Anda di halaman 1dari 11

MANFAAT NUTRISI DAN

REHABILITASI UNTUK
PENDAMPING MEDIKAMENTOSA
Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan
karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja
muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik
dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK
karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru
dan perubahan analisis gas darah.
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
- Penurunan berat badan
- Kadar albumin darah
- Antropometri
- Pengukuran kekuatan otot (tekanan diafragma, kekuatan
otot pipi)
- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk
dengan kalori yang dibutuhkan, nutrisi dapat diberikan secara
terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa nasogaster.
Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi
lemak rendah karbohidrat. Gangguan keseimbangan elektrolit
sering terjadi pada PPOK karena berkurangnya fungsi
muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan
ventilasi. Gangguan elektrolit yang terjadi adalah :
- Hipofosfatemi
- Hiperkalemi
- Hipokalsemi
- Hipomagnesemi
Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma. Dianjurkan
pemberian nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi
kecil dengan waktu pemberian yang lebih sering.
Tujuan Rehabilitasi Paru
Mengurangi gejala-gejala dan kecacatan
Meningkatakan aktivitas fisik dan sosial
Meningkatkan kualitas hidup
Kerjasama team antar dokter
multidisipliner, fisioterapis, terapis okupasi,
psikolog, nutrisionis dan pekerja sosial.
Manfaat Program Rehahabilitasi Paru
Disibility, penyakit paru biasanya disebabkan oleh morbiditas
sekunder bukan dari penyakit parunya sendiri. Konsekuensi dari suatu
penyakit paru antara lain;
menyebabkan gangguan fungsi otot-otot perifer maupun otot pernafasan,
gangguan jantung dan skeletal,
gangguan nutrisi serta psikososial.
Mekanisme terjadinya kondisi tersebut akibat;
adanya dekonditioning,
malnutrisi,
efek hipoksimia,
hiperinflasi,
otot diafragma yang lelah,
seringnya keluar masuk rumah sakit,
efek obat-obatan,
disfungsi sosial karena kecemasan depresi,
ketergantungan dan
gangguan tidur.
Komponen Rehabilitasi Paru
1. Edukasi
2. Latihan dan terapi fisik
3. Terapi perilaku dan psikososial
4. Penanganan nutrisi
Edukasi
Pasien diberikan pemahaman tentang
penyakit dan pencegahan eksaserbasi, terapi
(obat-obat) termasuk program rehabilitasi serta
target yang akan dicapai sehingga diharapkan
pasien mematuhi program.
Berisi tentang teknik-teknik konservasi energi.
Pasien diharapkan dapat menyederhanakan
setiap aktivitasnya terutama yang berhubungan
dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Latihan dan Terapi Fisik
Secara umum, latihan terdiri dari;
latihan pernafasan dan
latihan rekondisi.
Jenis latihan pernafasan tergantung dari
gangguan paru obstruktif atau restriktif. Selain
itu , diajarkan juga teknik-teknik pernafasan
untuk mendapatkan pola nafas yang baik dan
ventilasi yang maksimal.
Macam-macam Latihan Pernafasan:
1. Latihan pernafasan diafragmatik
2. Latihan pernafasan pursed lip
3. Latihan posisi tubuh tertentu untuk meningkatkan
ventilasi dan relaksasi
4. Latihan rekondisi, contoh:
- senam ringan,
- latihan fleksibilitas (streching),
- kekuatan alat gerak atas dan bawah,
- latihan cardiopulmonal endurance (berjalan,
ergocycle (sepeda statis) atau treadmill) atau latihan
khusus untuk otot-otot pernafasan.
Lama waktu setiap latihan adalah 30 menit dengan
frekuensi latihan minimal tiga kali seminggu.
Macam-macam Latihan Pernafasan
(2):
Efek fisiologis atau keuntungan dari latihan baru
dapat tercapai dengan durasi latihan enam
minggu.
Terapi fisik diperlukan saat keadaan kondisi akut
(rawat inap) maupun rawat jalan. Terapi fisik dada
(chest physical therapy) biasanya diberikan untuk
masalah sekret atau dahak dan saluran nafas.
Bentuk terapi ini antara lain;
Pertama, postural drainage
Kedua, batuk
Terapi fisik lain dapat berupa latihan relaksasi
otot-otot pernafasan
Terapi Perilaku dan Psikososial
Bentuk terapi berupa edukasi atau latihan
seperti latihan relaksasi untuk mengurangi
kecemasan maupun relaksasi otot-otot
pernafasan agar beban kerja berkurang dan
tidak mudah terjadi fatigue dan penderita dapat
lebih percaya diri untuk melakukan aktivitas.
Depresi menghambat kepatuhan pasien
terhadap program terutama untuk latihan
sehingga diperlukan suatu psikoterapi. Tenaga
psikolog diharapkan dapat memberikan
konseling, sehingga keluarga dapat memberikan
dorongan kepada penderita berupa terapi
perilaku dan psikososial.

Anda mungkin juga menyukai