehatan.
sindroma dekondisi dan penyulit-penyulitnya sehingga
terj adi rehospitalisasi.
Pada pendekatan yang paripuma maka sejak awal pasien REFERENSI
dan keluarganya diajak berperan serta melpksanakan
berbagai program yang menunjang tercapainya fase Adelman AM. Managing Chronic Illness. ft: Adelman AM, Daly
pemulihan yang lebih optimal. Keluarga diajari untuk MP, eds.20 Common Problems Geriatrics,lst ed. New
York:McGraw-Hi11; 200 1.p.3-14.
memahami dan bersedia turut serta dalam program
Agostini JV, Inouye SK. Delirium. In: Hazzard WR, Blass JP, Ettinger
rehabilitasi di rumah misalnya. Dengan kondisi seperti itu
WH, Halter JF, Ouslander JG, Tinetti ME, eds. Principles of
maka harnbatan ketidaktersediaan fasilitas rehabilitasi sampai Geriatric Medicine and Gerontology. New York: McGraw-
di tingkat kelurahan seyogyanya mampu disikapi dengan Hill;2003.p.1503-5.
lebih baik. Rainfray (2002) memperlihatkan bahwa pasien Aminzadeh F. Adherence to Recommendations of Community-Based
geriati (batrkan yang rapuh sekalipun) yang dikelola dengan Comprehensive Geriatric Assessment Programmes. Age and Age-
pendekatan paripuma bisa dicegah dari kondisi akut yang ing.2000;29:401-07 .

memerlukan perawatan segera (acute emergency referral) Apfeldorf WJ, Alexopoulos GS. Late-Life Mood Disorders. ft:
Hazzard WR, Blass JP, Ettinger WH, Halter JF, Ouslander JG
seperti jatuh, instabilitas, kekurangan asupan makanan,
Tinetti ME, eds. Principles of Geriatric Medicine and Gerontol-
dehidrasi. Naylor et al (1999)jugamendapatkanbahwa dari ogy. New York: McGraw-Hi11,2003 :1443-7 .
363 pasien geriatri rawat inap yang diteliti ternyata hanya Betes-Jensen BM. Quality Indicators for Prevention and Manage-
6,2o/o dari kelompok intervensi yang mmerlukan ment of Pressure ljlcers in Vulnerable Elders. Ann Intem Med
rehospitalisai berulang (mulitiple readmission) 2001;,135:7 44-51.
dibandingkan dengan 14,5o/o pada kelompok kontrol 1p : Brummel-Smith K. Assessment in Rehabilitation. In: Osterweil D,
Brummel-Smith K, Beck JC, eds. Comprehensive Geriatric As-
0,01). Waktu menjelang rehospitalisasi lebih lama pada
sessment. New York: McGraw-Hill; 2000.p.154-5.
kelompokintervensi dibandingkan kontrol (p < 0,001).
Butler RN et al. Uinary Incontinence: Keys to Diagnosis of The
Thorsten (1999) mengevaluasi program P3G yang Older Woman. Geriatrics October 1999;54(10):22-6.
diterapkan pada pasien rawat inap untuk melihat Cohen HJ, Feussner JR, Weinberger M, et al. A Controlled Trial of
manfaatnya dalam menunda rehospitalisasi, biaya Inpatient and Outpatient Geriatric Evaluation and Management.
langsung (direct cost) dar, kesintasan. Walaupun tidak N Engl J Med,2002;346(12):905-91 1.

terdapat perbedaan kesintasan yang bermakna (mortalitas Damping CE. Depresi pada Geriatri: Apa Kekhususannya? Dalam:
Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003. Iakarta: Pusat Informasi
18,2o/opada kelompok dengan P3G dan mortalitas 17,3%o
dan Penerbitan Bagian I.Penyakit Dalam FKUI; 2003.p.107-11.
pada kelompok kontrol, p > 0,05) dan laju rehospitalisasi
Elliot JR, Wilkinson TJ, Hanger HC, Gilchrist NL, Sainsbury R,
namun terdapat perbaikan pada parameter lain. Perbaikan Shamy S, Rothwell A. The Added Effectiveness of Early Geri-
yang nampak adalah: status fungsional, memendeknya atrician Involvement on Acute Orthopaedic Wards to
lama rawat, serta jumlah yang harus masuk ke panti rawat Orthogeriatric Rehabilitation. N Z Med J. 1996 Mar 8 ; 109
werdha makin kecil pada kelompok intervensi ; biaya- (t0r7) :72-73
langsung rawat inap juga lebih rendah pada kelompok Elon R, Phillips C, Loome JF, Denman S, Woods A. General Issues
and Comprehensive Approach to Assessment of Elders. 1z:
intervensi.
Osterweil D,Brummel-Smith K, Beck JC,eds. Comprehensive
Geriatric Assessment. New York:McGraw-Hill;2000.p.1-17.
Fetter MS. Geriatric Assessment and Management Protocols: Issues
KESIMPULAN for Home Infusion Therapy Providers. J Infus Nurs. 2003
May-June; 26 (3) : 153-160.
Transisi demografi yang sedang terjadi saat ini membawa Fitzpatrick R, Davey C. Assessing Quality of Life. In: Evans LG,
PENGI(A"IIAII PARIPURNA PADA PASIEN GERIATRI 775

Williams TF, Beattie BL, Michel J-P, Wilcock GK, eds. Oxford Reuben DB. Principles of Geriatric Care. In: Hazzard WR, Blass JP,
Textbook of Geriatric Medicine. New York:Oxford University Ettinger WH, Halter JF, Ouslander JG, Tinetti ME, eds. Prin-
Press;2000.p. 1 147 -52. ciples of Geriatric Medicine and Gerontology. New York:
Geriatric Interdisciplinary Team Training Implementation l\{anual McGraw-Hill;2003.p. 99- 1 02.
2001. Model Approaches to GITT. Chapter 6. New York :John Satin DG. The Interdisciplinary, Integrated Approach to Profesional
A Hartford Foundation;2001.p.1 -12. Practice with the Aged. In: Satin DG Blakeney BA, Bottomley
Kalache A, Keller I. Population Ageing in Developing Countries: JM, Howe MC, Smith HD, eds. The Clinical Care of the Aged
Demographic Aspects. In: Evans LG, Williams TF, Beattie BL, Person, An Interdisciplinary Perspective. New York: Oxford Uni-
Michel J-P, Wilcock GK, eds. Oxford Textbook of Geriatric versity Press ; I 996.p.39I -402.
Medicine. New York:Oxford University Press;2000.p.26-32. Semeraro STM, Motta M. Effectiveness of Geriatric Evaluation
Kenny RA. Falls and Syncope. In: Evans JG Williams TF, Beattie and C4r6. One-year results of a Multicenter Randomized Clini-
BL, Michel J-P, Wilcock GK, eds. Oxford Textbook of Geriat- cal Trial. Aging (Milano),2001;13(5):395-404.
ric Medicine. Oxford: Oxford University Press; 2000.p. 111-4. Setiati S. Implikasi Klinik Imobilitas pada Pasien Geriatri. Dalam:
King MB. Falls. 1n: Hazzard WR, Blass JP, Ettinger WH, Halter JF, Prosiding Temu ilmiah Geriatri 2004. Jakarta: Pusat Informasi
Ouslander JG Tinetti ME, eds. Principles of Geriatric Medicine dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2004.p. I-5.
and Gerontology. New York: McGraw-Hi11;2003.p. 1517-20. Soejono CH. Imobilisasi dan Penyulitnya. Dalam: Prosiding Temu
Kossovsky MP, Sarasin FP, Chopard P, et al. Relationship Between Ilmiah Nasional Geriatri I-Kongres Nasional ke-2 PERGEMI.
Hospital Lengthf of Stay And Quality of Care in Patients with Semarang: Panitia KONAS II PERGEMI,2003.
Congestive Heart Failure. Qual Saf Health Care 2002;ll:219- Soejono CH. Pendekatan Klinis Pasien Geriatri dengan 'Jatuh'.
223. Dalam: Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003. Jakarta: Pusat
Luk JK, Or KH, Woo J Using the Comprehensive Geriatric Assess- Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
ment Technique to assess Elderly Patients. Hong Kong Med J. 2003.p.129-32.
2000 Mar; 6 (1) : 93-98. Stuck AE. Multidimensional Geriatric Assessment in the Acute
Makmun LH, Soejono CZH, Setiati S, Sari NK, Govinda A. Laporan Hospital and Ambulatory Practice Schweiz Med Wochenschr.
Tahunan Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam 1997:127 (4j): I 78 I -8 8.
RSUPN CM / FKUI Tahun 2000. Jakarta: tidak diterbitkan. Supartondo. Pendekatan Holistik Seorang Dokter Penyakit Dalam,
Nasrun MWS. Diagnosis dan Tatalaksana Demensia Alzheimer dalam Pada Penatalaksanaan Pasien. Disampaikan pada:"sarasehan
Praktik. Dalam: Prosiding Temu Ilmiah Geria.;.i 2002. Jakafia: 'Pendekatan Holistik Terhadap Pasien' , 14 Maret 2002. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian I.Penyakit Dalam FKUI; Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN CM.
2002.p. 5l-6. Supartondo. Pendekatan Klinik Pasien Geriatri di Rawat Jalan dan
National Institutes of Health Consensus Development Conference Rawat Inap. Dalam: Prosiding Temu Ilmiah Geriatri
Statement. Geriatric Assessment Methods for Clinical Decision 2002 :P etatalaksanaan Pasien Geriatri/Usia Lanjut secara
Making. 1998. New York: NIH: 1-7. Terpadu dan Paripurna. Jakarta: PIP Bagian Ilmu Penyakit
Naylor MD, e/ al. Comprehensive Discharge Planning and Home Dalam FKUI; 2002.p.18-21.
Follow-up of Hospitalized Elders. JAMA. 1999 ;281' : 613-620 Thorsten N, Specht-Leible N, Bach M, Ostewr B Schlierl G. A
Nikolaus ! Specht-leible N, Bach M, Oster P, Schlierf G A Random- Randomized Trial of Comprehensive Geriatric Assessment and
ized Trial of Comprehensive Geriatric Assessment and Home Home Intervention in the Care of Hospitalized Patients. Age
Intervention in the Care of Hospitalized Patients. Age and Age- and Ageing. 1999;28:543-550.
ing 1999;28:543-550. Trentini M. Semeraro S, Motta M. Effectiveness of Geriatric
Nuhonni SA. Jenis dan Penyebab Mengompol dan Beser. Makalah: Evaluation and Care. One -year Results of a Multicenter RCT.
Masalah Mengompol dan Beser. Iakarta, Simposium Sehari : Aging (Milano). 2001 Oct ; 13(5) : 395-405.
Inkontinensia pada Usia Lanjut, 2001. White SJ, el al. Effectiveness of an Inpatient Geriatric Service in a
Osterweil D, Brummel-Smith K, Beck JC. Preface. 1n: Comprehen- University Hospital. J Tenn Med Assoc. 1994 Oct; 87 (10) :
sive Geriatric Assessment. New York: McGraw-Hi11,2000:xiii- 425-8.
xv1. Wieland D, Hifih V. Comprehensive Geriatric Assessment in Cancer
Penhall RK. Understanding Geriatric Assessment. Dalam: Asuhan Patients. Cancer Control. 2003 Nov-Dec; 10 (6) :454 - 462.
Berkesinambungan pada Usia Lanjut dan Pasien Geriatri. Prosiding Williams ME. The Approach to Managing the Elderly Patients.
Temu Ilmiah Nasional Geriatri III. Jakarta: Pusat Informasi dan In'.Hazzard WR, Blass JP, Ettinger WH, Halter JF, Ouslander JG,
Penerbitan Penyakit Dalam FKUI;2004.p.60-65. eds. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. New
Purba JS. Demensia dan Penyakit Alzheimer. Dalam: Prosiding Temu York: McGraw -Hill;l 999.p.249 - 52.
Ilmiah Geriatri 2002. lakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan World Health Organization. International Classification of
Bagian I.Penyakit Dalam FKUI; 2002.p. 78-83. Functioning, Disability and Health. Geneva: World Health Or-
Rainfray M, Bourdel_marchasson I, Dehail B Richard-Harston S. ganization, 2001.
Comprehensive Geriatric Assessment: A Useful Tool for
Prevention of Acute Situation in the Elderly. Ann Med Intern.
2002 Oct;153 (6) : 397-402.
t24
PEDOMAN MEMBERI OBAT PADA PASIEN
GERIATRI SERTA MENGATASI MASALAH
POLIEARMASI
Supaftondo, Arya Govinda Roosheroe

USIA LANJUT DAN OBAT menyesuaikan dosis obat dengan berat badan untuk
meningkatkan rasio risikolkegunaan pada pasien tua yang
Mengapa segi ini perlu mendapat perhatian khusus ? kurus.
Apakah pengolahan obat pada pasien berumur lanjut Metabolisme di hati dipengaruhi oleh umur, genotipe,
berbeda dengan prosesnya pada pasien dewasa ? gaya hidup, curahjantung, penyakit dan interaksi antara
Meskipun judul lain sudah membahas segi ini, ada berbagai obat. Obat dapat mengalami bio-transformasi di
baiknya menekankan kembali perubahan penting pada hati dengan cara oksidasi (mengaktifkan obat) dan
pasien usia lanj lut, y aitufarmakokinesis (perlakuan badan konjugasi (obat jadi inaktif). Mengecilnya massa hati dan
terhadap obat) danfarmakodinamik (yterlakuan obat pada proses menua dapat memengaruhi metabolisme obat.
badan). Unhrk obat yang ekskresinya terutama liwat ginjal
pedoman bersihan kreatinin 24 jam penting diperhatikan,
yaitu untuk memperkirakan dosis awal.
FARMAKOK!NES!S Kadar kreatinin serum tidak menggambarkan
penurunan fungsi ginjal karena massa otot berkurang pada
Ini terdiri dari absorpsi, distribusi, metabolisme dan proses menua . GFP' {6lom.filtrrate) lebihpenting dan jika
ekskresi obat. Sesudah diabsorpsi, obat melewati hati dan iurun sampai l0-50 mVmenit, dosis obat harus disesuaikan.
mengalami metabolisme pintas awal. Bila tahap ini turun,
sisa dosis obat yang masuk dalam darah dapat melebihi
perkiraan dan mungkin menambah efek obat, bahkan FARMAKODINAMIK
sampai efek yang merugikan (ADR, adverse drug
reaction: efek obat yang merugikan). Ada perubahan lain pada usia lanjut, yaitu perubahan
Pada obat dengan metabolisme pintas awal linggi ada reaksi pada reseptor seperti penurunan kegiatan reseptor
beda besar antara dosis intravena (rendah) dan dosis oral adrenergik p atau perubahan di jaringan dan organ,
(tinggi). berakibat kesadaran makin turun. Sebagai contoh : hilang
Makanan dan obat lain dapat memengaruhi absorpsi ingatan dengan b enzo diazepin.
obatyangdiberikan oral (lihat pembahasan segi interaksi). Perubahan mekanisme homeostasis tidak mampu
Distribusi obat dipengaruhi oleh berat dan komposisi mengurangi denyut jantung dan menurunkan curah
tubuh, yaitu cairan tubuh, massa otot, fungsi dan peredaran jantung waktu tekanan darah naik akibat obat pada pasien
darah berbagai organ, juga organ yang mengatur ekskresi muda. Hipotensi postural akibat obat tertentu pada pasien
obat. tua disebabkan kurang tanggapnya pengendalian liwat
Kadar albumin plasma memastikan kadar obat bebas pembuluh darah tepi yang menghasilkan tekanan darah.
dalam sirkulasi. Hal ini memerlukan pedoman yang Perubahan farmakokinesis dan farmakodinamik obat

776
PEI,OMAN PEMBERIAN OBAT PAI,A PASIEN GERIITIRI SERTA MENGITf,ASI MASALAH P'OLIFARMASI 777

harus diperhatikan oleh dokter yang meresepkan obat Kebanyakan obat digunakan untuk sistem kardiovaskular
kepada pasien tua. Makin besar jumlah obat baru tidak dan saraf pusat
memudahkantugas ini.
Faktor lain yang berperan pada pemberian obat ialah
multipatologi (adanya lebih dari satu penyakit) pada pasien MENGAPA POLIFARMASI SUKAR DIHINDARI ?
geriatri.
B erbagai alasan dikemukakan.
. Penyakit yang diderita banyak dan biasanya kronis.
MU LTIPATOLOGI DAN PENGOBATAN
. Obat diresepkan oleh beberapa dokter.
. Kurang koordinasi dalam pengelolaan.
Walaupun cara nonfarmakologi juga merupakan pilihan
. Gejala yang dirasakan pasien tidakjelas.
dalam penanganan berbagai masalah, obat tetap menjadi
. Pasien meminta resep.
pilihan utama sehingga macam dan jumlah obat . Untuk menghilangkan efek samping obat justru
banyak. ditambah obat baru.
Adanya berbagai alasan di atas tidak dapat menutup
upaya mencari jalan keluar.
POLIFARMASI Leipzig mengusulkan pedoman ini. Prinsip pemberian
obat yang benar unhrk pasien usia lanjut.
Ada beberapa definisi untuk istilah ini : l). Meresepken
obat melebihi indikasi klinis; 2). Pengobatan yang Riwayat pengobatan lengkap. Pasien harus membawa
semua obat, termasuk obat tanpa resep, vitamin dan bahan
mencakup paling tidak satu obat yang tidak perlu; 3).
Penggunaan empirik lima obat atau lebih.
dari toko bahan kesehatan. Tanya tentang alergi, efek
yang merugikan (ADE), merokolg alkohol, kopi, obat wakhr
Telah dibuktikan bahwa pada pasien usia lanjut sering
santai dan siapa pemberi obat.
te{adi interaksi antara obat yang digunakan; makinbanyak
obat, makin sering interaksinya Beberapa jenis interaksi Jangan memberikan obat sebelum waktunya. Hindari
serta akibatnya perlu diketahui: memberikan resep sebelum diagnosis ditegakkan, bila
keluhan ringan atau tidak khas, atau jika manfaat
pengobatan meragukan.
Jenis lnteraksi dan Akibatnya
Obat-makanan. Bila absorpsi obat sangat dipengaruhi Jangan menggunakan obat terlalu lama. Lihat kembali
makanan, obat harus digunakan sebelum atau sesudah daftar obat setiap pemeriksaan dan sesuaikan obat dengan
makan, tergantung toleransi pasien terhadap obat waktu kebutuhan. Hentikan obat yang tidak perlu lagi. Nilai
puasa. penggunaan obat sesuai kebutuhan, juga obat tanpa
resep.
Contoh : antikoagulasi warfarin berkurang pada
suplemen nutrisi berisi vitamin K. Kenali obat yang digunakan. Ketahui sifat farmakologi
Obat-penyakit. Penyakit yang mengenai hati dan ginjal obat yang diberikan, efek merugikan dan keracunan yang
atau yar^g menghambat sampainya obat ke organ itu mungkin terjadi. Nilai dengan teliti tanda-tanda
menyebabkan interaksi yang landasannya farmakokinesis kemunduran segi fungsi dan mental yang mungkin
dan farmakodinamik.
disebabkan obat.
Contoh : perubahan prednison menjadi bentuk aktif Mulai dengan dosis rendah naikkan perlahan-lahan. Pakai
prednisolon terhambat, obstipasi bertambah karena selalu dosis terendah untuk mendapat hasil. Gunakan kadar
suplemen Ca dan opioid. obat dalam darah bila ada dan tepat untuk masalah ini.
Obat-obat. Interaksi di sinijugaberlandasan farmakokinesis Obati sesuai patokan. Gunakan dosis cukup untuk
dari tahap absorpsi sampai ekskresi. Landasan mencapai tujuan terapi, yang sesuai toleransi. Jangan
farmakodinamik dapat terjadi bila NSAID diberikan bersama mengurungkan terapi untuk penyakit yang dapat diobati.
antikoagulan oral, yang dapat menambah risiko
perdarahan. Beri dorongan supaya patuh berobat. Jelaskan kepada
pasien tujuan pengobatan dan cara mencapainya. Buat
Risiko dan akibat yang dibahas di atas sebaiknya
menjadi pedoman untuk menghindari polifarmasi.
instruksi tertulis. Pertimbangkan sulit tidaknya jadwal
pengobatan, biaya dan kemungkinan efek merugikan bila
Suatu tulisan tentang 50 pasien diabetes usia lanjut
oh memilihobat.
dengan berbagai komplikasi melaporkan bahwa 74
menggunakan kurang dari lima obat. Hati-hati menggunakan obat baru. Obat baru belum dinilai
Linjakumpu melaporkan penggunaan lebih dari 5 obat tuntas untuk kelompok usia lanjut, dan rasio risiko/
bertambah dari 19 Yo ke 25 o/o pada pasien usia lanjut. kegunaan sering tidak diketahui.
778 GERIISTI

KESIMPULAN REFERENSI

Pengalaman Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Setiati S, Roosheroe, AG, Proses menua dan implikasi klinis, Buku
Dalam FKUI RSCM menunjukkan bahwa pengelolaan Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed. 4, sedang dicetak.
- Edelberg, HK and Leipzig RM, Pharmacology, in Eskin BA, Troen
interdisiplin oleh suatu Tim Terpadu Geriatri telah lama
BR (eds) The Geripause, London, Parthenon Publ., 2003 : 31-50.
mengatasi berbagai kendala yang menyebabkan
Swonger AK and Burbank FM. Altered Pharmacokinetics and Phar-
berlangsungnya polifarmasi. macodynamics in the Elderly 1995, p.46. Jones and Bartlett
Pasien geriatri yang merupakan kesatuan bio-psiko- Pub1.
sosio-spiritual tetap dapat menggunakan beberapa pilihan Michocki RJ. Polypharmacy and Principles of Drug Therapy in
: obat, tindakan non farmakologi/tradisional untuk segi Adelman AM, Daly MP (eds) 20 Common Problems in Geriat-
biologi, obat dan bimbingan untuk segi psikologi.Untuk rics, Intern. Ed., S'pore, McGraw Hill, 2001 : 72-73.
Supartondo, Supriadi E. Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Usia
segi sosio-spiritual digunakan berbagai pendekatan berupa
...Lanjut. PIT Ilmu Penyakit Dalam 2002, hal. 154-158, Pusat
asuhan non farmakologi. Dengan cara pendekatan holistik ' Informasi dan Penerbitan, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKUI.
ini sangat mungkin polifarmasi dihindari. Linjakumpu, T et al. Use of medications and polypharmacy are
increasing among the elderly. J Clin. Epid 2002 ;55 : 809-817.
Supartondo. Kecenderungan Polifarmasi pada Multipatologi, Apa
Masalahnya ? Prosiding TI Geriatri 2003, hal. 1 - 5. Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKUI
Shenfield G. Prescribers and drug withdrawal (editorial). Australian
Prescriber vol. 28 no. 3 June 2005.
Rahayu RA, Bahar A. Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut secara
menyeluruh. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed. 4 jilid III.
r25
PELAYANAN KESEHATAN, SOSIAL DAN
KESEJAHTERAAN PADA USIA LANJUT
Hadi Martono,I Dewa Putu Pramantara S.

PENDAHULUAN usia lanjut, sehingga dalam GBHN 1993 usia lanjut


mendapat perlakuan tersendiri, walaupun masih dalam seksi
Pelayanan kesehatan dan sosial-kesejahteraan pada bersama perempuan dan remaj a. GBHN I 998 diharapkan
segmen usia lanjut (usila) tidak dapat dipisahkan satu sama memberikan perhatian yang lebih bagi para usia lanjut.
lain. Hal ini sesuai dengan definisi Geriatri yaitu:"Health Undang-undang mengenai kesejahteraan usia lanjut (JU
and Social Care of the Elderly". Paradigma pelayanan no.13 tahun 1998) telah secara jelas mengatur berbagai
kesehatan yang tak terpisahkan dengan pelayanan sosial upaya kesejahteraan bagi para usia lanjut, akan tetapi
tersebut merupakan konsekuensi karakteristik usia lanjut. sayang sekali bahwa peraturan pelaksanaarurya belum ada,
Seperti diketahui, penyakit pada populasi usia lanjut sehingga dapat dimengerti bahwa pelaksanaannyapun
berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang menjadi belum seperti yang diharapkan. Dibandingkan
terdapat pada populasi lain. Secara singkat dapat negara maju, misalnya Amerika atau Australia, Indonesia
disimpulkan bahwa pada usia lanjut: sangat tertinggal dalam hal pemberian kesejahteraan bagi
. penyakit bersifat multipatologis atau mengenai usia lanjut ini.
multiorgarVsistem, bersifat degeneratif, saling terkait. Bahasan berikut akan mengemukakan konsep
. penyakit biasanya bersifat kronis, cenderung pelayanan kesehatan, sosial, dan kesejahteraan pada usia
menyebabkan kecacatan lama sebelum terjadinya lanjut di Indonesia dan di luar negeri.
kematian.
. sering terdapat polifarmasi dan iatrogenesis.
. biasanya juga mengandung komponen psikologis dan PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA LANJ UT
sosial.
Brocklehurst dan Allen pada tahun (1987)
menambahkan satu hal lagi yang penting, yaitu: usia
Konsep Kesehatan pada Usia Lanjut
Sebelum membicarakan tentang pelayanan kesehatan pada
lanjut juga lebih sensitif terhadap penyakit akut.
usia lanjut, terlebih dahulu akan dijelaskan perbedaan apa
Mengingat hal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa yangterdapat dalam konsep kesehatan pada usia lanjut
pelayanan kesehatan pada usia lanjut dengan sendirinya dan populasi lain.
berbeda dengan pelayanan kesehatan pada golongan
populasi lain. Sebaliknya, pelayanan kesejahteraan sosiai Pada usia lanjut terdapat 3 hal yang perlu diingat dalam
bagi warga usia lanjut secara umum boleh dikatakan masih
konsep kesehatannya, yaitu:
merupakan hal yang baru. Hal ini dikarenakan prioritas Status/kapasitas fungsional. Keadaan usia lanjut sebagai
yang diberikan pada populasi usia lanjut memang baru akibat interaksi antara fungsi kesehatan fisik, psikologis
saja mulai diperhatikan. Sebelum GBHN 1993, upayakepada dan sosial-ekonomi (religius spiritual). Interaksi dari ketiga
populasi usia lanjut selalu dikaitkan dengan istilah "usia komponen tersebut menunjukkan keadaan fungsional or-
lanjut dan jompo". Pandangan ini mulai diperbaiki, seiring ganl dan atau itbuh secara keseluruhan, sebagai gambaran
dengan peningkatan pengertian dan pemahaman tentang "kesehatan" pada usia lanjut. Status fungsional ini, yang

779
780 GERIAIRI

pada manifestasinya benipa kemampuan melakukan . Instability/Immobility


aktivitas hidup sehari-hari (AHS) baik dasar maupun in- . Incontinence
strumental seringkali bahkan lebih penting dibanding
Dari Solomon et al, California, UCLA "the 13 I" :
penegakkan diagnosis penyakit pada seseorang dan dinilai
ImmobiliQ Isolation Impaction'
dengan cara " scoring" antara lain dengan indeks dariKatz.
Instability Impotence latrogenic
Intelectual Impairment Imuno-dfficiencylnsomiia
Incontinencelnfection Imapirmentofvision.smell
Aktivitas Hidup Sehari- Aktivitas Hidup Sehari-hari Inanition hearing etc
hari (Dasar) (lnstrumental)
Makan Menulis Brocklehurst, Allen et al "the Geriatric Giants" :

Berpakaian Membaca Cerebral syndromes Bone diseases and fractures


Berjalan (ambulasi) Memasak
Autonomic disorders Incontinence
Buang air besar/kecil Membersihkan peralatan rumah
("toileting") Berbelanja Confusion and dementia Prsesure sores (decubitus)
Mandi Membersihkan pakaian (cuci- Falls
Bergerak (dari tempat setrika)
tidur atau toilet) Naik tangga di rumah bertingkat Pembagian manapun yang dipakai, seorang dokter
Mengontrol BAB/BAK Pakai telepon
(kontinensia) Menangani keuangan
wajib mencari penyebab/penyakit dari keluhan tersebut
Mematut diri (grooming) Mampu mengerjakan tugas yang untuk kemudian mengupayakan pengobatan dan
Berkomunikasi dibayar atau pekerjaan di luar pencegahannya lebih lanjut.
rumah(misalnya berkebun)
Mampu melakukan perjalanan P enyakit : D i s e as e : D i agn osls. Jenis-j enis penyakit/
jauh (menggunakan transportasi
publik, keluar kota sendiri)
diagnosis pada usia lanjut serupa dengan apayalgterjadi
pada usia muda,walaupun pada usia lanjut seringkali lebih
banyak jenis yang diakibatkan penyakit degeneratif dan
Pada usia lain hal ini tidak terjadi, dan keadaan fisik, dengan penampilan yang tidak sama dengan yang terjadi
psikis dan sosial-ekonomi seolah-olah tidak saling pada usia muda. Stieglitz (1954) telah menunjukkan
berkaitan. perbedaan penyakit pada usia muda dan usia lanjut
sebagai berikut:
Mengingat berbagai kekhususan konsep kesehatan
Pada lansia: pada usia lanjut seperti dikemukakan di atas, terdapat2
prinsip utama yang harus dipenuhi guna melaksanakan
pelayanan kesehatan pada usia lanjut, yaitu pendekatan
Holistik serta tatakerja dan tatalaksana dalam Tim.
Prinsip holistik pada pelayanan kesehatan usia lanjut
sangat unik karena menyangkut berbagai aspek, yaitu:
. Seorang pasien usia lanjut harus dipandang sebagai
manusia seutuhnya, meliputi pula lingkungan kejiwaan
Pada populasi lain: (psikologis) dan sosial ekonomi. Hal ini ditunjuktan
antara lain bahwa aspek diagnosis penyakit pada pasien
usia lanjut menggunakan tata cara khusus yang disebut
sebagai pengkajian geriatri, yang bukan saja meliputi
seluruh organ dan sistem, akan tetapi menyangkut pula
aspekkejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi.
. Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal
Sindrom geriatri. Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala atau horisontal. Secara vertikal dalam arti pemberian
(:sindrom) yang sering dikeluhkan oleh para usia lanjut pelayanan harus dimulai dari pelayanan di masyarakat
datlatau keluarganya bergantung pada peneliti dan sampai ke pelayanan rujukan tertinggi, yaitu rumah sakit
tempat penelitian, maka terdapat berbagai pembagian atas yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri.
sindrom geriatri ini yaitu: Holistik secara horisontal berarti bahwa pelayanan
Cape et al : "the O complex" : kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan
. Fall . Coffision kesejahteraan usia lanjut secara menyeluruh. Oleh
. Incontinence . Iatrogenic disorders karenanya, pelayanan kesehatan harus bekerja secara
. Irnpairedhomeostasis lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait di bidang
ConirWeber and Davison , "the Big Three": kesejahteraan, misalnya agan,a, pendidikan dan
. Intelectual Failure kebudayaan, serta dinas sosial.
PELAYANAI{ KESEHATAN SOSIAL DAI{ IGSEtrA}ITERAAN PADA USIA LANJUT 781

. Pelayanan holistik juga berarti bahwa pelayanan harus Istilah interdisiplin diberikan sebagai suatu tatakerja
mencakup aspek pencegahan (preventif), promotif, dimana masing-masing anggotanya saling tergantung
penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). (:interdependent) satu sama lain. Perbedaan dengan tim
Begitu pentingnya aspek pemulihan ini, sehingga WHO multidisiplin yang beke{a secara multidisiplin pula (seperti
menganjurkan agar diagnosis penyakit pada usia lanjut banyak tim kesehatan yang lain) dimana tujuan seolah-
harus meliputi 4 tingkatan penyakit, sebagai berikut: olah dibagi secara kaku berdasarkan disiplin masing-
- Diseuse (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada masing anggota. Pada tim interdisiplin, tujuan merupakan
pasien, misalnya penyakit j antung iskemik. tujuan bersama. Masing-masing anggota mengerjakan
- Impairmenl (kerusakan atau gangguan), yaitu tugas sesuai disiplinnya sendiri-sendiri, akan tetapi tidak
adanya gangguan atau kerusakan dari organ akibat secara kaku. (Pada skema di bawah digambarkan sebagai
penyakit, misalnya pada keadaan di atas: infark garis terputus). Disiplin lain bisa memberi saran demi
miokard akut atau kronis. tercapainya tujuan bersama. Secara periodik dilakukan
- Disabilily (ketidak-mampuan), yaitu akibat obyektif pertemuan antar anggota tim untuk mengadakan evaluasi
pada kemampuan fungsional dari organ atau kerja yang telah dicapai, dan kalau perlu mengadakan
individu tersebut. Pada kasus di atas misalnya perubahan demi tujuan bersama yang hendak dicapai.
terjadi dekompensasi jantung. Dengan perkataan lain, pada tim multidisipHn kerjasama
- Handicap (hambatan) yaitu akibat sosial dari terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep,
penyakit. Pada kasus tersebut di atas adalah sedangkan pada tim interdisiplin kerjasama meliputi
ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas pembuatan dan penyerasian konsep serta penyerasian
sosial baik di rumah, maupun di lingkungan sosial- tindakan. Secara praktis, tatakerja interdisiplin dari Tim
nya. Geriatri adalah melalui konferensi, bersama-sama
menentukan prioritas masalah (setting priority),
Prinsip tatakerja dan tatalaksana dalam tim yang harus
menekankan kualitas hidup, membuat program penanganan
dilaksanakan di manapun pelayanan geriatri diberikan. Tim
dan evaluasi berdasarkan prioritas masaliih, serta
geriatri merupakan bentuk kerjasama multidisiplin yang
menentukan kondisi "setting limits".Secata skematis
bekerja secara interdisiplin dalam mencapai tujuan perbedaan antara tim multidisiplin dan tim interdisiplin dapat
pelayanan geriatri yang dilaksanakan. Yang dirnaksud
dilihatpada Gambar 1.
dengan kata multi disiplin di sini adalah berbagai disiplin
ilmu kesehatan yang secara bersama-sama melakukan
penanganan pada pasien usia lanjut . Komponennya
berbeda dengan berbagai tim yang kita kenal pada populasi .
usia lain. Pada tim geriatri, komponen utama terdiri dari
dokter, pekerja sosio medik, dan perawat. Tergantung dari
kompleksitas dan jenis layanan yang diberikan, anggota
tim bisa ditambah dengan tenaga rehabilitasi medik (dokter, Tim multi disiplin Tim inter disiplin
fisioterapis, terapi okupasi, terapi wicara, dan lain-lain),
psikolog dan/atau psikiater, ahli farmasi, ahli gizi, dan tenaga Gambar '1. Perbedaan skematis antara tim multidisiplin dan tim
lnterdisiplin
lain yang bekerja dalam layanan tersebut.
Tim geriatri di samping mengadakan pengkajian atas
masalah yang ada, juga mengadakan pengkajian atas
sumber daya manusia dan sosial ekonomi yang bisa
Parameter Pada Usia Lanjut Pada Usia Muda
digunakan untuk membantu penatalaksanaan masalah
Etiologi Endogen Eksogen pasien tersebut. Cara kerja seterusnya dapat dilihat seperti
a Tersembunyi (occulf) Jelas, nyata
dalam skemaberikut.
Kumulatif/multipel Spesifik, tunggal
a Telah lama terjadi Recent (baru
Awitan gejala a /nsidious/kronik terjadi)
Perjalanan F/orid (ielas sekali)
Kronis/menahun, PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN USIA
penyakit progresif -self limitting
a menyebabkan cacat LANJUT
lama
sebelum terjadinya Dengan prinsip pelayanan geriatri seperti di atas, konsep
Variasi gejala Memberi
kematian
Justru membuat lebih
kekebalan pelayanan kesehatan pada populasi usia lanjut harus
Kecil
rentan terhadap direncanakan dan dilaksanakan. Untuk mengupayakan
penyakit lain
prinsip holistik yang berkesinambungan, secara garis besar
Besar, aneka ragam
bentuk pelayanan kesehatan pada usia lanjut dapat dibagi sebagai
berikut.
782 GERIATRI

rumah sakit harus selalu bersedia berlindak sebagai rujukan


dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat.
lde ntifikasi
sumber daya
Layanan Kesehatan Usia lanjut Berbasis Rumah
Sakit (Hospital Based Geriatric Service)
Pada layananini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan
yang ada, menyediakan berbagai layanat bagi para usia
lanj ut. Mulai dari layanan sederhana berupa poliklinik usia
Pembagian
Tugas lanjut, sampai pada layanan yang lebih maju, misalnya
bangsal akut, klinik siang terpadu (day-hospital), bangsal
kronis dan/atau panti rawat wreda, (nursing homes). Di
samping itu, rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan
kesehatan jiwa bagi usia lanjut dengan pola yang sama.
Gambar 2. Alur kerja penatalaksanaan pasien geriatri Pada tingkat ini, sebaiknya dilaksanakan suatu layanan
terkait (con-joint care) antara unit geriatri rumah sakit
Pelayanan Kesehatan Usia lanjut di Masyarakat umum dengan unit psikogeriaki suatu rumah sakit jiwa,
(Co m m u n ity Based G eri atri c Se rvi ce I terutama untuk menangani pasien penyakit fisik dengan
Pada pelayanan kesehatan ini, semua upaya kesehatan komponen gangguan psikis berat atau sebaliknya.
yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat Pada Gambar 3 dapat dilihat konsep pelayanan
harus diupayakan berperan serta pula dalam menangani kesehatan usia lanjut, mulai dari tingkat pelayanan
kesehatan para usia lanjut. Puskesmas dan dokter praktek kesehatan di masyarakat sampai dengan rujukan tertinggi
swasta merupakan tulang punggung layanan di tingkat di rumah sakit dengan layanan geriatri paripuma.
ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok usia
lanjut. Di dalam dan melalui kelompk usia lanjut ini
Layanan berbasis rurnah sakit
pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan, baik
usaha promotif, preventif, kuratif, atau rehabilitatif. Dokter
praktek swasta terutama menangani para usia lanjul yang
memerlukan tindakan kuratif insidental. Seperti telah
P0LIKLINIK/Bangsal/
dikemukakan di atas, semua pelayanan kesehatan harus - Pengkajianikonsultasi D ay-hospital dll
- Kuratit (sederhana)
diintegrasikan dengan layanan kesejahteraan yang lain BANGSAL AKI,IT: Berbagai penyakit psikis
- Pengkajian/konsultasi - Depresi berat
dari dinas sosial, agama, pendidikan dan kebudayaan, dan - Demensia (SDAT)
- Kuratit (akut)
lain-lain. Peran serta LSM untuk membentuk layanan - Rehab "jlr cepat' - Paraphrenia,dil
DAY HOSPITAL:
sukarela misalnya dalam pendirian badan yang memberikan -Terapi terencan aiterpad u
layanan bantu perawatan (home nursing), kebersihan - Ambulat lnon ambulatory
BANGSAL KRONIS
rumah atau pemberian makanan bagi para usia lanjut - Pengkajian/konsultasi
- kuratif (kronis)
(:meals on wheels) juga perlu didorong. - Konsultatif
Pada dasarnya layanan kesehatan usia lanjut di tingkat - Rehabil
REHAB'JALUR LAMBAT'
masyarakat seharusnya mendayagunakan dan lcare>cure)
IKA N.LATIH AN.
mengikutsertakan masyarakat (termasuk para usia P E N D ID
PENELITIAN
lanjutnya) semaksimal mungkin. Yang perlu dikerjakan
adalah meningkatkan kepedulian dan pengetahuan
masyarakat, dengan berbagai cara, attara lain ceramah,
simposium, lokakarya, dan penluluhan-penyuluhan.

Pelayanan Kesehatan Usia lanjut di Masyarakat


Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community
Dokter prakt swasta Dinas sosial
Geriatric Service)
Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah
Mental Flsik Sosial
melakukan layanan geriatri bertugas membina usia lanjut
yang berada di wilayahnya, baik secara langsung atau tidak
langsung melalui pembinaan pada puskesmas yang berada
di wilayah kerjanya "Transfer of Knowledge" berupa
lokakarya, simposium, ceramah-ceramah baik kepadateflaga
kesehatan ataupun kepada awam dilaksanakan. Di lain piha( Gambar 3. Skema pelayanan geriatrik komprehensif
PELAYANAN KESEHATAN SOSIAL DAN KESE'AHTERAAT{ PADA USIA LANJUT 783

Keterangan: kerja (pasien tidak rawat inap), pelayanan diberikanpada


Placement: adalah jenis pelayanan, di mana unit geriatri di pasien baik yang telah atau belum dilakukan pengkajian
suatu rumah sakit setelah mengadakan pengkajian pada geriatri, baik yang di dalam RS maupun yang di rumah
seorang pasien, memberikan rekomendasi pada pasien (ambulatory). Tindakan yang dilakukan antara lain
tersebut untuk dapat diterima di suatu institusi usia lanjut, pengkajian, kuratif (ambulatory), rehabilitasi, dan
terutama bila institusi tersebut dilaksanakan oleh/atau rekreasi.
mendapatkan subsidi dari pemerintah. . Konsultan: konsultan dalampelayanan geriatri adalah
dokter spesialis/subspesialis klinis yang dapat dimintai
Tim Pengembangan Pelayanan dan Pendidikan Geriatri
b antuan p er dap at I e k s p e r t i s e I tindakan me di s guna
PB. PAPDI telah menyusun konsep dasar pelayanan
peningkatan pemeliharaan/pemulihan kesehatan pasien
geriatri di berbagai jenis rumah sakit. Tingkatan-tingkatan
usia lanjut di RS.
pelayanan yang diberikan berdasarkan pada kemampuan . Tenaga*):
rumah sakit yang bersangkutan, dan dapat dibagi sebagai
berikut.
- Dokterumum + pelatihan pelayanan geriatri
. Tingkat sederhana, hanya menyediakan layanan - Perawat * pelatihan pelayanalgeriatri
poliklinik usia lanjut.
- Pekerja sosial medik
. Tingkat sedang, dimana layananyang diberikan selain
- Fisioterapis
poliklinik juga klinik siang terpadu (: day-hospital).
- Dokter umum * pelatihan rehabilitasi medik
. Tingkat lengkap, sama seperti layanan pada tingkat
- Speechteraprsl (terapi wicara)

sederhana ditambah dengan pengadaan bangsal usia


- Internis + pelatihan pelayanan geriatri
lanjut dengan penyakit akut.
- Okupasi terapis
. Tingkat paripurn:t, dimana diberikan semua jenis
- Terapis ortotis

layanan yang ada pada tingkat lengkap ditambah


- Dokterahlirehabilitasimedik
dengan adanya bangsal usia lanjut dengan penyakit
- Psikolog/Psikiater

kronis.
- Geriatris
- Farmasis/asisten farmasis
Pada semua tingkatan, pengadaan upaya pendidikan
Berbagai pengertian dari tabel dan skema di atas dapat
dan pelatihan merupakan suatu keharusan.
dij elaskan sebagai berikut :
Tabel dan skema di bawah ini menunjukkan berbagai
layanan dari berbagai tingkat pelayanan geriatri dengan Poliklinik geriatri: yaitu suatu layanan geriatri di mana
ketenagaannya. diberikan jasa pengkajian, tindakan kuratif sederhana dan
konsultasi, bagi pasien rawat jalan. Perlu
diingatkan bahwa poliklinik geriatri bersifat
subspesialistik, sehingga hanya pasien yang
Sumber daya Sederhana Sedang Lengkap Paripurna Keterangan telah melewati poliklinik spesialis lain dan
Keterangan memenuhi syarat sebagai pasien geriatri bisa
a. Tenaga tim 1-2.) 1-7.) Berbeda dikonsulkan ke poliklinik ini.
geriatri dalam
jumlah Bangsal geriatri akut: adalah bangsal di
b. Konsultan ++ mana pasien geriatri dengan penyakit akut
dalam dengan Tergantung
pelayanan ahli hukum tenaga atau subakut (oleh Coni dan Davidson
geriatri spesialis disebut sebagai "hot" dan "warm"
yang ada
RJ admission, antara lain: strok, pneumonia,
Fasilitas RJ RJ RJ
pelayanan RM RI RI ketoasidosis diabetika, penyakit jantung
DaY H RM RM kongestif akut, dll). Pada pasien tersebut
Day Hos. Day Hos.
Diklat Diklat dilakukan tindakan pengkajian, kuratif, dan
Peneliti Peneliti rehabilitasijalur cepat oleh tim geriatri.
Day-hospital (klinik siang) adalah suatu
layanan geiafryang dapat melaksanakan semua tindakan
Keterangan: yang dilakukan oleh bangsal akut atau kronis, tetapi tanpa
. RI: Rawatjalan pasien harus rawat inap, dan layanan hanya dilakukan pada
. RI:Rawatinap jam kerja. Layanan yang diberikan antara lain: pengkajian,
. RM: PelayananRehabilitasiMedik kuratif ambulatory, rehabilitasi, dan rekreasi. Oleh
. Diklat:Pendidikandanlatihan karenanya ten aga yatgdiperlukan selain geriatrisiintemis
' Day-hospital: Tempat di mana dilakukan tindakan (+), perawat dan sosio-medik, juga tenaga rehabilitasi (FT,
seperti pada bangsal geriatri, tetapi hanya pada jam Ol IV), psikolog, rekreasionis, dan lain-lain.
784 GERIATRI

Bangsal geriatri kronis: bangsal ini diperlukan untuk


merawat pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan
tindakan kuratif inap dalam j angka waktu I ama. " Turn over POLISPESIALIS

rate" -nya rendah, sehingga pembiayaannya menjadi


sangat mahal.
POLIGERIATRI
(Panti rawat wreda). Di negara maju, layanan ini disebut pes peny,Dalam (+

sebagai nursing home, yaitl suatu institusi yang


memberikan layanan bagi pasien usia lanjut dengan
masalah medis kronis yang sudah tidak memerlukan
tindakan perawatan di RS, akan tetapi masih terlalu berat DAY-HOSPITAL

untuk bisa dirawat di rumah sendiri. Oleh karena tidak


memerlukan tindakan spesialistik oleh dokter, maka
biayanya bisa ditekan. Turn over rate juga rendah, akan
tetapi untuk kepentingan pendidikan, adanya bangsal ini
Dr Praktek Swasta PUSKESMAS
di suatu RS pemerintah dapat menggantikan keberadaan
suatu bangsal kronis.

Rehabilitasi geriatri: merupakan suatu keharusan untuk POPULASI GOLONGAN USIA LANJUT
dikerjakan pada semua pasien geriatri. Rehabilitasi jalur
cepat (fas t s tream r ehabil itat ion) dkeqakan selama pasien
Gambar 4. Alur pelayanan kesehatan usia lanjut di rumah sakit
masih dirawat di bangsal geriatri, oleh karena itu dan masyarakat
pelaksanaannya sebaiknya diintegrasikan dengan
pelayanan geriatri. Rehabilitasi jalur lambat (slow stream
Dari skema terlihat bahwa pelayanan kesehatan di
rehabilitation) dilaksanakan secara kronis, yang bisa
tingkat masyarakat yang dijalankan oleh puskesmas, dokter
dilaksanakan oleh unit rehabilitasi medik atau bisa juga
praktek swasta, dan dokter keluarga pada suatu tahap
diintegrasikan ke dalam pelayanan geriatri.
dapat merujuk pasien ke RS yang mempunyai pelayanan
Gerialric home heallhs care (rawat-rumah geriatri): geriatri, atau ke poliklinik spesialis bidang lain. Di instalasi
adalah komponen perawatan kesehatan komprehensif gawat darurat atau poliklinik lain, apabila pasien ternyata
kepada pasien geriatri dan keluarganya di tempat merupakan pasien geriatri, akan dirujuk ke poliklinik geriatri
tinggalnya dengan tujuan meningkatkan, mempertahankan, (yang bisa ditangani oleh spesialis penyakit dalam (+)/
memulihkan kesehatannya atau meminimalkan efek sakit geriatris) yang akan melaksanakan pengkajian geriatri untuk
dan keterbatasan. Pelayanan yang diberikan harus kemudian:
direncanakan, dikoordinasikan, dan dilaksanakan oleh . kalau perlu dikonsultasikan ke konsultan untuk
suatu agen atau institusi dengan melibatkan komponen mendapatkan pemeriksaarVtindakan khusus
medis, dental, keperawatan, fisioterapi, terapi okupasi, . sesuai pengkajian dan/atatr konsultasi yang didapat,
terapi wicara, pelayanan sosial, nutrisi, alat bantu pasien bisa dirawat di ruang geriatri akut, ruang geriatri
kesehatan, laboratorium, dan peralatan medis. kronis, atau dirawatjalan di klinik siang terpadu (day-
hospital). Kalau dipertimbangkan bahwa pasien bukan
Konsultasi geriatri: yaitu suatu layanan konsultasi dari
pasien geriatri atau memerlukan perawatan lain yang lebih
bagian lain terhadap seorang pasien usia lanjut. Dari
penting, pasien bisa dirujuk untuk dirawat di ruang rawat
tindakan konsultasi ini, pada pasien yang bersangkutan
lain.
dapat diberikan pengobatan bahkan pindah perawatan ke
bagian geriatri

Pendidikan dan penelitian: merupakan bagian implisit dari PELAYANAN SOSIAL.KESEJAHTERAAN


pelayanan geriatri. Penelitian dilaksanakan baik untuk
publikasi atau, dan ini yang lebih penting, adalah untuk Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
upaya memperbaiki pelayanan itu sendiri. memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi populasi
usia lanjut, sebagai berikut:

Populasi usia lanjut merupakan populasi yang heterogen.


TATAKE RJA PE LAYANAN GE RIATRI
Tidak semua individu dalam populasi usia lanjut
Tatakerja pelayanan geriatri seperti yang telah disepakati memerlukan pelayanan sosial dalam bentuk yang sama.
dalam Lokakarya Geriatri yang diadakan oleh Direktorat Ini karena populasi usia lanjut, walaupun secara
Rumah Sakit Umum-Pendidikan dan Rehabilitasi di Ciloto keseluruhan termasuk golongan populasi yang rapuh
tahun 1994 tergambar dalam Gambar 4. kesehatan/kesejahteraan, tetapi dalam derajat yang
PELAYAT{AN KESEHATAIY SOSIAL DAN KESE'AHTERAAN PAT'A USIA LANJUT 78s

berbeda-beda. Perbedaan ini terlihatbukan saja dari aspek spesialistik, karenanya perlu dirawat di bangsal geriatri
kesehatan (ada yang "sehat", setengah sehat setengah akut suatu RS.
sakit, sakit akut, sakit kronis sampai sakit terminal), tetapi . Mereka yang menderita sakit kronis/tak bisa mandiri di
juga dari segi psikologis dan sosial-ekonomi. rumah: untuk golongan ini suatu pelayanan geriatri di
bangsal kronis atau panti raw atwredha (nursing home)
Jenis pelayanan yang dibutuhkan sangat bervariasi.
merupakan suatu kebutuhan, hingga pengadaannya
Mengingat heterogenitas populasi usia lanjut yang ada,
perlu diupayakan. Apabila jenis penyakitnya hanya
disertai kenyataan bahwa aspek fungsional seorang
memerlukan perawatan di rumah, maka perawat/dokter/
individu usia lanjut tergantung dari 3 faktor (fisik, psikis,
petugas kesehatan lain dapat mengadakan kunjungan
dan sosial-ekonomi) maka jelaslah bahwa akan terdapat
rumah.
banyak segi pelayanan yang dibutuhkan. . Mereka yang menderita gangguan mental danlatau
Pelayanan kesejahteraan sosial pada usia lanjut
demensia berat: untuk golongan usia lanjut ini, suatu
membutuhkan keterkaitan antara semua bidang
layanan psikogeriatri di berbagai tingkat pelayanan
kesejahteraan, antaralain: kesehatan, sosial, agama, olah-
sudah harus mulai diupayakan keberadaannya. Bagi
raga, kesenian, koperasi, dan lain-lain.
mereka yang juga menderita sakit fisik berat, suatu kerja
Hubungan antara heterogenitas populasi usia lanjut
sama dengan institusi geriahi merupakan pemecahan
dan berbagai jenis pelayanan kesejahteraan sosial yang
yang baik. Perlindungan hukum melalui suaf't " guard-
dibutuhkan akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini.
ianship board' untuk melindungi kepentingan mereka
perlu dipikirkan.
Heterogenitas Populasi Usia Lanjut . Mereka yang memerlukan bantuan rehabilitasi:
Untuk melihat jenis pelayanan yang diperlukan oleh tergantung dari jenis rehabilitasinya, maka pasien ini
populasi usia lanjut, cara yang paling praktis adalah melihat bisa mendapat bantuan dari perawat/petugas
heterogenitas populasi usia lanjut ditinjau dari aspek rehabilitasi/klinik rawat siang atau dari institusi
fungsional dan kesehatannya. Dari aspek tersebut, maka rehabilitasi lain.
populasi usia lanjut bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
Populasi usia lanjut dengan penyakit terminal: upaya
Populasi usia lanjut yang "sehat": golongan populasi yang diberikan bagi populasi ini lebih mengarah ke
usia lanjut ini secara fungsional masih tidak tergantung pemberian rumatan kesehatan, baik di rumah atau di rumah
pada orang lain, aktivitas hidup sehari-hari (AHS) masih sakit, tetapi beberapa dukungan peraturan mungkin
penuh, walaupun mungkin ada keterbatasan dari segi diperlukan.
sosial-ekonomi yang memerlukan beberapa pelayanan, Dari berbagai penjelasan di atas beberapa hal perlu
misalnya perumahan, peningkatan pendapatan, dan mendapatkan keterangan lebih lanjut, antara lain adalah
pelayanan lain. Pelayanan kesehatan yang diperlukan mengenai:
terutama adalah dari segi pencegahan danpromosi. Upaya
dari parausia lanjutnya sendiri memerlukan motivasi dan
Klub usia lanjut: adalah suatu perkumpulan atau
paguyuban para usia lanjut yang sebaiknya berasal dari
fasilitasi dari petugas yang terkait, antara lain dengan
satu lingkungan hunian. Dalam istilah sosial, klub ini sering
membentuk klub usia lanjut atau "karang wteda".
disebut sebagai "karang wtedha". Di dalam klub ini para
Populasi usia lanjut dengan penyakit akut maupun usia lanjut yang sehaVmandiri dapat mengadakan berbagai
kronis: populasi golongan ini jelas memerlukan pelayanan kegiatan fisik/rohani-kejiwaan/sosial-ekonomi secara
kesehatan khusus, misalnya penyediaan bangsal akuti bersama-sama. Salah satu kegiatan dari klub ini adalah yang
kronis dan rehabilitasi termasuk upaya penyediaan dana disebut rumatan siang (day care) yang berupa kegiatan
perawatan. Walaupun tergantung pada keadaan individu, pemeriksaan kesehatan, rumatan fisik ringan, olahraga
secara umum populasi usia lanjut sangat rawan dalam bersama dan upaya pencegahan dan promosi kesehatan
bidang sosial ekonominya, sehingga pelayanan sosial bagi lain secara bersama-sama. Kegiatan lain yang mungkin
golongan ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus. bermanfaat untuk semua anggota klub, antara lain:
Populasi usia lanjut yang termasuk golongan ini dapat peningkatan kesejahteraan bersama (dengan membentuk
dibagi lagi menjadi beberapa golongan, antara lain: usaha ekonomikoperasi) yang merupakan upaya produktif
. Merekayang mempunyai sakit akutringan atau sedang: yang menghasilkan. Pengadaan dan pengiriman makanan
untuk golongan ini diperlukan upaya pelayanan (meals on wheels), upaya pendalaman keagamaan
kesehatan di puskesmas atau dokter praktek swasta, (pengajian) dan lain-lain. Apabila klub ini mempunyai
dengan dukungan pendanaan yangjelas. Apabila perlu tempat khusus untuk melakukan kegiatan bersama,
rujukan maka bangsal geriatri akut baik di RS kabupaten biasanya disebut sebagai pusat kegiatan usila.
atau propinsi sudah harus dipersiapkan. Meals on wheels adalah suatu usaha penyediaan dan
. Mereka dengan sakit akut berat: golongan ini pengiriman makanan bagi parausia lanjut/cacat yang tidak
memerlukan pelayanan geri atriyang lebih lengkap dan bisa menyediakan makanannya sendiri (baik karena tidak
786 GERIAIRI

mampu secara fisik/sosial ekonomi maupun karena jenis bisa disediakan oleh suatu panti wredha atau bangsal
makanannya yang khusus (diet, vegetarian, dll). Upaya geriatri kronis, berupa masuknya sementara seorang
penyediaan makanan ini seringkali diorganisasikan oleh pasien geriatri kronis yang tadinya dirawat di rumah,
badan sosiaVLSM swasta. dimaksudkan untuk memberi istirahat/liburan bagi
Pelayanan bantuan di rumah (home help service) keluarga yang merawatnya untuk menghindari kejenuhan
merupakan suatu kegiatan pemberian bantuan pada para dalam merawat pasien.
usia lanjut dengan berbagai keterbatasan fisik. Layanan Secara garis besar pelayanan kesejahteraan sosial bagi
bisa berupa pengerjaan berbagai kegiatan rumah tangga berbagai golongan usia lanjut dapat dilihat dari Tabel 4.
(pembersihan rumah, cucillaundry) atau pemberian
rawatan/rehab llitasi (h o m e nu r s i n g I r e h a b i I i t a t i o n) di
rumah. Pelayanan ini bisa diupayakan oleh layanan geriatri UPAYAPEMERINTAH
suatu puskesmas atau badan kesehatan swasta.
Dalam berbagai upaya peningkatan kesehatan/
Hunian khusus usia lanjut: di samping para usia lanjut
kesejahteraan/sosial bagi para usia lanjut, pemerintah tidak
yang masih bisa dan mau tetap tinggal di rumahnya yang
bisa dan tidakmungkin akan mampubertindak danbekerja
lama, terdapat beberapajenis hunian yang dirancang dan
sendiri. Berbagai organisasi sosial-keagamaan perlu
diperuntukkan bagi para usia lanjut, antara lain adalah:
dimotivasi agar bersedia mendirikan berbagai pelayanan
1). Perumahan khusus usia lanjut: biasanya merupakan yang diperlukan. Dalam hal ini pemerintah perlu
suatu kompleks dimana rumah-rumahnya sudah dibentuk mengadakan percontohan-percontohan.
dan diatur sedemikian sehingga ukuran, perabotan dan Peran pemerintah yang penting di samping upaya
peralatan sudah disesuaikan dengan kepentingan para percontohan adalah pembuatan peraturan/kebijakan yang
usia lanjut. Lantaitidak licin, penerangan cukup, ukuran diperlukan guna membantu memberikan jaminan atau
kursi, meja, tempat tidur, dan peralatan dapur sudah pendapatan bagi para usia lanjut yang memerlukannya.
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan para UU Jaminan Kesehatan bagipara usia lanjut bisa dibuat
usia lanjut. Biasanya diperuntukkan bagi keluarga usia untuk menjamin agar setiap warga usia lanjut bisa
lanjut yang masih mandiri, yang anak-anaknya sudah memperoleh pelayanan kesehatan di institusi kesehatan
berkeluarga dan hidup terpisah. 2). Perumahan usia milik pemerintah dengan biaya minimal atau bahkan tanpa
lanjut yang terlindungi (sheltered housing): merupakan biaya. UU Kesejahteraan Sosial dapat dibuat untuk
kelompok rumah dengan berbagai fasilitas khusus usia memberikan bantuan sosial bagi semua usia lanjut yang
lanjut yang mempunyai berbagai keterbatasan fisik. Anak tentu saja setelah melalui penglitian oleh petugas sosial
tangga dilengkapi dengan ram (ramp) sehingga pendapatan per bulannya berada di bawah batas
memudahkan akses dengan kursi roda, berbagai kemiskinan. Dalam masalah perawatan pasien terminal perlu
penyediaan pelayanan, misalnya penyediaan makanan, ditambahkan pasal (bilamana saat ini belum terdapat) dalam
kebersihan rumah, kunjungan perawatan dll disediakan UU Narkotik yang memperlonggar syarat penggunaan
oleh pengurus perumahan yang biasanya tinggal di narkotik-analgetik bagi pasien terminal untuk mengurangi
daerah yang sama. 3). Panti wredha adalah suatu institusi rasa nyeri (biasanya pada pasien kanker stadium lanjuQ.
hunian bersama dari para usia lanjut yang secara fisik/ Di masa depan diperkirakan akan banyak pasien dengan
kesehatan masih mandiri, akan tetapi (terutama) demensia yang memerlukan perhatian dalam hal
mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. perlindungan hak-haknya secara hukum. Untuk itu
Kebutuhan harian dari para penghuni biasanya pembuatan perangkat hukum yang mencakup para usia
disediakan oleh pengurus panti. Diselenggarakan oleh lanjut yang termasuk golongan ini perlu diperhatikan.
pemerintah atau swasta. 4). Panti-rawat wreda adalah Pembentukan suatu badan perlindungan hukum mirip
suatu institusi hunian bagi usia lanjut yang oleh karena dengan guardianship board yang terdapat di negara maju
menderita penyakit kronis tetap memerlukan perawatan juga mulai harus dipikirkan.
(nursing-care) dan atau rehabilitasi jangka panjang. Di samping itu beberapa konsesi bagi para usia lanjut
Misalnya pasien pasca strok, PPOM, arhitis rematoid di berbagai bidang, ar,tara lain bidang perumahan,
berat dan lain sebagainya. Pasien tersebut sudah tidak transportasi, keuangan/perbankan bisa diatur secara
memerlukan perumatan di RS, namun akan menghadapi nasional. Institusi-institusi perumahan, peralatan dan
kesulitan untuk hidup di rumah sendiri. Sebagai suatu berbagai hal yang berkaitan dengan usia lanjut perlu
"aneks" dari suatu rumah sakit, institusi ini bisa didorong agar membuat desain khusus bagi keperluan para
menggantikan kedudukan suatu bangsal kronis geriafii usia lanjut. Suatu pusat pelayanan kesej ahteraanbagipara
yang seringkali pendiriannya terkendala oleh karena usia lanjut dengan inti berupa pelayanan kesehatan, yang
berbagai perbedaan kebutuhan dengan suatu rumah sakit mencakup berbagai sektor kesejahteraan lain, terdapat di
(misalnya lama rawat yang panjang dsb). 5). Respile- negara-negara maju dengan rama extended care service
care atau rumatan liburan adalah suatu pelayanan yang for the elderly.
PELAYAITAN KESEHATAITI SOSIAL DAN KESE'A}ITERAAN PADA USIA LANJUT 787

Layanan di Komunitas
Sasaran Dukungan Sosial Dukungan Hunian
Jangka Sedang Jangka Panjang

usia lanjut sehat Klub usia lanjut (berbagai kegiatan) Dr.Praktek Swasta. Bantuan ahli / sarana Modifikasi rumah
Puskesmas tingkatkan kesejahteraan (bila perlu)
usia lanjut sakit akut
Puskesmas / Dokter Rujukan ke Bagian Geriatri
flngan sampar
Praktek Swasta RS -- sda -- -- sda --
sedang
usia lanjut sakit akut Undang-Undang Jaminan --
Bangsal geriatri akut
Kesehatan usia lanjut
-- sda -- sda --
berat
usia lanjut yang Kunjungan
perlu layanan perawatan/Klinik rawat Modifikasi rumah /
perawatan/bantuan siang/bantuan makan/ -- sda -- -- sda -- peralatan
(di rumah) kerja di rumah
Kunjungan perawatan/
usia lanjut yang perlu petugas -- sda -- Perluasan UU Jaminan
-- sda --
berbagai rehabilitasi rehabilitasi/Klinik rawat Peraturan Kesehatan lain Kesejahteraan Sosial
srang
usia lanjut yang . Kunjungan rutin
tergantung secara UU Jaminan
perawat petugas
sosial, masalah UU Jaminan Kesehatan & Kesejahteraan Sosial Panti wredha / rawat
kesehatan (untuk semua usia
kesehatan minimal, . Sosial bagi usia lanjut wredha
Bantuan makan/upaya
mereka yang sangat lanjut), Berbagai konsesi
kesejahteraan lain
rapuh / sangat tua
. lnstalasi Psikogeriatri
. Puskesmas/Dr. Praktek RSJ
usia lanjut dengan UU Jaminan Kesehatan & Panti wredha / rawat
gangguan mental
swasta r Badan Perlindungan Sosial wredha
. Psikogeriatri usia lanjut
(Guardianshipboardl
Disorientasi berat,
Bangsal psikogeriatri di -- --- sda
ambulatorik tapi perlu
RS Jiwa -- sda sda --
pengawasan
usia lanjut dengan Bangsal geriatri Panti wredha / rawat
UU Jaminan Kesejahteraan
sakit kronis tak bisa kronis/Panti Rawat sda
Sosial bagi usia lanjut wredha
hidup sendiri Wredha
Perawatan hospis di
usia lanjut dengan . UU narkotika --- sda
sakit terminal
rumah/RS,Kon-sultasi
o Tim Hospis di RS
sda --
keluarga

MASA DEPAN PELAYANAN PADA USIA LANJUT di rumah sakit tipe A. Sumber daya manusia meliputi semua
DIINDONESIA tenaga kesehatan dan kesejahteraan yang diharapkan
memberikan layanan pada populasi usia lanjut, mulai
Dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut perawat, tenaga sosiaUsosio-medik, tenaga rehabilitasi,
di Indonesia, jelaslah pelayanan pada usia lanjut akan dan lain-lain. Hal ini membutuhkanupayabukan saja dari
makin dibutuhkan. Akan tetapi beberapa masalah perlu departemen kesehatan akan tetapi juga dari departemen P
digarisbawahi sebelum keberhasilan dalam pelayanan dan K, dan departemen lain yang terkait. 2). Pengertian
tersebut dapat dicapai. Masalah yang mungkin timbul tentang kesehatan usia lanjut bukan saja hanya perlu
adalah: dimengerti dan dipahami oleh jajaran tenaga kesehatan,
. kesiapan sumber daya, baik fasilitas fisik maupun akan tetapi juga oleh jajaran tenaga kesejahteraan,
ketenagaan sehingga upaya yang perlu dilakukan bisa dijalankan
. pelayanan geriatri hanyalah merupakan sebagian dari secara terpadu.
pelayanan kesehatan menyeluruh yang seperti
diketahui berupa pelayanan kesejahteraan itu sendiri.
Oleh karenanya kesiapan dari pemerintah, masyarakat,
KESIMPULAN
dan populasi usia lanjut harus sedemikian rupa sehingga
keterpaduan tpaya dapat dilaksanakan.
Di bidang peningkatan kesehatan dan kesejahteraan sosial
Oleh karena itu beberapa upaya perlu dipersiapkan agar bagi para usia lanjut, Indonesia sangat tertinggal
usaha pelayar.ar, geiatri khususnya dan pelayanan dibandingkan negara-negara maju. Karena sifat kerapuhan
kesejahteraan usia lanjut pada umumnya dapat dicapai, pada usia lanjut yang merupakan kombinasi afltara
yaitu: l). Penyiapan fasilitas dan sumber daya fisikmaupun berbagai aspek fisik, psikis, sosial dan lingkungan, maka
manusia. Fasilitas meliputi kelengkapan mulai di tingkat bantuan kesehatan, kesejahteraan dan sosial bagi para usia
layanan berbasis masyarakat sampai ke fasilitas rujukan lanjut harus merupakan suatu kesatuan antara berbagai
788 GERIAIRI

aspek kesejahteraan. Oleh karena sifat heterogenitas of geratric medicine. In:


Hazzard, WR. Introduction, the practice
populasi usia lanjut, maka jenis dan macam bantuan WR. Hazzard, EL. Bierman, JP. Blass, WH. Ettinger, JB.
kesejahteraan bagi para usia lanjutjuga bermacam-macam. Halter, editors.l994.
Kane RL, Ouslander Jr, Abrass IT. The geriatric department in
Dua hal yang merupakan dasar bagi bantuan tersebut
essentials of clinical geriatrics. New York: McGraw-Hill Inform.
adalah bantuan peningkatan pendapatan, pelayanan Ser.Coy;1989.
kesehatan, dan bantuan upaya kesehatan. Di samping itu Martono H. Department of geriatric and rehabilitation medicine, a
upaya bantuan berbagai jenis hunian perlu comparative study from Royal Adelaide hospital and its posible
diselenggarakan bagi para usia lanjut yang memerlukannya. application in Indonesia, paper presented at Royal Adelaide
Statt extended care seryice bagi usia lanjut yang Hospital, 1987.
Martono H. Aspek fisiologik dan patologik usia lanjut. Lokakarya
merupakan pelayanan multidimensional di bidang
Geriatri BagiaruiUPF Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP/ RS Dr.
kesejahteraan sosial yang berintikan pelayanan kesehatan, Kariadi Semarang. t993.
terdapat di berbagai negara maju, yang mungkin bisa Martono H. Geriatri pencegahan dalam simposium awam tentang
dikembangkan di Indonesia. kesehatan usia lanjut dalam rangka HUT PMI Semarang, 1993.
Kita menyadari bahwa banyak dari bahasan tersebut di 7.
atas barulah merupakan konsep yang dibuat atas dasar Martono H. Beberapa prinsip geriatri. Simposium geriatri dalam
pengalaman di luar negeri, yang kemudian sesuai dengan rangka KOPAPDI Padang, Juni 1996.
Martono H, Darmojo B. Pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat
kondisi dan situasi yang ada dicoba diterapkan di Indonesia.
berbasis rumah sakit, lokakarya kesehatan jiwa. Ciawi: DEPKES
Konsep tersebut tentu saja akan tinggal menjadi konsep yang R.I.; 1993.
tidak berguna tanpa upaya untuk mewujudkannya menjadi Martono H. Pelayanan sosial dan kesejahteraan bagi usia lanjuL In: R
kenyataan. Boedhi-Darmojo, Hadi-Martono, editors. Buku ajar geriatri. Edisi
3;2003.
Maguire GH, et al. The team approach in action. In: Maguire GH,
editor. Care of the elderly: a health team approach. Boston:
REFERENSI Little Brown and Coy; 1985. p. 221-69.
Mykyta L. Aged care, the South Australia experience. Simposium
Burvill PB. Psychiatric assesment of the elderly. In: Wame RW, Usia lanjut menjelang tahun 2000, Jakarta 1992.
Prinsley DM, editors. A manual of geriatric care. Sidney: Stieglitz EJ. Geriatric medicine. 3'd edition. Philadelphia, London
Williams&Wilkins Assc; 1988. p. 53-65. Montreal: JB Lippincott Co; 1954.
Coni N, Davidson W, Webster S. The geriatric department in lecture TPPG: Katalog Pendidikan dan Pelayanan Geriatri PB PAPDI, 1993.
notes in geriatric medicine. 2nd edition. Oxford: Blackwell Sc.Publ; Wieland D, Ferrell BA, Rubenstein LZ. Geriatrrc home health care,
1980. p. 60-78. conceptual and demographic consideration. In:BA. Fenell, LZ.
Editor(s). The role of consultant physician in geriatric medicine The Rubenstein, editors. Geriatric home care. Philadeiphia: W.B.
Newsletter, The Australian Society of Geriatric Medicine, Saunders Comp; 1991. p.645 - 54.
September, 1996,1.
tzB
REGULASI SUHU PAT'A USIA LANJUT
Siti Setiati, Nina Kemala Sari

PENDAHULUAN kurang gerak,krxangnya tingkat kebugaran, dan berbagai


penyakit. Pada usia lanjut, suhu oral rata-rataadalah36C.
Kemampuan mengatur suhu pada usia lanjut berkurang Berbagai studi yang menunjukkan suhu tubuh inti pada
dengan meningkatnya usia. Dengan bertambahnya usia, usia lanjut lebih rendah daripada dewasa muda tampaknya
irama sirkadian suhu tubuh berkurang amplitudonya. Irama mencerminkan pengaruh status nutrisi, penyakit,'dian obat-
sirkadian pada temperatur inti disebabkan oleh irama obatan.
sirkadian dalam produksi dan kehilangan panas. Suhu
tubuh inti maksimal pada sore hari dan mencapai minimum
pada dini hari. Suhu tubuh inti merupakan satu indikator PERUBAHAN PADA TERMORESEPSI USIA
yang paling kuat dan stabil yang mencerminkan aktivitas I.ANJUT
irama sirkadian.
Sistem termoregulasi dapat dikonsep mengandung 3 Ujung sarafbebas yang terkait dengan sensasi suhu tetap
bagian: jalur aferen termosensitif, integrasi neuron dan utuh pada usia lanjut, beilawanan dengan berkurangnya
sistem kontrol, danjalur efektor desenden yang mangubah jumlah reseptor kulit rasa sentuh seperti badan Meissner
perolehan atau kehilangan panas. Anatomi fungsional dan dan Pacini. Selain itu, kecepatan hantaran juga tetap utuh
mekanisme fisiologis kompartemen-kompartemen ini, pada usia lanjut. Daerah sensoris primer neokortikal juga
mencakup perubahan - perubahan karena modulasi tetap relatifintak pada usia lanjut.
sirkadian dan proses menua seperti termoresepsi, Disregulasi suhu pada usia lanjut merupakan contoh
termogenesis (perolehan dan retensi panas), kehilangan berkurangnya regulasi mekanisme homeostatis yang
panas dan kurangnya perolehan panas, kontrol te{adi dengan meningkatnya usia. Orang-orang tua kurang
termoregulasi sentral, perubahan-perubahan terkait usia dapat menyesuaikan diri terhadap suhu lingkunganyang
lanjut dalam modulasi sirkadian suhu tubuh, siklus suhu ekstrim. Keadaan hipotermi dan hipertermi merupakan
harian yang memiliki implikasi fungsional penting. gangguan regulasi suhu yang sering terdapat pada usia
Meningkatnya kerentanan terhadap deviasi dari batas lanjut. Terdapat bukti peningkatan morbiditas dan
normal siklus ini pada usia lanjut memiliki konsekuensi mortalitas pada periode musim panas dan musim dingin
fungsi dan kesehatan fisik dan mental. Karena itu, ponting pada populasi usia lanjut. Mayoritas penyakit ini
untuk memeriksa faktor-faktor yang memengaruhi disebabkan oleh peningkatan insidensi gangguan
termoregulasi dan amplitudo irama suhu. kardiovaskular (infark miokard dan strok) dan penyakit-
Penting juga dibedakan pembahan-perubahan terkait penyakit infeksi (pneumonia) selama masa suhu ekstrim.
usia yang primer dan sekunder. Perubahan terkait usia
primer adalah hal yangjuga terdapat pada usia lanjut sehat,
atau setelah koreksi perubahan-perubahan sekunder. HIPOTERMIA
Perubahan-perubahan terkait usia sekunder adalah hal
yang bukan semata-mata disebabkan oleh proses menua Definisi
tetapi torhadap faktor-faktor yang mana orang tua berada Hipotermia didefinisikan sebagai temperatur tubuh inti
pada risiko tinggi. Sebagai contoh adalah gaya hidup (rektal, esofageal, timpani) kurang dari 35"C.

789
790 GERI'TIRI

Patofisiologi Gangguan termoregulapi dapat terjadi sebagai hasil


Kerentanan seorang usia lanjut terhadap hipotermia disfungsi sistem hipotalamus dan sistem saraf pusat atau
berhubungan dengan adanya penyakit dan perubahan karena obat. Trauma, hipoksia, tumor, atau penyakit
fisiologis. Pusat termoregulasi menjaga suhu tubuh melalui serebrovaskular dapat mengganggu regulasi sentral suhu.
kontrol keringat, vasokonstriksi, vasodilatasi, Obat-obat yang paling sering terkait hipotermia adalah
termogenesis kimia, dan menggigil. Berkurangnya sensasi etanol, barbiturat, fenotiazin, benzodiazepin, obat anestesi,
terhadap suhu dingin dan gangguan sensitivitas terhadap dan opioid. Etanol merupakan predisposisi hipotermia
perubahan temperatur dikaitkan dengan memburuknya karena bekerja sebagai vasodilator, penekan sistem saraf
termoregulasi pada usia lanjut dan dapat menyebabkan pusat, anestetik, penyebab hipoglikemia, dan faktor risiko
perilaku maladaptif pada lingkungan dingin. Pada usia trauma dan pajanan lingkungan. Fenotiazin menghambat
lanjut, proses menggigil biasanya kurang intens, meskipun menggigil melalui efek kurare perifer.
terdapat kehilangan suhu tubuh inti yang lebih besar. Pada sepsis, hipotermia mencerminkan perubahan titik
Karena proses menggigil yang maksimal akan setting hipotalamus dan tanggapan tubuh yang berkurang
meningkatkan produksi panas 3 hingga 5 kali lipat lebih serta sering paradoks terhadap pirogen sebagai mekanisme
besar daripada saat istirahat, orang tua dengan gangguan pertahanan tubuh yang berlebihan. Pada penyakit
proses menggigil atau proses menggigil yang kurang kardiovaskular, sistem sirkulasi mungkin tak dapat
efisien akan meningkatkan risiko terjadinya hipotermia. merespons perubahan-perubahan tekanan suhu tubuh
Mekanisme di mana defisit adrenergik berkontribusi atau terhadap kebutuhan mekanisme regulasi seperti
terhadap timbulnya hipotermia pada populasi usia lanjut menggigil.
belum dapat ditentukan. Bagaimana pun, respons Pada individu usia lanjut, terutama yang tinggal
vasokonstriktor otonom abnormal terhadap dingin sendiri atau hidup sendiri, kurangnya pemanasan sentral,
merupakan faktor kunci terjadinya disregulasi suhu pada kegagalan menggunakan panas (apa pun jenisnya),
usia lanjut. Disregulasi otonom ini juga bermanifestasi pada dan demensia atau konfusi berkaitan dengan
insidensi hipotensi ortostatik yang lebih tinggi pada meningkatnya risiko hipotermia. Berikut ini adalah tabel
orang-orang dengan risiko hipotermia. Berkurangnya faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipotermia pada
termogenesis merupakan faktor kunci lainnya dalam usia lanjut:
terjadinya disregulasi suhu pada usia lanjut. Ketuaan
berkaitan dengan berkurangnya termogenesis yang
diperantarai oleh beta adrenergik. Laju metabolisme juga
lebih rendah pada usia lanjut karena berkurangnya massa
Gangguan termoregulasi
tubuh kering sehingga berkontribusi terhadap risiko Kegagalan vasokonstriksi segera pada pajanan dingin
hipotermia pada individu-individu ini. Efek termal makanan Kegagalan merasakan dingin
juga berkurang pada usia lanjut. Karena lemak tubuh Kegagalan tanggapan perilaku untuk melindungi diri dari
cuaca dingin
berkontribusi untuk menahan kehilangan panas, usia lanjut Berkurang atau tidak adanya proses menggigil untuk
yang kurus dengan berkurangnya massa lemak juga membentuk panas
meningkatkan risiko hipotermia. Kegagalan respons peningkatan laju metabolisme terhadap
dingin
Di samping pajanan aktual terhadap dingin, terdapat Kondisi-kondisi yang menurunkan produksi panas
faktor-faktor predisposisi tubuh terhadap hipotermia. Hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipoglikemia, anemia,
Gangguan terkait pemrnrnan produksi panas mencakup malnutrisi, kelaparan
lmobilisasi/berkurangnya aktivitas (contoh: strok,
hipotiroidisme, hipoglikemia, kelaparan, dan malnutrisi. kelumpuhan, parkinson, demensia, artritis, fraktur
Kondisi endokrinopati yang paling sering menimbulkan panggul, koma)
hipotermia adalah hipotiroidisme, yakni 80% pasien yang Ketoasidosis diabetikum
Kondisi-kondisi yang meningkatkan kehilangan panas
dialami karena penurunan laju metabolisme dan Luka terbuka, inflamasi umum di kulit, luka bakar
kalorigenesis. Hipoglikemia juga menyebabkan Kondisi-kondisi yang mengganggu kontrol termoregulasi
berkurangnya proses menggigil, mungkin melalui efek sentral atau perifer
sental. Hipotermia juga terjadi pada lebih dari 50% pasien Strok, tumor otak, ensefalopati Wernicke, perdarahan
subarachnoid
dengan hipoglikemia. Kelaparan dan malnutrisi Uremia, neuropati (contoh: diabetes, alkoholisme)
berkontribusi terhadap risiko hipotermia karena Penyakit akut (contoh: pneumonia, sepsis, Ml, CHF,
berkurangnya massa tubuh kering total dan simpanan emboli paru, pankreatitis)
Obat-obat yang mengganggu termoregulasi
energi untuk kalorigenesis seperti kehilangan lemak tubuh Penenang (contoh: fenotiazin)
dengan efek penyekatnya. Imobilisasi dan berkurangnya Hipnotik sedatif (contoh: barbiturat, benzodiazepin)
aktivitas karena strok, artritis, dan parkinsonism juga Antidepresi (contoh: trisiklik)
Obat-obat vasoaktif (contoh: vasodilator)
menyebabkan berkurangnya produksi panas. Pada pasien Alkohol (menyebabkan vasodilatasi superfisial)
dengan parkinsonism, disfungsi autonom juga Lain-lain: metildopa, litium, morfin
berkontribusi terhadap disregulasi suhu.
REGULASI SUHU PADA USIA LANJUT 791

Klinis QRS. Kelainan ini kembali hilang bila suhu kembali nor-
Karena gejala awal sangat tidak spesifik dan samar-samar, mal. Kelainan lain yang sering adalah bradikardia dan
perlu kewaspadaan yang tinggi untuk deteksi dini. Riwayat pemanjangan interval P-R, QRS kompleks, segmen Ql
adanya pajandn akan sangat membantu tetapi pasien usia selain fibrilasi atrial, kontraksi ventrikel prematur, dan
lanjut dapat mengalami hipotermia bahkan pada suhu fibrilasi ventrikel. Perubahan-perubahan EKG bisa
sedang. Tanda-tanda awal yang terjadi pada suhu inti 32- menyerupai iskemi atau infark miokard akut.
35'C adalah kelelahan, kelemahan, melambatnya gerakan, Seringkali, diagnosis banding tersulit pada hipotermia
apati, bicara tidakjelas, kebingungan, dan kulit dingin. adalah hipotiroidisme, penyebab tersering hipotermia.
Hipopnea dan sianosis ada, pertama karena berkurangnya Riwayat adanya penyakit tiroid terdahulu, jaringan parut
kebutuhan metabolik dan kemudian karena depresi di leher bekas operasi tiroid, dan melambatnya fase
dorongan respirasi sentral. Bradikardia, aritmia atrium dan relaksasi refleks tendon dalam dapat membantu diagnosis
ventrikel serta hipotensi juga terjadi. Semikoma atau koma hipotiroidisme.
dan rigiditas muskular juga terdapat. Hilang kesadaran
biasanya terjadi bila suhu otak mencapai 3 2-30"C. Refleks-
Terapi
refleks melambat dan pupil kurang reaktif. Bisa terdapat
Perawatan gawat darurat. Di lapangan, pasien dengan
edema umum dan poliuria atau oliguria. Pajanan dingin
hipotermia harus segera dipindahkan dari lingkungan
dikaitkan dengan diuresis ar dar. zat terlarutnya. Kontraksi
dingin, daerah berangin, dan kontak dengan objek yang
volume terjadi karena diuresis danjuga karena pergeseran
dingin, Pakaian basah harus disingkirkan untuk mencegah
cairan ekstrasel dan intrasel. Ketika suhu tubuh turun dari
kehilangan panas lebih jauh. Harus digunakan beberapa
28'C, kulit menjadi sangat kering, individu menjadi tidak
lapis selimut. Pasien harus dipindahkan dengan hati-hati,
responsif, kah.r/rigid, arefleksia dan terfiksir, pupil dilatasi.
karena dingin, jantung dengan bradikardia sangat sensitif
Apnea dan fibrilasi ventrikel sering terjadi. Pasien kadang-
sehingga stimulus ringan pun dapat mencetuskan fibrilasi
kadang disangka sudah meninggal. Berbagai laporan
ventrikel atau asistol. Monitor jantung harus segera
kasus menggambarkan pasien-pasien yang bertahan
dilakukan. Pasien dengan denyutjantung yang terdeteksi
setelah ditemukan tidak bernapas atau nadinya tak
dan dapat bernapas spontan meskipun sangat lambat,
berdenyut. jangan mendapat perlakuan salah dengan tindakan yang
Komplikasi dini yang paling penting dari hipotermia
tidak perlu seperti kompresi dada atat pemasangan pacu
berat adalah aritmia serta henti jantung dan napas. jantung. Sebaliknya, pasien dengan fibrilasi ventrikel atau
Komplikasi lanjut mencakup bronkopneumonia dan pneu-
asistole harus diresusitasi tetapi jantun gyalgdingin dapat
monia aspirasi. Refleks batuk ditekan oleh hipotermia, dan
menjadi relatif tidak responsif terhadap obat-obat atau
dingin menyebabkan banyaknya produksi sekresi bronkial
stimulasi listrik. Cairan intravena, lebih baik dekstrosa 5olo,
yang kental. Edema paru mungkin terjadi terutama pada
natrium fisiologis tanpa kalium, harus dihangatkan sebelum
individu dengan penyakit kardiovaskular. Pankreatitis dan
digunakan.
perdarahan traktus gastrointestinal merupakan komplikasi
yang sering meskipun perdarahan masif jarang terjadi. Perawatan umum. Di rumah sakit, terapi dukunganumum
Mungkin terjadi gagal ginjal akut. Trombosis intravaskular untuk hipotermia berat terdiri dari tatalaksana perawatan
merupakan komplikasi hemokonsentrasi dan perubahan- intensif dari disfungsi multisistem yang kompleks.
perubahan viskositas yang diinduksi oleh suhu. Mortalitas biasanya lebih dari 50% untuk hipotermia berat
Abnormalitas EKG sering terjadi. Temuan EKG yang pal- dan meningkat dengan bertambahnya usia dan sangat
ing spesifik adalah gelombang Osborne setelah kompleks berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya.

Tanda Awal Tanda-tanda Lanjut Tanda-tanda Lebih Lanjut


Suhu 32-35'C Suhu 28-30'C Suhu < 28oC
Kelelahan Kulit dingin Kulit sangat dingin
Kelemahan Hipo.pnea Rigiditas
Berjalan lambat Sianosis Apnea
Apatis Bradikardia Tak ada denyut nadi- fibrilasi ventrikel
Arefleksia
Bicara tak jelas Aritmia atrial dan ventrikular
Kebingungan/konfus Hipotensi Tidak bereaksi
Menggigil (t) Semikoma dan koma Pupil kaku, tidak bergerak
Kulit dingin Otot kaku
Sensasi dingin (t) Edema umum
Refleks melambat
Reaksi pupil lambat
Poliuria atau oliguria
792 G,ERIITIXI

Tiap usaha harus dilalarkan untuk menilai dan mengatasi digunakan untuk mengatasi hipotermia pada pasien
setiap gangguan medis yang mungkin berkontribusi dengan penyakit kritis. Pada prosedur ini kateter arteri dan
(contoh: infeksi, hipotiroidisme, atau hipoglikemia). Sering vena femoral dipasang perkutan, dihubungkan ke saluran
terdapat infeksi yang mendasari. Hipotermia pada pasien masuk keluar cairan lebih hangat untuk msrnbuat fistel
usia lanjut awalnya harus ditatalaksana sebagai sepsis melalui mekanisme pemanasan. Pada sebuah studi yang
sampai terbukti tidak ada. Jika dicurigai hipotiroidisme, membandingkan CAVR dan teknik pemanasan standar,
pasien harus segera diberi levotiroksin 0,5 mg intravena CAVR berkaitan dengan mernbaiknya kelangsungan hidup
dan kortikosteroid. Meskipun pada pasien harus segera setelah trauma sedang berat dan berkurangnya secara
dipasang monitor EKG rutin, jalur vena sentral harus bermakna kebutuhan darah dan cairan, gagal organ, dan
dihindari jika mungkin, karena iritabilitas miokard. lama rawat di ICU. Pendekatan lain adalah dengan
.Karena
metabolisme melambat, banyak obat menggunakan lavase gaster, dimana ditempatkan balon di
memberikan sedikit efek pada pasien hipotermia yang berat lambung dan diisi dengan air. Dengan metode ini, daerah
namun dapat menimbulkan masalah saat pasien yang diFanaskan lebih kecil daripada dengan dialisis peri-
dihangatkan kembali. Aritmia biasanya resisten terhadap toneal dan iritasi faring lokal dapat mencetuskan aritrnia.
kardioversi dan terapi obat. Insulin tidak efektifpada suhu Dialisis peritoneal dan pemanas6 inhalasi mungkin
kurang dari 30"C dan harus dihindari pada pasien merupakan teknik yang paling praktis. Namun, terapi
hiperglikemia dengan hipotermia. Jika diberikan selama inhalasi tidak begitu efektif pada hipoGrmia sedang sampai
hipotermia, insul!1 dapat nrenimbulkan hipoglikemia saat berat. Dialisis peritoneal monberi sedikit risiko bagr pasieg
pasien telah dihaigatkan. Resistensi insulin membaik mudah dilakukan, butuh peralatan sederhana,,lan dapat
spontan saat suhu tubuh inti meningkat. Pada hipotermia dilakukan di setiap rumah sakit. Lebih baik dipilih dialisis
kronik (berlangsung lebih dari 12 jam),kekurangan cairan dengan2liter larutan bebas kalium. Biasanya normotennia
bisa berat dan diperlukan penggantian cairan saat dicapai setelah 6 sampai 8 kali penggantian. Enernajarang
pemanasan terjadi. Gas darah harus diobservasi untuk dilakukan namun dapat dikerjakan bersamaan deqgan
menilai fungsi pernapasan. Terapi oksigen, sedotan paru, dialisis.
dan intubasi endotrakea mungkin dibutuhkan saat Mortalitas biasanya lebih dari 5OYo pada hipotermia
pemanasan terjadi. Pada kasus dengan aritmia serius, berat, yang bertambah dengan meningkatnya usia dan
asidosis, serta gangguan cairan dan elektrolit, biasanya terutama berhubungan dengan penyakit yang mendasari.
tanggapan terhadap terapi hanya setelah dilakukan
pemanasan. Lebih baik menstabilkan pasien dan segera
melakukan teknik pemanasan spesifft .
HIPERTERMIA
Pemanasan. Unhrk hipotermia ringan (>32"C) biasanya
diberikan pemanasan pasif dengan bahan penyekat/
pengisolasi dan menempatkanpasien di lingkungan hangat
Definisi
(>21 "C). Pemanasan eksternal aktif (selimut listrik, matras
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik
pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran
hangat, dan botol air hangat, berendam/mandi air hangat)
panas terganggu (oleh obat atau penyakit) atau
merupakan teknik yang lebih cepat untuk pemanasan
dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau inter-
daripada prosedur pasif. Bagaimana pun, pemanasan
nal(metabolik).
eksternal aktif pada kondisi ini berkaitan dengan
Sengatan patas (heat stroke) per defrnisi adalah
peningkatan morbiditas dan mortalitas karena darah yang
penyakit berat dengan ciri ternperatur inti > 40"C disertai
dingin dapat secara tiba-tiba dialihkan ke suhu inti
kulit panas dan kering serta abnormalitas sistern sarafpusat
sehingga menurunkan suhu inti lebih jauh lagi. Vasodilatasi
seperti delirium, kejang, ataukomayang disebabkan oleh
perifer karena pematrasan eksternal dapat mencetuskan
pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau
syok hipovolemik dengan berkuranpya volume darah
kegiatan fisis yang berat (sengatan panas terkait aktivitas).
sirkulasi.
Untuk hipotermia yang lebih berat (<32"C) diperlukan
pematrasan inti. Beberapa teknik pemanasan inti dapat Patofisiologi
digunakan tetapi hasil positif hanya dilaporkan oleh studi- Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut
studi yang kecil dan tidak terkontrol. Lavase mediastinum pemeliharaan suhu tubuh normal dalam mengatasi
cukup efektifnamun ini menrpakan prosdur bedah rxryor- lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami
Sirkulasi ekstrakorporeal merupakan metode cepat rmtuk sengatan panas yang tidak terkait aktivitas karena
pemanas:m tetapi membutuhkan unit khusus rumah sakit, ganggum kehilangan panas dan kegagalan mekanisme
juga terdapat risiko hipotensi dan perdarahan dengan homeostatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia
penggutraan heparin. Pemanasan arteri vena rutin lanjut terhadap sengatan panas berhubungan dengan
(Continuous,Arterio l/enous Reworming/CAZR) telah penyakit dan perubahan-perubahan fisiologis.
REGULI\$ SUHU PAT'A USIA LANJUT 793

sangat kecil pada kelenjar yang diaktifkan secara


farmakologis sampai usia 60 tahun namun setelah usia 70
Heat wavel Tiga hari atau lebih berturulturut dan 80 tahun fungsi kelenjar merurrun secara bertahap.
gelombang panas dimana suhu udara > 32,2C. Temuan lain memperlihatkan perbedaan pola distribusi
Heaf stress/ stres Perasaan tidak nyaman dan keringat. Pengaruh penuaan terhadap menurunnya fungsi
panas ketegangan fi siologis berhubungan kelenjar keringat lebih jelas terlihat di daerah dahi dan
dengan pajanan lingkungan ekstremitas daripada di badan.
panas, terutama saat kerja fisis.
Hipertermia Peningkatan suhu tubuh di atas titik
pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas
Aliran Darah Kulit
terganggu (oleh obat atau Respons aliran darah kulit terhadap pemanasan lokal
penyakit) atau jenuh oleh panas langsung pada kulit nonakral berkurang pada usia lanjut.
eksternal (lingkungan atau Berkurangnya perfusi kulit pada usia lanjut berkaitan
induksi) atau internal (metabolik).
Heat exhaustion Penyakit ringan sampai sedang dengan hilangnya unit-unit fungsional pleksus kapiler.
/kelelahan panas karena kehilangan air dan garam Pada kulit yang menua, bagian dalam epidermis mendatar
akibat pajanan dengan lingkungan sehingga menjadi rata pada orang yang sangat tua.
panas atau latihan fisis yang
berat; tanda dan gejala mencakup Transformasi ini berhubungan dengan kolapsnya,
rasa sangat haus, kelemahan, disorganisasi, dan hilangnya pembuluh-pembuluh darah
tidak nyaman, cemas, pusing, mikrosirkulasi di papilaris kulit dan pleksus vaskular
pingsan, dan sakit kepala; suhu
inti dapat normal, di bawah superfisial. Perubahan anatomis ini mendukung peran
normal, atau sedikit meningkat perubahan struktural pada berkurangnya kapasitas aliran
(>37"C tetapi <40'C). darah kulit maksimal pada usia lanjut. Meskipun ambilan
Heat Penyakit berat dengan ciri suhu
oksigen maksimal, status penyesuaian diri, hidrasi,
sfroke/sengatan tubuh inti >40'C dan abnormalitas
panas sistem saraf pusat seperti penyakit-penyakit, dan obat-obatan dapat memengaruhi
delirium, kejang, atau koma aliran darah kulit, ketidakmampuan relatifkulit yang menua
karena pajanan terhadap untuk vasodilatasi tampaknya merupakan konsekuensi
lingkungan panas (sengatan
panas klasik) atau latihan fisis utama pada usia lanjut.
yang berat (sengatan panas
terkait aktivitas).
Sindrom disfungsi Kelanjutan perubahan-perubahan Gurah Jantung
multiorgan yang terjadi pada lebih dari satu Adaptasi kardiovaskular normal terhadap stres panas berat
sistem organ setelah adanya adalah dengan meningkatkan curah jantung hingga 20
gangguan seperti trauma, sepsis
atau senqatan panas.
liter per menit dan pergeseran darah yang panas dari
sirkulasi inti ke sirkulasi perifer. Ketidakmampuan untuk
meningkatkan curah jantung karena adanya deplesi air dan
garam, penyakit kardiovaskular, atau pengaruh obat-
Fungsi Kelenjar Keringat
Gangguan sistem termoregulasi dengan berkurang atau
obatan yang menganggu fungsi jantung dapat
menghambat toleransi panas yang mengakibatkan
tidak adanya keringat merupakan penyebab terpenting
kerentanan terhadap sengatan panas. Berkurangnya cqrah
sengatan panas pada lingkungan panas. Respons
jantung pada usia lanjut terutama merupakan akibat dari
berkeringat terhadap stimulasi panas dan neurokimia
berkurangnya isi sekuncup karena orang tua dapat
berkurang pada usia lanjut dibandingkan dengan dewasa
meningkatkan denyut jantungnya seperti pada dewasa
muda. Juga terdapat ambang suhu inti yang lebih tinggi
muda. Bagaimanapun, untuk mencapai peningkatan denyut
pada usia lanjut untuk memulai proses berkeringat. Pada
jantung ini, usia lanjut perlu mencapai proporsi yang lebih
kondisi stres panas, manusia mengaktifkan kelenjar
besar dari cadangan denyutjantungnya. Meskipun hasil
keringat ekrin (di bawah kontrol kolinergis simpatis) dan
ini untuk pria, sebuah studi yang menggunakan protokol
kemampuan kelenjar tersebut untuk mengeluarkan keringat
pemanasan yang sama menemukan bahwa perempuan (52-
untuk mengatur suhu tubuh. Meskipun terdapat variasi
80 tahun) tidak mengalami penurunan isi sekuncup dengan
luas antar individu sebagai respons kelenjar keringat
pemanasan pasif langsung. Ini benar untuk perempuan
terhadap stimulus farmakologis (contohnya oleh analog
yang tidak mendapat HRT ataupun estrogen, progesteron,
kolinergis seperti metilkolin atau pilokarpin), terdapat
pengaruh proses menua yang jelas. Laju berkeringat lokal
dan kombinasi terapi hormon. Mekanisme adanya
perbedaan antarjenis kelamin ini masih belum diketahui.
lebih rendah pada usia lanjut yang mendapat stimulus
farmakolo gis. Densitas kelenj ar-kelenj ar yang diaktifkan
secara farmakologis tidak dipengaruhi usia, efek ini Redistribusi Aliran Darah
disebabkan oleh produksi keringat yang lebih sedikit per Studi yang menunjukkan berkurangnya aliran darah kulit
kelenjar yang diaktifkan. Menurut Sato, pengaruh usia pada usia lanjut ternyata tidak saja berhubungan dengan
794 GERIITTRI

berkurangnya peningkatan curah jantung namun juga diantaranya dapat mengganggu respons terhadap kondisi
dengan berkurangnya redistribusi aliran darah dari sirkulasi panas. Antikolinergik, fenotiazin, dan antidepresi
splanknikus dan ginj al. menimbulkan hipohidrosis. Diuretik berkaitan dengan
Bila pengaruh ortostatik ditambahkan pada pemanasan hipovolemia dan hipokalemia, dan beta bloker dapat
pasif, pria usia lanjut bereaksi bermakna pada menekan fungsi miokard.
berkurangnya aliran darah perifer dibandingkan dewasa Sengatan panas dan progresivitas menjadi sindrom
muda. Karena itu, tampaknya penuaan berhubungan disfungsi multiorgan disebabkan olen interaksi kompleks
dengan berkurangnya respons aliran darah kulit baik perubahan-perubahan fisiologis akut terkait hipertermia
terhadap refleks vasodilatasi aktif maupun refleks (kegagalan sirkulasi, hipoksia, dan peningkatan kebutuhan
nontermoregulasi (barorefleks) di pembuluh darah kulit metabolik), efek sitotoksik langsung dari panas, dan
selama stres panas. Bukti lebih lanjut untuk perubahan respon inflamasi dan koagulasi tubuh. Rangkaian peristiwa
respons perifer ditunjang oleh studi yang menunjukkan ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam aliran darah
bahwa selama tes kemiringan kepala pada kondisi mikrosirkulasi dan mengakibatkan trauma pada endotel
normotermi, pria usia lanjut menunjukkan berkuralgnya vaskular danjaringan.
peningkatan resistensi vaskular dahi dibandingkan
dewasa muda. Bagaimanapun pada studi ini, resistensi
KIinis
vaskular splanknikus meningkat lebih besar pada kelompok
Sengatan panas memiliki ciri khas dimana suhu tubuh inti
usia lanjut. Temuan ini menunjukkan bahwa perubahan-
lebih dari 40,6'C disertai disfungsi sistem sarafpusatyang
perubahan terkait usia pada struktur dan regulasi
berat (psikosis, delirium, koma), dan anhidrosis ftulityang
pembuluh darah perifer mengharuskan adanya modifikasi
panas dan kering). Manifestasi dini, disebut heat exhaus-
mekanisme kontrol homeostatik sistem kardiovaskular.
tionkelelahanpanas, tidak khas dan terdiri dari rasa pusing,
Kematian orang-orang tua pada masa gelombang panas
kelemahan, sensasi panas, anoreksia, mual, muntah, sakit
biasanya dianggap karena penyakitjantung atau masalah
kepala, dan sesak napas.
kardiovaskular lainnya yang dieksaserbasi oleh stres
Komplikasi sengatan panas mencakup gagal jantung
panas. Bagaimana pun, beberapa morbiditas berhubungan
kongestif dan aritmia jantung, edema serebral dengan
langsung dengan kegagalan termoregulasi primer.
kejang dan defisit neurologis difus dan fokal, nekrosis
Melambatnya dilatasi vaskular kulit dan berkurangnya
hepatoselular dengan ikterik dan gagal hati, hipokalemia,
curah jantung dan redistribusi sirkulasi splanknikus dengan
alkalosis respiratorik dan asidosis metabolik, serta
pemanasan juga menganggu terjadinya kehilangan panas
hipovolemia dan syok. Rabdomiolisis, koagulasi
pada usia lanjut. Perubahan laju keringat dan aliran darah
intravaskular diseminata, dan gagal ginjal akut jarang
ini lebih berhubungan dengan pengaruh deconditioning
terjadi pada usia lanjut dibandingkan pada dewasa muda
daripada penuaan itu sendiri. Bila ambilan oksigen
dengan sengatan panas terkait aktivitas. Komplikasi
maksimal disesuaikan antara orang tua dan dewasa muda,
terberat, kematian, terjadi pada 80% pasien yang sindrom
tidak terdapat perbedaan bermakna laju keringat atau aliran
sengatan panasnya telah muncul secara penuh.
darah lengan atas selama latihan. Gangguan sensitivitas
terhadap perubahan-perubahan suhu dapat menimbulkan
perilaku yang tidak sesuai pada lingkungan panas. Terapi
Penyesuaian diri terhadap panas kurang berjalan dengan Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan cepat.
baik pada usia lanjut karena itu berkontribusi pada defisit Hal ini harus dimulai segera di lapangan dan suhu tubuh
fisiologis. inti harus diturunkan mencapai 39"C dalam jam pertama.
Ketidakmampuan melakukan tindakan-tindakan yang Lamanya hipertermia merupakan penentu utama hasil akhir.
diperlukan seperti mengganti pakaian tebal, pindah ke Berendam dalam air es lebih baik dari pada pendinginan
lingkungan sejuk, dan meningkatkan asupan cairan, akan dengan alkohol atau fan listrik. Komplikasi membutuhkan
meningkatkan sengatan panas pada usia lanjut dengan perawatan di ruang intensif.
mobilitas yang terbatas. Tinggal sendiri dan kebingungan/
delirium juga akan meningkatkan risiko ini. Usia lanjut Pendinginan
dengan penyakit kardiovaskular mungkin tak dapat Kehilangan panas efektif tergantung pada transfer cepat
meningkatkan curah jantung secara adekuat dalam dari inti ke kulit dan dari kulit ke lingkungan luar. Pada
merespons stres panas. Gagal jantung kongestif, diabetes orang-orang dengan hipertermia, transfer panas dari inti
melitus, obesitas, dan penyakit paru obstruktif berkaitan ke kulit difasilitasi oleh vasodilatasi kulit aktif. Tujuan
dengan meningkatnya risiko kematian pada korban teknik pendinginan terapi adalah meningkatkan transfer
sengatan panas. Faktor risiko lain kematian dari sengatan panas dari kulit ke lingkungan. Hal ini dicapai dengan
panas adalah alkoholisme, penggunaan obat-obat meningkatkan gradien suhu antara kulit dan lingkungan
penenang dan antikolinergik, serta berkurangnya aktivitas (untuk pendinginan dengan induksi) atau dengan
fisik. Orang tua rentan polifarmasi yang beberapa meningkatkan gradien tekanan air-uap air antara kulit dan
REGULASI SUHU PAT'A USIA LANJUT 795

lingkungan (untuk pendinginan dengan penguapan)


Teknik pendinginan konduksi sebagaimana dengan meningkatkan kecepatan udara di
Eksternal* sekitar kulit (untuk pendinginan dengan konveksi). Pada
. Berendam dalam air dingin prakteknya, air dingin atau es digunakan di kulit, yang
. Penggunaan kompres es di seluruh tubuh atau bagian- juga diberi kipas angin. Kebanyakan cara tersebut
bagian tubuh tertentu
. Penggunaan selimut pendingin menurunkan temperatur kulit di bawah 30oC, mencetuskan
lnternal*. vasokonstriksi kulit dan menggigil. Untuk mengatasi
o Lavase lambung dengan es respons ini, pasien dipijat kuat, disemprot dengan air
o Lavase peritoneal dengan es
hangat-hangat kular (40'C), atau dipajankan ke air panas
Teknik pendinginan evaporasi/penguapan atau konveksi
yang mengalir (45"C), baik pada saat yang sama dengan
. Berikan kipas angin pada pasien yang telah dibuka
metode pendinginan atau bergantian.
bajunya pada suhu ruangan (20-22'C)
. Basahi permukaan tubuh selama pemakaian kipas
Tidak ada zat-zal farmakologis yang mempercepat
angin terus menerus (kulit ditutupi dengan lembaran pendinginan yarg dapat menolong pada terapi sengatan
kasa halus yang telah direndam dalam air 20"C saat panas. Peranan obat-obat antipiretik pada sengatan panas
pasien dikipasi. Kipas angin dikurangi atau dihentikan
jika suhu kulit turun <30'C)
belum dievaluasi, meskipun diketahui bahwa sitokin
. pirogen terlibat pada stres panas.
Gunakan unit pendinginan tubuh (tempat tidur khusus
yang menyemprotkan air 15"C dan air hangat 45'C ke Penyembuhan fungsi sistem saraf pusat selama
seluruh permukaan tubuh untuk menjaga suhu kulit pendinginan merupakan tanda prognosis yang baik dan
basah antara 32-33"C bisa diharapkan pada mayoritas pasien yang mendapat
terapi agresif segera. Kerusakan otak terjadi pada 20Yo
pasien dan dikaitkan dengan tingginya mortalitas.

lntervensi Tujuan
Di luar rumah sakit
Stres panas (karena gelombang Ukur suhu inti pasien, jika >40'C, pindahkan pasien a Diagnosis sengatan panas.
panas, musim panas, atau latihan ke tempat sejuk, lepaskan pakaiannya, mulai a Turunkan suhu inti sampai
berat) dengan perubahan status pendinginan eksternal: kompres es batu di leher, <39,4"C, lakukan pendinginan
mental (ansietas, delirium, kejang, aksila, lipat paha; kipas angin terus menerus (atau dengan konduksi dan evaporasi.
atau koma) buka jendela ambulans); dan semprot kulit dengan Minimalkan risiko aspirasi.
air bersuhu 25'C hingga 30'C.
Posisikan pasien tak sadar menyamping dan a Tingkatkan saturasi oksigen
bebaskan jalan napas. arteri >90%.
Berikan oksigen 4 l/menit. a Menambah volume tubuh.
Berikan kristaloid isotonik/garam fisiologis.
Segera bawa pasien ke ruang gawat darurat.
Di rumah sakit
Periode pendinginan
Hipertermia . Pastikan diagnosis dengan termometer yang Pertahankan suhu rektum
dikalibrasi untuk mengukur suhu tinggi. <39,4"C dan suhu kulit 30-33'C.
a Monitor suhu rektum dan kulit, lanjutkan
Kejang pendinginan Kontrol kejang.
a Beri benzodiazepin.
Gagal napas . Pertimbangkan intubasi elektif (untuk gangguan Lindungi jalan napas dan
refleks muntah dan batuk atau gangguan fungsi tingkatkan oksigenasi (saturasi
pernapasan). oksigen arteri >90%)
Berikan cairan untuk ekspansi volume,
pertimbangkan vasopresor, dan pertimbangkan
Hipotensi monitor tekanan vena sentral. Tingkatkan tekanan arteri rata-
Kembangkan volume dengan salin normal dan rata hingga >60 mmHg dan
berikan furosemid intravena, manitol, dan sodium kembalikan perfusi organ dan
bikarbonat. oksigenasi jaringan.
Rabdomiolisis Monitor kalium serum dan kadar kalsium serta atasi Cegah trauma ginjal yang
hiperkalemia. diinduksi oleh mioglobin,
tingkatkan aliran darah ginjal,
diuresis, dan alkalinisasi urin.
Cegah aritmia jantung Yang
mengancam nyawa.
Periode pasca pendinginan
Disfungsi multiorgan Terapi suportif Penyembuhan fungsi organ
TX GE8IANX

xilffilg-Ail REEAEilg
Diartgulasi suilu gada ueia laajrs msmperlihatkan Abrass IB. DisorderE of temporature regulatiom. In: Hazzard WR.
noeksaismp fromemffiis yng atjadi Blass JP, Hztor IB, Ouslzn& JG fintri ME, ods. Prirciphs of
gettafric oedicim & gerontology, 5t ed. New York McGraw-
dcrym olffiingJfrya rysira- Ormg ben sia laqi$brffig
Hill;2O03: 1587-91.
@tmry*esuaikandiri sufuulingkroganyang Bouchama A, Knochel JP. Heat stroke. N En.gl J Med.2002; 346
ekstrim. Kondisi hipo da{, hipertermia menrpakan (25): 1978-88.
gaagil@ yaug serrog taqadilpada usia laqtuf, fcnfrma Ebersole B Hess P. Maif,taiDitrg mobility and environmental safety.
pa&usia laajut prymkit Ia: Gaiatric nrrsiag & trealthy egrng, le ed. St. Louis: Mosby,
Pacegabn yangpalingsesuai lrc;2001: 469-72.
untuk tatalaksaaa disr*gu*asi subu pada usia lanjut. Florez-Duquat 14 McDomld RB. Cold-induced thermoregulation
and biologieal agng. Physiol Rev. 1998; 78: 339-58.
kr.ffire. pera usia taldrf te{frsflg kmatman
Kane RL, Ouslaader JG, Abrass IB. Disorder of temperature
ren*a {@ hip*ermb &ll hipsermia di tiagkmgan regulation. In: Essentials ofclinical geriatrics, 56 ed New York:
krefui skseis, tnfang perilabyang ttpat McGraw-Ifill; 2O04l. 328-34.
padaMdisibrs&{rf,dar1 hagiindividn
ktaf Kpnney WL, lvlunce TA. Physiology of aging. Invited review: Ag-
usia *aajut ymgpalagrentm kus rrampr mengurangi ing aad human temperature regulation. J Appl Physiol. 2003;
mor6&litas&r rrerlitas dari ga$#uatr iai- 95: 2598-6$3.
t27
DEHIDRASI DAN GANGGUAN ELEKTROLIT
R,A. Tuty Kuswardhani, Nina Kemala Sari

PENDAHULUAN kemampuan homeostatik seiring dengan bertambahnya


usia. Secara khusus, te{adi penurun:an respons rasa haus
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sangat sering terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas. Di
terjadi pada usia lanjut (usila). Gangguan tersebut meliputi samping itu juga terjadi pemrrunan laju filtrasi glomerulus,
dehidrasi, hipernatremia, dan hiponatremia. Di Amerika kemampuan fungsi konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan
Serikat, dehidrasi terjadi pada sekitar 7o/o pendeitaberusia penumnan respons ginjal terhadap vasopresin. Peningkatan
lebih dari 55 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan kadar a*ial natriuretic peptlde (ANP) akan menyebabkan
rerata lama rawat 14 hari dan terjadi pada 82% pasien febris supresi sekresi renin ginjal, aktivitas renin plasma, angio-
yang dirawat di rumah. Dehidrasi merupakan salah satu tensin II plasma, dan kadar aldosteron. Selain efek
alasan utama pasien usia lanjut dibawa ke ruang gawat kehilangan natrium dari ginjal secara tidak langsung ini, ANP
darurat dan salah satu dari enam diagnosis utama yang secara langsung juga menimbulkan hilangnya natrium dari
berkaitan dengan terjadinya hendaya progresif. Jika ginj al melalui efek natriuretik.
dehidrasi tidak teriangani, angka mortalitas mencapai lebih
dai, 50%. Data di Indonesia diperoleh dari instalasi gawat
darurat Departernen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN-CM tahun DEH!DRASI
2000-2001 dimana sebanyak 45Yo pasien usia lanjut yang
dibawa ke gawat darurat, qrenderita dehidrasi. Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat
Hipernatremiaterjadi pada sekitar l% pasien berusia berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi
lebih dari 60 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah
angka mortalitas lebrh dai 40% .Weinberg et a/ menemukan yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium
bahwa pada 60%o pasien febris yang dirawat di rumah yang lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).
mengalami hipernatremia atau peningkatan rasio BUN Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar
terhadap kreatinin atau keduanya dibandingkan dengat 5%o natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan
pada populasi kontrol. osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmoVliter).
KTeinfield et a/ melaporkan kej adian hiponatremia pada Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar
penderita usila yang dirawat di rumah sakit sebesar 1lolo. natrium serum (135-145 mEq/L) dan osmolalitas efektif se-
Penelitian lainnya tentang mortalitas di rumah sakit, rum (27 0-285 mosmoVliter). Dehidrasi hipotonik ditandai
hiponahemia saat masuk rumah sakit berhubungan dengan dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
peningkatan risiko kematian sebesar dua kali lipat. Pada mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dan 270
penelitian selama lebih dari 1 tahun terhadap penderita mosmoVliter).
yang dirawat di rumah, diketahui bahwa pada 53% kasus
sedikitnya mengalami I kali episode hiponatremia.
Dalam penatalaksanaan keseimbangan cairan dan GEJALA KLINIS DEHIDRASI PADA USIA LANJUT
elektrolit pada usila, pengertian mengenai perubahan
fisiologi yang menjadi faktor predisposisi gangguan Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut takjelas,
tersebut sangat penting. Secara umum, terjadi penurunan samar-samar, bahkan bisa tidak ada sama sekali. Gejala

797
798 GERIAIRI

klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, pemrrunan menggunakan obat-obat sitostatik, tidak ada perdarahan
turgor, dan mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis saluran cerna, dan tidak ada kondisi overload (gagal
paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan jantung kongestif, sirosis hepatis dengan hipertensi por-
berat badan akut lebih dari 3%o. Tanda klinis obyektif tal, penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindrom
lainnya yang dapat membantu mengidentifikasi kondisi nefrotik).
dehidrasi adalah hipotensi ortostatik. Terdapat berbagai penyebab dehidrasi pada usia lanjut.
Tidak spesifiknya presentasi klinis dehidrasi pada usila, Secara klasik penyebabnya adalah peningkatan kehilangan
mendorong klinisi untuk melakukan usaha-usaha dalam cairan atau penurunan asupan cairan (Tabel 1).
mengidentifikasi penderita yang berisiko mengalami Infeksi seperti pneumonia dan infeksi saluran kemih
dehidrasi. Studi yang dilakukan oleh Divisi Geriatri sangat sering terjadi pada usila. Pada pneumonia dapat
Depademen Ilmu Penyakit Dalam FKULRSIIPN-CM pada terjadi peningkatan kehilangan cairan dari keringat dan
tahun 2000-2001 mencoba mendapatkan gejala klinis dan takipnu. Kehilangan cairan berlebihan melalui urin dapat
laboratoris dehidrasi pada usia lanjut. Ternyata tidak disebabkan oleh penggunaan diuretika, manitol, kontras
didapatkan perbedaan bermakna dalam persepsi rasa haus, radiografr, hiperglikemia, dan hiperkalsemia. Penyebab lain
hampir separuh usila yang menderita dehidrasi tidakmerasa dari kehilangan cairan lewat urin adalah diabetes insipi-
haus. Hampir semua usia lanjut, baik yang dehidrasi dus, hiperaldosteronisme, dan penekanan vasopresin.
maupun tidak dehidrasi, mengalami penurunan turgor kulit Kehilangan cairan melalui haktus gastrointestinal yang
di atas dahi dan di atas sternum, terutama pada dehidrasi tersering adalah penggunaan laksan dan diare. Penyebab
berat, demikian pula gejala mata cekung. Kadar natrium penurunan asupan cairan pada usila dapat dilihat pada
serum dalam penelitian ini ternyata tidak bermakna. Seperti Thbel2.
banyak digunakan dalam studi terdahulu di luar negeri,
kadar natrium serum dengan batasan yang berbeda-beda
digunakan sebagai penanda dehidrasi. Gross memakai lnfeksi kronik atau akut
kriteria kadar natrium serum < 145 mEq/L untuk dehidrasi Kehilangan urin berlebihan
ringan, natrium serum meningkat pada dehidrasi sedang, Guna salah diuretika
Glikosuria
dan natrium serum > 145 mEq/L pada dehidrasi berat. Hiperkalsiuria
Weinberg menyebutkan kadar natrium serum > 148 mEq/L Manitol
sebagai penanda dehidrasi. Pada studi geriatri di RSCM, Zat kontras radiografi
Peningkatan nitrogen urea darah
ditemukan kadar natrium serum pada pasien dehidrasi rata- Diabetes insipidus
rata 144,39 mEq/L sedangkan pada usila yang tidak Sentral
mengalami dehidrasi 141,92 mEq/L. Pada studi ini klasifikasi Nefrogenik
Hipoaldosteronism
natrium serum terbanyak pada usila dehidrasi adalah Penyakit Addison
normonatremia (53o/o), hipernatremia (38%), dan Hipoaldosteronisme Hiporeninemik
hiponatremia (9%). Pengukuran osmolalitas serum dalam Supresi vasopresin
Fenitoin
menilai status hidrasi sebaiknya menggunakan Etanol
perhitungan osmolalitas plasma efektif (Eosm) yang Pasca takiaritmia atrial
ditentukan oleh osmol yang bekerja menahan air dalam Diuresis pasca obstruksi
ruang ekstrasel, jadi tidak menyertakan zat yang aklif Kehilangan gastrointestinal
Traktus gastrointestinal atas
secara osmotik seperti ureum dan alkohol yang bebas
Muntah
berdifusi melintasi membran sel sehingga kurang bermakna Kerusakan nasogaster
dalam menilai defisit air bebas. Pada studi ini, juga tidak Diet enteral dengan cairan hipertonik
Traktus gastrointestinal bawah
ditemukan perbedaan bermakna osmolalitas efektif serum
Guna salah laksatif/ persiapan usus
pada usia lanjut dehidrasi dan tidak dehidrasi. Tidak Diare infeksius/ sekretori
bermaknanya perbedaan kadar natrium serum dan Pintas bedah/ fistula
lskemia usus
osmolalitas efektif plasma ini sesuai dengan terdapatnya Kolektomi
3 kemungkinan jenis dehidrasi yaitu dehidrasi hipertonik, Kehilangan darah berlebihan
isotonik, dan hipotonik. Lingkungan - berhubungan dengan kehilangan cairan
Berdasarkan studi Divisi Geriatri ini bila ditemukan aksila Gelombang panas
lembab/basah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, di- Hipotermia
Pergeseran cairan ke interstisial
uresis berkurang, BJ urin lebih dari atau sama dengan 1,019
Hipoalbuminemia
(tanpa adanya glukosuria dan proteinuria), serta rasio Pankreatitis
Blood Urea NitrogenlKreatinin lebih dari atau sama Asites
Anafilaksis
dengan 16,9 (tarryaadanyaperdarahan aktif saluran cerna) Luka bakar
maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut Dialisat peritoneal hipertonik
adalah 8l%. Kriteria ini dapat dipakai dengan syarat: tidak
DEHIDRASTI DAN GAI{GGUAI{ ['I I'KTROLIT 799

minum per oral, selain pemberian cairan enteral, dapat


diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang
Terbatasnya akses terhadap cairan hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi
Keterbatasan fisik yang dibutuhkan dapat dihitung dengan mmus:
Keterbatasan gerak
Buruknya ketajaman penglihatan Defisit cairan (liter) : Berat badan total (BBT) yang
Restriksi cairan diinginkan - BBT saat ini
Persiapan tindakan operasi
Menghindari mengompol atau tersedak BBT yang diinginkan: KadarNa serum x BBT saat ini
Terapi edema atau hiponatremia
140
Perubahan sensoris
Berkurangnya tingkat kesadaran
Sedatif, neuroleptik, narkotik
BBT saat ini (pria) : 50% x berat badan (kg)
Kerusakan sistem saraf pusat secara struktural dan BBT saat ini (wanita) : 45% x berat badan (kg)
metabolik
Demam Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi
Berkurangnya tingkat kewaspadaan
Demensia , delirium tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik
Mania, psikosis, depresi dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau Dekstrosa 5olo
Gangguan gastrointestinal dengan kecep atan25-30o/o dari defisit cairan total per hari.
Gangguan menelan
Obstruksi usus Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45yo.
Mekanik Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi
Metabolik penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan
lskemik
Obat-obat antikolinergik bila perlu pemberian cairan hipertonik.
Perubahan mekanisme rasa haus
Adipsia Primer
Terkait obat
Glikosida jantung HIPERNATREMIA
Amfetamin
Berhubungan dengan patologi sistem saraf pusat fokal Hipernatremia dan hiponatremia sering terjadi pada usia
lanjut. Hipernatremia pada usia lanjut paling sering
disebabkan oleh kombinasi dari asupan cairan yang tidak
PENATALAKSANAAN DEHIDRASI PADA USIA adekuat dan bertambahnya kehilangan cairan. Gangguan
LANJUT mekanisme rasa haus dan hambatan akses terhadap cairan
(sekunder dari gangguan mobilitas atau menelan) turut
berkontribusi dalam timbulnya hipernatremia pada usia
Terapi Rehidrasi Oral lanjut selain adanya keterlambatan ekskresi natrium.
Pada dehidrasi ringan terapi cairan dapat diberikan secara
Kehilangan air murni padakeadaan demam, hiperventilasi,
oral sebanyak 1 5 00 -2 5 00 ml/ 24 jam (3 0 mU kgb er atb adan/
atau diabetes insipidus. Lebih sering, kehilangan air
24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan hipotonik disebabkan oleh problem saluran cerna, luka
penggantian defisit cairan dan kehilangan cairan yang
bakar, terapi diuretika atau diuresis osmotik. Seringkali
masih berlangsung. Menghitung kebutuhan cairan sehari,
deteksi hipernatremia pada usia lanjut terlambat dilakukan
termasuk jumlah insensible water loss sangat perlu sehingga usia lanjut yang lemah dapat dengan mudah j atuh
dilakukan setiap hari. Perhatikan tanda-tanda kelebihan pada keadaan hipernatremi a y angbermakna.
cairan seperti ortopnea, sesak napas, perubahan pola tidur, Penderita dengan demensia sangat mudah mengalami
atau confusion. Cairan yang diberikan secara oral hipernatremia karena penurunan rasa haus, gangguan
tergantung jenis dehidrasi. kemampuan gntuk meminta air dan mungkin, rendahnya
Dehidrasi hipertonik: cairan yang dianjurkan adalah air kadar vasopresin. Penyebab penting lainnya adalah
atau minuman dengan kandungan sodium yang renda!, hiperkalsemia yang mungkin dapat menyebabkan
jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur. kerusakan sel-sel pada gelung Henle dan berinteraksi
dengan vasopresin pada tingkat duktus kolektus.
Dehidrasi isotonik: cairan yang dianjurkan adalah air dan
Hipokalemia yang bermakna juga dapat menyebabkan
suplemen yang mengandung sodium (us tomat), juga
hipematremia.
dapat diberikan larutan isotonik yangada di pasaran.

Dehidrasi hipotonik: cairan yang dianjurkan seperti di atas


Gejala Klinis
tetapi dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi. Manifestasi klinis hipematremia pada usia lanjut sering
tidak khas dan silmar-samar. Gejala-gejala sistem sarafpusat
Terapi Rehidrasi Parentera! utama adalah iritabilitas, restlessness, letargi, kejang otot,
Pada dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat spastisitas dan hiperrefleksi, yang merupakan gejala
800 GERIAIRI

sekunder dari berkurangnya cairan di sel-sel otak. Air ke menimbulkan letargi, kelelahan, anoreksia, mual, dan luam
luar dari sel sehingga sel mengkerut. Di otak, hal ini otot. Dengan memburuknya hiponatremia, gejala-gejala
mengakibatkan traction on vessels sehingga timbul susunan saraf pusat mengemuka dan bervariasi dari
perdarahan. kebingungan hingga koma dan |ejang. Terdapat risiko
kematian bila kadar natium serum < 1 l0 mEq/L.
(Natrium plasma-140)
Defisit cairan = x Air tubuh total
140 Tatalaksana
Dalam memeriksa pasien usia lanjut dengan hiponatremia,
Tatalaksana faktor penyebab lainnya harus disingkirkan. Pendekatan
Terapi hipematremia adalah mengganti kehilangan cair: an awal pada hiponatremia adalah pengukuran osmolaritas
atau hentikan pemberian natrium pada kasus dengan serum. Dalam hal ini, nilai osmolaritas yang normal
pemberian natrium yang berlebihan. Karena adaptasi memrnjukkan adanya hiperlipidemia atau hiperproteinemia.
susunan sarafpusat terhadap pengerutan sel dan karena Nilai osmolaritas yang tinggi sering tampak pada kondisi
koreksi terlalu cepat dapat menyebabkan edema serebral hiperglikemia atan pemberian infus hipertonik. Jika
yang berbahaya, hipernatremia kronik harus diatasi osmolaritas rendah, terlebih dahulu tentukan status
perlahan dan hati-hati. Aturan umum adalah mengoreksi volume penderita.
50% defisit cairan dalam 12 sampai24 jampertama dan Pada keadaan hiponatremia hipovolemik, pengukuran
sisanya diberikan dalam satu hingga dua hari berikutnya. natrium urin sangat berguna. Kadar natrium urin yang
Pada hipernatremia akut defisit cairan harus diganti lebih rendah nampak pada keadaan-keadaan kehilangan natrium
cepat. Defisit air bersih dikalkulasi dengan memperkirakan secara ekstrarenal seperti kerusakan kulit dan gangguan
air tubuh total dalam liter dan menggunakan formula: gastrointestinal. Kadar natrium urin yang tinggi nampak
Memburuknya status neurologis selama pemberian pada kehilangan natrium melalui gangguan ginjal,
cairan dapat menunjukkan terjadinya edema serebral dan penggunaan diuretika, dan hipoaldosteronisme. Asupan
membutuhkan reevaluasi segera dan penghentian air dan aktivitas vasopresin yang berlebihan serta
sementara cairan. hipokalemia juga berhubungan dengan terjadinya
hiponatremia. Diuretika seperti tiazid beke4a pada tubu-
lus distal dan mengganggu transport natrium sehingga
mengakibatkan kehilangan natrium melalui kehilangan air
HIPONATREMIA
yang berlebihan. Hiponatremia hipovolemik ringan seperti

Hiponatremia sering ditemukan pada usia lanjut. Pada usia yang terjadi pada orang yang mendapat diet cairA.{GT,
lanjut sehat, terdapat penurunan sekitar I mEq/L per dapat dikoreksi dengan menambahkan larutan salin atau
dekade dai nilai rata-ra|a I 4l + 4 rnBqlLpada usia dewasa menambahkan tablet NaCl yang dihaluskan ke dalam cair- an

muda. Pada usia lanjut, hiponatremia dilusional merupakan enteral.


mekanisme mendasari yang cukup sering terjadi namun Hiponatremia euvolemik pada umumnya terjadi pada
yang paling sering adalah karena syndrome ofinappro- kondisi seperti SIADH dan kegagalan regulasi osmolaritas.
priate antidiuretic hormone secretion (SIADH). Penyebab SIADH tersering pada usila adalah infeksi,
Hiponatremia seringkali merupakan penanda penyakit hematom subdural, medikamentosa, penyakit paru dan
berat yang mendasari dengan prognosis buruk dan kanker (Tabel 3). Gambaran khas SIADH adalah
mortalitas tinggi. Risiko utama timbulnya perburukan hiponatremia, hipoosmolalitas dengan gambaran klinis
hiponatremia adalah pemberian cairan hipotonik. euvolemia, kegagalan urin untuk menjadi encer, ekskresi
Rendahnya asupan natrium disertai pengaruh proses natrium di urin > 20 rri,BqlL dan tidak ada penyakit lain
menua dengan gangguan ginjal dalam menahan natrium
yang dapat menimbulkan hiponatremia seperti
memudahkan terjadinya kehilangan natrium dan hipotiroidisme, insufisiensi adrenal, gagal j antung
hiponatremia. Banyak pasien yang mendapat dukungan kongestif, sirosis, atau penyakit ginjal. Terapi jangka
pendek SIADH terdiri dari restriksi cairan dan penggantian
nutrisi melalui NGT mangalami hiponatremia intenniten
atau persisten karena rendahnya kandrmgan natrium dalam
natrium. Loop diuretics dapat digunakan sebagai ajuvan,
diet tersebut. sedangkan terapi jangka panjangnya adalah restriksi
cairan dan meningkatkan aiupan garam.
Kondisi hiponatrernia hipervolemik seringkali nampak
Gejila Klinis pada kondisi pertambahan berat badan dan edema.
Beratnya gejala klinis hiponatremia tergantung pada Penyebab tersering kondisi ini pada usila adalah penyakit
rendahnya kadar natrium dan cepatnya penurunan kadar jantung kongestif. Penyebab lainnya adalah sindrom
natrium serum tersebut. Hiponatremia kronik ringan bisa nefrotik dan sirosis hati. Terapi pilihan pada hiponatremia
saja tidak bergejala. Kadar natium serum < 125 ntE
QL dapat hipervolemik adalah restriksi cairan.
DEHIDRASI DAT{ GANGGUAITI EIIKTROIJT 801

Terapi hiponatremia secara umum adalah sebagai fi siologis menjadi berkurang sehingga meningkatkan risiko
berikut: hitung jumlah natrium yang diperlukan untuk timbulnya perubahan keseimbangan cairan dan natrium
mengoreksi defisit sehingga mencapai kadar 120 mmol, yang bermakna secara klinis. Diperlukan kewaspadaan
yang tinggi mengenai terdapatnya keterbatasan
Defisit natrium (pria) kemampuan homeostasis ini guna mengantisipasi akibat
[0,6 x berat badan kering (kg)] x ll20 - kadar natrium penyakit dan obat-obatan terhadap status volume dan
plasmal, elektrolit pasien usia lanjut sehingga intervensi terapi dan
tatalaksana menjadi lebih rasional.
Defisitnatrium(wanita) [0,5 x berat badan kering
(kg)l * [120 - kadar natrium plasma],

namun perhitungan di atas tidak dapat digunakan pada REFERENSI


kehilangan cairan yang isoosmotik.
Laju koreksi sangat tergantung pada berutnya gejala Gross Cr, Lindquist Rd, Wooley Ac, Granieri R, Allard K, Webster B.
dan derajat hiponatremia. Kadar natrium yang aman yaitu Clinical indicators of dehydration severity in elderly patients.
120 mBqlL yang diikuti dengan peningkatan secara J Emerg Med 1992; 10
Kavanagh S, Knapp M. The impact on general practitioners of the
bertahap menuju kadar normal. Menurut Laureno dan
changing balance of care for elderly people living in
Karp, laju koreksi sebaiknya kurang dari 10 mEq/L dalam
institutions. BMJ. Com 1998; 317,
24 jam. Koreksi yang terlalu cepat menyebabkan terjadinya Kemala Sari N. Deteksi dini dehidrasi usia lanjut. Maj Kedokt Indon.
mielinolisis sehingga mengakibatkan paraparesis atau 2005; 55:4.
kuadriparesis , pseudobulbar palsy dankoma. Hal ini sering Knight El, Minaker Kl. Disorders of fluid and electrolyte balance. In
terjadi pada koreksi hiponatremia kronik, karena pada Oxford Textbook of Geriatric Medicine, Evans J G Williams T
kondisi kronik otak telah beradaptasi dengan kadar natrium F, Beattie BL, Michel JP, Wilcock GK (eds). Oxford University
Press 2000, pp 647-53.
yang rendah sehingga peningkatan kadar natrium yang
Kugler Jp, Hustead T. Hyponatremia and hypernatremi6 in the
tiba-tiba menyebabkan dehidrasi serebral dan kerusakan
elderly. Am Fam Physi 2000 ;61:12.
saraf. Mekanisme yang pasti dari kerusakan otak karena Larson K. Fluid balance in the elderly : Assessment and intervention
hal ini masih belum dimengerti sepenuhnya. important role in community health and home care nursing.
Geriatr Nurs. 2003; 24:5.
Lindeman Rd, Romero Lj, Limrg Hc, Baumgartner Rn, Koehler Km,
Garry Pj. Do elderly persons need to be encouraged to drink
KESIMPULAN
more fluids? Journal of Gerontology. 554:7, 2000.
lrtiller U. Gangguan keseimbangan cairan dan natrium. Dalam The
Proses menua normal disertai dengan perubahan berikut Merck Manual of Geriatrics, Abrams WB, Berkow R (eds). Bina
yang berpengaruh pada regulasi cairan dan natrium: 1). Aksara: 1997. p. 38 - 55.
Gangguan persepsi rasa haus, 2). Penurunan laju filtrasi Rose Bd. Regulation of the effective circulating volume. ln Clinical
glomerulus, 3). Gangguan kapasitas ginjal untuk Physiology of Acid Base and Electrolyte Disorders, Vellas B,
memekatkan urin, 4). Gangguan kapasitas ginjal untuk Albarede JL, Garry PJ (eds). McGraww-Hill lrrc;'1994. p.235-60.
Turner T, Cassano Am. Subcutaneous dextrose for rehydration of
menahan natrium. Sebagai konsekuensi perubahan-
elderly patients - an evidence based review. BMC Geriatrics
perubahan ini, kapasitas seorang berusia lanjut 2004.
menghadapi berbagai penyakit, obat-obatan, dan stres
128
GANGGUAN TIDUR PADA USIA LANJUT
Rejeki Andayani Rahayu

PENDAHULUAN sambil tidur, dll). Dalam ICD l0 tidak dibedakal ar,tata


insomnia primer atau sekunder akibat penyakit/kondisi
Hampir sepertiga umur kita dihabiskan untuk tidur. Tidur abnormal lain. Insomnia di sini adalah insomnia kronik yang
yang lelap tanpa gangguan dan nyenyak menjadi sudah diderita paling sedikit 1 bulan dan sudah
kebutuhan manusia yang esensial, sama pentingnya menyebabkan gangguan fungsi dan sosial.
dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain-
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi
lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia)
4 tipe yaitu: l). Gangguan tidur yang berkorelasi dengan
akan menyebabkan rasa mengantuk sepanjang hari
gangguan mental lain; 2). Gangguan tidur yang disebabkan
esoknya. Mengantuk merupakan faktor risiko untuk
oleh kondisi medis umum; 3). Gangguan tidur yang
terjadinya kecelakaan, jafuh, penurunan stamina dan secara
diinduksi oleh bahan-bahan/keadaan tertentu; 4).
ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Pada usia
Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan
lanjut gangguan tidur di malam hari akan mengakibatkan
sama sekali dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-
banyak hal lain selain seperti yang disebut di atas. Hal-hal
obatan).
lain yang dapat terjadi adalah ketidakbahagiaan, dicekam
Gangguan tidur primer pengertiannya mirip dengan in-
kesepian dan yang terpenting, mengakibatkan penyakit-
somnia non organik pada ICD 10 yaitu gangguan tidur
penyakit degeneratif yang sudah diderita mengalami
menetap dan diderita minimal I bulan.
eksaserbasi akut, perburukan dan menjadi tidak terkontrol.
Dalam ICSD klasifikasi gangguan tidur lebih lengkap dan
Selain itu akan menimbulkan problem sosial lain terhadap
rinci, dibagi dalam12 subtipe dan lebih dari 50 tipe sindrom
lingkungan, terutama terhadap keluarganya.
insomnia. Untuk mendiagnosisnya sering memerlukan
Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat
berbagai pemeriksaan penunjang laboratorium tidur, klinik,
dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset prob-
dan radiologi seperti CT s can, PEI serta EEG.
/ems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep
maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early
morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang muncul
TERMINOLOGI DAN SIKLUS TIDUR
sering kombinasi ketiganya, munculnya ada yatg
sementara atau kronik.
Untuk dapat memahami tentang tidur, maka terminologi
Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem
tidur harus jelas. Terminologi ini termasuk flrsiologi, waktu
diagnostik yaitu: International Code of Diagnostic (ICD)
dan kualitas tidur. demikian juga penyakit-penyakit
10, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disor-
penyefta yang mengganggu tidur (sleep apnea, restless
ders (DSM) IV dan International Classification of Sleep
leg syndrome, myoclonus) dan kelengkapan penampilan
Disorders (ICSD).
psikomotor.
Dalam ICD 10 insomnia dibagi menjadi 2 yaitu organik
dan non organik. Untuk non organik dibagi lagi menjadi 2 Siklus tidur (secara singkat dapat dilihat pada tabel l),
kategori yaitu dyssomnias (ganggrtatpada lama, kualitas ada 2 stafus primer pada siklus tidur yaiturapid eye move-
dan waktu tidur) danparasomnias (ada episode abnormal ment @EM) dan non REM. Status non REM dibagi menjadi
yang muncul selama tidur scperti mimpi buruk, berjalan 4 stadium antara lain:

802
GAT{GGUAII{ TIDUR PADA USIA LANJUT 803

Stadium transisi antara bangun penuh dan tidur,


1: saat GH sehingga orang terbangun. Jika malam tiba, NSC
sekitar 30 detik sampai 7 menit dengan karakteristik merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga
gelombang olak low-voltage pada pemeriksaan orang mengantuk dan tidur. Melatonin adalah hormon
el e c tr o enc ep ha I o gr afi (EEG) yang diproduksi oleh glandula pineal (suatu bagian kecil
Stadium 2 : Juga ditandai dengan gelombang otak low - di otak tengah). gelap, melatonin
Saat hari mulai
voltage padaEEG. Perbedaan dengan stadium 1 adalah dikeluarkan dalam darah dan akan memengaruhi
adanya gelombang high voltage yang disebut "sleep terjadinya relaksasi serta penurunan temperatur badan
spindles" dan K complexes. dan kortisol. Kadar melatonin dalam darah mulai
Stadium 3 & 4: sering disebut tidur yang dalam atau meningkatpadajam g malam, terus meningkat sepanjang
"deha sleep". EEG menunjukkan gelombang yang malam dan menghilang pada jam 9 pagi (Gambar 1).
lambat dengan amplitudo tinggr.
REM : ditandai oleh periode autonom yang bervariasi,
seperti perubahan detakjantung, tekanan darah, laju
pemapasan, dan berkeringat. Pada stadium inilah mimpi
saat tidur teriadi.

12 iam

I malam 9 pagi
I Rapid eye movement (REM), atau paradoksikal, tidur
tidak selaras (de synchroni zed) Sumber: National Sleep Foundation Washington DC 2004
ll. Tidur non REM:
Gambar 1. Kadar melatonin dalam darah
a Stadium 1: tidur ringan
b. Stadium 2: tidur ringan
c. Stadium 3: tidur dalam atau SWS (Slow-wave
S/eep)
PERUBAHAN TIDUR AKIBAT PROSES MENUA DAN
d. Stadium 4: tidur dalam atau SWS (Slow-wave
S/eeP) PREVALENSINYA
Sumber Feldman & Abernathy,200O
Orang usia lanjut membutuhkan waktu lebih lama untuk
masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur)
dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu tidur
Dua puluh lima persen waktu tidur dihabiskan pada nyenyaknya. Dari penelitian The Gallup Organization
status REM dat75%o pada status non REM. Pada orang didapatkan 50% pendudukAmerika pemah mengalami sulit
muda yang sehat waktu yang dibutuhkan dari stadium I tidur. Dari hasil penelitian di masyarakat, prevalensi sulit
sampai dengan 3 hanya 45 menit. Stadium 4 berlangsung tidur (insomnia) pada usia lanjut di Amerika adalah 36Yo
sekitar '70-120 menit, berulang sampai 6 kali sebelum untuk laki-laki dan 54% untuk perempuan, hanya26o/olakt-
terbangun. Pada tidur yar.g normal terdapat laki dan 2lo/operempuan usia lanjut yang mengatakan tidak
kecenderungan perpindahan stadium dari tidur yang dalam ada kesulitan tidur. Data epidemiologi lain mengenai
menuju tidur yang ringan. Empat jam pertama tidur terdiri prevalensi gangguan tidur pada orang usia lanjut dapat
atas pengulangar status non REM dan kebanyakan berada dilihat pada Tabel 2.
pada stadium 3 dan4, sedangkan 4 jamkedua lebihbanyak Pada penelitian di laboratorium tidw, orang usia lanjut
terjadi pengulangan pada stadium 7 darr 2 serta status mengalami waktu tidur yang dalam (delta sleep) lebih
REM. pendek, sedangkan tidur stadium I dan2lebih lama. Hasil
Pola siklus tidur dan bangun (irama sirkadian), adalah uj i dengan alat p oly s o m n o g r ap hic didapatkan penumnan
bangun sepanjang hari saat cahaya terang dan tidur yang bermakn a dalam s I ow w at e s I e ep dar' r apid ey e mov e -
sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah ment (REfuI). Orang usia lanjut juga lebih sering terbangun
adanya perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya di tengah malam akibat perubahan fisis karena usia dan
terang akan masuk melalui mata dan memengaruhi suatu penyakit yang dideritanya, sehingga kualitas tidur secara
bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra-chi nyata menurun. Gambaran polysomnographic tersebut
asmatic (NSC). NSC akan mengeluarkan neurotransmiter dapat dilihat pada Gambar 2.
yang memengaruhi pengeluaran berbagai hormon Hasil survei pada masyarakat usia lanjut di Amerika,
pengatur temperatur badan, kortisol, growth hormone mendapatkan bahwa mereka membutuhkan waktu lebih
(GH), dan lain-lain yang memegang peranan untuk lama untuk j atuh tidur, tidur nyenyak hanya sebentar, lebih
bangun dan tidur. NSC bekerja seperti jam, meregulasi sering terbangun saat tidur, bangun terlalu dini hari, dan
segala kegiatan bangun dan tidur. Jika pagi hari cahaya membutuhkan waktu lebih banyak untuk tidur pada siang
terang masuk, NSC segera mengeluarkan hormon yang hari karena sangat mengantuk (Tabel 3).
menstimulasi peningkatan temperatur badan, kortisol, dan Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama
804 GERI'IiTRI

Umur Jumlah Prevalensi (%) Subyektif Obyektif


(tahun) Responden
Total Perempuan Pria Menghabiskan terlalu Penurunan tidur stadium
Florida, USA 60-69 TDL 209 22,6 '18,3 banyak waktu di tempat 3 dan 4 (delta sleep).
>70 TDL 259 29,4 20,o tidur
Los Angeles, 51 -80 336 39 8 TDL TDL Menghabiskan lebih sedikit Penurunan tidur REM.
USA waktu untuk dapat tidur
Sampel 65-79 798 25 0 TDL TDL nyenyak.
Nasional, USA Jumlah terbangun Peningkatan nyata
Nottingham, >65 1023 225 27,7 14,6
'19,0
meningkat. dalam jumlah
UK 160 11,6
>65 terbangun.
NIMH 1801 120 TDL TDL
Catchment Memerlukan waktu lebih Frekuensi gangguan
London, UK >60 (w) 705 335 TDL TDL banyak untuk bisa tidur tidur meningkat.
>65 (L) Kepuasan tidur kurang Efisiensi tidur menurun.
Liverpool, UK >65 1070 350 40,7 25,3 Keletihan sepanjang hari. Rasa mengantuk di
Paris, Perancis >55 758 31 0 42,5 22,5 siang hari secara nyata
Mannheim, 66-92 330 230 29,1 7,9 meningkat.
German 170 17,5 16,9 . Lebih sering dan lebih lama Jumlah istirahat
Boston Timur, >65 3537 337 36,4 29,4 menghabiskan waktu untuk meningkat.
USA
>65 )7^ )4 ) istirahat.
New Haven, 27 17 31 ,1
USA Sumber: Cohen-Zion & Ancoli-lsrael, 2003
lowa, USA >65 3028 23,2 25,4 19,5
Sampel >65 TDL TDL 37,3 28,7
Nasional,
Perancis berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin, hormon
4 propinsi USA >65 5201 TDL 30.0 14,0
4 propinsi USA >65 5201 TDL 65,0 65,0
yang diekskresikan pada malam hari dan berhubungan
Veneto, ltaly >65 2398 TDL 54,0 35,6 dengan tidur, menurun dengan meningkatnya umur.
Montreal, >65 227 1 5,1 9,8 18,7
Canada Penelitian lain menunjukkan kualitas tidur usia lanjut
Lund, Swedia >80 212 19,0 TDL TDL yang sehat, juga tergantung pada bagaimana aktivitasnya
Sampel >60 766 29,5 TDL TDL
pada siang hari. Bila siang hari sibuk dan aktifsepanjang
nasional,
Jepang hari, pada malam hari tidak ada gangguan dalam tidumya,
Keterangan: sebaliknya bila siang hari tidak ada kegiatan dan cenderung
TDL= tidak dilaporkan
Empat propinsi USA= Carolina utara, California, l\.4aryland, dan Pensytvania tidak aktif, malamnya akan sulit tidur.
lnsomnia dinyatakan sebagai "gangguan tidur" (Sumber: Morgan K,2003\

PENYEBAB GANGGUAN TIDUR PADA USIA I-ANJUT

Perbandingan siklus tidur pada dewasa muda dan usia lanjut Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan, bahwa
REM
penyebab gangguan tidur pada usia lanjut merupakan
Srrg 1 gabungan banyak faktor, baik fisis, psikologis, pengaruh
$age 2
sbse 3
obat-obatan, kebiasaan tidur, maupun penyakit penyerta
Sage 4 lain yang diderita. Beberapa faktor penyebab pada
12315678 gangguan tidur dapat dilihat pada Tabel 4.
Jar lidur
Awake
REM
Slage 1

Slags 2 . Perubahan-perubahan irama sirkadian.


Sl6ge 3 . Gangguan tidur primer (SDB, PLMS, RBD)
Stag 4 . Penyakitpenyakit fisik (hipertiroid, artritis).
. Penyakit-penyakit jiwa (depresi, gangguan ansietas)
. Pengobatan polifarmasi, alkohol, kafein
. Demensia
Gambar 2. Hipnogram . Kebiasaan higiene tidur yang tidak baik
Kel: PLMS: periodic leg movements in sleep; RBD: rapid
eye-movement behaviour disorder; SDB; s/eep-dlsordered
sirkadian tidur normal yaitu menjadi kurang sensitif breathing. Sumber: Cohen-Zion & Ancoli-lsrael, 2003
dengan perubahan gelap dan terang. Dalam irama sirkadian
yang normal terdapat peranan pengeluaran hormon dan
perubahan temperatur badan selama siklus 24 jam. Ekskresi GANGGUAN TIDUR PRIMER
korlisol dan GH meningkat pada siang hari dan temperatur
badan menurun di waktu malam. Pada usia lanjut, ekskresi Terdiri atas: 1). gangguan tidur karena gangguan
kortisol dan GH serta perubahan temperatur tubuh pemapasan (sleep di.sordered breathing); 2). sindrom kaki
GAIiIGGUAI{ TIDUR PAI'A USIA LANJUT 805

kurang tenang (restless legs syndrome) dan gangguan penyakit lain seperti trauma batang otak, disfungsi otonom,
gerakan tungkai periodik (periodic limb moyement distrofi otot pernapasan, pernapasan cheyne-stokes, darr
disorder);3). gangguan perilaku REM (REM behavior idiopatik (sindrom hiperkapnia dan non hiperkapnia).
disorder).
Kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortaHtas) pasien
GTGP berhubungan dengan 2 kategori besar penyakit
Gangguan Tidur Karena Gangguan Pernapasan sebagai berikut:
(Sleep Diso rdered B reath i ng) . Neuropsikiatrik atau Psikososial: mengantuk
Gangguan tidur ini ditandai dengan mengorok waktu tidur berlebihan di siang hari, konsentrasi dan daya ingat
dan mengantuk hebat pada siang hari. SDB dibagi menjadi menurun, penurunan prestasi/daya guna diri, mudah
3 yaitu : l). sindrom tahanan saluran napas atas (Upper emosi, depresi, rusaknya hubungan dengan orang lain.
airway resistance syndrome:UARs); 2). henti napas Angka kejadian kecelakaan saat mengendarai mobil
karena obstruksi (Obstructive sleep apnea:OsA); 3). meningkat 7 kali pada pasien dibandingkan orang nor-
Sindrom hipoventilasi karena obesitas (Obesity mal.
hypoventil ation syndrome : O H S). . Kardiovaskular : Angka kejadian hipedensi pada pasien
Gangguan tidur karena gangguan pemapasan ini sering OSA sekitar 45-90%, hipertensi pulmonal sekitar 15-20%.
disebut s/eep apne o/ hypopruea syndro ma Terdapat 3 tipe Terjadi perubahan sirkadian tekanan darah pada malam
gangguan yaitu: henti napas karena obstruksi (OSA) hari akibat terjadinya apnea. Saat apnea, terjadi
akibat oklusi sebagian atau total saluran napas atas; henti peningkatan tekanan darah mendadak, akibat adanya
napas karena proses sentral (central sleep apnea= CSA mekanisme refleks kimia dan interaksinya dengan refleks
) akibat gangguan rangsang bernapas dari pusat baroreseptor dan aferen pulmonal. OSA juga menjadi
pernapasan di medula oblongata sehingga terjadi salah satu faktor penyebab hipertensi pulmonal. Hal ini
penurunan kemampuan/tonus otot pemapasan, dan tipe dapat dibuktikan dari penelitian pada pasien OSA
campuran keduanya. dengan hipertensi pulmonal, setelah OSA ditangani
dengan baik terdapat penurunan tekanan pulmonal yang
Patofisiologi gangguan tidur karena gangguan
nyata. Penelitian lain menunjukkan pasien dengan OSA
pemapasan (GTGP), merupakan interaksi komplek dari
dan tekanan pulmonal >20 mmHg ternyata menderita
sistem sarafpusat dan perifer, otot-otot saluran napas atas
kegemukan (obese) dan PaOr- nya relatifrendah saat
dan beberapa neurotransmiter yang menghasilkan kolaps
(collapse) sebagian atau seluruh lubang pemapasan atas
bangun penuh. OSA juga berperan pada
ketidakseimbangan vasodilator dan vasokonstriktor
(faring), sehingga mengakibatkan obstruksi jalan napas
akibat terjadinya stres oksidatif karena terjadinya
dan hipoksia. Faktor dasar seperti anatomi saluran napas
katabolisme nitric oxide (NO), peningkatan aktivitas
atas (hipertrofi tonsil), obstruksi hidung, distribusi dan
saraf simpatik, peningkatan aktivitas sistem renin-an-
pengumpulan lemak tubuh, dan tonus otot pernapasan
giotensin-aldosteron (RAA) dan sintesis endotelin.
atas, mungkin memegang peranan pada berat ringannya
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi disfungsi endotel
GTGP, baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. Data
dan fisiologi pembuluh darah sehingga kejadian strok
terbaru menunjukkan adanya cacat primer anatomi faring,
dan serangan jantung meningkat.
yang kecil dan mudah kolaps, dikombinasi dengan
lemahnya otot saluran napas atas pada pasien GTGP. Gambaran klinis pasien GTGP adalah pada saat tidur
terdapat mengorok sangat keras, tersedak dan batuk-batuk,
Faktor risiko terjadinya GTGP antara lain : obesitas, jenis
henti napas beberapa detik, dan gerakan-gerakan seperti
kelamin laki-laki, ras (lebih banyak pada kulit hitam), usia
orang kehabisan napas. Gambaran tersebut biasanya
lanjut, depresi sistem saraf pusat (alkohol, obat-obatan
dilaporkan oleh teman tidurnya. Yang dirasakan oleh pasien
sedatif), penyempitan saluran napas atas (micrognathia,
adalah sering terbangun tanpa sebab, nokturia, dan merasa
retrognathia), hipertensi, penyakit jantung, strok,
tidak tidur semalaman, Pada pagi hari sering muncul keluhan
hipotiroid, akromegali, keturunan, penyakit paru obstruktif,
nyeri kepala, kepala terasa ringan, dan mengantuk terus.
penyakit degeneratif saraf seperti sindrom Shy-Dragger
Bila berlangsung terus akan muncul gangguan koglitif,
dan penyakit-penyakit penyebab kejang.
penurunan intelektual, perubahan perilaku dan
Frekuensi terjadinya GTGP cukup tinggi pada usia lanjut. kepribadian, depresi, dan penurunan gairah seksual.
Di Amerika terdapat 28-67% laki-laki dan 20-54%o
Diagnosis GTGP dibuat berdasarkan penilaian lengkap
perempuan usia lanjut yang menderita GTGP tipe henti
yang terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
napas karena obstruksi (OSA), dimana pasien laki-laki 8
pemeriksaan penunj ang,
kali lebih berat manifestasinya dibandingkan perempuan.
Di Hongkong terdapat l0% usia lanjut (umur > 65 tahun) Anamnesis dilakukan kepada pasien dan keluarganya,
menderita henti napas karena obstruksi. Pasien CSA lebih terutama teman tidurnya; meliputi; kebiasaan tidur,
jarangditemui, biasanya berhubungan atau sebagai akibat kebiasaan mengorok waktu tidur, penyaksian henti napas
806 GERI'TIRI

saat tidur, kepuasan tidur, mengantuk pada siang hari, berdasarkan indikasi individual untuk menunjang diagno-
perubahan perilaku, perubahan emosi, perubahan sikap sis. Pemeriksaan blood gas analyzes ( BGA) dibutuhkan
saat berhubungan dengan orang lain, kemampuan seksual apabila terdapat tanda-tanda hipoksia yang jelas, terutama
(impotensi), penyakit-penyakit lain yang diderita terutama pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik.
penyakit kardiovaskular, kebiasaan kencing malam hari
Pemeriksaan di laboratorium tidur: Pemeriksaan yang
(nokturia), obat-obatan yang sedang dan sering diminum
dilakukan selama tidur dengan alat polisomnogram dapat
baik dengan resep dokter atau beli sendiri, pemakaian
memberikan informasi yang akurat mengenai pola tidur
alkohol dan rokok kretek.
pasien sehingga dapat diketahui apakah pasien menderita
Pemeriksaan fi sis meliputi: OSA atau CSA (Gambar 4). Pemeriksaan di laboratorium
Karakteristik umum: identiflrkasi adanya obesitas dan tidur ini juga diperlukan untuk menghitung apneu-
dismorfologi kepala, wajah, dan gigi. (micrognathia, hipopnea index (AIID, yaitu menghitung jumlah total epi-
retro gnathia, hipoplasia maksilaris, sumbing pada bibir/ sode apnea dan hipopnea dibagi lama tidur. Jika AHI >5
palatum, lidah besar, oklusi gigi, kesejajaran mandibula). kali episode per jam maka diagnosis OSA bisa ditegakkan.
Obesitas diidentifrkasi dengan mengukur antropometri
seperti berat badan, tinggi badan dan atau panjang
rentang tangan serta indeks masa tubuh (body mass
Uvula Hard palate
index/BMI). BMI >28 sangatberisiko mengalami OSA.
Status mental: dilakukan untuk mencari depresi (dengan
skor depresi), kecemasan (ansietas) dan penyakit
psikiatrik lain (dikonsulkan pada spesialis jiwa).
Tekanan darah: hipertensi muncul pada >50o% kasus
GTGP. Dianjurkan pada pasien hipertensi agar diperiksa
Class I C lass ll Class lll Class lV
adanyakejadian GTGP.
Ukuran leher: lingkar leher dapat untuk memprediksi Sumber: MallampaliSR Clinicalsigns lo pr.dictdifficulthechealintubation
Can Anaoslh Soc J 1983;30(3 Pi 1):316-317
ukuran membran krikotiroid. Pada laki-laki dengan
lingkar leher >17 inci, prevalensi OSA 30o/o. Pada Gambar 3. Klasifikasi saluran napas
perempuan dengan lingkar leher >15 inci risiko OSA
jugameningkat.
. Pemeriksaan hidung: Penting untuk mengidentifrkasi
adanya kelainan penyebab obstruksijalan napas, antara Apnu obstuktif
Aliran udara
lain: deviasi septum, adenoid yang besar, polip atau
Dinding dada
massa tumor di hidung
maupun nasofaring,
Abdomen
pembengkakan mukosa hidung dan nasofaring.
Pemeriksaan ini biasanya menggunakan Aliran udara APnu senrral

nasofaringoskop. Dinding dada


. Orofaring: periksa adanya kelainan anatomi yang Abdomen
menyebabkan penurunan luas orofaring seperti Sumber: Drazen JM Sleep apnea syndrome,N Engl J Med 2002i346i390-391

hipertroh tonsil, palatum lunak terlalu panjang, ulula Gambar 4, Polisomnogram menunjukkan OSA dan CSA, diikuti
yang besar, flap faringeal, stenosis, tumor dan jaringan oleh arousal dari tidur
parut di faring posterior. Untuk mendeteksi tingkat
kesulitan intubasi dan luasnya orofaring perlu dilakukan
Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah multiple sleep
pemeriksaan dengan skor Mallamp ati y ang membagi
latency /esl (MSLT). MSLT dilakukan untuk pasien yang
menjadi 4 kelas (Gambar 3).
mengeluh mengantuk terus sepanjang hari dengan riwayat
. Leher: deposit lemak yang cukup banyak di sekitar
GTGP tidak jelas. Dengan alat polisomnogram, uji ini
leher dapat melemahkan tonus otot pemapasan terutama
mengukurperiode laten (waktu/kecepatan) dari saat masih
selama tidur fase REM. Tumor, termasuk limfadenopati
bangun sampai tertidur. Uji dilakukan berulang kali pada
yatg tyata harus dievaluasi.
siang hari sesuai jadwal yang ditentukan. Uji ini juga
. Pemeriksaan fisis lain (sistem organ): untuk mencatat munculnya stadium REM. Adanya 2 atau lebih
mengidentifikasi adanya penyakit kardiovaskular dan
stadium REM saat uji ini dilakukan, menunjukkan pasien
penyakit paru obstmktif.
dalam kondisi narcolepsy. Narcolepsy adalah gangguan
. Pemeriksaan fungsi kognitif dan memori: terutama
tidur yang ditandai dengan 4 gejala, yaitu serangan
penurunan konsentrasi, intelektual, dan daya ingat.
mendadak tidur, katapleksi, paralisis sementara dan
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan: halusinasi. MSLT dapat membantu diagnosis hipersomnia
Laboratorium klinik: Pemeriksaan yang dibutuhkan pri-o
GAIGGUAT{ TIDUR PADA USIA LANJUT 807

Pemeriksaan mirip MSLT yang disebut repeated lest mendasarinya, pemberian oksigen dapat membantu
of suslained wakefulnes (RTSW) juga mengukur periode meringankan gejala apnea, tetapi kadang-kadang
laten tetapi dengan perintah agar pasien memertahankan diperlukan bantuan ventilator bertekanan positif yang
agar tetap bangun selama uji dilakukan dan pasien diberikan intermitent bila terdapat tatda-tanda hipoksia.
ditempatkan di ruang tenang dengan lampu temaram.
Terapi dengan conlinuous positive airway pressure
Pemeriksaan pencitraan: Pemeriksaan hanya ini (CPAP). CPAP adalah suatu alat bantu napas berupa
dilakukan dalam penelitian atau untuk persiapan terapi masker yang dihubungkan dengan alat elektronik pompa
pembedahan. Pemeriksaan ini meliputi: refleksi akustik udara. Alat ini memberikan tekanan udara yang stabil pada
yang digunakan untuk melihat dinamika jalan napas atas, saluran napas atas. Tekanan ini membuat "pneumatic
somnofluoroskopi digunakan untuk melihat kolapsnya splint" pada saluran napas atas dan membuat peningkatan
faring dan penyempitan maksimal jalan napas saat tidur, pernapasan pada pasien OSA. Alat ini dikenakan selama
pemeriksaan radiologis sefalometri untuk melihat pasien tidur dan sudah terbukti efektif. Indikasi pemakaian
defisiensi skeletor kraniofasial, CT-scan jalan napas atas alat ini adalah OSA berat tanpa gejala, OSA ringan sampai
diperlukan bila ada tanda-tanda tumor di nasofaring/ sedang dengan gejala mengantuk berat pada siang hari,
orofaring posterior, magnetic resonance imaging pemrrunan kognitif, dan adanya penyakit kardiovaskular
pemeriksaan yang menghasilkan resolusi bagus dari jalan (hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan strok). Terapi
napas, jaringan lunak, dan deposit lemak di leher. dengan CPAP ini juga ditujukan untuk pasien sindrom
hipoventilasi karena obesitas dan cukup efektif untuk
Pengelolaan GTGP terutama ditujukan untuk mengatasi CSA idiopatik.
menghilangkan risiko kejadian penyakit kardiovaskular dan
keluhan mengantuk berat pada siang hari. Pada OSA yang Terapi dengan alat-alat mulut(oral aplliance:OA), Alat
berat terjadi hipoksia selama tidur dan sering ini direkomendasikan untuk pasien OSA ringan dan sedang
mengakibatkan serangan jantung atau strok. Gambaran yang tidak dapat mentoleransi penggunaan CPAP. Alat
saturasi oksigen pasien OSA berat dapat dilihat di gambar ini biasa dipasang pada gigi saat tidur untuk mbieposisi
5. Untuk dapat mengelola dengan baik, perlu diketahui bentuk mandibula, memodifikasi palatum posterior dan
berat ringannya GTGP terutama OSA. Berdasarkan hasil bagian belakang lidah. Penggunaan alat tersebut hanya
pemeriksaan polisomnografr, The American Academy of efektif untuk beberapa pasien GTGP dengan kelainan
Sl e ep Me dic ine pada tahun I 999, mengklasifrkasikan O SA anatomi faring.
sebagai berikut:
Terapi pembedahan. Prosedur bedah yang biasa dilakukan
. OSA ringan bila terdapat 5-15 kali apnea per jam tidur untuk OSA adalah pembedahan untuk menghilangkan
. OSA sedangbilaterdapat 15-30 kali apneaperjamtidur sumbatan hidung seperti rhinosinusitis, deviasi septum,
. OSA berat bila terdapat >30 kali apnea perjam tidur adenoidektomi; uvulopalato-pharingoplasty (UPPP),
Terapi konservatif: Strategi yang dipakai untuk OSA antara las er-asis sted uvulopalatoplasty (LAUP), tonsilektomi,
lain: posisi tidur miring, terapi hidung tersumbat, hentikan reseksi sebagian atau ablasi lidah, rekonstruksi mandibula
pemakaian alkohol dan obat-obat sedatif, serta penurunan atau maksila, dan trakeostomi. Indikasi terapi bedah adalah
berat badan. Dari penelitian di laboratorium tidur ternyata pasien dengan OSA berat simtomatik. atau bila
episode apnu/hipopnu lebih banyak terjadi saat tidur penanganan konservatif dan pemakaian alat CPAP dan
terlentang dan setelah pemakaian obat benzodiazepine atau atau alat mulut tidak berhasil memperbaiki gejala GTGP.
setelah minum alkohol. Penurunan berat badan lUYo
temyata memrrunkan 26%o episode apnea per jam. Untuk Sindrom Kaki Kurang Tenang (Resfless Legs
CSA terapi ditujukan untuk menyembuhkan penyakit yang Syndrome=R[S) dan angguan Gerakan Tungkai
yang Periodik (Periodic limb movement disorder
=PLMSI
Sindrom kaki kurang tenanC GLS) ditandai oleh rasa tidak

\t enak yang berlebihan terutama pada kaki selama malam


00
9o
saturas
saat pasien istirahat. Ini adalah bentuk dari akathisia, sering
8o
okstoen
\rcI 60
50 \itiY disebut sebagai perasaan seperti dirayapi semut atau
l\rengorok
hewan kecil. Perasaan ini menyebabkan pasien
pada posisi menggerakkan kakinya, atau bangun lagi untuk berjalan
terle n tan g
berkeliling guna menghilangkan rasa tidak enak ini. Secara
Menit nyata gangguan ini menyebabkan usia lanjut sulit tidur
S!mber I Flemons WW Obstructve sleep apnea,N Engl J iled 2002;347:498-505 atau terbangun berkali-kali.
Gambar 5. Pola saturasi oksigen pada pasien dengan s/eep Gangguan gerakan tungkai yang periodik (PLMS),
apnea berat mungkin menyertai sindrom kaki kurang tenang atau berdiri
808 GERIAIR

sendiri. PLMS ditandai oleh munculnya episode gerakan (formula 25-100 mg) dengan dosis awal I kali setengah
yang sama dan berulang, biasanya pada kaki tapi tidak tablet saat mau tidur. Dosis dapat ditingkatkan % tablet
jarang muncul juga pada tangan. Biasanya pasangan tiap 3-4 hari bila belum membaik. Hati-hati bila gejala
tidumya melaporkan ada episode gerakan menendang gangguan ini muncul lebih awal atau siang hari, mungkin
yang muncul selama 20-40 detik saat tidur dan muncul ini akibat efek samping obat, dosis harus diturunkan atau
berulang-ulang. Gerakan-gerakan ini sebagian besar tidak digabung dengan obat anti parkinson lain seperti
membangunkan pasien meskipun pasien melalcukan 100 bromokriptin, karbarrazepin, dan klonazepam. Pergolid
kali tendangan semalam. Hanya tendangan dengan dapat digunakan disini, dosis awal sangat rendah (0,05
frekuensi dan intensitas tinggi dapat membangunkan mg ) yang diberikan 2 jam sebelum tidur, secara bertahap
pasien. Pasien sering mengeluhkan rasa lelah yang dosis dinaikkan sampai dosis 0,5 mg. Obat lainyangdapat
berlebihan saat bangun tidur dan tidur tidak nyenyak, digunakan untuk kedua gangguan tidur ini adalah
sehingga berakibat mengantuk sepanjang hari. benzodiazepin (l kali saat tidur), atau kodein atau
Prevalensi gangguan tidur RLS dan PLMS meningkat oksikodon.
pada usia lanjut. Prevalensi pada usia lanjut sekitar 45Yo,
sedangkanpada dewasa muda5-6%. Tidak ada perbedaan Gangguan Perilaku REM (GPR)
antara laki-laki dan perempuan, Sebagian besar pasien Gangguan perilaku REM ini sangatjarang, tetapi sering
dengan RLS juga menderita PLMS, dan PLMS tidak j arang muncul pada usia lanjut. Proses yang mendasari terjadinya
merupakan penyakit penyerta GTGP. gangguan ini adalah adanya disinhibisi transmisi aktivitas
Patofisiologi terjadinya RLS maupun PLMS sampai saat motorik saat bermimpi. Gangguan ini sering muncul pada
ini belum jelas. Hipotesis terbaru menyatakan mungkin tengah malam saat periode REM terjadi. Bentuk gangguan
disfungsi sistem dopamin dan opiat di saraf pusat yang dapat bervariasi seperti mengigau, bicara sambil tidur,
mendasari kelainan ini. Hipotesis ini dibuat karena melihat berjalan, bahkan makan sambil tidur. Pasien sering jatuh
efek terapi agonis dopamin dan opiat yang efektif atau melompat dari tempat tidur sehingga terjadi perlukaan.
mengatasi kedua gangguan tidur ini. Prevalensi GPR sampai saat ini tidak diketahui, tetapi
Faktor risiko kedua kelainan ini antara lain usia lanjut, dari beberapa laporan menunjukkanbahwa prevalensi pada
gagal ginjal, defisiensi besi (kadar ferritin serum < 50 ngl usia lanjut laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
ml), dan polineuropati perifer. Patofisiologi terjadinya gangguan perilaku REM
Diagnosis kedua kelainan ini dibuat berdasarkan gejala sampai saat ini tidak diketahui. Beberapa laporan
klinik seperti tersebut di atas dan dikonfirmasi dengan menunjukkan ada hubungan kejadian GPR akut dengan
pemeriksaan elektromiografi (EMG) pada otottungkai atas pemakaian obat-obatan antidepresi seperti antidepresi
di laboratoriumtidur. trisiklik, fluoksetin, inhibitor monoamin oksidase, dan
Terapi konservatifdengan merendam kaki dan tungkai ketagihan alkohol atau sedatif. GPR kronik dihubungkan
atas dengan air hangat serta olahraga ringan (alan kaki) dengan narkolepsi dan beberapa penyakit
yang dilakukat terafix dapat membantu menghilangkan neurodegeneratif idiopatik seperti demensia dan penyakit
gejala kedua gangguan tidur ini. Bila belum berhasil dapat Parkinson.
di$unakan obat anti parkinson karbidopa-levodopa

Rabu Minggu
Jam masuk tidur
Waktu untuk jatuh tidur (setelah berbaring)
Jumlah terbangun malam hari
Jam bangun
Jam keluar dari tempat tidur
Jumlah waktu total tidur malam hari
Jumlah waktu total bangun malam hari
Waktu istirahat
Obat yang diminum (dosis dan jam minum)
Alkohol (dosis dan waktu minum)
Bagaimana kualitas tidur semalam
Seberapa lelah waktu bangun tidur pagi hari*
'1 sampai 5, nilai 1 untuk sama sekali tak lelah/ tidur puas dan 5 untuk sangat lelah/ tidur tak puas sama sekali
Keterangan : nilai
Sumber :Cohen-Zion & Ancoli-lsrael, 2003.
GANGGUAN TIDUR PAI'A USIA LANJUT 809

Diagnosis dibuat berdasarkan penilaian lengkap minggu berturut-turut sebelum dapat dipakai sebagai
terutama mengenai riwayat tidur. Oleh karena pasien tidak penilaian siklus tidur pasien.
menyadari apa yatg dilakukannya sambil tidur, maka
anamnesis lengkap dilakukan terhadap keluarganya atau
teman tidurnya. Anamnesis mengenai apa saja yang
PENATALAKSANAAN
dilakukan pasien sambil tidur, frekuensi dan lama
te4adinya, serta sejak kapan GPR ini diderita oleh pasien.
Untuk gangguan irama sirkadian perlu dijelaskan pada
Terhadap pasien ditanyakan apayarrg dirasakan selama pasien bahwa gangguan tidur ini bukan penyakit, tak
tidumya, mimpinya, dan juga perasaannya saat bangun membutuhkan obat khusus, hanya perlu pengaturan waktu
tidur. Pemeriksaan dengan polisomnogram dan rekaman masuk tidurnya, jangan terlalu dini dengan melakukan
video tiap malam di laboratorium tidur perlu dilakukan untuk
kegiatan/kesibukan pada petang hari dan baru masuk tidur
menegakkan diagnosis GPR. pada jam yang sama dengan keluarga lain. Kalau tetap tak
Obat golongan benzodiazepin kerja lama seperti dapat mengatasi, diberikan terapi lampu terang' pada saat
klonazepam yang diberikan saat mau tidur sekali sehari,
seharusnya pasien masih bangun di pagi hari dan petang
dapat mengontrol gejala gangguan ini. Namun, bila obat
hari, lampu dipadamkan/gelap pada saat harus tidur.
dihentikan biasanya gejala akan muncul lagi. Demi
mencegah terjadinya perlukaan pada pasien dan teman
tidurnya, perlu diatur kamar tidumya. Jangan ada benda- Penatalaksanaan Menyeluruh Gangguan Tidur
benda tajam di kamar tidur, tempat tidur sebaiknya rendah, pada Usia Lanjut
jendela sebaiknya dipasang teralis besi dan pintu kamar Karena banyaknya penyebab gangguan tidur pada usia
selalu dikunci untuk mencegah pasien berjalan keluar lanjut, maka penatalaksanaan gangguan tidur pada usia
rumah. lanjut harus dilakukan secara individual, dengan meneliti
dan menilai gejala dan tanda yang ada pada tiap.pasien.
Beberapa hal dapat diterapkan secara umum pada semua
Gangguan Tidur Karena Gangguan lrama jenis gangguan tidurpada usia lanjut, yaitu: edukasi tidur,
Sirkadian
mengubah gaya hidup, psikoterapi, dan medikamentosa.
Seperti diterangkan di muka, irama sirkadian tidur diatur
Edukasi tidur diberikan baik kepada pasien maupun
oleh proses endogen berupa pengaturan temperatur badan
keluarga atau care giver. Edlkasi tersebut meliputi:
dan pengeluaran hormon-hormon kortisol, hormon . Tunggu sampai terasa sangat mengantuk sebelum naik
pertumbuhan, dan melatonin yang dipicu oleh NSC; dan
ke tempat tidur.
proses eksogen berupa perubahan terang dan gelap. Pada . Bila dalam 20 menit berbaring belum bisa tidur maka
usia lanjut terdapat gangguan tidur akibat gangguan irama
lebih baik bangun lagi, lakukan kegiatan lagi dengan
sirkadian ini. Kelainan tersebut antara lain:
. Ketidaksinkronan respons proses endogen terhadap tenang dan lakukan relaksasi. Bila mengantuk baru
kembali ke tempat tidur.
rangsang eksogen, dimana terjadi penurunan respons . Hindarkan penggunaan kamar tidur untuk bekerja,
endogen terhadap perubahan siang dan malam,
membaca atau menonton televisi
sehingga dapat te{adi tidur bangun tak beraturan lagi. .
. Bangun tidur pagi hari pada jam yang sama, tidak peduli
Sindrom fase tidur lebih cepat, disini gangguan berupa
sudah berapa lama ia tidur
periode atau siklus tidur bangun lebih cepat/maju . Hindarkan minum kopi atau merokok.
dibandingkan usia dewasa muda. Usia lanjut sudah tidur . Lakukan olahraga ringan setiap pagi setelah bangun
lebih sore sehingga bangun lebih dini hari. Gangguan
tidur.
terletak padir pengaturan temperatur badan; temperatur . Kurangi tidur siang, lakukan kegiatan/hobi yang
badan sudah turun pada pukul 6-7 sore dan sudah
menyenangkan.
meningkat pada pukul 2- 3 dini hari. . Kurangi jumlah minum setelah makan malam, hindari
Prevalensi gangguan tidur tipe ini tidak jelas. Hal ini minumalkohol.
karena banyak orang usia lanjut yang menderita namun . Pelajari teknik relaksasi atau lakukan meditasi.
merasa tidak membutuhkan bantuan terapi karena . Hindarkan gerakan badan berlebihan saat di tempat
menganggap perubahan ini biasa. Pada usia pertengahan tidur.
prevalensi sindrom fase tidur lebih cepat sekitar l% . Berdoa sebelum tidur. Mengubah gaya hidup (life style),
populasi usia tersebut (USA). diperlukan untuk memperbaiki faktor fisis dan psikis
Diagnosis kelainan ini dapat dibuat dengan membuat yang mendasari te{adinya gangguan tidur pada usia
buku catatan harian tidur dari pasien. Catatan harian lanjut. Perubahan tersebut meliputi:
tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Selain untuk diagno- - Usaha menurunkan berat badan dengan
sis, tabel ini dapat untuk menilai siklus sirkadian tidur memperbaiki pola makan pada pasien GTGP.
pasien. Catatanharian ini minimal harus dibuat selama2 - Menghindari perjalanan jauh atau bekerja sampai
810 GE,RIITIRI

malam hari (shift mdlam), agar tidak te4adij et lag. Terapi medikamentosa diberikan sesuai dengan
- Menghindari membaca atau menonton atau penyebab yang mendasari terjadinya gangguan tidur dan
mendengarkan cerita-cerita yang menakutkan atau jenis gangguan tidur yang terjadi. Obat-obat transkuiliser
sangat menyedihkan. minor seperti golongan benzodiazepin dapat diberikan
- Bila memungkinkan buat suasana lingkungan rumah pada pasien insomnia akut, diberikan dosis kecil dan dalam
bersih dan menyenangkan waktu yang tidak lama. Terapi terhadap penyakit penyerta
- Perbaiki hubungan antar anggota keluarga, yang diderita usia lanjut harus dilakukan dengan
tumbuhkan suasana aman dan penuh kasih antar menghindarkan sebisa mungkin obat-obatan yang
sesama penghuni rumah. menyebabkan gangguan tidur. Melatonin yang sedang
- Lakukan aktivitas fisis,jangan duduk diam sepanjang marak dipakai sebagai obat tidur, sampai saat ini belum
hari. menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mengatasi
Psikoterapi perlu diberikan pada pasien gangguan tidur gangguan tidur pada usia lanjut.
yang disebabkan oleh ansietas dan depresi. Di samping Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk
psikoterapi dari seorang psikolog, psikoterapi berupa mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan gangguan
dorongan dan penghiburan sebaiknya dilakukan oleh anak tidur pada usia lanjut dapat dilihat pada algoritme (Gambar
atau cucu pasien. 6).

Pertanyaan-pertanyaan Saringan:
1 Apakah anda puas dengan tidur anda?
2. Apakah tidur atau kelelahan mengganggu aktivitas harian?
3. Apakah teman tidur anda atau yang lainnya mengeluhkan
sikap yang tidak biasa selama tidur, seperti mendengkur,
gangguan napas, atau gerakan tangan?
Jika 1 tidak atau ya untuk 2 atau 3:
l,Apakah ini sudah menjadi masalah selama lebih dari 2-3 minggu?

Jika tidak: J ike ya:


'1 Apakah ada alasan stres yang lain
1. Fokus pada latar belakang dan pengobatan fisik,
(m is.alasan menderita kerugian/kekalahan,
2. Evaluasi higiene tidur
kehilangan, perawatan rumah sakit yang akut)?
3. Apakah ada bukti dari gangguan tidur utama?
Atau kondisi kesehatan yang mengganggu tidur?

Jika ya, pusatkan perhatian Jika tidak, evaluasi Jika ya:


higiene tidur, Rx: '1 Apakah ada kejadian sleep apnea?
pada stresor/kondisi-
kondisi ini. Rx: a Usahakan meningkatkan Rx: turunkan bb, hilangkan sedatif,
a. Higiene tidur, higiene tidur rujuk ke spesialis tidur
b. Terapi kondisi medis b Evaluasi ulang jika tidak 2 Apakah ada kejadian gerakan-gerakan
yang menyertai ada kemajuan dalam 2-3 periodik dari badan selama tidur?
c Jika stresor bersifat mrnggu. Rx: coba levodopa/karbidopa, rujuk ke
sementara (selama spesialis tidur
perawatan rumah sakit 3 Apakah ada kejadian abnormaiitas
akut atau sedang irama sirkadian?
dalam kedukaan) dan Rx: tingkatkan kebersihan tidur,
kesulitan tidur sangat nyata, terapi sinar terang
pertimbangkan pem berian
hipnotik langka pendek
(jika tidak ada kontra Jika tidak:
1 Apakeh ada penyebab medis potensial
(seperti nyeri karena artritis, refluks, dll)?
Jika ya, terapi kondisi-kondisi tersebut,
2, Apakah ada penyebab obat-obatan yang potensial?
Jika ya, hilangkan/ turunkan dosis obat tersebut.
3, Apakah ada depresi? Jika ya, obati depresi
4, Apakah ada tanda-tanda demensia?
Jika ya, tingkatkan higiene tidur,
terapi semua kondisi yang menyertai,
pastikan lingkungan rumah aman
(jika ada mesalah sering pergi malam hari)l
pertimbangkan pemberian obat sedatif malam hari,
5. Apakah pasien pemakai kronik benzodiazepin/hipnotik?
Jika ya, coba turunkan dosis obat untuk menghentikan
atau turunkan penggunaan hanya 2-3 malam tiap minggu.
Jika tidak berhasil, rujuk ke spesialis tidur,
6 Apakah ada indikasi masalah dengan pemakaian alkohol?
Jika ya, rekomendasikan untuk mengurangi
atau menghilangkan pemakaian alkohol,
atau rujuk ke pusat rehabilitasi pemakai alkohol

Gambar 6. Algoritme untuk penapisan gangguan tidur dan pendekatan untuk diagnosis dan perawatan
GAT{GGUAT{ TIDUR PADA USIA LAT{JUT 811

REFERENSI Mallampati SR. Clinical Signs to predict difficult tracheal intuba-


tion. Can Anaesth Soc J. 1983;30:316-7.
Bliwise D. Sleep in normal aging and dementia . Sleep, 1993; 16 :
Morgan K. Sleep, aging and latelife insomnia. In: Tallis RC, Fillit
40-8 1.
HM, editors. Brocklehurst's textbook of geriatric medicine and
Cohen-Zion M, Ancoli-Israel S. Sleep disorders. In: Hazzard WR,
gerontology. 6'h edition. Churchill Livingstone Elsevier Scince
Blass JP, Halter JB, et al, editors. Principles of geriatric medi-
Limited; 2003. p. 1367-80.
cine and gerontology. 5m edition. New York: Mc Graw-Hill Com-
National Sleep Foundation Washington DC. Melatonin the basic
panies, Inc; 2003. p. 1531- 41.
facts. www.sleepfoundation.org, Juni 2004.
Coll PP. Sleep disorders. In: Adelman AM, Daly MB Weiss BD, Neubaurer DN. Sleep problems in the elderly. J American Family
editors. 20 commoo problems in geriatrics. Boston: Mc Graw-
Physician,1999.
Hill Companies, Inc; 2001. p. 187-203.
Drazen JM. Sleep apnea sydrome. N Engl J Med. 2002;346:390-1.
Peppard PE, Young I Palta M, et al. Longitudinal study of moder-
ate weight change and sleep disordered breathing. JAMA.
eMedicine. Breathing-related sleep disorder. www.emedicine.com.
2000;284:3015-21.
Feldman S, Abernathy J. Management of sleep disorders in the eld-
Shimidt-Nowara W, Lowe A, Wiegand L, et al. Oral appliances for
erly. American Society Consultant Pharmacists. 2000; 15
the treatment of snoring and obstructive sleep apnea: a review.
2):l-13.
(supplement
Sleep. 1995;18: 511-3.
Flemons WW. Obstructive sleep apnea. N Engl J Med. Sloan EP, Alastair JF, Reinish LR, et al. Circadian rhythms and
2O02;347:498-505. psychiatric disorders in the elderly. J Geriatr Psychiatry Neurol.
Jao DV, Alessi CA. Sleep disorders. In: Landefeld CS, Palmer RM,
1996;9:164-70.
Johnson MAG et al, editors. Current geriatric diagnosis & treat-
Smith JF. Sleep disorders. wrilw.chclibrary.org.
ment. New York: Mc Graw'Hill Companies, Inc, Boston; 2004.
Van Cauter E, Plat L, Leproult M, et al. Alterations of circadian
p. ll4-21.
rhytmicity and sleep and aging: endocrine consequences. Horm
Kribbs NB, Pack AI, Kline LR, et al. Effect of one night without
Res. 1998;49:147-52.
nassal CPAP treatment on sleep and sleepines in patients with
Wei WI, Ho WK. Surgery for snoring. Medical Progress.
obstuctive sleep apnea. Am Rev Respire Dis. 1993;147:1162-8.
2004;31:538-42.
Lam J, Lam B. Seep apnoea/ hypopnoea syndrome. Medical
Progress, 2004; 3 1 :543 -8.
t29
GANGGUAN KESEIMBANGAN,
JATUH, DAN FRAKTUR
Siti Setiati, Punarita W. Laksmi

PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI

Gangguan keseimbangan dan jatuh merupakan salah Kejadian jatuh dilaporkan terjadi pada sekitar 30oh'orang
satu masalah yang sering terjadi pada orang berusia berusia 65 tahunke atas setiap tahunnya, dan40% sampai
lanjut akibat berbagai perubahan fungsi organ, penyakit, 50% dari mereka yang berusia 80 tahun ke atas. Sepertiga
dan faktor lingkungan. Akibat yang ditimbulkan oleh dari mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan tinggal di
jatuh tidak jarang tidak ringan, seperti cedera kepala, rumah (komunitas) mengalami satu kali jatuh setiap tahun,
cedera jaringan lunak, sampai dengan patah tulang. dan sekitar I dari 40 orang yang jatuh tersebut memerlukan
Jatuh juga seringkali merupakan petanda kerapuhan perawatan di rumah sakit. Hanya sekitar setengah dari
(frailty), dan merupakan faktor prediktor kematian pasien usia lanjut yang dirawat akibat jatuh akan hidup
atau penyebab tidak langsung kematian melalui patah setahun kemudian. Di panti rawat werda (nursing homes),
tulang. sekitar 50% penghuninya mengalami satu kali jatuh setiap
Bersamaan dengan masalah jatuh, kejadian patah tahunnya; setengah dari jumlah tersebut mengalami jatuh
tulang panggul, vertebra, lengan bawah, pelvis, dan berulang, l0 sampai dengan 25Yo mengalami komplikasi
persendian kaki juga meningkat, dengan peningkatan serius. Jatuh mengakibatkan dua pertiga kematian karena
paling cepat terjadi setelah usia 75 tahun. Patah tulang kecelakaan (accidental deaths).
tersebut merupakan penyebab utama, kesakitan, kematian, Jatuh dapat mempengaruhi kualitas hidup. Ketakutan
dan pengeluaran biaya untuk pelayanan kesehatan dan mengalami jatuh dialami oleh 2 5-40Yo orangberusia lanjut,
sosial orang usia lanjut yang bersangkutan. yang kebanyakan dari mereka belum mengalami jatuh. Rasa
Kematian dan kesakitan yang terjadi akibat takut jatuh merupakan faktor risiko terjadinya hendaya
patah tulang umumnya disebabkan oleh komplikasi fungsional. Rasa takut jatuh juga seringkali memicu atau
akibat patah tulang dan imobilisasi yang ditimbulkannya. dikaitkan dengan depresi dan isolasi sosial
Beberapa di antara komplikasi tersebut adalah Data Indonesia mengenai kejadian instabilitas dan
timbulnya dekubitus akibat tirah baring berkepanjangan; jatuh masih amat sedikit. Penelitian Handayani (2003) di
perdarahan, trombosis vena dalam dan emboli divisi Geriatri RSUPN Cipto Mangunkusumo mendapatkan
paru; infeksi pneumonia atau infeksi saluran kemih angka kejadian instabilitas sebesar 23,3yo.
akibat tirah baring lama; gangguan nutrisi, dan sebagainya
Hampir 50 persen pasien pasca patah tulang panggul
menjadi lebih tergantung pada bantuan pendamping, KESEIMBANGAN, KONTROL POSTURAL, SIKLUS
orang lain, atau keluarga. Biaya yang dikeluarkan BERJALAN, DAN MOBILITAS FUNGSIONAL
juga tidak sedikit. Di Inggris, biaya yang dikeluarkan
untuk penatalaksanaan patah tulang akibat osteoporosis Keseimbangan
tersebut diperkirakan 942 juta poundsterling, dengan Keseimbangan merupakan proses kompleks yang
87% di arttaranya untuk biaya patah tulang panggul. melibatkan penerimaan dan integrasi input sensorik serta

812
GAIIIGGIHN KESEIMBANGAN JAIUH DAITI FRAKTI,R 813

perencanaan dan pelaksanaan gerakan untuk mencapai sistem sarafpusat. Komponen muskuloskeletal antara lain
tujuan yang membutuhkan postur tegak; suatu kemampuan meliputi lingkup gerak sendi, fleksibilitas tulaug belakang,
untuk mengontrol pusat gravitasi tetap berada di atas otot, dan hubungan biomekanik antar segmen tubuh.
landasan penopang. Tiga input sensorik perifer primer yang memberikan
Pusat gravitasi adalah suatu titik imajiner dimana kontribusi dalam kontrol postural adalah sistem reseptor
jumlah semua gaya adalah nol. Pada orang dewasa dengan somatosensorik, visual, dan vestibular bilateral. Sistem
postur normal yang sedang berdiri (posisi anatomis), pusat vestibular sangat penting untuk keseimbangan karena
gravitasi berada I inci di depan tulangbelakang setinggi dapat mengidentifikasi dan membedakan gerakan tubuh
sakrum 2. Jika tubuh atau bagian tubuh bergerak, lokasi sendiri dengan gerakan dari lingkungan serta memberikan
pusat gravitasi akan berubah. Landasan penopang adalah kestabilan visual ketika kepala bergerak.
permukaan tubuh yang mengalami penekanan dari berat Sistem somatosensorik sendiri tidak mampu
badan dan gravitasi, dalam posisi berdiri adalah kaki membedakan antara gerakan dari pijakan dengan gerakan
sedangkan dalam posisi duduk adalah paha dan bokong. dari tubuh, demikian pula dengan sistem visual yang bila
Sesuai dengan landasan penopang yang ada" terdapat berdiri sendiri tidak mampu untuk membedakan gerakan
keterbatasan jarak tubuh dapat bergerak tanpa menjadi dari lingkungan dengan gerakan dari tubuh, sehingga
jatuh (pusat gravitasi melewati landasan penopang) atau sistem vesfibular digunakan sebagai referensi internal
membuat landasan penopang baru dengan menggapai atau untuk menentukan keakuratan input pada keadaan
melangkah (untuk menempatkan kembali landasan terdapat pertedaan antara input somatosensorik dengan
penopang di bawah pusat gravitasi). Keterbatasan jarak visual atau bila input somatosensorik atau visual tidak
tersebut disebut sebagai batas stabilitas, yakni jarak terjauh tersedia. Oleh karena itu" otak memerlukan informasi dari
pada arah manapun seseofimg dapat bergerak dari garis ketiga sistem sensorik untuk secara tepat membedakan
tengah tanpa mengubah landasan pnopang awal dengan gerakan dari tubuh sendiri dengan gerakan dari lingkungan.
melangkah, menggapai, atau jatuh. Ada empat strategi gerakan yang paling -sering
Derajat stabilitas tubuh tergantung pada empat faktor digunakan sebagai reaksi keseimbangan pada"iespon
yaitu, tinggi pusat gravitasi di atas landasan penopang, postural, yaitu strategi pergelangan kaki, panggul,
besamya ukuran landasan penopang, lokasi garis gravitasi suspensori, dan melangkah/menggapai. Keempat strategi
pada landasan peropang, dan berat badan. Stabilitas lebih tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
baik bila pusat gravitasi rendah, landasan penoparg yang
Iebar, garis gravitasi berada di tengah landasan, dan berat
r-\
badan yang besar.
Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara ^
)9-',
Y-/ )
konstan mengubah dan mengkoreksi posisi pusat gravitasi
// /\
terhadap landasan penopang, yang disebut sebagai
ayunan postural Qtoslural swq,).Kontrol ayunan pos- q\,)
tural berasal dari input visual, yestibular, proprioseptif \ t/
dan organ eksteroseptif-
\r
Kontrol Postural
Kontrol postural meliputi kontrol posisi tubuh untuk
Gambar 1. Strategi postural. A, Strategi pergelangan kaki, B,
stabilitas sehingga keseimbangan tubuh dapat $rategi panggul. C, Strategi suspensori. D, Strategi melangkah/
dipertahankan dan untuk orientasi agar hubungan yang menggapar.
tepat antar segmen tubuh serta antara tubuh dan
lingkungan saat rnelakukan kegiatan dapat dipertahankan. A. Strategi Pergelangan Kaki lankle strategyl
Terdapat dua komponen keseimbangan, yaitu Strategi pergelangan kaki paling sering digunakan pada
keseimbangan statis untuk mempertahankan ruatu posisi situasi dimana gangguan terhadap keseimbangan kecil,
dalam periode tertentu dan keseirnbangan dinamis untuk lambat dan dekat dengan garis tengah, serta dasar
memelihara keseimbangan pada saat melakukan gerakan. permukaan pijakan yang keras, stabil, dan luas. Strategi
Kemampuan untuk mengonfrol posisi tubuh dalam ruang ini membutuhkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi
merupakan suatu interaksi kompleks dari sistem saraf dan pergelangan kaki yang utuh.
muskuloskeletal yang kesernuanya dikenal sebagai sistem Strategi pergelangan kaki dan sinergi otot yang
kontrol postural. berhubungan merupakan pola pertama untuk mengontrol
Yang termasuk dalam komponen saraf adalah proses gerakan ayunan tubuh pada posisi tegak (upright sway),
motorik (neuromuskular), proses sensorik (sistem visual" Strategi ini mempertahankan pusat gravitasi tubuh dalam
vestibular, dan somatosensorik), dan proses integratif posisi stabil melalui gerakan tubuh yang terutama berpusat
814 GERIATRI

di sekitar sendi pergelangan kaki. terdapat fase kaki bersentuhan dengan pijakan (stance
Kontraksi otot berpola dari distal menuju proksimal. phase) atau fase kakiberada di udara(swingphase). Stance
Pada gerakan ke depan, dimulai dari kontraksi otot phase dim.ulai ketika kaki bersentuhan dengan pijakan
gastroknemius kemudian diikuti oleh otot hamstring dan (heel-strike) dan berakhir ketika kaki terangkat
otot paraspinal yang menyebabkan plantar-fleksi serta meninggalkan pijakan (toe-offl, sedangkan swing phase
mempertahankan panggul dan lutut dalam posisi ekstensi. dimulai ketika kaki terangkat meninggalkan pijakan dan
Pada gerakan ke belakang, kontraksi otot dimulai dari otot berakhir ketika kaki kembali bersentuhan dengan pijakan.
tibialis anterior, kemudian diikuti oleh kontraksi otot Stance phase dapat terjadi dengan hanya satu kaki yang
kuadrisep dan abdominal. bersentuhan dengan pijakan sedangkan kaki yang lain
dalam swing phase (single limb support) atau kedua kaki
bersentuhan dengan prjakan (double limb support, kedta
B. Strategi Panggul (Hip Strategy)
kaki dalam stance phase). Pada kecepatan berjalan yang
Shategi panggul mengontrol pusat massa tubuh dengan
normal, stance phase mencaktp 600/o dan swing phase
membuat gerakan yang kuat dan cepat pada sendi panggul,
40%o dari dtrasi satu siklus berjalan (Gambar 2).
punggung, dan rotasi pergelangan kaki. Kepala dan
panggul bergerak pada arah yang berlawanan, dengan
kontraksi ototberpola dari proksimal menuju distal, dimulai
dari kontraksi otot abdominal kemudian diikuti oleh
kontraksi otot kuadrisep dan tibialis anterior.
Strategi panggul digunakan untuk mempertahankan
r{f[il]ttt
Tumit Jari kaki
kanan kir
Tlm t
kanan
Jari
k r
kaki Tlmlt
kanan
Jari kaki
kr

keseimbangan sebagai respon terhadap gangguan yang


Waklu, persen dari sik us
lebih besar, cepat, dan hampir mendekati batas stabilitas,
maupun ketika landasan pijakan tidak stabil atau terlalu
sempit, misalnya ketika berdiri dengan kaki tandem atau
pada satu kaki.

C. Strategi Suspensori (Suspensory Strategyl


Strategi suspensori merupakan strategi yang seringkali
digunakan bila kombinasi stabilitas dan mobilitas
dibutuhkan, seperti pada saat berselancar angin. Strategi Gambar 2. Elemen dasar dari siklus berjalan
ini merendahkan pusat gravitasi terhadap landasan
penopang dengan cara fleksi kedua ekstremitas bawah atau
sedikit berjongkok. Dengan memendekkan jarak antara MOB!LITAS FUNGSIONAL
pusat gravitasi dan landasan penopang, usaha untuk
mengontrol pusat gravitasi menjadi lebih mudah. Kemandirian fungsional merupakan kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan,
D. Strategi Melangkah dan Menggapai(Sfepping termasuk dalam hal mobilitas. Mobilitas fungsional
and Reaching Strategyl didehnisikan sebagai kemampuan untuk bergerak dari satu
Jika strategi yang sedang berlangsung seperti strategi posisi ke posisi lain (duduk, berbaring, berdiri, dan
pergelangan kaki maupun strategi panggul tidak memadai sebagainya) tanpa memperhatikan jarak antara titik awal
untuk memulihkan keseimbangan atau jika pusat gravitasi dan akhir perpindahan. Mobilitas fungsional meliputi
sudah melewati landasan penopang awal, kaki akan mobilitas di tempat tidur, transfer, ambulasi, mobilitas
melangkah atau tangan akan menggapai untuk membuat dengan kursi roda, dan mengemudikan kendaraan'
landasan penopang baru. Mobilitas di tempattidur merupakan aktivitas mobilitas
yang paling dasar, membutuhkan kemampuan kontrol
kepala yang baik selain kekuatan dan ketahanan otot
SIKLUS BERJALAN ekstremitas atas. Transfer menunjukkan perpindahan dari
satu posisi ke posisi lain dalamjarak dekat, seperti trans-
Dalam berjalan dikenal istilah gait yaitu cara atav gaya fer dari duduk ke berdiri kemudian duduk di kursi lain atau
berjalan yang umumnya meliputi pula kecepatan bergerak dari duduk di kursi roda untuk duduk di kursi lain tanpa
(meter per detik) dan jumlah langkah per unit waktu berdiri, transfer dengan bantuan sliding board, dan trans-
(langkahpermenit: cadence). Durasi satu siklus berjalan fer dari kursi roda ke lantai atau sebaliknya. Transfer
dimulai ketika tumit salah satu kaki menyentuh prjakan membutuhkan keseimbangan duduk yang baik serta
(heel-strike/heel-on) sampai dengan tumit yang sama kekuatan dan ketahanan otot ekstremitas atas maupun
kembali menyentuh pijakan. Selama satu siklus berjalan, ekstensi panggul dan lutut yang adekuat. Ambulasi adalah
GANGGUAI{ I(ESEIMBAT{GAN JAiIUH DAN FRAKruR 815

bergerak dengan be{alan. Tingkat kemandirian fungsional yang melambat, dan melemahnya kekuatan otot yang amat
seseorang dipengaruhi secara bermakna oleh penting dalam memelihara postur. Kelemahan otot dan
kemampuannya untuk ambulasi. Untuk dapat berjalan, ketidakstabilan atau nyeri sendi dapat menjadi sumber
seseorang harus memiliki kekuatan otot punggung dan gangguan postural selama gerakan volunter.
ekstremitas bawah yang baik selain keseimbangan, , Keseimbangan dapat pula terganggu oleh adanya
koordinasi, dan ketrampilan kognitif. Kompensasi tubuh, penyakit, obat-obatan, dan proses penuaan yang berakibat
ortosis, maupun alat bantu berjalan seperti walker dapat ketakutan akan jatuh sehingga mengurangi aktivitas
digunakan untuk membantu ambulasi tersebut. Jika seseorang. Semua perubahan tersebut dapat berperan
seseorang tidak mampu ambulasi atal hanya mampu untuk terjadinya jatuh, terutama pada kemampuan untuk
ambulasi dalam jarak dekat, penggunaan kursi roda mencegah jatuh manakala terpeleset atau menghadapi
ataupun kendaraan yang telah dimodifikasi dapat situasi lingkungan yang'membahayakan' (Tabet 1).
mempertahankan kemandirian frrngsional.
Selama gerakan dan ambulasi normal, pusat gravitasi
tubuh dipertahankan secara dinamis terhadap landasan
penopang. Ambulasi normal dan stabilitas postural Fakor yang Perubahan
tergantung pula pada fungsi sensorik, neuromuskular, Berkontribusi
sistem muskuloskeletal, dan proses integrasi dari sistem Perubahan kontrol Menurunnya proprioseptif
saraf pusat. Dalam sistem muskuloskeletal, kekuatan otot postural Melambatnya refleks
Menurunnya tonus otot
rangka dan lingkup gerak sendi yang adekuat, terutama Meningkatnya ayunan postural
pada ekstremitas bawah, esensial untuk terjadinya respon Hipotensi ortostatik
yang efektif terhadap gangguan postural dan untuk Kaki tidak terangkat cukup tinggi
Perubahan gaya berjalan Laki-laki: postur tubuh membungkuk,
mempertahankan kontrol po stural.
dengan kedua kaki melebar dan
Jatuh terjadi ketika sistem konhol postural tubuh gagal langkah pendek-pendek
mendeteksi pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi Perempuan: kedua kaki menyempit
dengan gaya jalan bergoyang-
terhadap landasan penopang pada waktu yang tepat untuk goyang
menghindari hilangnya keseimbangan. Kegagalan ini Peningkatan prevalensi Penyakit sendi degeneratif
antara lain disebabkan oleh pergeseran pusat gravitasi kondisi patologis yang Patah tulang panggul dan femur
terkait dengan stabilitas Stroke dengan gejala sisa (defisit
tubuh yang besar, cepat, dan terjadi tiba-tiba; gangguan residual)
lingkungan; serta faktor inhinsik seperli hilangnya fungsi Kelemahan otot akibat tidak
sensorik yang esensial untuk mendeteksi gerakan pusat digunakan dan decondition i ng
Neuropati perifer
gravitasi tubuh, gangguan kemampuan sistem saraf pusat Penyakit atau deformitas kaki
untuk mengorganisasi dan menghantarkan respon Gangguan penglihatan
postural, dan respon postural yang tidak efektif akibat Gangguan pendengaran
Pelupa dan demensia
terganggunya sistem neuromuskular, gaya jalan abnormal, Proses penyakit lain (penyakit
refleks postural tidak memadai, instabilitas sendi, dan Peningkatan prevalensi kardiovaskular, parkinsonisme, dll)
kelemahan otot. kondisi yang Penyakit jantung kongestif
menyebabkan nokturia lnsuflsiensi vena dll
Peningkatan prevalensi
demensia Gangguan fungsi kognitif
PERUBAHAN AKIBAT PROSES MENUA YANG
BERKAITAN DENGAN INSTABILITAS DAN JATUH

Berbagai faktor berperan untuk terjadinya gangguan Latensi mioelektrik atau waktu pramotor adalah
keseimbangan danjatuh. Umumnya merupakan kombinasi keterlambatan attara stimulus yang diberikan hingga
beberapa faktor yang saling berinteraksi dengan masalah timbulnya perubahan peruama dari aktivitas mioelektrik otot
lingkungan. yang dapat diukur. Aktivitas mioelektrik berkaitan dengan
Proses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol sinyal elektrik yang dikirim melalui saraf untuk memulai
postural yang mungkin memegang peran penting pada atau memodifikasi proses kontraksi otot. Latensi mioelektrik
sebagian besar kejadian jatuh. Perubahan komponen dari tersebut pada usia lanjut 10-20 milidetik lebih lama
kapabilitas biomekanik meliputi latensi mioelektrik, waktu dibandingkan pada dewasa muda, tanpa ada perbedaan
untuk bereaksi, proprioseptif, lingkup gerak sendi, dan antarjenis kelamin.
kekuatan otot. Selain itu, terdapat pula perubahan pada Waktu bereaksi berkaitan dengan keterlamb atan antara
postur tubuh, gaya berjalan, a)runan postural, sistem sinyal stimulus yang membutuhkan reaksi hingga
sensorik, dan mobilitas fungsional. Usia yang lanjut timbulnya kekuatan atau melakukan gerakan.Waktu
dikaitkan dengan input proprioseptif yang berkurang, bereaksiini lebih lama dibandingkan dengan latensi
proses degeneratif pada sistem vestibuler, refleks posisi mioelektrik karena meliputi baik latensi mioelektrik maupun
816 GERII\TRI

waktu yang dibutuhkan oleh otot untuk membangkitkan transkripsi gen, melalui jalur cepat yang tidak melibatkan
atau mengubah besarnya kekuatan setelah aktivitas sintesis DNA, dan melalui varian alel reseptor vitamin D.
miolektrik dimulai. Pertambahan waktu interval ini disebut Diperkirakan vitamin D akan mencegah terjadinya fraktur
waktu motor. Waktu bereaksi akan meningkat dengan melalui 2 cara, dengan memperbaiki fungsi muskuloskeletal
semakin bertambahnya usia, semakin jauhnya perpindahan dan dengan memngkatkan homeostasis kalsium. Beberapa
tubuh, semakin banyak pilihan aktivitas, dan pada aktivitas penelitian menunjukkan bahwa vitamin D berperan dalam
yang membutuhkan akurasi. Tiap dekade umur antara meningkatkan kekuatan otot, fungsi otot, koordinasi
dekade kedua dan kesepuluh, waktu untuk bereaksi neuromuskular, dan vitalitas secara umum sehingga
meningkat 2 milidetik. Sebagai contoh, pada usia lanjut kecenderungan untuk jatuh menurun. Penelitian di
dibutuhkan l0-30 milidetik lebih lama untuk memulai beberapa panti di Jakarta dan Bekasi mendapatkan korelasi
langkah kaki setelah mengalami kehilangan keseimbangan. yang cukup baik antara konsentrasi vitamin D (25OH)DI
Proprioseptif berkaitan dengan kesadaraan mengenai dan kekuatan otot kuadrisep perempuan usia lanjut
orientasi dan posisi segmen tubuh. Sistem proprioseptif Indonesia.
yang memberikan inforrnasi ke sarafpusat mengenai posisi Postur tubuh usia lanjut saat berdiri ditandai dengan
tubuh melalui sendi, tendon, otot, ligamen, dan kulit, jarakyang lebar antara kedua kaki pada pijakan, lutut dan
mengalami gangguan akibat penuaan sehingga turut panggul sedikit fleksi, punggung membentuk sudut ke arah
berperan pada teqadinya gar,1g;an keseimbangan. depan terhadap bidang vertikal, vertebra lumbal mendatar,
Lingkup gerak sendi menurun dengan bertambahnya kifosis vertebra torakal meningkat, dan kepala maju ke
usia. Penurunan lingkup gerak sendi tersebut akan depan, Perubahan tersebut berkaitan dengan proses
mempengaruhi kemampuan seseorang unfuk melaksanakan penuaan pada sistem muskuloskeletal yang antara lain
aktivitas tertentu yang memang membutuhkan lingkup berupa berkurangnya densitas massa fulang, degenerasi
gerak sendi yang baik. diskus vertebra, dathilangnya kekuatan ligamentum spi-
Melemahnya kekuatan otot akibat inaktivitas, tidak nal sehingga tubuh menjadi lebih pendek dan kepala lebih
digunakannya otot, dan deconditioning dapat berperan majuke depan (Gambar 3).
pada terjadinya gangguan carabelalan serta kemampuan Perubahan gaya berjalan terjadi seiring dengan
memperbaiki posisi setelah kehilangan keseimbangan. meningkatnya usia. Kendati perubahan tersebut tidak
Terjadi penunrnan kekuatan otot sejalan dengan proses terlalu menonjol untuk dianggap patologis, kondisi
penuaan, bahkan pada orang usia lanjut yang sehat dan perubahan gaya belalan tersebut dapat meningkatkan
aktit. Orang usia lanjut cenderung untuk kehilangan kejadian jatuh. Pada umumnya orang usia lanjut tidak dapat
puntiran sendi (torque) pada kecepatan tinggi untuk mengangkat atau menarik kakinya cukup tinggi sehingga
menghasilkan kekuatan otot yang besar (kekuatan otot : cenderung mudah terantuk (trip). Orang usia lanjut laki-
puntiran x kecepatan sudut) karena hilangnya motor unit laki cenderung memiliki gayaberjalan dengan kedua kaki
secara ireversibel sejalan dengan bertambahnya usia. Laju melebar dan langkah pendek-pendek (wide-based, short
pembentukan puntiran tersebut lebih rendah pada stepped gaits); sedangkan perempuan usia lanjut seringkali
perempuan usia ianjut dibandingkan laki-laki usia lanjut. berjalan dengan kedua kaki menyempit (narrow based)
Dengan berkurangnya kemampuan membentuk puntiran dan gaya jalan bergoyang-goyang (waddling gait).
sendi, kapasitas untuk mempertahankan keseimbangan Orang usia lanjut cenderung untuk berjalan lebih lambat
atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan presisi dan meningkatkan kecepatan berjalan dengan cara
waktu dengan kekuatan cukup, seperti menghindari meningkatkan jumlah langkah per unit waktu dibandingkan
hambatan yang datangtiba-tiba, akan berkurang pada usia jarak satu siklus berjalan, serta terdapat peningkatan
lanjut yang sehat sekalipun.
Penurunan massa otot merupakan penyebab langsung
Gar s vedikal gravilasr &rb vedkl grryhB
menurunnya kekuatan otot. Perubahan massa otot terjadi Telinga
melalu bagian (kepa a brh ke depan
karena gangguan pada sintesis dan degradasi protein, lengah daun lelinga dan klfosis)
Bahu
yang pada usia lanjut proses ini dipengaruhi olehwasting Msalui b4ian l6ngah DamlneElsasi lulang

yaitu proses pemecahan protein sel (hiperkatabolisme) di tulang be akaf,g-

prtah tu ang)
untuk memenuhi kebutuhan asam amino bagi sintesis pro-
H langnya kekuatani
tein dan metabolisme energi pada kondisi asupan kalori kssulilan yang ebih besar
dalam melakukan Eklivasi
lun!sional
yang tidak adekuat dan kondisi sakit, serta sarkopenia
Fleksib li1as monurun
yakni penurunan massa otot dan kekuatan otot yang (lsr!EmE
dan luluL)
padE panggul

berjalan paralel pada usia lanjut yang sehat. PgrubaMn dabm6E/


saya bedslanismkdan
Defisiensi vitamin D temyata juga berperan penting mnysb.btrn bfr!6ngnya
leri khakiyaN teEngkat
untuk terjadinya jatuh, diduga karena perannya pada massa dsd piakEn

dan kekuatan otot, Metabolit vitamin D dapat


mempengaruhi metabolisme sel otot melalui mediasi Gambar 3. Perubahan postur usia lanjut
GANGGI,'AN IGSEIMBANGAN JAII'H DAN FRAKII'R 817

ayunan postural. Pada uSia lanjut yang sehat, kecepatan isometrik otot ekstensor lutut di bawah 3 Nm/kg berat
berjalan menurun l-2oh tiap tahunnya dan berkaitan badan.
dengan berkurangnya patjang langkah dan jarak satu Untuk bangkit dari kursi ukuran standar, terutama
siklus berjalan. Gerak ekstensi sendi pergelangan kaki dan diperlukan kekuatan dari otot ekstensor lutut dan panggul.
rotasi pelvis menurun, serta periode double support Pada usia lanjut sehat dengan berat badan seperti saat
meningkat untuk membuat gaya berjalan lebih stabil. masih muda dan fungsi kedua ekstremitas yang simetris,
Bertambahnya waktu untuk menyelesaikan satu siklus kekuatan otot lutut harus berkurang hingga 70oh bart
berjalan berkaitan dengan paningkatan sebesar 5 kali risiko menjadi tidak adekuat. Di sisi lain, jika berat badan usia
untuk jatuh. lanjut tersebut 2kaliberatbadan saat masih muda, kekuatan
Strategi postural yang sering digunakan pada usia otot lutut hanyaperluberkurang 35% untuk menjadi tidak
lanjut adalah strategi panggul, oleh karena penggunaan adekuat saat bangkit dari kursi dan membutuhkan bantuan
strategi pergelangan kaki membutuhkan informasi tarrgar,, serta bertambah sulit jika kursinya rendah dan
somatosensorik yang adekuat sementara pada usia lanjut landasan penopang sempit.
mungkin terdapat kelemahan sendi atau sulit melakukan Untuk bangkit dari tempat tidur, usia lanjut cenderung
rotasi pada pergelangan kaki, hilangnya sensasi untuk memperlama waktu kontak antara lengan dan tempat
somatosensorik perifer, dan kelemahan otot distal. tidur, melakukan rotasi dengan punggung miring ke salah
Walaupun demikian, penggunaan strategi panggul satu sisi, menahan berat badan pada daerah panggul atau
membutuhkan informasi vestibular yang adekuat dan gluteal, dan menggunakan siku untuk membantu berputar
gerakan pada panggul akan meningkatkan gaya horisontal saat bangun. Hal ini mungkin karena terdapat pemrnman
antara pijakan dan telapak kaki sehingga risiko untuk kekuatan otot punggung. Sedangkan untuk bangkit dari
terpeleset danjatuh menjadi lebih besar. Jika respon ayunan lantai, usia lanjut cenderung menggunakan posisi
postural tidak dapat mempertahankan keseimbangan saat peralihan, seperti bertopang pada keempat ekstremitas,
ada gangguan dan diperlukan strategi melangkah, usia untuk mengurangi kekuatan yang dibutuhkan dan
lanjut cenderung melakukan beberapa langkah untuk memperbaiki stabilitas postural.
mengembalikan keseirnban gaffty a. Beberapa kondisi patologis yang meningkat
Gangguan visual terjadi pula sejalan dengan menuanya prevalensinya sejalan dengan meningkatnya usia turut
seseorang. Penurunan visus akibat proses degenerasi pada berperan terhadap terjadinya instabilitas dan jatuh.
berbagai jaringan pada bola mata, berkurangnya elastisitas Penyakit sendi degeneratif (terutama vertebra servikal
lensa, dan berkurangnya sel-sel reseptor mata. Gangguan leher, lumbosakral, dan ekstremitas bawah) dapat
keseimbangan akan terjadi bila informasi visual terganggu. menimbulkan rasa nyeri, sendi tak stabil, kelemahan otot,
Stabilitas orangberusia lebih dari 60 tahun berkurang 50% dan gangguan neurologis. Frakturpanggul dan femur yang
pada saat kedua mata ditutup. Tajam penglihatan yang baru menyembuh dapat mengakibatkan gaya berjalan yang
kurang pada usia lanjut berkorelasi secara bermakna tidak normal dan kurang mantap. Kelemahan otot dan
dengan peningkatan insidens jatuh dan ayunan postural defisit sensorik akibat strok yang baru dialami dapat
pada pijakan yang lunak. menyebabkan instabilitas. Berkurangnya input sensorik,
Sistem vestibuler juga mengalami gangguan seiring seperti pada neuropati diabetik dan neuropati perifer
dengan penuaan berupa proses degeneratif pada utrikulus lainnya, gangguan penglihatan, dan gangguan
dan sakulus sehingga terjadi penurunan kemampuan pendengaran mengakibatkan berkurangnya isyarat dari
bereaksi terhadap gravitasi dan percepatan linier. lingkungan yang sebenarnya berperan pada kestabilan,
Hipotensi ortostatik (menurunnya tekanan darah dan karenanya merupakan predisposisi untuk terjadinya
sistolik 20 mmHg atau lebih ketika berubah posisi dari jatuh. Gangguan fungsi kognitif dapat mengakibatkan
berbaring ke berdiri) terjadi pada I 1-30 persen orang usia seseorang befalan-jalan (wandering) ke tempat atau
lanjut. Penelitian pada 4.436 penduduk Indonesia berusia lingkungan yang tidak aman dan memudahkan untuk jatuh.
40 tahun ke atas mendapatkan kejadian hipotensi ortostatik Masalah podiatri (bunion, kalus, penyakit kuku, maupun
sebesar l2,6yu Walaupun tidak semua hipotensi ortostatik deformitas sendi) yang menyebabkan rasa nyeri.
bergejala, respons fisiologis yang terganggu tersebut deformitas, dan perubahan dalam cara berjalan merupakan
dapat berperan dalam gangguan keseimbangan dan penyebab instabilitas yang seringkali dapat diperbaiki.
mernicu terjadinya j atuh. Penyakit lain yang sering dialami oleh orang usia lanjut,
Penurunan kemampuan mobilitas fungsional pada usia seperti penyakit Parkinson dan penyakit jantung, dapat
lanjut yang sehat akan terlihat pada aktivitas yang mengakibatkan instabilitas dan jatuh pula.
membuffikan kemampuan fisik dan/atau kognitif serta
berkaitan dengan pemrnman variabel biomekanik. Pada
usia lanjut di komunitas, kesulitan dalam aktivitas bangkit INSTABILITAS DAN JATUH
dari kursi, menaiki dan menuruni tangga, serta berjalan
cepat, berkaitan dengan penurunan kapasitas kekuatan Terdapat banyak faktor (Gambar 4 dan Tabel 2) yang
818 GERIATRI

Bahaya sistemik. Faktor intrinsik lokal antara lain adanya


lingkungan osteoartritis genu ataupun vertebra lumbal, gangguan
\,
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan pada alat
keseimbangan seperti vertigo yang dapat ditimbulkan oleh
gangguan aliran darah ke otak akibat hiperkoagulasi,
hiperagregasi, atau osteoartritis servikal. Kelemahan otot
kuadrisep femoris turut berperan untuk terjadinya jatuh
karena ketidakmampuan mengangkat tungkai secara
optimal saat berjalan dan mengangkat tubuh saat bangun
dari duduk.
Faktor intrinsik sistemik dapat berupa berbagai
Ke ra puha n/kere n ta na n penyakit yang dapat memicu timbulnya gangguan
terkait usia
FAKTOR RISIKO keseimbangan dan jatuh seperti penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), pneumonia, infark miokard akut, gagal
Gambar 4. Faktor-faktor dan interaksi dari berbagai etiologi jatuh jantung, infeksi saluran kemih; demikian pula gangguan
metabolik seperti hiponatremia, hipoglikemia atau
hiperglikemia, maupun hipoksia serta adanya gangguan
Penyebab Jatuh Keterangan aliran darah ke otak seperti pada keadaan hiperkoagulasi,
Kecelakaan Kecelakaan murni (terantuk, terpleset, dll) strok, dan transient ischemic attact (TIA).
lnteraksi antara bahaya di lingkungan dan
faktor yang meningkatkan kerentanan
Sinkop Hilangnya kesadaran mendadak Faktor Risiko lntrinsik
Drop attacks Kelemahan tungkai bawah mendadak Sinkop, drop attacks, dan dizziness merupakan penyebab
yang menyebabkan jatuh tanpa jatuh pada orang usia lanjut yang sering disebut-sebut.
Dizziness kehilangan kesadaran
dan/atau vertigo Penyakit vestibular Beberapa penyebab sinkop pada orang usia lanjut yang
Penyakit sistem saraf pusat perlu dikenali antara lain respons vasovagal, gangguan
Hipotensi Hipovolemia atau kardiak output yang kardiovaskular (bradi dan takiaritmia, stenosis aorta),
ortostatik rendah gangguan neurologis akut (TIA, strok, atau kejang),
Disfungsi otonom
Gangguan aliran darah balik vena emboli paru, dan gangguan metabolik.
Tirah baring lama Drop attacks merupakan kelemahan tungkai bawah
Hipotensi akibat obat-obatan
Hipotensi postprandial
mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa kehilangan
Obat-obatan Diuretika kesadaran. Kondisi tersebut seringkali dikaitkan dengan
Antihipertensi insufisiensi vertebrobasiler yaflg dipicu oleh perubahan
Antidepresi golongan trisiklik posisi kepala.
Sedatif
Antipsikotik Dizziness atau rasa tidak stabil merupakan keluhan
Hipoglikemia yang sering diutarakan oleh orang usia lanjut yang
Alkohol mengalami jatuh. Pasien yang mengeluh rasa ringan di
Proses penyakit Berbagai penyakit akut
kepala harus dievaluasi secermat mungkin akan adanya
Kardiovaskular: aritmia, penyakit katup
jantung (stenosis aorta), sinkop sinus hipotensi postural atau deplesi volume intravaskular. Di
karotid sisi lain, vertigo merupakan gejala yang lebih spesifik
Neurologis: TlA, strok akut, gangguan
kejang, penyakit Parkinson, spondilosis walaupun merupakan pemicu jatuh yang lebih jarang.
lumbar atau servikal (dengan kompresi Kondisi ini dikaitkan dengan kelainan pada telinga bagian
pada korda spinalis atau cabang saraf), dalam seperti labirinitis, penyakit Meniere, dan benign
penyakit serebelum, hidrosefalus tekanan
normal (ganggual gaya berjalan), lesi parorysmal positional yert g,o (BPPV). Iskemia dan infark
sistem saraf pusat (tumor, hematom vertebrobasiler, serta infark serebelum juga dapat
subdural) menyebabkan vertigo.
ldiopatik Tak ada penyebab yang dapat Kebanyakan pasien usia lanjut dengan gejala
diidentifikasi
diz zin e s s dan un s t e adines.r merasa cemas, depresi, sangat
takut jatuh, sehingga evaluasi gejala mereka menjadi sulit.
berperair untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada Beberapa pasien, terutama pada mereka dengan gejala ke
orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat arah vertigo, memerlukan pemeriksaan otologi, termasuk
diklasilftasikan menjadi faktor risiko intrinsik (faktor risiko uji auditori, yang dapat membedakan lebih jelas antara
yang ada pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor gejala akibat gangguan telinga dalam atau adanya
yang terdapat di lingkungan). keterlibatan sistem saraf pusat.
Faktor intrinsik terdiri atas faktor lokal dan faktor Sekitar 10-20 persen orang usia lanjut mengalami
GAIIIGGUAT{ KESEIMBANGAT{ JAIUH DAN FRAKTUR 819

hipotensi ortostatik yang sebagian besar tidak bergejala. ke kamar kecil untuk buang air kecil atau efek mengantuk
Namun demikian, beberapa kondisi dapat menyebabkan dari obat sedatif sehingga seseorang menjadi kurang
hipotensi ortostatik yang berat sehingga memicu waspada saat berjalan.
timbulnya jatuh. Kondisi-kondisi tersebut antara lain
curah jantung rendah akibat gagal jantung'atau
hipovolemia, disfungsi otonom (sebagai akibat diabetes PENGKAJIAN INSTABILITAS DAN JATUH
melitus), gangguan aliran balik vena (insufisiensi vena),
tirah baring lama dengan deconditioning otot dan refleks, Evaluasi yang komprehensif terdiri atas riwayat jatuh dan
serta beberapa obat. Hubungan hipotensi ortostatik medis yang rinci, pemeriksaan fisik, pengkajian cara
dengan hipertensi perlu dipahami sehingga tatalaksana berjalan dan keseimbangan, pengkajian terhadap kondisi
hipertensi yang baik amat diperlukan untuk mencegah lingkungan tempat pasien tinggal atau terjatuh, serta pada
timbulnya hipotensi ortostatik tersebut. keadaan tertentu, pemeriksaan laboratorium (Tabel 3).
Berbagai penyakit, terutama penyakit kardiovaskular
dan neurologis, dapat berkaitan dengan jatuh. Sinkop
dapat merupakan gejala stenosis aorta dan merupakan Keterangan

indikasi perlunya evalua'si pasien akan adanya stenosis Anamnesis


Riwayat medis umum
aorta yang memerlukan penggantian katup. Beberapa Tingkat mobilitas
pasien memiliki baroreseptor karotis yang sensitif dan Riwayat jatuh
rentan mengalami sinkop karena refleks tonus vagal yang sebelumnya
Obat-obatan yang Terutama obat antihipertensi dan
meningkat akibat batuk, mengedan, atau berkemih dikonsumsi psikotropika
sehingga terjadi bradikardia atau hipotensi. Apa yang dipikirkan Apakah pasien sadar bahwa akan jatuh?
' Strok akut dapatmenyebabkan jatuh atau memberikan pasien sebagai Apakah kejadian jatuh tersebut sama
penyebab jatuh? sekali tak terduga?
gejala jatuh. TIA sirkulasi anterior dapat menyebabkan
Lingkungan sekitar Apakah pasien terpleset atau terbhtuk?
kelemahan unilateral dan memicu jatuh.
TIA sirkulasi tempat jatuh Waktu dan tempat jatuh
posterior (vertebrobasiler) mungkin juga dapat Saksi
Kaitannya dengan perubahan postur,
mengakibatkan vertigo, namun perlu disertai dengan satu batuk, buang air kecil, memutar kepala
atau lebih gejala lain seperti disartria, ataksia, kelemahan Gejala yang terkait Kepala terasa ringan, dizziness, vertigo
Palpitasi, nyeri dada, sesak
tungkai, dan berkurangnya lapangan paqdang. Insufisiensi
Gejala neurologis fokal mendadak
vertebrobasiler seringkali disebut sebagai peny ebab drop (kelemahan, gangguan sensorik,
attacks; kompresi mekanik arteri vertebralis oleh osteofit disartria, ataksia, bingung, afasia)
Aura
spina vertebra servikal manakala kepala diputar disebutkan lnkontinensia urin atau alvi
pula sebagai penyebab ketidakstabilan dan jatuh. Hilangnya kesadaran Apakah yang langsung diingat segera
Penyakit lain pada otak dan sistem sarafpusat dapat setelah jatuh?
Apakah pasien dapat bangkit kembali
pula menyebabkan jatuh. Penyakit Parkinson dan setelah jatuh dan jika dapat, berapa
hidrosefalus tekanan normal menyebabkan gangguan gaya lama waktu yang diperlukan untuk dapat
bangkit setelah jatuh?
berjalan yang menyebabkan instabilitas dan jatuh. Apakah adanya hilangnya kesadaran
Gangguan serebelum, tumor intrakranial, dan hematoma dapat dijelaskan oleh saksi?
subdural j,rga menyebabkan ketidakstabilan Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital Demam, hipotermia, frekuensi
(unsteadiness) dengan kecenderungan mudah jatuh. pernapasan, frekuensi nadi dan tekanan
darah saat berbaring, duduk, dan berdiri
Kulit Turgor, trauma, kepucatan
Faktor Risiko Ekstrinsik Mata Visus
Kardiovaskular Aritmia, bruit karotis, tanda stenosis aorta,
Faktor risiko ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang
sensitivitas sinus karotis
berada di lingkungan yang memudahkan orang usia lanjut Ekstremitas Penyakit sendi degeneratif, Iingkup gerak
mengalami jatuh. Berbagai faktor tersebut antara lain lampu sendi, deformitas, fraktur, masalah
podiatrik (kalus, bunion, ulserasi, sepatu
ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, basah, atau yang tidak sesuai,
tidak rata, furnitur yang terlalu rendah atau tinggi, tangga kesempitan/kebesaran, atau rusak
yang tak aman, kamar mandi dengan bak mandlJcloset Neurologis Status mental, tanda fokal, otot
(kelemahan, rigiditas, spastisitas), saraf
terlalu rendah atau tinggi dan tak memiliki alat bantu untuk perifer (terutama sensasi posisi),
berpegangan, tali atau kabel yang berserakan di lantai, proprioseptif, refl eks, fungsi saraf
kranial, fungsi serebelum (terutama uji
karpet yang terlipat, dan benda-benda di lantai yang tumit ke tulang kering), gejala
membuat seseorang teranhrk. ekstrapiramidal: tremor saat istirahat,
bradikinesia, gerakan involunter lain,
Obat-obatan juga dapat menjadi penyebab jatuh pada
keseimbangan dan cara berjalan
orang usia lanjut (Tabel2). Misalnya obat diuretikayang dengan mengobservasi cara Pasien
dikonsumsi menyebabkan seseorang berulang kali harus berdiri dan berialan (uii set up and sol
820 GERIAMI

Riwayat penyakit seyogyanya difokuskan pada pemeriksaan penunjang seperti pemeriksan darah perifer
riwayat medis umum dan pengobatan yang dijalani pasien, lengkap, elektrolit, ureum, foto toraks, ata:u
pendapat pasien tentang penyebab jatuh yang dialami elektrokardiogram. Jika dicurigai adanya aritrnia sesaat atau
mereka, lingkungan tempat pasien jatuh, gejala dan tanda blok jantung, elektrokardiogram perlu dikerjakan.
yang menyertai (seperli palpitasi akibat arihnia atau gejala Ekokardiografi perlu dilakukan bila dicurigai terdapat
neurologis fokal akibat TIA), dan apakah terdapat riwayat murmur jantung lebih keras dari derajat 2. Pencitraan
kehilangan kesadaran. Manakala terdapat riwayat hilangnya dengan CT scan danelektroensefalogram perlu dikerjakan
kesadaran perlu dipertimbangkan adanya kejang (terutama bila dicurigai kuat terdapat lesi intrakranial atau kejang.
bila terdapat inkontinensia) maupun kelainan j antung seperti
aritmia sesaat atau blok jantung (heart block).
Ekstremitas, kulit, dan jaringan lunak yang dirasakan PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN DAN MOBIUTAS
nyeri oleh pasien perlu dikaji untuk mendeteksi adanya FUNGSIONAL
luka yang diakibatkan oleh jatuh. Beberapa masalah lain
perlu juga ditelusuri untuk menetapkan penyebab Terdapat sejumlah pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi
instabilitas danjatuh. Oleh karena jatuh dapat diakibatkan mobilitas sehingga dapat mendeteksi perubahan klinis
oleh berbagai penyakit akut, perhatian seksama perlu bermakna yang menyebabkan seseorang berisiko untuk
diberikan padatanda vital. Demam, takipneu, takikardia, jatuh atau timbul disabilitas dalam mobilitas. Tidak ada
dan hipotensi perlu dikaji untuk mencari adanya penyakit baku emas untuk mengukur keseimbangan dan mobilitas
akut seperti pneumonia atau sepsis, infark miokard, fungsional, namun telah dikembangkan berbagai alat ukur
emboli paru, dan perdarahan saluran cerna. untuk mengukur kemampuan keseimbangan dan mobilitas
Adanya hipotensi postural perlu diwaspadai karena serta pemantauan perubahan kemampuan ini sejalan
selain dapat terjadi pada usia lanjut yang sehat dan tanpa dengan waktu, baik yang dilakukan di laboratorium untuk
gejala, dapat pula terjadi pada orang yang mengalami penilaian obyektif penampilan biomekanik maupun uji
de c o ndit io n in g akibat imobilisasi b erkep anj an gan atau fungsional yang lebih mudah dilakukan, berbiayarendah,
mengalami insufisiensi vena. Adanya hipotensi postural dan dapat diinterpretasikan langsung relevansi
dapat pula diakibatkan oleh dehidrasi, kehilangan darah fungsionalnya.Uji fungsional tersebut antara lairr: the
akut, atan efek samping obat. timed up-and-go test (TUG), uji menggapai fungsional
Ketajaman penglihatan perlu dikaji, apakah berperan (functional reach test), dan uji keseimbangan tserg (the
pada instabilitas dan jatuh. Pemeriksaan kardiovaskular Berg balance sub-scale of the mobility index).
perlu difokuskan pada adanya aritmia dan tanda stenosis
aorta. Bila kedua kondisi tersebut dicurigai ada pada pasien,
seyogyanya dilakukan pemantauan berkesinambungan Uii The Timed Up and Go
dan ekokardiograf,r.
Uji TUG merupakan modihkasi danuji get up and go (GUG)
Pemeriksaan ekstremitas seyogyanya dilakukan untuk untuk menghilangkan unsur subyektivitas dalam penilaian
mencari adanya deformitas, keterbatasan lingkup gerak uji GUG. Pada uji GUG subyek diminta untuk bangkit dari
sendi, atau inflamasi aktif yang mendasari instabilitas dan kursi, berjalan sepanjang 3 meter, berbalik arah kembali
menyebabkan jatuh. Perhatian khusus sebaiknya diberikan menuju kursi, dan duduk kembali. Oleh pemeriksa dinilai
pada kaki pasien untuk mencari adanya deformitas, lesi cara berjalan dan ada tidaknya gangguan gaya berjalan
yang nyeri (kalus, bunion, ulkus), maupun sepatu yang subyek, kemudian diberikannilai berskala l-5; nilai I berarti
tidak sesuai ukuran dan tidak nyaman. normal, sedangkan nilai 5 menunjukkan abnormalitas berat.
Pemeriksaan neurologis juga merupakan komponen Uji TUG dapat digunakan untuk rnengukur mobilitas,
penting yang harus dikaji. Status mental harus dievaluasi keseimbangan, dan pergerakan pada usila. Fungsi mobilitas
dengan mencari tanda neurologis fokal. Adanya kelemahan fungsional dasar tersebut diukur dari berapa detik waktu
otot, rigiditas atau spastisitas, abnormalitas fungsi yang diperlukan subyek untuk melakukan aktivitas
serebelum, tanda penyakit Parkinson, dan tanda neuropati berturut-turut: bangkit dari kursi bertinggi duduk 46 cm
perifer perlu dicari. dengan sandaran lengan dan punggung, berjalan
Pengkajian cara berjalan dan keseimbangan juga sepanjang 3 meteq berbalik arah kembali menuju kursi, dan
merupakan komponen penting dalam pemeriksaan fisik. duduk kembali. Nilai < I 0 detik menunjukkan kemandirian
Pengkajian sederhana berup a ' get up dar go test ' mlngkin penuh, nilai 1 0 - <20 detik umunmya mandiri untuk berbagai
cukup praktis dalam mengkaji cara berjalan dan aktivitas mobilitas seperti aktivitas mandi, mampu untuk
keseimbangan. naik tangga, dan bepergian sendiri, nilai 20-29 detik
Pemeriksaan laboratorium tidak selalu diperlukan, terdapat variasi dalam mobilitas dan keseimbangan,
tergantung data yang diperoleh dari riwayat penyakit dan sedangkan nilai 30 detik atau lebih menunjukkan mobilitas
pemeriksaan f,rsik. Jika didu ga terdapat penyakit akut yang terganggu dan ketergantungan pada kebanyakan aktivitas
mendasari teq'adinya instabilitas atau jatuh, perlu dilakukan karena risiko jatuh tinggi.
GAIiIGGUAN KESEIMBANGAN JATUH DAN FRAKTUR 821

Pemeriksaan ini selain valid (bila dilakukan pada berdiri tanpa bantuan, berdiri dengan mata tertutup, berdiri
individu yang tidak menggunakan alat bantu berjalan) dengan kedua kaki rapat, berdiri dengan kedua kaki dalam
karena berkorelasi tinggi dengan uji keseimbanganBergl posisi tandem, berdiri dengan satu kaki, rotasi punggung
Berg Balance Scale (uji aktivitas fungsional terhadap 14 saat berdiri, mengambil obyek tertentu dari lantai, berputar
tugas), indeks Barthel (penilaian kemampuan untuk 360", melangkahi kursi tanpa sandaran, dan menggapai ke
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari/AKS), dan arah depan saat berdiri. Dilakukan penilaian dua dimensi
kecepatan berlalanlgait speed, juga mudah dilakukan dari keseimbangan yaitu kemampuan subyek untuk
karena hanya membutuhkan perlengkapan, waktu, dan mempertahankan postur tegak dan melakukan
tempat yang minimal, dapat dikuantifftasi, berkorelasi penyesuaikan yangtepat pada gerakan yang dikehendaki
dengan kemampuan usila untuk bergerak dengan aman di (gerukanvolunter).Dlbunthkanwaktuselamal0-20menit
lingkungannya, serta dapat digunakan untuk mengukur untuk melaksanakan tugas: duduk, berdiri, berjalan,
perubahan mobilitas setelah dilakukan suatu intervensi. berbalik arah 360 derajat, menggapai, dan sebagainya.
Intraclass correlation cofficients (ICC) uji ini untuk ICC interrater uji ini 0,91. Berdasarkan penelitian, uji
reliabilitas intra dan inter rater sangat baik, yakni 0,99. ini merupakan prediktor tunggal terbaik status jatuh. Untuk
TUG berkorelasi dengan uji keseimbangan Berg, indeks kisaran skor 56-54, tiap penurunan 1 nilai berkaitan dengan
AKS Barthel, dan kecepatan berjalan dengan r: - 0,51 peningkatan odds ratio risiko jatuh sebesar 3-4%o; rmntk
sampai dengan - 0,72. Shumway - Cook et a/ melaporkan kisaran 54-46, tiap pemrrunan I nilai berkaitan dengan
pemeriksaan TUG memiliki sensitivitas 87oh dan peningkatan risiko jatuh 6-8%. Nilai 36 atau kurang, risiko
spesivisitas 87% untuk mengidentifikasi orang dewasa di jatuhhampir 100%.
komunitas yang berisiko untuk jatuh.

TATALAKSANA NSTABI LITAS DAN JATU


I H

Biaya yangharus dikeluarkan akibat jatuh ternyati'iukup


besar, baik dalam konotasi fisik maupun trauma psikologi,
hilangnya kemandirian, atau bahkan kematian. Oleh karena
itu, amat diperlukan berbagai strategi untuk mengatasi dan
mencegah jatuh pada orang berusia lanjut.
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah
Gambar 5. Uji menggapai fungsional instabilitas dan riwayat jatuh adalah mengkaji dan
mengobati trauma fisik akibat jatuh; mengobati berbagai
kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh; memberikan
terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan caraberlalan,
Uji Menggapai Fungsional
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
Uji ini menilai kontrol postural dinamisdengan mengukur
jarakterjauh seseorang yang berdiri mampu menggapai atau sesuai; mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup; pegangan; lantai yang tidak
mencondongkan badannya ke depan tanpa melangkah
(Gambar 5). Nilai normal untuk usia 41- 69 tahun pada laki-
licin, dan sebagainya.
Lallhan fisik (penguatan otot, fleksibilitas sendi, dan
laki 14,98 rnci + 2,21 dan perempuan 13,81 inci + 2,2;
keseimbangan), latihan Tai Chi, adaptasi perilaku (bangun
sedan gkan untuk usia 70-87 tahun pada laki-laki I 3, I 6 inci +
dari duduk perlahan-lahan, menggunakan pegangan atau
1,5 5 dan perempu an 10,47 inci + 3,5. Pada individu berusia
perabot untuk keseimbar.gar,, dan teknik bangun setelah
70 tahun atau lebih, nilai 6 inci atau kurang berkorelasi
jatuh) perlu dilakukan untuk mencegah morbiditas akibat
dengan kecepatan bet'alan dan risiko untuk jatuh. Uji ini
instabilitas dan jatuh berikutnya.
mudah dilakukan, namlm hanya mengukur satu komponen
Perubahan lingkungan acapkali penting dilakukan
dari keseimbangan dinamik. ICC intrarater pemeriksaan ini
untuk mencegah jatuh berulang. Lingkungan tempat or-
092.
ang usia lanjut tinggal seringkali tidak aman sehingga
upaya perbaikan diperlukan untuk memperbaiki keamanan
Uji Keseimbangan Berg mereka agar kejadian jatuh dapat dihindari.
Uji ini merupakan uji aktivitas dan keseimbangan
fungsional yang menilai penampilan mengeq'akan 14 tugas,
diberikan angka 0 (tidak mampu melakukan) sampai 4 FRAI(IUR
(mampu mengerjakan dengan normal sesuai dengan waktu
dan jarak yang ditentukan) dengan skor maksimum 56. Berbagai penelitian di Eropa, Amerika Serikat, dan
Tugas-tugas yang dinilai adalah duduk tanpa bantuan, Australia menunjukkan bahwa risiko terjadinya patah
bangkit dari duduk ke berdiri, berdiri ke duduk, transfer, tulang tidak hanya ditentukan oleh densitas massa tulang,
822 GE,RIITTRI

melainkan juga oleh faktor-faktor lain yang berkaitan dengan Obat-obatan yang digunakan pasien sebelumnya perlu
kerapuhan frsik (frailty) dan meningkatnya risiko untuk dievaluasi. Pasien harus dihindarkan dari efek samping
jatuh. Densitas massa tulang dan ayunan tubuh (sway), polifarmasi. Obat yang tidak/sedikit efektif dihentikan.
keduanya, merupakan faktor prediktor untuk risiko Namun obat yang berefek buruk bila dihentikan tetap
teq'adinya patah tulang osteoporotik, akan tetapi kombinasi diteruskan. Obat Parkinson tidak perlu dihentikan sebelum
densitas massa tulang yang rendah dan ayrnan tubuh yang operasi.
meningkat merupakan risiko patah tulang yang lebih tinggi. Pada pemeriksaan fisik dievaluasi adanya komplikasi
Faktor-faktor risiko terjadinya patah tulang pada mereka akibat fraktur, faktor penyebab fraktur, dan penyakit
yang mengalami jatuh juga telah diteliti. Didapatkan data penyerta. Pemeriksaan frsik awal sangat penting untuk
bahwa ada hubungan yang kuat antara frekuensi (umlah) mengevaluasi komplikasi yang mungkin terjadi kemudian.
kejadian jatuh dengan risiko terjadinya patah tulang. Penilaian status nutrisi pasien dapat dinilai melalui berat
Didapatkan pula data tipe jatuh yang meningkatkan risiko badan dan tinggi badan, konsentrasi albumin, dan jumlah
patah tulang panggul, yakni jatuh ketika posisi sedang total limfosit. Penilaian kulit dilalarkan terhadap adanya
berputar. Beberapa faktor risiko patah tulang panggul pada dekubitus. Perlu dilal<ukan tatalaksana terhadap nyeri yang
mereka yang mengalami jatuh attaralainfalls to the side, seringkali timbul akibat fraktur. Pada keadaan tersebut
densitas tulang panggul rendah, dan gangguan mobilitas. pasien dapat diberikan parasetamol 500 mg hingga dosis
maksimal 3000 mg per hari. Bila respons tidak adekuat dapat
ditambahkan dengan kodein 10 mg. Langkah selanjutnya
Tatalaksana Medis Fraktur adalah dengan menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid
Tujuan utama tatalaksana adalah mengembalikan pasien seperti ibuprofen 400 mg, 3 kali sehari. Pada keadaan sangat
pada keadaan dan fungsi sebelum terjadi fraktur. Hal ini nyeri (terutama bila terdapat osteoporosis), kalsitonin 50-
dapat dicapai dengan operasi diikuti mobilisasi dini. 100 IU dapat diberikan subkutan malam hari. Golongan
Walaupun demikian, adakalanya operasi dapat narkotik hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas bila ada delirium.
penyakit penyerta seperti riwayat infark miokard. Pada Selain itu, perlu diingat kemungkinan terjadinya
keadaan ini operasi sebaiknya ditunda hingga risiko infark komplikasi pascaoperasi seperti infeksi, tromboemboli,
berkurang. Operasi sebaiknya ditunda pula pada pasien delirium, infeksi saluran kemih dan retensio urin, ulkus
yang membutuhkan terapi antikoagulan segera. Tata dekubitus akibat tirah baring lama, maupun malnutrisi.
laksana non-operatif ditujukan pada pasien nonambulatoar Risiko infeksi dapat diturunkan dengan pemberian
dan demensia. Pada pasien ini, target tatalaksana adalah antibiotik perioperatif. Untuk mencegah tromboemboli, baik
keadaan dan fungsi sebelum fraktur tanpa operasi. trombosis vena dalam maupun emboli paru, pasien perlu
Mobilisasi dini penting untuk menghindari komplikasi mendapat antikoagulan selama masa perioperatif. Warfarin
akibat tirah baring lama. diberikan dengan targel international normalized ratio
Pada pasien usia lanjut yang mengalami fraktur (INR) 2-3. Heparin diberikan dengan tatgetpartial throm-
diperlukan penilaian geriatri yang komprehensif. Kelompok boplastin time (aPTT) 1,5-2,5 kontrol. Low molecular
pasien ini umumnya lemah, memiliki beberapa masalah weight heparin (LMWH) dapat diberikan tanpa
medis, minum banyak obat, serta acapkali sudah terdapat pengontrolan aPTT. Sebelum operasi, antikoagulan perlu
demensia atau penyakit terminal lainnya. Berdasarkan data dihentikan dahulu agar perdarahan luka operasi terkendali.
yang dikumpulkan, dibuat pengkajian geriatri yang Setelah operasi, antikoagulan dapat diberikanhingga 2-4
prinsipnya mencakup penyakit dasar, penyakit penyerta, minggu atau bila pasien sudah dapat mobilisasi. Walaupun
faktor risiko, prognosis, dan kelayakan operasi. Bila aspirin bila dibandingkan dengan heparin efektivitasnya
didapatkan penyakit penyerta pada pasien yang akan lebih rendah, namun pada keadaan pasien dengan
dioperasi maka dilakukan manajemen perioperatif hingga kontraindikasi terhadap antikoagulan maka pada pasien
penyakit penyerta tersebut dapat terkontrol atau terkendali. dapat y'iberikan aspirin 75-325 mg/hari' atau hanya
Perlu pula dilakukan penapisan aktivitas hidup harian menggunakan tindakan mekanis seperti sepatu kompresi
sebelum dan setelah fraktur, maupun adanya gangguan pneumatik. Stoking kompresi dapat menjadi tambahan dari
fungsi kognitif dan depresi. Aktivitas hidup harian secara terapi di atas. Penggunaan aspilet dan stoking kompresi
sederhana dapat dinilai dengan indeks activity daily liv- diteruskan hingga 6 minggu setelah operasi.
ing (ADL) Barthel. Evaluasi fungsi kognitif dapat secara Delirium pasca operasi dapat dipicu oleh gangguan
kuantitatif menggunakan abbreviated mental test (AMT) elektrolit dan obat-obatan yang diberikan seperti golongan
atau mini-mental state examination (MMSE). Adanya benzodiazepir- agar pasien dapat tidur atau opiat untuk
depresi ditapis dengan geriatric depression scale (GDS). mengatasi nyeri. Faktor preoperatif terjadi delirium
Persiapan mental pasien pun harus dilakukan dimulai pascaoperasi adalah demensia sebelum fraktur, mobilisasi
dengan penjelasan kepada pasien tentang penyakit dan rendah sebelum fraktur, dan MMSE rendah. Oleh karena
tatalaksananya. itu, perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit berkala, evaluasi
GAT{GGUAT{ IGSEIMBANGAN JAIIUH DAN FRAKTUR 823

Penilaian dan Faktor Risiko Tatalaksana


Lingkungan saat jatuh sebelumnya Perubahan lingkungan dan aktivitas untuk mengurangi
kemungkinan jatuh berulang
Konsumsi obat-obatan Review dan kurangi konsumsi obat-obatan
- Obat-obat berisiko tinggi (benzodiazepin, obat tidur lain,
neuroleptik, antidepresi, antikonvulsi, atau antiaritmia
kelas lA)
- Konsumsi 4 macam obat atau lebih
Penglihatan Penerangan yang tidak menyilaukan; hindari pemakaian
- Visus <20160 kacamata multifokal saat berjalan; rujuk ke dokter spesialis
- Penururlan persepsi kedalaman (depth perception) mata
- Penurunan sensitivitas terhadap kontras
- Katarak
Tekanan darah postural (setelah >5 menit dalam posisi Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika
berbaring/suprne, segera setelah berdiri, dan 2 menit memungkinkan; review dan kurangi obat-obatan; modifikasi
setelah berdiri) tekanan sistolik turun Z 20 mmHg (atau : dari restriksi garam; hidrasi yang adekuat; strategi
20%), dengan atau tanpa gejala, segera atau setelah 2 kompensasi (elevasi bagian kepala tempat tidur, bangkit
menit berdiri perlahan, atau latihan dorsofleksi); stoking kompresi; terapi
farmakologis jika strategi di atas gagal
Keseimbangan dan gaya berjalan Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika
- Laporan pasien atau observasi adanya ketidakstabilan memungkinkan; kurangi obatobatan yang mengganggu
- Gangguan pada penilaian singkat (uji get up and go keseimbangan; intervensi lingkungan; rujuk ke rehabilitasi
alau peiormance-oriented assessme nt of mobility) medik untuk alat bantu dan latihan keseimbangan dan gaya
berjalan
Pemeriksaan neurologis Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika
- Gangguan proprioseptif memungkinkan; tingkatkan input proprioseptif (dengan alat
- Gangguan kognitif bantu atau alas kaki yang sesuai, berhak rendah dan bersol
- Penurunan kekuatan otot tipis); kurangi obat-obatan yang mengganggu fungsi kognitit;,-
kewaspadaan pendamping mengenai adanya defisit kognitif;
kurangi faktor risiko lingkungan; rujuk ke rehabilitasi medik
untuk latihan gaya berjalan, keseimbangan, dan kekuatan
Pemeriksaan muskuloskeletal: pemeriksaan tungkai (sendi Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika
dan lingkup gerak sendi) dan pemeriksaan kaki memungkinkan; rujuk ke rehabilitasi medik untuk latihan
kekuatan, lingkup gerak sendi, gaya berjalan, dan
keseimbangan serta untuk alat bantu; gunakan alas kaki
yang sesuai; rujuk ke podiatrist
Pemeriksaan kardiovaskular Rujuk ke dokter spesialis jantung; pemijatan sinus karotis
- Sinkop (pada kasus sinkop)
- Aritmia (ika telah diketahui adanya penyakit
kardiovaskular, terdapat EKG yang abnormal, dan
sinkop)
Evaluasi terhadap "bahaya" di rumah setelah dipulangkan Rapikan karpet yang terlipat dan gunakan lampu malam hari,
dari rumah sakit bathmats yang tidak licin, dan pegangan tangga; intervensi
lain yang diperlukan

obat-obatan yang digunakan, dan pasien diperkenankan jumlah besar, karena asupan pada masa pascaoperasi dapat
menggunakan pakaian, kacamata, dan alat pendengarannya kurang dari seharusnya. Bila asupan oral tidak adekuat
serta ditunggui keluarga. Satu anggota keluarga tetap maka digunakan pipa nasogastrik untuk memperbaiki
menunggui pasien khususnya pada malam hari. keseimbangan nitrogen dan asupan kalori.
Pemindahan ruang rawat yang tidakperlu diminimalkan. Aspek penting pada pascaoperasi adalah mobilisasi
Untuk mencegah infeksi saluran kemih dan retensio dini untuk mencegah komplikasi akibat imobilisasi. Pada
urin, kateter urjn harus dilepas segera setelah operasi; tidak usia lanjut dengan fraktur femur proksimal, hal ini sangat
boleh dipertahankan lebih dari24-36 jam kecuali bila penting agar dapat hidup tanpa tergantung pada orang
dibutuhkan evaluasi jumlah urin. Retensio urin sementara lain dengan target terapi adalah mengembalikan fungsi
dapat terjadi akibat nyeri, opiat, anestesi, atau faktor lain. berjalan. Rehabilitasi harus dimulai satu hari setelah
Ulkus dekubitus perlu dicegah dengan melakukan operasi dengan mobilisasi bertahap dari tempat tidur ke
mobilisasi dini, menjaga kesehatan kulit, dan penggunaan kursi dan selanjutnya berdiri dan berjalan. Pada hari
kasur dekubitus. Asupan nutrisi pasien juga perlu pertama dapat dimulai dengan latihan kekuatan isometrik
diperhatikan untuk mencegah malnutrisi. Umumnya pasien dan latihan mobilisasi. Pada hari keempat latihan berdiri
dapat menerima nutrisi enteral dalam 12-24 jam dan latihan berjalan dengan pegangan.
pascaoperasi. Suplemen protein oral harus diberikan dalam
824 GERIITIRI

Perencanaan pulang ke rumah merupakan hal penting. Antiplatelet Tiralists's Collabotation. Collaborative overview of
Agar pasien dapat melakukan fungsi tanpa ketergantungan randomised trial of antiplatelet therapy-Ill: reducation in venous

saat kembali ke rumah, pasien harus memulihkan thrombosis and pulmonary embolism by antiplatelet prophy-
laxis among surgical and medical patients. Brit Med J 1994;
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup harian dasar.
308: 235-46.
Kebanyakan pemulihan terjadi pada 6 bulan pertama Handayani A, Prevalensi dan sebaran faktor-faktor risiko intrinsik
setelah fraktur. sistemik yang mempengaruhi instabilitas postural pada pasien
geriatri di divisi egriatri departemen ilmu penyakit dalam RSUPN
Jakarta. Tesis 2003. Departemen Ilmu penyakit Dalam FKUI.
Pencegahan Fraktur Ashton-Miller JA, Alexander NB. Biomechanics of mobility in older
Osteoporosis dengan bertambahnya usia baik pada adults. In: Hazzard WR, Blass JP, Halter JB, Ouslander JQ Tinetti
perempuan maupun laki-laki menyebabkan meningkatnya ME, eds. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. 5tt
risiko fraktur pada trauma minimal. Fraktur osteoporotik ed. New York: McGraw-Hill Health Professions Division; 2003.
sering terjadi pada lengan bawah, vertebra, dan femur p.9 I 9-3 0.
proksimal. Risiko fraktur selain berhubungan dengan Bischoff, dkk, Effect of vitamin D on falls. A meta analysis. JAMA.
200 4 Apr ;29 I (l 6): I 999 -200 6
aktivitas fisik dan meningkatnya risiko jatuh juga dapat
Berg KO, Maki BE, Williams JI, Holliday PJ, Wood-Dauphinee SL.
diperhitungkan dengan densitas massa tulang (bone min-
Clinical and laboratory measures of postural balance in an eld-
eral density, BMD). Penyebab osteoporosis sekunder erly population. Arch Phys Med Rehabil. 1992;73:10'73-80.
harus pula digali seperti terapi kortikosteroid, hipertiroid, Brauer C, Morrison RS, Silberzweig SB, Siu AL. The cause of de-
hiperparatiroidisme, dan hipogonadisme. lirium in patients with hip fracture. Arch Intern Med 2000;
Kendati terapi osteoporosis menurunkan resorpsi 160: 1856-60
tulang dan meningkatkan densitas tulang, penurunan Clark E. Preoperative assesment: primary care work-up to identify
surgical risk. Geriatrics. 2001; 56:36-40.
insidens fraktur sebagian berhubungan dengan mekanisme
Coogler CE, Wolf SL. Falls. In: Haz:zard W& Blass JP, Ettinger WH,
rlonskeletal. Suplementasi 800 IU vitamin D3 dan 1,2 gram
Halter JB, Ouslander JQ eds. Principles of Geriatric Medicine and
kalsium elemental setiap hari selama 3 tahun menurunkan Gerontology. 4b ed. New York: McGraw-Hi11 Health ProfeSsions
risiko fraktnr panggul (ftrp) sebesar 27 %o, denganhanya Division; 1999.p. 1535-46.
sedikit perbaikan pada densitas tulang. Penambahan Chapuy, MC.Vitamin D3 and calcium to prevent hip fracture in the
vitamin D3 berhubungan dengan berkurangnya ayunan elderly women. N Eng J Med 1992; 327: 1637-42
tubuh dan jumlah jatuh. Elble RI. Changes in gait with normal aging. ln: Masdeu JC, Sudarsky
L, Wolfson L, eds. Gait disorders of aging: fa1ls and therapeutic
Selain itu, perlu dilakukan penilaian klinis dan
strategies. Philadelphia: Lippincott-Raven; 1997 .p. 93- 105.
tatalaksana bagi orang usia lanjut yang berisiko untuk
Fuller GF. Falls in the elderly. Am Fam Physician. 2000:'61:2159-
jatuh(Tabel4). '7 4.

Francis RM, Baillie SR Chuck AJ, Crook PR, Daymond T, Durur N,


et al. Management of osteoporosis in patients with hip frac-
KESIMPULAN tures. Q J Med 2000; 93: 501-6.
Huddleston JM, Whitford KJ. Medical care of elderly patients with
hip fracture. Mayo Clin Proc. 2001;76:295-8.
Gangguan keseimbangan, jatuh, dan fraktur merupakan
Instability and falls. In: Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Eds.
masalah besar pada usia lanjut. Terdapat berbagai faktor Essentials of clinical geriatrics. 5th ed. New York: McGraw-Hill
yang menjadi faktor risiko dan penyebab instabilitas dan Medical Publishing Division; 2004. p. 219-44.
jatuh tersebut yang memerlukan pengkajian secara Kirkendall D! Garrett WE. The effects of aging and training on
menyeluruh untuk mencegah jatuh dan fraktur maupun skeletal muscle. Am J Sports Med. 1998;26:598-602.
fraktur berulang. Bila telah terjadi fraktul diperlukan Loeser RF, Delbono O. Aging and the musculoskeletal system. In:
Hazzard WR, Blass JP, Ettinger WH, Halter JB, Ouslander JG,
tatalaksana secara holistik dan interdisiplin.
eds. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. 4s ed.
New York: McGraw-Hill Health Professions Division; 1999.
p.1097-111.
REFERENSI Lichtblau S. Treatment of hip fractures in the elderly - the decision
process. Mount Sinai J Med 2002;69:250-60.
Ackermann RJ. Medical Consultation for the elderly patient with Mechanical principles: kinetics. In: Smith LK Weiss EL, Lehmkuhl
hip fracture. J Am Board Fam Pract 19981,11:366-77. Available LD, eds. Brunnstrom's clinical kinesiology. 5b ed. Philadelphia:
from: URL: http://www.medscape.com (Access atMarch 26, F.A. Davis Company; 1996. p. 49-56.
2003 ) Mix CM, Specht DP. Achieving functional independence. In:
Adunsky A, Leqz R, Heim M, Mizrahi E, Arad M. The unfavorable Braddom RL. Physical medicine and rehabilitation. 2'd ed. Phila-
of perioperative delirium in elderly hip fractured patients. Arch delphia: WB Saunders; 2000. p.517-34.
Gerontol Geriatr 2003; 36: 67-74. MitchWE, Goldberg AL. Mechanism of muscle wasting: the role of
Allison L, Fuller K. Balance and vestibular disorders. In: Umphred the ubiquitin-proteasome pathway. N Engl J
DA, ed. Neurological rehabilitation. 4th ed. St. Louis: Mosby, Med. 1 996;3 35 (25): I 897- 1 905.
2001. p.616-60. Morgenthal AP. The age-related challenges of posture and balance.
GAI{GGUAN KESEIMBANGAT{ JAIIUI{ DAN FRAKruR 82s

In: Bougie JD, Morgenthal AP, eds. The aging body: Temu Ilmiah Geriatri 2002.
conservative management of common neuromusculoskeletal Setiati S. Implikasi klinik imobilitas pada pasien geriatri. Prosiding
conditions. New York: McGraw Hill Medical Publishing Divi- Temu Ilmiah Geriatrr 2002.
sion; 2001. p.45-68. Setiati S, Prodjosujadi W, Sutrisna B. Prevalence of orthostatic
Nashner LM. Physiology of balance, with special reference to the hypotension and its risk factors among 40 years and above
healthy elderly. In: Masdeu JC, Sudarsky L, Wolfson L, eds. Gait adult pbpulation in Indonesia. Med J Indones. 2004;13:180-9
disorders of aging: falls and therapeutic strategies. Philadelphia: Steinweg KK. The changing approach to falls in the elderly. Am
Lippincott-Raven;1997. p.46-7. Fam Physician. 1997 ;56:1815-23.
Nevitt MC. Falls in the elderly: risk factors and prevention. In: Standing and walking. In: Smith LK, Weiss EL, Lehmlarhl LD, eds.
Masdeu JC, Sudarsky L, Wolfson L, eds. Gait disorders of aging: Brunnstrom's clinical kinesiology. 5n ed. Philadelphia: F.A. Davis
falls and therapeutic strategies. Philadelphia: Lippincott-Raven; Company, 1996. p.401-35.
1997. p.13-36. Studenski S. Mobility. ln:Hazzard WR, Blass JP, Halter JB, Ouslander
Pfeifer M, et al. Effect of short-term vitamin D and calcium JG, Tinetti ME. eds. Principles of Geriatric Medicine and Ger-
supplementation on body sway and secondary hyperparathy- ontology. 5th ed. New York: McGraw-Hill Health Professions
roidism in elderly women. J Bone Miner Res. 2000; 15 : 1113- Division; 2003.p.950.
8 TUG (timed up and go). In: Finch E, Brooks D, Stratford PW, Mayo
Podsiadlo D, Richardson S. The'timed "up & go": a test of basic NE. Eds. Physical rehabilitation outcome measures: a guide to
functional mobility for elderly persons. (Abstract). J Am Geriatr enhanced clinical decision making. 2'd ed. Canada: Canadian
Soc. 1991;39(2):142-8. Physiotherapy Association; 2002.p. 240.
Postural Control. In: Shumway-Cook A, Woollacott MH. Eds. Mo- Tinetti ME. Preventing falls in elderly persons. N Engl J Med
tor control: theory and practical applications. 2"d ed. Philadel- 2003;348:42-9.
phia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001.p.163-91. Verhar, HJJ. Muscle strength, functional mobility and vitamin D in
Roubenoff R, Hugher VA. Sarcopenia: current concepts. J Gerontol. older women. Aging Clin Exp Res. 2000; 12:455-60
2000;554:M776-24. Wolfson L. Balance decrements in older persons: effects of age and
Rubenstein LZ, Josephson KR. Interventions to reduce the multi- drsease. In: Masdeu JC, Sudarsky L, Wolfson L, eds. Gait disorders
factorial risks for fallhg. In: Masdeu JC, Sudarsky L, Wolfson of aging: falls and therapeutic strategies. Philadelphia:
fippincott-
L, eds. Gait disorders of aging: falls and therapeutic strategies. Raven; 1997. p.79-91.
Philadelphia: Lippincott-Ravet;1997.p. 309-24. Zuckerman JD. Hip fracture. N Engl J Med. 7996;334:1519-25.
Setiati S. Imobilisasi sebagai faktor risiko gangguan hemostasis pada
pasien geriatri, bagaimana mencegah dan mengobati. Prosiding
130
DIZZINESS PADA LANJUT USIA
Probosuseno, Niko Adhi Husni dan Wasilah Rochmah

PENDAHULUAN Dizziness dikaitkan dengan perasaan kesehatan yang


buruk tetapi tidak dikaitkan dengan risiko kematian.
Sejak dahulu kala (1973-1980) dizziness merupakan bahayanya besar, ada hub dg kesehatan menurun,
gangguan yang seringkali membingungkan para ahli dalam
penanganannya secara tuntas, meskipun gangguan ini Etiologi dan Akibat
banyak dialami terutama pada usia lanjut, dan tidak Penyakit yang mengancam jiwa pada dizziness mttrrrya
mematikan. Hal ini berkaitan dengan akibat yang timbul j arang (penyakit serebrovaskulat 6%o, atitmia katdia l,5o/o,
yaitu fall yang dapat terjadi luka, patah tulang, atau takut dan tumor otak<lYo (Kroenke et a1,2000)).Tetapi dizzi-
untuk beraktivitas. Banyak pasien dengan dizziness Wonis ness berkaitan dengan banyak hendaya fungsional yang
terutama lanjut usia tingkat rujukan untuk konsultasi ke serius, seperti peningkatan risiko untuk roboh, ketakutan
spesialis masih rendah, sehingga terapi yang tepat akan roboh, ansietas atau depresi, dan hilangnya
terlambat diberikan @inestone, 19821,Bird et al,1998). kemandirian pada lansia (Kwong & Pimlott, 2005; Yardley
et aI,2004).
Penyebab Dizziness Jonsson & Lipsitz (1994). secara
PEMBAHASAN
ringkas dlbagi2,(l) berkaitan dengan usia dan (2)betkaita
dengan gangguan pada saraf, sistemik, psikiatrik dan
Batasan & Prevalensi gabungan dari hal tersebut. Sedangkan Kroenke dkk.
Dizziness adalahsensasi, kepala terasa ringan, seperti akan (2000); Adelman (2001); Wasilah Rochmah & Probosuseno
pingsan, berputar, perasaan mabuk, dan bisa juga tidak (2006) lebih rinci sesudah menganalisis, sebagai penyebab
mengarah, seperti gangguan mental, pandangan kabur, dizziness adalah :
pusing, atau perasaan perih, dalam istilah bahasa Jawa a vestibulopati perifer (antara lain Benign Positional ver-
disebut dengan nggliyer. Disamping itu juga pada individu tigo : BPV:VPB,Labirintis, Penyakit Meniere, dll)
dengan gangguan berj alan, mielopati, spastisitas, parkin- sebesar 38-44olo,
sonism, atau ataksia serebelar mengeluh dizziness h vestibulopati sentral (seperti CVD, tumor, dll jarang
walaupun tanpa adanya vertigo atau sensasi abnormal dengan prevalensi pada lanjut usia kurang dari l0
kepala yang lain (Triwibowo, 200 I ; Daroff & Carlson, 2005 ;
persen. Iskemik serebrovaskular merupakan penyebab
Wasilah Rochmah 2006). dizziness yang makin sering seiring peningkatan usia.
Dizziness merupakan keluhan yang sering dijumpai Pasien dengan penyebab sentral jarang mengeluhkan
pada lanjut usia (lansia), prevalensinya berkisar 30% pada dizziness sebagai gejala tunggal' Dizziness yang
individu yang berusia >65 tahun (Colledge et al,1994). awitannya baru terjadi disertai dengan simptom lain
Sebanyak2o/okonsultasidipelayananprimermenyangkut (sakit kepala, gangguan visus, atau simptom
dizziness (Sloan , 1989), dan dizziness merupakan neurologis) harus dipikirkan kemungkinan gangguan
penyebab utama nomor 13 penderita datang berobat ke sistem saraf pusat yang serius. Evaluasi lebih lanjut
spesialis penyakit dalam (Adelman, 2001)' prevalensi termasuk pencitraan sistem saraf pusat biasanya
sedikit, daril622orang (>60 tahun)di masyarakat didapat diperlukan sebesar l0'l loA,
Dizziness 29,30 dan dalam I tahun prevalensinya l8,2yo. c. psikiatris (16-32%),

826
DIZZINES PADA USIA LANJUT 827

d. kondisilain (26%), dan Di perawatan primer jenis vertigonya 93%o benign


e. tidakdiketahuipenyebabnya (9-1^3n paroxysmal positional vertigo (BPPV), neuronitis
f, defisitsensorimultiple l3 % vestibular akut, atau penyakit Meniere. Penyebab lain adalah
g. penyakit sistemik (8 %) obat-obatan (alkohol, aminoglikosida, antikejang [fenitoin
Untuk menegakkan diagnosa dizziness, ada beberapa (Dilantin)], antidepresan, antihipertensi, barbiturat, kokain,
algoritrna, tetapi secara ringkas umumnya berdasar orientasi diuretik fFurosemide (Lasix)], nitrogliserin, kuinin, salisilat,
penyakit, yaitu klinisi berusaha untuk mengeksklusi sedatif/ hipnotik), penyakit serebrovaskular, migrain,
penyebab yangfatal, dan mungkin juga berusaha mencari labirinitis akut, multipel sklerosis, dan neoplasma intrakranial
penyebab yang spesifik lalu memberikan terapi yang (Labuguen, 2006). Penyebab vertigo bisa perifer, atau
sesuai. sentral. Karakteristik dari vertigo sentral dan perifer dapat
Dizziness pada lanjut usia termasuk sindrom geriahik dilihatpada Tabel l.
karena menggambarkan disfungsi pada satu atau lebih Diagnosis banding dari vertigo adalah vestibuler perifer
sistem tubuh, dan mempunyai berbagai macam faktor (berasal dari sistem sarafperifer), vestibuler sentral (berasal
risiko predisposisi yang beragam, antaralain: ansietas, dari sistem sarafsentral), dan kondisi lain
depresi, menggunakan lima atau lebih macam obat,
gangguan keseimbangan, infark miokard terdahulu,
hipotensi postural, (penurunan tekanan darah sistolik > PENYEBAB VERTIGO PERIFER
20 mmHg (atau > 20o/o) denganatautanpa gejala segera
setelah berdiri atau setelah 2 menit berdiri (Setelah > 5
A. Benign Paroxysmal Positional Vertigo/ Benign
menit dalam posisi terlentang) (Tinetti (2000) & Tinetti
Positional Vertigo (BPPV)
(2003), Carsotet a1,2004) dan gangguan pendengaran .
Benign paroxysmal positional vertigo umumnya
penyebab tunggal dizziness pada lansia. BPV merupakan
kondisi episodik, sembuh sendiri, dicetuskan oleh gerakan
MACAM (SU BTrPE) DTZZTN ESS kepala mendadak atau karena perubahan pada posisi fubuh
seperti berguling di tempat tidur. BPV disebabkan oleh
Drachman dan Hart membagi dizziness menjadi empat
akumulasi debris dalam kanal semisirkular. Pergerakan dari
tipe, yaitu (1) vertigo, (2) presinkop, (3) disekuilibrium,
debris menstimulasi mekanisme vestibular menghasilkan
dan (4) kepala yang terasa ringan tapi samar-samar diluar
simptom pada pasien. BPV kadang-kadang berkaitan
vertigo, sinkop, ataupun disekuilibrium (vague lighl-
temporer dengan penyakit viral, dan menghasilkan
headedness).
inflamasi (Adelman, 2001). Diagnosis BPV dapat
ditegakkan melalui tes Dix-Hallpike (kadang disebut juga
1. Vertigo sebagai tes Barany atau Nylen-Barany). Ilustrasi
Vertigo merupakan suafu sensasi berputar, pasien merasa pemeriksaan ini dapat dilihatpada Gambar 1.
bahwa dia ataupun lingkungannya berputar. Seringkali ver- Terapi dari BPV saat ini adalahmanuverEpley ataupun
tigo terjadi dengan seketika, kadang-kadang, dan ketika senam vertigo (lihat lampiran), yang bertujuan untuk
berat umumnya dibarengi dengan mual, muntah, dan jalan merelokasi debris yang melayang bebas di kanal
yang terhuyung-huyung (Drachman, 1998). Vertigo semisirkuler posterior kedalam vestibula dari vestibular
merupakan lipe dizziness yang paling banyak ditemukan labirin agar tidak vertigo lagi saat menggerakkan kepala,
pada perawatan primer sebanyak 54% (Kroenke et al, 1992). atau untuk desensitisasi

Tampilan Vertigo Perifer Vertigo Sentral


Nistagmus Kombinasi horisontal dan torsional; Murni vertikal, horisontal, atau torsional; tidak
dihambat oleh fiksasi dari mata ke suatu dihambat oleh fiksasi mata ke suatu obyek; bisa
obyek; menghilang setelah beberapa berlangsung mingguan sampai bulanan;
hari; arahnya tidak berubah dengan arahnya bisa berubah dengan tatapan ke arah
tatapan ke tiap sisi fase cepat dari nistagmus
Ketidakseimbangan Ringan sampai sedang; dapat berjalan Berat; tidak dapat berdiri tegak atau berjalan
Mual, muntah Bisa berat Bervariasi
Hilang pendengaran, tinnitus Sering Jarang
Simptom neurology nonauditori Jarang Sering
Late ncy setel a h man uve r Lebih lama (sampai 20 detik) Lebih singkat (sampai 5 detik)
diagnostik provokatif
Labuguen RH. lnitial evaluation of vertigo. Am Fam Physician 2006;73;244-51
828 GERIAIRI

F llr*.s J
Ia 1?rt

Gambar 1.Tes Dix-Hallpike pada pasien dengan Benign Paroxysmal Positional Vertigo yang mengenai telinga kanan. Pada panel A,
pemeriksa berdiri pada sisi sebelah kanan pasien dan merotasi kepala pasien ke kanan 45 derajat untuk mensejajarkan dengan kanal
semisirkuler posterior sebelah kanan dengan bidang sagital dari tubuh. Pada panel B, pemeriksa menggerakkan pasien (posisi mata dalam
keadaan terbuka) dari posisi duduk ke posisi telentang dengan telinga kanan posisinya lebih rendah, dan perlahan mengekstensi leher
pasien sehingga posisi dagu hampir tegak lurus. Latency, durasi, dan arah nistagmus beserta latency dan durasi vertigo bila ada harus
dicatat. Panah benrrarna merah pada inset menunjukkan arah dari nistagmus pasien benign paroxysmal positional vertigo yang tipikal.
Debris yang bebas terapung pada labirin diperkirakan sebagai penyebab kelainan tersebut ditunjukkan pada gambar (Sumber : Furman JM,
Cass SP. Benign paroxysmal positional vertigo. New England Journal of Medicine 1999;21 ;1590-1596)

B. Labirintitis yang buram, dan terdengar suara gemuruh di telinga.


Labirintitis merupakan penyebab lain dizziress karena Presinkop biasanya menandakan adanya pasokan darah
vestibuler perifer, kelainan ini sembuh dengan sendirinya. dan atau nutrisi yang tidak adekuat ke seluruh otak, dan
Umumnya kelainan ini akan berakhir pada hitungan hari bukan merupakan suatu gambaran dari iskemik serebral
atau beberapa minggu. Labirintitis diperkirakan terjadi fokal. Jika penyebabnya berasal dari kardiovaskular
karena adanya inflamasi pada saraf vestibular (Adelman, timbulnya gejala tibatiba, dan dapat terjadi pada segala
2001). posisi. Apabila penyebabnya hipotensi ortostatik maka
pasien akan mengeluh timbul dizziness dalam hitungan
detik sampai menit saat bangun atau berdiri. Apabila
G. Penyakit Meniere
timbulnya onset gradual, dan menetap saat posisi
Sindrom ini biasanya terjadi pada usia muda dan bukan
berbaring menunjukkan adany a gangguan metabolisme
penyebab umum dizziness pada lanjut usia. Episode
sereberal seperti hipoglikemia (Drachman, 1 998). Umumnya
penyakit ini biasanya sembuh sendiri, tetapi seringkali
penyebab dizziness tipe ini adalah faktor kardiovaskular
berulang. Pada akhirnyalercapai suatu fase lconik "burrred
(Adelman,2001).
out" yang ditandai oleh hilangnya pendengaran makin
j elas, tetapi episode dizz in e s s b erkurang (Adelman, 2 00 1 ).
3. Disekuilibrium
Disekuilibrium adalah suatu rasa dari tidak kukuh
PENYEBAB VERTIGO SENTRAL (unsteadines s) atau ketidakseimbangan. Terjadi gangguan
keseimbangan dan melangkah dalam kondisi tidak adanya
Dizziness karena penyebab sentral biasanya jarang, gangguan sensasi di kepala. Pasien kadangkala
prevalensi pada lanjut usia kurang dari I 0 persen. Iskemik menyebutkan dizziness tipe ini sebagai "dizziness in the
serebrovaskular merupakan penyebab dizziness yang feet", dan seringkali dikarenakan gangguan kontrol motorik
makin sering seiring peningkatan usia. Pasien dengan (Drachman, 1998). Penyebab dari dizziness tipe ini
penyebab sentral jarang mengeluhkan dizziness sebagai umumnya karena defisit sensoris tunggal atau multipel.
gejala tunggal. Dizziness yang awitannya baru terjadi Kondisi lain (umumnya gangguan sistem sarafpusat) yang
disertai dengan simptom lain (sakit kepala, gangguan mempengaruhi mobilitas seperti penyakit parkinson, stroke,
visus, atau simptom neurologis) harus dipikirkan dan sklerosis multipel (Adelman, 2001).
kemungkinan gangguan sistem saraf pusat yang serius.
Evaluasi lebih lanjut termasuk pencitraan sistem saraf pusat
4. Vague light-headedness
biasanya diperlukan (Adelman, 2001).
Kategori ini digunakan untuk memasukkan gejala yang
tidak dapat diidentihkasi sebagai tipe l, 2, ata:u 3 . Penyebab
2. Presinkop (Nearsinkop) yang mendasarinya kadang sulit untuk ditentukan. Pasien
Presinkop adalah suatu sensasi dari seperti akan pingsan mungkin mengeluhkan seakan merasa selalu dalam keadaan
atau hilangnya kesadaran, seringkali diawali pandangan berkabut (feeling like in a constan "fog"). Penyebab
DIZ:ANES PADA USIA LANIUT 829

psikogenik seringkali ditemukan pada tipe ini, bila et al,l996;Ktmtar et al,2003).


penyebabnya memang murni psikogenik pasien akan Untuk mengevalusi status kognitif dapat digunakan
mengeluh gejala-gejala depresi (seperti rasa tertekan, sulit Mini-Mental State Examinalion (MMSE), skor total dari
tidur), ansietas (seperti rasa cemas), atau serangan panik MMSE adalah 30 umumnya angka dibaw ah 24 suggestive
(seperti hiperventilasi, palpitasi). Pasien dengan gangguan demensia atau delirium. Untuk memastikan simptom dari
somatoform juga dapat mengeluh adanya nyeri dada, sakit depresi dapat digunakat the Cenler for Epidemiologic
kepala atau nyeri abdominal. Penyebab lain bisa karena Studies-Depression test (CES-D) yang terdiri dari 20
ensefalopatie s, muhis ensory dizzines s, ataupun kondisi pemyataan . Sedangkan untuk evaluasi dari ansietas dapat
lain yang tidak menyebabkan ke-3 tipe dizziness diatas. digunakan the Hamillon Anxiety Scale (HAS) yang terdiri
dari 14 items,rilai dari rentang skala dari nol sampai empat
: nol tidak ada ansietas, satu ansietas ringan, dua ansietas
INVESTIGASI PENYEBAB DIZZINESS sedang, tiga ansietas berat, dan empat ansietas sangat
berat. Tujuhpsyci ic anxiety itemuntuk mendapatkan nilai
psychic anxiety dengan rentang 0 sampai 28, n$lh ilems
Riwayat Penyakit
sisanya untuk menampilkan nilai somatic anxiety jruga
Yang perlu diperhatikanpada riwayatpenyakit adalah : (l)
memprmyai rentang dari 0 sampai 28 . Nilai total mulai dari
Awitan , dan pe{alanan dari simptom. (2) Simptom dari
rentang 0 sampai 56.
dizziness dijelaskan oleh pasien sendiri. Simptom yang
dijelaskan menurut perkataan pasien sendiri penting,
karena penelitian yang dilalrukan oleh Kwong dan Pimlott
PEMERIKSAAN PENUNJANG
menunjukkan diagnosis umumnya dapat ditegakkan bila
pasien menjelaskan dizziness-nya berdasarkan Pemeriksaan rutin termasuk EKG, gula darah, dan darah
perkataannya sendiri. (3) Subtipe dari dizziness. (4) Terapi/ rutin. Pemeriksaan pemrnjang lain juga diperlukan untuk
obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien. menegakkan diagrrosis, tetapi pemeriksaan tersebrit harus
berdasarkan pendekatan sistematis bukan hanya
Pemeriksaan Fisik pendekatan "shotgun". Audiogram lengkap harus
Pemeriksaan awal mencakup pemeriksaan ortostatik, dilakukan pada pasien dengan gangguan pendengaran
kardiovaskular, neurootologik, tajam penglihatan, disertai vertigo dan terdapat kelainan pada pemeriksaan
hiperventilasi selama 2 menit, tes Romberg, tes langkah neurootologik. Elektro- nistagmografi (ENG) adalah
truiem(tandem gail test)pemijatan sinus karotis, manuver pmeriksaan yang dapat membantu membedakan disfungsi
Hallpike, status kognitif, simptom depresi, dan ansietas vestibuler sentral atau perifer. ENG dilahkan pada pasien
(Adelman 2001; Carson et al,2OO4; Colledge et al,1996; dengan keluhan vertigo atau terdapat temuan dalam
Tinetnet al,2OOO). pemeriksaan neurootologik seperti nistagmus. Auditory
Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah brainstem-evoked responses dllakukan pada pasien dengan
sistolik > 20 mmHg(atau220Yo) denganatautanpa gejala asymmetric sensoineural hearingloss rmtuk menyingkirkan
segera setelah berdiri atau setelah 2 menit berdiri (Setelah neuroma akustik. Pemeriksaan magnetic resondnce
> 5 menit dalam posisi terlentang) (Carson et aI,2004; imaging @IF.l) dari tulang temporal sering dikerjakan pada
Tinetti,2003). pasien yang dicurigai dengan neuroma akustik atau
Pemeriksaan kardiovaskular dilakukan untuk mencari cerebellopontine angle masses. Computed tomography
kemungkinan aritmia, kelainan katup jantung, dan bruit (CT) dmi tulang temporal juga dapat dikerjakan bila dicurigai
karotis terdapat kolesteatoma atau lesi pada telinga tengah.
Pemeriksaan neurotologik mencakup pemeriksaan Brainstem evoked response auditory (BERA) alaa
telinga terrnasuk sarafkranial, evaluasi telinga luar, dan brainstem auditory evoked potential (BAEP) suatu
tengah, dan tes fistula. Tes fistula dilakukan dengan pemeriksaan neurologis dari flrngsi batang otak auditori
memberikan tekanan ke telinga, dan dievaluasi terjadinya terhadap respon dari stimulus auditori dilakukan pada
vertigo & nistagmus. Hasil positif menunjukkan adanya pasien dengan kondisi seperti : @hattacharyya & Scott,
fistula dari labirin bisa karena kolesteatoma, atau infeksi. BCBSF)
Tes Romberg, dan tes langkah tandem ditujukan untuk l. asymmetric sensorineural hearing /oss untuk
mengevaluasi komponen vestibuler, propioceptive, dan menyingkirkan neuroma akustik
serebelar. 2 evaluasi dari hilangnyapendengaran dengan gangguan
Pemijatan sinus karotis dilakukan di bawah keseimbangan, tidak stabil saat melangkah, atau
pengawasan yang ketat, diperlukan monitoring simptom lain yang berhubungan dengan lesi pada
elekhokardiografi (EKG). Kontra indikasi pemijatan sinus sistem auditori
karotis bila terdapat karotid bruit, mendapat digoksin, 3. evaluasi dari simptom yang mengarah ke penyakit
riwayat stroke, atau terdapat tanda stenosis aorta (Colledge Meniere
830 GERI'IIRI

4. evaluasi dari dizziness setelah penyebab-penyebab lain dokumentasi dari : (1) Hubungannya dengan perubahan
sudah disingkirkan posisi. (2) Simptom kardial (3) Sinkop (4) Perubahan
5. evaluasi dari dizziness yang terus berlanjut walaupun tekanan darah ortostatik, (5) apakah dimintakan
penyebabnya sudah mendapat terapi pemeriksaan EKG atau Holter monitoring.
6. evaluasi dari "true vertigo" (ditunjukkan berdasarkan Indikator kualitas spesifik untuk disekuilibrium
riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah kepenyakit adanya dokumentasi dari : (l) Roboh (2) Pemeriksaan
vestibuler) neurologis (3) Tanda-tanda cerebellar (4) Pemeriksaan
gaya berjalan (5) Tanda Romberg (7) ketajaman
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dari
penglihatan (visual acuity)
tulang temporal sering dikerjakan pada pasien yang
Indikator kualitas untuk vague lightheadedness
dicurigai dengan neuroma akustik atau cerebellopontine
adanya dokumentasi dari simptom depresi dan ansietas.
angle masses. Computed tomography (CT) dari tulang
temporal juga dapat dikerjakan bila dicurigai terdapat
kolesteatoma atau lesi pada telinga tengah.
PENANGANAN
Rontgen cervical dilakukan pada pasien dengan
kecwigaan cervical dizziness. Pemeriksaan ekokardiogram,
Pengobatan yang paripurna dizziness tergantung penyakit
dopler karotis, dan arteri vertebral, tilt-table testing, dan
dan atau penyakit yang mendasaritya, sebaiknya secara
24 jam Holter monitoring dikerjakan bila didiagnosis
multi disiplin dan inter disiplin. Langkahpenghentian obat
presinkop.
atau penetusnya, dan atau segera merujuk lebih lanjut ke
Cara terbaik untuk mengevaluasi dizziness pada lanjut
ahli yang lain yang kompeten dibidangnya. Pengobatan
usia, ditelitioleh Colledge dkk, yang rirelibatkan kelompok
simpotamtik dapat menggunakan sedative (efek
dizziness dankontrol. Hasil pemeriksaan darah, EKCL ENG
sementara). Setiap pemberian medikasi pada usia lanjut
dan MRI tidak dapat membedakan antara kelompokdizzi-
harus dipertimbangan untung ruginya (meperhatikan efek
ness dan kontol. Yang membedakan antara kedua kelompok
samping, misalnya falls, bingung).
adalah posturografi (suatu tehnik yang dapat mendeteksi
Apabila sebabnya vertigo perifer (BPPV) dapat
goyangan saat berdiri), dan ass essment klinis. Assessment
diberikan desensitasi dengan latihan gerakan khusus
klinis meliputi pemeriksaan fisik, provokasi dizziness
yang disebut senam vertigo (Jonsson & Lipsitz,l9941'
(seperti hiperventilasi, memutar kepala, tes Romberg, dan
Lumbantobing,2003).
perubahan postural), dan assessmen / psikologis. Penelitian
lainjuga menunjukkan Pemeriksaan MRI rutin tidak dapat
membedakan antara kelompok dizziness dengan kontrol
(Colledge et a1,2002). RINGKASAN

Dizziness bukanlah penyakit, tetapi gangguan atau


sindroma geriatrik yang menggambarkan berbagai macam
INDIKATOR KUALITAS UNTUK DIAGNOSIS DAN
sensasi, dan merupakan keluhan yang sering dijumpaipada
MANAJEMEN DARI DIZZINESS
lanjut usia. Jarang yang mengancam jiwa tetapi
menimbulkan banyak hendaya fungsional, dan
Kwong & Pimlott (2005) membuat suatu Indikator
pendekatannya perlu melibatkan berbagai bidang
Kualitas untuk keseluruhan subtipe dizziness adalah
spesialistik.diharapkan kualitas hidup (ADL dan IADL)
adanya dokumentasi dari: (l) awitan, dan perjalanan dari
pasien usia lanjut yang mengalami dizziress akan menjadi
simptom. (2) Pasien menjelaskan simptom dengan kata-
lebih.
katanya sendiri. (3) Jumlah obat yang sedang digunakan.
(4) perubahan tekanan darah berdasarkan posisi tubuh.
(5) Simptom dari depresi atau ansietas, (6) Roboh (7)
Sinkop (8) Diagnosis (9) Outcome dari dizziness (10) REFERENSI
Rujukan ke spesialis.
Adelman AM. 2001. Dizziness. In: Adelman AM, Daly MP Weiss
Indikator kualitas spesifik untuk vertigo adanya BD, ed. 20 common problems in geriatrics. McGraw-Hill lnter-
dokumentasi dari : (l) Lamanya episode. (2) Hubungannya national Edition : 4ll-420
dengan perubahan kepala. (3) Tinnitus, dan hilangnya Bhattacharyya N, Scott ME. Auditory brainstem response audiom-
pendengaran. (4) pemeriksaan telinga, (5) pemeriksaan etry. Available at :
neurologis. (6) nistagmus spontan (7) nistagmus Bird JC, Beynon GJ, Prevost AI, Baguley DM. 1998. An analysis of
posisional (Manuver Hallpike) (8) Apakah dimintakan referral patterns for dizziness in the primary care setting. Br "/
Gen Pract ; 48:1828-1832
pemeriksaan audiometri, dan apakah manuver Epley
Blue Cross and Blue Shield of Florida (BCBSF). Subject: evoked
dikerjakan bila didiagnosis benign positional vertigo. potentials and intraoperative neurophysiologic testing. Avail-
Indikator kualitas spesifik dari presinkop adanya able at :
DI'Z:ZINES PADA USIA LAT{JUT 831

Kroenke K, Lucas CA, Rosenberg ML, et a/. 1992.Causes of


persistent dizzill.ess. A prospective study of 100 patients in
Carson L, Suskind-Liu DL, Knox GW 2004. Dizziness and vertigo ambulatory care. Ann Inlern Med; 117:898-904
In: Forcida MA, Schwab EP, Raziano DB, Lavizzo-Mourey R, Kroenke K, Hoffman RM, Einstadter D. 2000. How Common are
ed. Geriatric secrets 3 edition. Mosby : 74-79 various causes of dizziness. Southern Medical Journal:93:160-
Colledge NR, Wilson JA, Macintyre CC, Maclennan WJ. 1994. t67
The prevalence and characteristics of dizziness in an elderly Kumar NP, Thomas A, Mudd P. et aI.2003. The usefulness of
community. Age Ageing; 23:117-120 carotid sinus massage in different patient groups. Age and
Colledge NR, Barr-Hamilton RM, Lewis SJ, Sellar RJ, Wilson JA. Ageing; 32:666-669
1996. Evaluation of investigations to diagnose the cause of Kwong E CK, Pimlott N JG. 2005. Assessment of dizziness among
dizziness in elderly people: a community based conholled study. older patients at a family practice clinic a chart audit study.
BIvl,J: 3 13:788-792 BMC Family Practise ; 6:2
Colledge NR, Lewis S, Mead G, et al. 2002, Magnetic resonance Labuguen RH. 2006. Initial evaluation of vertigo. Am Fam
brain imaging in people with dizziness: a comparison with non- Physician; 73;244-5
dizzy people. J Neurol Neurosurg Psychidlry ;72:587-589 Lumbantobing . SM. 2003. Vertigo. Balai Penerbit FK lII, Jaka(a,
Daroff RB, Carlson MD. 2005. Faintness, syncope, dizziness, and pp.l-72
vertigo.In: Kasper DL, et al. ed. l6th edition Harrison's prin- Rochmah W, Probosuseno. 2006. Dizziness dan sinkop. Dalam :
ciples of internal medicine. McGraw-Hill Medical Publishing Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. editor. Buku ajar ilmu
Division penyakit dalam edisi keempat-jilid IIL Pusat Penerbitan
Drachman DA, Hart CW. 1972. An approach to the dizzy patient. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Uni-
Neurologt; 22:323-34 versitas Indonesia, Jakarta
Drachman DA. 1998. A 69-year-old man with chronic dizziness. Rochmah W 2006. Hubungan pribadi
.JAMA 280:2ll l-2 118 Sloan PD. 1989. Dizziness in primary care. Results from the
Furman JM, Cass SP.1999. Benign paroxysmal positional vertigo. N National Ambulatory Care Survey. Fam Pracl ;29:33-38
Eng J Med ;21:1590-1596 Tinetti ME, Williams CS, Gill TM.2000. Dizziness among older
Herfkens MX.2001. Depression, neurocognitive disorders, and HIV adults: a possible geriatric syndrome. Ann Intern Med 132:337-
in prisons. HIV education prison projecl 4'.1 44
Jonsson PV & Lipsitz LA. 1994 Dizziness and Syncope in WR Tinetti ME. 2003. Preventing falls in elderly persons. N Eng J Med
Hazzard; EL Bierman; JP Blass; WH Ettinger; JB Halter (eds): 2003: 348: l:42-49
Principles of Geriatric Medicine and Gerontology, 3'd ed, YardleyL, Donovan-Hall M, Smith HE, et a1.2004. Effectiveness
McGraw-Hill, Inc, Toronto, pp. 1165-1171 of primary care-based vestibular
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 1997. Delirium, demensia dan Saeed SR. lggS.Fortnightly review Diagnosis and treatment of
gangguan amnestik serta gangguan kognitiflainnya, dan gangguan Meniere disease. BMJ 1998; 316:168-72
mental karena kondisi medis umum. Dalam: Kaplan dan Sadock Yardley L, Donovan-Hall M, Smith HE, et a1.2004. Effectiveness
sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis. of primary care-based vestibular rehabilitation for chronic diz-
Binarupa Aksara, Jakarta. ziness. Ann Intern Med 2004; 141:598-605
832 GERIITIRI

LAMPIRAN
ALGORITME UNTUK MENGEVALUASI PENYEBAB DIZZINESS PADA PASIEN LANJUT USIA

Dizziness kronik pada pasien lan jut usia

R iwayat
Ka rakter?Vertig o, lightd ness, atau ketid akse im ban ga n
he ad e

Faktor provokatif contohnya, perubahan postural, pergerakan kepala dan leher, ansietas,
tidak ada (terjadi spontan)
Simptom yang berkaitan, pandangan gelap (b/ackout),

Tes tajam penglihatan


Assess ansietas
Riwayat merokok

Rujuk untuk 24 jam elektrokardiografi


Apakah terdapat pandangan yang gelap (blackout) dan oemiiatan sinus karotis

TIDAK

Rujuk spesialis
Apakah terdapat vertigo dengan tinitus dan hilangnya pendengaran ?
a n (THT

TI DAK

+
Apakah sim ptom/ abnorm alitas terjadi saat :

o Pergerakan kepala dan leher yang cepat YA) Spondilosis servikal


o Pengukuran tekanan darah saat berdiri dan terlen YA) Hipotensipostural
o Berjalan m ulai dari tum it sam pai jempol YA) Penya kit Serebrovasku ler
(jika abnormal periksa sistem neuromotor pada kaki)
o Tindakan hiperventilasiselama dua menit YA) Hiperventilasi
o Manuver Hallpike YA)
o Apakah dizziness berkaitan dengan toboh YA) 'Rujuk ahli geriatri

o Apakah dizziness berkaitan dengan roboh YA) Rujuk ah ger a tr


o Apakah temuan sesuai dengan kriteria diagnostik TIDAK Rujuk ah ger atr

Algoritme untuk mengevaluasi penyebab Dizziness pada pasien lanjut usia di pelayanan primer
controlled study. BMJ 1996;
Sumber : Colledge et al. Evatuation of investigations to diagnose the cause of dizziness in elderly people: a community based
313:788-792
DIZZINES PAT'A USIA LAI{JUT 833

l\.,lemburuk lltemburuk
dalam dalam
kegelapan kegelapan
dengan dengan
pendengaran baal,
berku rang, kelemahan,
oscii/opsi a disfungsi Gangguan
usus alau sereblar
kandung
ke n cing
Hilangnya
vestibu le r
bilaleral
( con toh
obaFobatan
otoloksik)

P6ltekanan Penurunan denyul jantung


darah > 20 m Ponurunan lekanan darah

Algoritme untuk mengevaluasi penyebab dizziness pada pasien lanjut usia


Sumber : Rochmah & Probosuseno cit Jonsson PV and Lipsitz in WR Hazzard, EL Bierman, JP Blass, WH Ettinger
Jr, JB Halter (Eds.) Principles of Geriatric Medicine ands Gerontology 3nd. Ed. New York London Singapore,
2001:'11'l-18

Pertimbangkan penyakit kardiovaskular


- - lihat evaluasi sinkop
_ Pertimbangkan
penyakit saraf
labirintin atau
pusat
Pertimbangkan penyakit psikiakik
-

lVeliputi tanda vital postural, pemeriksaan jantung, pemijatan sinus


karolis, pemeriksaan neurologis/otologis detil dan hiperventilasi

Penyakit kardiovaskular Ke la in an Delisit sensorik


lihat evaluasi sinkop la birintin m ul tipel

Diagnosis atau respons tak lelas terhadap resep

Pertimbangkan pemeriksaan khusus atau rujukan

perifer pusat

Wffi
Sistem sarai Sistem saraf Psikiatri
n terhadap panas
Audiogram
Elektronistagmografi
CT Scan/l\,4 R I
kan

Algoritme untuk mengevaluasi penyebab dizziness pada pasien lanjut usia


Sumber : Carson L, Suskind-Liu DL, Knox GW. Dizziness and vertigo ln: Forciea MA, Schwab EP,
Raziano DB, Lavizzo-Mourey R, ed. Geriatric secrets 3 edition. Mosby 2004:74-7
834 GERIITIRI

fr{ilg

Manuver Eplay: untuk terapi dari pasien dengan Benign Paroxysmal Positional Vertigo
yang mengenai telinga kanan. Posisi dugaan dari debris yang berada dalam labirin selama manuver
ditampilkan pada tiap panel. Manuver ini merupakan prosedur tiga langkah. Pertama tes Dix-Hallpike
dilakukan dengan merotasi kepala pasien 45 derajat ke telinga kanan, dan leher agak diekstensikan
dengan posisi dagu hampir tegak lurus. Posisi ini menyebabkan kepala pasien bergantung di sebelah
kanan (Panel A). Ketika vertigo dan nistagmus tercetus oleh tes Dix-Hallpike kepala pasien dirotasi
rostral sumbu tubuh sampai telinga kiri di bawah (Panel B). Kemudian kepala dan tubuh dirotasi lebih
jauh sampai muka menghadap ke bawah (Panel C). Puncak kepala dibuat agar tetap mengarah ke
bawah selama rotasi. Manuver ini biasanya mencetuskan vertigo singkat. Pasien harus tetap dalam
posisi terakhir, muka menghadap ke bawah untuk 10 sampai 15 detik. Dengan kepala tetap dalam posisi
menoleh bahu kiri, pasien didudukkan (Panel D). Setelah pasien dalam kondisi tegak, kepala dimiringkan
sehingga posisi dagu agak ke bawah. (Sumber : Furman JM, Cass SP. Benign paroxysmal positional
vertigo. New England Journal of Medicine 1999;21 ;1590-1596)

30 &rie

*"aJ-*

3$ detih Io dsil(

Senam vertigo (sumber : Lumbantobing, 2003)


DIZZINES PAT'A USIA LANJUT 835

Analgesics Antimicrobial Drugs An aI gesic-a nti pyti c a nd Va sodil ators and Anti a ngi n al
Antiinflammatory Drugs Drugs
Butorphanol Amithiozone Salicylates* Nitroglycerin and other organic
nitras
Dezocine Colistin- Phenylbutazone* Perhexiline
Hydromorphone Gentamicin* Apazone* lsoxuprine
Meperidine* Griseofulvin'
Metazimide lsoniazid- lndomethacin* Nylidrin
Morphine Kanamycin* Sulindac Diuretics
Nalorphine Minocycline* Tolmetin Treamterene
Pentazocine Nalidixic Acid* lbuprofen
Propoxyphene Paromomycin* Naproxen Ergot Alkaloids
Polymyxin- Fenoprofen
Anasthelics Streptomycin* Ketoprofen* Drug Used in the Treafinent of
Parasific Disease
Ketamin Sulfonamides- Allopurinol* Hycanthone
Methoxyflurane Tobramycin* Pyrantel pamoate
Trimethoprin* Antiarrhythmic Drugs Thiabendazole
Antiarrhytnic Drugs Quinidine* Chloroquine
*
Aprindine Antiprotozoal and Procainamide Amodiaquine
antihelminthic Drug
Hydrochloroquine* Lidocaine Quinine-
Anticonvulsants Omidazole Bretylium Pentamidine
Diphenylhydantoin. Oxamniquine Metronidazole*
Ethosuximide* Piperazine adipate* Anti hyperten sive D rugs Quinacrine
Phensuximide* Thiabendazole Methyldopa*
Primidone* Clonidine Antimiuobial Drugs
*
Appetite depressanfs Hydralazine Nalidixiac acid
Antihistamines Fenfluramine* Prazocin Oxolinic acid
Cimetidine Mazindol Nitroprusside Nitrofurantoin*
Spectinomycin Aminoglycosides* any
(streptomycin, kanomycin,
tobramycin, etc)
Antihypertensive CNS Sfimulan(s Polymyxin B Minocyline*
Drugs
Bethanidine Methylphemidate Colistin lsoniazid
Clonidine* Vancomycin Rifampin
Diuretics Griseofluvin* Cycloserine*
Antiinflammatory Acetazolamide* Vidarabine Ethambutol
Drugs
Aspirin* erythromycin
Apazone Drugs for the Treatment of Drugs Used in neoplastic
Psyxhiatric Disorders Dlsease
Diflunisal Benzodiazepines* Cyclophosphamide
Flurbiprofen Lithium Fluorouracil
Gold Meprobamate* Azaribine
lndomethacin. Phenothiazines* Cisplatin
Phenylbutazone Tricyclic Antidepressants*
Hormon and related Agents
Hormones and Estrogents
Homone Antagonists
Bromocriptime lnsulins
Progesterone-estrogen Oral hypoglycemic agents
combinations
"The Pill"*
Parasympatholylic
Drugs*
Dicvclomine.
.vertigo or vetibular dysfunction specilly mentioned.
mentioned.
*Vertigo specifically
Source: Medlars ll Search; reference geberated weew date Source:Compiled from side effects listed in goodman and Gilman's
from '1973-1980 The Pharmocological Basis of Therapeutics.

Sumber : Finestone AJJ982 Evaluation and Clinical Management of Dizzines and Vertigo
836 GERIATRI

Automic Drug Local Anesthetrbs


Lidocaine
Cholinesterase Reactivators
Pralidoxime
Drugs Actingon the CNS
Benzodiazepines' (chlordiazepoxide,
Antimuscarinic Drugs diazepam, fl urazepam, etc)
Atropine Barbiturates*
Scopolamin Ethchlorvynol
Meprobamate'
Sympathomimetics Methaqualone
Epinephrine Ethyl alcohol
lsoproterenol Disulfiram*
Amphetamine Phenothiazines (chlorpromazine, etc)
Drugs lnhibiting Adrenergic Nerues or Blrcking Tricyclic antidepressants (imipramine,
Adrenergic Receptors amitriptyline, etc)
Phenytoin'
Phenorybenzamine
Primidonet
Phentolamine
Carbamazepine
Tolazoline
Ethosuximide
Propranolol
Clonazepam
Timolol
Levodopa
Metoprolol
Amantadine
Guanethidine
Baclofen
G anglionix Stimulants and Blockers
Dentrolene
Nicotine
Morphine and other opiates
Ganglionic Blocking drug (any)
LSD
Antihistamines Xanthenes (amonophylline, theophylline,
HrBlockers (diphenhydramine, tripelennamine, etc) caffeine, etc)
H, Blockers (cimetidine)

Sumber : Finestone AJ.1982 Evaluation and Clinical Management of Dizzines and Vertigo
131
DEMENSIA
Wasilah Rochmah, Kuntjoro Harimurti

PENDAHULUAN wajar pada seorang yang sudah menua. Akibatnya,


penurunan fungsi kognitif terus akan berlanjut sampai
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang akhimya mulai memengaruhi status fungsional pasien dan
dihadapi oleh negara-negara maju, dan telah pula menjadi pasien akanjatuh pada ketergantungan kepada lingkungan
masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara sekitamya. Saat ini telah disadari bahwa diperlukan deteksi
berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dini terhadap munculnya demensia, karena ternyata
makin mengemukanya penyakit-penyakit degeneratif berbagai penelitian telah menunj ukkan bila gej ala-gej ala
(yang beberapa di antaranya merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif dikenali sejak awal maka dapat
timbulnya demensia) serta makin meningkatnya usia dilakukan upaya-upaya meningkatkan atau paling tidak
harapan hidup di hampir seluruh belahan dunia. Studi mempertahankan fungsi kognitif agar tidak jatuh pada
prevalensi menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, pada keadaan demensia.
populasi di atas umur 65 tahun, persentase orang dengan Selain peran pasien dan keluarga dalam pengenalan
penyakit Alzheimer (penyebab terbesar demensia) gejala-gejalapenurunan fungsi kognitif dan demensia awal,
meningkat dua kali lipat setiap pertambahan umur 5 tahun. dokter dan tenaga kesehatan lain juga mempunyai peran
Tanpa pencegahan dan pengobatan yang memadai, jumlah yang besar dalam deteksi dini dan terutama dalam
pasien dengan penyakit Alzheimer di negara tersebut pengelolaan pasien dengan penurunan fungsi kognitif
meningkat dari 4,5 juta pada tahun 2000 menjadi 13,2 juta ringan. Dengan diketahuinya berbagai faktor risiko (seperti
orang pada tahun 2050. Biaya yang dikeluarkan untuk hipertensi, diabetes melitus, strok, riwayat keluarga, dan
merawat pasien dengan penyakit Alzheimer juga sangat lain-lain) berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif
luar biasa, sekitar US$83,9 milyar sampai US$100 milyar yang lebih cepat pada sebagian orang usia lanjut, maka
pertahun (data di Amerika Serikat tahun 1996).Biaya-biaya diharapkan dokter dan tenaga kesehatan lain dapat
tersebut selain meliputi biaya medis, perawatan jangka melakukan upaya-upaya pencegahan timbulnya demensia
panjang (longlerm care), danperawatan di rumah (home pada pasien-pasiennya. Selain itu, bila ditemukan gejala
care), j:uga perlu diperhitungkan hilangnya produktivitas awal penurunan fungsi kognitif yang disertai beberapa
pramuwerdha (caregivers). Dari segi sosial, keterlibatan faktor yang mungkin dapat memperburuk fungsi kognitif
emosional pasien dan keluarganya juga patut menjadi pasien maka seorang dokter dapat merencanakan berbagai
pertimbangan karena akan menjadi sumber morbiditas yang upaya untuk memodifikasinya, baik secara farmakologis
bermakna, antara lain akan mengalami stres psikologis maupun non-farmakol ogis.
yang bermakna,
Secara klinis munculnya demensi a pada seorang usia
lanjut sering tidak disadari karena awitannya yang tidak DEFINISI
jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun
perlahan. Selain itu, pasien dan keluarga juga sering Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori
menganggap bahwa penurunan fungsi kognitif yang didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
terjadi pada awal demensia (biasanya ditandai dengan berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.
berkurangnya fungsi memori) merupakan suatu hal yang Demensia merujuk pada sindrom klinis yang mempunyai

837
838 GERIr'TIRI

bermacam penyebab. Pasien dengan demensia harus penurunan insidensi pada usia 95 tahun yang diduga
mempunyai gangguan memori selain kemampuan mental karena terbatasnya jumlah subyek di atas usia 90 tahun.
lain seperti berpikir abshak, penilaian, kepribadian, bahasa, Secara umum dapat dikatakan bahwa frekuensi penyakit
praksis, dan visuospasial. Defisit yang terjadi harus cukup Alzheimer meningkat seiring usia, dan mencapai 20-40%
berat sehingga memengaruhi aktivitas kerja dan sosial populasi berusia 85 tahun atau lebih.
secara bermakna. Proporsi perempuan yang mengalami penyakitAlzeimer
Walaupun sebagian besar kasus demensia lebih tinggi dibandingkan laki-laki (sekitar 2/3 pasien adalah
menunjukkan penumnan yang progresif dan tidak dapat perempuan), hal ini disebabkan perempuan memiliki
pulih (irreversible), namur bila merujuk pada definisi di harapan hidup lebih baik dan bukan karena perempuan
atas maka demensia dapatpula terjadi mendadak (misalnya: lebih mudah menderita penyakit ini. Tingkat pendidikan
pasca strok atau cedera kepala), dan beberapa penyebab yang rendah juga disebutkan berhubungan dengan risiko
demensia dapat sepenuhnya pulih (misalnya: hematoma Alzheimer. Faktor-faktor risiko lain yang
terj adinya penyakit
subdural, toksisitas obat, depresi) bila dapat diatasi dari berbagai penelitian diketahui berhubungan dengan
dengan cepat dan tepat. Demensia dapat muncul pada usia penyakit Alzheimer adalah hipertensi, diabetes melitus,
berapapun meskipun umumnya muncul setelah usia 65 dislipidemia, serta berbagai faktor risiko timbulnya
tahun. aterosklerosis dan gangguan sirkulasi pembuluh darah
Penting pula membedakan demensia dengan delirium. otak.
Delirium merupakan keadaan confus ion (kebingungan), Mutasi beberapa gen familial penyakitAlzheimer pada
biasanya timbul mendadak, ditandai dengan gangguan kromosom 2 I , kromosom 14, dan kromosom 1 ditemukan
memori dan orientasi (sering dengan konfabulasi) dan pada kurang dari 5%o pasien dengan penyakit Alzheimer.
biasanya disertai gerakan abnormal, halusinasi, ilusi, dan Sementara riwayat keluarga dan munculnya alel e4 dari
perubahan afek. Untuk membedakan dari demensia,pada Apolipoprotein E pada lebih dari 30% pasien dengan
delirium terdapat pemrunan tingkat kesadaran selain dapat penyakit ini mengindikasikan adanya faktor genetikyang
pula hyperalert. Delirium biasanya berfluktuasi berperan pada munculnya penyakit ini. Seseorang dengan
intensitasnya dan dapat menjadi demensia bila kelainan riwayat keluarga pada anggota keluarga tingkat-pertama
yang mendasari tidak teratasi. Penyebab paling sering (first-degree relative) mempunyai risiko dua sampai tiga
delirium meliputi ensefalopati akibat penyakit infeksi, toksik kali menderita penyakit Alzheimer, walaupun sebagian
dan faktor nutrisi, atau penyakit sistemik. Pasien demensia besar pasien tidak mempunyai riwayat keluarga yang
sendiri secara khusus cenderung untuk timbul delirium. positif. Walaupun alel e4 Apo E bukan penyebab timbulnya
demensia, namun munculnya alel ini merupakan faktor
utama yang mempermudah seseorang menderita penyakit
EPIDEMIOLOGI Alzheimer.

Insidensi demensia meningkat secara bermakna seiring


meningkatnya usia. Setelah usia 65 tahun, prevalensi PATOBIOLOGI DAN PATOGENESIS
demensia meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia
5 tahun. Secara keseluruhan prevalensi demensia pada Komponen utama patologi penyakitAlzheimer adalah plak
populasi berusia lebih dari 60 tahun adalah 5,60/o. senilis dan neuritik, neurofibrillary tangles, hilangnya
Penyebab tersering demensia diAmerika Serikat dan Eropa neuron/sinaps, degenerasi granulovakuolar, dan Hirano
adalah penyakit Alzheimer, sedangkan di Asia diperkirakan b odies. Plak neuritik mengandung b-amyloid ekstraselular

demensia vaskular merupakan penyebab tersering yang dikelilingi neuritis distroftk, sementara plak difus (atau
demensia. Tipe demensia lain yang lebih jarang adalah nonneuritik) adalah istilah yang kadang digunakan untuk
demensiatipeLewybody,demensiafrontolemporal(FTD), deposisi amyloid tanpa abnormalitas neuron. Deteksi
dan demensia pada penyakit Parkinson. adanyaApo E di dalam plak p-amyloid dan studi mengenai
Sebuah penelitian pada populasi usia lanjut di AS ikatan high-avidity antara Apo E dengan p-amyloid
mendapatkan lebih dari 45% mereka yangberusia 85 tahun menunjukkan bukti hubung an arrtara amyloidogenesis dan
atau lebih menderita penyakit Alzheimer. Hasil ini Apo E. Plak neuritikjuga mengandung protein komplemen,
dikonfirmasi oleh penelitian di Swedia yang menyebutkan mikroglia yang teraktivasi, sitokin-sitokin, dan protein fase-
44Yo dari usia lanjut yang berusia lebih dari 85 tahun akut, sehingga komponen inflamasi juga diduga terlibat
mengalami penyakit Alzheimer. Di Jepang dari seluruh pada patogenesis penyakitAlzheimer. Gen yang mengkode
penduduk sentenarian (usia 100 tahun atau lebih), 70 the amyloid precursor protein (APP) terletak pada
persen mengalami demensia dengan 76o/o-rrya menderita kromosom 2 1, menunjukkan hubungan potensial patologi
penyakit Alzheimer. Berbagai penelitian menunjukkan laju penyakit Alzheimer dengan sindrom Down (trisomi-21),
insidensi penyakit Alzheimer meningkat secara yang diderita oleh semua pasien penyakitAlzheimer yang
eksponensial seiring bertambahnya umur, walaupun terjadi muncul pada usia 40 tahun.
DEMENSIA 839

Pada Gambar 1 dapat dilihat bagaimana pembentukan atau hemisfer kiri otak. Sementara abnormalitas substansia
amyloid merupakan pencetus berbagai proses sekunder alba(dffise white matter disease atau leukoaraiosis atau
yang terlibat pada patogenesis penyakit Alzheimer penyakit Binswanger) biasanya terjadi berhubungan
(hipotesis kaskade amyloid). Berbagai mekanisme yang dengan infark lakunar. Abnormalitas substansia alba ini
terlibat pada patogenesis tersebut bila dapat dimodifikasi dapat ditemukan pada pemeriksaan MRI pada daerah
dengan obat yang tepat diharapkan dapat memengaruhi subkorteks bilateral, berupa gambaran hiperdens
perj alanan penyakit Alzheimer. abnormal yang umumnya tampak di beberapa tempat.
Adanya dan jumlah plak senilis adalah satu gambaran Abnormalitas substansia alba ini juga dapat timbul pada
patologis utama yang penting untuk diagnosis penyakit suatu kelainan genetik yang dikenal sebagai cerebral
Alzheimer. Sebenamya jumlah plak meningkat seiring usia, autosomal dominant arteriopathy with subaortical
danplak ini juga muncul di jaringan otak orang usia lanjut infarc ts and I euko enc ephal op athy (CADASIL), YatE
yang tidak demensia. Juga dilaporkan bahwa satu dari tiga secara klinis terjadi demensia yang progresif yang muncul
orang berusia 85 tahun yang tidak demensia mempunyai pada dekade kelima sampai ketujuh kehidupan pada
deposisi amyloid yang cukup di korteks serebri untuk beberapa anggota keluarga yang mempunyai riwayat
memenuhi kriteria diagnosis penyakit Alzheimer, namun migren dan strok berulang tanpa hipertensi.
apakah ini mencerminkan fase preklinik dari penyakit masih Petanda anatomis pada fronto -t emp or al dementia
belum diketahui. (FTD) adalah terjadinya atrofi yang jelas pada lobus
N eur ofi brill ary t angl e s merupakan struktur intraneuron temporal dan/atau frontal, yang dapat dilihat pada
yang mengandung tau yang terhiperfosforilasi pada pemeriksaan pencitraan saraf (neuroimagirg) seperti MRI
pasangan filamen helix. Individu usia lanjut yang normal dan CT. Atrofi yang terjadi terkadang sangat tidak simetris.
juga diketahui mempunyai neurofibrillary tangles di Secara mikroskopis selalu didapatkan gliosis dan hilangnya
beberapa lapisan hipokampus dan korteks entorhinal, tapi neuron, serta pada beberapa kasus terjadi pembengkakan
struktur inijarang ditemukan di neokodeks pada seseorang dan penggelembungan neuron yang beisi cytoplasmic in-
tanpa demensia. Neurofibrillary tangles ini tidak spesifik clusion. Sementara pada demensia dengan Lewy body,
untuk penyakit Alzheimer dan juga timbul pada penyakit sesuai dengan namanya, gambaran neuropatologinya
lain, seperti subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), adalah adanya Lewy body di seluruh korteks, amigdala,
demensia pugilistika (boxer b dementia), dar, the parkin- cingulated corlex, dan substansia nigra. Lewy body adalah
sonian dementia complex of Guam. cytoplasmic inclusion intraneuron yang terwarnai dengan
Pada demensia vaskular patologi yang dominan adalah periodic acid-Schiff (PAS) dan ubiquitin, yang terdiri dari
adanya infark multipel dan abnormalitas substansia alba neurofilamen lurus sepanjang 7 sampai 20 nm yang
(white matter). Infark jaringan otak yang terjadi pasca dikelilingi material amorfik. Lewy body dikenali melalui
strok dapat menyebabkan demensia bergantung pada vol- antigen terhadap protein neurofilamen yang terfosforilasi
ume total korteks yang rusak dan bagian (hemisfer) mana maupun yang tidak terfosforilasi, ubiquitin, dan protein
yang terkena. Umumnya demensia muncul pada strok yang presinap yang disebut a-synuclein Jika pada seorang
mengenai beberapa bagian otak (multi-infarct dementia) demensia tidak ditemukan gambaran patologis selain

Pem bentukan p-amyloid

H pe rfosfo rila s
Agregasi p-amyloid i i

p rote in ta u

Plak senilis dengan


aktivasi mikroglial

Defisit neu rotra nsm iter Abnormalitas kognitif


dan perilaku (penyakit Alzheim er)

Gambar 1. Hipotesis kaskade amyloid yang menunjukkan konsekuensi sekunder akibat pembentukan
dan deposisi amiloid.
840 GERI'TIfl

adanya Lewy body maka kondisi ini disebut dffise Lewy


body disease, sementara bila ditemukan juga plak amyloid
Kriteria diagnosis klinis untuk probable penyakit Alzheimer
da;r neurofibrillary tangles maka disebut varian Lewy mencakup:
body dari penyakit Alzheimer (the Lewy body variant of - Demensia yang ditegakkan oleh pemeriksaan klinis dan
tercatat dengan pemeriksaan the mini-mental test,
AD), B/essed Dementia Sca/e, atau pemeriksaan sejenis, dan
Defisit neurohansmiter utama pada penyakit Alzheimer, dikonfirmasi oleh tes neuropsikologis
juga pada demensia tipe lain, adalah sistem kolinergik. - Defisit pada dua atau lebih area kognitif
- Tidak ada gangguan kesadaran
Walaupun sistem noradrenergik dan serotonin, - Awitan antara umur 40 dan 90, umumnya setelah umur
s omato s tatin- like reactiv ity, dan. corticotropin-releas ing 65 tahun
- Tidak adanya kelainan sistemik atau penyakit otak lain
factor juga berpengaruh pada penyakitAlzheimer, defisit yang dapat menyebabkan defisit progresif pada memori
asetilkolin tetap menjadi proses utama penyakit dan dan kognitif
menjadi target sebagian besar terapi yang tersedia saat ini 2 Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:
untuk penyakit Alzheimer. - Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti
afasia, apraksia, dan agnosia
- Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan
pola perilaku

DIAGNOSIS
- Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama,
terutama bila sudah dikonfirmasi secara neuropatologi
Hasil laboratorium yang menunjukkan:
- Pungsi lumbal yang normal yang dievaluasi dengan
Evaluasi terhadap pasien dengan kecurigaan demensia teknik standar
harus dilakukan dari berbagai segi, karena selain - Pola normal atau perubahan yang nonspesifik pada
EEG, seperti peningkatan aktivitas slow-wave
menetapkan seorang pasien mengalami demensia atau - Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang
tidak, juga harus ditentukan berat-ringannya penyakit, serta progresif dan terdokumentasi oleh pemeriksaan serial
3 Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis
tipe demensianya (penyakit Alzheimer, demensia vaskular, probable penyakit Alzheimer, setelah mengeksklusi
atau tipe yang lain). Hal ini berpengaruh pada penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
penatataksanaan dan prognosisnya. - Perjalanan penyakit yang progresif namun lambat (plateau)
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan kriteria
- Gejala-gejala yang berhubungan seperti depresi,
insomnia, inkontinensia, delusi, halusinasi, verbal
diagaosis yang sesuai dengan Diagnosis and Statistical katastrofik, emosional, gangguan seksual, dan
Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV) penurunan berat badan

dapat dilihat pada Tabel 1.


- Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien,
terutama pada penyakit tahap lanjut, seperti peningkatan
tonus otot, mioklonus, dan gangguan melangkah (gatt
disorder)
- Kejang pada penyakit yang lanjut
- Pemeriksaan CT normal untuk usianya
A. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada 4 Gambaran yang membuat diagnosis probable penyakit
kedua keadaan berikut Alzheimer menjadi tidak cocok adalah:
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari - Onset yang mendadak dan apolectic
informasi baru atau untuk mengingat informasi yang baru - Terdapat defisit neurologis fokal seperti hemiparesis,
saja dipelajari) gangguan sensorik, defisit lapang pandang, dan
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut inkoordinasi pada tahap awal penyakit; dan kejang atau
a. Afasia (gangguan berbahasa) gangguan melangkah pada saat awitan atau tahap awal
b. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perjalanan penyakit
motorik walaupun fungsi motorik masih normal) Diagnosis possib/e penyakit Alzheimer:
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau - Dibuat berdasarkan adanya sindrom demensia, tanpa
mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik masih adanya gangguan neurologis, psikiatrik, atau sistemik
normal) lain yang dapat menyebabkan demensia, dan adanya
d Gangguan fungsi eksekutif (seperti merencanakan, variasi pada awitan, gajala klinis, atau perjalanan
mengorganisasi, berpikir runut, berpikir abstrak) penyakit
B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria Al dan A2 - Dibuat berdasarkan adanya gangguan otak atau sistemik
menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial dan sekunder yang cukup untuk menyebabkan demensia,
okupasi serta menunjukkan penurunan yang bermakna dari namun penyebab primernya bukan merupakan penyebab
demensia
fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus
saat timbulnya delirium. 6 Kriteria untuk diagnosis definite penyakit Alzheimer adalah:
- Kriteria klinis untuk probable penyakit Alzheimer
- Bukti histopatologi yang didapat dari biopsi atau autopsi
7 Klasifikasi penyakit Alzheimer untuk tujuan penelitian
Sementara untuk diagnosis klinis penyakit Alzheimer dilakukan bila terdapat gambaran khusus yang mungkin
diterbitkan suatu konsensus oleh the National Institute merupakan subtipe penyakit Alzheimer, seperti:
of Neurological and Communicative Disorders and
- Banyak anggota keluarga yang mengalami hal yang
sama
Stroke (NINCDS) dan the Alzheimer's Disease and - Awitan sebelum usia 65 tahun
Related Disorders Association (ADRDA) (Tabel 2). - Adanya trisomi-2'1
- Terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang relevan
Berdasarkan kedua kriteria diagnosis di atas, seperti penyakit Parkinson
menegakkan diagnosis penyakit Alzheimer dan demensia
DEMENSIA 841

tipe lain harus dilakukan melalui anamnesis dan lanjut. Kekakuan motorik dan bagian tubuh aksial, hemi-
pemeriksaan fisis yang teliti, serta didukung oleh paresis, parkinsonisme, mioklonus, atau berbagai
pemeriksaan penunjang yang tepat. gangguan motorik lain umumnya timbul pada FTD, DLB,
atau demensia multi-infark. Penyebab sistemik seperti
Anamnesis. Anamnesis harus terfokus pada awitan (on-
defisiensi vitamin B12, intoksikasi logam berat, dan
set),lamanya, dan bagaimana laju progresi penurunan
hipotiroidisme dapat menunjukkan gejala-gej ala yang khas.
fungsi kognitif yang terjadi. Kebingungan (confusion)
Yang tidak boleh dilupakan adalah adanya gangguan
yang terjadi akut dan subakut mungkin merupakan
pendengaran dan penglihatan yang menimbulkan
manifestasi delirium dan harus dicari kemungkinan
kebingungan dan disorientasi pada pasien yang sering
penyebabnya seperti intoksikasi, infeksi, atau perubahan
disalahartikan sebagai demensia, Pada usia lanjut defisit
metabolik. Seorang usia lanjut dengan kehilangan memori
sensorik seperti ini sering terjadi.
yang berlangsung lambat selama beberapa tahun
kemungkinan menderita penyakit Alzheimer. Hampir 7 5o/o Pemeriksaan kognitif dan neuropsikiatrik. Pemeriksaan
pasien penyakit Alzheimer dimulai dengan gejala memori, yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi
tetapi gejala awal juga dapat meliputi kesulitan mengunrs penurunan fungsi kognitif adalah the mini mental status
keuangan, berbelanja, mengikuti perintah, menemukan examination (MMSE), yang dapat pula digunakan untuk
kata, atau mengemudi. Perubahan kepribadian, disinhibisi, memantau perjalanan penyakit. MMSE merupakan
peningkatan berat badan, atau obsesi terhadap makanan pemeriksaan yang mudah dan cepat dikerjakan, berupa 30
mengarah pada frontolemporal dementia (FTD), bukan point-test terhadap fungsi kognitifdan berisikan pula uji
penyakit Alzheimer. FTD juga patut diduga bila ditemukan orientasi, memori ke{a dan memori episodik, komprehensi
apati, hilangnya fungsi eksekutif, abnormalitas progresif bahasa, menyebutkan kata, dan mengulang kata. Pada
fungsi berbicata, atan keterbatasan kemampuan memori penyakit Alzheimer defisit yang terlibat berupa memori
atau spasial. Diagnosis demensia denganlewy body (DLB) episodik, category generation (sebutkan sebanyak-
dicurigai bila terdapat adanyagejala awal berupa halusinasi banyaknya binatang dalam satu menit), dan kemampuan
visual, parkinsonisme, delirium, ganguan tidur (rapid-eye visuokonstruktif. Defisit pada kemampuan verbal dan
movement) REM, atau sindrom Capgras, yaitu delusi memori episodik visual sering merupakan abnormalitas
bahwa seseorang yang dikenal digantikan oleh penipu, neuropsikologis awal yang terlihat pada penyakit
Riwayat adanya strok dengan progresi bertahap dan Alzheimer, dan tugas yang membutuhkan pasien untuk
tidak teratur mengarah pada demensia multi-infark. menyebutkan ulang daftar panjang kata atau gambaf
Demensia multi-infark umumnya terj adi pada pasien-pasien setelah jeda waktu tertentu akan menunjukkan defisitpada
dengan faktor risiko hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit sebagian pasien penyakitAlzheimer. Pada FTD def,rsit awal
vaskular perifer, dan diabetes. Pada pasien yang menderita sering melibatkan fungsi eksekutif frontal atau bahasa
penyakit serebrovaskular dapat sulit ditentukan apakah (berbicara atau menyebutkan kata). Pasien DLB mempunyai

demensia yang terj adi adalah penyakit Alzheimer, demensia defisit lebih berat pada fungsi visuospasial tetapi
multi-infark, atau campuran keduanya. Bila dikaitkan melakukan tugas memori episodik lebih baik dibandingkan
dengan berbagai penyebab demensia, maka anamnesis pasien dengan penyakit Alzheimer. Pasien dengan
harus diarahkan pula pada berbagai faktor risiko seperti demensia vaskular sering menunjukkan campuran defisit
trauma kepala berulang, infeksi susunan saraf pusat akibat eksekutif frontal dan visuospasial. Pada delirium, defisit
sifilis (neurosifilis), konsumsi alkohol berlebihan, cenderung terjadi pada area pemusatan perhatian, memori
intoksikasi bahan kimia pada pekerja pabrik, serta kerja, dan fungsi frontal.
penggunaan obat-obat jangka panjang (sedatif dan Pengkajian status fungsional harus juga dilakukan.
tranquilizer). Riwayat keluarga juga harus selalu menjadi Dokter harus menentukan dampak kelainan terhadap
bagian dari evaluasi, mengingat bahwa pada penyakit memori pasien, hubungan di komunitas, hobi, penilaian,
Alzeimer, FTD, dan penyakit Huntington (sebagai salah berpakaian, dan makan. Pengetahuan mengenai status
satu penyebab demensia) terdapat kecenderungan famil- fungsional pasien sehari-hari akan membantu mengatur
ial. Gejala depresi seperti insomnia dan kehilangan berat pendekatan terapi dengan keluarga.
badan sering tampak pada pseudodemensia akibat depresi, Pemeriksaan penunjang. Tes laboratorium pada pasien
yang dapat disebabkan oleh anggota keluarga yang baru- demensia tidak dilakukan dengan serta merta pada semua
baru ini meninggal. kasus. Penyebab yang reversibel dan dapat diatasi
Pemeriksaan fisis dan neurologis. Pemeriksaan fisis dan seharusnya tidak boleh terlewat. Pemeriksaan fungsi tiroid,
neurologis pada pasien dengan demensia dilakukan untuk kadar vitamin Bl2, darah lengkap, elektrolit, dan VDRL
mencari keterlibatan sistem saraf dan penyakit sistemik direkomendasikan untuk diperiksa secara rutin.
yang mungkin dapat dihubungkan dengan gangguan Pemeriksaan tambahan yang perlu dipertimbangkan adalah
kognitifnya. Umumnya penyakit Alzheimer tidak pungsi lumbal, fungsi hati, fungsi ginjal, pemeriksaan
menunjulkan gangguan sistem motorik kecuali pada tahap toksin di urin/darah, dan Apolipoprotein E.
842 GE,RIITITI

Pemeriksaan penunjang yang juga direkomendasikan intervention) menunjukkan kedua pendekatan tersebut
adalah CT/MRI kepala. Pemeriksaan ini
dapat sama efektifnya. Walaupun demikian, karena terkadang
mengidentifikasi tumor primer atau sekunder, lokasi area terapi perilaku yang dilakukan secara benar dan dilakukan
infark, hematoma subdural, dan memperkirakan adanya setiap hari dengan intensif sulit dilakukan, maka pilihan
hidrosefalus bertekanan-normal atau penyakit white terapi medikamentosa lebih disukai. Terapi kolinesterase
matter yang luas. MRI dan CT juga dapat mendukung inhibitor sebagai terapi terpilih untuk meningkatkan fungsi
diagnosis penyakit Alzheimer, terutama bila terdapat atrofi kognitif pada pasien demensia, seringkali dapat pula
hipokampus selain adanya atrofi kortikal yang difus. mengurangi gejala apati, halusinasi visual, dan beberapa
Abnormalitas white mqtter yang luas berkorelasi dengan gejala psikiatrik lain.
demensia vaskular. Peran pencitraan fungsional seperti Dalam mengelola pasien dengan demensia, perlu pula
single photon emission computed tomography (SPECT) diperhatikan vpaya-upaya mempedahankan kondisi fi sis
danpositron emission tomography (PET) scanning maslh atau kesehatan pasien. Seiring dengan progresi demensia,
dalam penelitian. SPECT dan PET scanning dapat maka banyak sekali komplikasi yang akan muncul seperti
memrnjukkan hipoperfusi atau hipometabolisme temporal- pneumonia dan infeksi saluran napas bagian atas,
parietal pada penyakit Alzheimer dan hipoperfusi atau septikemia, ulkus dekubitus, fraktuq dan berbagai masalah
hipometabolisme frontotemporal pada FTD. nutrisi. Kondisi-kondisi ini terkadang merupakan sebab
utama kematian pasien dengan demensia, sehingga
pencegahan dan penatalaksanaan menjadi sangat penting.
PENATALAKSANAAN Pada stadium awal penyakit, seorang dokter harus
mengusahakan berbagai aktivitas dalam rangka
mempertahankan status kesehatan pasien, seperti
Penatalaksanaan Umum
melakukan latihan (olahraga), mengendalikan hipertensi
Tujuan utama penatalaksanaan pada seorang pasien
dan berbagai penyakit [ain, imunisasi terhadap pneumokok
dengan demensia adalah mengobati penyebab demensia
dan influenza, memperhatikan higiene mulut dan gigi, serta
yang dapat dikoreksi dan menyediakan situasi yang
mengupayakan kaca mata dan alat bantu dengar bila
nyaman dan mendukung bagi pasien dan pramuwerdhanya
terdapat gangguan penglihatan atau pendengaran. Pada
(c or e giv er s). Menghentikan obat- ob at y ang bersifat
fase lanjut demensia, merupakan hal yang sangat penting
sedatif dan memengaruhi fungsi kognitif banyak
untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti nutrisi,
memberikan manfaat. Bila pasien cenderung depresi
hidrasi, mobilisasi, dan perawatan kulit untuk mencegah
ketimbang demensia, maka depresi harus diatasi dengan
ulkus dekubitus. Pada beberapa keadaan mungkin dapat
adekuat. Pasien dengan penyakit degeneratif sering
dipertimbangkan tindakan gastrostomi, pemberian nutrisi
muncul gejala depresi, dan sebagian dari mereka akan
dan cairan intravena, serta pemberian antibiotika dalam
respons pada terapi antidepresi. Antidepresi yang
upaya memperpanjang hidup yang tentunya perlu
mempunyai efek samping minimal terhadap fungsi kognitif
pertimbangan bersama dengan keluarga pasien.
seperti s erotonin s el ectiv e reuptakeinhibllor (S SRI), lebih
Yang juga sangat penting dalam pengelolaan secara
dianjurkan pada pasien demensia dengan gejala depresi.
paripurna pasien dengan demensia adalah kerja sama yang
Antikonvulsi kadang-kadang dibutuhkan untuk baik antara dokter dengan pramuwerdha (caregivers).
mengendalikan kejang.
Pramuwerdha pasien dengan demensia merupakan orang
Agitasi, halusinasi, delusi, dan kebingungan yang sangat mengerti kondisi pasien dari hari ke hari dan
(coffision) seringkali sulit ditatalaksana, dan sering
bertanggung jawab terhadap berbagai hal seperti
menjadi alasan utama memasukkan seorang usia lanjut
pemberian obat dan makanan, mengimplementasikan terapi
dengan demensia ke panti werdha atau rumah rawat usia
nonfarmakologis kepada pasien, meningkatkan status
lanjut. Sebelum memberikan obat untuk berbagai gangguan
kesehatan umum pasien, sertra mampu memberikan waktu-
perilaku tersebut, harus disingkirkan faktor lingkungan atau
waktu yang sangat berarti sebagai bagian dari upaya
metabolik yang mungkin dapat dikoreksi atau dimodifikasi.
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan demensia.
Imobilisasi, asupan makanan yang kurang, nyeri,
Walaupun demikian, perlu pula diperhatikan kondisi fisik
konstipasi, infeksi, dan intoksikasi obat adalah beberapa
dan mental pramuwerdha, mengingat apa yang mereka
faktor yang dapat mencetuskan gangguan perilaku, dan
lakukan sangat menguras tenaga, pikiran, bahkan emosi
bila diatasi maka tidak perlu memberikan obat-obatan
yang terkadang menimbulkan morbiditas tersendiri,
antipsikosis. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk
meredam agitasi dan insomnia tanpa memperberat
demensia di antaranya haloperidol dosis rendah (Q,S sampai Pengobatan untuk Mempertahankan Fungsi
2 mg), trazodone, buspiron, atau propranolol. Beberapa Kognitif
penelitian yang membandingkan terapi obat Penyakit Alzheimer tidak dapat disembuhkan dan belum
(farmakoterapi) dengan intervensi perilaku (behavioral ada obat yang terbukti tinggi efektivitasnya. Selain
DEMENITIA 843

mengatasi gejala perubahan tingkah laku dan membangun gangguan kognitif ringan. Sebagian penelitian
'rapport' dengan pasien, anggota keluarga, dan menunjukkan terdapat perbedaan dengan plasebo pada
pramuwerdha, saat ini fokus pengobatan fungsi kognitif pemakaian 6 bulan, walaupun ada pula yang tetap
adalah pada defisit sistem kolinergik. Selain itu beberapa menunjukkan perbaikan pada pemakaian sampai satu
penelitian klinis juga mencoba mengarah pada terapi lain tahun bahkan sampai dua atau tiga tahun. Satu penelitian
yang disesuaikan dengan patofisiologi timbulnya menunjukkan perlambatan penurunan fungsi kognitif yang
demensia yang melibatkan berbagai mekanisme. bermakna pada pasien yang mendapat donepezil
dibandingkan vitamin E dan plasebo pada satu tahun
Kolinesterase inhibitor. Tacrine (tetrahydroamino-
pertama pemakaian, namun perbedaan tersebut tidak
acridine), donepezil, rivastigmin, dan galantamin adalah
bermakna bila pemakaian dilanjutkan sampai 2tahun.
kolinesterase inhibitor yang telah disetuj u i oleh U. S. F o o d
Perbedaan antara masing-masing obat kolinesterase
and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan
inhibitor masih belum dapat dibuktikan. Indikasi untuk
penyakit Alzheimer. Efek farmakologik obat-obatan ini
berpindah dari satu kolinesterase inhibitor ke obat yang
adalah dengan menghambat enzim kolinesterase, dengan
lain adalah adanya reaksi alergi, efek samping yang tidak
hasil meningkatnya kadar asetilkolin di jaringan otak. Dari
dapat diatasi, keinginan keluarga, dan tidak ada respons
ini jarang digunakan
keempat obat tersebut, tacrine saat
pengobatan setelah pemakaian enam bulan. Bila akan
karena efek sampingnya ke organ hati (hepatotoksik).
mengganti satu kolinesterase inhibitor dengan yang
Donepezil dimulai pada dosis 5 mg perhari, dan dosis
lainnya maka dianjurkan untuk menghentikan sementara
dinaikkan menjadi l0 mg perhari setelah I bulan pemakaian. pemberian obat (washout period) selama 3-4 minggu.
Dosis rivastigmin dinaikkan dari 1,5 mg dua kali perhari
Penggunaan bersama-sama lebih dari satu kolinesterase
menjadi 3 mg dua kali perhari, kemudian 4,5 mg dua kali
inhibitor pada saat yang bersamaan belum pernah diteliti
perhari, sampai dosis maksimal 6 mg dua kali perhari. Dosis
dan tidak dianjurkan. Kolinesterase inhibitor umunmya
dapat dinaikkan pada interval antara I sampai 4 minggu; digunakan bersama-sama dengan memantin dan vitamin E.
efek samping umumnya lebih minimal bila peningkatan
dosisnya dilakukan lebih lama. Sementara galantamin Antioksidan. Antioksidan yang telah diteliti dan
diberikan dengan dosis awal 4 mg dua kali perhari, untuk memberikan hasil yang cukup baik adalah alfa tokoferol
dinaikkan menjadi 8 mg dua kali perhari dan kemudian 12 (vitamin E). Pemberian vitamin E pada satu penelitian dapat
mg perhari. Seperti rivastigmin, interval peningkatan dosis memperlambat progresi penyakit Alzheimer menjadi lebih
yang lebih lama akan meminimalkan efek samping yang berat. Vitamin E telah banyak digunakan sebagai terapi
terjadi. Dosis harian efektif untuk masing-masing obat tambahan pada pasien dengan penyakit Alzheimer dan
adalah 5 sampai 10 mg untuk donepezil, 6 sampai 12 mg demensia tipe lain karena harganya murah dan dianggap
untuk rivastigmin, dan 16 sampar24 mg untuk galantamin. aman. Dengan mempertimbangkan stres oksidatif sebagai
Berbagai uji klinis telah menunjukkan obat-obatan salah satu dasar proses menua yang terlibat pada
tersebut dapat meningkatkan fungsi kognitif secara patofisiologi penyakit Alzheimer, ditambah hasil yang
bermakna dibandingkan plasebo, terutama pada kelompok didapat pada beberapa studi epidemiologis, vitamin E
pasien dengan demensia ringan dan sedang. Selain itu bahkan digunakan sebagai pencegahan primer demensia
pasien-pasien yang menggunakan kolinesterase inhibitor pada individu dengan fungsi kognitif normal. Namun suatu

lebih dapat mempertahankan kemampuan mereka untuk studi terakhir gagal membuktikan perbedaan efek terapi
aktivitas kehidupan sehari-hari, lebih sedikit timbul antara vitamin E sebagai obat tunggal dan plasebo
perubahan perilaku, lebih tidak tergantung kepada terhadap pencegahan penurunan fungsi kognitif pada
pramuwerdha dan lingkungan sekitar, serta dapat menunda pasien-pasien dengan gangguan fungsi kognitif ringan.
masuk ke panti werdha.
Efek terapi vitamin E pada pasien demensia maupun
gangguan kognitif ringan tampaknya hanya bermanfaat
Efek samping yang dapat timbul pada pemakaian obat-
obatan kolinesterase inhibitor ini antara lain adalah mual, bila dikombinasi dengan kolinesterase inhibitior.
muntah, dan diare, dapat pula timbul penurunan berat Memantin. Obat yang saat ini juga telah disetujui oleh
badan, insomnia, mimpi abnormal, kram otot, bradikardia, FDA sebagai terapi pada demensia sedang dan berat
sinkop, dan fatig. Efek-efek samping tersebut umunnya adalah memantin, suatu antagonis N-metil-o-aspartat.
muncul saat awal terapi, dan seperti telah disinggung di Efek terapinya diduga adalah melalui pengaruhnya pada
atas, dapat dikurangi bila interval peningkatan dosisnya glutaminergic excitotoxicity dan fungsi neuron di
diperpanjang dan dosis rumatan diminimalkan. Efek hipokampus. Suatu uji klinis tersamar ganda yang
samping pada gastrointestinal juga dapat diminimalkan bila menggunakan memantin pada pasien dengan penyakit
obat-obat tersebut diberikan bersamaan dengan makan. Alzheimer stadium sedang dan berat menunjukkan
Sampai saat ini masih belum didapatkan data yang pasti kelebihan memantin dibandingkan plasebo dalam
mengenai berapa lama pemberian kolinesterase inhibitor perbaikan status fungsional, namun tidak ada perbedaan
yang dianjurkan pada pasien dengan demensia dan dalam hal penurunan status fungsi kognitif. Bila memantin
844 GEXUAIRI

ditambahkan pada pasienAlzheimer yang telah mendapat REFERENSI


kolinesterase inhibitor dosis tetap, didapatkan perbaikan
fungsi kognitif, berkurangnya penurunan status Amar K, Wilcock G. Vascular dementia. BMJ. 1996;312:227-31.
fungsional, dan berkwangnya gejala perubahan perilaku Bird TD, Miller BL. Alzheimer's disease and other dementias. Dalam:
Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL,
baru bila dib4ndingkan penambahan plasebo.
Jameson JL, penyunting. Harrison's Principles of Intemal Medi-
Terapi lain. Dengan adanyabukti bahwaproses inflamasi cine, Edisi ke-16. New York: McGraw-Hill Medical Publishing
pada jaringan otak terlibat pada patogenesis timbulnya Division; 2005. p. 2393-406.
penyakit Alzheimer, maka beberapa penelitian mencoba Black S, Roman GC, Geldmacher DS, Salloway S, Hecker J, Burns
Alistair. Efficacy and tolerability of donepezil in vascular de-
mendapatkan manfaat obat-obat antiinflamasi baik dalam
mentia. Stroke. 2003;34:2323 -32.
hal pencegahan maupun terapi demensiaAlzheimer. Hasil Cummings JL. Alzheimer's disease. N Engl J Med. 2004;351:56-67.
negatif (tidak berbeda dengan plasebo) ditunjukkan baik Erkinjuntti T, Roman G Gauthier S, Feldman H, Rockwood K.
pada predaison, rofecoxib, maupun naproxen, sehingga Emerging therapies for vascular dementia and vascular cogni-
sampai saat ini tidak ada data yang mendukung tive impairment. Stroke. 2004;35:1010-7.
penggunaan obat antiinflamasi dalam pengelolaan pasien Friedland RP, Wilcock GK. Dementia. Dalam: Evans JG William
TF, Beattie BL, Michel J-B Wilcock GK, penyunting. Oxford
demensia. Selain itu, walaupun beberapa studi
Textbook of Geriatric Medicine, Edisi ke-2. New York: Oxford
epidemiologik menduga bahwa terapi sulih-estrogen
University Press; 2000. p.922-31.
mungkin dapat mengurangi insidensi demensia, namun Kawas CH. Alzheimer's disease. Dalam: Hazzard WR, Blass JB
penelitian klinis menunjukkan ternyata tidak ada Ettinger WH, Halter JB, Ouslander JG, penyunting. Principles
manfaatnya pada perempuan pascamenopause. of Geriatric Medicine and Gerontology, Edisi ke-4. New York:
Beberapa obat lain yang dari beberapa studi pendahuluan McGraw-Hill Health Professions Division; 1999. p. 1257-69.
nampaknya punya potensi untuk dapat digunakan sebagai Kivipelto M, Helkaka E-L, Laakso MP, Hanninen I Hallikainen
M, Alhainen K, dkk. Midlife vascular risk factors and Alzbeimer's
pencegahan dan pengobatan demensia di antaranya ginko
disease in later life: longitudinal, population based study. BMJ.
biloba, huperzin A (suatu kolinesterase inhibitor), 2001;322:1447 -51.
imunisasi/vaksinasi terhadap amyloid, dan beberapa Sachdev PS, Brodaty H, Looi JCL. Vascular dementia: diagnosis,
pendekatan yang bersifat neuroprotektif. managemert and possible prevention. MJA. 1999; 170: 8l-5.
van der Flier WM, Scheltens P. Epidemiology and risk factors of
dementia. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2005:76:2-7.
Wilcock G, Howe I, Coles H, Lilienfeld S, Truyen L, Zhu Y, dkk. A
long-term comparison of galantamine and donepezil in the treat-
ment of Alzheimer's disease. Drugs Aging. 2003;20:77:l-89.
t32
DEPRESI PADA PASIEN USIA LANJUT
Czeresna H. Soejono, Probosuseno, Nina Kemala Sari

PENDAHULUAN mempunyai konsekuensi medis, sosial, dan ekonomi


penting. Hal ini menyebabkan penderitaan bagi pasien dan
Depre,si merupakan penyakit mental yang paling sering keluarganya, memperburuk kondisi medis dan
pada pasien berusia di atas 60 tahun dan merupakan contoh membutuhkan sistem pendukung yang mahal.
penyakit yang paling umum dengan tampilan gejala yang Depresi pada geriatri sulit diidentifftasi sehitgga tidak
tidak spesifik/tidak khas pada populasi geriatri. /terlambat diterapi, mungkin karena perbedaan pola gejala
Terdapat beberapa faktor biologis, fisis, psikologis, dan tiap kelompokumur. Selain itu, depresi pada geriatri sering
sosial yang membuat seorang berusia lanjut rentan tidak diakui pasien dan tidak dikenali dokter karena gejala
terhadap depresi. Perubahan pada sistem saraf pusat yang tumpang tindih, sering komorbiditas dengan penyakil
seperti meningkatnya aktivitas monoamin oksidase dan medis lain sehingga lebih menonjolkan gejala somatik
berkurangnya konsentrasi neurotransmiter (terutama daripada gejala depresinya.
neurotransmiter katekolaminergik) dapat berperan dalam Tulisan ini akan membahas secara umum perihal cara
terj adinya depresi pada usia lanjut. Kondisi multipatolo gi mengenali gejala depresi pada pasien geriatri, komorbiditas
dengan berbagai penyakit kronik dan polifarmasi kian yang sering terdapat pada penderita depresi usia lanjut,
meningkatkan kejadian depresi pada usia lanjut. Pasien tatalaksana, hingga evaluasi pengobatan.
geriatri yang menderita depresi juga sering memiliki
komorbid penyakit vaskular dengan lesi di daerah ganglia EPIDEMIOLOGI
basalis dan prefrontal otak. Pasien-pasien ini sering
memperlihatkan kemunduran fungsi motorik, kurangnya Prevalensi terbesar gangguan psikiatri pada geriatri adalah
kemampuan penilaian (j udgement), dan terganggunya depresi. Prevalensi dipengaruhi oleh lokasi pengambilan
fungsi eksekusi. subyek penelitian dan komorbiditas. Prevalensi depresi
Faktor-faktor psikososial juga berperan sebagai faktor pada usia lanjut di pelayanan kesehatan primer adalah 5-
predisposisi depresi. Orang tua seringkali mengalami l7oh, semeniara prevalensi depresi pada usia lanjut yang
periode kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Faktor mendapat pelayanan asuhan rumah (home care) adalah
kehilangan fisik juga meningkatkan kerentanan terhadap l3,5yo. Prevalensi depresi geriatri lebih tinggi di ruang
depresi dengan berkurangnya kemauan merawat diri serta perawatan daripada di masyarakat. Usia lanjut di perawatan
hilangnya kemandirian. Berkurangnya kapasitas sensoris jangka panjang memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi
(terutama penglihatan dan pendengaran) akan daripada di masyarakat.
mengakibatkan penderita terisolasi dan berujung pada Data prevalensi depresi pada usia lanjut di Indonesia
depresi. Berkurangnya kemampuan daya ingat dan fungsi diperoleh dari ruang rawat akut geriatri dengan kejadian
intelektual sering dikaitkan dengan depresi. Kehilangan depresi sebanyak 76,3yo. Proporsi pasien geriatri dengan
pekerjaan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan depresi ringan adalah 44,lyo sedangkan depresi sedang
dengan bertambahnya usia turut menjadi faktor sebanyak 18%, depresi berat sebanyak 10,8% dan depresi
predisposisi seorang berusia lanjut untuk menderita sangat berat s ebanyak3,2%o. Semakin berat tingkat depresi
depresi. maka semakin lama masa rawat. Studi unflrk populasi
Depresi pada pasien geriatri adalah masalah besar yang Indonesia Timur dilakukan di Kabupaten Buru, Maluku

84s
846 GERIAMI

pada tahun 2003 dengan subyek sebanyak 401 orang usia dan kondisi multipatologi tadi dengan sensasi passive
lanjut. Penapisan depresi pada usia lanjut yang berada helplessness yang sering terjadi pada usia lanjut.
di daerah pasca konflik tersebut menunjukkan hasil positif Menurut teori Erik Erikson, kepribadian terus
pada52,4oh subyek. berkembang dan terus tumbuh dengan perjalanan
kehidupan. Perkembangan ini melalui beberapa tahapan
psikososial seperti melalui konflik-konflik yang
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS terselesaikan oleh individu tersebut yang dipengaruhi oleh
maturitas kepribadian pada fase perkembangan
Berbagai teori mengenai etiologi dan patogenesis diajukan sebelumnya, dukungan lingkungan terdekatnya dan
para ahli tentang gangguan depresi usia lanjut namun pada tekanan hidup yang dihadapinya. Erikson menyebutkan
banyak kasus jelas berhubungan dengan polifarmasi yang adanya krisis integrity versus despairyait:rt individu yang
berkaitan erat dengan multipatologi. Beberapa penyebab sukses melampaui tahapan tadi akan dapat beradaptasi
lain adalah kondisi medik seperti strok dan hipotiroidisme. dengan baik, menerima segala perubahan yang terjadi
Obat-obatan dan beberapa kondisi umum yang dengan tulus dan memandang kehidupan dengan rasa
berhubungan dengan depresi dapat dilihat pada Tabel 1. damai dan bijaksana. Contoh resolusi yang berhasil dari
krisis dicirikan dengan perasaan individu tersebut yang
hidup dengan baik dan nyaman. Sebaliknya resolusi yang
kurang berhasil akan dicirikan dengan perasaan bahwa
Beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan hidup ini terlalu pendek, dengan perasaan tidak memiliki,
depresi: pemberontakan, rasa marah, putus asa dan juga dengan
Analgetika : kodein, morfin kegetiran bahwa ia tidak akan mau hidup lagi jika diberi
OAINS : ibuprofen, naproksen, indometasin
kesempatan. Kondisi ini akan menyebabkan orang usia
Antihipertensi :klonidin,propranolol,kaptopril
Antipsikotik : haloperidol, klorpromazin lanjut rentan terhadap depresi.
Ansiolitika : diazepam Penelitian akhir-akhir ini juga mengatakan bahwa
Antikanker : vinkristin
Sedativa : fenobarbital, triazolam, pentobarbital konflik integritas versus despair berhasil baik pada usia
Lain-lain : simetidin, ranitidin, deksametason lanjut yang lebih muda dibanding usia lanjut yang lebih
Beberapa kondisi medik umum yang berhubungan tua. Teori Heinz Kohut menekankan pada aspek hilangnya
dengan depresi:
rasa kecintaaatpada diri sendiri akibat proses penuaan
Hipotiroidisme
Tumor otak (terutama lobus frontalis) ditambah dengan rasa harga diri dan kepuasan diri yang
CVD hemisfer kanan, Alzheimer, Parkinson, demensia kurang, juga dukungan sosial yang tidak terpenuhi akan
vaskular
menyebabkan usia lanjut tidak mampu lagi memelihara dan
SLE
Defisiensi vitamin Brz, defisiensi folat mempertahankan rasa harga diri. Mereka sering merasa
tegang dan takut, cemas, murung, kecewa dan tidak merasa
sejahtera di usia senja.
Faktor-faktor lain yang memperberat depresi perlu pula
diperhatikan, arrtara lain kehilangan (pasangan hidup,
perpisahan teman dekat dan anggota keluarga, taraf DIAGNOSIS DAN KOMORBIDITAS
kesehatan yang menurun, kehilangan rasa aman,
kekuasaan/jabatan dan kebebasan), serta pemiskinan sosial Depresi pada usia lanjut lebih sulit dideteksi karena 1).
dan lingkungan. penyakit fisis yang diderita sering mengacaukan gambaran
Beberapa teori tentang etiologi depresi antara lain teori depresi, antara lain mudah lelah dan penurunan berat
neurobiologi yang menyebutkan bahwa faktor genetik badan, 2). usia lanjut sering menutupi rasa sedihnya
belperan. Kemungkinan terjadinya depresi pada saudara dengan justru menunjukkan dia lebih aktif, 3). kecemasan,
kembar mono zigot adalah 60-80% sedangkan pada saudara histeria dan hipokondria yang sering merupakan gejala
kembar heterozigot adalah 25 -3 5%. depresi justru sering menutupi depresinya dan 4). masalah
Freud dan Karl Abraham berpendapat bahwa pada sosial sering membuat depresi menjadi lebih rumit.
proses berkabung akibat hilangnya obyek cinta (orang Diperkirakan sampai 40Yo depresi pada usia lanjut tidak
maupun obyek abstrak seperti status sosial) dapat terdiagnosis karena 1). dokter, pasien maupun keluarga
terintrojeksikan ke dalam individu sehingga menyatu atau mengira gejala depresi adalah normal pada usia lanjut, 2).
merupakan bagian dari individu itu. Obyek cinta yang gambaran depresi pada usia lanjut berbeda dari yang muda
hilang bisa berupa kebugaran yang tidak muda lagi, dalam penggunaan kriteria ICD-10 maupun DSM-IY 3).
kemunduran kondisi fisik akibat berbagai kondisi polifarmasi dan adanya komorbiditas.
multipatologi, kehilangan fungsi seksual, dan lain-lain. Istilah komorbiditas digunakan untuk menyatakan
Seligman berpendapat bahwa terdapat hubungan antara adanya dua atau lebih penyakit pada seorang pasien pada
kehilangan yang tak terhindarkan akibat proses penuaan waktu yang sama. Pada pasien usia lanjut sering ditemukan
DEPRESI PADA PASIEN USIA LAT{JUT 847

dua atau lebih penyakit fisis (adanya multipatologi) dan Menurut ICD-10 gejala-gejala depresi terdiri dari:
tidak jarang dijumpai kelainan fisis bersamaan Gejala utama,yakni:
(komorbiditas) dengan gangguan psikis seperti depresi. . perasaan depresif.
Komorbiditas antara dua penyakit dapat merupakan . hilangnya minat dan semangat
hubungan sebab akibat dan dapat pula saling . mudah lelah dan lenaga hilang.
memperberat. Diagnosis depresi yang menyefiai atat
Gejalalain adalah:
bersama-sama dengan penyakit fisis tidak mudah karena . konsentrasi menurun.
tampilan klinisnya sering tidak sesuai dengan kriteria di- . harga dirimenurun.
agnosis yang ada dalam DSM-IV maupun PPDGJ-IIL . perasaan bersalah.
Gejala depresi pada usia lanjut sering tumpang tindih . pesimis terhadap masa depan.
dengan komorbiditas penyakit medis lain, dimana depresi . gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh
geriatri sering menonjolkan gejala somatiknya diri.
dibandingkan gejala depresinya sendiri. . gangguan tidur.
Penyakit yang sering te{adi bersamaan dengan depresi . gangguan nafsu makan.
antara lain diabetes melitus, hipertensi, gagal jantung, . memrrunnyalibido.
penurunan fungsi hepar dan ginjal, penyakit Parkinson,
penyakitAlzheimeq strok, artritis. Penyakit serebrovaskular
merupakan predisposisi dan presipitasi sindrom depresi.
Infeksi virus, endokrinopati seperti kelainan tiroid dan Tingkat Gejala Gejala Fungsi Keterangan
Depresi Utama Lain
paratiroid, serta keganasan seperti limfoma dan karsinoma
pankreas kerap menimbulkan komplikasi depresi. Penderita Ringan 2 2 Baik
Sedang 2 4
3- Terganggu Nampak
hepatitis C lebih dari 5 tahun akan mengalami depresi distress
Berat 3 >4 Sangat Sangat dlsfress
sebanyak22,4% dan pasien-pasien yang berusia lebih dari
terganggu
50 tahun secaraklinis lebih mangalami depresi dibandingkan
dengan mereka yang berusia lebih muda. Pasien dengan
penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani dialisis,
prevalensi untuk terjadi depresi dapat mencapai25,4%o. Berdasarkan gejala di atas, pasien yang didiagnosis
Diagnosis awal dan terapi segera terhadap depresi pada depresi dapat digolongkan dalam depresi ringan, sedang
pasien geriatri dapat menaikkan kualitas hidup, status dan berat, sebagai berikut:
fungsional dan mencegah kematian dini. Ada beberapa cara Depresi pada usia lanjut dapat muncul dalam bentuk
pe,negakan diaposis depresi, menurut DSM-IV atau menurut keluhan fisis seperti insomnia, kelemahan umum,
ICD-I 0. Memrut DSM-IV laiteria depresi berat mencakup 5 kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, dan sakit
atau lebih gejala berikut, dan telah berlangsung 2 minggu kepala.
atau lebih, yakni: Gallo dan Gonzales (2001), menuliskan bahwa untuk
. Perasaan depresi. memudahkan diagaosis depresi dibuat jembatan keledai
. Hilangnya minat atau rasa senang, hampir setiap hari. (mnemonic) SIGEM CAPS (sleep, interest, guilt, energl
. Berat badan menurun atau bertambah yang bermakna. mood, concentration, appetite, psychomotor retardation
. Insomnia atau hipersomnia, hampir tiap hari. or agitation, suicide). Ciri khas depresi pada usia lanjut
. Agitasi atau retardasi psikomotor, hampir tiap hari. anlaralain 1). terdapat fluktuasi yangjelas dari gejala,2).
. Kelelahan (rasa lelah atau hilangnya energi), hampir gejala depresi mungkin tertutup keluhan somatik, 3).
tiap hari. adanya depresi yang berbarengan dengan demensia
. Rasa bersalah atau tidak berharga, hampir tiap hari. mengganggu pengenalan dan pelaporan depresi,
. Sulit konsentrasi. 4).terdapat hubungan yang erat antara penyakit fisis dan
. Pikiran berulang tentang kematian atau gagasan bunuh depresi.
diri. Pasien depresi bisa mengalami imobilisasi lebih lama
Gejala-gejala tersebut di atas harus menimbulkan dan secara bermakna mengalami perburukan status
gangguan klinis yang bermakna dalam kehidupan individu. fungsional lebih besar dibandingkan dengan penderita
Dalam menegakkan diagnosis, gejala perasaan depresif penyakit kronis saja. Depresi dapat memperberat penyakit
dan atau hilangnya minat harus ada. Penggunaan DSM IV medik, sebaliknya penyakit medik dapat memperberat
mungkin tidak spesifik, dan dianjurkan dengan skala depresi, oleh karena itu pengobatan antidepresi yang
Depresi Khusus Usia Lanjut (Geriatric Depression efektif mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas
Scale).Gejala fisis yang tiba-tiba yang tidak sesuai atau hidup pasien dan keluarganya serta dapat menurunkan
tak dapat diterangkan, perlu dikaitkan dengan depresi biaya perawatan.
sebagai penyebabnya.
848 GERIII|IRI

PROGNOSIS mampu dan harga diri. Pendekatan aspek sosial dalam


penanganan pasien depresi meliputi antaralain diikutkan
Depresi pada geriatri sering berlanjut kronis dan kambuh- dalam lembaga sosial kemasyarakatan yang berperan
kambuhan, ini berhubungan dengan komorbiditas medis, dalam mendukung sosialisasi dan mengatasi beberapa
kemunduran kognitif dan faktor-faktor psikososial. masalah sosial ekonomi (day care centres, senior club,
Kemungkinan kambuh cukup tinggi pada pasien dengan self help groups, domiciliary care, dll); jangan lupa untuk
riwayat episode berulang, awitan pada usia lebih tua, melibatkan keluarga pada saat yang tepat.
riwayat distimia, sakit medis yang sedang terjadi, kian Faktor-faktor yang memperberat depresi perlu
beratnya depresi dan kronisitas depresi. diperhatikan, antara lain penyakit fisis, penyakit neurologis
Komplikasi yang dapat terjadi adalah rnalnukisi dan (didapat sekitar 50% depresi pasca strok yang timbulnya
pneumonia (akibat imobilitas atau berbaring terus- dapat tertunda sampai 12 b:ulan, 30-50% penderita
menerus) serta akibat sampingan dari pemberian obat Alzheimer menderita depresi), obat-obatan, kehilangan
antidepresi. (pasangan hidup, perpisahan teman dekat dan anggota
Pasien yang depresi mempunyai risiko lebih tinggi keluarga, taraf kesehatanyafig menurun, kehilangan rasa
untuk bunuh diri dari populasi lain. Sepertiga pasien usia aman, kekuasaan/ jabatan dan kebebasan), serta
lanjut melaporkan kesepian sebagai alasan utama untuk kemiskinan sosial dan lingkungan.
bunuh diri, sepuluh persen karena masalah keuangan. Kira-
kira 60%o yang melakukan bunuh diri adalah laki-laki, dan
75o/oyang mencoba bunuh diri adalah perempuan.
lndikasi Pemberian Obat Antidepresi
Secara umum indikasi pemberian obat antidepresi adalah
untuk gangguan depresi sedang sampai berat, episode
depresi berulang, dan depresi dengan gambaran
PENATALAKSANAAN
melankolia atau psikotik. Karena manifestasi klinis depresi
pada usia lanjut seringkali tidak khas, maka menentukan
Tujuan utama terapi adalah untuk mencegah relaps,
rekuren dan kronisitas. Depresi pada geriatri dapat lebih indikasi pemberian obat antidepresi pada pasien geriatri
efektif diobati dengan kombinasi terapi psikologis dan seringkali merupakan pertimbangan klinis berdasarkan
pada pengalaman klinis dalam mengenali tanda dan gejala
farmakologis disertai pendekatan interdisiplin yang
menyeluruh. Terapi harus diberikan dengan memperhatikan depresi yang terselubung.
secara individual hardpan-harapan pasien, martabat
(dignity) dan otonomi/ kemandirian pasien. Problem-prob- Pemilihan Obat Antidepresi
lem fisis yang ada bersama-sama dengan penyakit mental Pemilihan jenis obat antidepresi bagi pasien usia lanjut
harus diobati. Serhua teknik psikoterapi (psikodinamik, lebih merujuk pada prohl efek samping obat. Antidepresi
kognitif, perilaku, dll) dapat dipergunakan. Intervensi generasi lama seperti golongan trisiklik dan golongan
terapeutik untuk memacu kemandirian seperti melatih penghambat enzim monoamin oksidase, meskipun cukup
keterampilan sehari-hari dan peningkatan keamanan di efektif meredakan gejala-gej ala depresi namun mempunyai
rumah, terapi okupasi dan berbagai program rehabilitasi profil efek samping yang kurang menguntungkan untuk
yang praktis serta pemberian informasi jangan dilupakan. digunakan pada pasien geriatri. Efek samping
Penanganan depresi pada usia lanjut memerlukan antikolinergik, hipotensi ortostatik, serta gangguan
perhatian ekstra, segala kesulitan dan keluhan perlu konduksi jantung, dapat menjadi beban tambahan bagi
didengarkan dengan sabar. Karena ketidaksabaran terapis status fisis pasien geriatri, bahkan dapat memicu
dianggap sebagai penolakan (empati terapis sangat komplikasi medik yang serius. Profil efek samping ini
diperlukan karena penghormatan dan perhatian dapat terutama sangat menonjol pada obat-obat golongan tersier
mengembalikan harga diri pasien). Strategi praktis pada trisiklik (amitriptilin, imipramin) sehingga obat-obat ini
terapi individu adalah :l).menyusun jadwal pertemuan kurang dianjurkan penggunaannya pada usia lanjut.
untuk menjaga kepatuhan dan komitmen, Preparat sekunder trisiklik (desipramin, nortriptilin) masih
2).mengetengahkan topik pembicaraan tentang kehidupan cukup aman dan efektifuntuk digunakan pada usia lanjut.
sosial yang umum untuk membangun hubungan dokter- Antidepresi generasi baru bekerja pada reseptor
pasien yang baik, 3). secara terfokus membicarakan masalah susunan saraf otak, bersifat lebih selektif dan spesifik
dan menetapkan sasaran realistis yang dapat dicapai untuk sehingga profil efek sampingnya lebih baik. Termasuk
memberikan arah yang pasti bagi pasien, 4).mendorong dalam kelompok ini adalah Serotonin Selective Reuptake
pasien terlibat dalam kegiatan yang berarti dan berguna Inhibitor/SSRI Qfluoxetin, sertralin, paroksetin,
untuk meningkatkan kemampuan menikmati pengalaman fluvoksamin, sitalopram), Serotonin Enhancer (tianeptin),
yang menyenangkan, 5).menunjukkan kepedulian melalui Reversible MAOIs (moclobemide), antidepresi lainnya
sentuhan fisis yang wajar, 6).meninjau kembali apayang (trazodone, nefazodone, mirtazepirt, venlafaksin). Profil
telah dicapai di masa lalu untuk membangkitkan rasa efek samping yang baik akan mengurangi risiko komplikasi
DEPRESI PADA PASIEN USIA LANJUT 849

dan memperbaiki kepatuhan pasien. Oleh sebab itu saat gagal terapi, kecenderungan tidak patuh minum obat,
ini pemilihan antidepresi lini pertama untuk pasien geriatri berniat bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT diberikan
mulai bergeser ke generasi baru. l-2kali seminggu pada pasien rawat inap, unilateral untuk
Saat ini golongan SSRI merupakan obat antidepresi mengurangi problem memori. Terapi ECT diberikan sampai
yang dianjurkan sebagai lini pertama pengobatan depresi ada perbaikan mood (sekitar 5-1 0 kali), dilanjutkan dengan
pada usia lanjut. Dari golongan SSRI, sitalopram dan obat antidepresi untuk mencegah kekambuhan. Terapi ini
sertralin dianggap paling aman karena kedua obat ini masih efektif dan aman (kematian kurang dari I per 10.000)
sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim cytochrom bagi depresi mayor, angka remisi lebih dari 90%o detgan
P450, sehingga mengurangi risiko interaksi obat yang efek samping paling sedikit (kemunduran ingatan, bingung/
merugikan. confusion).
Efek samping SSRI umumnya berkaitan dengan keluhan Olahraga temy atabermanfaat dalam tatalaks ana depresi
serotoninergik seperti sakit kepala, mual, diare, insomnia, namun efeknya lambat, dan hasil nampak sesudah 16
dan agitasi psikomotor. SSRI juga dapat menimbulkan efek mmggu.
samping ekstrapiramidal khususnya pada pasien depresi Nutrisi sangat perlu diperhatikan, karena penderita
dengan komorbiditas penyakit saraf. Salah satu efek depresi sangat sering mengalami malnutrisi, jika perlu
samping berbahaya dari SSRI adalah Central Serotonine dipasang NGT (makanan lewat sonde). Komplikasi depresi
Syndrome, yang dapat timbul bila digunakan bersama obat- yang dapat te{adi adalah malnutrisi dan pneumonia (akibat
obat yang dapat memacu transmisi serotonin, seperti imobilisasi dan berbaring terus).
MAOIs dan obat-obat dekongestan (misalnya: phenyl- Dalam mengelola pasien depresi perlu diingat beberapa
pr op ano I amin e). P enggunaan fl uvoksamin bers ama hal yang berkaitan dengan edukasi, yakni: 1). pasienjangan
teofilin harus dihindari karena dapat menyebabkan takikardi menghentikan obat tanpa instruksi dokter, 2). ada jarak
supraventrikular yang serius. waktu untuk sembuh (membutuhkan waktu) sekitar 1-2
Pertimbangan lain dari pemilihan obat antidepresi minggu sesudah obat diminum, 3). terangkan tentang efek
adalah tampilan gejala-gejala klinis yang akan menjadi samping yang mungkin te{adi, 4) olahraga dan psikoterapi
bagian dari target terapi. Pasien dengan keluhan insomnia adalah hal yang sangat menunjang kesembuhan.
dapat dipilihkan preparat antidepresi yang bersifat sedatif
kuat seperti mirtazepinatau trazodone. SSRI dan tianeptin
Perawatan Lanjut dan Asuhan Rumah (Home
bersifat non-sedatif dan dikatakan efektif memperbaiki
Care)
keluhan gangguan kognitif pada pseudodemensia.
Setelah terdapat perbaikan selama 6 bulan, biasanya pasien
Trazodone baik untuk mereka dengan keluhan disfungsi
mempunyai sedikit risiko untuk episode baru depresi
seksual, tetapi hati-hati terhadap efek samping hipotensi
(kambuh). Pengobatan antidepresi harus dilanjutkan
ortostatik.
sedikitnya 6 bulan lagi (fase lanjutan). Pengobatan ini
Pemberian antidepresi dimulai dengan dosis rendah,
digunakan untuk mencegah kekambuhan. Pasien dengan
dinaikkan perlahan-lahan (start low and go slow).
risiko tinggi untuk kambuh harus mendapat pengobatan
Pengobatan antidepresi dibedakan atasliga fase, yaitu:
berkelanjutan untuk sedikitnya l-2 tahtn, antidepresi yang
. Fase akut yang berlangsung antara6-12 minggu. Pada
dapat dipakai antara lain serhalin, fluoxetin danparoxetin.
tahap ini dosis optimal obat untuk memperbaiki gejala
Pelayanan kesehatan asuhan rumah bagi usia lanjut
depresi diharapkan telah tercapai.
. Tahap kedua disebut sebagai fase lanjutan yakni dosis adalah salah satu unsur pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk kesehatan perorangan ata:u kesehatan
optimal dipertahankan selama 4 sampai dengan 9 bulan
keluarga di tempat tinggal mereka dalam segi promotif,
untuk mencegah terjadinya relaps.
. Tahap berikutnya disebut sebagai terapi rumatan yang rehabilitatif, kuratif, dalam upaya mempertahankan
kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama
dapat berlangsung hingga satu tahun atau lebih. Terapi
mungkin. Asuhan rumah bagi para usia lanjut merupakan
rumatan diberikan terutama untuk gangguan depresi
bagian yang tidak terpisahkan dari perawatan dalam
dengan riwayat episode berulang. Beberapa penelitian
menghadapi kondisi tubuh yang makin rapuh atau sakit
terakhir meneguhkan anjuran pemberian obat kronik. Upaya penyelenggaraan asuhan rumah yang
antidepresi pada pasien geriatri sampai minimal satu
dikoordinasikan oleh rumah sakit merupakan upaya yang
tahun karena terbukti menurunkan risiko relaps maupun
secara ekonomis layak sebagai altematif lain dari perawatan
rekurens dibandingkan apabila hanya diberikan sampai
di RS sejauh pertimbangan-pertimbangan medis,
6 bulan.
lingkungan sosial dan aspek-aspek psikologik dapat te{aga
secara cocok dan serasi. Kunjungan rumah oleh seorang
Terapi Elektrokonvulsi (ECT) dokter dan atau paramedis sebagai satu tim amat
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, bermanfaat bagi penderita karcna dapat meningkatkan
intoleransi terhadap efek samping obat antidepresi atau pemahaman menyeluruh penderita dan akan dapat
8s0 GERI'TIRT

memberikan pilihan terbaik untuk penderitayang dirawat, REFERENS!


selain dapat meningkatkan kepuasan penderita yang
akhirnya akan mempercepat proses perbaikan. Apfeldorf WJ, Alexopoulos GS. Late-life mood disorders. [n: Hazzard
Idealnya asuhan rumah dilaksanakan oleh suatu tim WR, Blass JP, Halter JB, Ouslander JG Tinetti ME, eds. Prin-
ciples of Geriatric Medicine and Gerontology. New York: McGraw-
dengan melibatkan dokter keluarga, bila diperlukan dokter
Hill; 2004.p. 1443-1457.
spesialis, ahli gizi,paramedis, care giver (pramuwerdha), Damping CE. Depresi pada pasien geriatri: Apa kekhususannya.
relawan usia lanjut, dan lain-lain dengan tujuan Temu Ilmiah Geriatri ke-2. Jakarta: PIP FKUI; 2003.p. 107-9.
meningkatkan kualitas hidup usia lanjut, sedang tujuan Dharmono S. Pertimbangan pemilihan obat antidepresan pada pasien
khususnya adalah: l). menekan serendah mungkin biaya geriatri. Temu Ilmiah Geriatri ke-2. Jakarta: PIP FKUI; 2003.p
perawatan kesehatan (penghematan biaya pemondokan 123-28.
Evers M.M. Marins D.B. Mood disorder effective management of
di RS), 2). mengurangi frekuensi hospitalisasi dan
major depressive disorder in the geriatric patient. Geriatric,
memperpendek lama perawatan di rumah sakit setelah fase
2002; 57(10): 36-40. quiz.
akut, 3). meningkatkan usaha promotif, preventif, kuratif, Gallo, J, J; Gonzales, J. 2001 Depression and other mood disorders. in:
dan rehabilitatif, 4). melakukan pence-gahan primer, A, M, Adelman; M, R Daly; B, D, Weiss (eds): 20 problems in
sekunder dan tersier misalnya melaksanakan imunisasi (in- Geriatrics Laksmana (1996); Pieper (20M); Passik & Kirsh (2004);
fluenza dan pneumonia), melakukan penatalaksanaan Paulsen (2004.b).
paliatif penderita dengan keganasan, serta memperlambat Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Diagnosis and management of
depression. In: Essentials of clinical geriatrics. 4ed. New York
/ mencegah timbulnya gangguan fungsi tubuh (disabil-
:McGraw-Hi11; .p.1999: 154-80.
l/y) sehingga penderita dapat mempertahankan Kaplan, H.I., Saddock, B.J., Mood disorder, comprehensive Text-
otonominya (dititikberatkan pada kemampuan ADL dan book of Psychiatry, 7'l ED. William & Wilkins. 2000.
IADL) selama mungkin. Keuntungan/manfaat program Katon, W; Clechanowski. Treatment of depression I-II. Up to
lainnya dari asuhan rumah ini bagi pasien depresi dan date.2004.
keluarganya adalah mengurangi stres akibat perawatan di Kemala Sari N. Wibisono S. Survey on depression among elderly
populations in Buru Island, Maluku. Acta Medi Indones. 2003;4:
RS dan pasien lebih mudah berkomunikasi dengan orang-
t70-7 s.
orang sekitarnya; serta memberikan suasana yang lebih
Kraus M.R., Csef, A.S.H., Scheurlen, M., Faller H., 2000, Emotional
nyaman dan akrab bagi pasien. State, Coping styles, and somatic variables in patients with
chronic hepatitrs C, Psychomatics 2000; 4l: 377-384.
Krishnan K.R., Deleong W., Kraemer H., et al, , Comorbidity of
KESIMPULAN depression with other medical diseases in elderly, Biologycal
Psychiatry, 2002;56 (6): 559-88.
Depresi pada pasien geriatri sulit didiagnosis antara lain Mudjaddid E. Depresi dan komorbiditasnya pada pasien geriatri.
Temu Ilmiah Geriatri ke-2. Jakarta: PIP FKUI; 2003.p. 113-5.
karena gejalatya tidak khas, dan keluarga pasien maupun
Montano C.B.Primary case issues related to the treatment of depres-
dokter acap kali tidak mewaspadai kondisi ini. Kondisi sion in elderly joumal of clinical psychiafy, 1999; 60 Suppl 20:
multipatologi selain menyulitkan pengenalan gej ala dini, 45-51.
juga merupakan faktor risiko penting selain polifarmasi, Nelson J.C. Diagnosing and treatting depression in elderly, Journal
obat-obat tertentu, rasa kehilangan dan berbagai faktor of Clinical Psychiatry.2001
lain. Penatalaksanaan meliputi psikoterapi suportif pada Nuhriawangsa, I. Penatalaksanaan depresi yang rasional pada lansia.

tahap ringan dan obat antidepresi untuk depresi sedang Naskah Lengkap Temu Ilmiah Nasional I dan Konferensi Kerja
IIIPERGEMI. Semarang: Badan Penerbit UNDIP; 2002. p.
sampai berat. Terapi elektrokonulsi masih ada tempatnya
689-7 02.
terutama pada depresi berat. Keluarga amat penting O'Connor D.W., Rosswame R., Bruce A., , Depression in primary
perannya jika dilibatkan pada saat yang tepat. Asuhan care 2'. geteral practitioners' recognition of major depression
rumah juga dapat memberikan alternatif solusi lain yang in elderly patient, International Psychogeriatric, 2001; 13 (3):
lebih mendekatkan pasien pada suasana 'rumah'. 367 -'7 4.
Paradiso S., Hermann B.D., Blumer D., et al. Impact of depresses
mood on neuropsychological status in temporal lobe epilepsy, J
Neurol Neurosurg Psychiatry 20011'70: 180-185.
Periyakoil V.S., Hallenbeck J., Indentiffing and managing prepatory
133
PENYAKIT PARKINSON
Rejel{ Andayani Rahayu

PENDAHULUAN inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut Lewy bodies.


Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh
Penyakit parkinson (PP) adalah suatu kelainan fungsi otak tremor waktu istirahat, kekakuan, bradikinesia, dan
yang disebabkan oleh proses degeneratif progresif hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar
sehubungan dengan proses menua di sel-sel substansia dopamin dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini
nigra pars compacta (SNc) dan karakteristik ditandai sering disebut sebagai Sindrom Parkinson.
dengan tremor waktu istirahat, kekakuan otot dan sendi
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Sindrom
(rigidity),kelambanan gerak dan bicara (bradikinesia), dan
Parkinson (SP) diklasifftasikan sebagai berikut:
instabilitas posisi tegak Qtos tural ins tability). Prevalensi . Primeratauidiopatik:
PP di Amerika Serikat berkisar l% jumlah penduduk,
meningkat dari0,6 yo pada usia 60-64 tahun menj adi3 ,5 Yo
- Penyebab tidak diketahui

pada umur 85-89 tahun. PP dapat mengenai semua usia,


- sebagian besar merupakan Penyakit Parkinson

tapi lebih sering pada usia lanjut. Dengan perawatan yang


- adaperan toksin yang berasal dari lingkungan

baik penderita PP dapat bertahan hidup dengan baik lebih


- adaperan faktor genetik, bersifat sporadis
. Sekunderatauakuisita:
dari 20 tahun. PP dimulai perlahan, tidak disadari, dan secara
berangsur-angsur memburuk. Gejala seperti tremor waktu
- timbul setelah terpajan suatu penyakit/zat
istirahat awalnya hanya muncul kadang-kadang, menjadi
- infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)

memberat dan menetap saat ada stres fisik maupun psikis.


- terpapar kronis oleh toksin seperti L-methyl-4-
p h e ny I - l, 2, 3, 6 I etr a hy dr opyr i dine (MPTP), Mn
Penyebab PP sampai saat ini belum diketahui dengan
(mangan), CO (karbon monoksida), sianida, dan lain-
pasti, tetapi beberapa penelitian terhadap anak kembar
lain.
monozigot menunjukkan bahwa terdapat faktor genetik
yang mendasari terjadinya PP. Faktor lain yang juga
- efek samping obat penghambat reseptor dopamin
(sebagian besar obat anti psikotik) dan obat yang
menjadi penyebab proses degenerasi ini antara lain proses
menwunkan cadangan dopamin (reserpin)
menua otak, stres oksidatif, terpapar pestisida/herbisida
atau anti jamur cukup lama, infeksi, kafein, alkohol, trauma
- pasca strok (vaskular)

kepala, depresi, dan merokok.


- Iain-lain: hipotiroid, hipoparatiroid, tumor/trauma
otak, hidrosefalus bertekanan normal
. SindromParkinsonPlus:
Gejala Parkinson timbul bersama gejala neurologi lain
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
seperti: progressive supraneural palsy, multiple systern
atrophy, cortical-basal ganglionic degeneration,
Penyakit Parkinson merupakan 80Yo dari kasus-kasus
P arkins on-dernentia-AlS complex of Guam, pro gres s ive
Parkinsonism. Terdapat dua istilah yang harus dibedakan
palidal atrophy, dffise Lewy bofu disease (DLBD).
yaitu Penyakit Parkinson dan Parkinsonism: . Kelainan Degeneratif Diturunkan (heredode-
Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonism yang generative disorders)
secara patologis ditandai oleh degenerasi ganglia basalis Gejala Parkinsonism menyertai penyakit-penyakit yang
terutama substansia nigra pars compacta disertai adanya diduga berhubungan dengan penyakit neurologi lain

851
852 GERI'IIRI

yang faktor keturunan memegang peran sebagai etiologi, Umur (Proses Menua)
seperti: PenyakitAlzheimer, Penyakit Wilson, Penyakit Tidak semua orang tua akan menderita PP, tetapi dugaan
Hutington, Demensia frontotemporal pada kromosom adanya peranan proses menua terhadap terjadinya PP
l7q2l, X-linked dystonia parkinsonism (di Filipina didasarkan pada penelitian-penelitian epidemiologis
disebut lubag) tentang kejadian PP (evidence based). Ditemukan angka
kejadianPP padausia 50 tahun diAmerika lO-l2per 100.000
pendudulg meningkat manjadi200-250 per I 00.000 penduduk
ETIOLOGI PENYAKIT PARKINSON pada usia 80 tahun. Pada penderita PP terdapat suatu tanda
reaksi mikroglial pada neuron yang rusak dan tanda ini tidak
Sampai saat ini penyebab kematian sel-sel SNc belum terdapat pada proses menua yang normal, sehingga
diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian pada disimpulkan bahwa proses menua merupakan faktor risiko
penderita PP baik penelitian berdasarkan autopsi pasien yang mempermudah terjadinya proses degenerasi di SNc
yang sudah meninggal dan penelitian epidemiologis, tetapi memerlukan penyebab lain (biasanya multifaktorial)
maupun penelitian pada hewan primata yang dibuat untuk tefadinya PP.
menderita PP, menghasilkan beberapa dugaan penyebab
PP seperti tersebut di bawah ini: Ras
Angka kejadian PP lebih linggi pada orang kulit putih
Faktor Genetik dibandingkan kulit berwarna.
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan
degradasi protein dan mengakibatkan protein beracun tak Cedera Kranioserebral
dapat didegradasi di ubiquitin-proteasomal pathway. Prosesnya belum jelas. Trauma kepala, infeksi, dan tumor
Kegagalan degradasi ini menyebabkan peningkatan di otak lebih berhubungan dengan Sindrom Parkinson
apoptosis di sel-sel SNc sehingga meningkatkan kematian daripada PP.
sel neuron di SNc. Inilah yang mendasari terjadinya PP
sporadik yang bersifat familial. Pada penelitian didapatkan
kadar sub unit alfa dari proteasome 20S menunrn secara
Stres Emosional
Diduga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PP.
bermakna pada sel neuron SNc penderita PP, dibandingkan
dengan orang normal, demikian juga didapatkan
penurunan sekitar 40oh 3 komponen (chymotriptic, trytic
dan postacidic) dari proteasome 265 pada sel neuron PATOFISIOLOGI PENYAKIT PARKINSON
SNc penderita PP.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Penyakit Parkinson
Peranan faktor genetik juga ditemukan dari hasil
terjadi karena penurunan kadar dopamin akibat kematian
penelitian terhadap kembar monozigot (MZ) dandizigot
nenron di substansia nigrapars compacta (SNc) sebesar
(DZ), dimana angka intrapair ioncordance padaMZ ja:uh
40-50% yarydisertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik
lebih tinggi dibandingkan DZ.
(Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.
Substansia nigra (sering disebut sebagai black
Faktor Lingkungan substance), adalah suatu regio kecil di otak(brain stem)
Faktor lingkungan sebagai penyebab terjadinya PP sudah yang terletak sedikit di atas medula spinalis. Bagian ini
diteliti sejak 40 tahun yang lalu, sebagian setuju bahan- menjadi pusat kontroVkoordinasi dari seluruh pergerakan.
bahan beracun seperti carbon disuffide, manganese, dan Sel-selnya menghasilkan neurotransmiter yang disebut
pelarut hidrokarbon yang menyebabkan Sindrom dopamin, yang berfungsi untuk mengatur seluruh
Parkinson; demikian juga pasca ensefalitis. Pada penelitian pergerakan otot dan keseimbangan badan yang dilakukan
selanjutnya ternyata parkinsonism yang terjadi bukan PP. oleh sistem saraf pusat. Dopamin diperlukan untuk
Saat ini yang paling diterima sebagai etiologi PP adalah komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak
proses stres oksidatif yang terjadi di ganglia basalis, terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan
apapun penyebabnya. Berbagai penelitian telah dilakukan refleks postural, serta kelancaran komunikasi (bicara).
antara lain peranan xenobiotik (MPTP), pestisida/ Pada PP sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi,
herbisida, terpapar pekerjaan terutama zat kimia seperti sehingga produksi dopamin menurun, akibatnya semua
bahan-bahan cat dan logam, kafein, alkohol, diet tinggi fungsi neuron di sistem saraf pusat (SSP) menurun dan
protein, merokok, trauma kepala, depresi dan stres; menghasilkan kelambanan gerak (bradikinesia),
semuanya menunjukkan peranan masing-masing melalui kelambanan bicara dan berpikir (bradifrenia), tremor, dan
jalan yang berbeda dapat menyebabkan PP maupun kekakuan (rigiditas).
Sindrom Parkinson baik pada penelitian epidemiologis Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari
maupun eksperimental pada prim4ta. proses degenerasi neuron SNc adalah stres oksidatif. Stres
PENYAKITPARKINIiON 8s3

oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi oksiradikal,


seperti dopamin quinon yang dapat bereaksi dengan alfa
sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, Kriteria
Kemungkinan
tidak dapat di degradasi oleh ubiquitin-proteas omal path- diagnosis

way, sehingga menyebabkan kematian sel-sel SNc. 1 Riwayat dari :


Ensefalitis Pasca ensefalitis
Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan Terpapar lama dengan CO, Mn atau toksin Toxin-induced
antaralain: lain Mendapat obat-obat neuroleptik Drug-induced
. Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi 2. Munculnya gejala parkinsonism mengikuti
Trauma kepala Pasca trauma
antara oksiradikal dengan nitric-oxide Q.{O) yang Strok Vaskular
menghasilkan perorynitric radical. 3. Ditemukan gejala ini pada pemeriksaan flsik

. Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan - Ataksia serebeler OPCA, MSA


- Gerakan ke bawah okuler menghilang PSP
produksi adenosin trifosfat (ATP) dan akumulasi - Adanya hipotensi postural tanpa makan
obat MSA
elektron--elektron yang memperburuk stres oksidatif, - Adanya rigiditas satu sisi dengan atau
akhirnya menghasilkan peningkatan apoptosis dan tanpa distonia, apraksia, kehilangan
sensor kortikal CBGD
kematian sel. - Myoclonus CBGD, MSA
. Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, - Pada awal penyakit terdapat gaya
berjalan jatuh atau kaku PSP
memproduksi sitokin yang memicu apoptosis sel-sel - Disfungsi otonom yang bukan karena
SNc obat MSA
- Mengeluarkan air liur terus MSA
- Demensia awal atau halusinasi karena
memakai obat DLBD
DIAGNOSIS - Distonia yang diinduksi oleh levodopa MSA
4 Neuroimaging (MRl atau CT-scan)
terdapat vaskular
Diagnosis PP dibuat terutama berdasarkan gambaran - lnfark lakunar NPH
- Ventrikel-ventrikelserebral melemah OPCA, MSA
klinis, di samping adanya pemeriksaan penunjang seperti - Atropi serebelar
CT-scan,MRl, dan PET atas indikasi untuk menyingkirkan - Atropi otak tengah atau bagian lain dari PSP, MSA
brain-stem
diagnosis Sindrom Parkinson selain PP. Pada Tabel I 5 Efek obat
dapat dilihat cara menyingkirkan diagnosis PP pada Responsjelek terhadap levodopa PSP, MSA,
penderita parkinsonism yang didasarkan atas adanya Tidak ada diskinesia meskipun mendapat CBGD, vaskular,
dosis tinggi levodopa NPH
suatu gejala. sama seperti di
atas
Keterangan: CBGD, cortical-basal gahglionic degenerationi DLBD,
diffuse Lewy body disease, juga disebut demensia dengan Lewy
GAMBARAN KLINIS PENYAKIT PARKINSON Bodies; MSA, multiple system atrophy; NPH, normal pressure
hydrocephalus; OPCA, olivo-ponto-cercbellar atrophy, mungkin
merupakan suatu bentuk dari MSA; PSP, progressiye supranuclear
Umum: l. Gej ala mulai pada satu sisi (hemiparkins onism), palsy.
2. Tremor saat istirahat, 3. Tidak didapatkan gejala
neurologis lain,4. Tidak dijumpai kelainan laboratorik dan
radiologis, 5. Perkembangan lambat, 6. Respon terhadap
KRITERIA DIAGNOSIS KLINIS
levodopa cepat dan dramatis, 7. Gangguan refleks
postural tidak dijumpai pada awal penyakit . Didapatkan 2 dari3 tanda kardinal gangguan motorik:
Khusus: gejala motorik pada penyakit parkinson tremor, rigiditas, bradikinesia, atau
(rRAP): . Tigadai4 tanda motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia,
. Tremor: l.Laten,2. Saat istirahat, 3. Bertahan saat ketidakstabilan postural
istirahat, 4. Saat gerak disamping adanya tremor saat
istirahat
. Rigiditas KRITERIA DIAGNOSIS KLINIS MODIFIKASI
. Akinesia/bradikinesia : l. Kedipan mataberkrtrang, 2.
Wajah seperti topeng, 3. Hipofonia (suara kecil), 4. Air . Diagrosis possible (mungkin): adanya salah satu gejala:
liur menetes, 5. Akatisia/takikinesia (gerakan cepat tidak tremor, rigiditas, akinesia atau bradikinesia, gangguan
terkontol), 6. Mikrografia (tulisan semakin kecil),7 . Cara refleks postural.
be{alan: langkah kecil-kecil, 8. Kegelisahan motorik Tanda-tanda minor yang membantu ke arah diagnosis
(sulit duduk atau berdiri) klinis possible: Myerson sign, menghilang atau
. Hilangnya refleks postural. Diagnosis dapat ditegakkan berkurangnya ayunan lengan, refleks menggenggam.
berdasarkan sejumlah kriteria: 1 Klinis, 2. Menurut . Diagnosis probable (kemungkinan besar): kombinasi
Koller,3. MenurutGelb dari dua gejala tersebut di atas (termasuk ganggoan
8s4 GERIIIIT

refleks postural), salah satu dari tiga gejala pertama . Simtomatis, untuk memperbaiki gejala dan tanda
asimetris. penyakit
. Diagnosis deJinite (pasti): setiap kombinasi 3 dari 4 . Protektif, dengan cara mempengaruhi patofisiologi
gejala; pilihan lain: setiap dua dengan satu dari tiga penyakit
gejala pertama terlihat asimetri s. . Restoratif, mendorong neuron baru atau merangsang
pertumbuhan dan fungsi sel neuron yang masih ada.

Pilihan terapi PP dapat dibagi menj adi beberapa pendekatan


KRITERIA DIAGNOSIS KOLLER sebagai berikut:
. Meningkatkan transmisi dopaminergik dengan jalan:
. Didapatt2dari 3 tandakardinal gangguanmotorik: tremor
1). meningkatkan konsentrasi dopamin pada sinap
istirahat atau gangguan refleks postural, rigiditas, (levodopa), 2). memberikan agonis dopamin, 3).
bradikinesia yang berlangsung satu tahun atau lebih. meningkatkan pelepasan dopamin, 4). menghambat
. Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan re-uptake dopamin, 5). menghambat degradasi
sampai perbaikan sedang (minimal 1 .000 mglhari selama
dopamin
1 bulan), dan lama perbaikan I tahun atau lebih. . Manipulasi neurotransmiter non-dopaminergik
dengan obat-obat antikolinergik dan obat-obat lain
yang dapat memodulasi sistem non-dopaminergik
KRITERIA DIAGNOSIS GELB . Memberikan terapi simtomatik terhadap gejala
parkinsonism yang muncul
. Diagnosis possible (mungkin): adanya 2 dari 4 gejala . Memberikan obat-obat neuroprotektif untuk
kardinal (resting tremor, bradikinesia, rigiditas, onset menghambat progresivitas PP dengan mencegah
asimetrik). kematian sel-sel neuron.
Tidak ada gambaran yang menuju ke arah diagnosis . Terapi pembedahan: ablasi (tallamotomy, pallidotomy),
lain termasuk halusinasi yang tidak berhubungan stimulasi otak dalam, brain grafting (bertujuan untuk
dengan obat, demensia, supranuclear gaze palsy ata.u memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses
disotonom. Mempunyai respons yang baik terhadap patologis yang mendasari).
levodopa atau agonis dopamin. . Terapi pencegahar/preventif: menghilangkan faktor
. Diagnosis probable (kemungkinan besar): terdapat tiga risiko atau penyebab PP.
dari 4 gejala kardinal, tidak ada gejala yang mengarah
ke diagnosis lain dalam 3 tahun, terdapat respon yang Tujuan utama terapi PP adalah memulihkan disabilitas
baik terhadap levodopa atau agonis dopamin. fungsional yang disandang penderita. Biasanya
. Diagnosis deJinile (pasti): seperti probable disertai penatalaksanaan dilakukan secara komprehensif baik
dengan pemeriksaan histopatologis yang positif. dengan obat (langkah-langkah pemilihan obat seperti
terlihat pada Gambar 1), perbaikan diet dengan mengruangi
Untuk menentukan berat ringannya penyakit, asupan protein sampai 0,5-0,8 gram/kg BB per hari, terapi
digunakan penetapan stadium klinis Penyakit Parkinson fi.sik berupa latihan teratur untuk mempertahankan
berdasarkan Hoehn and Yahr, sebagai berikut: penderita tetap dapat berjalan.
Untuk dapat memahami pemilihan terapi obat kita perlu
mengetahui proses degradasi dopamin (DA) di otak.
Unilateral, ekspresi wajah berkurang, posisi fleksi Dopamin memiliki 2 reseptor yaitu Dl yang bersifat
lengan yang terkena, tremor, ayunan lengan
berkurang. eksitatorik dan reseptor D2 yang bersifat inhibitorik. Dalam
Bilateral, postur membungkuk ke depan, gaya keadaan normal setelah DA dilepaskan dari ujung saraf
jalan lambat dengan langkah kecil-kecil, sukar nigrostriatum akan merangsang reseptor Dl dan D2.
membalikkan badan.
Gangguan gaya berjalan menonjol, terdapat Keberadaan DA bila tak diperlukan lagi akan dikonversi
il ketidakstabilan postural. sebagai:
Disabilitasnya jelas, berjalan terbatas tanpa . 3-}-methyldopa oleh enzim cathecol-)-
bantuan, lebih cenderung jatuh sfer as e (COMT).
m e t hy I tr an
Hanya berbaring atau duduk di kursi roda, tidak
mampu berdiri/berjalan meskipun dibantu, bicara
. 3-4 dihydroxyphenilacetic acid oleh enzim monoam-
tidak jelas, wajah tanpa ekspresi, jarang berkedip. ine oxidas e (MAO). (Lihat Gambar 2)

PENATALAKSANAAN PENYAKIT PARKINSON TERAPIMEDIKAMENTOSA

Secara garis besar konsep terapi farmakologis maupun Ada 6 macam obat utama yang dipergunakan untuk
pembedahan pada PP dibedakan menjadi 3 hal yaitu: penatalaksanaan PP, yaitu:
PE,ITTYAKIT PANKINSON 855

Gambar 1. Algoritme manajemen penyakit parkinson

arur. 9l,II^=^ i -

Gambar 2, Terapi farmakologis pada penyakit parkinson


856 GERIITIRI

Obat yang Mengganti Dopamin (Levodopa, di bagian lain otak. Obat ini dulu ditemukan sebagai obat
Carbidopa) antivirus, selanjutnya diketahui ternyata dapat
Obat ini merupakan obat utama, hampir selalu digunakan menghilangkan gejala PP yaitu menurunkan gejalatremor,
unhrk terapi PP. Di dalam badan levodopa akan diubah bradikinesia, dan fatigue pada awal PP dan dapat
sebagai dopamin. Obat ini sangat efektif untuk menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-ofi) dan
menghilangkan gejala karena langsung mengganti DA yang diskinesia pada penderita PP lanjut. Dapat dipakai
produksinya sangat memrun akibat degenerasi SNc. Efek sendirian, atau sebagai kombinasi dengan levodopa atau
samping obat ini antara lain: mtal, dizziness, muntah, agonis dopamin. Efek samping obat yang paling menonjol
hipotensi postural, dan konstipasi. Obat ini juga mempunyai mengakibatkan mengantuk.
efek samping jangka lama yaitu munculnya diskinesia
(gerakan involunter yang tidak dikehendaki seperti korea,
Penghambat Catechol O-Methyl TransferaselGOMT
mioklonus, distonia, akatisia). Ada kecenderungan obat ini
(To I c a po n e, E nta c a po n e)
memerlukan peningkatan dosis bila dipakai sendirian. Pada
Ini merupakan obat yang masih relatif banr, berfungsi
pemakaian obat ini juga dikenal fenomena "On-Off' atau
menghambat degradasi dopamin oleh enzim COMT dan
disebut fenomena "wearing off'. Olehsebab itu pemakaian
memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai dipakai
obat ini harus dipantau dengan baik.
sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa
menurun. Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat
Agonis Dopamin (Bromocriptine, Pergolide, ini dapat memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki
Prami pexole, Ropi ni roll kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Efek
Merupakan obat yang memptrnyai efek serupa dopamin samping obat berupa ganggloan terhadap fungsi hati,
pada reseptor Dl maupun D2. Di dalam badan tidak akan sehingga perlu diperiksa tes fungsi hati secara serial pada
mengalami konversi, sehingga dapat digunakan sebagai penggunanya. Obat ini juga menyebabkan perubahan
obat tunggal pengganti levodopa. Biasanya dipakai sebagai warnaurin menjadi merah oranye.
kombinasi utama dengan levodopa-carbidopa agar dapat Titik tangkap keenam macam obat tersebut di atas
memrrunkan dosis levodopa, sehingga dapat menghindari dapat dilihat secara singkat pada Gambar 2 di bawah.
terjadinya diskinesia atau mengurangi fenomena o n-olf. Efek Selain obat utama tersebut di atas sering juga diberikan
samping obat ini adalah: halusinasi, psikosis, eritromelalgia, obat-obat neuroprotektif seperti antioksidan dan obat-obat
edema kaki, mual, dan muntah. Sayangnya obat ini tidak yang memperbaiki metabolisme otak. Obat lain yang sering
dapat menghambat progresivitas PP. digunakanjuga adalah obat anti depresi dan anti ansietas
(berdasarkan indikasi yang tepat).

Antikol i nergik (Benztropi n, Tri heksifen idil,


Biperiden)
TERAPI PEMBEDAHAN
Obat ini menghambat aksi neurotransmiter otak yang
disebut asetilkolin. Obat ini membantu mengkoreksi
Sebagian besar penderita PP dapat memperbaiki kualitas
keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin, sehingga
hidupnya dengan terap medikamentosa seperti tersebut
dapat mengurangi gejala tremor. Efek samping obat ini
di atas, tetapi ada juga yang tidak dapat dikendalikan
antara lain mulut kering, dan mata kabur. Sebaiknya jenis
dengan obat, terutama efek fluktuasi motorik (fenomena
obat ini tidak diberikan pada penderita PP yang berusia
" on-off'). P ada saat " on" penderita dapat bergerak dengan
diatas 70 tahun; karena dapat menyebabkan pemrrunan
mudah, terdapat perbaikan pada gejala tremor dan
daya ingat dan retensio urin pada laki-laki.
kekakuannya. Pada saat "off' penderita akan sangat sulit
bergerak, tremor dan kekakuan tubuhnya meningkat.
Pen ghambat M onoami n oxruaselMAO (SetegrTine). Periode "off' adakalanya muncul sejak awal pemberian
Peranan obat ini untuk mencegah degradasi dopamin levodopa dan tak dapat diatasi dengan meningkatkan dosis,
menjadi 3-4 dihydroxyphenilacetic di otak. Karena MAO kejadian ini disebut"wearing off". Pemakai lama levodopa
dihambat maka umur dopamin menjadi lebih panjang. Biasa sering terkena efek samping obat berupa munculnya gejala
dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa- diskinesia. "Wearing off' dan diskinesia yang terjadi pada
carbidopa. Selain itu obat ini bisa berfungsi sebagai penderita PP kadang-kadang tidak dapat dikontrol dengan
antidepresi ringan (merupakan obat pilihan pada PP dengan terapi medikamentosa dan memerlukan terapi pembedahan.
gejala depresi menonjol). Efek samping obat ini berupa
Ada beberapa tipe prosedur pembedahan yang dikerjakan
penurunan tekanan darah dan aritmia.
untuk penderita PP, yaitu:
Terapi ablasi lesi di otak. Termasuk dalam kategori ini
Amantadin adalah thalamotomy dan pallidotomy. Pada prosedur ini
Berperan sebagai pengganti dopamin, tetapi bekerja dokter bedah melakukan penghancuran di pusat lesi di
PEIYYAKITPARKINSiON 857

otak dengan menggunakan kauterisasi. Tidak ada berpegangan pada dinding. Hindari eskalator atau pintu
instrumen apapun yang dipasang di otak setelah berputar. Saat berjalan di tempat ramai atat lantai tidak
penghancuran tersebut. Efek operasi ini bersifat pernanen rata harus konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat
seumur hidup, dan sangat tidak aman untuk melakukan sekitar.
ablasi di kedua tempat tersebut. Pembedahan thallamic Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi
saat ini secara umum diterima untuk terapi definitif kognitif, kepribadian, status mental pasien dan
penderita tremor esensial, dan tidak lagi diterima sebagai keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi
terapi pada PP. rehabilitasi kognitif dan melakukan intervensi psikoterapi.

Terapi stimulasi otak dalam (deep brain stimalation,


DB.y). Pada operasi ini dokter bedah menempatkan
semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang PENUTUP
dihubungkan dengan alat pemacunyayaug dipasang di
Penyakit parkinson (PP) merupakan bagian dari Sindrom
bawah kulit dada seperti alat pemacu jantung. Pada
prosedur ini tidak adapenghancuran lesi di otak,jadi relatif Parkinson primer. Perlu dipahami perbedaal ar:tara
aman. Prosedur ini termasukbaru sehinggabelum ada data
keduanya. PP merupakan penyakit yang berhubungan
dengan proses menua di otak yaifu merupakan proses
mengenai efek samping.
degenerasi di substansianigra pars compacta (SNc) disertai
Transpantasi otak (brain grafting). Prosedur ini dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik Zewy bodies.
menggunakan graft sel otak janin atau "autologous Etiologi masih belum jelas benar, tetapi beberapa faktor
adrenal". Teknik operasi ini sering terbentur pada risiko telah diidentifftasi menjadi penyebab PP, antara lain:
bermacam hambatan seperti ketiadaan donor, kesulitan umur, ras, genetik, lingkungan (berbagai macam zat toksik
prosedur baik teknis, maupun perijinan. Namun hasil-hasil seperti MPTP, CO, Mn, alkohol, merokok, infeksi otak, diet
penelitian terhadap penderita yang telah menjalani tinggi protein, pestisida, dan lain-lain), cedera kepala, dan
prosedur ini memberikan harapan baikbagi penyembuhan stres emosional.
PP. P atofi s iolo g i terj adiny a PP adalah berkurangnya

neurotransmiter dopamin akibat kematian sel-sel neuron


di SNc yang mengakibatkan gangguan motorik dan
TERAPI REHABILITASI keseimbangan postural seperti tremor saat istirahat,
kelambanan gerak (bradikinesia), penurunan refleks pos-
Rehabilitasi penderita PP sangat penting. Tanpa terapi tural, dan kekakuan (rigiditas).
rehabilitasi penderita PP akan kehilangan kemampuan Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria klinis dan
aktivitas fungsional kehidupan sehari-hari (AKS). Latlhan menyingkirkan penyakit lain yang termasuk dalam sindrom
yang diperlukan penderita PP meliputi latihan fisioterapi, Parkinson.
okupasi, dan psikoterapi. Penatalaksanaan penderita PP ditujukan untuk
Latihan fisioterapi meliputi: latihan gelang bahu dengan meminimalkan disabilitas fungsional dan menghambat
tongkat, latihan ekstensi trunkus, latihan Frenkle untuk progresivitas penyakit. Terapi yang diberikan meliputi
berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di terapi medikamentosa, terapi bedah, dan terapi rehabilitasi.
lantai, latihan isometrik untuk otot kuadrisep femoris dan Selain itu pendekatan terapi juga dilakukan melalui
otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga pencegahan, pengobatan, dan modifikasi faktor-faktor
dan bangkit dari kursi. risiko.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian AKS
pasien, pengkajian lingkungan tempat tinggal atau
pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai berbagai REFERENSI
macam strategi, antara lain:
Amin-Husni. Penyakit Parkinson, patofisiologi, diagnosis dan
Strategi kognitif, untuk menarik perhatian penuh/
wacana terapi. Dalam : Boedhi-Darmojo, Martono H, Andayani
konsentrasi, bicara jelas dan tidak cepat, mampu R, dkk, ed; Naskah lengkap temu ilmiah nasional I dan konferensi
menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan kerja III Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI),
hanya melakukan satu tugas kognitif maupun motorik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2O02.p. 499-
5t4.
Strategi geralq seperti bila akan berbelok saat berjalan BUPA. Parkinson's disease. www.parkinsons.org.uk/. cited on March
gunakan tikungan yang agak lebar,jarak kedua kaki harus 25 7005
agak lebar bila ingin memungut sesuatu dari lantai. Carey E, Adler J. Parkinson's disease and essential tremor. In;
Landefeld CS, Palmer RM, Johnson MA, et al, ed. Current Ge-
Strategi keseimbangan : melakukanAKS dengan duduk
riatric Diagnosis & Treatment. The Mc Graw-Hill Companies;
atau berdiri dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan 2004.p.88-99.
858 GERIITIru

Fahn S. Parkinson's Disease and related disorders. In: Hazzard WR, Silver DE, Ruggieri S. Initiating therapy for Parkinson's disease.
Blass JP, Halter JB, et al, ed. Principles of Geriatric Medicine & Neurology 1998; 50(supp1 6): 518-22.
Gerontology 5tr ed. New York: Mc Graw-Hill Companies ,Inc; Tanner CM, Aston DA. Epidemiology of Parkinson's disease and
2003.p.1401-8 akinetic syndromes. Curr Opin Neurol 2000;13: 427-30.
Elbaz A, Levegue C, Clavel J, et al. Cyp 206 polimorphism, pestiside Tanner CM, Goldman SM, Ross GW. Etiology of Parkinson's
exposure and Parkinson's disease. Ann Neurol. 2004; 55:430-4. disease. ln: Jankovic JJ, Tolosa E, ed, Parkinson's disease and
Hoehn MM, Yahr MD. Parkinsonism: Onset, progression, and mor- movement disorders 4m ed, Philadelphia, Lippincot Williams &
tality. Neurology. 1967 ;17 :427. Wilkins:2002 : 90-9.
Jankovic JJ. Therapeutic strategies in Parkinson's disease. In: Tagliati M, Alterman R, Shils J, et al. Surgical treatment for Parkinson
Jankovic JJ, Tolosa E, ed. Parkinson's Disease and Movement disease. eMedicine. www.emedicine.com. Cited on March 25,
Disorders 4h ed, Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2005.
2002.p. 116-41 The National Parkinson Foundation USA. Treatment options.
McGeer P, Itagaki S, Akiyama H, et al. Rate of cell death in parkin- www.parkinson.org/siteipp.asp?. c=9dJFJLPwB&b:71 1 17 . cited
sonism indicates active neuropathological process. Ann Neurol. on March 25, 2005.
7988;24:57 4-6 Worldwide Educator and Awarness for Movement Disorders. The
Olanow CW, Tatton WG, Jenner P. Mechanisms of cell death in substancia nigra in PD. www.wemove.org/parldefault'htm.
Parkinson's disease. In: Jankovic JJ, Tolosa E, ed. Parkinson's Updated March 26,2005.
disease and movement disorders 4'h ed, Philadelphia: Lippincot Waters CH. Diagnosis and management of Parkinson's disease'2'd
Williams & Wilkins; 2002.p. 38-53. ed. Caddo: Profesional Communication,lnc, 1999.
Olanow CW, Tatton WG Etiology and pathogenesis of parkinson's Wijaya S. Rehabilitasi komprehensif pada penderita Parkinson'
Disease. Ann Rev Neurosci 7999;22:123-44. Dalam: Boedhi-Darmojo, Martono H, Andayani R, dkk, ed.
Poewe W, Wenning G. Levodopa in Parkinson's disease: mecha- Naskah Lengkap Temu Ilmiah Nasional I dan Konferensi Kerja
nisms of action and pathophysiology of late failure. In: Jankovic IIIPerhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI).
JJ, Tolosa E, ed. Parkinson's Disease and Movement Disorders Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2002.p. 5I5 -
4'h ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2002.p. 9.
104-rt2.
t34
IMOBILISASI PADA USIA LANJUT
Siti Setiati, Arya Govinda Roosheroe

PENDAHULUAN PENYEBAB IMOBILISASI

Imobilisasi merupakan salah satu masalah kesehatan Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapal
yang cukup besar di bidang geriatri yang timbul sebagai menyebabkan imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama
akibat penyakit atau masalah psikososial yang diderita. imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
Di ruang rawat inap geriatri RSUPN Dr. Cipto ketidakseimbaflgan, dan masalah psikologis. Rasa lemah
Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2000 didapatkan sering kali disebabkan oleh malnutrisi, gangguan elektrolit,
prevalensi imobilisasi sebesar 33,6yo dan pada tahun tidak digunakannya otot, anemia, gangguan neurologis
2001 sebesar 31,5%. atau miopati. Osteoartritis merupakan penyebab utama
Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan tidak kekakuan pada usia lanjut. Penyakit Parkinson, artritis
bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan reumatoid, gout, dan obat-obatan antipsikotik seperti
gerak anatomik tubuh menghilang akibat perubahan haloperidol juga dapat menyebabkan kekakuan. Rasa
fungsi fisiologik. Di dalam praktek medik istilah nyeri, baik dari tulang (osteoporosis, osteomalasia, Pagetb
imobilisasi digunakan untuk menggambarkan sebuah disease, metastase kanker tulang, trauma), sendi
sindrom degenerasi fisiologis yang merupakan akibat (osteoartritis, artritis reumatoid, gout), otot (polimalgia,
menurunnya aktivitas atat deconditioning. Terdapat pseudoclaudication) atau masalah pada kaki dapat
beberapa faktor risiko utama imobilisasi seperti menyebabkan imobilisasi. Ketidakseimbangan dapat
kontraktur, demensia berat, osteoporosis, ulkus, disebabkan karena kelemahan, faktor neurologis (shok,
gangguan penglihatan, dan fraktur merupakan beberapa kehilangan refleks tubuh, neuropati karena diabetes
faktor risiko utama imobilisasi. melitus, malnutrisi, dan gangguan vestibulosereberal),
Imobilisasi seringkali tidak dapat dicegah, namun hipotensi ortostatik, atau obat-obatan (diuretik,
beberapa komplikasi akibat imobilisasi dapat dicegah. antihipertensi, neuroleptik, dan antidepresan).
Perubahan pada beberapa sistem organ dan fungsi Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia
metabolik akan terjadi sebagai akibat imobilisasi. dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi tentu
Perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan sangat sering menyebabkan terjadinya imobilisasi.
berbagai komplikasi yang akan memperberat kondisi dan Kekhawatiran keluarga yang berlebihan atau kemalasan
memperlambat proses penyembuhan serta dapat petugas kesehatan dapat pula menyebabkan orang usia
menyebabkan kematian. Upaya seperti mobilisasi dini lanjutterus menerus berbaring di tempattidurbaik dirumah
dapat dilakukan untuk mengurangi insiden dan maupun di rumah sakit. Efek samping beberapa obat dapat
mengurangi beratnya komplikasi imobilisasi, sehingga menyebabkan gangguan pada mobilisasi, namun biasanya
dapat mempercepat proses penyembuhan dan kualitas tidak teridentif,rkasi oleh petugas kesehatan. Obat-obat
hidup pasien. hipnotik dan sedatif menyebabkan rasa kantuk dan ataksia
Berikut ini akan dibahas masalah imobilisasi pada usia yang mengganggu mobilisasi. Untuk itu kontrol teratur
lanjut, berbagai komplikasi yang ditimbulkan serta upaya- dan seksama terhadap obat-obat yang dikonsumsi oleh
upaya pencegahannya. pasien sangat penting untuk dilakukan.

859
860 GERIITIRI

PENGKAJ IAN PASIEN ]MOBILISASI faktor X dan merangsang akumulasi leukosit dan trombosit.
Sel endotel pembuluh darah belakangan ini tidak lagi
Anamnesis riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik penting dianggap sebagai sesuatu yang tidak berperan dan pasif
dilakukan dalam mengkaji pasien imobilisasi. Beberapa di dalam proses koagulasi. Sebaliknya, berbagai perubahan
informasi penting meliputi lamanya menderita disabilitas yang terjadi di sel-sel endotel pembuluh darah akan
yang menyebabkan imobilisasi, penyakit yang mengubah sifat alamiah sel tersebut yakni yang semula
mempengaruhi kemampuan mobilisasi, dan pemakaian bersifat antitrombotik menj adi bersifat trombotik, sehingga
obat-obatan untuk mengeliminasi masalah iatrogenesis justru memudahkan terj adinya keadaan trombo sis.
yang menyebabkan imobilisasi. Adanya keluhan rasa nyeri Gejala trombosis vena dalam timbul pada kurang dari
penting untuk dikaji secara rutin karena mungkin dapat separuh pasien dengan trombosis vena dalam. Gejala yang
sebagai penyebab utama imobilisasi. Pengkajian faktor timbul bervariasi, tergantung pada ukuran dan lokasi
psikologis, seperti depresi dan rasa takut, serta pengkajian trombosis vena dalam, dapat berupa rasa panas, bengkak,
lingkungan penting untuk dilakukan. Pemeriksaan terhadap kemerahan, dan rasa nyeri pada tungkai; sebagian besar
kulit penting dilakukan untuk mengidentifikasi adatya trombosis vena dalam timbul hanya pada satu kaki;
ulkus dekubitus. trombosis vena dalam pada betis menimbulkan gejala
Status kardiopulmonal, khususnya volume hanyapada betis, sedangkan trombosis vena dalam pada
intravaskular dan perubahan tekanan darah dan nadi akibat paha menimbulkan gejala p adapaha dan atau betis. Untuk
perubahan posisi penting untuk diketahui sebagai dasar penapisan adanya trombosis vena dalam akhir-akhir ini
untuk penatalaksanaan imobilisasi. Pengkajian dilakukan dengan pemeriksaan test D-dimer dan
muskuloskeletal secara rinci seperti evaluasi kekuatan dan pletismografi. Sedangkan untuk diagnosis pasti trombosis
tekanan otot, gerakan sendi, serta adatya masalah pada vena dalam dapat digunakan pemeriksaan venografi,
kaki (lesi dan deformitas pada kaki) penting juga untuk ultrasonografi, tomografi terkomputerisasi, dan dengan
dilakukan. Selain itu, perlu juga diberikan perhatian magnetic resonance imaging (l|4RI).
terhadap pengkajian neurologis unhrk mengidentifikasi
adanya kelemahan fokal, dan masalah persepsi serta
Emboli Paru
sensor. Status imobilisasi pasien harus selalu dikaji secara
Emboli paru dapat diakibatkan oleh banyak faktor seperti
terus-menerus.
emboli airketuban, emboli udara, dan sebagainya. Emboli
paru dapat menghambat aliran darah ke paru dan memicu
refleks tertentu yang dapat menyebabkan panas yang
KOMPLIKASI IMOBILISASI mengakibatkan nafas berhenti secara tiba-tiba. Sebagian
besar emboli paru disebabkan oleh emboli karena trombosis
Trombosis vena dalam. Berkaitan dengan trombosis vena dalam,
Trombosis vena dalam merupakan salah satu gangguan emboli paru disebabkan oleh lepasnya trombus yang
vaskular perifer yang penyebabnya bersifat multifaktorial, biasanya berlokasi pada tungkai bawah yang pada
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Terdapat tiga faktor gilirannya akan mencapai pembuluh darah paru dan
yang meningkatkan risiko kombosis vena dalam yaitu menimbulkan sumbatan yang dapat berakibat fatal.
adanya luka di vena dalam karena trauma atau pembedahan, Emboli paru sebagai akibat trombosis merupakan
sirkulasi darah yang tidak baik pada vena dalam, dan penyebab utama kesakitan dan kematian pada pasien-
berbagai kondisi yang meningkatkan risiko pembekuan pasien di rumah sakit, terutama pada pasien usia lanjut.
darah. Luka di vena dalam karena pembedahan atau trauma Suatu penelitian yang dilakukan pada 617 pasien yang
menyebabkan penglepasan beberapa substansi yang mengalami imobilisasi menunjukkan adany a kej adian
mengaktivasi sistem pembekuan. Darah yang tidak emboli paru s ebesar 27o/o, dimana sebagian besar kejadian
mengalir akan cenderung untuk mengalami pembekuan. emboli paru tersebut tidak terdiagnosis sebelum pasien
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan sirkulasi darah meninggal. Emboli paru timbul pada lebih dari 300.000
tidak baik di vena dalam meliputi gagal jantung kongestif, orang setiap tahun di Amerika Serikat yang menyebabkan
imobilisasi lama (tidak berjalan atau bergerak), dan kematian paling sedikit 50.000 orang setiap tahun. Gejala
adanya gumpalan darah yang telah timbul sebelumnya. emboli paru dapat berupa sesak napas, nyeri dada, dan
Kondisi imobilisasi akan menyebabkan terjadinya peningkatan denyut nadi.
akumulasi leukosit teraktivasi dan akumulasi trombosit
yang teraktivasi. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan Kelemahan Otot
pada sel-sel endotel dan juga memudahkan terjadinya Imobilisasi lama akan mengakibatkan atrofi otot dengan
trombosis. Selain itu, imobilisasi yang menyebabkan sta- penurunan ukuran dan kekuatan otot. Penurunan kekuatan
sis akan menyebabkan timbulnya hipoksia lokal pada sel otot diperkirakan l-2 persen sehari. Untuk mengetahui
endotel yang selanjutnya akan menghasilkan aktivator pemrmnan kekuatan otot dapat juga dilihat dari ukuran
IMOBILISASI PADA USIA LANJUT 861

lingkar otot (mu s c I e c ir c t tmfe r e n c e). IJkur an lingkar otot inorganik dan organik tidak berubah. Konsentrasi kalsium,
tersebut biasanya akan menurun sebanyak 2,1-2lo/o. pospor, dan hidroksiprolin di urin meningkat pada minggu
Kelemahan otot pada pasien dengan imobilisasi seringkali pertama imobilisasi. Kalsium tubuh total menurun hingga
terjadi dan berkaitan dengan penurunan fungsional, 4%o selama7 minggu imobilisasi. Suatu penelitian terhadap
kelemahan, danjatuh. Terdapat beberapa faktor lainyang 170 usia lanjut strok dan 72 kontrol, mendapatkan
menyebabkan atrofi otot yaitu perubahan biologis proses imobilisasi meningkatkan kalsium serum dan berkorelasi
menua itu sendiri, akumulasi penyakit akut dan kronik, serta negatif dengan indeks Barthel, yang menunjukkan bahwa
malnutrisi. Perubahan otot selama imobilisasi lama imobilisasi meningkatkan resorpsi tulang. Didapatkan pula
menyebabkan degenerasi serat otot, peningkatan jaringan adanya penurunan kadar 1,25 (OH) 2D dan 25-OHD,
lemak, serta fibrosis. Massa otot berkurang setengah dari sementara serum PTH tidak meningkat.
pada uk-uran semula setelah mengalami 2 bulan imobilisasi.
Massa otot sebagian besar menurun dari kaki bawah dan
Ulkus Dekubitus
otot-otot tubuh.
Pasien imobilisasi umumnya tidak bergerak pada malam
Posisi imobilisasi juga berperan terhadap beratnya
hari karena tidak adanya gerakan pasif maupun aktif. Skor
pengurangan otot. Imobilisasi dengan posisi meringkuk
aktivitas sakral pasien pada kondisi tersebut adalah nol
akan mengakibatkan pengurangan otot yang lebih banyak
gerakan perjam, yang mengakibatkan peningkatan tekanan
dibandingkan posisi imobilisasi terlentang (lurus).
pada daerah kulit yang sama secara terus menerus. Tekanan
akan memberikan pengaruh pada daerah kulit sakral ketika
Kontraktur Otot dan Sendi dalam posisi berbaring. Aliran darah akan terhambat pada
Pasien yang mengalami tirah baring lama berisiko daerah kulit yang tertekan dan menghasilkan anoksia
mengalami kontraktur karena sendi-sendi tidak digerakkan. jaringan dan nekrosis.
Akibatnya timbul rasa nyeri yang menyebabkan seseorang Jumlah tekanan yar,g dapat mempengaruhi
semakin tidak mau menggerakkan sendi yang kontraktur mikrosirkulasi kulit pada usia lanjut berkisar artara 25
tersebut. Kontraktur dapat terjadi karena perubahan mmHg. Tekanan lebih dai 25 mmHg secara terus menerus
patologis pada bagian tulang sendi, pada otot, atau pada pada kulit atau jaringan lunak dalam waktu yang lama akan
jaringan penunjang di sekitar sendi. Penyebab kontraktur menyebabkan kompresi pembuluh kapiler. Kompresi
otot lainnya adalah spastisitas dan neuroleptik. Faktor pembuluh darah dalam waktu lama akan mengakibatkan
posisi dan mekanik juga dapat menyebabkan kontraktur trombosis intra-arteri dan gumpalan fibrin yang secara
pada pasien usia lanjut dengan imobilisasi. Kontraktur pennanen mempertahankan iskemia kulit. Relief bekas
artrogenik seringkali disebabkan karena inflamasi, luka tekanan pada keadaan tersebut mengakibatkan pembuluh
sendi degeneratif, infeksi, dan trauma. Kolagen sendi dan darah tidak dapat terbuka dat pada akhirnya akan
jaringan lunak sekitar akan mengerut. Kontraktur akan terbentuk luka akibat tekanan.
menghalangi pergerakan sendi dan mobilisasi pasif yang Luka akibat tekanan merupakan komplikasi yang
akan memperburuk kondisi kontraktur. paling sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan
Deteksi dini, pencegahan, dan penatalaksanaan imobilisasi. Faktor risiko timbulnya ulkus dekubitus adalah
penyebab kontraktur seperti penatalaksanaan inflamasi, semua jenis penyakit dan kondisi yang menyebabkan
nyeri, dan infeksi akan menurunkan risiko kontraktur atau seseorang terbatas aktivitasnya. Faktor-faktor risiko
mengurangi tingkat keparahan kontraktur. Metode yang tersebut memperpanjang waktu tekanan ke kulit dan
biasa digunakan untuk mencegah kontraktur adalah menurunkan resistensi jumlah tekanan. Faktor risiko yang
mobilisasi sendi dini dengan penatalaksanaan nyeri yang sering pada usia lanjut adalah demam, kondisi koma,
sesuai serta positioning yang optimal dari ekstrimitas penyakit serebrovaskular, infeksi, anemia, malnutrisi,
yang terlibat. kaheksia, hipotensi, syok, dehidrasi, penyakit neurologis
dengan paralisis, limfosit, imobilisasi, penurunan berat
badan, kulit kering, dan eritema.
Osteoporosis
Osteoporosis timbul sebagai akibat ketidakseimbangan
antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Imobilisasi Hipotensi Postural
lemyata meningkatkan resorpsi tulang, meningkatkan Komplikasi yang sering timbul akibat imobilisasi lama pada
kadar kalsium serum, rnenghambat sekresi PTH, dan pasien usia lanjut adalah penurunan efisiensi jantung,
produksi vitamin D3 aktif (1,25-(OH)2D). Selain itu, perubahan tanggapan kardiovaskular postural, dan
insufisiensi vitamin D3 inaktif (25-(OH)D) mungkin penyakit tromboemboli. Hipotensi postural adalah
berperan pula pada turunnya vitamin D3 aktif. Faktor utama penurunan tekanan darah sebanyak 20 mmHg dari posisi
yang menyebabkan kehilangan massa tulang pada baring ke duduk dengan salah satu gejala klinik yang sering
imobilisasi adalah meningkatnya resorpsi tulang. Massa timbul adalah iskemia serebral, khususnya sinkop.
tulang menurun tetapi komponen rasio antara matriks Peningkatan denyut jantung lebih dari l0 kali/menit
862 GERIITIRI

menunjukkan adanya hipcitensi postural tipe simpatis terjadi. Inkontinensia urin juga sering terjadi pada usia
sedangkan denyutjantung kurang dari 10 kalilmenit adalah lanjut yang mengalami imobilisasi, yang umumnya
tipe asimpatis. disebabkan ketidalonampuan ke toilet, berkemih yang tidak
Pada posisi berdiri, secara nornal 600-800 ml darah sempurna, gangguan status mental, dan gangguan sensasi
dialirkan ke bagian tubuh inferior terutama tungkai. kandung kemih. Pengisian kandung kemih yang berlebihan
Penyebaran cairan tubuh tersebut menyebabkan akan menyebabkan mengembangnya dinding kandung
penurunan curah jantung sebanyak 20oh, pentrutan kemih yang kemudian akan meningkatkan kapasitas
volume sekuncup jantung sebanyak 35Yo dan akselerasi kandung kemih dan retensi urin. Retensi urin ini akan
frekuensi jantung sebanyak 30%o.Pada orartg normal sehat, memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih dan bila
mekanisme kompensasi menyebabkan vasokonstriksi dan dibarengi dengan hiperkalsiuria akan mengakibatkan
peningkatan denyrt jantung yang menyebabkan tekanan terjadinya pembentukan batu ginjal kalsium. Bila hal ini
darah tidak menurun. Tekanan darah tidak berubah atau dibiarkan, maka akan menurunkan fungsi saluran kemih
sedikit meningkat pada kondisi bangun (dari berbaring ke bawah dan timbulnya hidronefrosis.
duduk) dengan tiba-tiba. Pada usia lanjut umumnya fungsi
baroreseptor menurun. Tirah baring total selama paling Gangguan Nutrisi (Hipoalbuminemia)
sedikit 3 minggu akan mengganggu kemampuan seseorang Selain infeksi, imobilisasi ternyata juga berperan pada
untuk menyesuaikan posisi berdiri dari berbaring pada terjadinya hipoalbuminemia pada pasien usia lanjut yang
orang sehat, hal ini akan lebih terlihat pada pasien usia menjalani perawatan di rumah sakit. Imobilisasi akan
lanjut. Pada posisi baring, secara normal 600-800 ml mempengaruhi sistem metabolik dan endokrin yang
volume plasmakembali ke paru-paru danjantung dan terjadi akibatnya akan terjadi perubahan terhadap metabolisme
peningkatan stimulasi baroreseptor, denyut jantung, zat gizi. Salah satu perubahan yang terjadi adalah pada
volume sekuncup jantung, dan curah jantung. Pelepasan metabolisme protein. Kadar plasma kortisol lebih tinggi
hormon antidiuretik berkurang selama minggu awal pada usia lanjut dengan imobilisasi dibandingkan dengan
imobilisasi yang mengakibatkan diuresis dan penurunan usia lanjut tanpa imobilisasi. Kadar plasma kortisol yang
volume plasma. Penurunan volume plasma mencapai 100/o lebih tinggi mengubah metabolisme menjadi katabolisme
selama 2 minggu pertama imobilisasi dan bisa mencapai sehingga metabolisme protein akan lebih rendah pada
20% setelah itu. pasien usia lanjut dengan imobilisasi.
Tirah baring lama akan membalikkan respons Keadaan tidak beraktivitas dan imobilisasi selama 7
kardiovaskular normal menjadi tidak normal yang akan hari akan meningkatkan ekskresi nitogen urin. Peningkatan
menghasilkan pemrmnan volume sekuncup jantung dan ekskresi nitrogen mencapai puncak dengan tata'rata
curah jantung. Curah jantung rendah mengakibatkan kehilangan 2 mg/hari, sehingga pasien akan mengalami
terjadinya hipotensi poshral. Gajala dan tanda hipotensi hipoproteinemia, edema, dan penurunan berat badan.
postural adalah penurunan tekanan darah sistolik dari tidur Kehilangan nihogen (nitrogen /oss) meningkathhgga 12
ke duduk lebih dari 20 mmHg, berkeringat, pucat, gram pada keadaan imobilisasi dengan malnutrisi, trauma,
kebingungan, peningkatan denyutjantung, letih, dan pada fraktur pinggul, atau infeksi. Penekanan sekresi hormon
keadaan berat dapat menyebabkan jatuh yang pada antidiuretik selama imobilisasi juga akan terjadi yang akan
akhirnya akan mengakibatkan fraktur, hematoma jaringan meningkatkan diuresis danpemecahan otot sehingga akan
lunak dan perdarahan otak. mengakibatkan penurunan berat badan. Pasien usia lanjut
yang mengalami imobilisasi lama akan memiliki natium se-
rum dan natriumurin yang lebihrendah dibandingkanpada
Pneumonia dan lnfeksi Saluran Kemih
yang tidak imobilisasi, sehingga pasien dengan tirah bar-
Imobilisasi juga dikaitkan dengan terjadinya pneumonia
ing lama akanmemiliki defisiensi natrium kronik.
dan infeksi saluran kemih. Akibat imobilisasi retensi spu-
Tirah baring lama dan malnutrisi, baik di rumah sakit
tum dan aspirasi lebih mudah terjadi pada pasien geriatri.
maupun di rumah, menyebabkan atrofi otot dan turunnya
Pada posisi berbaring otot diafragma dan interkostal tidak
kekuatan dan ukuran otot. Kelemahan otot pada pasien
berfungsi dengan baik sehingga gerakan dinding dada
juga menjadi terbatas yang menyebabkan sputum sulit geriatri yang mengalami imobilisasi sering terjadi dan
keluar. Manakala kondisi ini dibarengi dengan daya pegas
sangat berkaitan dengan kerapuhan (frailty),
(recoil) elastik yang sudah berkurang (karena proses mengakibatkan penurunan status fungsional yang berat
sehingga imobilisasi terus terjadi, seperti lingkaran setan,
menua) yang mengakibatkan perubahan pada tekanan
dan mengakibatkan pula terjadinya instabilitas, jatuh dan
penutup saluran udara kecil, kondisi tersebut akan
trauma senus.
memudahkan usia lanjut untuk mengalami atelektasis paru
dan pneumonia.
Aliran urin juga terganggu akibat tirah baring yang Konstipasi dan Skibala
kemudian menyebabkan infeksi saluran kemih lebih mudah Konstipasi, skibala, dan obstruksi usus merupakan
IMOBIIJSASI PADA USIA LI\NJUT 863

masalah utama pada usia lanjut dengan imobilisasi. darah serta mobilisasi dini perlu dilalarkan untuk mencegah
Imobilisasi lama akan menurunkan waktu tinggal feses di terjadinya hipotensi. Latihan kekuatan otot serta kontraksi
kolon. Semakin lama feses tinggal di usus besar, maka abdomen dan ototpadakaki akanmenyebabkan aliran darah
absorbsi cairah akan lebih besar sehingga feses akan balik vena lebih efisien. Khusus untuk mencegah te{adinya
menjadi lebih keras. Asupan cairan yang kurang, dehidrasi, trombosis dapat dilakukan tindakan kompresi intermiten pada
dan penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan tungkai bawah. Teknik tersebut meningkatkan aliran darah
konstipasi pada pasien imobilisasi dari vena di kaki dan menstimulasi aktivitas fibrinolitik.
Kompresi intermiten bebas dmi efek samping tetapi menrpakan
kontraindikasi pada pasien dengan penyakit vaskular perifer.
UPAYA PENCEGAHAN KOM PLI KAS! Monitor asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat perlu dilakukan untuk mencegah
Pencegahan timbulnya komplikasi dapat dilakukan dengan terjadinya konstipasi. Selain itu juga perlu dilakukan
memberikan penatalaksanaan yang tepat terhadap evaluasi dan pengkajian terhadap kebiasaan buang air
imobilisasi. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi besar pasien. Pemberian nutrisi yang adekuat perlu
penatalaksanaan farmakologik dan non farmakologik. diperhatikan untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada
pasien imobilisasi. Pada pasien yang mengalami
Non Farmakologis
hipokinesis perlu diberikan suplementasi
vitamin dan mineral.
Penatalaksanaan non farmakologis memegang peran
penting dalam mencegah terjadinya komplikasi akibat
imobilisasi. Berbagai \paya yarrg dapat dilalarkan adalah Farmakologis
dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara Penatalaksanaan farmakologis dapat diberikan sebagai
teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total, salah satu upaya pencegahan komplikasi akibat imobilisasi,
perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur terutama pencegahan terhadap terj adinya trorrtbosis.
dapat dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya Pemberian antikoagulan merupakan terapi farmakologik
kelemahan dan kontraktur otot serta kontraktur sendi. yang dapat diberikan untuk mencegah terj adinya trombosis
Selain itu, mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur, pada pasien geriatri dengan imobilisasi. Low dose hep-
berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional arin (LDH) dan low molecular weight heparin (LMWH)
dapat dilakukan secara bertahap. Latihan isometris secara merupakan profilaksis yang aman dan efektif untuk pasien
teratur 10-20% dantekanan maksimal selama beberapa kali geriatri dengan imobilisasi dan risiko trombosis non
dalam sehari dapat dilakukan untuk mempertahankan pembedahan terutama strok. Namun pemberian
kekuatan isometri. Untuk mencegah terjadinya kontraktur antikoagulan pada pasien geriatri perlu dilakukan dengan
otot dapat dilakukan latihan gerakan pasisebanyak satu hati-hati dan penuh pertimbangan. Penurunan faal organ
atau dua kali sehari selama 20 menit. ginjal dan hati serta adanya interaksi obat terutama antara
Untuk mencegah terjadinya dekubitus, hal yang harus rvarfarin dengan beberapa obat analgetik atau NSAID
dilakukan adalah menghilangkan penyebab terjadinya merupakan hal yang harus amat diperhatikan.
ulkus yaitu bekas tekanat pada kulit. Untuk itu dapat
dilakukan perubahan posisi lateral 30", penggunaan kasur
anti dekubitus, atau menggunakan bantal berongga. Pada REFERENSI
pasien dengan kursi roda dapat dilakukan reposisi tiap
jam atau diistirahatkan dari duduk. Melatih pergerakan Anderson LC, Cutter NC. Immobility.In: Hazzard WR, Blass JP,
dengan memiringkan pasien ke kiri dan ke kanan serta Ettinger WH, Halter JB, Ouslander JG. Principles of geriatric
mencegah terjadinya gesekan juga dapat mencegah medicine and gerontology. 4'h ed. New York:McGraw-
Hill;1999.p.1565-75.
dekubitus. Pemberian minyak setelah mandi atau
Albers GW, Amrenco B Easton JD, et al. Antithrombotic and throm-
mengompol dapat dilakukan untuk mencegah maserasi. bolytic therapy for ischemic stroke. Chest
Program latihan jasmani yang dilakukan harus 200 I ; I I 9(Suppl):300S-20S
disesuaikan dengan kondisi pasien, berdasarkan ada Aschwanden M, Labs KH, Jeanneret C, Gehrig A, Jaeger KA. The
tidaknya penyakit, status imobilisasinya, tingkat aktivitas, value of rapid D-dimer testing combined with structured clinical
dan latihannya. Pasien yang baru sembuh dari penyakit evaluation for the diagnosis of deep vein thrombosis. J Vasc
akut tetapi masih belum banyak bergerak harus menghindari Surg 1999;30:929-35
Aschwanden M, Labs KH, Jeanneret C, Gehrig A, laeger KA. The
latihan jasmani yangberat secara tiba-tiba. Sebaliknya
value of rapid D-dimer testing combined with structured clinical
pasien harus didorong untuk program latlhanjasmani
evaluation for the diagnosis of deep vein thrombosis. J Vasc
secara bertahap. Surg 1999;30:929-35.
Kontol tekanan darah secara terafur dan penggunaan Cohen AT, Zaw HM, Alikhan R. Benefits of deep-vein thrombosis
obat-obatan yang dapat menyebabkan penunman tekanan prophylaxis in the nonsurgical patient: The MEDENOX trial.
864 GERIIIIIRI

Seminars in Hematology 2001; 38(2):31-8. Piliotis G Geerts WH. Prevention of venous thromboembolism in
Denstman F, Lowry A, Vemava A, Burnstein M, Fazio Y Gleruron E, the elderly. Geriatrics and aging 2001;4(8):20-1,38
et al. Practice parameters for the prevention of venous throm- Resnick NM. Geriatric medicine. In: Braunwald, Fauci, Kasper,
boembolism. Practice parameters 2000 August;43(8). Didapat Hausel Longo, Jameson. Editors. Harisson's principles of in-
dari: http://www.fascrs.org/ascrspppvt.html. ternal medicine. 15'h ed. USA: McGraww-Hill; 2001.p. 36-46.
Ebell MH. Evaluation of the patient with suspected deep vein throm- Sato Y, Oizumi K, Kuno H, Kaji M. Effect of immobilization upon
bosis. J Fam Pract 2001;50:167-71 renal sl.nthesis of 1,25-dihydroxivitamin D in disabled elderly
Fancher TL, White RH, Kravitz RL. Combined use of rapid D- stroke patients. Bone 1999 March;24(3):271-5
Dimer testing and estimation of clinical probability in the diag- Sato Y, Kuno H, Asoh T, Honda Y, Oizumi K. Effect of immobiliza-
nosis of deep vein thrombosis:systematic review. BMJ tion on vitamin D status and bone mass in chronically hospital-
' 2004;329:821-9 ized disabled stroke patients. Age and Ageing 1999;28:265-9
Geerts WH., Heit JA, Clagett GP, et al. Late deep venous Setiati S. Imobilisasi: masalah dan pengelolaannya di bidang geriatri.
thrombosis and dilayed weightbearing after total hip arthoplasty. Maj Kedokt Indon 1999 Agust; 49(8):328-31.
Clin Orthop 1999;361:123-3O. Seiler WO. Consequences of immobility. Dalam: Evans JG Williams
Geiger M, Binder BR. Pathophysiologic der immobilisation. Wiener TF, Beattie BL, Michel JB Wileock GK. Editors. Geriatric medi-
Medizinische Wochenscrhrift 1999 Jan;t49(2-4):33-4. cine, New York: Oxford University Press; 2000'p.1175-81.
Hale LP, Owen J. Thrombotic and hemonhagic disorden. h HazzNd Setiati S. Pedoman pengelolaan imobilisasi pada pasien geriatri. Dalam:
W\ Blass JP, Ettinger WH, Halter JB, Ouslander JG Principles of Soejono CH, Setiati S, Wiwie M, Silaswati S. Editor. Pedoman
Geriatric Medicine and Gerontology. 4h ed. New York:McGraw- pengelolaan kesehatan pasien geriatri untuk dokter dan perawat.
Hill;1999.p.933-47. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Penyakit Dalam -
Kane RL, Ouslander JG, Abras IB. Immobility. In : Kane RL. Editors. FKUI; 2000.p. 115-22.
Essential of clinical geriatrics. New York: McGraw Hill; 2004.p. Samama MM, Cohen AT, Darmon J-Y, et al. A comparison of
24s-77. enoxaparin with placebo for the prevention of venous throm-
Kahn RS. The clinical diagnosis of deep venous thrombosis inte- boembolism in acute ill medical patiens. N Eng J Med
grating incidence, risk factors, and symptoms and signs. Arch 1999;341:793-800.
Intern Med 1998;158:23 15-23. Tovey C, Wyatt S. Diagnosis, investigation, and management of
Kiekegaard A, Norgen L, Olson C-G Castenfors J, Perrson Q Persson deep vein thrombosis. BMJ 2003;326:1180-4
S. Incidence of deep vein thrombosis in bedridden non-surgical Van Gorp ACM, Brandjes DPM, Cate JWT' Rational antithrombotic
patients. Acta Med Scand. 1987;22:409-14. therapy and prophylaxis in elderly, immobile patient' Drug &
Neuhaus A, Berfrzz RR, Weg JG. Pulmonary embolism in respiratory Aging 1998, Aug 13(2):145-57.
failure. Chest 1978;73:460-5
135
INKONTINENSIA URIN DAN
K^A.NDUNG KEMIH HIPERAKTIF
Siti Setiati, I Dewa Putu Pramantara

PENDAHULUAN sebagai keluamya urin yang tidak terkendali pada waktu


yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan
Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan
cukup sering dijumpai pada orang berusia lanjut, higienis penderitanya. Untuk kepentingan penelitian
khususnya perempuan. Inkontinensia urin seringkali tidak epidemiologi, definisi di atas yang dipergunakan. Dalam
dilaporkan oleh pasien atau keluarganya, antara lain karena menentukan prevalensi inkontinensia urin di klinik, tempat
menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah perawatan kronik, klinik rawat siang, dan masyarakat masih
yang memalukan atau tabu untuk diceritakan, digunakan definisi yang beragam dalam hal frekuensi,
ketidaktahuan mengenai masalah inkontinensia urin, dan derajat keparahan, volume urin yang keluar, dan
menganggap bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu determinasi keluarnya urin. Tabel I menunjukkan
yang wajar terjadi pada orang usia lanjut serta tidak perlu keragaman definisi yang dipergunakan dalam penelitian
diobati. Pihak kesehatan, baik dokter maupun tenaga medis prevalusi inkontinensia urin.
yang lain juga tidak jarang tidak memahami tatalaksana
inkontinensia urin dengan baik atau bahkan tidak
mengetahui bahwa inkontinensia urin merupakan masalah
kesehatan yang dan dapat diselesaikan. 1. Definisi Keluarnya Urin
Kesulitan menahan berkemih sampai mencapai toilet.
Berbagai komplikasi dapat menyertai inkontinensia urin Keluarnya air kencing yang tidak diharapkan.
seperti infeksi saluran kemih, kelainan kulit, gangguan tidur, Hilangnya pengendalian berkemih.
problem psikososial seperti depresi, mudah marah, dan Underpanfs basah.
rasa terisolasi. Secara tidak langsung masalah - masalah 2. Definisi Keparahan
Sekali atau lebih.
tersebut juga dapat menyebabkan dehidrasi karena Dua kali atau lebih.
umumnya pasien akan mengurangi minum karena khawatir Tiga kali atau lebih.
mengompol. Dekubitus, infeksi saluran kemih berulang, Menyebabkan problem sosial atau kebersihan.
jatuh, dan tidak kalah pentingnya adalah biaya perawatan 3. Definisi Frekuensi
Selalu terjadi.
yang tinggi untuk pembelian popok. Berbagaiupaya dapat Terjadi 1 tahun yang lalu.
dilakukan untuk mengatasi masalah inkontinensia urin, Terjadi 1 bulan yang lalu.
Terjadi 1 minggu yang lalu.
baik bersifat nonfarmakologis maupun terapi obat dan
Terjadi setiap hari.
pembedahan jika diketahui dengan tepat jenis atau tipe
inkontinensianya.
Overactive bladder atau kandung kemih hiperaktif (KKH)
adalah kelainan pada kandung kemih yang mengakibatkan
DEFINISI penderitanya mengalami keinginan berkemih tidak
tertahankan (urgensi), miksi yang sering, dengan atau
Dari aspek klinis praktis, inkontinensia urin didefinisikan tanpa inkontinensia urin.

865
866 GERI'ITRI

PREVALENSI dan disuplai oleh saraf pudendal, sedangkan otot


detrusor kandung kemih dan sfingter uretra intemal berada
Prevalensi inkontinensia urin sulit ditentukan dengan pasti. di bawah kontrol sistem saraf otonom, yang mungkin
Hal ini disebabkan karena hasil penelitian epidemiologi dimodulasi oleh korteks otak.
yang beragam dalam subjek penelitian, metode kuesioner, Kandung kemih terdiri atas 4lapisan, yakni lapisan
dan definisi inkontinensia urin yang digunakan. Sekitar 50% serosa, lapisan otot detruso! lapisan submukosa, dan
usia lanjut di instalasi perawatan kronis dan ll-30% di lapisan mukosa. Ketika otot detrusor berelaksasi,
masyarakat mengalami inkontinensia urin. Prevalensinya pengisian kandung kemih terjadi, dan bila otot kandung
meningkat seiring dengan peningkatan umur. Perempuan kemih berkontraksi pengosongan kandung kemih atau
lebih sering mengalami inkontinensia urin daripada lai-laki proses berkemih berlangsung. Kontraksi kandung kemih
denganperbandingan 1,5 : 1. disebabkan oleh aktivitas parasimpatis yang dipicu oleh
Survei inkontinensiaurin yang dilakukan oleh Divisi asetilkolin pada reseptor muskarinik. Sf,rngter uretra in-
Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto ternal menyebabkan uretra terhltup, sebagai akibat kerja
Mangunkusumo pada 208 orang usia lanjut di lingkungan aktivitas saraf simpatis yang dipicu oleh nora-
Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) di Jakarta (2002) drenalin.
mendapatkan angka kejadian inkontinensia urin tipe stres Otot detrusor adalah otot kontraktil yang terdiri atas
sebesar 32,20 . Sedangkan survei yang dilakukan di beberapa lapisan kandung kemih. Mekanisme detrusor
Poliklinik Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo meliputi otot detrusor, saraf pelvis, medula spinalis, dan
(2003) terhadap 179 pasien geriatri didapatkan angka pusat saraf yang mengontrol berkemih. Ketika kandung
kejadian inkontinensia urin stres pada laki-laki sebesar kemih seseorang mulai terisi oleh urin, rangsang saraf
20,50 dan pada perempuan sebesar 32,5yo. Penelitian di diteruskan melalui saraf pelvis dan medula spinalis ke
Poli Geriatri RS Dr. Sardjito mendapatkan angkaprevalensi pusat saraf kortikal dan subkortikal. Pusat subkortikal
inkontinensia urin I 4,7 4o/o. (pada ganglia basal dan serebelum) menyebabkan
KKH terjadi pada 16,50/o pada populasi di Amerika kandung kemih berelaksasi sehingga dapat mengisi
Serikat dengan 6,lYo disertaiinkontinensia (KKH basah) tanpa menyebabkan seseorang mengalami desakan untuk
dan 10,4 %otanpa inkontinensia (KKH kering). National berkemih. Ketika pengisian kandung kemih berlanjut, rasa
Ov er a c t iv e B I add er Ev alu at i on (N O B L E), pr o gr am y ang penggembungan kandung kemih disadari, dan pusat
meneliti inkontinensia urin pada 5204 orang dewasa di kortikal (pada lobus frontal), bekerja menghambat
Amerika Serikat memperkirakan jumlah perempuan di pengeluaran urin. Gangguan pada pusat kortikal dan
ll.egara tersebut yang mengalami inkontinensia urin subkortikal karena obat atau penyakit dapat mengurangi
sebesar 14,8 juta orang, sepertiga di antarar,ya merupakan kemampuan menunda pengeluaran urin.
inkontinensia urin tipe campuran (34,4oh). Penelilian lain Ketika terjadi desakan berkemih, rangsang saraf dari
yang dilakukan oleh Diokno dkk, pada perempuan usia koteks disalurkan melalui medula spinalis dan syaraf pel-
lanjut di atas 60 tahun (Medical, Epidemiological, and vis ke otot detrusor. Aksi kolinergik dari saraf pelvis
Social Aspect of AginglMESA) mendapatkan dari 1150 kemudian menyebabkan otot detrusor berkontraksi
subyek yang dipilih secara random, 434 orang di sehingga terjadi pengosongan kandung kemih.
arfiarartya mengalami inkontinensia urin. Dari mereka Interferensi aktivitas kolinergik saraf pelvis menyebabkan
yang mengalami inkontinensia urin merupakan
55,5o/o pengurangan kontraktilitas otot.
inkontinensia urin tipe campuran, 26,7o/o dengan Kontraksi otot dekusor tidak hanya tergantung pada
inkontinensia urin tipe stres saja, 9o/o dengan inervasi kolinergik oleh saraf pelvis. Otot detrusor juga
inkontinensia urin tipe urgensi saja, dan 8,8olo dengan mengandung reseptor prostaglandin . Prostaglandin-in-
diagnosis lain. hibiting drugs dapat mengganggu kontraksi detrusor.
Kontraksi kandung kemih juga calcium-channel depen-
dent. Oleh karena ito, calcium channel blockers dapat
FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI BERKEMIH juga mengganggu kontraksi kandung kemih.
Inervasi sfingter uretra intemal dan eksternal bersifat
Proses berkemih normal merupakan proses dinamis yang kompleks. Untuk memberikan pengobatan dan
memerlukan rangkaian koordinasi proses fisiologik penatalaksanaan inkontinensia yang efektif, petugas
berurutan yang pada dasamya dibagi menjadi 2 fase yaitu kesehatan harus mengerti dasar inervasi adrenergik dari
fase penyimpanan dan fase pengosongan. Diperlukan sfingter danhubungan anatomi ureter dan kandung kemih.
keutuhan struktur dan fungsi komponen saluran kemih Aktivitas adrenergik-alfa menyebabkan sfingter uretra
bawah, kognitif, fisik, motivasi, dan lingkungan . berkontraksi. Untuk itu, pengobatan dengan agonis
'Proses berkemih normal melibatkan mekanisme adrenergik-alfa (pseudoefedrin) dapat memperkuat
dikendalikan dan tanpa kendali. Sfingter uretra eksternal kontraksi sfingter, sedangkan zat alpha-blocking
dan otot dasar panggul berada di bawah kontrol volunter (terazosin tHyfrin]) dapat mengganggu penutupan sfingter.
INKONTINENSIA URIN DAIY KANDUNG KEMIH HIPERAKTIF 867

Inervasi adrenergik-beta menyebabkan relaksasi sfingter


uretra. Karena ilu, zat beta-adrenergic blocking (propra-
nolol) dapat mengganggu karena menyebabkan relaksasi
uretra dan melepaskan aktivitas kontraktil adrenergik-alfa. 1

Komponen penting lainnya dalam mekanisme sfingter


adalah hubungan uretra dengan kandung kemih dan
rongga perut. Mekanisme sfingter berkemih memerlukan
angulasi yang tepat antara uretra dan kandung kemih.
Fungsi sfingter uretra normaljuga tergantung pada posisi
yang tepat dari uretra sehingga dapat meningkatkan
tekanan intra-abdomen secara efektif ditransmisikan ke t!!-q51
A Ko nergik paras mpatk Kontraks kandung kem
uretra. Bila uretra pada posisi yang tepat, urin tidak akan
h
(Nervus erigenus)
B
keluar pada saat terdapat tekanan atau batuk yang Simpatetk Relaksasi kandung kemih
(denqan menghambat Lonus
pa rasim pa lis)
meningkatkan tekanan intra-abdomen. C Simpatetik Relaksas kandung kem h
Gambar I darr 2 berikut melukiskan beberapa D Simpatetik
(adreaenerik Il)
Kontraksi leher kand!n! kemih
dan uretra (adgenerik 0)
komponen yang terlibat dalam mempertahankan proses E Somatik (Nerv!s pudendus) Kontraksi oiot dasar paiggu
miksi dan sekaligus kontinen urin.
Mekanisme dasar proses berkemih diatur oleh refleks- Gambar 2. Saraf-saraf perifer yang terlibat dalam proses
refleks yang berpusat di medula spinalis segmen sakral berkemih
yang dikenal sebagai pusat berkemih. Pada fase pengisian
(penyimpanan) kandung kemih, terjadi peningkatan
aktivitas saraf otonom simpatis yang mengakibatkan batang otak, korteks serebri, dan serebelum. Bagaimana
penutupan leher kandung kemih, relaksasi dinding proses neurofisiologik ini beroperasi dalam proses miksi
kandung kemih, serta penghambatan aktivitas belum diketahui dengan jelas. Umumnya dikatakan bahwa
parasimpatis dan mempertahankan inervasi somatik pada peranan korteks serebri adalah menghambat sedangkan
otot dasar panggul. Pada fase pengosongan, aktivitas
simpatis dan somatik menurun, sedangkan parasimpatis
Aktiv las EMG
meningkat sehingga terjadi kontraksi otot detrusor dan (dasar

pembukaan leher kandung kemih. Proses refleks ini 25


Aliran ur n
dipengaruhi oleh sistem saraf yang lebih tinggi yaitu (mL/men t)
0

50

Tekanan
(cm H,0 )
U teka

De[usor

Pengisian volume kandung kemih (mL) Lama pengosongan kandung kem h


(d e Uk)

Gambar 3. Skematik fungsi dinamik traktus urinarius bawah dalam


proses pengisian dan pengosongan kandung kemih

batang otak dan supra spinal memfasilitasi. Secara


urodinamik proses berkemih dapat dilihat pada Gambar 3.
Nervus Hipogastrik
(simpateiik)

1-----_:t- .,r y PROSES MENUA DAN INKONTINENSIA URIN

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kejadian


rusat miksi inkontinensia urin meningkat seiring dengan lanjutnya
Drostat 1l? usia. Usia lanjut bukan penyebab terjadinya inkontinensia
,_'r.sakral
Uret ..-.^,1-) urin, artinya sindrom ini bukan merupakan kondisi normal
pada usia lanjut melainkan merupakan faktor predisposisi
Gambar 1. Komponen-komponen struktural proses berkemih (kontributor) terjadinya inkontinensia urin.
normal
868 GERIATRI

Proses menua baik pada laki-laki maupun perempuan pada sistem urogenital bawah mengakibatkan posisi
telah diketahui mengakibatkan perubahan-perubahan kandung kemih prolaps sehingga melemahkan tekan ar ata,u
anatomis dan fisiologis pada sistem urogenital bagian tekanan akhiran kemih keluar seperti terlihat pada
bawah. Perubahan-perubahan tersebut berkaitan dengan Gambar4.
menurunkan kadar estrogen pada perempuan dan hormon Dari pembahasan dampak proses menua terhadap
androgen pada laki-laki. Secara singkat perubahan struktur anatomi dan fisiologis sistem urogenital bawah
anatomik dan fisiologik saluran urogenital bagian bawah dapat dipahami bahwa usia lanjut merupakan faktor
dapat dilihat pada Tabel 3 . Pada dinding kandung kemih kontributor terj adinya inkontinensia tipe stres, urgensi.
terjadi peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen dan luapan (overflow).
sehingga mengakibatkan fungsi kontraktil tidak efektif
lagi, dan mudah terbentuk trabekulasi sampai
Tekanan
divertikel. lniraabdomen
Atrofi mukosa, perubahan vaskularisasi submukosa,
dan menipisnya lapisan otot uretra mengakibatkan
menunrnnya tekanan penufupan uretra dan tekanan out-

stres

Kandung Kemih Perubahan Morfologis


Gambar 4. Posisi kandung kemih pada 2 situasi yang berbeda. a
. Trabekulasi t = normal; 5 = prolaps akibat lemahnya otot dasar panggul
. Fibrosis t
. Saraf autonom J
. Pembentukan divertikula FAKTOR RISIKO
Perubahan Fisiologis
. Kapasitas J
Prevalensi inkontinensia urin meningkat seiring
. Kemampuan menahan kencing I meningkatnya usia. Inkontinensia urin lebih banyak terjadi
. Kontraksi lnvolunter t
. pada perempuan dibandingkan laki-laki. Usia lanjut
Volume residu pasca berkemih t
Uretra Perubahan Morfologis seringkali memiliki kondisi medik yang dapat mengganggu
. Komponen selular I proses berkemih yang secara langsung mempengaruhi
. Deposit kolagen t fungsi saluran berkemih, perubahan status volume dan
Perubahan Fisiologis ekskresi urin, atau gangguan kemampuan untuk ke jamban.
. Tekanan penutupan J
Pada orang usia lanjut di masyarakat, inkontinensia urin
. Tekanan akhiran keluar 0
dikaitkan dengan depresi, transienl ischaemic altacks dan
Prostat Hiperplasi dan membesar
Vagina
strok, gagal jantung kongestif, konstipasi dan
Komponen selular J
Mukosa atrofi
inkontinensia feses, obesitas, penyakit paru obstruktif
Dasar Panggul Deposit kolagen t kronik, batuk kronik, dan gangguan mobilitas. Pada orang
Rasio jaringan ikalotot f usia lanjut di panti, inkontinensia urin dikaitkan dengan
Otot melemah terdapatnya gangguan mobilitas, demensia, depresi, strok,
diabetes, dan Parkinson.
Risiko inkontinensia urin meningkat padaperempuan
Jlow. P adalakt-laki terjadi pengecilan testis dan pembesaran dengan nilai indeks massa tubuh yang iebih besar, dengan
kelenjar prostat sedangkan pada perempuan terjadi riwayat histerektomi, infeksi utin, dan trauma perineal.
penipisan dinding vagina dengan timbulnya eritema atau Melahirkan per vaginam akan meningkatkan risiko
ptekie, pemendekan dan penyempitan ruang vagina serta inkontinesia urin tipe stres dan tipe campuran.
berkurangnya lubrikasi dengan akibat meningkatnya pH Penelitian terhadap 5418 usia lanjut di luar negeri
lingkungan vagina. mendapatkan tiga faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Telah diketahui dengan baik bahwa dasar panggul dan berhubungan secara bermakna dengan inkontinenisa
(pelvic /loor) mempunyai peran penting dalam dinamika urin, yaitu infeksi saluran kemih, keterbatasan aktivitas,
miksi dan mempertahankan kondisi kontinen. Melemahnya dan faktor gangguan lingkungan.
fungsi dasar panggul disebabkan oleh banyak faktor baik
fisiologis maupun patologis (trauma, operasi, denervasi
neurologik). Perubahan fisiologis akibat proses menua PENYEBAB DAN TIPE INKONTINENSIA
pada organ dasar panggul seperti tercantum pada Tabel 3.
Secara keseluruhan perubahan akibat proses menua Perlu ditekankan sekaU lagi bahwa usia lanjut bukan
INKONTINENSIA URIN DAN KANDUNG KEMIH HIPERAKTIF 869

sebagai penyebab inkontinensia urin. Mengetahui tungkai bawah akan mengakibatkan nokturia dan
penyebab inkontinensia urin penting dalam inkontinensia akut malam hari.
penatalaksanaannya yang tepat. Perlu dibedakan 4 Jangan dilupakan bahwa inkontinensia urin akut
penyebab pokok yaitu: gangguan urologik, neurologis, terutama pada laki-laki sering berkaitan dengan retensi
fungsional/psikologis, dan iatrogenik/lingkungan. Perlu urin akibat hipertrofi prostat. Skibala dapat
dibedakan pula antara inkontinensia urin akut dan kronik mengakibatkan obstruksi mekanik pada bagian distal
(persisten). Inkontinensia akut terjadi secara mendadak, kandung kemih baik pada laki-laki maupun perempuan
biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau prob- yang selanjutnya menstimulasi kontraksi otot detrusor
lem iatrogenik yang menghilang jika bila kondisi akut involunter. Evaluasi terhadap pemakaian obat penting
teratasi atau problem medikasi dihentikan. Inkontinensia dalam menentukan kemungkinan penyebab inkontinensia
persisten merujuk pada kondisi urikontinensia yang tidak urin baik akut maupun kronik. Beberapa golongan obat
berkaitan dengan kondisi akut/iatrogenik dan telah diketahui seperti: diuretik, anti kolinergik,
berlangsung lama. Penyebab inkontinensia urin akut psikotropik, analgesik-narkotik, penghambat adrenergik
dapat di ingat dengan akronim DRIP seperti tercantum alfa, agonis adrenergik alfa, penghambat calsium
padaTabel4. channel, dan lain lain.
Ahli lain memakai akronim yang lebih lengkap yaitu
DIAPPERS seperti terlihat pada Tabel 5.
Delirium merupakan gangguan kognitif akut dengan INKONTINENSIA URIN KRONIK.PERSISTEN
latar belakang yang beragam seperti dehidrasi, infeksi paru,
gangguan metabolisme, dan elektrolit. Delirium Secara klinis, dibagi 4 tipe, namun dalam kenyataannya
menyebabkan proses hambatan refleks miksi berkurang sering terjadi tumpang tindih satu dengan lainnya. Ada 2
sehingga menimbulkan inkontinensia yang bersifat kelainan mendasar pada fungsi saluran kemih bawah yang
sementara. Usia lanjut dengan kecenderungan mengalami melatarbelakangi inkontinensia persisten y?itu: 1).
frekuensi, urgensi, dan nokturia akibatproses menua akan Kegagalan menyimpan urin pada kandung kemih akibat
mengalami inkontinensia kalau terjadi gangguan mobilitas hiperaktif atau menurunnya kapasitas kandung kemih atau
oleh karena berbagai sebab seperti gangguan lemahnya tahanan saluran keluar, dan 2). Kegagalan
muskuloskeletal, tirah baring dan perawatan di rumah sakit. pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi
Inflamasi dan infeksi pada saluran kemih bawah akan otot detrusor atau meningkatnya tahanan aliran
meningkatkan kejadian frekuensi, urgensi, dan dapat keluar.
mengakibatkan inkontinensia. Kondisi-kondisi yang Inkontinensia urin tipe urgensi ditandai dengan
mengakibatkan poliuria seperti hiperglikemia, ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi
hiperkalsemia, pemakaian diuretika dan minum banyak berkemih muncul. Manifestasinya berupa urgensi,
dapat mencetuskan inkontinensia akut. Kondisi kelebihan frekuensi, dan nokturia. Kelainan ini dlbagi2 subtipe yaitu
cairan seperti gagaljantung kongestif insufisiensi vena motorik dan sensorik. Subtipe motorik disebabkan oleh
lesi pada sistem saraf pusat seperti stroke, parkinsonism,
tumor otak dan sklerosis multipel atau adanya lesi pada
medula spinalis suprasakral. Subtipe sensorik disebabkan
D Delirium oleh hipersensitivitas kandung kemih akibat sistitis,
R Restricted Mobility, retention uretritis, dan divertikulitis. Inkontinensia urin tipe stres
I nfection, I nfl a m m atio n, Im paction
I
terjadi akibat tekanan intraabdominal yang meningkat
P Polyuria, pharmaceuticals
seperti batuk, bersin, atau mengejan, terutama terjadi pada
perempuan usia lanjut yang mengalami hipermobilitas
uretra dan lemahnya otot dasar panggul akibat seringnya
D Delirium or acute confusional state melahirkan, operasi dan penurunan estrogen.
I lnfection, urinary Meningkatnya tegangan kandung kemih akibat obstruksi
A Atrophic vaginitis or urethitis prostat hipertrofi pada laki-laki atau lemahnya otot
P Pharmaceutical
. Sedative hypnotic detrusor akibat diabetes melitus, trauma medula spinalis,
. Loop diuretics obat-obatan dapat menimbulkan inkontinensia urin tipe
. Anti-cholinergic agents ove(low. Manifestasi klinisnya berupa berkemih sedikit,
. Alpha-adrenergic agonist and antagonist pengosongan kandung kemih tidak sempurna, dan
. Calcium channel blochers
P P sychologic di sorde rs : d e pre ssi on nokturia. Inkontinensia urin tipe fungsional terjadi akibat
E Endocrine disorders penur"unan berat frrngsi fisik dan kognitif sehingga pasien
R Restricted mobility tidak dapat mencapai toilet pada saat yang tepat. Hal ini
s Stoolilmpaction
terjadi biasanya pada demensia berat, gangguan mobilitas
870 GERI,IITRI

(artritis genu, kontraktur), gangguan neurologik dan


psikologik. Secara skematis ke 4 tipe inkontinensia urin
dapat dilihatpada Gambar 5. Semua Pasien
Pada pasien geriatri sering pula terjadi inkontinensia . Riwayat penyakit termasuk kartu catatan berkemih
tidak satu tipe melainkan merupakan tipe campurat, ata:u
. Pemeriksaan fisik
. Urinalisis
kombinasi dari 2 tipe atau lebih. Inkontinensia tipe . Pengukuran volume residu urin postmiksi
campuran yang sering terjadi adalah kombinasi antara 2. Pasien Dengan Kondisi Tertentu
inkontinensia urin tipe stres dan urgensi. . Laboratorium
) Kultur urin
F Sitologi urin
F Gula darah, Kalsium darah
> Uji fungsi ginjal
> USG ginjal
. Pemeriksaanginekologik
. Pemeriksaan urologik
. Cystouretroskopi
. Uji Urodinamik
! Simpel :
. Observasi proses pengosongan kandung
kemih
. Uji batuk
, Cystometri simpel
F Kompleks :
. Uine flowmetry
. Multichannelcystometrogram
. Pressure-flow study
. Leak-point pressure
. Urethral pressure profilometry
. Sphincterelectromyography
Gambar 5. Tipe-tipe inkontinensia urin persisten . Video urodynamics.

inflamasi, keganasan. Penilaian khusus terhadap mobilitas


DIAGNOSIS
pasien, status mental, kemampuan mengakses toilet akan
membantu penanganan pasien yang holistik. Pencatatan
Diagnosis inkontinensia urin berhrjuan untuk :
aktivitas berkemih (bladder record alau voiding diary),
1. Menentukan kemungkinan inkontinensia urin tersebut
baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap dapat
reversibel.
membantu menentukan jenis dan beratnya inkontinensia
Menentukan kondisi yang memerlukan uji diagnostik
urin serta evaluasi respon terapi. Contoh pencatatan
khusus.
aktivitas berkemih dapat dilihat pada lampiran.
Menentukan jenis penanganan operatif, obat, dan
Pengambilan sampel urin untuk dianalisis dengan cara
perilaku.
yang benar dapat memberikan informasi tentang adanya
Langkah pertama proses diagnosis adalah identifrkasi infeksi, sumbatan akibat batu saluran kemih atau tumor.
inkontinensia urin melalui observasi langsung atau Pemeriksaan residu urin pasca miksi baik dengan kateter
mengajukan pertanyaan-pertanyaan penapis. Untuk maupun ultrosonografi dapat membantu menentukan ada
mencapai tujuan diagnosis dilakukan pendekatan yang tidaknya obstruksi saluran kemih. Bila volume residu urin
komprehensif beberapa aspek: riwayat penyakit, sekitar 50 ml menunjukkan gambaran inkontinensia tipe
pemeriksaan fisik terarah, urinalisis, volume residu urin stres, sedangkan volume residu urin lebih dari 200 cc
pasca berkemih dan pemeriksaan penunjang khusus. menunjukkan kelemahan detrusor atau obstruksi.
Komponen-komponen evaluasi diagnostik dapat dilihat Pemeriksaan-pemeriksaan dengan prosedur khusus
pada Tabel 6. seperti pada Tabel 6hanya dilakukan pada kasus-kasus
Melalui anamnesis kita harus dapat memperkirakan dengan riwayat dan pemeriksaan fisik sebagai berikut :
karakteristik inkontinensia, problem medik dan medikasi operasi atau radiasi daerah urigenital bawah, infeksi saluran
yang sedang dijalani, gejala-gejala lain yang sangat kemih berulang, prolaps (cystocele) berat, hipertrofi
mengganggu, dan dampak inkontinensia urin terhadap prostat atau kanker, gagahya kateterisasi nomor 14, vol'
kualitas hidup pasien dan orang yang merawatnya. ume residu urin pasca miksi > 200 ml, hematuria tanpa
Pemeriksaan fisik lebih ditekankan pada pemeriksaan petunjuk infeksi saluran kemih, dan gagal terapi yang telah
abdomen, rektum, genital dan evaluasi persyarafan diberikan.
lumbosakral. Pemeriksaan pelvis perempuan penting Berdasarkan pendekatan diagnostik yang meliputi
untuk menemukan beberapa kelainan seperti prolaps, beberapa aspek, dapat dipahami bahwa sejak awal evaluasi
INKONTINENSIA URIN DAN KANDUNG KEMIH HIPERAKTIF 871

penderita inkontinensia urin harus bersifat multidimensi yang baik dari pasien. Secara umum strategi meliputi
yang sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim. Pendekatan edukasi pada pasien atau pengasuh pasien (caregiver).
multidimensi ini dikenal dengan pengkajian geriatri khusus Intervensi perilaku meliputi bladder training, habit
inkontinensia urin. Pada Gambar 6 berikut disampaikan training, prompted voiding, dan latihan otot dasar
algoritme evaluasi inkontinensia urin. panggul. Teknikteknik canggih yang dapat melengkapi
teknik behavioral ini antara lain stimulasi elektrik,
biofeedback, dan neuromodulasi.
Evaluasi awal Bladder training merupakan salah satu terapi yang
- Riwayat yang terfokus efektifdi antara terapi non farmakologik lainnya. Terapi
- Pemeriksaan fisis terarah
- U rinalisis ini bertujuan mempetpanjang interval berkemih yang
- Residu pascam iksi normal dengan teknik distraksi atau teknik relaksasi
I
sehingga frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari atau
tI

3-4 jamsekali. Pasien diharapkan dapat menahan sensasi


untuk berkemih. Pasien diinstruksikan untuk berkemih
pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam,
selanjutnya interval berkemih diperpanjang secara
bertahap sampai pasien ingin berkemih setiap 2-3 jam.
ldentifikasi pemeriksaan khusus ? t. Teknik ini terbukti bermanfaat pada inkontinensia urgensi
dan stres, namun untuk ifu diperlukan motivasi yang kuat
1
I -lEvaluasi:
r..^r..
- u rologi dari pasien untuk berlatih menahan keluarnya urin dan
Tidak - Ginekologi hanya berkemih pada interval waktu tertentu saja.
| - Urodinamik
Latihan otot dasar panggul merupakan terapi yang
I
Terapi empiris
efektif untuk inkontinensia urin tipe stres atau campuran
dan tipe urgensi. Latihan dilakukan tiga sampai lima kali
- 0bat dan atau behavioral
- Suportif dan behavioral sehari dengan 1 5 kontraksi dan menahan hingga I 0 detik.
Penelitian uji klinik menunjukkan bahwa 56-77% pasien
I mengalami perbaikan dalam jangkapendek dengan latihan
tersebut. Terdapat pula penelitian yang menunjukkan
T dak memba k
bahwa peningkatan perbaikan akan timbul selama paling
Gambar 6. Algoritme evaluasi inkontinensia urin tidak l0 tahun. Latihan dilakukan dengan membuat
kontraksi berulang-ulang pada otot dasar panggul.
Dengan memperkuat otot tersebut, latihan ini diharapkan
dapat meningkatkan kekuatan uretra untuk menutup
TATALAKSANA secara sempuma. Sebelum pasien menjalani latihan, harus
dilakukan lebih dahulu pemeriksaan vagina atau rektum
Telah dikenal beberapa modalitas terapi dalam untuk menetapkan apakah mereka dapat
penatalaksanaan pasien dengan inkontinensia urin. mengkontraksikan otot dasar panggulnya.
Umumnya berupa tatalaksana non farmakologis, Habit training memerlukan penjadwalan waktu
farmakalo gis, maupun pembedahan. berkemih. Diupayakan agar jadwal berkemih sesuai
Tidak ada satu modalitas terapi yang dapat mengatasi dengan pola berkemih pasien sendiri. Teknik ini
semua jenis inkontinensia urin, sebaliknya satu tipe sebaiknya digunakan pada inkontinensia urin tipe
inkontinensia urin diatasi dengan beberapa modalitas fungsional dan membutuhkan keterlibatan petugas
terapi bersama-sama. Spektrum modalitas terapi meliputi: kesehatan atau pengasuh pasien. Prompted voiding
terapi non farmakologis meliputi terapi suportif non- dilakukan dengan cara mengajari pasien mengenali
spesif,rk (edukasi, manipulasi lingkungan, pakaian dan kondisi atau status kontinensia mereka serta dapat
pads tertentr); intervensi tingkah laku (latihan otot dasar memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin
panggul, latihan kandung kemih, penjadwalan berkemih, berkemih. Teknik ini digunakan pada pasien dengan
latihan kebiasaan); terapi medikamentosa; operasi; dan gangguan fungsi kognitif.
pemakaian kateter. Keberhasilan penanganan pasien Terapi biofeedback bertujuan agar pasien mempu
tergantung pada keberhasilan proses diagnosis dalam mengontrol/menahan kontraksi involunter otot detrusor
menentukan tipe inkontinensia, faktor-faktor kontribusi kandung kemihrya. Cara biofeedback mempunyai kendala
reversibel, dan problem medik akut. karena penderita perlu mempunyai intelegensia yang
Intervensi perilaku yang merupakan tatalaksana non cukup untuk dapat mengikuti petunjuk pelatihnya,
farmakologis memiliki risiko yang rendah dengan sedikit sementara pelatihnya sendiri harus mempunyai kesadaran
efek samping, namun memerlukan motivasi dan kerjasama dan motivasi yang tinggi karena waktu yang diperlukan
872 GERI'IIRI

untuk dapat mendidik satu orang pasien dengan cara ini


cukup lama.
Stimulasi elektrik merupakan terapi yang Modalitas sgportif non-spesifi k
menggunakan dasar kejutan kontraksi otot pelvis dengan .Edukasi
menggunakan alat-alat bantu pada vagina atau rektum. .Memakai substitusi toilet
Terapi ini tidak begitu disukai oleh pasien, karena pasien
.Manipulasi lingkungan
.Pakaian tertentu dan pads
harus menggunakan alat dan kemajuan dari terapi ini .Modifikasi intaks cairan dan obat
terlihat lamban. lntervensi behavioral
Neuromodulasi merupakan terapi dengan .Bergantung pasien
. Latihan otot pelvis
menggunakan stimulasi saraf sakral. Mekanisme yang . Bladder training
pasti dari teknik ini masih belum diketahui, tetapi diduga . Bladder retraining
karena adanya kegiatan interneuron tulang belakang atau .Bergantung caregiver
neuron adrenergik beta yang menghambat kegiatan '.Penjadwalan miksi
Latihan kebiasaan
kandung kemih. Beberapa penelitian menunjukkan .Prompted voiding
bahwa neuromodulasi merupakan salah satu cara .Obat
penatalaksanaan kandung kemih hiperaktif yang o Relaksan kandung kemih
o agonrs o
berhasil. o antagonis o
Penggunaan keteter menetap (indwelling catheter) o estrogen
sebaiknya tidak digunakan secara rutin dalam o Periuretral infeksi
o Operasi
pengelolaan inkontinensia urin karena dapat terjadi infeksi o Peralatan mekanik
saluran kemih bahkan sampai sepsis, pembentukan batu, . Urethral plugs, champs
abses, dan bocor. Kateter menetap ini dapat digunakan
. Artificialsphincters
o Kateter
bila terjadi retensi urin yang lama sehingga menyebabkan . Eksternal
infeksi saluran kemih atau gangguan ginjal. Kateter . lnterniten
intermiten merupakan alat yang secara rutin digunakan
. Menetap

untuk mengosongkan kandung kemih. Teknik ini diajarkan


kepada pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung
kemih. Namun demikian teknik ini berisiko untuk
terjadinya infeksi saluran kemih. Pilihan terapi
inkontinensia urin pada pasien geriatri dapat dilihat pada Tipe Terapi Primer
Tabel 7, sementara terapi primer yang ditujukan untuk lnkontinensia
mengatasi berbagai tipe inkontinensia urin dapat dilihat Stres a Latihan Kegel
pada Tabel 8. a Agonis adrenergik o
Terapi farmakologis atau medikamentosa telah estrogen
dibuktikan mempunyai efek yang baik terhadap o lnjeksi periuretral
a Operasi bagian leher kandung
inkontinensia urin tipe urge dan stres. Obat-obat yang kemih
dipergunakan dapat digolongkan menjadi: antikolinergik- Urgensi a Relaksan kandung kemih
antispasmodik, agonis adrenergik cr, estrogen topikal, dan a Estrogen
antagonis adrenergik cr. Pada semua obat yang digunakan a Bladder training
untuk terapi inkontinensia urin, efek samping harus Luber (Oveilow) Operasi untuk menghilangkan
sumbatan
diperhatikan apabila dipergunakan pada pasien geiafi,, a Bladder retraining
seperti mulut kering, mata kabur, peningkatan tekanan bola a Kateterisasi intermiten
mata, konstipasi, dan delirium. Sementara obat yang lain a Kateterisasi menetap
dapat menimbulkan hipotensi postural, bradikardia, sakit Fungsional a lntervensi behavioral
kepala, dan lain-lain. Daftar obat yang sering dipakai a Manipulasi lingkungan
o Pads
tercantum pada Tabel 9.
Obat fenilpropanolamin saat ini dihentikan
penggunaannya untuk inkotinensia urin tipe stres karena
uji klinik menunjukkan adanya peningkatan risiko strok. jantung, dan angina. Dengan demikian penggunaannya
Pseudoefedrin dapat digunakan untuk tatalaksana jarang ditemui pada orang usia lanjut.
inkontinensia tipe stres karena meningkatkan tekanan Antikolinergik dapat digunakan untuk tatalaksana
sfingter uretra, sehingga menghambat pengeluaran urin. inkontinensia urgensi. Oksibutinin memiliki efek
Pseudoefedrin memiliki efek samping seperti insomnia, antikolinergik dan merelaksasikan otot halus. Tolterodin
sakit kepala, dan gugup/gelisah. Penggunaannya harus Uji klinik
merupakan kompetitif bloker reseptor M3.
amat hati-hati pada pasien dengan hipertensi, aritmia menunjukkan bahwa oksibutinin dan tolterodin
INKONTINENSIA URIN DAN I(ANDUNG KEMIH HIPERAKTIF 873

ileosistoplasti dan miektomi detrusor. Teknikpembedahan


Obat Dosis Tipe Efek Samping untuk inkontinensia tipe stres adalah injectable
lnkontinensia intraurethral bulking agents, suspensi leher kandung
Hyoscamin 3 x 0,125 mg Urge atau Mulut kering, kemih, urethral slings, dan artificial urinary
campuran mata kabur,
glaukoma,
sphincters. Teknik pembedahan untuk inkontinensia tipe
delirium, urgensi adalah augmentation cystoplasty, dan stimulasi
konstipasi elektrik.
Tolterodin 2x4mg Urgensi dan Mulut kering,
OAB Konstipasi Salah satu modalitas terapi yang perlu mendapat
lmipramin 3 x 25-50 mg Urgensi Delirium,hipote
perhatian bagi tenaga kesehatan adalah pemakaian
nsi ortostatik kateter dan perawatannya. Dalam praktek klinik,
Pseudo- 3 x 30-60 mg Stres Sakit kepala, kateterisasi sering merupakan tindakan pertama yang
ephedrin takikardi, dilakukan untuk penderita inkontinensia urin akut. Data-
tekanan
darah tinggi. data yang ada menunjukkan pemakaian kateter yang
Topikal Urgensi dan lritasi lokal berlebihan. Terdapat 3 cara atau prosedur pemakaian
estrogen stres
kateter yaitu : kateter eksternal (kateter kondom),
Doxazosin 4x14mg BPH dengan Hipotensi
urgensr postural kateterisasi intermiten, dan kateterisasi kronik atau
Tamsulosin 1x 0,4{,8 mg menetap. Kateter eksternal hanya dipakai pada
Terazosin 4x1-5mg inkontinensia intractable tanpa retensi urin yang secara
fisik dependenl bedridden. Bahaya pemakaian kateter
tersebut adalah risiko infeksi dan iritasi kulit.
menyebabkan penurunan frekuensi inkontinensia Kateterisasi intermiten dipakai untuk mengatasi
urgensi dibandingkan dengan plasebo. Pemberian dosis retensi urin dan inkontinensia tipe overJlow akibat
sehari sekali berhubungan dengan efek samping yang kandung kemih yang akontraktil atau Detruss"o.r hyper'
lebih rendah khususnya efek mulut kering. Beberapa activiQ with impaired contractilif/ (DHIC). Prosedur
efek samping antikolinergik adalah xerostomia, ini dapat dilakukan 2 - 4kali per-hari oleh pasien atau
xeroftalmia, konstipasi, gangguan penglihatan, sedatii tenaga kesehatan. Biasanya teknik ini dilakukan pada
retensi urin, insomnia, takikardia, ortostasis, pasien dengan inkontinensia urin akut. Risiko infeksi
kebingungan, dan delirium. Tolterodin lebih selektif sering terjadi pada prosedur ini, oleh karenanya harus
untuk resptor muskarinik di kandung kemih dari pada di dicegah dengan melakukan teknik aseptik. Sedangkan
kelenjar parotis, sehingga diharapkan dapat memberikan kateterisasi menetap harus dilakukan secara selektif oleh
efek samping kolinergik yang lebih sedikit, seperti xe- karena risiko bakteriuria kronik, batu kandung kemih,
rostomia. Penggunaan agen trisiklik seperti imipramin abses periuretral, dan bahkan kanker kandung kemih.
dibatasi pada usia lanjut karena efek samping yang Induksi pemakaian kateter kronik adalah retensi urin akibat
ditimbulkannnya. Uji klinik juga tidak menunjukkan inkontinensia overfl ow persisten, tak layak operasi, tidak
adanya efektifitas penggunaan imipramin. efektif dilakukan kateterisasi intermiten, ada dalam
Tindakan operatif dilakukan atas pertimbangan yang perawatan dekubitus, dan perawatan terminal dengan
matang dan didahului dengan evaluasi urodinamik. Pada demensia berat.
perempuan dengan prolaps pelvik yang signifikan dan Konsensus mengenai rekomendasi dan panduan tata
inkontinensia tipe stres yang tidak membaik dengan laksana inkontinensia urin pada perempuan dan laki-laki
penanganan konservatif harus dilakukan upaya operatif. dengan inkontinensia urin neurogenik dan pada usia
Pada laki-laki dengan tanda obstruksi saluran kemih akibat lanjut telah dikeluarkan oleh The Scientific Committee
hipertrofi prostat dapat dilakukan operasi sebagai upaya on the First International Consultation on Incontinence.
pencegahan inkontinensia tipe overflow dikemudian hari. Tujuan tata laksana pada risia lanjut akan berbeda pada
Beberapa cara untuk melemahkan detrusor dilakukan tiap individu dan harus didasari oleh keinginan dan
dengan menggunakan pendekatan postsakral atau motivasi dari pasien dan keluarga untuk ditangani,
paravaginal. Teknik pembedahan yang bertujuan untuk komorbiditas, prognosis, dan harapan hidup. Gambar 7
merusak struktur dan kekuatan detrusor seperti transeksi menunjukkan algoritme tata laksana inkontinensia urin
terbuka kandung kemih, transeksi endoskopik, injeksi pada usia lanjut yang direkomendasikan oleh The
penol periureter dan sistolisis telah banyak digunakan. Scientific Committee on the First International
Teknik pembedahan yang paling sering digunakan adalah Consultation on Incontinence.
874 GERIITTRI

lU aktivitas fisik lU dengan urgensi/ lU dengan lU dengan nyeri,


frekuensi gejala retensi hematuria, infeksi
berulang,
lvl assa pelvis/iradiasi/
bedah

Pengkajian umum
Catatan berkemih
Pen gkajian kua litas hidu p/keingina n u ntu k d iterapi
Pem eriksaan fisis: abdom en rektum,neurologis
Tes batuk untuk diagnosis inkontinensia stres
Analisis urin +/- kultur urin (iika ada infeksi, diterapi)
Kaji PVR

tt
Menduga tipe
++
tt
I
lU Stres U rgensi Overtlow

I
I
+
I
+
Latihan berkemih
l--.-..-.
Latihan otot dasar panggul Antagonis
Biofeedback Antimuskarinik Pem bedahan
alfa
Stimulasi otot dasar panggul Biofeedback

I
v
I
v I
Assisted toileting Prompted voiding

I
v
I
v I
Alat bantu Pads Catheters

I
v I
Tata laksana khusus

Gambar 7. Algoritme tatalaksana inkontinensia urin pada usia lanjut

REFERENSI book of geriatric medicine. 2'd ed. NewYork: Oxford University


Press; 2000.p. 677-89.
Abrams, P. & Wein, A.J. The Oyeractive Bladder A widespread but DuBeau, C.E. Epidemiology, risk factor, and pathogenesis
trealable condition Eric Sparre Medical, Stockholm, Swedien. of urinary incontinence Up to Date 2002.;10(2).
1 998.
Diokno AC, dkk. J Urol 1986:'136:1022-25
Abrams P dkk. The standardisation of terminology of lower urinary Graffith, W.R. Urinary Incontinence in the Elderly. Health & Age.
tract function: report from the Standardization Sub-committee Novartis Foundation for Gerontology 2003;357- 60.
of the Internatignal Continence Society. Neurourol Urodyn Hextall A. Estrogens and lower urinary tract function. Maturitas
2002;21: 167-78 2000;36:83-92
Augspurger, R.R. Urinary incontinence and catheters in the elderly Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Incontinence. New York: McGraw-
male and female dalam R.W. Schrier : Geriatric Medicine. W.B. Hill; 2004.p 173-218.
Saunders, Philadelphia 1990.p.156 - 67. Klimas TCK. Current management of urinary incontinence. Jour-
Abrams P, Cardozo L, Fall M, Griffrths D, Rosier P, Ulmsten U, dkk. nal of Pharmacy Practice 2004;17(2):103-ll4
The standardization of terminology of lower urinary tract Khullar V, Hill S, Laval K, Schotz HA, Jonas U, Versi E.Treatment
function: report from the standardization sub-committee of of urge-predominant mixed urinary incontinence with
the International Continence Society. Neurology and tolterodine extended release : a randomized, placebo-controlled
Urodynamics 2002;21 :167 -17 8 trial. Urology 2004;64: 269-7 5.
Artibani W. Difficult to manage patient populations: mixed Kris-Pranarka, Inkontinensia dalam R. Boedhi - Darmojo dan H.
symptomatology. BJU Int 2000; 85 (suppl 3):53-54 Hadi Martono (Eds) : Buku Ajar Geriatri Ed. 3. Jakarta: Balai
Bravo, C.V. Aging and the urogenital system. Reviews in Clinical Penerbit FK UI; 2004.p.197-215.
G eronto I o gy 2000;10 :3 1 5-24. Lagro-janssen ALM, dkk. Value of the patient's case history in
Chaliha C, Khullar V. Mixed incontinence. J. Urology 2004;63 (suppl diagnosing urinary incontinence in general practice. Br J Urol
3A):51-7 1991;67:569-572
Chutha, D.S., Fleming, K.C. dkk. Urinary incontinence in Lockher, J.L., Goode, P.S. et a1.. Reability assesment of the bladder
elderly populattor,. Mayo Clin Proc 1996.:,71:93-101. diary for urinary incontinence. Journal of Geroniology. Medi-
Dubeau CE. Urinary incontinence. In: Evans JG, Williams cal Science 2001; 56,4'(1):14 - 18.
TF, Beattie BL, Michel JP, Wilcock GK, Editor. Oxford text- Minem,. Gambaran tipe inkontinensia urin pada pasien usia lanjut di
INKONTINENSIA URIN DAN KANDUNG IGMIH HIPERAKTIF 875

Poliklinik Geriatri RS Dr, Sardjito Yogyakarta. Karya Tulis llmiah Lengkap Simposium Gangguan Muskuloskeletal pada usia
Program studi Ilmu Keperawatan FK UGM. Yogyakarta. 2004. lanjut, Medrka FK UGM & Klinik Lansia FK UGM. 2003
Mc Intosh LJ, Richardson DA. 30-minute evaluation of inconti- Setiati S, Istanti R. Survei inkontinensia urin (mengompol) pada
nence in the older vr'oman. Geriatrics 1994 Feb;49:36-44. usia lanjut di lingkungan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA).
Norton PA, Zinner NR, Yalcin I. Duloxetine versus placebo in the Maj Kedokt Indon 2003 April;53 (4):137-9
treatment of stress urinary incontinence. Am J Obstet Gynecol Setiati S. Pedoman penatalaksanaan inkontinensia urin pada pasien
2002;187:40-48 geriatri. Dalam: Soejono CH, Setiati S, Wiwie M, Silaswati S,
Nihira MA, Henderson N. Epidemiology of urinary incontinence in Editor. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Edisi
women. Current Womens's Helath Reports 2003;3:340-7 pertama. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Penyakit
Ouslander JG Urinary incontinence. In: Osterweil Dan, Smith KB, Dalam FKUI, 2000;85-94
Beck JC, Editor. Comprehensive geriatric assessment. New York: Sorbera LA, Castaner RM, Castaner J. Duloxetine oxalate. Drugs of
McGraw-Hill; 2000,p.5 5 5 -7 2 the future 2000;25:907 -16
Ouslander JG Johnson TM. Incontinence. ln: Hazzard WR, Blass Steers WD. Pathophysiology of overactive bladder and urge urinary
JP, Ettinger WH, et al (eds). Principles of Geriatric Medicine incontinence. Rev Urol 2002;4 (suppl 4) : S7-S18.
and Gerontology. 4'h ed. New York: McGraw-Hill;1999.p 1505- Stewart WF, dkk. Prevalence and burden of overactive bladder in
614. the United States.World J Urol 2003; 20: 327-36
Rossman, I. Urinary incontinence Clinical Gerialric 3'd. Ed. Phila- Wells, dkk. Urinary incontinence in elderly women: clinical find-
delphia: Lippinncot Company; 199 6.p.7 0 I -7 07 . ings. J Am Geriatr Soc 1997;35 :933-39
Pauls, J. Urinary incontinence and impairment of the pelvic floor Weiss BD. Diagnosis evaluation of urinary incontinence in geriatric
in the older ad:ult. dalam A.A. Guccione : Geriatric Physical patients. Am.Fam Physic 1998.
Therapy 2n Ed. St Louis: Mosby; 2000.p. 340 - 50. Weiss BD. Urinary incontinence. In: Adelman AM, Daly MB edi-
Pramantara, D.P. & Wasilah Rochmah. Sindroma Geriatrik yang tors. 20 Common Problems Geriatrics. Singapore: McGraw-
berkaitan dengan gangguan sistem muskuloskeletal. Naskah Hill; 2001.p.85-114.
136
KONSTIPASI DAN INKONTINENSIA ALVI
Kris Pranarka, RejekiAndayani R

PENDAHULUAN ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula


rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada
Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan penyakit. kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos
Sekitar 80% manusia pernah menderita konstipasi dalam perut.
hidupnya dan konstipasi yang berlangsung singkat masih Studi epidemiologis menunjukkan kenaikan pesat dari
dianggap normal. Menurut National Health Interview konstipasi terkait dengan usia terutama berdasarkan keluhan
Su rv ey pada tahun I 99 l, sekitar 4, 5 juta penduduk Amerika pasien dan bukan karena konstipasi klinis. Banyak orang
mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak, mengira dirinya konstipasi bila tidak buang air besar (BAB)
perempuan, dan orang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini tiap hari sehingga sering terdapat perbedaan pandang antara
menyebabkan kunjungan ke dokter sebanyak2,5 j:utakalil dokter dan pasien tentang arti konstipasi itu sendiri.
tahun dan menghabiskan dana sekitar 725 juta dolar untuk Frekuensi BAB bervariasi dari 3 kali per hari sampai 3
obat-obatan pencahar. kali per minggu. Secara umum, bila 3 hari belum BAB,
Konstipasi merupakan keluhan saluran cetrra yarrg massa feses akan mengeras dan ada kesulitan sampai rasa
terbanyak pada usia lanjut. Terjadi peningkatan keluhan sakit saat BAB. Konstipasi sering diartikan sebagai
ini dengan bertambahnya usia; 30-40% orang berusia di kurangnya frekuensi BAB, biasanya kurang dari 3 kali per
atas 65 tahun mengeluh konstipasi. Di Inggris, 30o/o minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras, serta
penduduk berusia di atas 60 tahun merupakan konsumen kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.
yang teratur menggunakan obat pencahar. Di Australia, Orang usia lanjut seringkali terpancang dengan kebiasaan
sekitar 20o/o dari populasi berusia di atas 65 tahun mengeluh BAB-nya. Hal ini mungkin merupakan kelanjutan dari pola
mengalami konstipasi dan terjadi lebih banyak pada hidup semasa kanak-kanak dan saat masih muda, dimana
perempuan dibandingkan pria. Suatu penelitian yang setiap usaha dikerahkan untuk BAB teratur tiaphai,kalau
melibatkan 3.000 orang berusia di atas 65 tahun perlu dengan menggunakan pencahar unhrk mendapatkan
menunjukkan sekitar 34o/o perempuan dan 26o/o pria perasaan sudah bersih. Ada anggapan umum yang salah
mengeluh mengalami konstipasi. bahwa kotoran yang tertimbun dalam usus besar akan
diserap lagi, berbahaya untuk kesehatan, dan dapat
memperpendek usia. Ada pula yang mengkhawatirkan
DEFINISI KONSTIPASI keracunan dari fesesnya sendiri bila dalamjangka waktu
tertentu tidak dikeluarkan.
Pada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara tegas Suatu batasan dari konstipasi diusulkan oleh Holson,
karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi yang meliputi paling sedikit2 datj' keluhan di bawah ini dan
berlainan antara individu. Penggunaan istilah konstipasi terjadi dalam waktu 3 bulan: a). konsistensi feses yang
secara keliru dan belum adanya dehnisi yang universal keras; b). mengejan dengan keras saat BAB; c). rasa tidak
menyebabkan lebih kaburnya hal ini. Biasanya konstipasi tuntas saat BAB, meliputi 25oh daikeseluruhan BAB; d).
berdasarkan laporan pasien sendiri atau kdnstipasi frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.
anamnestik dipakai sebagai data pada penelitian-penelitian. Int ernational Worlcs hop on C ons t ip ati on berusaha
Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah lebih jelas memberikan batasan konstipasi. Berdasarkan

876
KONSTIPASI DAN INKONTINENSTA ALVI 877

rekomendasinya, konstipasi dikategorikan dalam dua Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh
golongan: 1). konstipasi fungsional, 2). konstipasi karena orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan adanya
penundaan keluamya feses pada muara rekto-sigmoid. perubahan dari total waktu gerakan usus, termasuk
Konstipasi fungsional disebabkan waktu perj alanan aktivitas motorik dari kolon. Total waktu pergerakan usus
yang lambat dari feses, sedangkan pemrndaan pada muara dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan,
rektosigmoid menunjukkan adanya disfirngsi anorektal. Yang normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan.
terakhir ini ditandai adanya perasaafl sumbatan pada anus. Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang
menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu
gerakan usus dari 4 sampai t hari. Pada mereka yang dirawat
atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi
Tipe sampai l4hari. Petanda radioaktif yang dipakai terutama
lambat j alarurya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat
1. Konstipasi Dua atau lebih dari keluhan ini ada paling
fungsional sedikit dalam 12 bulan: saat pengeluaran dari kolon sigmoid.
- mengedan keras 25o/o dari BAB Pemeriksaan elektrofi siologis untuk mengukur aktivitas
- feses yang keras 25% dari BAB
motorik dari kolon pasien dengan konstipasi menunjukkan
- rasa tidak tuntas 25o/o dari BAB
- BAB kurang dari 2 kali per minggu berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat
2. Penundaan - hambatan pada anus lebih dari 25% berkurangnya inervasi intrinsik karena degenerasi pleksus
pada muara BAB mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf
rektum - waktu untuk BAB lebih lama
pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan
- perlu bantuan jari-jari untuk mengeluarkan
feses memanjangnya waktu gerakan usus.
Individu di atas usia 60 tahun juga terbukti mempunyai
kadar plasma beta-endorfin yang meningkat, disertai
PATOFISIOLOGI KONSTIPASI peningkatan ikatanpada reseptor opiat endogen di usus.
Hal ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari sediaan
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses opiat yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon,
fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat motilitas berkurang, dan menghambat refleks gaster-kolon.
lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari Selain ifu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus
sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis sfingter dan kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan
untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan usia, khususnya pada perempuan. Pasien dengan
pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk
mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal. mengeluarkan feses yang kecil dan keras, sehingga upaya
Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat
konstipasi. penekanan pada saraf pudendus sehingga menimbulkan
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang kelemahan lebih lanjut.
menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses Sensasi dan tonus dari rektum tidak banyak berubah
masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi pada usia lanjut. Sebaliknya pada mereka yang mengalami
dari sfingter anus interna. Untuk menghindarkan konstipasi dapat mengalami tiga perubahan patologis pada
pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi
rektum:
dari sfingter anus ekstema dan kontraksi otot dasar pelvis
yang dipersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima
rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus ekstema Diskesia Rektum
diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum,
mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang
perut. Kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, kapasitas. Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk
relaksasi sfingter dan otot levator ani. Baik persarafan menginduksi refleks relaksasi dari sfingter eksterna dan
simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses BAB. intema. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya sering didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena
multipel, mencakup beberapa faktoryang tumpang tindih. dorongan untuk BAB sering sudah tumpul. Diskesia
Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak rektum juga dapat diakibatkan kurang tanggapnya ata,u
pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh penekanan pada dorongan untuk BAB seperti yang
bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak dijumpai pada penderita demensia, imobilitas, atau sakit
mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. daerah anus dan rektum.
Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi
bukanlah karena bertambahnya usia tetapi memang khusus Dis-sinergia Pelvis
terjadi pada mereka dengan konstipasi. Terdapat kegagalan untuk relaksasi otot pubo-rektalis dan
878 GERI'TTRI

sfingter anus eksterna saat BAB. Pemeriksaan secara penyebabnya. Konstipasi merupakan suatu keluhan klinis
manometrik menunjukkan peningkatan tekanan pada yang umum dengan berbagai tanda dan keluhan lain yang
saluran anus saat mengejan. berhubungan.
Pasien yang mengeluh konstipasi tidak selalu sesuai
dengan patokan-patokan yang obyektif. Misalnya bila
Peningkatan Tonus Rektum
dalam24 jambelum BAB atau ada kesulitan harus mengejan
Te{adi kesulitan mengeluarkan feses yang bentuknya kecil.
dan perasaan tidak tuntas untuk BAB sudah mengira
Sering ditemukan pada kolon yang spastik seperti pada
dirinya menderita konstipasi.
penyakit iritable bowel syndrome, dimana konstipasi
merupakan hal yang dominan. Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan
konstipasi adalah:
. kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
FAKTOR.FAKTOR RISIKO KONSTIPASI PADA . mengejan keras saat BAB
USIA LANJUT
. massa feses yang keras dan sulit keluar
. perasaan tidak tuntas saat BAB
Dibutuhkan pengenalan faktor-faktor risiko yang berkaitan . sakit pada daerah rektum saat BAB
dengan konstipasi pada usia lanjut untuk memahami . rasa sakit pada perut saat BAB
masalah ini. Sebagai contoh, polifarmasi dapat . adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
menyebabkan konstipasi karena beberapa golongan obat . menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan
mempunyai potensi untuk hal ini. Beberapa kelainan feses
neurologis dan endokrin-metabolik juga dapat . menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
mengakibatkan konstipasi yang berat. Secara singkat, Pemeriksaan fisis pada konstipasi sebagian besar tidak
sebagian faktor-faktor risiko tersebut dapat dilihat pada didapatkan kelainan yang jelas. Walaupun demikian
Thbel2. pemeriksaan'fisis yang teliti dan menyeluruh diperlukan
untuk menemukan kelainan-kelainan yang berpotensi
mempengaruhi khususnya fungsi usus besar. Diawali
Obat-obatan
. dengan pemeriksaan rongga mulut meliputi gigi-geligi,
. golongan antikolinergik kalsium antagonis
. golongan narkotik
. preparat kalsium adanya lesi selaput lendir mulut dan tumor yang dapat
. golongan analgetik
. preparat besi mengganggu rasa pengecap dan proses menelan.
. golongan diuretik
. antasida aluminium
Pemeriksaan daerah perut dimulai dengan inspeksi
. NSAID
. penyalahgunaan
pencahar adakah pembesaran abdomen, peregangatT, atalu tonjolan.
Kondisi neurologis Selanjutnya palpasi pada permukaan perut untuk menilai
. strok
. trauma medula spinalis kekuatan otot-otot perut. Palpasi lebih dalam dapat meraba
. Penyakit Parkinson
. neuropati diabetik
massa feses di kolon, adanyatumor atau aneurisma aorta.
Gangguan metabolik
. hiperkalsemia
Pada perkusi dicari antara lain pengumpulan gas
. hipokalemia berlebihan, pembesaran organ, asites, atau adanya massa
. hipotiroid feses. Auskultasi antara lain untuk mendengarkan suara
Kausa psikologis gerakan usus besar, normal atau berlebihan, misalnya pada
. psikosis . kurang privasi untuk BAB
. depresi
. mengabaikan dorongan sumbatan usus. Pemeriksaan daerah anus memberikan
. demensia BAB petunjuk penting, misalnya adakah \Masir, prolaps, fisura,
. konstipasi imajiner
fistula, dan massa tumor di daerah anus yang dapat
Penyakit-penyakit saluran
cerna
. lritable bowel syndrome mengganggu proses BAB.
. kanker kolon
. rektokel Pemeriksaan colok dubur harus dikerjakan antara lain
. divertikel
. wasir
. untuk mengetahui ukuran dan kondisi rektum serta besar
. ileus fistulaifisura ani
. hernia
. inersia kolon dan konsistensi feses. Colok dubur dapat memberikan
. volvulus informasi tentang:
Lain-lain
. . bepergian jauh . tonus rektum
.
diet rendah serat
kurang cairan
. pasca tindakan bedah . tonus dan kekuatan sfingter
. imobilitas/kurang olahraga perut . kekuatan otot pubo-rektalis dan otot-otot dasar pelvis
. adakah timbunan massa feses
. adakah massa lain (misalnyahemoroid)
TAMPILAN KLINIS KONSTIPASI . adakah darah
. adakah perlukaan di anus
Anamnesis yang terperinci merupakan hal terpenting
untuk mengungkapkan adakah konstipasi dan faktor risiko Pemeriksaaan laboratorium dikaitkan dengan upaya
KONSTIPASI DAN INKONTINENSIA ALVI 879

mendeteksi faktor-faktor risiko penyebab konstipasi, hanya sekedar mengganggu,tetapi untuk sebagian kecil
misalnya glukosa darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, dapat berakibat komplikasi yang serius, misalnya impaksi
anemia yang berhubungan dengan keluarnya darah dari feses. Impaksi feses merupakan akibat dari terpaparnya
rektum, dan sebagainya. Prosedur lain misalnya anuskopi feses pada daya penyerapan dari kolon dan rektum yang
dianjurkan dikerjakan secara rutin pada semua pasien berkepanjangan. Feses dapat menjadi sekeras batu, di
dengan konstipasi untuk menemukan adakah fisura, ulkus, rekixn(70yo), sigmoid (2002), dan kolon bagian proksimal
wasir dan keganasan. (10%o).
Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita Impaksi feses merupakan penyebab yang penting dari
konstipasi, terutama yang terjadinya akut. Pemeriksaan ini morbiditas pada usia lanjut, meningkatkan risiko perawatan
dapat mendeteksi adakah impaksi feses dan adanya massa di rumah sakit dan mempunyai potensi untuk komplikasi
feses yang keras yang dapat menyebabkan sumbatan dan yang fatal. Penampilannya sering hanya berupa
perforasi kolon. Bila diperkirakan ada sumbatan kolon, kemunduran klinis yang tidak spesiflft. Kadang-kadang dari
dapat dilanjutkan dengan barium enema untuk memastikan pemeriksaan fisis didapatkan panas sampai 39,5oC, de-
tempat dan sifat sumbatan. Pemeriksaan yang intensif ini lirium, perut yang tegang, suara usus melemah, aritmia serta
dikerjakan secara selektif setelah 3-6 bulan pengobatan takipnea karena peregangan dari diafragma. Pemeriksaan
konstipasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusat- laboratorium didapatkan lekositosis. Peristiwa ini bisa
pusat pengelolaan konstipasi tertentu. diakibatkan ulserasi sterkoraseus dari suatu fecaloma yang
Uji yang dikerjakan dapat bersifat anatomik (enema, keras menyebabkan ulkus dengan tepi yang nekrotik dan
proktosigmoidoskopi, kolonoskbpi) atau hsiologik (waktu meradang. Dapat terjadi perforasi dan penderita datang
singgah di kolon, cinedefecografi, manometri dan dengan sakit perut berat yang mendadak.
elektromiografi). Proktosig-moidoskopi biasanya Impaksi feses yang berat pada daerah rektosigmoid
dikerjakan pada konstipasi yang baru terjadi sebagai dapat menekan leher kandung kemih menyebabkan
prosedur penapisan adanya keganasan kolon-rektum. Bila retensio urin, hidronefrosis bilateral, dan kadang-kadang
ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah da/, gagal ginjal yang membaik setelah impaksi dihiiangkan.
rektum atau adanya riwayat keluarga dengan kanker kolon Inkontinensia alvi juga sering didapatkan, karena impaksi
perlu dikerj akan kolonoskopi. feses di daerah kolorektal.
Waktu persinggahan suatu bahan radio-opak di kolon Volvulus daerah sigmoid juga sering terjadi sebagai
dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan radiologis komplikasi dari konstipasi. Mengejan berlebihan dalam
setelah menelan bahan tersebut. Bila timbunan zat ini jangka waktu lama pada penderita dengan konstipasi dapat
terutama ditemukan di rektum menunjukkan kegagalan berakibat prolaps dari rektum.
fungsi ekspulsi, sedangkan bila di kolon menunjukkan
kelemahan yang menyeluruh.
Sinedefecografi adalah pemeriksaan radiologis daerah PENGOBATAN
anorektal untuk menilai evakuasi feses secara funtas,
mengidentifikasi kelainan anorektal dan mengevaluasi Banyaknya macam-macam obat yang dipasarkan untuk
kontraksi serta relaksasi otot rektum. Uji ini memakai mengatasi konstipasi, merangsang upaya untuk
semacam pasta yang konsistensinya mirip feses, dimasukkan memberikan pengobatan secara simtomatik. Sedangkan
ke dalam rektum. Kemudian penderita duduk pada toilet bila mungkin, pengobatan harus ditujukkan pada penyebab
yang diletakkan dalam pesawat sinar X. Penderita diminta dari konstipasi. Penggunaan obat pencahar jangka panjang
mengejan untuk mengeluarkan pasta tersebut. Dinilai terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus, harus
kelainan anorektal saat proses berlangsung. dibatasi.
Uji manometri dikerjakan untuk mengukur tekanan pada
rektum dan saluran anus saat istirahat dan pada berbagai Strategi pengobatan dibagi menjadi: l).Pengobatan non
rangsang untuk menilai fungsi anorektal. farmakologis, 2). Pengobatan farmakologis
Pemeriksaan elektromiograf,r dapat mengukur misalnya
tekanan sfingter dan fungsi sarafpudendus, adakah atrofi Pengobatan Non Farmakologis
saraf yang dibuktikan dengan respons sfingter yang
terhambat. Pada kebanyakan kasus tidak didapatkan
Latihan usus besar. Melatih usus besar adalah suatu
bentuk latihan perilaku yang disarankan pada penderita
kelainan anatomik maupun fungsional, sehingga penyebab
konstipasi yang tidak jelas penyebabnya.
dari konstipasi disebut sebagai non-spesifik.
Penderita dianjurkan mengadakan waktu s ecaratetat;)r
tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya.
Dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan,
KOMPLIKASI KONSTIPASI PADA USIA LANJUT
sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk
Walaupun untuk kebanyakan orang usia lanjut, konstipasi BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan
880 GERIATRI

penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan rangsang INKONTINENSIA ALVI


untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan
untukBAB ini.
Pendahuluan
Diet. Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi Inkontinensia alvi sering digambarkan sebagai peristiwa
terutama pada golongan usia lanjut. Data epidemiologis yang tidak menyenangkan tetapi tidak terelakkan, berkaitan
menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak dengan usia lanjut. Sebenarnya, seperti halnya dengan
serat mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam- ulkus dekubitus, inkontinensia alvi seringkali tef adi akibat
macam penyakit gastrointestinal lainnya, misalnya sikap dokter dan tindakan keperawatan yang kurang tepat.
divertikel dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan massa Dengan diagnosis dan pengobatat yar,g sesuai,
dan berat feses serta mempersingkat waktu transit inkontinensia alvi pada usia lanjut hampir seluruhnya
di usus. dapat dicegah.
Untuk mendukung manfaat serat ini, diharapkan cukup Inkontinensia alvi lebihjarang ditemukan dibandingkan
asupan cairan sekitar 6-8 gelas sehari, bila tidak ada inkontinensia urin. Tiga puluh hingga lima puluh persen
kontraindikasi untuk asupan cairan. pasien dengan inkontinensia urin, juga menderita
Olahraga. Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga inkontinensia alvi. Keadaan ini menunjukkan mekanisme
juga membantu mengatasi konstipasi. Jalan kaki atau lari- patofisiologi yang sama antara inkontinensia urin dan
lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan inkontinensia alvi.
kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan Untuk sebagian orang usia lanjut, inkontinensia alvi
meningkatkan tonus otot usus. Dianjurkan juga untuk dapat mengakibatkan pengurangan aktivitas fisis,
melakukan senam perut untuk memperkuat otot-otot kehilangan kontak sosial, dan lebih jelek lagi sampai
dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada diisolasi. Inkontinensia alvi saat ini merupakan penyebab
otot perut. kedua di Amerika Serikat untuk memasukkan orang usia
lanjut di rumah-rumah perawatan. Sekitar 7% dari populasi
usia lanjut mengalami inkontinensia alvi paling sedikit
Pengobatan Farmakologis sekali seminggu, dan sampai 50o% dari mereka yang dirawat
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan di rumah-rumah perawatan bagi usia lanjut, menderita
terapi farmakologis, dan biasanya dipakai obat-obatan inkontinensia alvi.
golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat Kebanyakan pasien tidak pernah melaporkan masalah
pencahar: ini pada doktemya. Pria usia lanjut lebih sering mengalami
. memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain: inkontinensia alvi dibandingkan perempuan usia lanjut,
Cereal, Methyl selulose, Psilium dan bentuk inkontinensianya lebih sering cair daripada
. melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja bentuk padat.
dengan menurunkan tegangan permukaan feses,
sehingga mempermudah penyerapan air. Contohnya
antara lain: Minyak kastor, Golongan docusate
. golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup PENGATURAN DEFEKASI NORMAL
aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal
gtnjal, antaralain: Sorbitol, Lactulose, Glycerin
Defekasi, seperti juga halnya berkemih, adalah suatu
. merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan proses fisiologis yang melibatkan :
motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai.
. koordinasi susunan sarafpusat dan perifer serta sistem
Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bila refleks
dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksus
. kontraksi yang baik dari otot-otot polos dan serat lintang
mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. yang terlibat
Contohnya antara lain: Bisakodil, Fenolptalein
. kesadaran dan kemampuan untuk mencapai tempat
buang air besar.
Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak
dapat diatasi dengan cara-caratersebut di atas, mungkin Di daerah rektum dan anus sendiri, adaliga hal yang
dibutuhkan tindakan pembedahan. Misalnya kolektomi penting untuk mekanisme pengaturan buang air besar,
sub total dengan anastomosis ileorektal. Prosedur ini yang tugasnyamempertahankan penutupan yang baik dari
dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa transit yang saluran anus, yaitu : a). Sudut anorektal yang
lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak ada dipertahankan pada posisi yang paling ideal, di bawah
respons dengan pengobatan yang diberikan. Pada 100" oleh posisi otot-otot pubo-rektal; b). Sfingter anus
umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa eksterna yang melindungi terutama terhadap kenaikan
atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan mendadak dari tekanan intra-abdominal, misalnya batuk,
pembedahan. bersin, olahraga, dan sebagainya; c). Bentuk anus sendiri
KONSTIPASI DAN IIIKONTINENSIA ALVI 881

yang seakan menguncup berbentuk katup, dengan otot- lunak sebagai penyebab. Pengelolaan yang sesuai untuk
otot serta lipatan mukosa yang saling mendukung. konstipasi akan menyembuhkan inkontinensia alvi.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua
kemungkinan penyebabnya. Secara umum diet yang
GAMBARAN KLINIS kurang baik, imobilitas, kebiasaan buang air besar yang
tidak tertib dan penggunaan laksans yang tidak tepat
Klinis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan: l). merupakan penyebab paling sering untuk inkontinensia
Feses yang cair atau belum terbentuk, sering bahkan selalu pada usia lanjut.
keluar merembes; 2). Keluarnya feses yang sudah Pemberian diet tinggi serat dengan cairan cukup dan
terbentuk, sekali atau dua kali per hari, di pakaian atau di meningkatkan aktivitas/mobilitas merupakan langkah
tempat tidur. pertama yang harus diperhatikan: Buang air besar secara
Perbedaan dari penampilan klinis kedua macam teratur dengan menyesuaikan refleks gaster-kolon yang
inkontinensia alvi ini dapat mengarahkan pada penyebab timbul beberapa menit setelah selesai makan harus
yang berbeda dan merupakan petunjuk untuk diagnosis. dimanfaatkan, dengan mengatur waktu untuk buang air
Penyebab dari inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi 4 besar pada saat itu. Tempat buang air besar yang tenang
kelompok: dan pribadijuga akan mendukung.
. inkontinensia alvi akibat konstipasi Bila konstipasi merupakan keluhan yang baru saja
. inkontinensia alvi simtomatik, yang berkaitan dengan dialami dan ada perubahan dari buang air besar, maka
penyakit pada usus besar macam-macam kelainan/penyakit kolo-rektal harus dicari.
. inkontinensia alvi akibat gangguan kontrol persarafan Demikian juga kelainan metabolik, misalnya neuropati
dari proses defekasi (inkontinensia neurogenik) diabetik, kelainan-kelainan neurologis lain seperti strok,
. inkontinensia alvikarenahilangnyarefleks anal gangguan medula spinalis, depresi, dan lain-lain.
Jenis-j enis Inkontinensia Alvi Akhirnya tidak boleh dilupakan adalah efek.samping
Selanjutnya akan dibicarakan masing-masing tipe dari obat yang penggunaannya kurang tepat. Beberapa
inkontinensia dan pengelol aarffiya. golongan obat-obatan memang sering dimanfaatkan untuk
pengobatan konstipasi, dengan catatarr digunakan secara
lnkontinensia Alvi Akibat Konstipasi rasional sesuai tipe konstipasi yang dihadapi. Bila
Batasan dari konstipasi (obstipasi) masih belum tegas. indikasinya tidak sesuai, obat tersebut bahkan dapat
Secara teknis dimaksudkan untuk buang air besar kurang
berakibat konstipasi. Misalnya penggunaan secara
dari tiga kali per minggu, tetapi banyak pasien sudah berlebihan dapat menyebabkan atoni kolon, sehingga
mengeluhkan konstipasi bila ada kesulitan mengeluarkan
dianjurkan pemakaian tidak lebih dari tiga kali seminggu.
feses yang keras atau merasa kurang puas saat buang air Obat-obatan yang disebut sebagai laksans atau
pencahar tersebut, kerjanyaantara lain dengan menambah
besar. Konstipasi sering sekali dijumpai pada usia lanjut
volume feses, atau dengan cara melunakkan dan melicinkan
dan merupakan penyebab utama pada inkontinensia alvi
pada usia lanjut.
permukaan feses hingga mudah keluar, meningkatkan
pembentukan cairan dalam lumen usus, menstimulasi
Obstipasi bila berlangsung lama dapat mengakibatkan
pergerakan usus dan meningkatkan refleks buang air besar.
sumbatan/impaksi dari massa feses yang keras (skibala).
Massa feses yang tidak dapat keluar ini akan menyumbat
lumen bawah dari anus dan menyebabkan perubahan dari lnkontinensia Alvi Simtomatik
sudut anorektal. Kemampuan sensor menumpul dan tidak Inkontinensia alvi simtomatik dapat merupakan
dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses. penampilan klinis dari berbagai macam kelainan patologis
Akibatnya feses yang cair akan merembes keluar. yang dapat meyebabkan diare. Keadaan ini mungkin
Skibalayang te{adi juga akan meyebabkan iritasi pada dipermudah dengan adanya perubahan berkaitan dengan
mukosa rektum sehingga akan diproduksi cairan dan bertambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada
mukus, yang selanjutnya melalui sela-sela dari feses yang fungsi sfingter terhadap feses yang cair dan gangguan
impaksi akan keluar dan terjadi inkontinensia alvi. pada saluran anus bagian atas dalam membedakan flatus
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan dan feses yang cair.
fisis, antara lain meraba adanya skibala pada colok dubur. Beberapa penyebab diare yang mengakibatkan
Dari anamnesis didapatkan keterangan keluarnya feses inkontinensia alvi simtomatik ini antara lain gastroenteri-
yang tidak berbentuk atau lunak sekali, beberapa kali sehari tis, divertikulitis, proktitis, kolitis-iskemik, kolitis ulseratif,
dan penderita hampir selalu basah tercemar. Pada colok karsinoma kolon-rektum. Semua pertimbangan diagnosis
dubur bila didapatkan massa feses yang keras akan di atas, menunjukkan perlunya pemeriksaan tambahan
mendukung diagnosis konstipasi sebagai penyebab misalnya kolonoskopi dan foto kolon dengan barium
inkontinensia alvi, tetapi dapat juga massa feses yang enema. Penyebab lain dari inkontinensia alvi simtomatik
882 GERIAIRI

misalnya kelainan metabolik, seperti diabetes melitus, menunjukkaq berkurangnya unit-unit yang berfungsi
kelainan endokrin, seperti tirotoksikosis, kerusakan motorik pada otot-otot daerah sfingter dan pubo-rektal.
sfingter anus sebagai komplikasi dari operasi hemoroid Keadaan ini menyebabkan hilangnya refleks anal,
yang kurang berhasil, dan prolaps-rektum. berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya to-
Akhimyajangan dilupakan penyebab paling umum dari nus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia alvi pada
diare pada usia lanjut adalah obat-obatan, antara lain yang peningkatan tekanan intra-abdomen dan prolaps dari
mengandung unsur besi atau memang akibat kerja rektum. Pengelolaan inkontinensia ini sebaiknya
pencahar. diserahkan pada ahli proktologi untuk pengobatannya.
Pengobatan dari inkontinensia alvi simtomatik adalah
terhadap kelainan penyebabnya, dan bila tidak dapat
diobati dengan cara tersebut, maka diusahakan terkontrol KESIMPULAN
dengan obat-obatan yang menyebabkan obstipasi.
Konstipasi merupakan keluhan terbanyak dari saluran
cerna pada usia lanjut. Konstipasi sulit diberikan batasan
lnkontinensia Alvi Neurogenik secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi
Inkontinensia alvi neurogenik terjadi akibat gangguan
yang berbeda antar individu.
fungsi menghambat dari korteks serebri saat terjadi Konstipasi-anamnestik sering dipakai sebagai patokan
regangan/distensi rektum. Proses normal dari defekasi dalam penelitian-penelitian. International Workshop on
melalui refleks gatro-kolon. Beberapa menit setelah C onstip ation memberikan rekomendasi konstipasi sebagai
makanan sampai di lambung/gaster, akan menyebabkan berikut : l.Konstipasi fungsional, 2. Konstipasi karena
pergerakan feses dari kolon desenden ke arah rektum. penundaan keluarnya feses pada muara rektosigmoid.
Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Dan
Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak
seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi pada lanjut usia, motilitas kolon tidak terpengaruh dengan
intrinsik dari rektum pada orang dewasa normal, karena bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak
ada inhibisi/hambatan dari pusat di korteks serebri. Bila mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cema.
buang air besar tidak memungkinkan, maka hal ini tetap Perubahan patofi siologis yang menyebabkan konstipasi
ditunda dengan inhibisi yang disadari terhadap kontraksi bukanlah karenabertambahnya usia tetapi memang khusus
rektum dan sfingter eksternanya. Pada usia lanjut dan terjadi pada mereka dengan konstipasi.
terutama pada pasien dengan penyakit serebrovaskular, Anamnesis merupakan hal terpenting untuk
kemampuan untuk menghambat proses defekasi ini dapat mengr.rngkapkan etiologi dan faktor-faktor risiko penyebab
terganggu bahkan hilang. konstipasi, sedangkan pemeriksaan fisis pada umumnya
Karakteristik inkontinensia neurogenik ini tampak pada tidak mendapatkan kelainan yang jelas.
penderita dengan infark serebri multiple atau penderita Pemeriksaan colbk dubur dapat memberikan banyak
demensia. Gambaran klinisnya ditemukan satu-dua potong informasi' yang berguna pemeriksaan-pemeriksaan lain
feses yang sudah berbentuk di tempat tidur, dan biasanya yang intensifdikerjakan secara seleklifsetelah 3 sampai 6
setelah minum panas atau makan.
bulan pengobatan konstipasi kurang berhasil dan
Pengelolaan inkontinensia alvi neurogenik kadang- dilakukan hanya pada pusat-pusat pengelolaan konstipasi
kadang dengan cara yang sederhana dan cukup baik tertentu.
hasilnya, tetapi sering dilupakan. Penderita disiapkan pada Pengobatan konstipasi sebaiknya ditujukan untuk
suatu komodo (commode), duduk santai dengan ditutup menghilangkan penyebabnya. Langkah-langkah
kain sebatas lututnya, kemudian diberi minumanhangat, pengobatan adalah secara nonfarmakologis, farmakologis
relaks dan dijaga ketenangannya sambil ditunggu sampai dan pada keadaan khusus antara lain dilakukan tindakan
feses keluar. pembedahan.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, diberikan obat- Inkontinensia alvi lebih jarang ditemukan dibandingkan
obatan yang menyebabkan konstipasi, tetapi dipastikan inkontinensia urin. Defekasi, seperti halnya berkemih,
diikuti evaluasi usus bagian bawah satu atau dua kali adalah suatu proses fisiologis yang melibatkan koordinasi
seminggu dengan supositoria atau enema. Cara ini dari sistem saraf pusat dan perifer, respons refleks,
membutuhkan penyesuaian individual yang hati-hati dan kontraksi otot-otot polos dan serat lintang, kesadaran yang
teliti, agar tidak mengubah inkontinensia menjadi cukup baik serta kemampuan mencapai tempat buang air
konstipasi sesungguhnya. besar.
Perubahan-perubahan akibat proses menua dapat
lnkontinensia Alvi Akibat Hilangnya Refleks Anal mencetuskan terjadinya inkontinensia, tetapi inkontinensia
Inkontinensia alvi ini terjadi akibat hilangnya refleks anal, bukan suatu hal yang normal pada usia lanjut.
disertai kelemahan otot-otot serat lintang. Penampilan klinis dari inkontinensia dapat memberikan
Parks, Henry, dan Swash dalam penelitiannya, petunjuk penyebabnya, dan selanjutnya pengelolaannya
KONSTIPASI DAN INKONTINENSIA ALVI 883

yang terutama berdasarkan penyebab, baik dengan Harari, D. Constipation in the elderly. ln Hazzatd WR 4 th ed.
tindakan suportif, obat-obatan dan bila perlu tindakan Principles of Geriatric Medicine and Gerontology, Mc Graw Hill
pembedahan. inc: 1999.p. 149l-1505.
Hamdy RC. Altered Bowel Habits. Geriatric Medicine, a problem -
Dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang
oriented approach. Bailiere Tindall ed. 1984.p. 158-164.
sesuai, inkontinensia alvi pada usia lanjut hampir Holson, D. : Constipation Medicine, May 14, 2002 : l-I4
seluruhnya dapat dicegah dan diobati. Tujuannya tidak Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Incontinence. Essentials of clini-
hanya terletak pada keadpan yang kurang nyaman, bahkan cal geriatrics, 2'd ed. Mc Graw-Hill Information Services Co;
memalukan pada penderita, telapi fakta bahwa 1989.p.139-182.
inkontinensia alvi dapat merupakan petunjuk pertama Kane RL ; Ouslander JG ; Abrass IB : Constipation. Essentials of
adanya penyakit serius pada saluran cerna bawah yang Clinical Ceriatrics, Mc Graw-Hill inc; 1995.p. 224-227
Landefeld C.S ; Lyons W.L. : Anorectal Disorders, Fecal Inconti-
mungkin dapat diobati bila ditemukan dini
nence. Current Geriatric Diagnosis & Treatment. Intemational
Edition. 2004 .p.229-231, .
Morley, M.D.; Khan, A : Constipation in the Elderly. St.Louis Uni-
REFERENSI versity Health Sbiences center, October,1999.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney diseases
American Society of Colon and Rectal Surgeons ( ASCRS ) : Consti- (NIDDK): Constipation. NIH Publication ro. 95-2754, May
pation June 3,2002 : 7-3 2000 : 1-14.
Azer, S A : Constipation Medicine, Nov.7, 2002 : 1-13 Robert -Thomson IC : Constipation. The M S D general practitio-
Brocklehurst JC, Alllen SC. Faecal incontinence. Geriatric Medicine ner Universities Programme, 1989.
for Studenta, 3'd ed. Churchill-Livingstone: 1987.p. 92-97. Resnick B : Constipation In Adelman AM ed : 20 common problems
Brocklehurst JC, Allen SC. Urinary incontinence. Geriatric Medi- in Geriatrics Mc Graw-Hill inc. International ed. 2001.p. 311-
cine for Students, 3'd ed. Churchill-Livingstone, 1987;73-91 35.
Cahill,M : Constipation. Mastering geriatric Care, Springhouse Reuben, DB; Yoshikawa TT; Besdine RW : Small and Large Bowels
Corp:.1997 .p.65-67 disorders. American geriatric Society, Geriatric review syllabus
Cheskin LJ ; Schuster MM : Constipation. In Hazzard WR 2'd 1996 : 289-294
ed.Principles of Geriatric medicine and Gerontology, Mc Graw Reuben DB, Yoshikawa TT, Besdine RW. Urinary incontinence.
Hill inc: 1990.p. 1161-1167. Geriatric review syllabus. Kendall/Hunt Publ. Co., 1996;124-
Cheskin L J; Schaefer, D.C : Constipation in the Elderly. American 13 3.

Family Physician, Sept.15,1998. In : William Reichel eds. Care


Whitehead JB. Urinary incontinence.
Fonda D. Management of the incontinent elderly patient. In : Up- of the elderly, Williams and Wilkins, 1995: 280-286.
4th ed.
date in Geriatric Medicine. The MSD General Practitioner Uni- Van der Cammen TJM, Rai GS, Exton-Smith AN. Urinary inconti-
versities Programme. nence. Manual of Geriatric Medicine. Churchill Livingstone,
t99t:'254-263.
t37
PENATALAKSAN A/TN INFEKSI PADA
USIA LANJUT SECARA MENYELURUH
Rejeki Andayani Rahayu, Asril Bahar

PENDAHULUAN
.-'
lnfeksi virus saluran napas atas
-____\\_
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab Fibrilasr atrium I

kesakitan dan kematian no. 2


/J lnfeksi
I

setelah penyakit
kardiovaskular di dunia. Hal ini terjadi akibat beberapa hal
Edema Paru
antara lain: adanya penyakit komorbid kronik yang cukup

nlr,,= --\
Konfusio tol(sil(
banyak, menurunnya daya tahanlimunitas terhadap
infeksi, menurunnya daya komunikasi usila sehingga sulit/ I
jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara I Jatuh

dini. Populasi usia lanjut juga sangat rentan terhadap Emboli {- dan
lm m obilitas
infeksi nosokomial karena menurunnya daya tahan selular, \ ---/ I
------..-f
perubahan gaya hidup yang sering bepergian atau bahkan Fraktu r fem ur v lnkontinensia
--------r
terikat di tempat tidur serta adanya kondisi lingkungan Terika t
tem pat tidur
---'-' I

yang sering tidak mendukung hidup sehat. I


I

Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya


ditandai dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal
Kontraktur ^/t Dekubitus
+

-------,
ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65 % usia \ -/ Mat
lanjut yang terinfeksi sering tidak disertai peningkatan Disabilitas permanen

suhu badan, malah suhu badan dibawah 360 C lebih sering


Gambar 1. Diagram untuk menunjukkan penyakit flu biasa pada
dijumpai. Keluhan dan gejala infeksi menjadi tidak khas lanjut usia dapat menyebabkan penyakit serius/kematian
antara lain berupa konfusio / delirium sampai koma, adanya
penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas,
dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada
pasien usia lanjut. Karena sangat bervariasinya keluhan PERUBAHAN AKIBAT PROSES MENUA
dan gejala untuk infeksi pada usia lanjut maka perubahan
apapun yang terjadi di luar kebiasaan pasien usila harus Terdapat berbagai perubahan pada daya tahan tubuh dan
dipikirkan adanya penyakit infeksi dan harus ditelusuri perubahan anatomi maupun fungsi pada sistem organ
secara aktif dengan asesmen geriatri yang lengkap sampai tubuh seorang usia lanjut yang dapat menjadi alasan
terbukti benar-benar tidak ada infeksi. Kenapa begitu? Hal kenapa seorang usila lebih mudah terkena infeksi
ini disebabkan karena penyakit infeksi yang diderita dibanding usia muda. Perubahan-perubahan tersebut
tadinya ringan saja dapat berubah dengan cepat menjadi antara lain:
lebih berat, angka kematian infeksi pada usia lanjut 3 sampai
. Pada kulit, terjadi penipisan dermis dan penurunan
l0 x lebihtinggi dibandingusia dewasamuda dan kematian vaskularisasi pada kulit yang dapat meningkatkan risiko
bisa terjadi pada infeksi yang paling ringan sekalipun seperti terjadinya selulitis dan infeksi pada dekubitus.
terlihat pada Gambar 1.
. Pada salwannapas, terjadi penurunan fungsi danjumlah

884
PEIIAf,N. TSANAAN INFEKSI PADA USIA LAT{JUT SECARA MENYELURUH 88s

mukosilia serta penurunan reflek batuk memudahkan usia lanjut juga sangat mempengaruhi daya tahan tubuh
terjadinya pemmonia. terhadap infeksi, dimana akan menghasilkan tampilan
Perubahan pada peristaltik usus yang cenderung klinik ataupun pengobatan yang jauh berbeda antara
melambat dan atropi dari vili usus serta menunrnnya usia lanjut dan dewasa muda.
imunitas menyebabkan lansia mudah terkena gastro- . Kondisi ko-morbid lain berupa penwunan fungsional
enteritis akut baik yang ditularkan melalui air maupun seperti: nafsu makan berkurang, kesadaran menurun,
makanan yang tercemar. jatuh berulang, inkontinensia sering menjadi faktor
Pada saluran kemih, te{ adi pengosongan vesika urinaria pemicu sekaligus faktor risiko te{adinya infeksi dan
yang tidak sempurna dan penurunan keasaman urin, penurunan daya tahan.
menyebabkan lebih mudah/ sering terkena ISK (infeksi
Secara singkat perubahan imunitas pada usia lanjut
salurankemih)
yang terjadi karena proses menua dapat dilihat pada
Terjadi penurunan imunitas selular akibat penuaan pada
Tabel 1.
thymus, produksi sel T juga menurun, sehingga terjadi
peningkatan kejadian anergi. Respon proliferasi sel T
terhadap antigen/mitogen juga menurun, dan juga
terj adi penurunan aktivitas sel T-helper dan sel T-Cyto-
PREDISPOSISI PENYAKIT INFEKSI PADA USIA
LANJUT
foxlc. Sintesis sitokin juga menurun disebabkan karena
kesalahan ekspresi m-RNA atau tanda transduksi pada
Infeksi berarti te{adi keberadaan mikro-organisme di dalam
usia lanjut. Peningkatan antagonis sitokin pada usia
jaringan tubuh penderita dan mengalami replikasi. Jadi
lanjut juga menjadi salah satu penyebab memrnrnnya
infeksi merupakan proses interaksi antara kuman (agent),
produksi/proliferasi sel T yang berakibat supresi
pej amu (ho s t) dan
lingkungan.
imunitas.
Faktor predisposisi pada usia lanjut yang memudahkan
Pada percobaan binatang ditemukan penurunan fungsi
netrofil dan makrofagpada usia lanjut, sedang pada
terjadinyainfeksiantaralain: .'
. Faktor intrinsik penderita usia lanjut sendiri seperti yang
manusia masih belum jelas. Perurrunan fungsi limfosit
telah ditulis diatas yang terjadi akibat proses menua
B dan pembentukan antibodi secara tidak bermakna . Faktor kuman: a). jumlah kuman yang masuk dan
berkurang pada usia lanjut, tetapi beberapa penelitian
bereplikasi, b). virulensi kuman
menunjukkan sebaliknya karena fungsi sel B juga . Faktor lingkungan: apakah infeksi terjadi/didapat di
bergantung pada limfosit T.
masyarakat, rumah sakit atau di panti werda.
Berbagai penyakit kronis seperti diabetes melitus,
penyakit jantung koroner, penyakit paru obstruksi Gambar 2 dapat menjelaskan hubungan ke-3 faktor
kronik, gagalhati,gagal ginjal dllyang diderita seorang predisposisi tersebut.

Perubahan akibat Perubahan akibat


proses menua proses menua
lmmunitas bawaan Fungsi limfosit
KuliVmembran mukosa +++ Tipis dan Respon proliferasi ++ Menurun
kering
Komplemen Produksi sitokin i
sekresi
Netiofil Reseptor lL2llL-2 +++ Menurun
Polimorfonuklear
Adherencelchemotaxis tL-4 +++ Meningkat
lngestion lL-6 +++ Meningkat
Pembunuhan + Menurun tL-1 0 +++ Meningkat
intraselular
lmmunitas didapat IFN-y ++ Meningkat
Hormon-hormon timus +++ MenUrun PGEz ++ Meningkat
Kumpulan limfosit H ipersensitivitas +++ Menurun
tipe lambat
Sel T +++ Berubah Autoimunitas ++ Meningkat
Natural killer cells ++ Menurun
Keterangan : lL, interleukin; lFN, interferon; PGE2, prostaglandin E2
"-,tidak berubah karena menua; +, ringan; ++ sedang; +++, berat
Kebanyakan imunitas bawaan berubah karena penyakit ko-morbid, bukan dari proses menua sendiri.
" Fenotip sel T berubah dari bentuk asli menjadi sel T aktif / sel T memori
oJumlah
sel NK meningkat, tapi status fungsionalnya menurun.
eAutoantibodi
sering teridentifikasi; hubungan sebagai penyebab penyakit belum diketahui.
886 GERIATRI

biasa (outbreak) gastroenteritis akut pada usila di Mil-


waukee AS pada tahun 1993 yang disebabkan oleh virus
Cryptosporidium, suatu virus yang biasa hidup pada air
minum dan banyak menyebabkan kematian, sedangkan bila
menyerang orang dewasa muda biasanya tidak parah dan
dapat sembuh sendiri.

DIAGNOSIS

Seperti telah dikemukakan diatas, penampilan klinik infeksi


Penurunan fisiol, organ : Nutrisi :
pada usia lanjut sangat bervariasi dan tidak khas (atipikal),
tgiljal, hati, oaru-paru, ola(. jantung, dalll !b,albumin cL, Zn l'idral
lmunitas: Proses patologi: diperlukan kewaspadaan dan kejelian pengasuh/perawat/
Kulit,mukosa, LyT,LyB,makrofag,dll Dl\'4,malignancy,PPoK,
Gagal jantung dll dokter yang merawat penderita, terhadap adanya
perubahan yang terjadi baik perubahan fisik, kesadaran,
Gambar 2. lnteraksi Beberapa faktor predisposisi infeksi pada psikis, fungsional dan kebiasaan sehari-hari. Bila ada
usia lanjut
perubahan tersebut terutama yang terjadi secara akut,
harus dipikirkan salah satu penyebabnya adalah infeksi.
Asesmen lengkap perlu dilakukan dengan segera untuk
Berbagai jenis penyakit infeksi dapat mgngenai usia
menegakkan diagnosis infeksi atau bukan infeksi, karena
lanjut mulai dari yang paling ringan seperti influenza sampai
bila terlambat angka kematiannya tinggi.
dengan yang dapat mengancam jiwa seperti pneumonia.
Panas yang merupakan gejala utama bagi adanya
dan dari keadaan yang sederhana sampai sepsis.
infeksi, sering tidak muncul pada usia lanjut. Hal ini
Dari Tabel 2dapat dilihat berbagai jenis infeksi yang
disebabkan penumnan respon interleukin- 1 , fakor nekrosis
terjadi pada usia lanjut dan risiko angka kematiaffiya.
tumor dan interleukin-6 terhadap adanyapirogen endogen.
Imuno-defisiensi pada usia lanjut juga menjadi
Hasil penelitian dari Norman dan Yoshikawa (1996)
penyebab penyakit Sarkoma Kaposi klasik yang
mengusulkan kriteria baru untuk panas pada usia lanjut
kebanyakan diderita oleh para usia lanjut keturunanYahudi,
sebagai berikut: l.Peningkatan suhu badan lebih atau sama
Italia dan Eropa tengah. Laki-laki lebih banyak dari wanita
dengan 20 Fahrenheit yang menetap dari suhu normal
(2;1) dan berlokasi di bagian bawah pantat. Sarkoma
2.Temperatur oraT > 37 .20 C setelah pengukuran berulang,
Kaposi ini merupakan faktor predisposisi infeksi herpes
3.Temperatur rektal > 37 .50 C pada pengukuran berulang.
virus yang asimtomatik. Pemeriksaan serologi terhadap
Tidak adanya panas pada setiap infeksi pada usia lanjut
herpes virus Sarkoma Kaposi dapat menjadi petanda
selain menyulitkan diagnosis, juga menunjukkan
adanya imuno-defisensi berat pada usia lanjut di Eropa
prognosis yang je1ek, karena panas itu sendiri
Tengah dan Timur serta Israel dan Amerika Serikat.
menunjukkan adanya kemampuan badan dalam melawan
Imunodefisiensi juga menjadi dasar terjadinya kejadian luar
infeksi.
Penilaian dimulai dari anamnesis lengkap baik auto
maupun allo-anamnesis, ditanyakan bukan hanya keluhan
utama penyakit tetapi juga riwayat penyakit yang pemah
lnfeksi Angka kematian relatif diderita, riwayat obat-obatan yang digunakan, riwayat
dibandingkan usia muda* perjalanannya atau lingkungannya, riwayat makan atau
Pneumonia J minum sebelumnya dan riwayat kenapa sampai terjadi
lnfeksi saluran kemih 5-1 ot adanya infeksi ini. Yang tak kalah penting juga perlu
lnfeksi kulit dan jaringan lunak NA ditanyakan pemakaian prothese seperti katup jantung,
Endokarditis infektif z-5 prothese sendi/kapsul sendi, lensa tanam, pacu jantung,
Meningitis bakterialis J
graft pembuluh darah dan lain-lain. Hal ini karena sering
Tuberkulosis 1o+
terjadi interaksi antara benda asing tersebut dengan bakteri
Herpes zoster NA
maupun antibodi usila yang menimbulkan infeksi misalnya
Sepsis 3
pada endokarditis bakterial, artritis terinfeksi.
Kolesistitis 2-8
Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan organ-per
Appendiksitis 15-20
Divertikulitis NA
organ secara teliti, termasuk keadaan gigi, hidung, telinga
dan tenggorokan sampai colok dubur atau vagira pada
Catatan NA = Tidak ada data untuk pembanding
.Tidak, Faktor-faktor yang diindikasikan (contoh 3 kali lebih besar) wanita.
f Untuk infeksi ginjal Penunjang diagnostik standar yang harus dilakukan
t lnfeksi HIV dikeluarkan dari usia muda
untuk mendeteksi adanya infeksi ar,tara lain darah
PENATALAKSANAAI\ INFEKSI PADA USIA LAT{JUT SECARA MET{YELURUH 887

rutin, urinalisa, feses, foto torak, dan bila terjadi di daerah masih terdapat kontroversi terhadap penurunan fungsi
endemik suatu penyakit maka lakukan pemeriksaan limfosit B pada usila. Limfosit B lah yang dibutuhkan
terhadap jenis penyakit tersebut misalnya malaria, tifoid, peranannya dalam keberhasilan imunisasi. Masih banyak
hepatitis virus dan lain-lain. Di samping penunjang yang setuju dan berbagai penelitian menunjukkan hasil
diagnostik untuk infeksi perlu dilakukan pemeriksaan lain baik dari imunisasi pada usila untuk pencegahan terhadap
utnuk mencari faktor penyakit ko-morbid atau penurunan infeksi virus terutama untuk usila dengan risiko tinggi.
fungsi organ seperti gula darah, protein darah, ureum, Yang termasuk usila dengan risiko tinggi merutrut The
kreatinin, elektrolit, analisis gas darah bila terdapat sesak National Health dan Medical Research Council
napas, EKG dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan. Bila Q.{HMRC) Amerika Serikat adalah sebagai berikut:
ternyata ada sumber infeksi maka lakukan kultur darah/ . Seluruh individu dengan umur > 65 tahun
urirVpus/sekret/sputum sesuai dengan lokasi infeksi untuk . Individu dengan asplenia baik fungsional maupun
mencari mikro-organisme penyebab infeksi. anatomi, termasuk penyakit sickle-cell
Begitu diagnosis infeksi telah dibuat maka p enanganan/ . Pasien immunocompromised seperti: HIV (+) sebelum
terapi harus segera dilakukan (dengan antibiotika yang muncul AIDS, nefrosis akut, multipel mieloma, limfoma,
diberikan secara empirik) tanpa harus menunggu hasil penyakit Hodgkin dan pasien dengan transplantasi
kultur. Tatalaksana mulai dari penegakan diagnosis sampai
organ
penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut dapat dilihat pada . Pasien dengan immunocompetent, tetapi menderita
Gambar3.
penyakit kronik seperti: penyakit jantung kronik,
penyakit ginjal kronik, diabetes mellitus, penyakitparu
kronik, pecandu alkohol
PENATAI.AKSANAAN . Orang Aborigin dan Tbrrest Strait Islander dengan
umur > 50 tahun
Terapi infeksi selalumemerlukan anti mikrobayang sesuai . Pasien dengan kelemahan CSF.
dengan penyebab infeksi. Tetapi pada infeksi virus banyak
virus tidak ada anti virusnya, sehingga diperlukan Untuk infeksi bakterial diperlukan terapi antibiotika
peningkatan daya tahan tubuh yang prima untuk yang sesuai dengan hasil kultur. Tetapi bila hasil kultur
mengeliminasi virus tersebut. Beberapa infeksi virus belum ada, diperlukan terapi empirik yang sesuai dengan
seperti influenza, pneumonia, hepatitis, meningitis, en- lokasi infeksi, lokasi penderita dan lokasi terjadinya infeksi
terovirus dapat dilakukan pencegahan dengan vaksinasi (di masyarakat atau di rumah sakit). Dalampemberian dosis
untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Vaksinasi dan pemilihan jenis antibiotika perlu diingat adanya
pada usila kenapatidak? Seperti dikemukakan dimuka bahwa perubahan fungsi organ akibat proses menua serta ko-

Tam pilan m asalah/problem non-spesifik


(konfusio, jatuh, kehilangan nafsu makan, dll)

Riwayat penyakit Temuan


secara detil pemeriksaan fisik Pengkajian lab.
Kemajuan evaluasi (contoh riwayat (contoh terdengar Dasar
pasien, diagnosis demam repatik) suara 54 dan bising
anterior)
dan penatalaksanaan
infeksi pada pasien
usia lanjut Pengkajian lab. Awal dan radiografi-
(contoh kultur darah serial, ekokardiografi)

Diagnosis spesifik (contoh Endokarditis


infeksi, identitas bakteri penyebab)

Terapi organism e spesifik

-Nilai ambang rendah untuk penelitian objektif


(kultur darah, foto toraks, dll) dibutuhkan untuk
pasien dengan gangguan kognitif

Gambar 3. Penampilan penyakit dan evaluasi infeksi pada usia lanjut


888 GERIAIRI

morbid yang ada pada usila yang kesemuanya akan Tabel 4 dibawah dapat dipakai sebagai contoh terapi
berakibat pada terjadinya perubahan distribusi obat, antibiotika empirik pada usila.
metabolisme obat, ekskresi dan interaksi obat. Penuaan Penatalaksanaan infeksi pada usila tidak hanya dengan
sendiri telah menyebabkan menurunnya filtrasi glomeru- antibiotika saja, tetapi terapi terhadap penyakit ko-
lus sebanyak 50 % padausia 70 tahun, sehingga diperlukan morbidnya dan perbaikan keadaan umum (nukisi, hidrasi,
penurunan dosis obat yang diekskresi lewat ginjal. oksigenasi, elektrolit, albumin,dll) sangat diperlukan juga
Beberapa antibiotika juga berinteraksi dengan obat-obat untuk mengeliminasi infeksi. Penyakit ko-morbid yang
lain yang secara bersamaan sering diminum usila untuk berat serta keadaanumum yang jelek sering menimbulkan
terapi penyakit ko-morbidnya. Interaksi tersebut dapat sepsis. Terapi nutrisi sangat penting bagi usila, dan perlu
dilihat pada Tabel3. diingat bahwa usila yang tidak sakitpun sudah susah makan
Interaksi obat tersebut dapat meningkatkan toksisitas apalagi bila sakit, karena itu evaluasi terhadap diet harus
obat, atau penurunan efektivitas obat. Contohnya sangat ketat. Bila penderita tidak dapat / mau makan seperti
makrolid, tetrasiklin, sulfa dll (tidak termasuk azitromisin) biasa, perlu diberikan per-sonde atau kalau perlu secara
dapat meningkatkan toksisitas digoksin, warfarin, teofilin parenteral. Cairan juga harus cukup, monitor osmolaritas
dan terfenadin, atau pemakaian antasid atau I! bloker akan plasma atau kalau perlu monitor CVP serta balans cairan,
menurunkan absorbsi kuinolon. diperlukan untuk mengetahui kecukupan cairan pada
Efektivitas antibiotika juga dapat berubah atau penderita. Peranan asuhan keperawatan yang baik sangat
menurun karena adanya perubahan motilitas gaster, diperlukan, seperti menjaga kenyamanan penderita,
penurunan permukaan untuk absorbsi, peningkatan kebersihan penderita dan tempat tidurnya terutama bila
jaringan adiposa dan interaksi obat. ada inkontinensia, mencegah terjadinya dekubitus dan

Rute primer lnteraksi obat


Antibiotika pembuangan
p-Laktam (golongan penisilin, sefalosporin, Ginjal Beberapa sefalosforin dengan rantai
karbapenem, monobaktam) samping MTT (contoh sefoperazon,
sefotetan) mungkin bereaksi dengan
warfarin (f PT)

Makrolidb (eritrom isin, klaritromisin, Hati Digoksin, warfarin, terfenadin, teofi lin
roksitrom isin, azitrom isin)

Tetrasiklin Hati (?) Digoxin, antasid, "besi"


dantasid,
Fluoroquinolon (ciprofloxacin, ofloxacin, Ginjal Teofi lin, "besi"
levofloxacin, etc)

Trimetoprim-sulfametoksazol Ginjal/Hati Digoxin,procainamide,phenytoin,


warfarin, Obat hipoglikemik oral

Vancomycin Ginjal 'Sedikit interaksi


Rifampisin (rifampin, rifabutin) Hati Beberapa"
Lain-lain
Clindamycin Hati
Metronidazole Hati ETOH
Azole anti jamul Hati Beberapa,"H2 b lockerlantasid

(ketokonazol, itrakonazol,
, flukonazol)
'Catatan kecuali yang dibuang lewat hati: nafcillin, ceftriaxone, cefoperazone
b
Azithromycin aOitatr gotonban azalide, bukan macrolide, dan hanya mempunyai sangat sedikit interaksi obat.
Penelitian PK spesifik-mengindikasikan tidak ada perubaha pada kadar digoxin, terfenadine, warfarin atau Theophylline
dengan azithromycin.
" Suplemen Fe2** dan antasid menghalangi dan menghambat absorbsi quinolon dan tetracyclin
Penurunan asam lambung sendiri tidak penting mereka bukan asli penghambat H2.
d
Kadar Teofilin meningkat dengan beberapa fluoroquinolon,
" rifampins dan azole antijamur menghambat dan kemudian menginduksi Cyp 3 A4 di system P450
dan
rKe apa, interaksi (fatau J kadar beberapa obat lain).
e memerlukan asam lambung untuk absorbsinya sedangkan fluconazole tidak.
PENAIAL/\KSANAAN INFEKSI PAT'A USIA LANJUT SECARA MENIELURUH 889

Komentar

Didapat di masyarakat
(Community Acquited) i
Penderita rawat jalan Amoksisilin Amox-clav, jika sumbernya dari gigi
Sinusitis akut
Bronkitis kronik Amoksisilin Eksaserbasi lnfeksi
Pneumonia Amox-clav/ azitromisi n/ Perokold PPOK sering dijumpai
FQ generasi ke-2l3
Selulitis Cephalexin
lnfeksi ulkus kaki Amox-clav Terapi awal untuk infeksi kaki diabetik
lnfeksi saluran kemih simtomatik TMP-SMZ (wanita); Fa (laki- Sistitis biasa (Uncomplicated cysf,Iis) atau pielonefritis
laki)
Diare infeksi FQ Kuncinya rehidrasi per oral
Antibiotik berhubungan dengan Metronidazol Panas dan nyeri abdominal atau mual dapat disebabkan
diare oleh C difficile
Herpes zoster Famsiklovir atau valasiklovir Harus dimulai terapi dalam 72 jam
Terapi pasien rawat inap
Pneumonia Seftriakson + makrolid FQ untuk pasien alergi p-lactam
Pneumonia (berat) Seftriakson ditambah Penyakit sangat serius (lCU); dapat disingkirkan penyebab
makrolid/Generasi ke-2l3 FQ legionell a; tambahkan vancomycin jika terdapat
S pneumoniaeyang sangat resisten terhadap penicillin
Pielonefritis (tanpa katete0 Generasi ke-3/4 sefalosporin AZreonam atau FO jika pasien alergi p-laKam
Urosepsis (dengan kateter) Generasi ke-3/4 sefalosporin Urosepsis yang berhubungan dengan kateter sering
ditambah ampisilin polimikrobial, termasuk spesies enterococcal, ditambah
dengan aerobic basilus gram negative
Meningitis Akut Seftriakson ditambah Vankomisin plus TMP-SMZ untuk pasien alergi/anafilakgi
vankomisin pJaktam; diperlukan vanc.untuk kasus S. pneumoniaeyang
resisten terhadap penisilin
Kolesistitis Akut Ampisilin-sulbaktam Sering diperlukan pembedahan
Komplikasi kolesistitis akut ESPCN-BL + gentamisin Peranan esensial untuk pembedahan gawat darurat atau
(perforasi, gangrene, kolesistitis dekompresi/ drainase eksternal
emfisematosa, cholangitis)
Appendisitis
Divertikulitis Sefoksitin/ sefotetan/ amp- Jika tidak ada respons diperlukan pembedahan
sulbaKam
Kolitis lskemik Generasi ke-3/4 sefalosporin + Perlu intervensi pembedahan jika terjadi perforasi dan infark
klindamisin/ESPCN-BL
Endokarditis katup Penisilin + nafsilin Vankomisin untuk penderita alergi penisilin
lnfeksi ulkus kaki diabetik Amp-sulbactam atau ESPCN- Generasi ke-3/4 ceph. Atau FQ dan clinda. Untuk penderita
BL 0ika Rx terdahulu) alergi PCN
Selulitis Sefazolin Vankomisin atau klindamisin untuk penderita alergi pJaktam
Sindrom syok septik; tanpa lmipenem/ silastatin Perawatan suportif perlu agresif
ketemu sumbemya
Panti rawat werda (Nursing
home):
Dekubitus terinfeksi FO + klindamisin (PO); ESPCN- Pemerataan tekanan (alih baring), nutrisi, esentta/
BL (rv) debridement; kultur/foto Rof untuk mengidentifikasi adanya
osteomielitis dan MRSA
Pneumonia cenerasi ke-2l3 FQ (PO); Pertimbangkan tuberkulosis
seftriakson (lV)
Urosepsis Siprofloksasin (PO); seft riakson Tambahkan terapi untuk enterokokus jika memakai kateter
(rM/rv)
kolitis C.drfficlle Metronidazol Perhatian melekat untuk mengontrol infeksi seperti infeksi
nosocomial yang terdokumentasi
Nosokomial/Rumah sakit :
Pneumonia Klindamisin + seftazidim atau Pemilihan antibiotik dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
FQ;ESPCN-BL mendasari kondisi medis, status mental, alat Bantu
pernapasan, antibiotik terdahulu, pengecatan gram sputum,
resiko terhadap MRSA

Urosepsis yang berhubungan Ampisilin +generasi ke-3/4 Diperlukan kultur untuk pemilihan terapi
dengan kateter seph Pada penderita immunocompromise4 tambahkan
lnfeksi yang berhubungan dengan Vankomisin seftazidim; diperlukan pembedahan pada sepsis
kateter intravena (selulitis, trombophlebitis
phlebitis, abses, bakteriemi)

Diare yang berhubungan dengan Metronidazol Jika mungkin putuskan hubungan dengan antimikrobial;
C difficile perhatian untuk kontrol infeksi
Pembukaan kembali dan pembersihan jaringan merupakan
lnfeksi insisi jaringan Post-operasi Sefazolin (infeksi ringan); terapi definitif, pemilihan antibiotik berdasarkan kultur
(abdominal) dengan selulitis, vankomisin + Generasi ke-3/4
abses, atau baKeriemi seph. (infeksi berat)

Keterangan : Amoks-klav., amoksisilin-klavulanat; Amp-sulb , ampisilin-sulbaktam; Seph., seftralosporin; ESPCN-BL, ekstended-


spektrum penicillin-betalactamase combination (contoh, tikarsilin-klavulanat, piperasilin-tazobaktam); FQ, fluorokuinolon (generasi
pertama: siprofloksasin, ofloksasin, lomefloksasin; Generasi kedua: levofloksasin, trovafloksasin, grepafloksasin); Ticar-clav.,
tikarsilin-klavulanat; TMP-SMZ, trimeto-pri-sulfametoksazol.
Catatan: Pemilihan antibiotik untuk terapi empirik harus segera diganti apabila sudah ditemukan hasil kultur dan tes sensitivitas.
890 GERIAIRI

kontraktur pada penderita-penderita yang tidak dapat puluh persen FUO pada usia lanjut berhubungan dengan
bergerak ataupun kesadaran menurun. Jadi jelas bahwa penyakit keganasan terutama keganasan hematologik.
penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut sangat LangkahJangkah penatalaksanaan FUO dapat dilihat
membutuhkan kerja sama tim multi-disiplin yang bekerja pada tabel 5. Asesmen lengkap perlu dilakukan ditambah
secara inter-disiplin. dengan berbagai pemeriksaan canggih seperti CT scan
dan MRI terutama untuk kepala, abdomen dan tulang.
Terapi diberikan sesuai dengan faktor penyebabnya.
FEVEROF UNKNOWN ORtGtN (FUO)

FUO adalah suatq keadaan yang klasik ditandai dengan KESIMPULAN


panas > 3 8.30C yang sudah berlangsung minggu
minimal 3
dan tetap tidak diketahui penyebabnya setelah dilakukan Penyakit infeksi pada usia lanjut perlu diwaspadai pada
berbagai pemeriksaan selama I minggu. Penyebab FUO setiap adanya perubahan mendadak (akut) dari tingkat
pada usia lanjut relatif tidak sama dengan pada usia muda. kesadarannya, kebiasaannya maupun keadaan fisiknya.
Faktor penyebab dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Setiap perubahan akut yang cenderung menurun /
Sekitar 1/3 kasus FUO pada usia lanjut ternyata membwuk harus dipikirkan adanya penyakit infeksi dan
berhubungan dengan infeksi bakteri seperti abses perlu di nilai secara teliti, sampai terbukti tidak ada penyakit
abdominal, endokarditis bakterial, tuberkulosis, abses infeksi. Bila terlambat akan mempertinggi angka kematian
periginjal atau osteomielitis tersembunyi. Lebih banyak pada usia lanjut.
kasus FUO pada usia lanjut ternyata berhubungan Panas yang merupakan tanda kardinal pada penyakit
dengan penyakit jaringan penghubung seperti arteritis infeksi, kadang-kadang tidak ditemukan pada usia lanjut
temporal, polimialgia reumatika, poliarhitis nodosa. Dua (sekitar 20-35% kasus infeksi usia lanjut tidak panas),

Jumlah
Penyebab Kasus (%) Langkah-langkah Evaluasi FUO

lnfeksi 35 Step 1: Pastikan panasnya dengan pengukuran secara serial,


Abses inkaabdominal 12 riwayat sebelumnya ,contoh. perjalanan, terpapar TB,
obat-obatan yang diminum (dari resep dokter maupun
Tuberkulosis 6
beli sendiri), gejala-gejala yang dialami (gejala
Endokarditis infeksi 10 temporal arteritis), dan fisik.
Lain-lain 7 Hentikan obat-obatan yang tidak penting
Penyakit vaskular kolagen 28 Step 2: Evaluasi laboratorik dasar: kadar leukosit dengan hitung
Temporal arteritis/ 19 jenisnya, enzim hati, laju endap darah (LED), kultur darah
polimialgia reumatika 3x, PPD, TSH, ANA, pertimbangkan ANCA atau HIV
tidak spesifik.
Poliarteritis nodosa 6
Step 3: (A) CT-scan abdominal/pelvis jika tidak diketahui
Lain-lain 3
sumbernya, atau
Malignansi 19 (B) Biopsi arteri temporal jika gejala dan tanda
Limfoma/hematologik 10 menyerupai polimialgia reumatika/temporal artritis dan
Solid tumor I peningkatan LED atau
Lain-lain (e.,9 emboli I (C) Tempat ditunjukkan berdasarkan pada gejala dan
pulmonal, drug fevef tanda dan abnormalitas hasil laborat
Tidak terdiagnosis I Step 4: Jika 3A dikerjakan dan tetap tidak diketahui sumbernya
) 38, dan sebaliknya
Step 5: (A) Hasil terbaik biopsi BM jika hemogram abnormal
dikirimkan untuk H&E, pengecatan spesial, Cx's atau
(B) Hasil biopsi hati hampir nol kecuali jika ditemukan LFT
yang abnormal atau hepatomegali
Step 6: (A) Laparoskopi atau laparotomi eksplorasi; atau
(B) Dalam skaning-1 11/Ga-67, skan nuclear dapat efektif
mengenyampingkan penyebab infeksi
pada FUO jika negatif
Step 7: Terapi ekjuvantivus untuk TB dapat diterima untuk
penderita immunocompromlsed atau sangat dicurigai TB
(sebelumnya PPD tes positif)

Persentase ini dihitung berdasarkan 3 penelitian FUO pada usia lanjut. TB: Tuberkulosis
PENATALAKSANAAN INFEKSI PADA USIA LAT{JUT SECARA MENIELURUH 891

sehingga batasan panas pada usia lanjut berubah. High I(P. Infection in the elderly. In:Hr.zzmd WR, Blass JP, Ettinger
Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut, selain WH, Halter JB, Ouslander JG, editors. Principles of geriatric medi-
cine and gerontology. 4s ed. New York: Mc Graw-Hill, Inc; 1999.
antibiotika yang sesuai, memerlukan terapi adekuat untuk
p. 1443-54.
penyakit-penyakit ko-morbid yang diderita para usia lanjut.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Essentials of clinical geriatrics.
Juga diperlukan penatalaksanaan keperawatan yang 3th ed. New York: Mc Graw-Hill, hq 1994. p.201-12.
komplek dan terapi suportif seperti nutrisi, cairan dan Kamal A, Brocklehurst JC. A colour atlas of geriatric medicine, 1983:
elekholit, oksigen dan lain-larn. 9.
Naumova EN, Egorov AI, Morris RD, Griffith JK. The elderly and
waterborne cryptosporidium infection: gastroenteritis hospi-
talizations before and during the 1993 Milwaukee outbreak.
REFERENSI
Emerging Infectious Disease. 2003 ; 9 :4:418-23.
Norman DC, Yoshikawa TT. Fever in the elderly. Infect Dis Clin
Departement of Veterans' Affairs 13 Keltie Street, Woden ACT North Am. 1996;10 (1):93.
2606. Pneumoccal infection and vaccination in the elderly, Richardson JP. Infections. In: Adelman AM, Daly MB ed. 20
2003. Common problem in geriatrics. Boston: Mc Graw-Hill, Inc;
Engels EA, Clark E, Aledort LM, Goedert JJ, Whitby D. Kaposi's 2001. p.349-65.
sarcoma- associated herpesvirus infection in elderly Jews and Strausbaugh LJ. Emerging health care-associated infections in the
non-Jews from New York City. International J Epid. geriatric population. Emerging infectious diseases. 2007;7:2:268-
2003;31:946-50. 71.
Hadisaputro S, Martono HH.Infeksi pada usia lanjut. Buku ajar Williams GO, Jogerst GJ. Infectious disease problems in the elderly.
geriatri. In: Darmojo B, Martono H, editors. Jakarta: Balai In: Reichel W, ed. Care of the elderly: Clinical aspects of aging.
penerbit FKUI; 1999. p.323-38. 4'b ed. Baltimore: Williams & Wilkins; 1995. p.206-17.
138
STROK DAN PENATALAKSAN LINNYA
OLEH INTERNIS
Hadi Maftono, RA Tuty Kuswardani

PENDAHULUAN JENIS DAN EPIDEMIOLOG!

Strok didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis Di seluruh dunia strok merupakan penyakit yang terutama
gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit mengenai populasi usia lanjut. Insidens pada usia 75-84
neurologis.Definisi lain lebih mementingkan defisit tahun sekitar 10 kali dari populasi berusia 55-64 tahun. Di
neurologis yang terladi sehingga batasan strok adalah Inggris strok merupakan penyakit ke-2 setelah infark
sebagai berikut: "suatu defisit neurologis mendadak miokard akut sebhgai penyebab kematian utama,
sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak". sedangkan di Amerika strok masih merupakan penyebab
Dari definisi tersebut jelas bahwa kelainan utama strok kematian ke-3. Total biaya yang diperlukan untuk
adalah kelainan pembuluh darah yang tentu saja, penatalaksanaan I (satu) kasus strok diperkirakan sekitar
merupakan bagian dari pembuluh darah sistemik. US $ 8 0.000- 1 00. 000. Dengan makin meningkatny a lopay a
Penyebab dan kelainan pembuluh darah tersebut secara pencegahan terhadap penyakit hipertensi, diabetes melitus
patologis bisa didapati pada pembuluh darah di bagian dan gangguan lipid, insidens strok di negara-negara maju
lain tubuh. Oleh karenanya strok harus dianggap makin menurun. Di Perancis strok disebut sebagai
merupakan akibat komplikasi penyakit sistemik. "serangan otz/r. (attaque cerebrale)" yang menunjukkan
Komplikasi yang terjadi, mengingat pembuluh darah di analogi kedekatan strok dengan serangan jantung.
otak masih merupakan bagian dari pembuluh darah Berdasarkan atas jenisnya strok terbagi atas:
sistemik. Di samping itu, kematian otakyang sudahterjadi
tidak akan dapat diobati dengan cara apap:ur;. Obat-
Strok Non Hemoragik
obatan neuroprotektor yang sering digunakan oleh para
Jenis strok ini pada dasarnya disebabkan oleh oklusi
dokter ternyata tidak terbukti bermanfaat berdasrkan
pembuluh darah otak yang kemudian menyebabkan
penelitian-penelitian ilmiah (EUSI 2003). Oleh karena itu,
terhentinya pasokan oksigen dan glukosa ke otak. Stok ini
penatalaksanaan utama strok berupa perawatan umum
sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis
dan mengatasi komplikasi sistemik, yang pada giliran
arteiotaUatatyang memberi vaskularisasi pada otak atau
selanjutnya diharapkan dapat mencegah perluasan
suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak yang
kerusakan jaringan otak. Karena itu seyogyanya semua
tersangkut di arteri otak. Strok jenis ini merupakan strok
spesialis penyakit dalam harus berperan, bahkan berperan
yang tersering didapatkan, sekitar 80% dai semua strok.
utama, dalam penatalaksanaan strok, termasuk pula
Strok jenis ini juga bisa disebabkan berbagai hal yang
dokter yang berkecimpung dalam bidang geriatri, sebagai
menyebabkan terhentinya aliran darah otak, antara lain syok
subbagian ilmu penyakit dalam, harus menguasai
atau hipovolemia dan berbagai penyakit lain.
penatalaksanaan strok pada usia lanjut, mengingat pada
populasi ini insidens kelainan ini sangat tinggi dan
komorbiditas berbagai organ dan sistem merupakan hal Strok Hemoragik
yang sangat penting. Strok jenis ini merupakan sekitar 20o/o dari semua strok,

892
STROK DAN PENATALAKSANAANNYA OLEH INTERNIS 893

diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma dari GEJALADAN TANDA


Charcot atalu etat crible di otak. Dibedakan attara:
perdarahan intraserebral, subdural, dan subaraknoid. Gejala strok bisa dibedakan atas gejalaltanda akibat lesi
Secara patologis pada strok non hemoragik, yang dan gejalaltanda yang diakibatkan oleh komplikasi-
merupakan jenis terbanyak dari seluruh strok, apa yang nya.Gejala akibat lesi bisa sangat jelas dan mudah unhrk
terjadi pada pembuluh darah di otak sempa dengan apa didiagnosis, akan tetapi bisa sedemikian tidak jelas
yang te{adi di jantung, terutamajenis emboli dan trombosis. sehingga diperlukan kecermatan tinggi untuk
Oleh karena itu faktor, risiko terjadinya strok serupa dengan mengenalinya. Pasien bisa datang dalam keadaan sadar
faktor risiko penyakit jantung iskemik, yaitu: dengan keluhan lemah separuh badan pada saat bangun
. Usia, yang merupakan faktor risiko independen tidur atau sedang bekerja, akan tetapi tidakjarang pasien
terjadinya strok datang dalam keadaan koma dalam sehingga memerlukan
. Jenis kelamin, pada perempuan pre menopause lebih penyingkiran diagnosis banding sebelum mengarah ke
rendah dibanding pria. Setelah menopause faktor strok. Secara umum gejala tergantung pada besar dan letak
perlindungan pada wanita ini menghilang, dan lesi di otak, yang menyebabkan gejala dan tanda organ
insidensnya menjadi hampir sama dengan pria yang dipersarafi oleh bagian tersebut. Jenis patologi
. Hipertensi, baik sistolik maupun diastolik merupakan (hemoragik atau non hemoragik) secara umum tidak
faktor risiko dominan untuk terjadinya strok baik menyebabkan perbedaan dari tampilan gejala, kecuali
hemoragik maupun non hemoragik bahwa pada jenis hemoragi seringkali ditandai dengan
. diabetesmelitus,hiperlipidemia nyeri kepala hebat, terutama terjadi saat bekerja. Beberapa
. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung, perbedaan yang terdapat pada strok hemisfer kiri dan
antara lain gangguan irama (fibrilasi-atrial), infark kanan dapat dilihat dari tanda-tanda yang didapatkan dan
miokard akut atau kronis, yang mengakibatkan dengan pemeriksaan neurologis sederhana dapat diketahui
hipoperfusi (dekompensasi jantung), infeksi yang kira-kira letak lesi, seperti yang terlihat di bawah ini.
disertai vegetasi (endokarditis bakterialis subakut), tu-
Lesi di korteks
moratrium. . gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak
. Penyebab jantung dikatakan bertanggung jawab atas
lesi
.
sekitar 30o/o daripenyebab strok . hilangnya sensasi kortikal (stereognosis, diskriminasi
Koagulopati karena gangguan berbagai komponen
2 itlk) ambang sensorik yang bervariasi
darah antara lain hiperhbrinogenemia, dll .
. kurang perhatian terhadap rangsang sensorik
Faktor keturunan juga memegang peranan penting . bicara dan penglihatan mungkin terkena
dalam epidemiologi strok
. Hipovolemia dan syok terutama pada populasi usia Lesi di kapsula
lanjut, di mana refleks sirkulasi sudah tidak baik lagi. . lebih luas, mengenai daerah lawan letak lesi

Gagal pompa jantung


H ipotensi sistem ik (syok)
Pen ingktan tekanan intrakranial

Penebalan dinding pembuluh darah


Obstruksi lum inal tromboem boli
Arteri spasme
Fokal Kompresi eksternal

Subaraknoid Ruptur anerisme

Hemoragik
Ru ptu r a rteri/intrasere bra I

ln te rsereb ra I
a rtriol

(Ebrahim and lammie,2003)

(Ebrahim and Lam mIe,2003)


Gambar 1. Skema pembagian strok
894 GERIAIRI

Kerusakan otak
sebelah kiri

Paralisis Defisit-bahasa-
sisi kanan b ica ra

Tipe prilaku: Tipe prilaku:


hati-hatilambat impulsif cepat

Defisit ingatan Defisit ingatan


(bahasa) (tampilan)

Gambar 1. Perbedaan antara strok hemisfer kiri dan kanan (Harrel, 1988)

. sensasi primer menghilang Gangguan respirasi, baik akibat infeksi maupun akibat
. bicara dan penglihatan mungkin terganggu penekanan di pusat napas.

Lesi dibatang otak Infeksi dan sepsis merupakankomplikasi strokyang serius.


. luas, bertentangan letak lesr Gangguan ginjal dan hati.
. kenai sarafkepala sesisi dengan letak lesi (III-IV otak
Cairan, elektrolit, asam, dan basa.
tengah)
. (V,VI,VII, dan VIII di pons), (IX,X,XI, XII di medula) Ulcer stres, yanE sering menyebabkan terjadinya
hematemesis danmelena
Lesi di medula spinalis
. neuron motorik bawah di daerah lesi, sesisi Penelitian Clifford Rose, 1990 di Inggris tentang kematian
. neuron motorik atas di bawah lesi, berlawanan letak akibat strok akut dapat dilihat pada Tabel 1.
lesi Komplikasi kronis akibat strok yang sering terjadi dan
. gangguan sensorik perlu diperhatikan adalah:
. Akibat tirah baring lama di tempat tidur bisa teg'adi pneu-
Gejala akibat komplikasi akut menyebabkan kematian 5
monia, dekubitus, inkontinensia serta berbagai akibat
kali lebih banyak dibandingkan akibat lesi, dan bersama-
imobilisasi lain
sama keduanya menyebabkansekitar 20Yo kematian pada
. Rekurensi strok
haripertama.
' Gangguansosial-ekonomt
Komplikasi akut yang terjadi adalah: . Gangguan psikologis.
Kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya merupakan
mekanisme kompensasi sebagai upaya mengejar
kekurangan pasokan darah di tempat lesi . Oleh karena
Penyebab lnfark Hemoragia Keterangan
itu kecuali bila menunjukkan nilai yang sangat tinggi kematian iskemik serebral
(sistolik > 22}ldiastolik >130) tekanan darah tidak perlu Kematian otak 9o/o 70Yo Kematian
diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada pnmer 4OY" 13Yo akibat luasnya
pasien hipertensi kronis tekanan darah juga tidak perlu Pneumonia 20o/o 10o/o lesi, tak ada
Emboli paru 8o/o 3Yo yang bisa
diturunkan segera. lnsufisiensi ginjal 13yo <1o/o diperbuat
lnsufisiensi jantung <1Yo 4%
Kadar gula darah. Pasien sfrok seringkalimerupakanpasien lnfark jantung 9Yo <1o/o

DM sehingga kadar gula darah pasca strok tinggi. Akan Rekurensi strok
tetapi seringkali te{adi kenaikan gula darah pasien sebagai Dari : Clifford Rose, 1990 (dengan catatan penulis)
reaksi kompensasi atau akibat mekanisme stres.

Gangguan jantung baik sebagai penyebab maupun


sebagai komplikasi Keadaan ini memerlukan perhatian PENATALAKSANAAN STROK AKUT
khusus, karena seringkali memperburuk keadaan strok
bahkan sering merupakan penyebab kematian. Melihat berbagai hal yang telah dibicarakan di atas, maka
STROK DAN PENATALAKSAN/MNI\IYA OLEH INTERNIS 89s

penatalaksanaan strok akut pada dasarnya adalah sebagai terbiasa dengan keadaan tekanan darah yang meninggi,
berikut: sehingga bila mendadak tekanan,darah diturunkan, akan
Diagnosis, ditujukan unffi mencari beberapa keterangan, terjadi gangguan metabolik otak yang sering justru
antara lain: memperburuk keadaan. Pada hari-hari pertama ini
. Apakah pasien menderita strok atau bukan pemrnrnan tekanan darah juga dibedakan apakah pasien
. Bila memang strok, letak, jenis, dan luas lesi. Untuk memang pasien hipertensi kronis, yang penurunan tekanan
kedua keadaan di atas, pemeriksaan baku emas adalah darahnya sebaiknya sampai 180/100-105 mmHg. Apabila
pemeriksaan dengan pencitraan tomograh terkomputer belum pernah menderita hipertensi maka sasaran
(CT-scan), walaupun pada beberapa keadaan, antara pemrrunan tekanan darah bisa sampai 160-180/90-100
lain strok di batang otak pada hari-hari pertama sering mmHg. Apabila direncanakan tindakan trombolisis,
kali tidak didapatkan abnormalitas, sehingga harus tekanan darah sistolik tidak boleh melebihi 180 mmHg. Agar
diulang setelah 24 jam kemudian. Dengan MRI pemrrunan darah bisa dilaksanakan secara titrasi maka
(magnetic resonance imaging : pencitraan dengan dianjurkan pemakaian obat labetaloVurapidil/nitroprusid
resonansi magnetik) diagnosis letak danjenis lesi dapat atau nitrogliserin intravena atau kaptopril oral.
lebih diketahui dengan pasti. Lesi kecil di batang otak Penggunaan nifedipin oral atau penurunan tekanan darah
yang tidakterlihat dengan CT:scantersebut, akan dapat yang terlalu drastis perlu dihindari.
terdeteksi dengan MRI
. Gula darah. Seperti halnya dengan tekanan darah, gula
Status pasien secara keseluruhan, termasuk di sini
darah seringkali meningkat pada hari-hari pertama strok,
adalah tekanan darah, kadar gula darah, keadaan
akan tetapi penelitian merurnjukkan bahwa gula darah yang
kardiorespirasi, keadaan hidrasi, elektrolit, asam-basa,
tinggi akan memperburuk kerusakan otak, sehingga
keadaan ginjal, dan lain-lain.
. peninggian kadar gula darah pada hari-hari pertama strok
Terdapat beberapa sistem skor untuk mendiagnosis
harus diturunkan senormal mungkin, kalau perlu dengan
jenis, letak dan besarnya lesi, antara lain skor Siriraj,
pemberian insulin melalui p ompa syringe
skor Gajah Mada, dan lain lain, akan tetapi ketepatannya
masih tidak bisa diandalkan Keadaan kardiorespirasi telah dikemukakan di atas sering
menyebabkan kematian oleh karena itu perlu pemantauan
Perawatan umum, diarahkan unfuk memberikan perawatan
yang baik dan diberikan tindakan pengobatan bila perlu.
yang optimal pada pasien, memberikan posisi yang tepat,
alih baring untuk pasien dengan kesadaran menurun, dan Ulkus stres, infeksi, gangguan ginjal, atau hati juga
pemberian hidrasi yang cukup merupakan beberapa aspek merupakan berbagai keadaan yang perlu diperhatikan pada
perawatan yang penting. Termasuk disini adalah pengkajian penderita strok, karena keadaan tersebut seringkali terjadi
gangguan menelan dan tatacara pemberian nutrisi bila dan sering menentukan kelangsungan hidup pasien.
terdapat gangguan menelan. Seringkali pemberian makanan
Emboli paru dan/atau trombosis vena dalam: sering
per oral (aktif atau dengan sonde) diberikan pada pasien
merupakan komplikasi strok. Keadaan ini bisa dihindari
yang berbaring. Pada usia lanjut hal ini sangat berbahaya,
dengan pemberian hidrasi yang cukup dan mobilisasi dini,
karena sering menyebabkan pneumonia aspirasi.
baik secara pasif maupun aktif.
Perbaikan gangguan/komplikasi sistemik: seperti
Terhadap lesi. Perlakuan terhadap lesi tergantungjenis,
dikemukakan di atas, berbagai komplikasi sistemik sering
besar, dan letak lesi, serta berapa lama lesi sudah terjadi.
lebih berbahaya dibandingkan stroknya sendiri. Oleh
Lesi hemoragik, terutama subaraknoid dan subdural bisa
karena itu keadaan tersebut harus selalu dipantau.
segera dilaksanakan operasi, akan tetapi jenis intra-
Beberapa di antaranya akan dibicarakan berikut ini.
serebral hanya yang terletak superfisial bisa dilaksanakan
Tekanan darah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa operasi, itupun kalau waktunya masih kurang dari 12 jam.
pada strok akut, biasanya tekanan darah akan meningkat Lebih dari itu sudah terjadi edema sekitar sehingga
sebagai mekanisme kompensasi, untuk kemudian kembali walaupun masih bisa dilakukan operasi hingga 72 jam
menjadi normal setelah 2-3 hari. Oleh karena itu, hasilnya tidak sebaik bila operasi dilakukan lebih awal.
peningkatan tekanan darah pada hari-hari pertama strok Setelah 120 jam tidakbisa dilakukan operasi, karena sudah
tidak perlu dikoreksi, kecuali bila mencapai nilai yang terjadi nekrosis jaringan otak. Pemberian obat hemostatik
sangat tinggi (sistolik >220 mmHgidiastolik >130mmHg) menurut kepustakaan barat tidak banyak berbeda
atau merupakan tekanan darah yang emergency. Pada hasilnya dengan tanpa pemberian obat tersebut. Pada
keadaan inipun penurunan tekanan darah harus secara beberapa keadaan strok non hemoragik intra serebral,
perlahan, tidak sampai normal. Pada pasien usia lanjut tindakan operatif kadang diperlukan untuk melakukan
kehati-hatian dalam menurunkan tekanan darah tersebut dekompresi dan menghilangkan efek massa pada otak.
sangat penting, karena pada pasien sudah terjadi Tindakan ini perlu dikerjakan oleh dokter bedah saraf
gangguan autoregulasi, artinya otak pasien seolah menj adi yang berpengalaman
896 GERIATRI

Lesi iskemik, pada dasarnya harus dibedakan antara pusat Tindakan pengawasan lanj utan (follow- up). Tindakan
infark dan jaringan sekitarnya, yangdisebut jaringan pen- untuk mencegah strok berulang dan upaya rehabilitasi
umbra. Di pusat infark sudah terjadi kematianjaringan otak, kronis harus terus dikerjakan. Hal ini sebaiknya dilakukan
sehingga tidak dapat dikerjakan sesuatu. Penumbra oleh spesialis penyakit dalam yang mengetahui
merupakan jaringan iskemik yang bila tak dilakukan upaya penatalaksanaan berbagai faktor risiko terjadinya strok
pengobatan akan memberat menjadi infark. Di daerah ini ulangan.
akan terjadi suatu rantai reaksi metabolik, antara lain
masuknya ion kalsium dan laktat ke intraselular,
menyebabkan terjadinya edema sel dan akhimya nekrosis. ABC PENATALAKSANAAN STROK OLEH
Berbagai tindakan terapeutik antara lain: SPESIALIS PENYAKIT DALAM
. Upaya perbaikan status umum (tekanan darah, gula
Dengan melihat tinjauan di atas,maka penatalaksanaan
darah, hidrasi, keseimbangan cairan dan asam-basa,
strok akut setelah diagnosis ditegakkan (terutama dengan
kardiorespirasi dan lainJain).
. CT-ScanlMRl), terutama harus dilakukan oleh spesialis
Pemberian antikoagulasi dengan menggunakan
penyakit dalam dan meliputi ABC seperti juga dalam
antikoagulans (heparin,warfarin) berdasarkan penelitian
menghadapi kegawatan lain sebagai berikut:
di Eropa @USI 2003) tidak direkomendasikan. Trombolisis
hanya dilakukan dengan aktivator plasminogenjaringan Airway, artinya mengusahakan agarjalan napas bebas dari
rekombinan (rtPA), itupun dengan syarat yang sangat segala hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat
ketat, yaituwaktupengerjaantidakboleh lebih dari 3 jam benda asing maupun sebagai akibat stroknya sendiri
dari saat awitan strok @USI 2003). Penggunaan strep-
Brcathing atau fungsi bernapas, yang mungkin terjadi
tokinase, heparin atau heparinoid walaupun beberapa
akibat gangguan di pusat napas (akibat strok) atau oleh
laporan tak terkontrol menunjukkan hasil, akan tetapi
karena komplikasi infeksi di saluran napas
memilki kendala dengan kemungkinan besar te{adinya
komplikasi hemoragik di daerah infark atau daerah lain. Cardiavascular Function (Fungsi kardiovaskular), yaitu
. Pemberian antiagregasi trombosit (aspirin) 1 00-3 00 mg fungsi jantung dan pembuluh darah. Seringkali terdapat
diberikan dalam waktu 24 jam setelah terjadinya strok gangguan irama, adanya trombus, atau gangguan tekanan
akan menurunkan mortalitas dan mencegah strok darah yang harus ditangani secara tepat.Gangguan
ulangan secara bermakna. Aspirin tidak boleh diberikan jantung seringkali merupakan penyebab strok, akan tetapi
apabila akan dilakukan trombolisis. atau dal am w akit 24 juga bisa merupakan komplikasi dari strok tersebut.
jam setelah hombolisis. Penatalaksanaan hipertensi yang sangat penting
. Perbaikanmetaboliksekitar lesi, antara lainpemberian sebagai faktor risiko maupun sebagai komplikasi dari strok
((H".
vasokonstriktor umum yang diharapkan memberikan dibicarakan di bawah huruf
vasodilatasi lokal di tempat lesi (reverse steal Dalam huruf "C" ini bisa dimasukkan pula aspek
phenomenon) "antagonis kalsium" dan berbagai zat koagulasi. Status koagulasi menyeluruh tennasuk kadar
"neuroprotektif'walaupun dari segi teoritis hal ini fibrinogen perlu diperiksa dan kalau mungkin dikoreksi.
sangat menarik, akan tetapi hasil dari berbagai penelitian Keadaan hiperviskositas (hematokrit yang terlalu tinggi,
dengan derajat bukti tingkat I (level of evidence I) misalnya pada keadaan PPOM) perlu diturunkan secara
temyatatidak ada gunanya sama sekali. moderat, sedangkan keadaan obstruksi parunya perlu
diperbaiki.
Upaya untuk menurunkan viskositas darah bila Ht di
atas 54%o (terapi hemodilusi) menurut EUSI 2003 juga tidak Drug/medication (obat-obatan) harus dievaluasi yang
direkomendasikan pada strok iskemik. sudah,/sedang atau akan diberikan, jangan mengganggu
fungsi homeostasis yatg pada saat ini sedang dalam
Rehabilitasi dini. Upaya rehabilitasi harus segera keadaan terkompromi.
dikerjakan sedini mungkin apabila keadaan pasien sudah
stabil. Fisioterapi pasifperlu diberikan bahkan saat pasien Electtolyte (elektrolit) terutama natrium, kalium, kalsium
masih di ruang intensif yang segera dilanjutkan dengan yang akan mengganggu/memperberat berbagai fungsi
fisioterapi aktif bila memungkinkan. Apabila terdapat organ
gangguan bicara atau menelan, upaya terapi wicara bisa
Fluid stulus/bslance (status/keseimbangan cairan)'
diberikan. Setelah pasien bisa beg'alan sendiri, terapi fisis
Keadaan gangguan cairan akan mempengaruhi fungsi
dan okupasi perlu diberikan, agar pasien bisa kembali ginjaljantung, dan fungsi organ yang lain, sehingga perlu
mandiri. Pendekatan psikologis terutama berguna untuk dipantau dengan baik dan kalau perlu dikoreksi bila
memulihkan kepercayaan diri pasien yang biasanya sangat
temyata terdapat gangguan keseimbangan cairan.
menurun setelah terjadinya strok. Kalau perlu dapat
diberikan antidepresi ringan. Glucose level (kadar gula darah) yang terlalu tinggi atau
STROK DAN PENATALAKSANAAT{NYA OLEH INTERNIS 897

terlalu rendah. Kadar gula darah yang terlalu rendah berisiko emboli tinggi (usia lebih dari 75 tahun atau lebih
seringkali memberikan gejala neurologis fokal serupa dari 60 tahun ditambah risiko tinggilmenderita tekanan
dengan strok, sedangkan kadar gula darah yang terlalu darah tinggi, disfungsi ventrikel kiri, diabetes melitus)
tinggi dikatakan akan memperburuk lesi sehingga akan diberikan terapi antikoagulanjangka panjang dengan war-
memperburuk pula status neurologis. farin dengan target INR 2,0-3,0.
"G" disini juga bisa dikenakanpada"gastric bleeding
(perdarahan lambung)" sebagai aklbat stress ulcer yang
memerlukan penanganan tersendiri termasuk perubahan UNITSTROK
jalur pemberian nutrisi. Apabila pada pemasangan pipa
nasogastrik ternyata teralirkan cairan hitam tanda terdapat Dari pengalaman berbagai senter dapat diambil kesimpulan
perdarahan gaster, maka semua tindakan konvensional bahwa perawatan pasien strok dalam suatu unit strok
untuk menghentikan perdarahan lambung ini harus secara bermakna akan menurunkan angka kem atian, angl<a
dijalankan disabilitas dan perawatan institusional dibandingkan
perawatan di bangsal rawat umum.
Hypertension (hipertensi) sebagai akibat dari penyakit
hipertensi kronis akan tetapi bisa sebagai akibat Suatu unit shok adalah suatu unit rumah sakit atau
kompensasi akut akibat strok. Penatalaksanaan hipertensi bagian di rumah sakit yang secara khusus ditujukan untuk
pada penderita strok akut telah dijelaskan di atas. "H" menangani penderita strok. Dalam unit ini para staf yang
juga bisa diartikan sebagi "hidrasi". Pemberian hidrasi bersifat multidisiplin sudah terlatih secara khusus dalam
yang kurang baik akan berakibatpadateqadinya berbagai pengobatan dan perumatan penderita strok. Disiplin inti
gangguan homeostasis organ-organ, akan tetapi juga yang terikut dalam unit strok ini adalah tenaga medis
harus diperhatikan kemungkinan hidrasi berlebihan (penyakit dalam, jantung, dan neurologis), perawat, dan
(terutama apabila keadaan ginjal ataujantung kurang baik). berbagai modalitas rehabilitasi. Berbagai jenis unit strok,
antara lain adalah: unit strok akut, unit kombinasi shok
Intake (asupan) diperlukan guna mempertahankan fungsi dan rehabilitasi, unit rehabilitasi strok, dan tim strok mobil.
metabolisme tubuh.Walaupun dalam keadaan kesadaran
menurun, masalah asupan harus diperhatikan,karena
nutrisi yang baik akan membantu penyembuhan keadaan REFERENSI
penderita. Nutrisi yang baik juga akan membantu daya
tahan tubuh terutama dari keadaan infeksi. Brocklehurst JC, Allen SC. Cerebral syndrome. Geriatric medicine
"I" juga bisa dikenakan pada kedaan NFEKSI, yang for students. 3rd edition. Churchil Livingstone; 1987.
selalu harus dicegah dan kemudian diatasi seefektif Bogousslavsky J. Meeting the challenge of stroke: on the attack.
mungkin karena akan mempengaruhi prognosis dari pasien Oddyssey,3/3: 1 996.
Rose C. Clinical diagnosis and therapy of stroke. In: Meier-Ruge,W,
strok. Bronkopneumonia dan infeksi saluran kemih,yang
editor. Vascular brain disease in old age, teaching and training
kemudian bisa berlanjut ke keadaan sepsis merupakan
ingeriatric medicine. Switzerland: Karger AG; 1990. p. 135-76.
infeksi tersering yang harus selalu dipantau kemungkinan Caplan LR. Intracerebral hemorrhage. Stroke octet. Lancet.
terjadinya. Pada keadaan perawatan yang kurang 1992;339187 94:656-8.
baik,dekubitus merupakan penyebab infeksi lain yang Editor. Rehabilitation congress in Berlin. Brain plasticity greater
harus diperhatikan. than had expected. The News, 36/1993.
European Stroke Initiative,recommendation 2003""EUSI,Ischaemic
Stroke.Prophylaxis and treatment, Information for doctors in
hospitals and practice,2003
UPAYAPENCEGAHAN Gelmers: "Cerebral Ischaemia" Springer Yerlaag,7993
Hacke,W:"What's right for MI is right for stroke as well" The News,36/
Upaya pencegahan primer dan sekunder berupa perbaikan 1993
dari berbagai faktor risiko seperti yang telah disebutkan di Hadi-Martono:"Stroke, who in Indonesia is supposed to manage
muka.Salah satu yang menjadi bahan perdebatan adalah it?" (unpublished). I 993
penatalaksan aan end- art erectomy pada arteri karotis. Hadi-Martono:"Stroke pada usia lanjut" Pertemuan Ilmiah Ilmu
Penyakit Dalam, FK UNDIP-RS Dr.Kariadi, 1990
Kesepakatan saat ini adalah anjuran unttk end- Meier-Ruge,W:"The Pathophysiology of Stroke, Causes and
arterectomy pada pasien TIA bila terdapat stenosis arteri
mecahnism of Cerebral Infarction"in Meier Ruge W(ed) Vascu-
karotis lebih dari 7l%o.Padaindividu yang belum terserang lar Brain Disease in old age,Teaching and training in Geriatric
TlA"/strok endarterectomy juga bisa dianjurkan apabila Medicine. Karger AG Switzerland; 1990. p. 43-85.
stenosis lebih dari 90%o, lerutama bila bersifat progresif, Oppenheimer,S and Hachinsky,V:"Complication of acute stroke"in
dan risiko peri-operatif <3o/o. Pemberian aspirin atau war- Stroke Octet,Lancet 1992. 33918795,21-724 ,.
farin harus dilaksanakan sebagai upaya pencegahan primer Paulson,OB and Strandgaard,S:"The old brain's Blood flow.Its mecha-
nism of cerebral infarction"in Meier Ruge,W(ed) Vascular Brain
pada semua pasien dengan f,rbrilasi atrial non vahular yang
Disease in old age, Training and teaching in Geriatric Medicine.
berisiko sedang untuk te{adinya emboli. Pada mereka yang
Karger AG Switzerland; 1990.p.1-42,
898 GERIITIRI

Van der Cammeln TJM,: Stroke in Van der Cammeln,Rai,GS and


Exton-Smith,AN(eds) Manual of Geriat.Medicine.Churchil-
Livingstone, Edinburgh, 1991. p. 1-8.
Van Gijn,J:"subarachnoid Hemorrhage" in Stroke Octet,Lancet,I992;
339187 94,653-6s6.
Warlow,C:"Secondary prevention of stroke"in STroke Octet, Lan-
cet 1992;339 I 87 9 5,7 24-7 27 .

Wade,DT:"Stroke:rehabilitation and long-term care"in Stroke Oc-


tet, Lancet 1992: 33918796, pp.79l-193.
139
HIPERTENSI PADA USIA LANJUT
Suhardjono

HIPERTENSI PADA USIA LANJUT pemeriksaan minimal 1 menit. Pengukuran pertama


diabaikan, kemudian diambil nllai rata-rata dari dua
Jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia pengukuran selanjutnya. TD saat berdiri juga harus diukur
pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 400yo, setelah pasien berdiri 2 menit, demikian pula bila pasien
sehingga jumlahnya lebih di bawah lima tahun (balita). memiliki keluhan hipotensi ortostatik. Pengukrlran TD
Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya sebaiknya dilakukan pada kedua lengan pada minimal lx
morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit kunjungan. Bila salah satu lengan secara konsisten
kardiovaskular. menunjukkan TD yang lebih tinggi, maka lengan tersebut
TDS (tekanan darah sistolik) meningkat sesuai dengan sebaiknya digunakan sebagai patokan untuk pengukuran
peningkatan usia, akan tetapi TDD (tekanan darah maupun interpretasi TD.
diastolik) meningkat seiring dengan TDS sampai sekitar Pada usia lanjut terdapat berbagai keadaan yang sering
usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena menjadi masalah dalampenentuantekanan darah. TD yang
terj adinya proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis. akurat yang dianggap mewakili nilai sebenarnya, amat
Sekitar usia 60 tahun dua pertiga pasien dengan hipertensi dipengaruhi oleh keadaan pembuluh darah pasien yang
mempunyai hipertensi sistolik terisolasi (HST), sedangkan sudah mengalami kekakuan akibat aterosklerosis dan
di atas 75 tahun tiga perempat dari seluruh pasien barorefleks yang berkurang. TD dapat menurun secara
mempunyai hipertensi sistolik. berlebihan pada posisi berdiri, sesudah makan atau
Di negara maju saat ini tekanan darah yang terkonhol sesudah aktivitas. Selain itu pada pengukuran TD sering
(TDS <140, TDD <90 mmHg) hanya terdapatpada2}o/o terdapat pseudohipertensi akibat manset pengukur
pasien hipertensi. Keberhasilan pengobatan yang rendah tekanan darah harus menekan lebih keras arteri brachialis
pada usia lanjut dapat diakibatkanjuga oleh karena banyak yang kaku, mengeras karena kalsifikasi. Keadaan ini harus
dokter tidak mengobati hipertensi usia lanjut sampai dipertimbangkan apabila terdapat hipotensi ortostatik atau
optimal (kurang dari 1a0l90 mmHg) mengingat kekuatiran respon pengobatan yang kurang. Oleh karena pada usia
teg'adinya efek samping. lanjut pengukuran tekanan darah sebaiknya dilaktrkan juga
Pada usia lanjut, prevalensi gagal jantung dan strok pada posisi berdiri.
tinggi, yang keduanya merupakan komplikasi hipertensi.
Oleh karena itupengobatan hipertensi yang optimal penting
sekali dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas DEFINISI HIPERTENSI PADA USIA LANJUT
kardiovaskular.
Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang
kesemuanya didasarkan atas bukti penelitian (evidence
PENGUKURAN TEKANAN DARAH based) antaralaindikeluarkan olehThe Seventh Report of
The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Dalam rekomendasi pengukuran TD dari Canadian Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
Hypertension E ducation Pro gram (CHEP, 2009) dilakukan (JNC-7), 2003, World Health Organization/International
pengukuran minimal 3 kali pada posisi duduk deng an jarak Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999, British

899
900 GERIITTRI

S o c i e ty of Hyp ert ens i on/


Hyp ert ens i on Society, Europ e an obat didapatkan penumnan kejadian koroner (23o2), strok
Europ e anso ciety of Cardiolo gy (ESH/ESC), definisi (30%), kematian akibat kardiovaskular ( I 8%) dan seluruh
hipertensi sama unfuk semua golongan umur. Pengobatan kematian (13%), terutama di usia lebih dari 70 tahun.
juga didasarkan bukan atas umur akan tetapi pada tingkat Penurunan tekanan darah j:uga bermanfaat pada usia di
tekanan darah dan adanyarisiko kardiovaskular yang ada atas 80 tahun. Analisis meta pada intervensi pada usia 80
pada pasien. tahun atau lebih, mendapatkan penurunan kejadian strok,
akan tetapi menunjukkan sedikit kenaikan mortalitas
keseluruhan. Dari hasil penelitian terakhir Hypertension
HTPERTENST SISTOLIK TERISOLASI (HST) in the Very Elderly Trial ftIYYET, 2008), pada pasien
populasi usia sangat lanjut yang berusia lebih dari 80
HST didefinisikan sebagai TDS > 140 mmHg dengan TDD tahun, pengobatan hipertensi juga berhasil mengurangi
< 90 mmHg. Keadaan ini diakibatkan oleh kehilangan morbiditas dan mortalitas.
elastisitas arteri karenaproses menua. Kekakuan aorta akan
meningkatkan TDS dan pengurangan volume aorta,yang
pada aldrimya menurunkan TDD. Semakin besar perbedaan PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP MORBIDITAS
TDS dan TDD atau tekanan nadi(pulse pressure),sema\<tn SELAIN KARDIOVASKULAR
besar risiko komplikasi kardiovaskular. Tekanan nadi yang
Pada usialanjut, hasil pengobatan tidak hanya diukur oleh
meningkat pada usia lanjut dengan HST berkaitan dengan
keberhasilan penurunan tekanan daruh pada morbiditas
besarnya kerusakan yang terjadi pada organ target;
jantung, otak dan ginjal. Pada usia lanjut tekanan darah dan mortalitas kardiovaskular, tetapi juga oleh berbagai
hal, termasuk efek terhadap diabetes, pencegahan demensia
sistolik (TDS) lebih berkaitan dengan prognosis komplikasi
atau penurunan kogrritif, dan pengaruhnya kepada indeks
KV dibandingkan tekanan darah diastolik (TDD).
massa tubuh (IMT atau obesitas).

MANFAATPENGOBATAN Diabetes Melitus


Pasien DM mempunyai risiko kardiovaskular yang lebih
Hipertensi pada uqia lanjut sama seperti hipertensi pada besar dibandingkan yang tanpa DM. Dari hasil penelitian
usia lainnya. Bahkan risiko terjadinya komplikasi lebih SHEP yang dilaporkanpertama kali tahun 1996, dan Syst-
besar. Terdapat hasil 2 penelitian yang terkonhol yang Eur tahun 1999 pada pasien usia lanjut dengan DM,
memengaruhi cara pengobatan hipertensi sistolik pada usia didapatkan bahwa pengobatan diuretik atau antagonis
lanjut, yaitu Systolic Hypertension in the Elderly Program kalsium mempunyai efek penurunan tekanan darah yang
(SHEP) dan Systolic Hypertension in Europe (Syst-Eur). sama. Dibandingkan dengan non DM, pasien dengan DM
Pada studi SIIEP yang melibatkan pasien dengan usia lebih mempunyai penurunan morbiditas dan mortalitas yang
60 tahun dan TD lebih dari 160/90 mmHg, pemberian lebih besar. Hasil ini penting mengingat anggapan bahwa
diuretik klortalidon (tanpa atau dengan penghambat beta) hanyaACEI atauARB yang amat dianjurkan pada pasien
mengurangi kejadian strok (36%), gagal jantung (54%), DM. Hasil 2 studi ini menekankan pada pentingnya
infark miokard (27%") dan seluruh komplikasi kardiovaskular pengendalian tekanan darah pada usia lanjut.
(32%) dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Dengan disain dan besar sampel yang sama, studi lndeks Massa Tubuh
Syst-EUR membandingkan pengobatan' antata golongan Pada penelitian SHEP yang menggunakan diuretik,
antagonis kalsium (nifedipin) dengan plasebo pada menghasilkan parameter, survival dan kejadian klinik, lebih
hipertensi sistolik terisolasi. Didapatkan penurunan baik pada yang termasuk obes, dibandingkan yang
kejadian strok (41%) dan keseluruhan komplikasi mempunyai IMT normal. Sudah lama diketahui bahwa
kardiovaskular (fatal dan nonfatal 3 1%). pasien hipertensi yang gemuk mempunyai prognosis lebih
Penurunan tekanan darah menghasilkan penurunan
baik dibandingkan pada yang kurus. Salah satu
risiko morbiditas maupun mortalitas akibat komplikasi penjelasannya adalah bahwa pada hipertensi gemuk
kardiovaskular. Hasil-hasil dari penelitian besar yang telah
peningkatan tekanan darah terutama diakibatkan oleh
dilakukan pada hipertensi sistolik dan diastolik peningkatan volume plasma sedangkan pada yang
menghasilkan penurunan risiko yang sama. Hal ini dapat
hipertensi yang tidak gemuk diakibatkan peningkatan
dilihatpada tabel dibawah ini,yangsaat ini telah diatggap
sistem simpatis dan sistem renin angiotensin.
sebagai dasar pengobatan hipertensi pada usia lanjut.
Pada analisis-meta dari 8 studi pengobatan hipertensi
denganplasebo yang terkontrol danmelibatkan 15.693 usia Fungsi Kognitif dan Demensia
lanjut yang diikuti sampai 4 tah:on, didapatkan penurunan Keadaan pemrmnan fungsi kognitif dan demensia pada
morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Pada yang diberi usia lanjut, lebih sering didapat pada hipertensi kronik.
HIPERTENSI PADA USIA LAi{JUT 901

Pengobatan dengan antihipertensi terbukti dapat didapatkan penurunan TD lebih lanjut. Selain itu dianjurkan
mengurangi perburukan. Keadaan ini terjadi karena melakukan latihan atau aktivitas fisik secara teratur dan
penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah subkortikal, menghentikan konsumsi alkohol.
yang mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, National Institute for Health and Clinical Excellence
penunrnan sawar otak, dan pada akhimya terjadi proses (NICE/BHS, 2006) merekomendasikan untuk memulai
demyelinisasi white matter subkortikal, mikroinfark dan intervensi medikamentosa antihipertensi bila: Tekanan
penurunan kognitif. Pemeriksaan MRI pada pasien dengan darah diatas 160/100 mmHg; atau Hipertensi sistolik
hipertensi kronik sering mendapatkan lesi subkortikal, terisolasi (TDS > 160 mmHg); atau tekanan darah > 140
mikroinfark, astrogliosis, pelebaran ventrikel, dan mmHg dan disertai: Risiko kardiovaskular (+); atau
akumulasi cairan ekstrasel dibanding yang lanpa kerusakan organ target; atau risiko kardiovaskular (dalam)
hipertensi. l0tahunminimal2}Yo.
Kemunduran kognitif ditandai dengan lupa pada hal Pengobatan hipertensi harus dimulai sejak dini untuk
yang baru, akan tetapi masih dapat melakukan aktivitas mencegah kerusakan organ sasaran, tanpa memandang
dasar sehari-hari. Hipertensi dan hiperkolesterolemia usia. Diuretika dianjurkan sebagai pengobatan pertama
merupakan faktor risiko utama. Pengobatan hipertensi hipertensi sistolik terisolasi. Pada usia lanjut penurunan
dapat mencegah terjadinya pemrmnan kognitif. Tekanan tekanan darah harus dilakukan hati-hati dengan
darah yang optimal untuk mencegah proses ini adalah TDS memperhatikan apakah terdapat hipertensi b erat y anglama.
antara 1 3 5 - 1 50 mmHg dan TDD ariara 7 0 -7 9 mmHg. Tidak Pada hipertensi resisten diperlukan waktu yang cukup
ada dataperbandingan obat hipertensi yang lebih efektif, untuk mencapai sasaran.
akan tetapi dalam studi SystEUR pengobatan dengan Pada pasien dengan DM, sasaran tekanan darah adalah
golongan antagonis kalsium mendapat hasil yang baik. kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan pada gagal ginjal
Penelitian yang lain mendapatkan golongan penghambat atau jantung, sasaran yang dicapai adalah TD yang
reseptor angiotensin danACEI terutama pada yang pernah paling rendah yang dapat ditolerir. Khusus pada usia
mengalami strok, cukup efektif. Penghambat reseptor beta sangat lanjut di atas 80 tahun target TD berdasarkdn studi
tidak menunjukkan perbaikan kognitif dibanding dengan HYVET adalah I 5 0/80 mmHg. Sedangkan pada hipertensi
penghambat reseptor angiotensin walaupun efek diastolik target TD adalah TDD 85-90 mmHg, pada HST
penunman tekanan darah sama. target TDS <140 mmHg. Penelitian lain memperlihatkan
Penelitian longitudinal seperti SHEP, Syst-Etr, the TDD optimal 70 mmHg pada pasien dengan HST karena
Medical Research Councilb (MRC), the Protection TDD < 60 mmHg akan menurunkan surttival. Hubungan
Against Recurrent Stroke Study (PROGRESS), daIJ the antara TDD dengan mortalitas kardiovaskular ini akan
Study of Cognition and Prognosis in the Elderly (SCOPE) membentuk kurva berbentuk J (-I curve)karenaterdapatnya
melaporkan efek manfaat terapi antihipertensi terhadap 4 mekanisme patofi siologi:
fungsi kognitif dan demensia. Sedangkan substudi l. J curvemerupakan epifenomena dari berbagai penyakit
HYVET-Cognitive (HYYET-COG) tidak menjumpai kronis berat yang mendas ariny a y ang menyebabkan
perbedaan bermakna antara kelompok antihipertensi dan peningkatan mortalitas
non-antihipertensi pada sisi demensia maupun penumnan 2. TDD yang rendah merupakan petanda flrngsi kardiak
fungsi kognitif. Sebagai kesimpulan yang digarisbawahi yang rendah
adalah bahwa pemberian OAH tidak meningkatkan risiko 3. J curtte menunjukkan peningkatan kekakuan atleial,
demensia maupun pemrrunan fungsi kognitif. yang merupakan marker independen penyakit vaskular
tahap lanjut dan peningkatan mortalitas karena tekanan
nadi menjadi lebar
PENGELOLAAN HIPERTENSI USIA LANJUT 4. TDD yang rendah dapat mengganggu perfusi koroner
selama fase diastolik dari siklus jantung,tervtamapada
Pengelolaan hipertensi pada dasarnya sama pada setiap pasien dengan PJK
tingkatan usia kecuali adanya perbedaan seperti yang
dibicarakan di atas. Direkomendasikan agar tekanan darah
dapat mencapai kurang dari 140/90 mmHg. Hg. Apakah semua obat hipertensi mempunyai
Pada usia lanjut penurunan berat badan (pada obesitas) efektivitas yang sama?
dan mengurangi asupan garam amat penting dalam Pegelitian yang amat komprehensif yang membandingkan
pengelolaan hipertensi. Dalam studi trial of berbagai hasil klinik dari berbagai obat adalah penelitian
nonpharmacologicic interventions in the elderly (TONE), STOP-2 (swedish Trial in Old Patients with Hyper-
pengurangan asupan garam sampai2 gram (Na: 80 mmol) tension-2). Walaupun penelitian ini secara statistik tidak
sehari, berhasil menurunkan TD selama lebih dari 30 bulan mempunyai kekuatan yang cukup unhrk membandingkan
balkan 40o/o pasien dapat menghentikan penggunaan obat berbagai karakteristik obat-obat yang diteliti, efek terhadap
hipertensi. Apabila disertai dengan pemrnman berat badan, mortalitas kardiovaskular, strok, dan infark didapatkan
902 GERIITTRI

sama, tak berbeda. Anatrisis meta yang besar juga 1. Pasien usia lanjut sering mendapat banyak obat,
menyimpulkan bahwa diuretik, penghambat beta, ACEI, sehingga kemungkinan interaksi harus selalu dipikirkan.
dan antagonis kalsium menghasilkan penurunan Ada obat dari dokter, obat bebas maupun obat
morbiditas dan mortalitas yang sama. Pengecualiannya tradisional. Pada saat kontrol sebaiknya pasien
adalah bahwa pada nefropati diabetes atau non diabetes, membawa semua obat yang diminum selama ini, atau
pengobatan dengan ACEI atau ARB harus dipergunakan catatan y ang lengkap mengenai obat- obat yang didap at.
sebagai pilihan yang utama. 2. Pendengaran dan penglihatan yang menurun sering
Untuk mencapai sasaran pengobatan diperlukan mengakibatkan kesulitan dalam memahami intruksi
kombinasi 2 obat atau lebih. Apabila sasaran TDS dokter. Cara pemberian obat harus sesederhana dan
tercapai, biasanya TDD juga akan turun. Secara umum semudahmungkin.
penggunaan obat hipertensi, diuretik, penghambat beta, 3. Adanya demensia atau gangguan fungsi kognitifperlu
ACEI, antagonis kalsium mempunyai efek klinik yang jadi pertimbangan untuk menentukan pilihan obat.
sama. Penelilianyatg lebih baru melaporkan perbedaan 4. Kemasan dan tempat obat yang diberikan apotik.
efektivitas pada beberapa obat dibandingkan dengan Kesulitan membuka tutup, mengeluarkan obat
yang lainnya. Penelitian LIFE (Losartan Interventionfor mengakibatkan kepatuhan minum obat terganggu.
End-point Reduction in Hypertension), lerutama pada 5. Kebanyakan pasien usia lanjut mempunyai kesulitan
pasien dengan hipertensi sistolik dan pembesaran keuangan, sehingga dalam pemilihan obat, pemeriksaan
ventrikel kiri, mendapatkan hasil yang tebih baik pada penunjang dan lain lain hal ini harus dipertimbangkan.
pemberian losartan dibanding penghambat beta, dalam 6. Komunikasi dengan pasien. Agar dokter menyediakan
hal penurunan angka kejadian strok (25%) dankejadian lebih banyak waktu untuk mendengarkan keluhan
diabetes (25%). seperti efek obat, segala kesulitan dan menasehatinya.
Walaupun pada kelompok TD 140-160 belum ada
penelitian terkontrol yang membuktikan manfaat
penurunan tekanan darah, keputusan untuk mengobati REFERENSI
TD dianjurkan jangan ditunda dan jangan atas dasar
pertimbangan umur. 1. British Hypertension Society Guidelines. Guidelines for
management of hypertension: report of the fourth working
party of the British Hypertension Society, 2004-BHS IV. J
Hum Hypertens 2004; 18: 139-185
HIPOTENSI ORTOSTATIK
2. Baruch L. Hypertension and the elderly: More than just blood
pressure control. J Clin Hypertens 2004;6:249-55
Hipertensi ortostatik ditemukan pada usia lanjut yang 3. Becket NS, Peters R, Fletcher AE, Staessen JA, et al. Treafirert
mendapat pengobatan obat hipertensi, terutama apabila ofHypertension in Patient 80 Years ofAge or Older. N Engl J
ia pasien DM. Dikatakan hipotensi ortostatik apabila Med. 2008; 356(8): 789-96
perbedaan TD pada posisi berbaring dengan posisi berdiri 4. Canadian Hypertension Education Program. 2009 CHEP
>20 mmHg sistolik atau>10 mmHg diastolik. Recommendations for the Management of Hypertension
Hipotensi ortostatik juga sering mengalami komplikasi [homepage on the Internet]. Canadian Hypertension Educa-
tion Program; [updated 2009; cited 2009 Feb 20]. Available
seperti jaffi, fraktur sehingga meningkatkan morbiditas
from: http:// www.hypertension.ca
dan mortalitas. Penyebab hipotensi ortostatik cukup 5. Chobanian AY Bakris GL, Black HR, et a1.. The Seventh Report
banyak, antara lain kurangnya cairan tubuh, disfungsi of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
barorefleks, insufi siensi saraf otonom, obat antihipertensi Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7
tertentu seperti penghambat reseptor alfa atau penghambat report. JAMA. 2003 ;289 (19) :25 60 -7 2.
beta. Penggunaan diuretik dan obat golongan nitrat 6. Guidelines Committee. 2003 European Society of
Hypertension-European Society of Cardiology guidelines for
memacu terjadinya hipotensi ortostatik.
the management of arterial hypertension. J Hypertens
Gejala hipotensi ortostatik seperti rasa tidak stabil, 2003;21:l0ll-53
riwayat terjatuh, rasa oleng atau pernah pingsan, harus 7. Hansson L, Zanchetti A, Carruthers SG et al. Effects of
dipastikan dengan pengukuran tekanan darah pada posisi intensive blood-pressure lowering and low dose aspirin-in
berbaring, duduk dan berdiri atau tegak. Diperlukan patients with hypertension: principal results of the
penyesuaian obat dan dosis agar keluhan dapat berkurang Hypertension
atau tidak terjadi. 8. National Institute for Health and Clinical Excellence.
Hypertension: Management of Hypertension in Adults in
Primary Care-NICE Clinical Guideline 34 [homepage on the
Internetl. NHS; [updated 2006 June; cited 2008 Oct l6].
MASALAH KHUSUS PADA USIA LANJUT Available from: http:// www.nice.org.uk/
9. Optimal Treatment (HOT) randomized trial. HOT Study Group.
Ada berbagai masalah khusus yang sering dijumpai pada Lancet, 1998;91 18:17 55-62
usia lanjut seperti di bawah ini ; 10. Hansson L, Lindholm LH, Ekbom let al. Randomised trial of
HIPERTENSI PAT'A USIA L/\NJUT 903

old and new antihypertensive drugs in elderly patients: cardio-


vascular mortality and monality the Swedish Trial in Old Pa-
tients with Hypertension-2 study. Lancet, 1999:9192:1751-56
11. Staessen J, Fagard R, Thijs L, et al. Randomized double-blind
comparison of placebo and active treatment for older patients
with isolated systolic hlpertension. The Systolic Hypertension in
Europe (Syst-Eur) Trial Investigators. Lancet. 1997 ;3 50:7 57 -64.
12. Wong JG Staessen JA, Gong L, Liu L. Chinese trial on systolic
hypertension in the elderly. Arch Intern Med. 2000;160:211-20.
t40
KEGAWATDARURATAN
PADA PASIEN GERIATRI
Lukman H. Makmun

PENDAHULUAN . di bidang pemapasan


. di bidang neurologis
Pada usia lanjut (usila)
te{adi proses menua, dimana secara . di bidang saluran cerna; acute abdomen
struktur anatomi maupun firngsional te4'adi kemunduran, . di salurankemih
yaitu terjadi proses degenerasi. . di bidang endokrin dan metabolik
Pada usila berusia 80-90 tahun terjadi penurunan fungsi . trauma
pada banyak organ dan sistem, sehingga yang tersisa
Pada usila gejala dan tanda biasanya agak menyimpang
adalah sebagai berikut:
. kecepatankonduksi saraftinggal 85% dari yang biasa didapatkan pada usia dewasa muda,
. lajubasalmetabolitmenjadi 80% sehingga perlu diperhatikan kekhususannya.
. volume cairan tubuh juga menj adi$}Yo, sehingga mudah
terjadi dehidrasi bila ada infeksi.
. indeks kardiakmenurun,trnggalT0%o,sehingga mudah TRAUMA
terjadi sesak bila beraktivitas
. kapasitas vital paru pun menurun, menjadi 68%
Pada usila penyebab utamanya adalah karena jat.th (fall),
. kapasitas vital maksimum menjadi4}%o
lebih kurang terjadi pada40Yo usila. Sepuluh persen dari
. jatuh tersebut terjadi cedera berat dan 50o/o diantaranya
laju lrltrasi glomerulus turun menjadi67Yo
. aliranplasma ginjal tinggal:40 -47%o
te{adi fraktur.
Penyebab dari jatuh dengan trauma berat perlu
Penurunan yang terjadi pada pasien usia lanjut ini ditelusuri lebih lanjut dan biasanya karena kombinasi dari
adalah karena perubahan fisiologis, tetapi bila terkena perubahan-perubahan yang terjadi pada proses menua.
suatu penyakit, maka akibat ataupun efeknya akan berbeda Misalnya turunnya dayapropriosepsi dan kelemahan otot
dengan pasien muda. yang sudah terjadi, dengan penyakit seperti Parkinson,
Manifestasi klinis yang timbul juga berbeda. Misal strok dan penglihatan kabur. Begitujuga efek obat-obatan
pasien usila dengan penyakit jantung koroner, keluhan seperti vasodilator, anti depresi. Pengaruh lingkungan
yang timbul mungkin adalah sesak bukan angina pektoris, seperti cahaya kurang, lantai licin, juga perlu
karena organ parunya sudah mempunyai masalah. Begitu dipertanyakan. Karena itu dalam melakukan anamnesis
juga bila terserang pneumonia, tidak selalu disertai panas pada kasusjatuh, perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
karena sudah berkurangnya faktor-faktor inflamasi seperti . aktivitas pasien pada saat kejadian, misalnya kencing
interleukin 6 dan lain-lain. Pengobatan harus malam
memperhatikan fungsi ginjal dan fungsi hati supaya tidak . apakah ada simtom prodromal: dizziness, nausea.
terjadi interaksi obat ataupun terjadi efek samping. . kesadaran menurun atau menghilang
Pada pasien geriatrik kegawatdaruratan yang sering . timbul nyeri dada dan berdebar karena seranganjantung
terjadi adalah meliputi bidang sebagai berikut: . rasa sesak
. dibidangkardiovaskular . riwayat pernah sakit dada.

904
KEGAII'ITTT'ARURATAN PADA PASIEN GERIITTRI 905

. strok panas, rasa nyeri, menggigil. Sedangkan keluhan non


. ataksia, Parkinson dan artritis. spesif,rk yang sering dikeluhkan pasien usila, adalah: 1).
. obat-obatan yang diminum Inkontinensia :urin, 2). Malais e, weal*tess, dan confusion.
. pernah mengalami hipotensi postural Pada ISK perlu dilakukan pemeriksaan kultur urin.
. tibatibamenjadilemah
. lingkungan mengenai c4haya,licin dan sebagainya.
KEGAWATAN NEUROLOGIS
Pada pemeriksaan fisisselain pemeriksaan rutin, perlu
dilihat tanda-tanda trauma. Bila tekanan darah (TD) turun,
Biasanya pasien dibawa ke rumah sakit dengan keadaan
waspada pendarahan internal misal ruptur limpa. Pada
gangguan kes adaran, yaitu: delirium, koma, sinkop.
keadaan syok, mungkin hanya didapatkan TD turun,tanpa
kenaikan nadi karena sudah ada gangguan sarafotonom, Delirium. Dapat terjadi pada cerebro vascular accident
sehingga denyut nadi tidak meningkat akibat respons (CVA) akut, dan selain itu dapat terjadijuga karena: efek
simpatis berkurang. Perlu diuji penglihatan, pendengaran, samping obat, adanya infeksi, penyakit kardiovaskulaq dan
dan keseimbangan. Diperiksa status kardiovaskular dengan adanya trauma non sistem sarafpusat (SSP).
EKG. Pengukuran tekanan darah pada pasien usila Delirium dapat rancu dengan demensia. Awitan delirium
dilakukan dalam posisi duduk supaya langsung terlihat dapat bersifat akut dan fluktuatif. Penyebab delirium pada
apakah sudah ada hipotnsi ortostatik. usila dapat oleh karena;
Status neurologisjuga dilihat apakah ada stroke ringan. . obat anti kolinergik, antidepresi, psikotropik, sedatif
Juga otot-otot diperiksa kelemahannya. Bila terlihat ada hipnotik, anti konvulsi, anti Parkinson, anti hipertensi
risiko jatuh, pasien perlu dirawat. dananti aritmia.
. gangguan keseimbangan metabolik yaitu: hipo/
hipematremia, hipo/hiperkalsemia, hipo/hiperglikemia,
alkalosis, dehidrasi, uremia
KEGAT'VATAN G E N ITOU RI NARI U S
. infeksi: pneumonia, ISK.
Biasanya terjadi infeksi saluran kencing (ISK) dan retensi
. kelainan neurologis: strok
urin. Retensi urin pada pasien usila pria umumnya adalah
. kelainan kardiopulmoner: CHF, aitmi4lMA, emboli
karena pembesaran kelenj ar prostat. paru
Pada pasien usila perempuan, ISK sering terjadi karena
. penyalahgunaan alkohol.
secara anatomis uretra lebih pendek, mukosa sudah Pengobatan delirium dapat dicoba dengan haloperidol.
menipis di samping masalah higiene genital yang kurang Koma. Penyebabnya dapat karena beberapa hal misalnya
diperhatikan. ISK dapat juga terjadi karena sebab lain, konsumsi alkohol berlebihan, adanya infeksi seperti
yaitu: 1). Penggunaan obat anti kolinergik, 2). Striktur meningitis, gangguan metabolik berupa hipo atau
uretra, 3). Ca prostat,4). Fecal impaction,4). Strok, 5). hiperglikemik dan adanya massa di otak. Keadaan lain
Kompresi medula spinalis, 6). Trauma uretra/pelvis. adalah seperti koma hepatikum, strok dan Adam Stokes
Kesemuanya ini menyebabkan tertahannya urin di attack dengmkehilangan kesadaran singkat. Koma harus
kandung kemih dalam waktu lama, sehingga meningkatkan dibedakan dengan kolaps akibat perubahan hemodinamik
kemungkinan terjadinya infeksi. Di samping kemungkinan dimana kesadarannya hanya terganggu sementara.
adanya gejalabiasa seperti disuria, gejala klinis lain dapat
berupa agitasi, gejala non spesifik dan kandung kemih
teraba penuh. Kadang-kadang pasien datang tanpa panas, KEGAWATANAKUTABDOMEN
tetapi gelisah, delirium, dimana harus dicurigai adanya
infeksi. ISK merupakan infeksi kedua terbanyak pada usila Pasien datang sakit perut yang hebat dimana penyebabnya
setelah pneumonia. Pengobatan segera untuk dapat berupa: obstruksi, inflamasi, katastrofal vaskular.
menghilangkan retensi urin adalah dengan kateter urin Keluhan yang dirasakan adalah rasa nyeri, yang
atau pungsi supra pubis. mungkin disebabkan: inflamasi, perforasi, ischemic vas-
Etiologi ISK adalah karena dayatahantubuh menurun, cular disease, obstruksi kolon (kanker), obstruksi usus
dengan pencetusnya misalnya penggunaan kateter urin. halus (adhesi, ileus, batu empedu), kelainan hepato bilier,
Selain itujugaterjadi perubahan mukosa genital danuretra pankreatitis, kelainan genito urinarius, peritonitis,
yang menipis. Di samping itu Benign Prostate katastrofal vaskular: infark usus, ruptur aneurisma aorta
Hypertrophy (BPH) dan juga pada keadaan strok dan DM abdominalis.
sering merupakan komorbid penyakit ISK. Tanda klinisnya sering atipical, karena pendarahan GI
Kuman yang sering ditemukan adalah E.coli dan bisa tract dapat keliru dengan iskemia atau CHF, sehingga
juga Proteus Sp. Enterococcus, Staphylococcus. datangnya pun terlambat. Karena itu perhatikan tipe dan
Tanda klinis ISK sering didapat sebagai berikut: disuria, lokasi nyeri. Untuk diagnostik dilakukan foto abdomen
906 GERIAMI

polos 3 posisi dan kalau perlu dapat dilanjutkan dengan kematian pada usila dan juga bila hidup menyebabkan
pemeriksaan CT scan abdomen. Terapinya dengan disabilitas.
mengatasi syok dan atas indikasi misal kecurigaan Pada sistem kardiovaskular, proses menua
perforasi usus, dilakukan laparotomi. menyebabkan:
. basal heart rate menurun
. respons terhadap stres menurun
KEGAVI'ATAN PE RNAPASAN . left ventricle (LY) compliance meiltrur,karena terjadi
hiperkofi danjuga karena senile amyloidosis
Pada proses menua terjadi penurunan compliance dinding . Pada daun-daun katup terjadi sklerosis dan kalsifikasi
dada, tekanan maksimal inspirasi dan ekspirasi menurun yang menyebabkan disfungsi katup, sehingga sering
dan elasitisitas jaringan paru juga menumn. terdengar bising sistolik dengan intensitas rendah.
Pada pengukuran terlihat FEV1, FVC menurun, PaO2 . Pada AY node dan sistem konduksi terjadi fibrosis,
menurun, V/Q naik. Penurunan ventilasi alveolar, sehingga pada usila sering didapat fibrilasi atrial
merupakan risiko untuk terjadinya gagal napas. ataupnn atrial Jlutter.
Penyebab kegawatan napas adalah : I ). obstruksi jalan . Compliance pembuluh darah perifer menurun, karena
napas atas, 2). hipoksia : misalnya karena Penyakit Paru proses aterosklerosis sehingga afterload meningkat dan
Obstruktif Kronik (PPOK), 3). tension pneumotoraks didapatkan peninggian tekanan sistolik.
4). pneumonia aspirasi, 5). rasanyeri, 6). bronkopneumonia . Terjadi proses aterosklerotik pada pembuluh darah
berat, 6). pneumonia, 7). emboli paru, 8). asidosis metabolik. koroner dan terjadi penyakitjantung koroner (PJK).
Etiologinya dapat berupa: 1). obstnrksi jalan napas atas
Pada pasien usia lanjut dengan IMA hanya S}%oyang
karena adanya benda asing, infeksi, tumor, alergi,
mengalami nyeri dada. Pada pasien usia lanjut dengan PJK
2). pneumonia atau karena aspirasi, 3). PPOK atau asma
sering timbul simtomyang atypical yaituberupa confusion,
bronkial, 4). Edanaparu e.c. kardiogenik atau non kardiogenik
perubahan kesadaran. Selain itu pengobatan pada usila
acute respiratory distress qmdrome,5). Emboli paru atau
perlu berhati-hati, karena dapat terjadi pendarahan GI tract
emboli fat, 6). Pneumotoraks, 7). Kelainan neuromuskular :
dengan pemberian thrombolitik, aspirin ataupun heparin.
miastenia gravi s, Guillan Bane, 8). Asidosis metabolik karena
Dengan betablocker dapat menimbulkan confusion.
ketoasidosis diabetikum.

Pneumonia KEGAVI'ATAN EN DOKRI N DAN METABOLIK


Tanda klasik berupa demam, batuk produktif dan sesak,
tetapi pada usila gejalanya menjadi atipikal, yaitu: suhu Pasien dapat datang dengan kesadaran menurun dan
normal atau rendah, tak ada batuk, status mental sering didapatkan pada keadaan:
terganggu, nafsu makan menurun, aktivitas berkurang . hipematremia dan dehidrasi
Pemeriksaan fisik didapatkan: ronki, bronkofoni, suara . Koma diabetikum dimana terjadi pemapasan Kussmaul
napas menumn. Lekosit naik dan pada rontgen thoraks yang dalam dan cepat, kesadarandalamkeadaan koma.
terlihat infiltrat. . Hiponatremia.

Selain itu sering terjadi dehidrasi akibat diare dan


Emboli Paru muntah, dengan tandanya adalah: mukosa kering, turgor
Gejala klinisnya berupa: 1). Sesak napas mendadak, nyeri menurun, hipotensi dan takikardia. Pengobatannya adalah
dada (pleuritik), takipnea, 2). Takikardia, hipoksemia, 3). dengan substitusi cairan.
Subfebril, batuk, hemoptisis
Pada anamnesis didapatkan riwayat operasi terutama
ortopedik dan urologi, trauma. Selain itu sering didapat REFERENSI
juga bila pasien imobilisasi yang dapat berkomplikasi
menjadi Deep Vein Thrombose (DVT). Aronow WS, Fleg JL. Cardiovascular Disease in the Elderly. New
York: Marcel Dekker, kd ed. 2004.
Lonergan. Geriatrics: a Lange clinical Manual. London :Practice
KEGAVI'ATAN KARD OVAS KU LAR
I
Hall International; 2000.
Ranjit. N Ratnake. Practical Guide to Geriatric Medicine. Sydney:
Mc Graw Hill;2002.
Pasien datang dengan kegawatan kardiovaskular yarl,g
Wilson LB, Simon SP, Baxter CR. Handbook of Geriatric Emer-
dapat berupa : Henti jantung, syok/hipotensi, nyeri dada, gency Care. Maryland, USA: University Park Press.1984.
penyakit jantung koroner, Congestive Heart Failure Yoshikawa TT, Norman DC. Acute Emergencies and Critical Care
(CHF), aritmia berat, krisis hipertensi. of the Geriatric Patient. USA : Marcel Dekker Inc; 2000.
Kegawatan kardiovaskul ar adalah penyebab utama
t4t
SINDROM DELIRIUM
(ACUTE CONFUSIONAL STATE)
Czeresna H.Soejono

PENDAHULUAN gangguan kognitifpascaoperasi yang cukup sering terjadi


namun acap kali lepas dari pengamatan.
Sindrom delirium adalah kondisi yang sering dijumpaipada
pasien geriatri di rumah sakit. Sindrom ini sering tidak
terdiagnosis dengan baik saat pasien berada di rumah PATOFISIOLOGI
(akibat kurangnya kewaspadaan keluarga) maupun saat
pasien sudah berada di unit gawat darurat atau unit rawat Defisiensi neurotransmiter asetilkolin sering dihubungkan
jalan. Gejala dan tanda yang tidak khas merupakan salah dengan sindrom delirium. Penyebabnya artara lain
satu penyebabnya. Setidaknya32o/o - 67% dan sindrom ini gangguan metabolisme oksidatif di otak yang dikaitkan
tidak dapat terdiagnosis oleh dokter, padahal kondisi ini dengan hipoksia dan hipoglikemia. Faktor lain yang
dapat dicegah. Literatur lain menyebutkan bahwa7}Yo dai berperan antara lain meningkatnya sitokin otak pada
kasus sindrom delirium tidak terdiagnosis atau salah terapi penyakit akut. Gangguan atau defisiensi asetilkolin atau
oleh dokter. Sindrom delirium sering muncul sebagai keluhan neurotransmiter lain maupun peningkatan sitokin akan
utama atau tak jarang justru terjadi pada hari pertama pasien mengganggu transduksi sinyal neurotransmiter serta sec-
dirawat dan menunjukkan gejala yang ber{luktuasi. Keadaan ond messenger system. Pada gilirannya, kondisi tadi akan
yang teratrrtrir ini tentu -jikatidak adaketeranganyang memadai memunculkan gejala-gejala serebral dan aktivitas
dari dokter- dapat disalah-artikan keluarga pasien sebagai psikomotor yang terdapat pada sindrom delirium.
kesalahan pengelolaan di rumah sakit.
Prevalensi sindrom delirium di ruahg rawat akut geriatri
RSCM adalah 23%o (tahtn 2004) sedangkan insidensnya FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PENCETUS
mencapai l7%o pada pasien yang sedang dirawat inap
(2004). Sindrom delirium mempunyai dampak buruk, tidak Faktor predisposisi antara lain: usia sangat lanjut,
saja karena meningkatkan risiko kematian sampai 10 kali gangguan faal kognitif ringan. (mild cognitif impairment
lipat namun juga karenamemperpanjang masa rawat serta : MCI) sampai demensia, gangguanADl, gangguan sen-
meningkatkan kebutuhan perawatan (bantuan ADL) dari sorium (penglihatan dan I atau pendengaran), usia lanjut
petugas kesehatan dan pelaku rawat. y ang raptth ([ragile), usia lanjut yang sedang menggunakan
Sindrom delirium memiliki banyak nama, beberapa obat yang mengganggu faal neurotransmiter otak
literatur menggunakan istilah seperti acute mental status (misalnya ranitidin, simetidin, siprofloksasin, psikotropika),
change, altered mental status, reyersible dementia, toxic/ polifarmasi dan komorbiditas.
metabolic encephalopathy, organic brain syndrome, Faktor pencetus yang sering dijumpai anlara lain:
dysergasticreaction dan acute confusional state. Untuk pneumonia, infeksi saluran kemih dan kondisi akut lain
keseragaman istilah agar terjamin standardisasi identifikasi seperti hiponatremia, dehidrasi, hipoglikemia dan CVD,
gejala dan tanda maka buku ini menggunakan istilah serta perubahan lingkungan (perpindahan ruangan
sindrom delirium. pada tulisan ini juga akan disinggung misalnya).

907
908 GERIATRI

GEJALA KLINIS sering).


Pasien yang hiperaktif paling mudah dikenali di ruang
Sesuai dehnisi maka gejala yang dapat dijumpai antara rawat karena sangat menyita perhatian. Pasien bisa nampak
lain gangguan kognitif global berupa gangguan memori gaduh gelisah, berteriak-teriak, jalan mondar-mandir, atau
(recent memory : memori jangka pendek), gangguan mengomel sepanjang hari. Dibandingkan dengan tipe lain,
persepsi (halusinasi, ilusi), atau gangguan proses pikir pasien yang hiperaktif mempunyai prognosis lebih baik.
(disorientasi waktu, tempat, orang). Gejala yang mudah Hal yang perlu diperhatikan pada pasien yang hiperaktif
diamati namun justru terlewatkan adalah bila terdapat adalah hati-hati jangan sampai disalah-artikan oleh tenaga
komunikasi yang tidak relevan, atau autoanamnesis yang kesehatan sebagai 'pasien sedang bad mood' atau jika
sulit dipahami; kadang-kadang pasien tampak seperti ditenangkan dengan memberi obat sedativum sering justru
mengomel terus atau terdapat ide-ide pembicaraan yang akan memperburuk sindrom delirium.
melompat-lompat. Gejala lain meliputi perubahan aktivitas
psikomotor baik hipoaktif (25%), hiperaktif (25%) maupun
campuran keduanya sekaligus (35%); sebagian pasien DIAGNOSIS
(15%) menunjukkan aktivitas psikomotor normal;
gangguan siklus tidur(siang hari tertidur sedangkan malam Kondisi delirium pertama kali dilaporkan sekitar 2000 tahun
hari terjaga). Rudolph dan Marcantonio (2003) yang lalu olehAurelius; namun demikian, baru pada tahun
memasukkan gejala perubahan aktivitas psikomotor ke 1987 laiteria diagnosis sindrom delirium dapat disepakati
dalam kelompok perubahan kesadaran, yakni setiap kondisi oleh para ahli. Kriteria diagnosis ini dituangkan dalam
kesadaran selain compos mentis, termasuk di dalamnya Diagnosis and Statistical Manual III (DSM-III) yang telah
keadaan hipoaktivitas dan hiperaktivitas. direvisi dalam DSM-IV lima tahun kemudian.
Berdasarkan DSM-IV tersebut, telah disusun algoritme
(disebut Confusion Assessment Methode: CAM) untuk
menegakkan diagnosis sindrom delirium. Algoritme
tersebut telah divalidasi oleh Inouye et al padatahun 1990
latrogenik pembedahan, kateterisasi, urin, physical
restraints sehingga dapat digunakan untuk penegakkan diagnosis.
Obat-obatan psikotropika CAM ditambah uji status mental lain dapatdipakai sebagai
Gangguan insufisiensi ginjal, dehidrasi, hipoksia,
baku emas diagnosis. Uji status mental lain yang sudah
metabolik/cairan azotemia,
hiperglikemia, hipernatremia, hipokalemia. lazim dikenal antaralaitt Mini-mental State Examination
Penyakit demam, infeksi, stres, alkohol, putus obat (MMSE, Folstetn), Delirium Rating Scale, Delirium Symp-
fisiUpsikiatrik (tidur),
fraktur, malnutrisi, gangguan pola tidur tom Interview. Kombinasi pemeriksaan tersebut dapat
Overstimulation perawatan di lCU, atau perpindahan dikerjakan dalam waktu sekitar 15 menit oleh tenaga
ruang rawat kesehatan yang terlatih dan cukup andal, spesifik sefia
sensitif (k:0,95).
Gejala-gejala klinik tersebut di atas terjadi secara akut
dan berfluktuatif; berarti dari hari ke hari dapat terjadi
perubahan gejala secara berganti-ganti. Dapat pula terjadi
kondisi pasienyangfully allert di satu hari namun pada
hari berikutnya pasien tampak gelisah (hiperaktif). Gejala
yang khas (yang membedakan dari demensia) adalah
perhatian sangat terganggu, pasien tidak mampu
mempertahankan konsentrasi maupun perhatiannya pada
suatu topik pembicaraan misalnya.
Tanda yang dapat diamati antara lain terdapatnya
gangguan pada uji atensi (mengurutkan nama hari dalam
seminggu, mengurutkan nama bulan dalam setahun, atau
mengeja balik kata 'pintu'). Gambar 1. Confusion assessmenf method untuk sindrom
delirium

BEBERAPA TIPE SINDROM DELIRIUM Diagnosis Banding


Banyak gejala yang menyerupai delirium. Demensia dan
Klasifikasi sindrom delirium berdasarkan aktivitas depresi sering menunjukkan gejala yang mirip delirium;
psikomotor (tingkaV kondisi kesadaran, aktivitas perilaku) bahkan kedua penyakit i kondisi tersebut acap kali terdapat
yakni: 1). Hiperaktif, 2). Hipoaktif. 3). Campuran (paling bersamaan dengan sindrom delirium. Pada keadaan
SINDROM DEIJRIUIM (ACUTE oONFUSIONAL SNI,TE) 909

tersebut maka informasi dari keluarga dan pelaku rawat juga psikiatrik, status fungsional, riwayat penggunaan
menjadi sangat berarti pada saat anamnesis. obat, dan riwayat perawatan/penyakit/operasi terdahulu
Demensia dan delirium juga sering terdapat bersamaan; serta asupan nutrisi dan cairan sebelum sakit. Pemeriksaan
gangguan yang acap kali tumpang tindih antara lain tanda vital (kesadaran, tanda rangsang meningeal, tekanan
gangguan orientasi, memori dan komunikasi. Demensia darah, frekuensi napas dan denyut jantung serta suhu
sendiri merupakan faktor risiko untuk terjadinya sindrom rektal) sangat penting, selain untuk diagnosis namun juga
delirium terutama jika terdapat faktor pencetus penyakit bermanfaat dalam evaluasi hasil pengobatan.
akut. Pemeriksaan penunjang dasar seperti darah perifer
Beberapa jenis demensia seperti demensia Lewy Bo$t lengkap, elekholit, analisis gas darah, gula darah, ureum,
dan demensia lobus frontalis menunjukkan perubahan kreatinin, SGOT dan SGPT, urin lengkap, EKG, foto toraks
perilaku dan gangguan kognitifyang sulit dibedakan dari dan kultur darah harus segera dilaksanakan.
sindrom delirium. Sindrom delirium dengan gejala Obat-obat yang tidak esensial untuk sementara
psikomotor yang hiperaktif sering keliru dianggap sebagai dihentikan. Jika terdapat kecurigaan terhadap putus obat
pasien yang cemas (anxietas), sedangkan hipoaktif keliru (biasanya obat sedatir,um atau hipnotikum) maka riwayat
dianggap sebagai depresi. Keduanya dapat dibedakan tersebut bisa diperoleh dari keluarga ataupelaku rawat.
dengan pengamatan yang cermat. Pada depresi terdapat Pengobatan/penanganan yang diberikan tidak saja
perubahan yang bertahap dalam beberapa hari atau menyangkut aspek fisik, namun juga psikologik/psikiatrik,
minggu sedangkan pada sindrom delirium biasany a gejala kognitif, lingkungan, serta pemberian obat. Untuk
berkembang dalam beberapa jam. Tingkat kesadaran pada mencegah agar pasien tidak membahayakan dirinya sendiri
depresi biasanya compos mentis, proses berpikirnya utuh. atau orang lain (pasien yang hiperaktif, gaduh gelisah bisa
Pada depresi juga biasanya terdapat kehilangan minat, menendang-nendang, sangat agitatif, agresif, bisa terj atuh
depressed mood serta faal sensorium yang normal. dari tempat tidur atau bisa menciderai diri sendiri) maka
Berbagai gejala dan tanda pada sindrom delirium akan sebaiknya pasien ditemani pendamping atau yang biasa
berfluktuasi dari waktu ke waktu, sementara pada depresi mendampingi pasien. Mengikat pasien ke tepian tempat
dan demensia lebih menetap. tidur bukanlah tanpa risiko, misalnya trauma atau
Pasien dengan sindrom delirium bisa muncul dengan trombosis.
gejala seperti psikosis yakni terdapat delusi, halusinasi Data empiris manfaat obat untuk mengatasi gejala
serta pola pikir yang tidak terorganisasi. Pada kondisi sindrom delirium masih terbatas. Beberapa obat
seperti ini maka sebaiknya berkonsultasi dengan psikiater. antipsikotik mempunyai efek yang mampu menekan
berbagai gejala hiperaktifdan hipoaktifdari sindrom de-
Gangguan Kognitif Pasca-operasi (GKPO) lirium; menjadi obat pilihan utamapadafase akut (agitasi
GKPO (Post operative cognitive dysfunction:POCD) agak
hebat, perilaku agresif, hostility, halusinasi, atau gejala
lain yang membahayakan dirinya). Untuk kondisi di atas
berbeda dari sindrom delirium namun mempunyai implikasi
klinik yang mirip. Secara klinis GKPO jarang disertai haloperidol masih merupakan pilihan utama. Dosis juga
penurunan tingkat kesadaran dan perjalanannya tidak dapat ditingkatkan sesuai tanggapan pasien.
berfluktuasi. Sampai dua minggu pasca-operasi jantung Dibandingkan dengan obat lain seperti chlorpromazin dan
insidensnya mencapai 30-70% (Savageau, dikutip oleh droperidol, haloperidol memiliki metabolit dan efek
Rasmussen, 2003). Pada minggu ketiga hingga bulan antikolinergik, sedasi serta efek hipotensi yang lebih kecil
keenam, insidensnya turun sampai 10-40%. Pada operasi sehingga lebih aman. Dosis obat per oral pada umumnya
non-jantung insidensnya lebih rendah yakni sekitar 10- dapat diterima dengan baik, namun jika pasien tak mampu

25Yo segeru setelah operasi dan menurun hingga 5-1506


menelan maka dapat diberikan intramuskular maupun
pada beberapa bulan pasca-operasi. intravena. Olanzapin dapat diberikan sebagai tambahan
jika agresivitas masih muncul dengan dosis maksimal ha-
loperidol. Beberapa laporan kasus menunjukkan manfaat
antipsikotik generasi kedua seperti risperidon dan
PENATALAKSANAAN (ROCKWOOD, 2003; penghambat asetilkolin-esterase; masih diperlukan
SAMUELS,2OO3) penelitian intervensional lebih lanjut. Perlu dicatat bahwa
penggunaan antipsikotik harus dimulai dengan dosis
Tujuan utama pengobatan adalah menemukan dan rendah dan ditingkatkan secara bertahap jika diperlukan.
mengatasi pencetus serta faktor predisposisi. Keselamatan
Walaupun risiko efek samping yang mungkin muncul
pasien dan keluarga harus diperhatikan. Comprehensive
rendah namun beberapa efek serius seperti perpanjangan
geriatric ass es sment (pengkajian geriatri paripuma) sangat
QT dan torsades de pointes, gejala ekstrapiramidal dan
bermanfaat karena akan memberikan gambaran lebihjelas
diskinesia putus obat dapat terjadi. Oleh karena itu
tentang beberapa faktor risiko yang dimiliki pasien. penggunaan antipsikotik harus dikonsultasikan ke
Pemeriksaan tak hanya terhadap faktor fisik, namun psikiater geriatri.
910 GERIITIRI

Secara umum penanganan yang bersifat suportif amat PROGNOSIS


penting dalam pengelolaan pasien dengan sindrorn de-
lirium, baik untuk pengobatan maupun dalam konteks Walaupun gejala dan tanda sindrom delirium bersifat akut
pencegahan. Asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan namun temyata dilaporkan adanya beberapa kasus dengan
elektrolit, kenyamanan pasien harus diupayakan seoptimal gejala dan tandayang menetap bahkan sampai bulan ke-
mungkin. Keberadaan anggota keluarga atau yang selama 12. Beberapa penelitian melaporkan hasil pengamatan
ini biasanya merawat akan sangat berperan dalam tentang prognosis sindrom delirium yang berhubungan
memulihkan orientasi. Sedapat mungkin ruangan pasien dengan mortalitas, gangguan kognitif pasca-delirium,
haruslah tenang dan cukup penerangan. Masih dalam status fungsional serta gejala sisa yang ada.
konteks oreintasi, dokter dan perawat harus mengetahui Prognosis yang berhubungan dengan mortalitas
apakah sehari-hari pasien mengenakan kacamata untuk dilaporkan oleh Rockwood (1999) dalam pengamatan
melihat atat alat bantu dengar untuk berkomunikasi dan selama tiga tahun. Pasien dengan sindrom delirium
mengusahakan agar pasien dapat mengenakan manakala mempunyai risiko 1,71 kali lebih tinggi untuk meninggal
diperlukan setiap saat. dalam tiga tahun kedepan dibandingkan mereka yang tidak
Hal umum lain yang perlu diperhatikan adalah : perawat (95% CI 1,02 ;2,87). Sementara McCusker (2002) dat
harus waspada bahwa pasien sangat mungkin tidak mampu Kakuma (2003) masing-masing melaporkan peningkatan
menelan dengan baik sehingga asupan per oral tidakboleh risiko tersebut sebesar 2,11 (1,18 ;3,77) dan7,24 (1,62 ;
diberikan selama belum terdapat kepastian mengenai 32,35). Perlu disampaikan bahwa peningkatan risiko
kemampuan menelan. Dokter yang merawat harus menilai tersebut tetap ada walaupun sudah dilakukan
kesadarannya dan dokter ahli rehabilitasi medik harus pengendalian terhadap faktor-faktor lain yang turut
menilai kemampuan otot menelan jika pasien sadar. Setelah berperan terhadap kematian seperti beratnya kondisi
yakin bahwa kesadaran pasien compos mentis dan tidak komorbid, demensia, gangguan status fungsional, domisili
terdapat kelumpuhan otot menelan barulah perawat (tinggal di panti atau tidak) serta faktor perancu yang lain.
diizinkan memberikan asupan per oral. Selamaperawatan, Terhadap faal kognitif digunakan beberapa instiumen
tanda vital harus lebih sering dievaluasi, setidaknya setiap untuk membantu menetapkan diagnosis demensia pasca
empat jam, jika diperlukan dapat dinilai setiap dua atau delirium seperti MMSE (mini mental state examination)
bahkan setiap satu j am tergantung kondisi pasien. Penilaian dan IADL (instrumental activities of daily living), yang
yang lebih sering dengan kewaspadaan yang tinggi ini kedua lebih tepat untuk menentukan derajat demensia.
diperlukan karena gejala dan tanda klinik yang sangat Rockwood (1999) mendapatkan peningkatan risiko
berfluktuatif. Selain tanda vital, jumlah produksi urin dan demensia sebesar 5,97 pada kelompok dengan sindrom
cairan yang masuk harus diukur dengan cermat setiap empat delirium (95% CI 1,83 ; 19 ,54 [setelah mengontrol faktor
jam dan dilaporkan kepada dokter yang merawat agar jenis kelamin, usia dan komorbiditas]). Besamya perbedaan
perubahan instruksi yang diperlukan dapat segera derajatperubahan faal kognitif dalam observasi selama 12
dilaksanakan tanpa menunggu laporan keesokan harinya bulan lebih besar secara bermakna pada kelompok yang
(akan terlambat). pemah mengalami sindrom delirium (21,8 * 5,5 dan 18,9 +
Sehubungan dengan hal di atas, makakeluarga pasien 5,7) dibandingkan dengan kelompok kontrol (25,5 + 3,5
atau pelaku rawat yang menunggu harus diberi informasi dan24,2+3,9) dengannilai rasio odd -3,4 (95%CI -6,2; -
tentang bahaya aspirasi jika memberikan makanan atau 0,6) seperti dilaporkan leh McCusker (2001). Lebih lanjut
minuman dalam keadaan kondisi yang tidak compos men- diperlihatkan bahwa besarnya perbedaan perubahan skor
tis atau terdapat kelumpuhan otot menelan. Diberitahukan IADL juga lebih besar pada kelompok dengan sindrom
pula perlunya kerj a sama yang baik antara perawat dengan delirium (10,7 +2,3 dan8,3 + 3,8) dibandingkankelompok
peunggu pasien terutama perihal pemantauan urin dan kontrol (9,3 +2,9 dan8,0 + 3,2).
asupan cairaL Pada penelitian yang menilai status fungsional,
Perlu dicatat bahwa pasien sindrom delirium sering ternyata delirium berhubungan dengan status fungsional
merasa apayagbaru dialami saat delirum sebagai mimpi. yang lebih rendah, baik pada kelompok dengan maupun
Pada saat kondisi pasien membaik maka dokter atau perawat tanpa demensia. McCusker (200 1) memperlihatkan bahwa
harus menjelaskan / mendidik pasien tentang keadaan yang pasien-pasien dengan sindrom delirium mempunyai skor
baru dialaminya untuk mengantisipasi atau mencegah ADL Barthel (rentang 0 - 100) yang lebih buruk (skor 53,4
episoda cemas. + 29,9 menladi 80,6 + 28,2 dalam 12 bulan pasca delirium)
Penatalaksanaan spesifik ditujukan untuk meng- dibandingkan dengan kontr ol (62,7 + 26,2 menjadi 87, I +
identifikasi pencetus dan predisposisi. Segera setelah 13,2 dalam 12 bulanpasca delirium).
faktor pencetus diketahui maka dapat dilakukan tindakan Levkoff (seperti dikutip McCusker,2003) meneliti gejala
yang lebih definitif sesuai faktor pencetusnya. sisa delirium dan didapatkan hasil bahwa dari 125 pasien
Memperbaiki faktor predisposisi harus dikerjakan tanpa berusia 65 tahun ke atas yang masuk dengan sindrom
memrnggu selesainya masalah terkait faktor pencetus. delirium; saat pulang, hatya 44Yo dari pasien yang
SINDROM DELIRIUM (AC U TE AONFUS IONAL S TATE) 911

gejalanya sudah tidak sesuai kriteria diagnostik DSM-IV Rudolph (2003) melaporkan bahwa separuh dari kasus
untuk delirium. Temyata enam bulan pascarawat terdapat yang diamatinya mengalami delirium pada saat sedang
1 3olo pasien yang menunjukkan gejala delirium, 69o/o pasien dirawat di rumah sakit. Berarti ada karakteristik pasien
yang menunjukkan gejala perubahan aktivitas namun tidak tertentu dan suasana / situasi rumah sakit sedemikian rupa
sesuai kriteria diagnostik delirium dan hanya 18% pasien yang dapat mencetuskan delirium. Beberapa obat juga
yang menunjukkan resolusi komplit. McCusker (2003) juga dapat mencetuskan delirium, terutama yang mempunyai
meneliti gejala sisa delirium pada kelompok pasien efek antikolinergik dan gangguan faal kognitif. Beberapa
demensia dibandingkan dengan yang tidak demensia. Pada obat yang diketahui meningkatkan risiko delirium antara
akhir pengam atan r ata-rata satu gej ala delirium menghilang lain: benzodi azepin, kodein, amitriptilin (antidepresan),
pada kedua kelompok. Disorientasi, kurang perhatian difenhidramin, ranitidin, tioridazin, digoksin, amiodaron,
(kurang konsentrasi) serta penurunan daya ingat metildopa, procainamid, levodopa, fenitoin, siprofl oksasin.
merupakan gejala sisa yang tersering dijumpai. Pada Beberapa tindakan sederhana yang dapat dilakukan di
pengamatan bulan ke-12, 14,8o/o pasien yang tidak rumah sakit (di ruang rawat akut geriatri) terbukti cukup
demensia masih mempunyai satu gejala delirium efektif mampu mencegah delirium. Inouye et al (1999)
sedangkan pada kelompok dengan demensia terdapat menyarankan beberapa tindakan yang terbukti dapat
48,9yo pasien yang masih menunjukkan gejala mencegah delirium seperti yang terterupada Tabel 2.
delirium.
Dari berbagai penelitian yang ada didapatkan pasien-
pasien dengan sindrom delirium akan mempunyai risiko KESIMPULAN
kematian lebih tinggi jika: komorbiditasnya tinggi,
penyakitnya lebih berat (skorAPACHE II tinggi), dan jenis Sindrom delirium sering tidak terdiagnosis dengan baik
kelamin laki-laki. Episoda delirium juga lebih panjang pada karena berbagai sebab. Keterlambatan diagnosis
kelompok pasien dengan demensia dibandingkan tanpa memperpanjang masa rawat dan meningkatkan mortalitas.
demensia. Defisiensi asetilkolin yang berhubungan dengan beberapa
faktor predisposisi dan faktor pencetus merupakan
mekanisme dasar yang harus selalu diingat. Pencetus
PENCEGAHAN tersering adalah pneumonia dan infeksi saluran kemih.
Gangguan kognitif global, perubahan aktivitas psikomotor,
Berbagai literatur menyebutkan bahwa pengobatan perubahan siklus tidur, serta perubahan kesadaran yang
sindrom delirium sering tidak tuntas. Sembilan puluh enam terjadi akut dan berfluktuatif merupakan gejala yang
persen pasien yang dirawat karena delirium pulang dengan paling sering ditemukan. Beberapa peneliti menggolongkan
gejala sisa. Hanya 20% dai kasus-kasus tersebut yang sindrom delirium ke dalam beberapa tipe. Kriteria
tuntas dalam enam bulan setelah pulang. Hal tersebut diagnosis baku menggunakan DSM-IV ; instrumen baku
menunjukkan bahwa sebenarnya prevalensi sindrom yang dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
delirium di masyarakat lebih tinggi daipadayang diduga adalah CAJiI (confusion assessment method). Beberapa
sebelumnya. Pemeriksaan penapisan oleh dokter umum penyakit mempunyai gejala dan tanda mirip sehingga
atau dokterkeluarga di masyarakat menjadi penting dalam diperlukan kewaspadaan serta pemikiran kemungkinan
rangka menemukan kasus dini dan mencegah penyulit diferensial diagnosis.-Pengelolaan pasien terutama
yangfatal. ditujukan untuk mengidentifrkasi serta menatalaksana

Panduan
Tindakan Keluaran
lntervensi
Reorientasi Pasang jam dinding Memulihkan orientasi 0,04
Kalender
Memulihkan Padamkan lampu Tidur tanpa obat 0,001
siklus tidur Minum susu hangat atau teh herbal
Musik yang tenang
Pemijatan (massage) punggung
Mobilisasi Latihan lingkup gerak sendi Pulihnya mobilitas 0,06
Mobilisasi bertahap
Batasi pengguna an re straint
Penglihatan Kenakan kacamata Meningkatkan kemampuan penglihatan 0,27
Menyediakan bacaan dengan huruf berukuran besar
Pendengaran Bersihkan cerumen prop Meningkatkankemampuanpendengaran 0,10
Alat bantu dengar
Rehidrasi Diagnosis dini dehidrasi BUN/Cr < 18
Tingkatkan asupan cairan oral
Kalau perlu per infus
912 GERI'TIRI

faktor predisposisi dan pencetus. Penatalaksanaan non- Hill Co.Inc; 2003.p.1503-15 16.
farmakologik sama pentingnya dengan farmakologik. Kane RL, Ouslander JQ Abrass IB. Confusion: Delirium and derlen-
tia. In: Kane RL, Ouslander JCr, Abrass IB, editor. 5th edition.
Diperlukan kerja sama dengan psikiater-geriatri terutama
New York: McGraw-Hill;2004.p.121-145.
dalam pengelolaan pasien yang gelisah/delirum. Sebagian McKusker J. The Long-term prognosis of delirium. Geriatrics and
pasien sebenarnya dipulangkan masih dalam keadaan Aging; Decemb er 2003 ;6(10): 22-27 .
belum sembuh total (belum 'remisi' komplit) sehingga Rasmussen LS. Postoperative cognitive dysfunction in older adults.
gejala sisa masih ada bahkan hingga 12 bulan. Munculnya Geriatrics and Aging; December 2003;6(10): 36-38.
sindrom delirium berulang tidak jarang dilaporkan; oleh Rockwood K. Disordered Level of Consciousness and Acute Confu-
sebab itu penapisan dan program pencegahan amat sional State. Dalam: Hazzard WR, Blass JP, Halter JB,
OuslanderJG Tinetti ME, editor. Principies of Geriatric Medi-
penting dilaksanakan.
cine and Gerontology. 5th edition. New York: McGraw-Hi1l
Co., Inc; 2003.p.932-937.
Rudolph JL, Marcantonio ER. Diagnosis and Prevention of De-
REFERENSI lirium. Geriatrics and Aging; December 2003;6(10): 14-19.
Samuels C, Evers MM. Delirium: pragmatic guidance for managing
Friedland RP, Wilcock GK. Dementia. In: Evans JG Williams TF, a common, Confounding, and Sometimes Lethal Condition'
Beattie BL, Michel J-R Wilcock GK, eds. Oxford Textbook of Geriahics and Aging; June 2002;57(6):33-38.
Geriatric Medicine. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press, Skrobik Y. An Averview of delirium in the critical care setting.
2000: 922-930. Geriatrics and Aging; December 2003;6(10): 30-35.
Inouye SK, Agostini JV. Delirium. lrl'. Hazzard WR, Biass JP, Halter
JB, OuslanderJG, Tinetti ME, editor. Principles of Geriatric
Medicine and Gerontology. 5th edition. New York: McGraw-
t42
IATROGENESIS
RA Tuty Kuswardhani, Nyoman Astika

Kelainan iatrogenik didefinisikan sebagai efek merugikan


akibat tindakan pengobatan atau diagnostik yang
Tindakan diagnostik
menyebabkan kelainan patologis di luar keadaan sebab Kateterisasi jantung
tindakan tersebut dilakukan. Orang usia lanjut merupakan Arteriografi
Tindakan pengobatan
suatu organisme dengan keseimbangan yang halus dengan
Pengobatan intravena
lingkungannya. Seperti halnya pada fase kehidupan dini, Kateter urin
kehidupan pada usia lanjut juga ditandai dengan Selang nasogastrik
meningkatnya sensitivitas terhadap lingkungan. Tidak Dialisis
Transfusi
mengherankan apabila pasien usia lanjut sangat rentan Obat-obatan
terhadap berbagai stres akibat perawatan medis modern. Salah pemberian obat
Pada Tabel 1 dapat dilihat beberapa masalah iatrogenik lnteraksi obat
Reaksi obat
pada pasien usia lanjut. Efek samping obat
Pembedahan
Anestesia
lnfeksi
Gangguan metabolik
Overzealous labeling Hipovolemia
Demensia lstirahat di tempat tidur
lnkontinensia Hipovolemia dan hipertensi
Underdiagnosis Metabolisme kalsium
lstirahat di tempat tidur lmpaksi fekal
Polifarmasi lnkontinensia urin
Ketidaktergantungan yang dipaksakan Tromboemboli
Gangguan lingkungan lnfeksi nosokomial
Trauma transfer Jatuh

usia lanjut lebih besar kemungkinannya untuk mengalami


RUMAH SAKIT kejadian yang tidak diinginkan mengingat adanya
kemunduran fisik dan peningkatan kerentanan. Ada
Rumah Sakit merupakan tempat yang berbahaya bagi setiap beberapa faktor risiko untuk terjadinya kejadian iatrogenik
pasien. Harus dipertimbangkan dengan seksama untung- dirumah sakit, yaitu saatmasuk daripanti werda ataurumah
rugi pasien usia lanjut dirawat di rumah sakit. Bila banyak sakit lain, pemeriksaan keseluruhan oleh dokter saat masuk
hal tidak diperhitungkan, dapat menyebabkan kerugian bagi rumah sakit, umur, jumlah obat, dan lamanya perawatan.
penderita seperti infeksi nosokomial, salah pemberian obat, Masuk rumah sakit akan membawa pasien usia lanjut ke
stres akibat pembedahan besar atau bahaya beberapa dalam dunia asing, apalagi bila mereka sudah dalam keadaan
tindakan diagnostik. Beberapa contoh akibat buruk di stres, maka akan menambah beban kejiwaan maupr.rn fisik.
rumah sakit, meliputi masalah pengobatan yang berlebihan Harvard Medical Malpractice Study menemukan bahwa
atau kekurangan (Tabel 2). Selama di rumah sakit, pasien pasien dengan usia di atas 65 tahun memiliki kemungkinan

913
914 GERI'TTRI

dua kali terkena jejas selama dirawat di rumah sakit metabolisme obat yang mengakibatkan penyakit
dibandingkan mereka yang berusia lebih muda. Mereka lebih iatrogenik.
mudah mendapatkan penyakit akibat kekurangan perhatian. Orang usia lanjut menunjukkan jendela pengobatan
Risiko penyakit iatrogenik meningkat seiring dengan yang lebih sempit dibandingkan dengan mereka yang lebih
lamanya dirawat di rumah sakit. Pada sebuah penelitian, muda; respons terapinya menurun sedangkan respons
58% pasien yang berusia di atas 65 tahun menderita toksiknya meningkat (Gambar 1). Adanya gangguan
sekurangnya satu komplikasi iatrogenik pada saat dirawat metabolisme obat ini akan menyebabkan kadar obat yang
di rumah sakit selama 15 hari atau lebih. Intervensi tinggi di dalam darah pada pemberian dosis "normal".
pengobatan mengakibatkan komplikasi sebesar 440%,
sedangkan prosedur diagnostik dan akibat kelalaian masing-
masing mengakibatkan komplikasi sebesar 1 0oZ.
Istirahat di tempat tidur juga berbahaya untuk pasien
Respons Pengobatan
usia lanjut. Kenyataannya, tempat tidur merupakan tempat
berbahaya di samping berisiko untuk membuat seseorang
jatuh (Tabel 3.). Merawat pasien usia lanjut memerlukan
kesabaran dan waktu, karena mereka dalam keadaan
ketergantungan. Misalnya mandi yang harus disupervisi,
demikian juga harus diperhatikan perpindahan dari satu
tempat ke tempat lainnya, dan sebagainya. Pada
hakekatnya, bahaya iatrogenik pada usia lanjut banyak Respons Toksik
terletak pada underdiagnosis, terutama keadaan yang U sia
kelihatannya biasa tetapi sesungguhnya kritis yang
melibatkan pendengaran, penglihatan, dan gigi-geligi. Gambar 1

Demikian juga ada beberapa penyakit yang sering


terabaikan dalam pemeriksaan seperti penyakit tiroid atau
Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa
aneurisma aorta.
pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit mengalami
efek samping obat dua sampai tiga kali lebih banyak
dibandingkan mereka dengan usia 20-30 tahun. Angka
kejadian efek samping obatpadausia lanjut di dalamrumah
Nyeri akibat penekanan sakit dan di masyarakat masing-masitg 15-42% dan2,5-
Penyerapan tulang
Hiperkalsemia 50,60 . Laporan lain mendapatkan bahwa dua dari lima
Hipotensi postural pasien berusia di atas 70 tahun yang dirawat di bangsal
Atelektasis dan pneumonia
Tromboflebitis dan tromboemboli
medis umum mengalami efek samping obat, dan
lnkontinensia urin setengahnya adalah berat. Delapan puluh persen dari efek
Konstipasi dan impaksi fekal samping obat pada usia lanjut terkait dengan dosis obat.
Kekuatan otot menurun
Kapasitas kerja fisik menurun Untuk menghindari efek samping obat perlu diketahui
Kontraktur beberapa prinsip dalam pemberian obat untuk pasien usia
Depresi dan kecemasan lanjut di rumah sakit, seperti terlihat pada Tabel 4.

LABELING
EFEKSAMPING OBAT
Barangkali lebih berbahaya dibandingkan kasus
Penyebab utama penyakit iatrogenik adalah efek samping underdiagnosls adalah mereka yang mendapatkan predikat
obat akibat polifarmasi. Banyak efek samping obat yang atau label overdiagnosis. Dokter yang dengan mudah
tidak bermakna, tapi beberapa dapat menimbulkan memberikan label disorientasi sebagai demensia atau
perdarahan seperti akibat warfarin, sinkop akibat obat gangguan kencing sebagai inkontinensia akan
penyekat reseptor adrenergik alfa atau vasodilator, delirium mengakibatkan nasib pasien yang tidak menyenangkan.
akibat obat antikolinergik, dan pengobatan psikotropik Kedua diagnosis ini akan menjadi indikasi kuat untuk
yang bisa memberikan efekburuk pada pasien usia lanjut. dirawat di panti werda. Sayang sekali kebanyakan panti
Walaupun noflnogram unhrk peresepan obat bermanfaat werda tidaklah sama dengan rumah atau rumah sakit yang
pada keadaan klinik tertentu, banyak pasien usia lanjut mampu memberikan perhatian maupun perawatan dan
mempunyai keadaan komorbid multipel dan menggunakan pengobatan yang baik. Sebaiknya dokter turut
beberapa obat yang berpengaruh terhadap ikatan dan bertanggungjawab terhadap pasien yang meliputi hal-hal
IAIROGENESIS 915

berikut: l) pasien memang memerlukan perawatan di panti


werda, 2) panti werda dapat memberikan perawatan yang
Tinjau semua pengobatan yang dipakai sebelum masuk dibutuhkan, dan 3) pasien dipersiapkan sebelum
rumah sakit, nilai kepatuhan sebelumnya
Hindari polifarmasi yang tidak perlu: gunakan obat yang
dipindahkan ke panti werda.
dapat mengobati lebih dari satu penyakit (misalnya
penyekat beta untuk hipertensi dan angina pektoris)
Jika memulai obat baru, pilih obat dengan sifat
farmakokinetik yang jelas REFERENSI
Jika pasien memerlukan pengobatan multipel, hindari obat
penghambat atau penginduksi sitokrom P450 atau sangat Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Iatrogenesis in essentials of
kuat mengikat albumin. Jika meragukan, konsultasi kepada
clinical geriatrics. Singapore: McGraw-Hill; 1994. p.341 -9
ahli farmasi, ahli farmakolog, program tarmakologi on-line,
atau sumber bacaan Kong TK. Iatrogenesis- still a geriatric giant. J Hong Kong Geriatric
Jika dosis rumatan belum berhasil, maka naikkan dosis obat Soc.1997; 8: 3-5.
dengan prinsip "start low and go slovl'sampai efek obat Palmer RM. Acute hospital care: future direction. In: acute emer-
tercapai gencies and critical care of the geriatric patient. Yoshikawa T!
Gunakan obat dengan dosis yang lebih rendah jika obat
Norman DC, Marcel Dekker; New York, 2000. p.461-86
diekskresikan lewat ginjal (misalnya aminoglikosida)
Memulai dengan obat kerja pendek dari suatu kelas obat, The Editors. The practice of medicine. In: Harrison's principles of
pada saat keluar rumah sakit diganti dengan obat yang internal medicine. Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, et al.
diberikan satu atau dua kali sehari untuk meningkatkan (Editors). 15m Edition. New York: McGraw-Hill, 2001. p.3-4
kepatuhan dan mengurangi beban pembantu (caregivef di
rumah
Tinjau semua obat yang diberikan dengan pasien dan
keluarga dan berikan petunjuk secara tertulis
Pertimbangkan efek samping obat jika pasien menunjukkan
masalah medis baru atau yang tidak diharapkan: delirium,
hipotensi, disritmia, gagal ginjal, kelainan elektrolit,
konstipasi
143
ASUHAN PADA KONDISI TERMINAL
Supaftondo

TUGAS DOKTER MASA KINI strok, penyakit jantung, penyakit paru obstruksi dan
masalah kronis lain dari sistem organ.
Sebagai perbandingan suatu sistem asuhan di rumah
di Yogyakarta menangani 49 pasien pasca strok, 39 pasien
Kemajuan teknologi medik seperti pernapasan buatan dan
diabetes dan l6 pasien kanker. Selama 5 tahun l22pasien
dialisis ginjal telah berhasil memperpanjang umur pasien,
dari 427 pasien dirawat sampai meninggal.
yang dahulu dapat dipastikan meninggal'
Meskipun banyak pasien dapat memanfaatkan
kemajuan ini dan proses penyakit dapat dihentikan atau
dibalik, mulai dipertanyakan apakah tindakan PELAYANAN PASIEN PADA AKH I R HAYAT
memperpanjang umur benar sesuai dengan kepentingan
pasien. Di negara Barat telah berkembang jenis pelayanan yang
Pelayanan kesehatan sejak dulu diarahkan untuk disebut hospice care (astthan sakit) dengan ciri-ciri :
menyembuhkan penyakit dan mencegah kematian' tetapi
. Harapan hidup pasien 6 bulan atau kurang .

baru sekarangpara dokter berhadapan dengan keadaan


. Koordinasi oleh tim interdisiplin terdiri dari perawat,
pekerja sosial, dokter, keluarga, ketua tim medik, relawan,
menjelang ajal yang tidak dapat dielakkan.
Jadi, berupaya keras untuk meringankan derita sambil
penolong dan rohaniwan
menerima ajal yang mendekat, merupakan tujuan baru di
. Perawat siap datang di rumah 24 jam sehari.
bidang kedokteran. Pokok utama : pengelolaan nyeri dan gejala .

Temyata tindakan dalam pelayanan medik menjelang


. Bimbingan untuk keluarga dan layanan berkabung
akhir hayat tidak selalu mencerminkan pendapat ini. Segala sampai I tahun sesudah pasien meninggal.
daya tpaya masih diarahkan untuk menyelamatkan jiwa.
. Pendekatanlebihpaliatifdibanding kuratif.
Banyak ahli membahas segi medik, hukum, etik dan
. Pasien memilih hospice care yalg didukung asuransi
klinik tentang keputusan di akhir hayatpada pasien yang khusus.
(sumber : Dept. Geriatr. Health, Am.Med.Assoc, 1998)
tidak sepenuhnya mampu dan menghadapi kematian
segera. Salah satu pasal adalah hak pasien untuk menolak Di Jakarta RS Kanker "Dharmais" telah menlusun
pengobatan. Untuk Indonesia hal ini belum lazim dan perlu panduan untuk asuhan paliatifberbagai umur pasien, yang
dibahas dari segi etik dan hukum. mencakup Dasar-dasar Perawatan Paliatif a.l. dukungan
spiritual, hak penderita dan Menghadapi Kematian dan
Masa Duka seperti pesan dan warisan, saat-saat terakhir
MASALAH PADA PASIEN USIA LANJUT YANG (DNR). (7II,7 VIID.
DAPAT MENGANCAM JIWA Asuhan sakit dapat dilakukan di rumah, rumah sakit,
panti rawat werda dan klinik asuhan bebas. Asuhan di
Keganasan merupakan masalah yang menekan pada rumah pasien menguntungkan dari segi lingkungan yang
stadium akhir yang singkat, menyusul masa relatif panj ang akrab, nyaman dan mudah diatur untuk pasien' Tetapi
yang tenang. pengaturan lingkungan ini jangan sampai menghilangkan
DiAS kebanyakan orang meninggal sesudah demensia, kenyamanannya. Walaupun tidak sampai menjadi "ruang

916
ASUIIAN PADA KONDISI TERMINAL 917

rawatinap", harus diperhatikan hambatan seperti taflgga, Pertanyaan lain ialah :


jenis tempat tidur dan jamban untuk mempermudah asuhan Bila dan bagaimana pasien dipersiapkan untuk menghadapi
dirumah. saat-saat akhir hidup?
Rincian untuk merencanakan peralatan sederhana Rohaniwan merupakan anggota tim asuhan sakit seperti
ftursi roda) sampai perlu tidaknya alat pengisap lendir, telah dijelaskan sebelum ini dan ada petunjuk di Buku
menggambarkan masalah dari segi dana. PanduanRS Dharmais.
Di RS Dr Sardjito Yogyakarta subbagian Geriatri
rnemanfaatkan perawat yang sudah mengikuti pelatihan
SIAPA UJUNG TOMBAK ASUHAN SAKIT PADA menangani pasien menuju kematian.
AKHIR HAYAT ?

Di manapun asuhan sakit ini ditangani, dokter yang trampil CARAKITAMENINGGAL


tentu diperlukan. Rumah sakit dengan fasilitas lengkap
menjadi tempat rujukan bila pasien mengalami kegawatan, Tentu saja belum ada manusia yang dengan tegas dapat
yang biasanya berlangsungpada masa akhir. memberi laporan. Sebagai cerminan idaman seorang
Ada laporan bahwa dokter untuk keluarga spesialis bedah, sekaligus pengajar, pemerhati peka dan
(community physician) yang berpraktek di lingkungan penulis, merangkum harapan i
tempat tinggal, menjadi pilihan untuk asuhan sakit ini. Tuhan, berilah kami kematian yang sesuai untuk kami
Para dokter telah mengenal pasiennya paling tidak masing-masing (Oh Lord, give each of us his own death,
selama 1 tahun dan menangani mas a gawat selama I bulan sebagian syair Rilke).
sebelummeninggal. Asuhan sakit, contoh yang baik untuk menolong
Resusitasi j antung-paru dan bantuan pernapasan tidak pasien pada akhir hayat, terdesak oleh pertolongan yang
terlalu sering. Diskusi keluarga dan dokter untuk gemilang.
menetapkan terapi ada, sebulan sebelum pasien meninggal. Tetapi pasien ditinggaljika pertolongan tidak berhasil.
Di Indonesia, variasi jenis home care (asuhan di "Keputusan akhir akan kutetapkan sendiri atau
rumah) seperti di Yogyakarta,lebih lazim. Penelitian lebih kuwakilkan kepada mereka yang memahami keinginanku,
mendalam di Yogyakartajuga meninjau segi pembiayaan, bila aku tak mampu lagi". Meninggal dalam kehormatan
yang mungkin lebih kecil dibanding cara asuhan ialah penutup hidup dalam kehormatan.
lain.
Pengobatan unfuk rasa nyeri merupakan suatu masalah
di seluruh dunia. Para ahli di luar dan dalam negeri mengikuti RINGKASAN DAN KESIMPULAN
petunjuk WHO 1990, yang menggunakan obat analgesi
secara bertingkat, non-opioid (nyeri ringan) - opioid ringan Telah dibahas penatalaksanaan kondisi pasien pada akhir
(nyeri sedang) - opioid kuat (nyeri sangat). Ada obat masa hidupnya, oleh berbagai sebab. Hak pasien untuk
tambahan bila diperlukan. memilih cara pertolongan seperti tercantum dalam asuhan
Di Jakarta Tim Terpadu Geriatri bekerja sama dengan sakit (hospice care) belum sepenuhnya dapat diterapkan
Unit Akupungtur RS Cipto Mangunkusumo, antara lain di Indonesia.Masih diperlukan penyesuaian di tingkat
untuk pengobatan nyeri. Akupungtur merupakan bagian perhimpunan (IDI) dan segi hukum.
dari Ilmu Kedokteran Komplementer. Cara ini menunjang Persiapan kejiwaan pasien dibahas secafa
upaya mengurangi polifarmasi. spiritual.Kurikulum Fakultas Kedokteran perlu dilengkapi
dengan pelatihan bidang spiritual lintas sektol supaya
dokter mampu mendampingi pasienpada masa terminal.
MENYTAPKAN BTDANG KEJTWAAN(KEROHANTAN)
PASIEN PADAAKHIRHAYAT
REFERENS!
Meninggal adalah suatu pengalaman yang tak ada
duanya dalam hidup, ada dimana-mana tetapi jarang 1 Hoefler JM. Managing Death, Boulder, Cola, Westview Press,
diteliti. t99',7.
Penelitian di masa lalu menghasilkan beberapa model 2. Supartondo. Segi legal-etik pasien usia lanjut dengan penyakit t
kesiapan pasien. Salah satu ialah model Kubler-Ross, erminal. TI Nasional I dan KonKer III PERGEMI, BP Univ.
dengan tahapan menolak, marah, menawar, murung, Diponegoro, Semarang 2002 : 857-862.
3. Dahlan S. Terminally ill, dilihat dari aspek etikolegal. ibid,283-
menerima, mengharap. Atas dasar ini dokter dapat
297.
membantu pasien yang menghadapi akhir hayat, berupaya 4. Lynn J, Caring at the End of Our Lives, N Engl J Med 1996,
ke arah menerima dan mengharap. Bidang yang sulit ini 335: 201-202.
terus menerus diteliti. 5. Widhiarti NE dkk, Profile Home Care SMF Geriatri RS Dr Sardjito
918 GERIITTRI

Yogyakarta. KonKer IV, PERGEMI 2005 : MBP 20,253. I 3. Sapufia K, Ilmu Kodokteran Komplementer pada proses menua
6. Reichel W Care at the end of life, dalam Adelman A M et al : Peran Akupungtur untuk mengelola nyeri.Prosiding TI Geriatri
(eds): 20 Common Problems in Geriatrics, Intern.Ed. 2001, Mc 2005, hal 105-110, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian
Graw Hill, Boston : 20-21. Ilmu Penyakit Dalam, FKUI.
7. Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri pada Penyakit Kanker.Djauzi 14. Supartondo, Kecenderungan polifarmasi pada multipatologi, apa
S dkk, YPI PRESS, Iakarta,2003, II 9-38,Vlll 201-202. inasalahnya ? Prosiding TI Geriatri 2003, hal 1-5. Pusat
8. Cain JM, Practical aspects of hospice care at home.Best Pract Informasi dan Penerbitan Bagian IImu Penyakit Dalam FKUI.
& Research Clin.Ob&Gyn 2001, 15 : 305-311. 15. Kubler-Ross E. On death and dying. New York : Macmillan,
9. Hanson LC et a1, Community Physicians who provide terminal 1969.
care, Arch Intern. Med 1999, 159 : 1133-1138. 16. Asdie HA. Perawatan orang sakit terminal. Tinjauan Agama
10. Pramantara S IDP et al, Kajian biaya manfaat program rawat Islam, Seminar / Pelatihan bagi Perawat Penanganan Pasien
rumah pasien gedatri. TI Nasional II KonNas III PERGEMI menuju Kematian. Panitia Ramadhan di RSUP Dr. Sardjito, 5
2004, MU 60-67. Desember 2000.
11. Reichel W, Care at the end of life.ibid no. 6;29-33. 17. Nuland SB. How we die.Vintage Books, Random House, Inc,
12. Meliala L, Penatalaksanaan nyeri pada Lansia; TI Nasional II New York, 1995.
KonNas III PERGEMI 2004, MU 40.50.
144
ELDERLY MISTREATMENTI
SALAH PERLAKUAT{ TERHADAP ORANG TUA
Supaftondo, Nina Kemala Sari

PENDAHULUAN obat hipertensinya lagi. Setelah hampir sebulan tidakminum


obat, tiba-tiba si kakek mendapat serangan strok karena
Seorang nenek sudah lama sakit dan sudah dianjurkan dokter tekanan darah yang terlalu tinggi. Strok tersebut al:trimya
untuk dirawat di rumah sakit. Namun oleh anak-anaknya membuat pasien mengalami gangguan menelan sehingga
beliau hanya ditempatkan di salah satu kamar hotel milik si setiap kali makan harus m6lalui selang nasogastrik. Pasien
nenek sendiri. Ketika sakit beliau bertambah parah barulah juga mengalami inkontinensia urin sehingga memerlukan
anak-anak membawanya ke rumah sakit. Selama di rumah pemasangan kateter jangka panjang. Dokter sudah
sakit, beliau hanya ditunggui oleh anaknya yang menderita menganjurkan penggunaan kateter silikon yang hanya
sakit jiwa tanpa dibekali uang secukupnya untuk menebus diganti sekali sebulan namun karena si isteri ingin semua
obat-obatan dan pemeriksaan laboratorium. Anak-anak yang yang dijamin ASKES akhimya kateter yang didap at adalah
lain hampir tak pemah datang menjenguk. Karena obat- kateter Folley yang harus diganti seminggu sekali. Pada
obatan yang digunakan terputus-putus, sakit si nenek penggantian kateter yang kesekian, terjadi false route
bertambah parah dan memerlukan tindakan serta sehingga timbul striktur uretra dan berujung pada
pengobatan darurat. Untuk mendapatkan bantuan dari dilakukannya tindakan pembuatan sistostomi.
sebuah yayasan sosial yang ada di rumah sakit tersebut, Salah Perlakuan terhadap orang berusia lanjut
pasien haruslah merupakan pasien bangsal kelas 3, merupakan gejala serius. Data di Amerika memperlihatkan
sedangkan si nenek dirawat di bangsal kelas 2 sehingga bahwa setiap tahun lebih dari 1,5 juta orang tua mendapat
tidak bisa mendapat bantuan gratis dari yayasan tersebut. perlakuan salah. Peneliti lain memperoleh data prevalensi
Untuk memindahkan si nenek ke kelas 3 diperlukan salah perlakuan pada 32 dar.1000 populasi usia lanjut.
persetujuan keluarga. Anak yang menunggu si nenek tidak Meski pun belum terdapat data akurat di Indonesia namun
dapat dipercaya akalnya, sementara keluarga yang relatif dalam praktek sehari-hari kian sering dijumpai kasus-kasus
'sehat' tidak kunjung datang, dan ketika di telpon mereka yang mengindikasikan adanya salah perlakuan terhadap
merasa tersinggung dengan ide pindah kelas tersebut. orang berusia lanjut. Berbagai sikap seperti kekasaran,
Kasus lain adalah kasus terputusnya pengobatan pengabaian, eksploitasi, dan meninggalkan/mengisolasi
hipertensi seorang kakek. Selama ini beliau rutin kontrol oleh pramurawat, keluarga, teman-teman, atau kenalan
ke sebuah poliklinik di rumah sakit umum untuk dapat memberikan akibat fatal bagi seorang berusia lanjut.
pengobatan hipertensinya. Pengobatan berjalan lancar- Sikap-sikap tersebut, baik disengaja maupun tidak, dapat
lancar saja. Ketika PT. ASKES mengubah kebijaksanaan, berujung pada merosotnya kualitas hidup dan kesehatan
obat yang biasa diperoleh secara gratis dengan jaminan seorang berusia lanjut.
ASKES tersebut temyata harus dibayar sebagian.Isteri Salah perlakuan terhadap orang tua baru mulai
pasien yang biasa mengantar berobat tidak bisa menerima mendapat perhatian pada akhir tahun 1970-an setelah
kenyataan tersebut namun juga tidak mau obatnya ditukar dimuatnya laporan pemukulan terhadap seorang nenek di
dengan obat lain yang masih ditanggung ASKES. Akhimya media masa Inggris. Karena itu, pengetahuan kita mengenai
obat tersebut tidak ditebus dan sang kakek tidak minum salah perlakuan pada usia lanjut jauh tertinggal

919
920 GERITI|TRI

dibandingkan kejahatan terhadap anak maupun wanita. Menurut Callahan, salah perlakuan yang terbesar pada
Meskipun berbagai kelompok seperti para ahli hukum, usia lanjut adalah kegagalan menyediakan kebutuhan
sosiolog, pekerja sosial, dan perawat secara klinis dan ekonomi untuk hidup layak dan kesempatan memilih
akademis terlibat dengan masalah ini, namun para dokter, keinginan sendiri. la menyimpulkan bahwa kesehatan
umumnya, belum berkontribusi signifikan. Hal ini, untuk ekonomi seorang berusia lanjut sejalan dengan
sebagian, mencerminkan kenyataan bahwa dokter membaiknya taraf kesehatan, tempat tinggal, hubungan
keluarga, yang paling tepat untuk menilai ada tidaknya keluarga, dan memperkecil situasi salah perlakuan.
diagnosis salah perlakuan, merasa tidak cukup bekal
pengetahuan, mungkin karena kejahatan interpersonal
dalam pendidikan kedokteran selama ini terabaikan. ETIOLOGI

Para ahli sosiologi telah mengajukan sejumlah teori seperti


Penganiayaan Fisik mencakup tindakan - tindakan tertera pada Tabel 2. Teori situasional/isolasi soasial
kejahatan yang menyebabkan nyeri, trauma, gangguan , biasanya te{adi pada pasien usia lanjut yang tidak memiliki
atau penyakit. Contoh: memukul, menendang, mendorong.
jaringan pendukung.
Pengabaian Fisik memiliki ciri khas berupa kegagalan
pramurawat untuk menyiapkan barang-barang atau Teori penukaranlketergantungan korban pada
pelayanan yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi optomal pramurawat dan pramurawat pada korban terjadi bila
atau untuk menghindari bahaya.
Penganiayaan Psikologis adalah kekerasan terhadap
pramurawat tergantung pada pasien, pramurawat
mental orang lanjut sehingga menimbulkan kesedihan yang memperlakukan pasien dengan salah sebagai strategi
mendalam.Contoh: ancaman, caci maki, perlakuan seperti penyeimbang.
terhadap anak-anak , atau mengisolasi
Teori pembelaj arn sosial lkejatahan transgenerasi
Pengabaian Psikologis adalah kegagalan untuk
menyediakan stimulasi sosial bagi orang berusia lanjut merujuk pada orang tua yang bertindak kasar dalam
yang tidak mandiri mendidik anak, anak belajar menggunakan kekasaran
Penganiayaan Finansial atau Material mencakup salah sebagai mekanisme adaptasi. Anak-anak kemudian
guna pendapatan atau sumber-sumber finansial atau
penghasilan seseorang oleh orang lain atau perawat mengasari orang tua saat mereka berperan sebagai
Pengabaian Finansial atau Material adalah kegagalan pengawas orang fua.
menggunakan dana atau sumber-sumberyang diperlukann Hipotesis psikoanalitik/psikopatolo gi pramurawat
untuk menopang atau pemulihan kesehatan dan
kesejahteraan usia lanjut. diajukan bila pramurawat memilki problem psikologis atau
Kejahatan terhadap Hak Azasi Manusia terjadi bila orang penyalahgunaan obat.
yang merawaVmengawasi usia lanjut mengabaikan hak-hak Hambatan utama untuk pencegahan dan intervensi
orang berusia lanjut dan kemampuan untuk mengambil
keputusan bagi mereka.(kebebasan pribadi, kekayaan salah perlakuan terhadap usia lanjut adalah kurangnya
pribadi, keinginan berkumpul, berbicara, Pivacy, kewaspadaan dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
memberikan suara) Contoh: mengambil hak milik pribadi Meskipun salah perlakuan ini terkait dengan meningkatnya
dari orang tua.
mortalitas pada usia lanjut, hanya 2l%o dari 550.000
perkiraan kasus salah perlakuan yang dilaporkan pada
tahun 1996 ke pelayanan proteksi usia lanjut di Amerika.
DEFINISI Tabel 3. memperlihatkan alasan mengapa kasus-kasus
salah perlakuan tidak dilaporkan.
Salah perlakuan terhadap orang tua adalah segala jenis
hal yang membahayakan termasuk tindakan kasar,
pengabaian, eksploitasi, serta kejahatan terhadap hak azazi
manusia @ulmer and O'Malley 1987). Rincian definisi salah Sedikit atau kurangnya pelatihan mengenali salah perlakuan
perlakuan terhadap orang berusia lanjut menurut Sikap yang kurang menyenangkan terhadap usia lanjut
Sedikitnya literatur medis tentang salah perlakuan pada
American Medical As sociationterlihat dalam Tabel berikut: orang berusia lanjut
Penolakan menghubungkan tanda-tanda salah perlakuan
(tidak yakin) pada orang berusia lanjut
Menyembunyikan korban (pasien tidak sering dilihat oleh doker)
Tanda-tanda/ gejala samar-samar (higiene buruk atau
Teori Faktor Risiko yang ditawarkan dehidrasi)
lnteraksi simbolik Stress pramurawat Penolakan atau takut berkonfrontasi dengan penyerang
Teori situasional lsolasi korban Menolak melaporkan salah perlakuan yang masih merupakan
Teori penukaran Ketergantungan korban pada kemungkinan
pramurawat, dan pramurawat Orang yang diperlakukan secara salah memohon agar agar
Teori pembelajaran pada korban hal tersebut tidak dilaporkan (hak istimewa pasien/dokter)
sosial Kejahatan transgenerasi Kurangnya pengetahuan tentang prosedur pelaporan yang benar
Teori psikoanalitik Psikopatologi pada korban atau Ketakutan timbulnya hubungan yang membahayakan dengan
pramurawat rumah sakit atau fasilitas perawatan.
ELI'ERLY IWSTNEATMENT <SALA}I PERLAKUAT{ PADA USIA LANJUT) 921

FAKTORRISIKO berbelanja, dan kehidupan sosial. Penting juga ditanyakan


kualitas hubungan dengan pramurawat dengan
Gangguan kognitif dan ketergantungan merupakan faktor- pertanyaan" Apakah . . . . . . (nama pramurawat) menjagamu
faktor risiko utama untuk timbulnya salah perlakuan pada dengan baik?" Hal yang penting juga adalah menilai sta-
usia lanjut. Tabel 4 memperlihatkan daftar faktor risiko tus mental pasien untuk indikator adanya depresi atau
terjadinya salah perlakuanpada usia lanjut. salah guna obat atau alkohol. Diskusi mengenai status
Deteksi adanya salah perlakuan ini sangat penting finansial pasien juga diperlukan. Jika dicurigai adanya
karena terkait dengan berbagai sindrom geriatri yang umum salah perlakuan, pramurawat juga harus diwawancara.
terdapat yaitu depresi, demensia, jatuh disertai fraktur Dokter juga harus waspada untuk tidak menginterpretasi
panggul, dan ulkus dekubitus. secara berlebihan atau membuat komentar yang menjurus,
terutama bila faal kognitif pasien terganggu. Tabel 5
memperlihatkan riwayat yang penting untuk menduga
adany a salah periakuan.

Usia lanjut
Kurangnya akses terhadap berbagai sumber
Rendahnya pendapatan
lsolasi sosial
Status minoritas Masalah medis/diagnosis
Rendahnya pendidikan Deskripsi terperinci lingkungan rumah (adekuatnya
Rendahnya kemampuan fungsional makanan, tempat berlindung, persediaan, dst)
Salah guna zat oleh pramurawat atau penderita Deskripsi akurat kejadian yang berhubungan dengan
Gangguan psikologis dan abnormalitas karakter kecelakaan atau trauma (misalnya penanganan yang
Riwayat kejahatan/ kekejaman dalam keluarga kasar, isolasi, salah perlakuan secara verbal maupun
Kelelahan dan frustrasi pramurawat emosional)
Gangguan kognitif
Riwayat kejahatan terdahulu
Deskripsi trauma terdahulu dan kejadian di seputarnya
Deskripsi caci maki, ancaman, atau salah guna emosi
Penanganan masalah medis yang tidak sesuai, trauma yang
tidak diatasi, higiene buruk, lama tidak dibawa berobat
Depresi atau penyakit mental lainnya
PEN DEKATAN TERHADAP PASIEN

Anamnesis
Mengenali adanya salah perlakuan seringkali sulit. Orang DETEKSI ADANYA SALAH PERLAKUAN PADA USIA
berusia lanjut mungkin tak dapat memberikan informasi I.ANJUT
karena adanya gangguan kognitif. Riwayat sering kali sulit
didapat dari korban, karena takut akan balas dendam Para klinisi harus lebih mengandalkan teknik-teknik
pelaku. Pembalasan tersebut dapat berupa hukuman fisik penapisan, pengenalan tand a-tatda, dan timbulny a gejala-
atau ancaman kekerasan dan ditinggalkan. Orang tua sering gejala. Para ahli geriatri biasa menggunakan instrumen
kali takut ditempatkan di fasilitas perawatan dan beberapa penapisan berupa Mini Mental Slate Evaluation (MMSE)
lebihbaikmemilih di perlahrkan tidakbenar di rumah sendiri untuk penilaian status kognitif , Geriatric Depres sion Scale
daripada pindah ke tempat lain. (GDS) untuk status afektif, dan skala Activities of Daily
Orang yang diperlakukan salah seringkali datang Living (ADL) untuk status fungsional. Sayangnya, meski
dengan keluhan somatik. Dokter harus menanyakan pada pun berbagai protokol telah diteliti untuk mendeteksi
pasien tentang penanganan yang kasar, isolasi, serta salah adanya penganiayaaan pada usia lanjut namun masih
perlakuan secara verbal maupun emosional. Keluhan yang beleum ada instrumen untuk kegunaan klinis di ruang
samar atau membingungkan dapat menunjukkan indikasi perawatan. Lebih jauh, masih belum jelas apa yang
salah perlakuan. Penting diingat bahwa salah perlakuan seharusnya digunakan sebagai baku emas untuk
atau penyia-nyiaan paling sering terungkap pada mengevaluasi protokol ini. Asosiasi Medis Amerika
kunjungan rutin di ruang praktek dokter atau pada saat menyarankan agar paru dokter mengajukan pertanyaan-
perawatan j angka panj ang. pertanyaan seperti tertera pada Tabel 6
Umumnya, pasien harus diwawancara tanpa Hal ini berarti bahwa para klinisi harus mengandalkan
pramurawat. Gangguan kognitif mungkin membatasi keahlian dan inisiatifnya sendiri. Perlu ditimbulkan
kemampuan untuk memperoleh riwayat yang akurat. kecurigaan tinggi karea mayoritas kasus tidak jelas terlihat.
Penting untuk memberikan pertanyaan umum tentang Perlu dibangun hubungan yang baik dengan pasien dan
kondisi di rumah atau fasilitas perawatan. Dokter harus pramurawat untuk mengetahui apakah terdapat masalah.
mencoba mendapatkan pandangan akurat kehidupan Tabel berikut ini memperlihatkan daftar hal-hal yang perlu
pasien sehari'hari termasuk makanan, obat-obatan, dievaluasi unhrk penapisan ada tidaknya salah perlakuan.
922 GERIIITRI

lanjut. Jika terdapat sikap salah perlakuan haruskah


menjadi perhatian dokter ataukah dilaporkan kepada
Adakah yang menyakiti Anda di rumah?
Adakah yang pernah menyentuh Anda tanpa persetujuan penegak hukum atau departemen sosial? Demikian juga,
Anda? pada bentuk salah perlakuan yang ringan seperti melalui
Adakah orang yang membuat Anda terpaksa melakukan
perkataan, tentunya tidak ditatalaksana serupa dengan
sesuatu yang tidak ingin Anda kerjakan?
Adakah orang yang mengambil milik Anda tanpa ijin? kejahatan frsik yang membahayakan.
Adakah orang yang pernah memaki atau mengancam Anda? Tak ada seorang pun dokter yang membenarkan sikap
Apakah Anda pernah menandatangani dokumen yang tidak
Anda mengerti? salah perlakuan pada usia lanjut namun demikian
Apakah ada seseorang yang Anda takuti di rumah? berhadapan dengan hal tersebut akan menimbulkan
Apakah Anda lebih banyak sendirian? berbagai masalah etik bagi dokter. Dokter diajari untuk
Adakah orang yang pernah gagal/ tidak bisa menolong Anda
saat Anda membutuhkan? menjaga konfidensialitas pasien. Dokter juga diajari untuk
menghargai dan menjaga otonomi pasien. Merujuk ke
negara lain, sebagai contoh Amerika, Adult Protective
Service (APS) lah yang berperan, bukan dokter, untuk
Pemeriksaan Fisis
memutuskan apakah pasien kompeten untuk memi I iki hak
Trauma dalam bentuk frakhrr, dislokasi, laserasi, abrasi,
memilih untuk tetap berada dalam situasi abusive
luka bakar, atau memarbiasanyajelas terlihat. Tabel berikut
tersebut.
memrnjukkan tanda-tanda yang perlu dievaluasi.
Penting sekali untuk menentukan apakah pasien
memiliki kapasitas dan kebebasan untuk mengambil
keputusan terhadap intervensi yang akan dilakukan.
Waspadai perjanjian yang tidak ditepati, ketyerlambatan Individu yang tak lagi dapat mengelola keuangannya tidak
untuk mencari pertolongan yang tak dapat dijelaskan,
trauma berulang atau yang tak dapat dijelaskan. berarti bahwa ia tak dapat mengekspresikan keinginan
Selalu berbicara pada pasien seorang diri. dimana ia ingin tinggal.
Penilaian adanya depresi, ansietas, menarik diri, atau
kebingungan.
Selalu menerima riwayat seksual dengan hati-hati.
Tanyakan pada pasien secara langsung tentang adanya PERAN DOKTER
penganrayaan.
Nilai kualitas interaksi antara pasien dan pramurawat.
Tanyakan pada parmurawat apakah ia memiliki masalah Dokter dapat berperan dalam pencegahan salah perlakuan.
dalam melakukan perawatan. Meskipun data riset formal masih kurang, secara intuitif
Nilai sistem pendukung sosial pasien.
jelas bahwa orang berusia lanjut yang paling rentalah yang
berisiko tinggi terhadap sikap salah perlakuan. Penilaian
geriatri secara komprehensif dari fungsi kognitif, afektif,
fungsional, dan status sosial akan sangat membantu
Penganiayaan:
Fraktur atau dislokasi mengidentifikasi kasus-kasus yang potensial berisiko.
Laserasi, abrasi, luka bakar Dengan meletakkan otonomi pasien pada porsinya serta
Memar meminimalkan stres pramurawat, secara signifikan akan
Penyakit menular seksual, nyeri, atau perdarahan di daerah
genitalia mengurangi risiko salah perlakuan pada usia lanjut. Selain
Tandatanda penggunaan obat berlebihan, kekurangan obat, itu dari hasil studi juga diketahui bahwa pengetahuan
atau salah guna obat dokter tentang adanya salah perlakuan pada usia lanjut
Higiene yang buruk
adalah relatifyang paling baik sehingga diharapkan dapat
Pengabaian:
Kakeksia berperan serta secara aktif dalam riset-riset terkait salah
Higiene buruk perlakuan pada usia lanjut. Faktor kunci untuk penilaian
Cara berpakaian yang tidak sesuai perawatan dapat dilihat pada Tabel9.
Gangguan mobilitas
Gangguan sensoris
Tidak adanya alat bantu (kaca mata, alat bantu dengar, gigi,
tongkat atau walker)
Gangguan komunikasi (hambatan sensoris atau kognitif)
Kelemahan Apakah tejadi salah perlakuan?
Ulkus dekubitus Apa jenis salah perlakuan yang terjadi?
Kontraktur Apakah hal ini telah terjadi sebelumnya?
Apakah pasien pernah mendapat bantuan sebelumnya untuk
salah perlakuan ini?
Apakah si pelaku masih ada pada saat ini?
Apakah aman bila pasien kembali ke rumah?
ETIKA DOKTER Pelayanan/perlindungan apa yang diperlukan agar pasien
aman?
Apa yang pasien harapkan?
Sering terjadi dilema etika ketika berhadapan dengan kasus Apakah perlu melaporkan kasus ini ke pihak berwenang?
salah perlakuan atau dugaan salah perlakuan pada usia
ELDERLY MISTRMTMENT <SALATI PERLAKUAN PADA USIA LANJUT) 923

Penting menentukan apakah masalah yang ada mempengamhi cara pandang dan perlakuan terhadap
merupakan kasus tersendiri atau masalah yang telah warga berusia lanjut meskipun nilai-nilai kebenaran yang
berlangsung lama. Seberapa seriusnya akibat salah bersifat universal menjadi bahan pertimbangan di sisi lain.
perlakuan tersebut? Apakah aman bagi usia lanjut yang Kepedulian dan kewaspadaan dokter dalam mendeteksi
mendapat salah perlakuan untuk kembali ke tempat yang adanya salah perlakuan pada usia lanjut sangat
sama? Apa yang dipikirkan dan apa yang diinginkan dibutuhkan.
pasien? Jika pasien kompeten, keputusan dapat diambil
oleh pasien sendiri. Jika pasien tidak kompeten, dokter
perlu membantu melindunginya. Pramurawat dari pasien REFERENSI
yang mendapat salah perlakuan juga perlu mendapat
layanan pendukung. Untuk itu, dokter perlu mengetahui Fulmer I Guadagno L, Bolton Mm. Elder Mistreatment In Women.
sistem dukungan sosial dan finansial pasien, sumber daya Jognn 2004; 33:5.
apa yang tersedia di masyarakat dan bagaimana cara Jogerst Gj, Daly Jm, Brinig Mf, Dawson Jd, Schmuch Ga, Ingram
Jg.Domestic elder abuse and the law American Joumal of Public
mengaksesnya, serta bagaimana cara mendapatkan
Health 2003;93:12.
perlindungan hukum bila sewaktu-waktu diperlukan.
Kruger MRM. Moon CCH. Can you spot the signs of elder
mistreatment? Post Graduate Medicine,.http:/ /www
.postgradmed.com/issues/ 1 999/08-99ikruger.htm
MASADEPAN Lachs M. Elder mistreatment. ln Principles of Geriatric Medicine &
Gerontology, Hazard WR, Blass JP, Halter JB, Ouslander JG,
Problem salah perlakuan pada usia lanjut akan terus Tinetti ME (eds). New York: Mc Graw Hill; 2003. p. 1593-98
O'brien Jg, Piper Me. Elder abuse. In Principles and Practice of
meningkat di masa depan karena berbagai alasan
Geriatric Medicine. Pathy OBE MSJ (ed). New york: John
diantaranya adalah meningkatnyajumlah warga usia lanjut Willey & Sons; 1991. p. 211- 18.
yang tidak mandiri, menciutnya ukuran keluarga dan Rosenblatt De, Lachs MS. Elder mistreatment. In Oxford,Textbook
pramurawat, meningkatnya perpecahan keluarga seperti of Geriatric Medicine, Evans JG, Williams TF, Beattie BL,
perceraian dan pindah tempat yang menyebabkan Michel J-B Wilcock GK (eds). Oxford University Press. New
terkikisnya sistem pendukung. Hal yang perlu diingat, York 2000. p. 1164-69
perbedaan kultur budaya jelas akan sangat mempengaruhi Swagerty DL, Takahashi Py, Evans JM. Elder mistreatment.
American Family Physician 1999;59:10.
kriteria salah perlakuan. Perlu dipertimbangkan adat
kebiasaan yang berlaku di suatu daerah yang
145
GERONTOLOGI DAN GERIATRI

R. BoedhiDarmojo

PENS,MJLUAN Hippocrates, menganggap hal kurang sehat sebagai


senilitas prematur dan menganggap usia lanjut sebagai
Definisi menua (menjadi ttta= aging) adalah suatuproses suatu penyakit.
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan j aringan Claudius Galenus (130-200 SM) menganjurkan untuk
untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan berhati-hati dalam mengobati penyakit-penyakit pada
struktur dan fungsi normalnya sehingga orang tua; ia menganjurkan suatu diet yangingan,bergui,
tidak dapat bertahan terhadap trauma (termasuk infeksi) tetapi mudah dicerna. Ikan dianggapnya sebagai makanan
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. yang paling sesuai unhrk ini. Ia juga menganjurkan jalan-
IstiLah Gerontologi didapat dari bahasa Yunani jalan di hawa terbuka, pemijatan dan latihan-latihan pagi
"geront" yang berarti "orang usia lanjut", diusulkan hari. Pendapalpendapatnya ini ternyata masih berlaku
pertama kali oleh Elie Metchnikoff pada tahun I 903. Ilmu sampai sekarang. Dokter-dokter pada abad pertengahan
usia lanjut ini termasuk penelitian ilmiah, proses menua, banyak menganjurkan beraneka ragam cara rejuvenasi, dari
pengetahuan klinis pada manusia dewasa, perspektif penggunaan zat-zalkimiawi sampai hal-hal yang bersifat
bidang hurnaniora dan penerapan ilmu ini untuk pelayanan blach magic. Berbagai macam "longbvily elixirs"
para usia lanjut tersebut. dipergunakan unflrk ini.
Istilah Geriatri pertama kali dipakai oleh Ignatz
Nascher pada tahun 1909. Geriatri merupakan disiplin ilmu
kedokteran yang menitik beratkan pada pencegahan, di- GERONTOLOG! DAN GERIATRI DI INDONESIA
agnosis, pengobatan dan pelayanan kepada para pasien
usialanjut. Ternyata ilmu ini baru dikatakan berkembang Masalah usia lanjut mulai diungkap dalam karangan Dr.
dqngan nyata pada tahun 1935 di Inggris oleh seorang Seno Sastroamidjojo yang berjudul "Masalah masa tua
dokter perempuan Marjorie Warren di West Middlesex dan ilmu penyakit di masa tu a" , tahw 1966.
Hbspital, yang dianggap sebagai perintisnya. Beratus- Pada tahun 19661196'7 Boedhi-Darmojo ditugaskan oleh
ratus'orang lusia lanjut yang dirawat di rumah sakit tersebut Dep. Veteran danDemobilisasi ke NegaraEropa (Belanda,
mulai diberikan " active treatment " berupa latihan-latihan Swedia, Inggris, Jerman) untuk mempelajari Geriatri/
jasmani dan rohani dengan giat dan sistematik, yang Gerontologi. Baru pada 1977 dtadakffiSimposium Nasional
ternyata memberikan manfaat yang nyata lebih besar. Geriatri di Semarang, yang diikuti sentrum pendidikan
Hippocrates (abad ke- 4-5 SM) di dalam karyanya lainnya. Pada Simposium Geriatri Pertama tahtn 1977
Corpus flippocraticum telah mengetahui bahwa ada tersebut direkomendasikan kepada pemerintah untuk
perbedaan ny ala ariarareaksi terhadap stimuli antara kaum mencantumkan hal ihkwal para usia lanjut dalam GBHN
muda dan tua. Dikatakannya bahwa pada orang tua 1978.
terdapat pengurangan dalam elastisitas kulit maupun otot, Baru tahun 1985 (Perhimpunan Gerontologi
kenaikanjumlah air dalam darah, dan pengurangan dalam Indonesia) PERGERI didirikan di Jakarta. Berdasarkan
peredaran darah. Aristoteles, dua abad sesudah konsensus antara pengurus PERGERI, Dirj en Yankes, dan

924
GERONTOLOGI DAT{ GERIATRI DI INDONESIA 92s.

IDI waktu itu, disetujui geriatri dikembangkan oleh bagian dipakai lagi). Pelaksanaan Undang-undang ini ternyata
Ilmu Penyakit Dalam, tentu saja dengan kerjasama erat dan tidak lancar.
saling mengisi dengan bagian-bagian dan sub bagian lain Undang-undang mengenai penyelenggaraan,
yang terkait. pembinaan, pendanaan, dan perlindungan golongan usia
Dalam Simposium Geriatri (1978) di Jakarta, penulis telatr lanjut ini juga harus dibuat oleh pemerintah. Al*rirnya pada
mencoba memformulasikan tujuan GerontologilGeriatri di tahun 1998 telah dikeluarkan Undang-undang No. 13 tahun
Indonesia sebagai berikut: "Mengadakan upaya dan 1998 mengenai Kesejahteraan Orang Usia lanjut.
tindakantindakan sehingga orang-orang usia lanjut selama Selanjutnya Undang-Undang ini perlu segera disusul
mungkin tetap dalam keadaan sehat, baik fisis, mental, dan peraturan-peraturan pemerintah (PP) yang merumuskan
sosial, sehingga masih berguna bagi masyarakat, setidak- peraturan pelaksaanaan dan anggaran yang diperlukan.
tidaknya sedikit mungkin merupakan beban bagi Untuk mempercepat berkembangnya geriatri, pada
masyarakat Indonesia" Kongres Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
Ternyata MPR RI dalam GBHN bertahun-tahun (KOPAPDI) tahun 1996 di Padang didirikan PERGEMI
sebelum 1993 belum mencantumkan hal ikhwal golongan (Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia) yang dalam
usia lanjut yang masih mandiri dan produktif, yang waktu relatif singkat dapat membentuk c abang-cabangnya
tenaganya masih dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di Indonpsia. Selanjutnya diharapkan masalah geriatri
negara. GBHN 1993 dalam rumusan mengenai usia lanjut dikembangkan dalam masing-masing bidang ilmu
akhirnya berbunyi sebagai berikut: kedokteran.
"Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut
dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat
kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan selama DEMOGRAFI DAN EPIDEMIOLOGI
ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan
kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam Menurut UN-Population Division, Departryent of
pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang Economic and Social Affalrs (1999) jumlah populasi usia
karena kondisi fisis dan/atau mentalnya tidak lanjut 260 tahun diperkirakan hampir mencapai 600 juta
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahrm 2050,
perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan saat ituusialanjut akan melebihijumlahpopulasi anak (0 -
masyarakat". 14 tahun), pertama kali dalam sejarahumatmanusia.
(Keterangan: GBHN sebelumnya hanya memuat kalimat Usia lanjut diukur menurut usia kronologis, fisiologis
ke-2 pernyataan tersebut di atas, bersama-sama dengan (biologi) dan kematangan mental, ketiganya seringkali tak
anak yatim piatu, fakir miskin, cacat veteran , anaklerlantar, be{alan sejajar seperti yang diharapkan, serta tak berbatas
usia lanjut, dan sebagainya, tak merupakan rumusan tegas. Dalam geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) yang
khusus seperti GBHN 1993 ini). dianggap penting adalah usia biologis seseorang bukan
Pada tahun 1989, di tingkat Menko Kesejahteraan usia kronologisnya.
Rakyat telah dibentuk Kelompok Kerja Tetap Peningkatan jumlah orang usia lanjut akan lebih cepat
Kesej ahteraan Usia lanjut (POzuA-TAPJAHLANSIA) daripada anak atau jumlah pertumbuhan penduduk
unhrk merumuskan kebijakan Pelayanan Nasional terhadap keseluruhan, dapat pula dihitung dengan rumus geometrik.
usia lanjut ini. Pada hari Keluarga Nasional, 29 Jnru 1994 Golongan usia lanjut di Indonesia akan naik 3,960/0
oleh Presiden telah dicanangkan "Gerakan Pembangunan setahunnya, sedangkan angka pertumbuhan anak di bawah
Keluarga Sejahtera". Jadi para usia lanjut nantinya akan 15 tahun hanya akan naik 0,49Yo per tahun. Angka
dilayani sebagai anggota keluarga (extended family). pertumbuhan usia lanjut yang berumur 70 tahun ke atas
Dengan dicanangkannya tanggal 29 i|lfei (mulai tahun bahkan akan naik 5,6%o setahunnya dalam kurun waktu
1996) sebagai hari Usia Lanjut Nasional oleh Presiden 1985-1995 (angka-angka dihitung dari BPS, Supas 1985).
Soeharto di Semarang, diharapkan kepedulian dan Angka harapan hidup seluruh dunia disajikan dalam
pelayanan/pembinaan pada kaum lansia akan meningkat. Tabel 1.
Akhirnya oleh Pemerintah didirikan suatu Lembaga Lansia WHO menghitung harapan hidup seseorang dengan
Indonesia (LLI) dan dilantik oleh Wakil Presiden RI tanggal (D ab i I i ty A dj u s t e d L ife - Exp e c t an cy) D ALE, yang
is

30 Januari 200 I di Jakarta. disesuaikan dan tak menghitung usia lanjut yang cacat/
Sebetulnya pada tahun 1965, telah dikeluarkan Undang- invalid. Dengan demikian harapanhidup orang Indonesia
Undang No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan padapia62,6 tahun dan perempuan 66,7 tahun (BPS, 1998),
Penghidupan Orang Jompo. Yang dimaksud orang jompo namun menurut DALE baru mencapai 59,7 tahw
dalam undang-undang ini ialah setiap orang yang (Tabel2).
berhubung dengan usia lanjut, tidak mempunyai atau tidak Negara-negara maju di Eropa danAmerikamenganggap
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi batasan umur tua ialah 65 tahun, dengan pertimbangan
hidupnya sehari-hari. (Istilah j ompo sekarang sudah tidak bahwa pada usia tersebut orang akan pensiun, tetapi akhir-
926 GERIr'TIXI

sebanyak ini terutama akan terjadi diAsia. Di Cina dan di


Life Expectancy
India saja pertambahan tersebut mencapai 270 juta lansia.
Life expectancy at birth at age 60
(Harapan hidup waktu lahir) (Harapan hidup
pada usia 60 th)
TRANSISI DEMOGRAFI
1950- 1975- 1995- 2020- 1 975-l 980
1955 1980 2000 2025
Seperti diketahui, Indonesia sekarang ada dalam transisi
World 47 0 57.5 63.9 70.4 15.3
demografi, persentase Lansia diproyeksikan menjadi
MDR 652 71.9 73.7 75.4 18.5
LDR 424 55.1 62.5 69.6 14.9 ll,34o/o padatahw 2020 yang akandatang (Tabel 3). AnCka
Sumber: United Nations 'World Population Prospects as Assessed
dalam tabel 3 adalah jumlah absolut populasi lansia.
in1980" Population Studles No. 78 U.N. New Yo*, 1981 (MDR: Struktur masyarakat Indonesia berubah dari
more developed regions, LDR: less developed regions) masyarakat/populasi "muda" (1 97 1) menjadi populasi yang
lebih "tua" pada tahun 202}.Piramida penduduk Indone-
sia berubah dari bentuk dengan basis lebar (fertilitas
tinggi) menjadi piramida berbentuk kubah masjid atau
Country Years Country Years
bawang (menunjukkan fertilitas dan mortalitas rendah)
Japan 74.5 (no. 1) lndonesia 59.7 (no. '103) pada tahun 2020. Pergeseran ini menuntut perubahan dalam
Australia 73.2 Brazil 59 1

Switzerland 72.5 Philippines 58.9


strategi pelayanan kesehatan, dengan lain perkataan lebih
UK 7',\.7 Vietnam 58.2 perlu perhatian dan prioritas untuk penyakit-penyakit pada
Germany 70.4 Pakistan 55.9 usia dewasa dan lansia. Tetapi dalam hal ini penyakit-
Singapore 69.3 lraq 55.3
Argentina 66.7
penyakit pada balita dan anak-anak masih juga menjadi
lndia 53.2
U. Arab Emirates 65.4 N Korea 523 masalah yang belum diselesaikan (beban ganda).
Rep. of Korea 65.0 Myanmar 5't.6
Mexico 65.0 Bangladesh 49.9
Saudi Arabia 64.5 Papua NG 470
Brunei D. 64.4 Laos 46.1
Hongary 64.1 Cambodia 45.7 Absolute numbers of person (in millions) above 60 years
Kuwait 63.1 Ghana 45.5 of age in countries with total population approaching or
Sri Lanka 62.8 South Africa 39.82 above 100 million inhabitants (in 2002)
China 62.3 Kenya 393
2002 2025
Malaysia 6'1.4 Afganistan 37.7
Russian Fed. 6't.3 Ethiopia 33.5 China 134.2 China 287.5
Thailand 60.2 Mali 33.'1
lndia 81.0 lndia 168.5
Zambia 30.3
Sierra Leone 25.9 (no '19'l) USA 46.9 USA 86.1

Source: WHReport, 2000 Japan 31.0 Japan 43.5


Catatan: Tidak semua negara anggota WHO dicantumkan Russia 26.2 lndonesia 35.0
lndonesia 17.1 Brazil 33.4
Brazil 14.1 Russia 32.7
akhir ini telah dicapai konsensus sebagai batas umur Pakistan 8.6 Pakistan 18.3
tersebut ialah 60 tahun. Mexico 7.3 Bangladesh 17.7
Bangladesh 7.2 Mexico 17.6
Lambat tetapi pasti masalah usia lanjut (Lansia) mulai
Nigeria 5.7 Nigeria 11.4
mendapatkan perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal
ini merupakan konsekuensi logis berhasilnya uN, 2001
Catatan: lndonesia akan menjadi negara ke-5 yang paling
pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup banyak jumlah lansianya pada tahun 2025.
dan bertambah banyaknya jumlah lansia di Indonesia.
Menurut laporan data demografi penduduk
internasional yang dikeluarkanolehBureau of the Census
USA (1993), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahtrn 1990- KEADAAN SOSIO.EKONOMI.BUDAYA PARA USIA
2025 akarmempunyai kenaikan jumlah usia lanjut sebesar !.ANJUT
41 4Yo, suatu angka paling tinggi di seluruh dunia. Sebagai
perbandingan kami kutip : Kerry a 3 47 o/o,Brazll 25 5o/o, India Keadaan sosial-ekonomi (sosek) adalah suatu masalah.
242yo,Chna220o/o,Jepangl29Yo,Jerman66%danSwedia Usia lanjut Indonesia masih banyak tergantung pada
33%. orang lain (terutama anaknya). Dalam penelitian di
Pada tahun 2000, dua di antara tiga lansia di seluruh lapanganlkomunitas, di desa maupun kota, 78,3olo usia
dunia yang berjumlah 600 juta, akan hidup dan bertempat lanjut mengaku hidup serba pas-pasan, hanya 14,106
tinggal di negara-negara sedang berkembang. Sebelumnya mengaku dapat hidup memanfaatkan tabungan
angka ini pada tahun 1960 adalah 50%. Kenaikan jumlah sebelumnya.
GERONTOLOGI DAN GERIITIRI DI INDONESIA 927

Ketergantunganpada anak lebih banyak dialami oleh yang terlantar dua kali lebih banyak daripada di kota.
perempuan usia lanjut dan persentasenya semakin Hidup bertempat tinggal dengan keluarga merupakan
meningkat dengan bertambahnya usia (Gambar 1). kebiasaan umum bila seorang usia lanjut ditinggal
Bantuan dari keluarga ini meliputi semua bidang, baik meninggal dunia oleh suami/istrinya, atalu sebelum ini
finansial, makanan, pakaian, dan bantuan fisis dan moral. terjadi. Umumnya memang keluargalah yang merumat para
Kehidupan dalam susunan keluarga (family living usia lanjut di rumahnya (uga di flegara-negataAsia yang
arrangement) dapat dilihat pada Gambar 2. lain), terutama hal ini dilakukan oleh anak perempuan.
Di bawah ini dicantumkan tabel para usia lanjut yang Alasan keluarga untuk menerima orang usia lanjut
terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar. (Tabel 4). dalam rumahnya dapat dilihat pada Tabel 5, suatu
gambaran bahwa di negara-negara Asia Tenggara ini masih
60 banyak mempertahankan budaya tradisionalnya dengan
50 model"extendedfamilysystem".(KefuargaTigaGenerasi).
40 Data ini berbeda dengan yang terjadi di negara maju.
30 Sebagai contoh, di Australia 57Yo orangtsia lanjut tinggal
20 berdua dengan suami/istrinya. 32,2o/ohidup sendirian, dan
10
hanya L0,S%otinggal di keluarga dengan 3 anggota keluarga
0
60-64 65-69 70-74 75-79 80+
atau lebih.
Ada pendapat yang semakin kuat (antara lain oleh
Gambar 1. lndonesia, Percentage with Children as Main lncome WHO) untuk menyalurkan bantuan kepada usia lanjut
(Boedhi-Darmojo et al, 1991)8
melalui keluarga yang ditempati (caregivers). Pada
organisasi LSM-pun dianjurkan untuk juga melakukan hal
700/ llu.
600/o

50o/o

40Yo
Jents Karena r.anggung Tanggung
30% Negara jawab
:a.nqgup jawab
KetaminmelaKuKannya
20% keluarga masyarakat
10o/o Myanmar P 32,1 62,0 6,0
W 37,5 58,3 4,2
0?/o lndonesia P 3,5 86,1 10,4
dg
- anak do. dg Psg sendiri lainnya
W o,z 80,4 16,4
Psg+'3n31
Sri Lanka P 32,8 59,5 7,6
W 33,2 55,7 10,9
Gambar 2. lndonesia, Living Arrangemenfs (Boedhi-Darmojo et Thailand P 42,1 42,2 15,7
al, 1991) W 38,4 42,1 19,6

P=pria,W=wanita

No. Pria Wanita Total


KINERJA DAN KEHIDUPAN KAUM USIA LANJUT
(%) $t (Y.l

Perkotaan/urban MenurutAgate (I970), kaum usia lanjut merupakan tenaga


Tidak terlantar 63.85 50 70 56.85
Rawan terlantar 25.05 33 84 29 73 kerja yang handal dan berpengalaman, lebih dapat
Terlantar 11.10 15 46 13.42 dipercay a (r el iab I e), leblh teliti (more ac cur at e), dan j arang
Pedesaan/rural mangkir kerja. Bahkan menurut WHO (1982) tenaga kerja
Tidak terlantar 41.40 32.18 36.61
Rawan terlantar 34.06 38.72 36.48 berusia lanjut merupakatterraga yang setara dengan
Terlantar 24.54 29.10 26.91 tenaga muda, malahan dinyatakan merupakan gudang
Perkotaan & pedesaan kebijaksanaan dan contoh dalam sikap etika.
Tidak terlantar 49.85 39.38 44.36
Rawan terlantar 30.67 36 82 33.89 Hasil evaluasi "Activity of Daily Living" (ADL) atau
Terlantar 19.49 23 80 21 .75 aktivitas hidup sehari-hari fisis menunjukkan bahwa >9 5o/o
Sumber: Biro Pusat Statistik, 2000 responsden dapat dan mampu menolong diri-sendiri (ADL
Fisis), meskipun dipengaruhi oleh bertambahnya usia.
Hasil ADL instrumental tak seburuk seperti yang diduga
Dapat kiranya disimpulkan bahwa usia lanjut yang semula dan berkisar dari 7 5oh (dapatmenyiapkan makanan
terlantar dan rawan terlantar terutama adalah perempuan sendiri) sampai 82% (dapat pergi belanja keluar rumah).
yang tinggal di pedesaan. Di pedesaan angka usia lanjut Sejumlah 62,6 o/o responsden di daerah kota masih mampu
928 GERIAIRI

menggunakan telepon. Hanya kurang dari 3% memerlukan Pergaulan antara orang-orang usia lanjut juga tetap
bantuan sepenuhnya kepada orang lain. dilakr.rkan dengan teratur. Di pedesaan mereka lebih sering
kunjung-mengunjungi /bertemu, dibandingkan di daerah
Sesuai dengan rekomendasi Boedhi-Darmojo ( I 985)
kota. Tetapi di daerah perkotaan orang-orang usia lanjut
pada Seminar Pemanfaatan Tenaga Ke{a Usia Lanjut oleh
lebih banyak yang ikut serta dalam organisasi-organisasi
Depnaker, penugasan seorang lansia dapat diperpanjang
bila didasarkan hal-hal sebagai berikut:
masyarakat (sosial, perkumpulan kematian, dan
. keadaan kesehatan jasmani dan rohani masih cukup
sebagainya).

baik
. mempunyai motivasi yang cukup positif untuk terus
bekerja STATUS PSIKOSOSIAL USIA LANJUT
. prestasi ket'a sebelumnyabaik/baik sekali, mempunyai
track record yang baik. Keadaan psiko-sosial para usia lanjut kita umumnya
. memiliki pengalaman dan kemahiran (expertise) yarrg memang masih baik, rasa kesepian yang banyak drjumpai
di negara-negara industri maju tak begitu banyak dijumpai,
langka
. bila sulit untuk mencari penggantinya dan akhimya bila
juga perasaan depresi dan ketergantungan pada orang lain
hanya kurang dari 5%. Yang masih ingin tetap bekerja dan
formasi dan peraturan ketenagake{ aan memungkinkan.
tetap aktif di rumah masih sekitar angka 60-75%, hal yang
Dapat ditambahkan bahwa kerja fisik berat (b/rze sangat membanggakan hati kita. (Tabel 7)
collar worker) memang tak sesuai lagi dengan usia lanjut
dan perlu dialihtugaskan. Motivasi yang baik juga
diperlukan agar para usia lanjut ini tak menghalangi karir STEREOTIPE PSIKOLOGIS ORANG USIA LANJUT
para pekerja muda, justru mereka wajib mendidik kader-
kadernya. Kegiatan para usia lanjut sehari-hari di rumah Biasanya sifat-sifat stereotipe para usia lanjut ini sesuai
dapat dilihat pada lhbel 6. dengan pembawaannyapada waktu muda. Beberapa tipe
yang dikenal adalah sebagai berikut:

Tipe konstruktif. Orang usia lanjut memprmyai integritas


PENDID!KAN
baik, dapat menilcnati hidupnyq mempunyai toleransi tinggi,
humoristilg fleksibel (luwes), dan tahu diri. Biasanya sifat-
Golongan usia lanjut di Indonesia pada waktu sekarang
ini masih berkualitas rendah, 7l,2yo belum pernah sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima
fakta-fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan
mengalami pendidikan formal (tak pernah sekolah),
tenang, juga dalam menghadapi masa akhir. .
terutama kaum perempuan, di pedesaan. Hal ini merupakan
sisa-sisa penjajahan jaman dulu. Banyak di antara mereka Tipe ketergantungan (dependent). Orang usia lanjut ini
merupakan tenaga kerja tak terlatih (unskilled workers). masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu
Hal ini juga terutama berlaku untuk daerah pedesaan. pasif tak berarnbisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif,
Pekerja-pekerja professional hanya 21,2y, pia dar T ,5%o dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai
perempuan di kota, dan hanya 4,2%o pria dan 0,7Yo istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya
percmpuan di pedesaan. Pada tahun-tahun mendatang banyakmakan danminum, tidak sukabekerja, dan senang
kualitas usia lanjut Indonesia diharapkan akan meningkat. untukberlibur.

MasaU Bersih-
Negara
Jents
. menuaDKan bersih Menjahit Guci Cuci Bantu
Ketamrn : '
maKanan rumah
piring pakaian di kebun

Myanmar P 15,5 28,8 8,6 13,1 11,9 24,3


W 57,6 53,7 43,9 51,4 46,0 15,6
RRKorea P 10,2 32,7 2,4 1,1 't,9 48,0
W 28,1 67,4 56,8 57,1 55,6 50,6
lndonesia P 4,0 22,8 1,9 2,7 5,6 5,7
W 58,6 59,3 18,s 53,1 42,6 1 1,3
Sri Lanka P 14,9 33,6 2,3 8,9 16,7 33,2
W 66,9 66,5 17,1 59,2 52,3 18,8
Thailand P 22,2 28,5 7,3 20,0 17,O 34,3
W 49,8 51,4 30,0 48,3 43,1 22,7

Sumber: Agrng rn the South-East-Asia-WHO-Region, *country Study on health of the elderly in the
community, 1993.
GERONTOLOGI DAT{ GERIITIRI DI INDONESIA 929

ditingkatkan dengan cepat berkat indushialisasi.


U+R Namun dengan adanya industrialisasi, urbanisasi juga
terjadi, sehingga menambah kepadatan penduduk kota
Pelupa 50,3 48,0 57,3
dengan segala macam problemanya, yang tentu secara
Kesepian 20,4 19,8 20,8
Sulit tidur 21,3 19,7 23,8 langsung atau tak langsung akan mempengaruhi
Depresi 4,2 4,3 4,2 perkembangan geriatri (gerontologi) pada umumnya.
Sepenuhnya tergantung 2,1 3,3 1,2
Sakit kronik 29,3 34,7 22,5 Selain itu industrialisasi juga akan membawa pikiran-
Masih ingin bekerja 58,8 50,9 63,0 pikiran yang lebih materialistik dan dapat mendesak
Masih aktif di rumah 75,1 75,4 74,3 budaya tradisional yang baik. Jadi perkembangan industri
Masih kerja cari uang 14,0 17,8 11,5
Masih ikut organisasi sosial 36,6 53,6 18,9 di sini bisa berpengaruh positif, tetapi bila tak diawasi
Melihat TV 49,2 79,2 18,7 dengan baik, juga dapat berpengaruh negatif terhadap
Mendengarkan radio 75,6 88,6 63,0
segmen penduduk usia lanjut tadi. Pada proses
Sumber: Boedhi-Darmojo dkk, 1991 industrialisasi, bertambah cepatnya perempuan yang
biasanya melayani para usia lanjut, memasuki lapangan
Tipe defensif. Orang ini biasanya dulunya mempunyai kerja merupakan fenomena y arrg global.
pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak
bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol,
memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif
aktif. Anehnya mereka takut menghadapi "menjadi tua"
MASALAH PENSIUN
dan tak menyenangi masa pensiun.
Pensiun (purna tugas) adalah suatu sistem peraturan sejak
Tipe bermusuhrn (hostility). Mereka menganggap orang ada negara industri, suatu hal yang baru dimasyarakatkan
lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, sejak pertengahan abad 20 ini. Mungkin hal ini memang
bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya diperlukan demi kebaikan kaum usia lanjut. Tetapi peraturan
tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal pensiun ini dalam perkembangannya terlalu birokratik
yang baik, takut mati, iri hati pada yang muda, senang dengan syarat-syarat yang sering berbelit-belit. Di suatu
mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif untuk negara agraris, para petani tak mengenal istilah pensiun.
menghinddri masa yang sulit/buruk. Bila seorang petani tua masih kuat bekerja di ladang/sawah,
dia akan terus bekerja sampai suatu waktu tertentu dia
Tipe membenci/menyalahkan diri sen diri (self-haters).
merasa takkuat lagi bekerja fisis, sebagian tugasnya akan
Orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri
diserahkan kepada anak atau saudaranya yang lebih
sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan
muda. Alasan menghentikan pekerjaan tadi dapat berupa
kondisi sosio-ekonomi. Biasanya perkawinan yang tak
mundurnya kesehatan dan kemampuan/kekuatan,
bahagia, mempunyai sedikit hobi, merasa menjadi korban
kemudian dilakukan alih tugas.
dari keadaan, namul mereka menerima fakta pada proses
menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah Bila seseorang dipensiun, ia-pun akan mengalami
cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kehilangan-kehilangan, antara lain sebagai berikut:
kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya
Kehilangan finansial. Pada umumnya, pemasukan uang
dari pasienan.
pada seseorang yang pensiun akan menurun, kecuali pada
Di Indonesia belum pernah diadakan penelitian
orang yang sangat kaya dengan tabungan yang melimpah.
mengenai stereotipe usia lanjut ini. Kriterianya tentu sangat
dipengaruhi oleh faktor nilai, budaya, lingkungan dan Kehilangan status. Terutama ini terjadi bila sebelumnya
tradisi masyarakat. Tujuan tiap usia lanjut terutama tentu orang tersebut mempunyaijabatan dan posisi yang cukup
saja masuk tipe konstruktif, yang tentu masih dapat tinggi, lengkap dengan fasilitasnya.
diikutsertakan dalam pembangunan negara.
Kehilangan teman/kenalan. Mereka akan jarang sekali
Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih
bertemu dan berkomunikasi dengan teman sejawat yang
tinggi persentasenya pada golongan usia lanjut ini, apalagi
sebelumnya tiap hari dijumpainya, hubungan sosialnya-
pada mereka yang hidup sendirian. Kesusahan kehilangan
pun akan hilangiberkurang.
seseorang yang dicintai seringkali berakibat depresi, juga
bila kehilangan teman atau relasi lain (bereavement). Ini Kehilangan kegiatan/pekerj aan yang teratur dilakukan
dapat menyebabkan gangguan fisis dan psikiatrik. setiap hari. Ini berarti bahwa rutinitas yang bertahuntahun
telah dikerjakan akan hilang.
Terbukti di sini pentingnya masa persiapan pensiun
PENGARUH PROSES IN DUSTRIALISASI (MPP) yang sayangnya di Indonesia tak begitu seragam
dan kurang terencana dengan baik. Di negara industri maju
Di negara-negara maju ternyata kualitas hidup dapat MPP ini dilaksanakan dalam 5-10 tahun.
930 GERIATRI

Biasanya orang yang pensiun akan mempunyai faktor sosio budaya masyarakat. Di negara industri, yang
ketergantungan sosial finansial, selain juga kehilangan sangat materialistik pandangan hidupnya, keakraban
prestise, kewibawaan, peranan-peranan sosial, dan berkeluarga dan penghormatan kepada orang-orang tua
sbagainya, yang akan merupakan stres bagi orang-orang (kakek atau nenek) tidaklah sebaik yang kita lihat di dunia
tua tadi. [mu.
Untuk menghadapi masa pensiun dengan stres yang
sekecil mungkin banyak negara yang mengadakan apa yang
disebut preretirement course bagi pegawainya. Timbul PROBLEMA PENANGANAN GOLONGAN USIA
pemikiran untuk, mengadakan pensiun secara bertahap, apa IANJUT
yang disebut "slepwise" ata,u "phasing out" employment
plan. Ini dikerjakan dengan secara bertahap mengurangi Di atas telah diuraikan (Gambar 3) mungkin problema
jam dinas sambil memberikan persiapan-persiapan sosio-ekonomi inilah yang akan merupakan problema
penyaluran ke arah macam pekerjaan yang akan diajalankan terbesar apalagi mengingat bahwa inflasi telah melanda
sesudah pensiun. sebagian besar negara-negara sedang berkembang seluruh
dunia, maka tabungan yang telah disimpan oleh orang-
orang usia lanjut sejak masa mudanya menjadi tidak/kurang
KEBIJAKSANAAN SOSIAL DAN PELAYANAN berarti lagi. Akhirnya orang tua akan tergantung juga
TERHADAP USIALANJUT hidupnyapada orang lain (anak, keluarga, ataupemerintah
dan/ atat badan-badan sosial swasta).
Norma dan nilai sosial di Indonesia pada saat ini masih
menempatkan anggota masyarakat yang lebih tua pada Peranan dan Kewajiban Pemerintah
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Saat ini, persoalan orang-orang usia lanjut belumlah
yang lebih muda. Orang usia lanjut merupakan sumber merupakan prioritas penting di negara kita, malah dalam
nasihat dan restu, dan sangat dihormati baik dalam upacara urutan prioritas penggunaan dana dapat dikatakan rendah
maupun dalam pergaulan sehari-hari. sekali. Oleh karena itu, sebaiknya kebijaksanaan harus
Perkembangan industri dengan segala perubahan yang diteruskan untuk membatasi jumlah panti werda dalam
mengiringinya sedikit banyak tentu akan mendesak faktor- jumlah minimal, karena keterbatasan dana untuk

A.PEMERINTAH:
- UU / Peraluran-peraturan
- Pensiun
- Subsidi, asuransi
- Panti Werda/ Rum ah Sakit/
Karang Werda , dan sebagainya

C. INDUSTRIALISASI:
]L
\,/
- Perbaikan Sosial Ekonom
- Teknologi modern
i

- Pencernaan Lingkungan Hidup


- Urbanisasi
- Pikiran lV ateria lisrik
PROBLEMA
ORANG-ORANG USIA LAN JUT
h
\r-r
D,FAKTOR SOSIAL BUDAYA:
Kea kraban keluarga
Penghormatan terhadap orang tua
gotong royong, tanggung jawab
kolektif keluarga, dan sebagainya
dan sebagainya -lr/
,/\
tt-
B. SEKTOR SWASTA:
- Organisasi/SLM
- Suka relawan-s ukarelawa n
- Pengumpulan dana
- Panti Werda /Rum ah Sakit/
Kara ng Werda
- Keluarga
- Asuransi

Gambar 3. Keadaan/Faktor penting yang mempengaruhi problema usia lanjut (Boedhi-Darmojo, KOPAPDI, 1981)
GERONTOLOGI DAI{ GERIATRI DI INDONESIA 931

mengelolanya, sedangkan, "daycare centers" (karang orang usia lanjut tadi, dan yang paling penting pelaksanaan
werda non panti) dan pusat-pusat rehabilitasi sebaiknya peraturan-peraturan tersebut dengan baik dan tertib.
didirikan sebanyak mr.rngkin, baik oleh pemerintah maupun Peraturan-peraturan yang dimaksud di sini meliputi
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). pengaturan bantuan-bantuan baik dari luar maupun dari
Pada saat ini Departemen Sosial sudah membangun dalam negeri, besamya subsidi dari pemerintah, siapa yang
model panti werda tersebar di hampir tiap propinsi yang berhak tinggal di panti, kewajiban keluarga orang usia
ada. Di kota-kota besar banyak pusat perawatan lanjut yang menempati panti, dan sebagainya.
dikembangkan oleh pemerintah, sebagaimana juga oleh Selain pembentukan panti werda, yang tentunya hanya
proyek-proyek LSM. Setiap RS yang besar dilengkapi akan diperuntukkan bagi orang-orang usia lanjut yang
dengan apayang disebut (Preventive Rehabilitation Unil) betul-betul tidak mempunyai sanak keluarga atau teman
PRU yang selalu disibukkan dengan pasien-pasien usia yang mau menerima mereka, pemerintah juga berkewajiban
lanjut, yang juga mempunyai kegiatan-kegiatan ekstra mengatur dan mengadakan Rumah Sakit Khusus Geriatri
mural. atau hanya suatu bagian Geriatri di Rumah Sakit. Juga
Hospital based dan Community based Gerontologic/ pemerintah wajib memberikan subsidi dan pembinaan pada
Geriatric careyarglengkap dapat dilihatpada Gambar 4. orang-orang usia lanjut tadi, baik yang tinggal dalam panti
Selain panti werda (rumah perawatan orang-orang usia apalagi terutama yang non panti, semacam sistem
lanjut) yang diselenggarakan oleh Departemen Sosial, pelayanan kesehatan MEDICARE (asuransi) dan MED-
tertyata sekarang banyak panti yang dikelola oleh badan- ICAID (bantuan).
badan sosial swasta. Namun berapa banyakpun panti
werda tersebut, tentu tidak cukup untuk menampung Peranan Badan Sosial Swasta
orang-orang usia lanjut yang memerlukannya. Di negara- Seperti di negara-neg aralain,biasanya badan-badan sosial
rregara majupun banyak orang yang masih harus antri yang mulai bergerak di bidang orang-orang usia lanjut ini
untuk mendapatkan tempat dalam panti, dan menurut mempunyai corak keagamaan. Diharapkan tentu saja,
pendapat penulis, kita memang tidak usah meniru negara- sesuai dengan Pancasila kita, jangan sampai ada
rregara maju tersebut, dalam penanganan masalah usia pembedaan-pembedaan agarr,a yang mempengaruhi
lanjut. diterima atau tidaknya seseorang untuk tinggal di panti
Sudah sewajarnya sejak sekarang ini pemerintah mulai werda yang dikelola oleh kelompok agama tertentu.
mengafur perundang-undangan dan perafuran-peraturan Selain itu, sebetulnya organisasiorganisasi swasta tadi
yang mengatur hal ikhwal penanganan masalah sosial dapat bersama-sama badan-badan pemerintah

Hospital based
- acute and chronic med care
- Health assesment facilities
- Day-hospital (day care C0 Home/community based
Rehabilitiation - Careers's program
Memory clinic etc. Elderly sitters (Pramu Rukti Werda)
- Special therapy/rehabilitation - Community nurses
0ccupationalth/ - Socialworkers
Physical - Home help service
Speech - Nursing home
P od ia try - Dementia care
Audiology - Elderly clubs (sports, recreation, etc.)
N utritio n a l/m ea I - Hostels (STW)/village/Posyandu
Dentalcare - Religious service
- Respite ca re etc.
- Hospice care/religious service
- Orthopedic etc

Manpower: LSM, Kr. Taruna, Darmawanita/PKK, Relawan (TOT, T0C)


Funding : Government, LSM, insurance, Syst, "MEDICARE, MEDICAID", etc

Gambar 4. Care of the elderly


932 GE,RI'TIXI

mengorganisasi sukarelawan, mulai dari membersihkan perkumpulan kematian, dan sebagainya (hospice care).
rumalr, memasalg membantubelanja sampai berupa gerakan- Perlu diadakan kegiatan MEDICARE (asuransi kesehatan)
gerakan pengumpulan dana, dan sebagainya untuk para dan MEDICAID (bantuan dana pemeliharaan kesehatan
usia lanjut tadi. seperti di USA dan negara industri maju yang lain).
Ini mungkin merupakan suatu langkah lebih maju dari Sekarang kita baru mengenalAskes (terutama bagi PNS),
apayang disebut "Pembinaan Non-panti" atau "Bantuan Jamsostek dan asuransi swasta. Bagi yang kurang mampu
Non-panti". Selain itu, orang-orang usia lanjut yang masih dapat dikeluarkan surat keterangan tidak mampu, surat
cukup kuat untuk bekerja dapat diberi modal kerja miskin, dan sebagainya.
(pekerjaan tangan kerajinan dan sebagainya). Jadi peranan Untuk menjadi orang usia lanjut yang sukses (success-
badan-badan sosial swasta di sini adalah saling melengkapi ful aging) paling sedikit perlu dipertimbangkan kriteria,
dengan pemerintah dalam semua usahanya. Juga sbb:
perkumpulan-perkumpulan dari orang usia lanjut sendiri
Dimensi psikologis: Integritas pribadi (Ego-integrity).
yang telah ada, seperti: Persatuan Wredhatama Republik
Dapat mencapai integritas hidup yang baik (bijaksana).
Indonesia (PWRI), Legiun Veteran, Persatuan Pensiunan
Tujuan hidup yang baik, penyesuaian diri terhadap
Anggota ABRI (PEPABRI), dan sebagainya, diharapkan
lingkungannya, dapat mengerti dan menghargBi pendapat
akan lebih kuat dan lebih mampu untuk mengurus anggota-
orang lain, dapat menangkal duka-nestapa (bereavement)
anggotanya.
dan mempunyai kehidupan religius yang baik.
Bila perawatan keluarga tetap akan dilakukan,
pelestarian adanya kerjasama sanak keluarga akan menjadi Dimensi fisiologis dan fognitif yang baik a.l dapat
penting dalam rangka sistem kesejahateraan keluarga melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari (:ADL) flsis dan
tradisional. Perawatan keluarga harus terdiri atas pelayanan instrumental dengan baik bebas dari disabilitas meski
dukungan masyarakat, seperti: respite care, rehabilitasi, mengalami hambatan fisis/mental, dapat mandiri selama
rekreasi dan fasilitas komunikasi, makanan, dan mungkin, tetap dapat mempertahankan kreativitas dan
sebagainya. Martabat orang-orang usia lanjut dalam produktivitas kondisi fisis dan mental, dsb.
keluarga dan keakraban hidup kekeluargaan di dunia timur Dimensi keterlibatan dalam masyarakat (Social
seperti yang kita punyai, dirasa perlu dipertahankan, engangement & participation). Dapat berpartisipasi
walaupun ada segi negatif dari penghargaan kepada or- dalam kehidupan masyarakat secara aktif dan berhasil
anlgtrua ini yang sering dijumpai berupa "over-proteksi". guna, terlibat dalam aktivitas kerelawanan dan
kedermawanan, dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan
antar generasi yang serasi, mempersiapkan kader-kader
MACAM PELAYANAN UNTUK PARA USIA LANJUT dan generasi penerus yang handal, mempunyai sumber-
YANGADADI INDONESIA sumber dana sosio-ekonomi selama mungkin, dsb.
Penulis mengidentifikasi sepuluh kebutuhan para usia
Panti werda (sasana tresna werda) dan karang werda(day- lanjut sebagai berikut:
care centers) yang non-panti mulai bennunculan di kota-
kota besar di Indonesia. Pemberian paket-paket perkakas-
pertukangan pemah diberikan/dibagikan oleh Departemen
Sosial, untuk menaikkan pendapatan dan ketrampilan
orang usia lanjut tadi, peningkatan gizi usia lanjut (di Kebutuhan (The Needs)
Inggns lmi disebut " Meals on Wheels"), pelayanan bantuan 1 Makanan cukup dan sehat (=heafthy food)
untuk mengurus tempat tinggal, membersihkan, mencuci, 2 Pakaian dan kelengkapannla (=6/616 and common
accesson'es)
memasak, dan sebagainya (home-care nursing, home-help 3 Perumahanitempat tinggal/tempat berteduh (=homes,
serttice) dapat dijalankan oleh LSM atau relawan-relawan a place to stay)
4 Perawatan dan pengawasan kesehatan (=health care,
di sekeliling rumah usia lanjut tersebut. Hal ini dapat facilities)
diorganisasi lebih baik lagi. Pemberian potongan harga, 5 Bantuan teknis praktis sehari-hari/b6ntuan hokum
pajak, ongkos transportasi, dan sebagainya, mulai banyak (=technical, J udicial assistance)
6 Transportasi umum bagi lansia (=facflrfies for public
diberikan. Untuk pelayanan dalam bidang kesehatan,
transpoftation, etc)
Posyandu Lansia telah mulai dipersiapkan, bahkan telah 7 Kunjungan, teman bicara/informasl (=ylslsfs,
dilaksanakan oleh beberapa daerah di Indonesia. com pan i es, i nformation, etc)

Unhrk para usia lanjut yang menghadapi saat-saat akhir


I Rekreasi dan hiburan sehat yang lain (=rgg76"7ior",
activities, picnics, etc)
akan menghadap Ilahi, biasanya pihak keluarga yar,g I Rasa aman dan tentram (=safety feeling)
mengurusnya, tetapi akan lebih baik apabila para ulama/ 10 Bantuan alat-alat panca indera (kacamata, heaing aid)
(=other assistancelaid). Kesinambungsn bantuan dane
rohaniawan dapat selalu siap mendampinginya. Alangkah
dan fasilitas (continuation of subsrdieo And facilities)
baiknya bila hal ini dapat dipersiapkan oleh rumah sakit,
GERONTOI.OGI I'A!I GERI'TIRI DI INT'ONESIA 933

RINGKASAN stereotipe konstruktif, tipe ketergantungan, defensif,


bermusuhan (hostility), dan s elf-haters.
. Populasi usia lanjut dalam waktu dekat ini, baik di . Pengadaan dana dalam bentuk asuransi kesehatan atau
seluruh dunia, apalagi di Asia dan negara sedang bantuan pemeliharaan kesehatan semacam " Medicare"
berkembang, akan naik dengan cepat jumlahnya, dan"Medicaid' di negara maju perlu dipersiapkan dan
sehingga cepat atau lambat akan merupakan masalah, disempumakan pelaksanaannya.
bila tidak dipersiapkan dari sekarang penanggulangan- . Bermacam-macamtindakanpelayanan/pembinaanpada
nya. golongan usia lanjut ini, baik yang sudah dike{akan,
. Kebiasaan sosio-budaya masyarakat di dunia timur maupun yang masih harus ditingkatkan
sampai sekarang ini masih menempatkan orang-orang pelaksanaannya, harus dilaksanakan oleh pemerintah
usia lanjut, pada tempat yang terhormat dan bahu-membahu dengan masyarakat dan keluarga.
mendapatkan penghargaan yang tinggi.
. Keadaan sosio-ekonomi mereka pada umumnya akan
makin menurun dengan bertambahnya usia dan akan REFERENSI
lebih tergantung pada orang lain, yaitu keluarga,badar
badan sosial (LSM), pemerintah, dan sebagainya. Andrews G. Aging in the WHO-South-East-Asian-Region,
. Keluarga (anak-anak) masih merupakan tempat Report on WHO-5-Country Community Study of the Elderly.
berlindung yang paling disukai oleh usia lanjut ini. 1993
Sampai sekarang penelitian dan observasi tak Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Buku Ajar Geriatri, Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2004
menemukan bukti-bukti yang menunjukkan batrwa anak/
Boedhi-Darmojo R, et al. WHO-5-Country-Study. Indonesia
keluarga segan untuk melakukan hal ini. Menempatkan Country Report. Colombo-WHO-Meeting of Principal In
orang usia lanjut di panti werda masih merupakan vestigators, Sri Lanka.l99l
alternatifterakhir. Boedhi-Darmojo R. Beberapa Masalah Penyakit pada Usia.Lanjut.
. Pada sisi yang lain sebetulnya kinerja sebagian besar Pidato Pengukuhan Guru Besar, Universitas Diponegoro. I 974.
kaum usia lanjut masih cukup bait cukup aktif, dan Boedhi-Darmojo R. Care of tle Elderly of Indonesia, WorldCongress
cukup produktif, sehingga -uril dapat dimanfaatkan of Gerontology, Adelaide, Australia. I 997
Boedhi-Darmojo R. A Journey Through Gerontology and Geriatrics
oleh masyarakat dan keluarga.
. in Indonesia, Joint Symposium on Gerontology Universify of
Kineda (fungsi dalam masyarakat) seorang usia lanjut Indonesia & University of Oxford, Jakarta.2004.
memang ditentukan oleh resultante 3 faktor penting, Boedhi-Darmojo R. Masa Depan Geriatri di Indonesia. Acta
yaitu faktor fisis, psikologis/mental, dan sosio-ekonomi. Medica Indonesiana X, 84-104 (Simposium Geriatri ke-2,
Penulis menganggap faktor sosio-budaya juga penting, I akarta).197 9 ;10 : 84- 1 04
apalagi di duniatimur. Boedhi-Darmojo . Kondisi dan Syarat Kerja Tenaga Ke{a Usia Lanjut.
. Akibat perkembangan dalam bidahg industri, kualitas Seminar Pemanfaatan Tenaga Kerja USILA, Departemen Tenaga
Ke{a, Jakarta. In: Bunga Rampai Karangan Ilmiah Pengantar
golongan usia lanjut di Indonesia/negara sedang
Purna Bhakti 1994, Prof. R. Boedhi-Darmojo.l985.p. 132.
berkembang akan makin baik. Tetapi akibat proses Brocklehurst J & Allen SC. Geriatric Medicine for Students, 2'd ed.
industrialisasi yang merugikan, juga haruslah diawasi, Churchill & Livingstone.l98T.
antara lain berupa polusi, urbanisasi, pikiran Boedhi-Darmojo R. Berbagai Problema Geriatrik di Indonesia, Naskah
materialistik, dan sebagainya yang dapat menggusur lengkap KOPAPDI V/Simposia Semarang, Juni, 1981.p.70 - 88.
faktor-faktor sosio-budaya yang baik. Boedhi-Darmojo. Orasi Purna Tugas, 2004, Through Healthy and
. Pensiun, sebagai sistem pada industrialisasi, dapat Active Aging to Successful Aging, Nasakah Lengkap Kongres
Nasional III dan Temu Ilmiah II PERGEMI, Yogyakarta, 2004.
merupakan kendala untuk orang-orang usia lanjut
Boedhi-Darmojo R. Pertemuan Lembaga Usia lanjut (LLI), Jakarta:
terhadap keadaan sosio-ekonominya, finansial, dan 2003.
sebagainya. Maka dari itu haruslah dipersiapkan Constantinides P I: General Pathology, chap 3. Connecticut:
dengan masa persiapan pensiun (MPP) yang baik dan Appletonand Longer;1994.
terencana. Haryono Suyono Pokok-pokok Pikiran Mentri Negara
. Selain faktor fisis harus juga diperhatikan faktor Kependudukan. Kepala BKKBN. Simposium Nasional Gerontologi
psikologis/mental pada usia lanjut tadi, karena pada dan Geriati, Dewan Riset Nasional, Serpong., 1994. p. 1-15.
Pignolo RI & Forceia MA. Biology of Aging, In: Geriatric Secrets,
waktu pensiun akan terjadi kehilangan pada bidang
3d ed, Hanley & Belfus (Elsevier). 2004.p. 7-13
finansial, status dan fasilitas, kenalan dan komunikasi. World Health Report, WHO-Geneva.2000.
Pada perempuan, faktor psikologis akan banyak terjadi WHO Techn. Rep. Series 779, Health of the Elderly, WHO-
apalagi dengan datangnya masa klimakterium dan meno- Geneva.1989.
pause. Kinsella K & Taeuber : An Aging World II, Intemational Population
. Terdapat stereotipe-stereotipe usia lanjut pada waktu Report P97l92, US Bureau of The Cencus, Washington DC.1993.

bertambahnya usia ini, yang kebanyakan meneruskan WHO. World Health Day. 1981. Add life to Years, WHO-Chronicle
36; 2:68. WHO, Geneva.1982.
sifat-sifat yang dipunyai pada waktu muda, yaitu

Anda mungkin juga menyukai