Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada unit ini anda akan mempelajari tentang konsep dasar keperawatan gerontik, selanjutnya
materi yang akan disajikan dalam bab ini adalah tentang pengertian dari gerontologi, geriatri,
dan keperawatan gerontik, teori proses penuaan, batasan usia lanjut, faktor yang
mempengaruhi proses penuaan, mitos – mitos usia lanjut dan kenyataannya, perubahan –
perubahan yang terjadi pada usia lanjut, dampak kemunduran dan reaksi yang terjadi pada
usia lanjut.

Pada bab ini berisikan beberapa konsep tentang gerontik sehingga anda sebagai mahasiswa
dapat memahami perubahan yang terjadi pada lansia secara fisik, mental dan sistem tubuh
secara rinci dan menyeluruh sehingga anda lebih mudah mempelajarinya.

B. Tujuan

Setelah saudara mempelajari materi di bab ini, bab ini akan membekali anda sebagai
mahasiswa dengan wawasan ilmu keperawatan lansia atau gerontik. Hal ini disampaikan agar
saudara dapat menjadi perawat pemula yang profesional dalam melakukan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan pada lansia dengan baik dan sesuai standar keperawatan
yang berlaku.

Untuk mencapai seluruh materi yang tersaji dalam bab ini, diharapkan anda dapat :

1. Menjelaskan pengertian dari gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik


2. Menjelaskan teori proses penuaan
3. Menjelaskan batasan usia lanjut
4. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi proses penuaan
5. Menjelaskan mitos-mitos usia lanjut dan kenyataannya
6. Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut
7. Menjelaskan dampak kemunduran dan reaksi yang terjadi pada usia lanjut

BAHAN BACA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gerontologi berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti usia dan logos berarti
ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah – masalah yang terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990)
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap
berbagai aspek dalam proses penuaan, seperti aspek kesehatan, psikologis, sosial
ekonomi, perilaku, lingkungan, dan lain- lain (S. Tamher, 2009). Keperawatan
gerontik atau keperawatan gerontologik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang
menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni
dalam merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif
(Kushariyadi, 2010).
Menurut siti Badriah (2009), keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan
professional yang berdasarkan ilmu dan kiat/ teknik keperawatan yang berbentuk bio-
psiko-sosial- spiritual dan cultural yang holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia
baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Sedangkan geriatri berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan
eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran
berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black
& Jacob, 1997). Menurut S. Tamher (2009), geriatri merupakan salah satu cabang dari
gerontology dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut,
baik yang ditinjau dari segi promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang
mencangkup kesehatan badani, jiwa dan social, serta penyakit cacat.

B. Proses menua
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan- lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantanides, 1994). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Teori – teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikososial.
1. Teori biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktural, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan –
perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molecular dan seluler dalam sistem
organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
a. Teori genetik
Teori sebab- akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi
oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan oleh pembentukkan gen
dan dampak lingkungan pada pembentukan.
kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan adalah suatu proses yang
secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk
mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang
hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetik terdiri
dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik, dan teori glikogen.

b. Teori wear and tear


Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi
sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolism yang
menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah
molekul atau atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini
merupakan jenis yang sangat relative yang dihasilkan dari reaksi selama
metabolisme.

c. Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan
mereka terhadap organism asing mengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker adan
infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi system imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Seiring dengan bertambahnyan
usia berat dan ukuran kelenjar timus menurun, seperti halnya kemampuan
tubuh untuk mendeferensiasi sel T. Karena hilangnya proses diferensiasi
sel T, tubuh salah mengenali sel yan tua dan tidak beraturan sebagai benda
asing dan menyerangnya. Selain itu tubuh kehilangan kemampuan untuk
meningkatkan responnya terhadap se lasing, terutama bila menghadapi
infeksi.

d. Teori neuroendokrin
Teori – teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal- hal seperti yang
terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel. Salah
satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,
memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan
tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterprestasikan sebagai
tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan.

2. Teori psikososiologis

Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis.

a. Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun- tahun akhir kehidupan. Teori kepribadian menyebutkan aspek – aspek
pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik
lansia. Jung (1994), mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian
orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.
(Stanley, 2006).

b. Teori tugas perkembangan


Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam
kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap sepanjang
rentang hidup manusia. Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan
yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap- tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas
utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan
yang dijalani dengan integritas. Dikutip dari Stanley, Mickey (2006).
c. Teori aktivitas
Havighurst (1989), menulis tentang pentingnya tetap aktif secara social
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat. Penelitian menunjukkan
bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi
kepuasan hidup. Dan penelitian baru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaan kesehatansepanjang masa kehhidupan manusia. Dikutip dari
Stanley, Mickey (2006).

C. Batasan – batasan usia lanjut

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda – beda, umumnya berkisar
antara 60 – 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut :

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu


a. Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi menjadi :
a. Masa bayi (usia 0-1 tahun)
b. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
c. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
d. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
e. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)
f. Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari Universitas Indonesia,


kedewasaan dibagi empat bagian :
a. Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
b. Fase verilitas (usia 40-50 tahun)
c. Fase prasenium (usia 55-65 tahun)
d. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)
4. Menurut Prof. DR. Koeseomanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia dewasa
sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas :
1). Young old (usia 70-75 tahun)
2). Old (usia 75- 80 tahun)
3). Very old (usia > 80 tahun)

5. Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia, yaitu :


a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70- 79 tahun)
c. Old- old (usia 80-89 tahun)
d. Very old- old (usia >90 tahun)

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, terdapat Didalam
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia pada Bab
1 Pasal 1 Ayat 2.

D. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketuaan


Meliputi :
1. Hereditas (keturunan/ genetik)
2. Nutrisi / makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress

E. Mitos – mitos lanjut usia dan kenyataannya


1. Menurut kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jernih payahnya dimasa muda
dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan- akan sudah
berhasil dilewati. Kenyataan :
Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit.
a. Depresi
b. Kekhawatiran
c. Paranoid
d. Masalah psikotik

2. Mitos konservatisme dan kemunduran Pandangan


bahwa lanjut usia pada umumnya :
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa anak- anak
g. Susah berubah
h. Keras kepala dan,
i. Cerewet
Kenyataan :
Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian.

3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan :
Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolism sehingga rawan terhadap penyakit. Tetapi banyak penyakit yang
masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.

4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandangan sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.

5. Mitos tidak jatuh cinta


Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta
tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataan :
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang
frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi
masih tetap tinggi.

7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan :
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan,
dan produktifitas mental dan material.

F. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia


1. Perubahan – perubahan fisik
a. Sel
1). Lebih sedikit jumlahnya
2). Lebih besar ukurannya
3). Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular
4). Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
5). Jumlah sel otak menurun
6). Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7). Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%

b. Sistem persarafan
1). Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
2). Cepatnya menurun hubungan persarafan
3). Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
4). Mengecilnya saraf panca indera
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf
pencium, dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5). Kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem pendengaran
1). Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50%
terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
2). Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3). Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
4). Pendengaran bertambahnya menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/ stres.

d. Sistem penglihatan
1). Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2). Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3). Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4). Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
5). Hilangnya daya akomodasi.
6). Menurunnya lapangan padang : berkurang luas pandangannya.
7). Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e. Sistem kardiovaskuler
1). Elastisitas, dinding aorta menurun.
2). Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3). Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya kontraksi dan
volumenya.
4). Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
5). Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal ±
90 mmHg.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang memperngaruhinya. Yang sering ditemui, antara lain
1). Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat
metabolisme yang menurun.
2). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

g. Sistem respirasi
1). Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2). Menurunnya aktivitas dari silia.
3). Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun.
4). Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5). O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6). CO2 pada arteri tidak berganti.
7). Kemampuan untuk batuk berkurang.
8). Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.

h. Sistem gastrointestinal
1). Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang bias
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2). Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensifitas dari saraf pengecap di
lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensifitas dari saraf
pengecapan tentang rasa asin, asam, dan pahit.
3). Esophagus melebar.
4). Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5). Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6). Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
i. Sistem reproduksi
1). Menciut ovary dan uterus
2). Atrofi payudara
3). Pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
4). Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik), yaitu :
a). Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
c). Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
5). Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan –
perubahan warna.

j. Sistem genitourinaria
1). Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh, melalui urin,
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1), BUN (Blood
Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.

2). Vesika urinaria (kandung kemih)


a). Otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin.
b). Atrofi vulva
c). Vagina
Orang – orang yang makin menua sexual intercourse masih juga
membutuhkan, tidak ada batasan umum tertentu fungsi seksual
seseorang berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung menurun
secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan
menikmati berjalan terus sampai tua.

k. Sistem endokrin
1). Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2). Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3). Pituitari :
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4). Menurunnya akitifitas tiroid, menurunnya BMR = Basal Metabolic Rate,
dan menurunnya daya pertukaran zat.
5). Menurunnya produksi aldosteron.
6). Menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya : progesterone, esterogen,
dan testosteron.

l. Sistem kulit
1). Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2). Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel epidermis).
3). Menurunnya respon terhadap trauma.
4). Mekanisme proteksi kulit menurun.
a. Produksi serum menurun.
b. Penurunan produksi VTD.
c. Gangguan pigmentasi kulit.
5). Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6). Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7). Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
8). Pertumbuhan kuku lebih lambat.
9). Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
10). Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
11). Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
12). Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.

a. Sistem muskuloskeletal
1). Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2). Kifosis
3). Pinggang, lutut dan jari- jari pergelangan terbatas.
4). Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5). Persendian membesar dan menjadi kaku.
6). Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
7). Atrofi serabut otot (otot- otot serabut mengecil) :
Serabut – serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot- otot kram dan menjadi tremor.
8). Otot – otot polos tidak begitu berpengaruh.

Perubahan – perubahan mental


Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental
a. Pertama – tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan (hereditas).
e. Lingkungan.

Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain
seperti penyakit- penyakit.

Kenangan (memory)
a. Kenangan jangka panjang :
Berjam – jam sampai berhari – hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika 0-
10 menit, kenangan buruk.
I.Q (Intellgentia Quantion)
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor : terjadi
perubahan pada daya membahayangkan karena tekanan – tekanan dari faktor
waktu.
Perubahan – perubahan psikologis
a. Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan.
Bila seseorang pension (Purna Tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,
antara lain :
1). Kehilangan financial (income berkurang)
2). Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya).
3). Kehilangan teman/ kenalan atau relasi.
4). Kehilangan pekerjaan/ kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).


c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation). Meningkatnya
biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

G. Dampak kemunduran dan reaksi – reaksi yang terjadi. Kemunduran – kemunduran


yang telah disebutkan itu mempunyai dampak terhadap tingkah laku dan terhadap
perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jelas jika berbicara tentang menjadi tua,
kemunduranlah yang akan paling banyak dikemukakan tetapi di samping berbagai
macam kemunduran, ada sesuatu yang dapat dikatakan justru meningkat dalam proses
menua, yang dapat dikatakan justru meningkat dalam proses menua, yaitu :

Kondisi Usia dewasa Usia lanjut

Emosi Tidak terlalu stress Emosi lebih sensitive.


Stres/ kecemasan

Fisik Kulit kencang, tampilan Kecantikan dan


menarik. ketampanan mulai
Cantik dan tampan menghilang.
Kehilangan daya tarik.

Seks Masa klimakterium. Perubahan keseimbangan


Perasaan daya tarik dalam hormonal sehingga
seks. kurangnya dorongan seks.
Wanita terjadi menopause.
Laki- laki hormon
testoteron menurun.

Gejala – gejala yang sering timbul pada masa menopause meliputi :


1. Gangguan pada haid : haid menjadi tidak teratur, kadang – kadang terjadi
perdarahan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
2. Gelombang rasa panas (hot flush): kadang – kadang timbul rasa panas pada muka,
leher, dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang banyak.
Perasaan panas ini berlangsung beberapa detik saja, namun bisa berlangsung
sampai 30 menit – 1 jam.
3. Gejala – gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat
marah, mudah tersinggung, gugup, dan mental yang kurang mantap. Bila wanita
pada mudanya mempunyai kecenderungan mudah dipengaruhi keadaan
emosionalnya maka ia akan lebih mengalami gangguan psikologik pada masa ini.
4. Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium. Tetapi
tidak semua rasa lelah dapat diartikan sebagai tanda menopause. Sebaiknya dicari
sebab- sebab lainnya.
5. Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.
6. Rasa gatal – gatal pada genitalia disebabkan kulit yang menjadi kering dan
keriput.
7. Sakit – sakit bisa dirasakan seluruh badan atau pada bagian tubuh tertentu.
8. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya:
karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan penglihatan atau bisa juga
adanya stres mental.
9. Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik
maupun psikis.
10. Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual, yang hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormonal maupun pengaruh psikis. Gejala – gejala kejiwaan yang
timbul sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Keluhan yang sering
timbul adalah adanya rasa takut, tegang, gelisah, lekas marah, mudah gugup,
sukar berkonsentrasi, lekas lupa dan susah tidur.
Adanya wanita yang mengalami menopause menafsirkan sebagai kehilangan
fungsinya sebagai wanita, karena ia tidak bisa hamil dan mendapatkan anak lagi.
Di lain pihak ada yang menafsirkannya sebagai akan terhentinya kehidupan
seksualnya hal ini adalah keliru sekali. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa
kegiatan seksual itu kurang pantas dilakukan bagi mereka yang sudah tua,
meskipun dorongan kea rah itu masih ada. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
kerisauan menghadapi masa tua seringkali juga menyangkut kehidupan seksual.
11. Berubahnya libido (nafsu seks)

Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya gejala- gejala atau keluhan – keluhan
tersebut, antara lain :
1. Penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi hormonal.
2. Sosiobudaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan social ekonomi yang
mempengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan.
3. Faktor psikologis yang tergantung dari perilaku wanita tersebut.

Pada klimakterium ini hendaklah wanita memeriksakan dirinya secara teratur,


walaupun tidak ada keluhan - keluhan. Hal ini penting untuk mengetahui adanya
kelainan yang mungkin terjadi pada usia empat puluhan, khususnya
keganasan.ANGKUMAN

1. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai


aspek dalam proses penuaan, seperti aspek kesehatan, psikologis, sosial ekonomi,
perilaku, lingkungan, dan lain- lain (S. Tamher, 2009).

2. Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan- lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantanides, 1994).

3. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :


a. Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi : Hereditas (keturunan/ genetik),


Nutrisi/ makanan, Status kesehatan, Pengalaman hidup, Lingkungan, Stress
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang konsep dasar keperawatan gerontik, bahaslah
bersama kelompok soal di bawah yang berhubungan dengan pengertian keperawatan
gerontik, klasifikasi usia gerontik, perubahan- perubahan yang terjadi pada sistem tubuh
lansia dan dampak yang terjadi pada proses penuaan. Kemudian diskusikan dengan kelompok
belajar Anda untuk pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Daftar Pustaka

Fatimah. ( 2010 ). Merawat manusia lanjut usia : suatu pendekatan proses keperawatan

gerontik. Jakarta : TIM

Maryam. RS, dkk. ( 2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho. W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC

Tamher, dkk. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Watson. R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai