Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PENYAKIT SARAF

NEUROPATI DIABETIKA (KODE ICD X: G63.2 )


Lution o

1. Pengertian (Definisi) Menurut Konferensi Neuropati Diabetika, San


Antonio, neuropati diabetika ditandai dengan
kerusakan saraf somatis dan atau saraf otonom yang
ditemukan secara klinis atau subklinis dan semata
karena diabetes mellitus, tanpa adanya peyebab
neuropati perifer lainnya.

American Diabetes Association mendefinisikan


diabetes neuropati sebagai gejala dan tanda disfungsi
saraf perifer pada penderita diabetes setelah eksklusi
penyebab-penyebab yang lain

Neuropati Diabetika merupakan komplikasi


mikrovaskular paling sering dari diabetes mellitus tipe
I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) maupun tipe
II (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
Kejadian neuropati diabetika meningkt sejalan dengan
lamanya penyakit dan tingginya hiperglikemia.
Diperkirakan setelah menderita diabetes selama 25
tahun, prevalensi neuropati diabetika adalah 50%.
Kemungkinan terjadi neuropati pada kedua jenis
kelamin sama.

2. Anamnesis Manifestasi gejala neuropati diabetika biasanya


merupakan gejala yang pertama kali muncul diantara
komplikasi yang lain pada pasien diabetes. Gejala
pertama yang muncul biasanya rasa tebal-tebal dan
ganguan sensoris lain di ekstremitas, seperti gangguan
sensasi getaran, kesemutan, dan nyeri. Keluhan pada
ekstremitas bawah biasanya lebih berat dibandingkan
ekstremitas atas. Keluhan juga sering dimulai dari
ekstremitas bawah. Gejala seringkali memberat pada
malam hari. Pasien neuropati diabetes juga sering
mengungkapkan bahwa berdiri dan berjalan
mengurangi intensitas nyeri. Gangguan keseimbangan
juga tidak jarang terlibat.

Dalam anamnesis, diperlukan penentuan intensitas


nyeri dengan skala Visual Analog Scale (VAS),
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PENYAKIT SARAF

NEUROPATI DIABETIKA (KODE ICD X: G63.2 )

Numeric Pain Rating Scale (NPRS) atau Wong Baker


Face Scale . Ditentukan pula sifat keluhan (terbakar,
kesemutan, hiperalgesia, alodinia, nyeri fantom,
keluhan vasomotor, sindroma kausalgia dll), faktor
yang memperberat dan memperingan serta anamnesis
psikologis pain triad (cemas, depresi, gangguan
tidur).

Dalam anamnesis juga harus diarahkan pada pencarian


faktor risiko, diantaranya yaitu: usia, tinggi badan,
kepekaan, genetik, durasi diabetes, pengendalian
glukosa buruk, kadar trigliserida dan kolesterol HDL,
retinopati dengan mikroalbuminuria, ketoasidosis
berat, hipertensi (tekanan diastolik), penyakit
kardiovaskuler, inflamasi, stress oksidatif, dan
merokok.
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis Sampai sekarang tidak didapatkan kriteria diagnosis
neuropati diabetika yang disepakati secara global
lewat konsensus internasional. Neuropati diabetika
hars didiagnosis secara komprehensif berdasarkan
berbagai manifestasi neurologis dan pemeriksaan
penunjang.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam


diagnosis neuropati diabetika yaitu:

1. Pasien merupakan penderita diabetes melitus


2. Tidak ada kelainan atau penyakit lain yang
menyebabkan gejala neurologis kecuali diabetes
melitus
3. Gejala simetris (Nyeri spontan, paresthesia,
Hipestesia, anestesia)
4. Penurunan refleks achiles atau patela
5. Pallestesia (kelaian sensasi getar)
6. Hasil pemerksaan elektrofisiologi abnormal 7.
Adanya gejala neuropati otonom

5. Program Kerja
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PENYAKIT SARAF

NEUROPATI DIABETIKA (KODE ICD X: G63.2 )

6. Diagnosis Banding Neuropati karena alkohol;Keluhan yang ada biasanya


mengenai fungsi sensoris dan motoris. Didapatkan
adanya riwayat konsumsi alkohol sebelumnya

Chronic Inflamatory Demyelinating


Polyradiculoneuropat : Gejala neuropati biasanya
dimuli dariekstremitas atas dan menjalar sampai ke
atas. Onsetnya kronik

Neuropati nutrisional
malnutrisi sedang sampai berat dapat menyebabkan
gejala neuropati

neuropati toksik
Keracunan berbagai zat seperti logam berat (arsenik,
timbal, merkuri) dan organofosfat dapat memunculkan
gejala senosris dan motoris, biasanya bersifat akut,
dan didapatkan riwayat paparan toksin sebelumnya.

Neuropati karena defisiensi vitamin B12


Gejala neuropati perifer bercampur dengan tanda-
tanda lesi upper motor neuron

Neuropati uremikum
Biasanya terjadi pada Gagal Ginjal kronis. Dari
pemeriksaan fisik didaptakan peningkatan kadar BUN
dan kreatinin darah

7. Pemeriksaan Penunjang
8. Tata Laksana Pencegahan neuropati dianetika dan komplikasinya
masih menajadi strategi terapi yang terbaik.Kontrol
kadar gula darah yang opttimal menurunkan risiko
terjadinya neuropati perifer yang mengakibatkan
disabilitas. Kadar HbA1C dipertahankan sekitar 7%.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PENYAKIT SARAF

NEUROPATI DIABETIKA (KODE ICD X: G63.2 )

Cara ini mencegah komplikasi mikrovaskuler dan


memperlambat awitan maupun progresifitas neuropati.
Pasien dengan diabetes juga memerlukan konseling
tentang perawatan kaki dan perlindungan pada daerah
yang hiposensitif untuk mencegah terjadinya ulkus
dan menurunkan risiko infeksi.

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis ditujukan untuk menghilangkan


nyeri neuropatik. Pasien diberikan edukasi bahwa
target terapi berhasil jika nyeri berkurang 50%-70%.
Analgetika nonopioid berupa obat antiinflamasi
nonsteroid berguna pada nyeri inflamasi seperti pada
komplikasi muskuloskeletal atau neuroartropati.
Penelitian yang sudah ada adalah peberian ibuprofen
200-800mg/4-8 jam dan sulindak 200mg/12jam.
Tramadol, analegik golongan opioid lemah, dan
inhibitor reuptake serotonin-noradrenalin dengan dosis
awal 50mg/hari dititrasi dapat sampai 400mg/hari.

Analgetika ajuvan seperti antidepresan, antikonvulsan


dan antiaritmia diberikan untuk nyeri neuropatik.
Berikut ini adalah ringkasan rekomendasi terapi dan
dosis untuk neuropati diabetika berdasarkan American
Academy of Neurology:
Pregabalin, 300-600mg/d
Gabapentin 900-3600mg/d
Amitriptilin 25-100mg/d
Tramadol 210mg/d

9. Edukasi Edukasi yang perlu diberikan pada pasien dengan


neuropati diabetika yaitu keterangan mengenai gejala
dan tanda nyeri neuropatik. telah tersedianya obat
yang meredakan nyeri neuropatik, perbedaan analgetik
ajuvan dengan analgetik biasa, pentingnnya minum
obat teratur dan rutin serta mengetahui efek samping
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PENYAKIT SARAF

NEUROPATI DIABETIKA (KODE ICD X: G63.2 )

obat. Pasien dapat diajarkan untuk membuat catatan


harian berisi intensitas nyeri yang dirasakan sebagai
bahan evaluasi. Pasien juga perlu diedukasi mengenai
berbagai macam upaya untuk menjaga kadar gula
darahnya dalam batas normal.

10. Prognosis dubia


11. Tingkat Evidens -
12. Tingkat Rekomendasi -
13. Penelaah Kritis -
14. Indikator (Outcome) -
15. Kepustakaan Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016

Anda mungkin juga menyukai