Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN

HIPERTIROID

Oleh
Firstiafina Tiffany

G9914103

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R AK AR TA
2015

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid
menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Hipertiroidisme dapat secara signifikan
mempercepat metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba, detak
jantung yang cepat atau tidak teratur, berkeringat dan gelisah atau mudah tersinggung
(Anonim, 2010).
Tirotoksikosis merupakan suatu kondisi dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid
karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan
bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan (Rani., et.al., 2006).
B.

Etiologi
Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang tiroid (Penyakit
Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis anterior, hipersekresi
tumor tiroid. Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Grave, suatu penyakit
autoimun, yakni tubuh secara serampangan membentuk thyroid-stymulating immunoglobulin
(TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid (Sherwood, 2002).

C. Patofisiologi
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikatan
T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH-like substance
(TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari
radioactive neck-uptake naik. Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang,
inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel
keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid
berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab
umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya self-limiting disease
(Djokomoeljanto, 2009).
D. Klasifikasi

Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang
berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu
penyakit Graves dan goiter nodular toksik. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok
gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri
tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi
hormon tiroid yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat
semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu
makan yang meningkat, palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot.
Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar,
kedipan berkurang, lig lag, dan kegagalan konvergensi. Goiter nodular toksik, lebih sering
ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik, manifestasinya
lebih ringan dari penyakit Graves (Schteingart, 2006).

E.

Manifestasi Klinis

1. Umum

: Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat, toleransi

obat, hiperdefekasi, lapar.


2. Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.
3. Muskular: Rasa lemah.
4. Genitourinaria: Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.
5. Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
6. Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik dispneu.
7. Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.
8. Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.
9. Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.
(Djokomoeljanto, 2009).

F.

Pemeriksaan Penunjang

1. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada
hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan
kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus dijalankan.
2. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme, mereka
harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon tiroid yang
berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan
tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan memiliki
semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
3. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau seluruh
kelenjar (Norman, 2011).

G. Diagnosis
Untuk mendiagnosis penyakit ini harus dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik dan tes darah laboratorium untuk melihat kadar hormon T3, T4 dan THS.
Jika kadar hormon tiroid tinggi dan kadar hormon THS rendah, hal ini mengindikasikan
kelenjar tiroid terlalu aktif yang disebabkan oleh adanya suatu penyakit. Bisa juga dideteksi
dengan menggunakan scan tiroid yang menggunakan sinar X-ray untuk melihat kelenjar
tiroid setelah menggunakan iodin radioaktif melalui mulut (Bararah, 2009).
Untuk mendiagnosis hipertiroid bisa menggunakan Indeks Wayne seperti terlihat pada
tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Indeks Wayne
No.

Gejala Yang Baru Timbul Dan Atau Bertambah

Nilai

Berat
Sesak saat kerja

+1

Berdebar

+2

Kelelahan

+3

Suka udara panas

-5

1.
2.
3.
4.
5

Suka udara dingin

+5

Keringat berlebihan

+3

Gugup

+2

Nafsu makan naik

+3

Nafsu makan turun

-3

Berat badan naik

-3

Berat badan turun

+3

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.

Tanda
Tyroid Teraba
Bising Tyroid
Exoptalmus
Kelopak Mata Tertinggal Gerak Bola Mata
Hiperkinetik
Tremor Jari
Tangan Panas
Tangan Basah
Fibrilasi Atrial
Nadi Teratur

Ada
+3
+2
+2
+1
+4
+1
+2
+1
+4

Tidak
-3
-2
-2
-2
-1
-

<80 x/menit

-3

80-90 x/menit

+3

>90 x/menit
Hipertiroid : 20
Eutiroid: 11 - 18
Hipotiroid: <11

H. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien, riwayat
alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan, dan
sebagainya. Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan dalam:
6

1. Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ, metimazol atau
tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50, 100 mg)
2.

Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis maupun
biokimiawi.

3. Yodium radioaktif.
(Djokomoeljanto, 2009).
I.

Prognosis
Dubia ad bonam. Mortalitas krisis tiroid dengan pengobatan adekuat adalah 10-15%
(Rani., et.al.,2006).
Individu dengan tes fungsi tiroid normal-tinggi, hipertiroidisme subklinis, dan
hipertiroidisme klinis akan meningkatkan risiko atrium fibrilasi. Hipertiroidisme juga
berhubungan dengan peningkatan risiko gagal jantung (6% dari pasien), yang mungkin
menjadi sekunder untuk atrium fibrilasi atau takikardia yang dimediasi cardiomyopathy.
Gagal jantung biasanya reversibel bila hipertiroidisme diterapi. Pasien dengan hipertiroidisme
juga berisiko untuk hipertensi paru sekunder peningkatan cardiac output dan penurunan
resistensi vaskuler paru. Pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya,
hipertiroidisme meningkatkan risiko kematian (rasio hazard [HR] = 1,57), dan bahkan
mungkin pada pasien tanpa jantung. Hal ini juga meningkatkan risiko stroke iskemik (HR =
1,44) antara dewasa usia 18 sampai 44 years. Hipertiroidisme tidak diobati juga berpengaruh
terhadap kepadatan mineral tulang yang rendah dan meningkatkan risiko fraktur pinggul
(Gandhour and Reust, 2011).

Hipertiroid (3A)

yang
disebabkan
ktif kelenjar tiroid
se
toksik
oid
rmone tiroid

Hipotiroid (2)
oleh

orrhea Impotensi
u makan, Keringat

ke

sil

Sekunder:
TSH
TRH
FT4, FT3

Iodine
Kalium iodine
Solusi lugol
Natrium ipodat
Asam lopanoat

antagonis Lainnya
Kalium perklorat
Litium karbonat
Glukokortioid

Produksi hormone tiroid oleh kelenjar tiroid


<<<
Hipo/agenesis kelenjar tiroid
Destruksi kelenjar tiroid (misal: radiasi)
Dishormonogenesis
Tumor/infiltrasi
tumor
hipofisis/hipothalamus
Sindrom sheehan

Tirotoksikosis (3B)

Hipermetabolik yang disebabkan meningkatnya


kadar T3 dan T4 bebas dengan atau tanpa
disertai dengan hipertiroidisme

Gangguan perkembangan tulang dan CNS


Retaldasi mental
Wajah kasar
Lidah membesar
Suara memberat
Gangguan mental

Gondok
Oligo/amenorrhea Impotensi
BB, nafsu makan, Keringat
Anoreksia
Gelisah
Insomnia

Apatis generalisata
Pendek
Edema mukopolisakarida
motilitas usus
Efusi perikardium

Eksofthalmus
Takikardia
Tremor
peristaltik
Dispneu

TSH pada hipotiroid primer


T4
R tulang
USG Tiroid
Skrining psikiatri

Pengganti hormone:
L-tiroksin 112 g/d (100-125 mg/d)
L-triodotiroin 25-50 g
Fisioterapi
Memantau tumbuh-kembang
Terapi neurologik

Primer:
TSH
T4 Normal
Iodine uptake

Sekunder:
TSH
TRH
FT4, FT3

Tersier:
TSH
TRH
FT4, FT3
Anti tiroid
Propiltiourasil
Metimazol
Karbimazol

Iodine
Kalium iodine
Solusi lugol
Natrium ipodat
Asam lopanoat

-adrenergik-antagonisLainnya
Propranolol
Kalium perklorat
Metoprolol
Litium karbonat
Atenolol
Glukokortioid

KESIMPULAN
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis
(Bararah, 2009).
Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang tiroid (TSI)
(Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis anterior,
hipersekresi tumor tiroid (Sherwood, 2002).
Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit
lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi
dan takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati
ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lig lag, dan
kegagalan konvergensi (Schteingart, 2006).
Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien, riwayat
alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan, dsb.
Pengobatan tirotoksikosis dikelompokkan dalam: Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol
(CBZ, karbimazole 5 mg, MTZ, metimazol atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil
(PTU propiltiourasil 50, 100 mg); Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan
pasien eutiroid, klinis maupun biokimiawi; Yodium radioaktif (Djokomoeljanto, 2009).
9

.
Sumber
Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme. Dalam Aru, W.S.,
Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S.K., Siti, S. Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing. Hal: 1993-2008.

10

Anda mungkin juga menyukai