PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada unit ini anda akan mempelajari tentang konsep dasar keperawatan gerontik, selanjutnya
materi yang akan disajikan dalam bab ini adalah tentang pengertian dari gerontologi, geriatri,
dan keperawatan gerontik, teori proses penuaan, batasan usia lanjut, faktor yang
mempengaruhi proses penuaan, mitos – mitos usia lanjut dan kenyataannya, perubahan –
perubahan yang terjadi pada usia lanjut, dampak kemunduran dan reaksi yang terjadi pada
usia lanjut.
Pada bab ini berisikan beberapa konsep tentang gerontik sehingga anda sebagai mahasiswa
dapat memahami perubahan yang terjadi pada lansia secara fisik, mental dan sistem tubuh
secara rinci dan menyeluruh sehingga anda lebih mudah mempelajarinya.
B. Tujuan
Setelah saudara mempelajari materi di bab ini, bab ini akan membekali anda sebagai
mahasiswa dengan wawasan ilmu keperawatan lansia atau gerontik. Hal ini disampaikan agar
saudara dapat menjadi perawat pemula yang profesional dalam melakukan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan pada lansia dengan baik dan sesuai standar keperawatan
yang berlaku.
Untuk mencapai seluruh materi yang tersaji dalam bab ini, diharapkan anda dapat :
BAHAN BACA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gerontologi berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti usia dan logos berarti
ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah – masalah yang terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990)
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap
berbagai aspek dalam proses penuaan, seperti aspek kesehatan, psikologis, sosial
ekonomi, perilaku, lingkungan, dan lain- lain (S. Tamher, 2009). Keperawatan
gerontik atau keperawatan gerontologik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang
menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni
dalam merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif
(Kushariyadi, 2010).
Menurut siti Badriah (2009), keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan
professional yang berdasarkan ilmu dan kiat/ teknik keperawatan yang berbentuk bio-
psiko-sosial- spiritual dan cultural yang holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia
baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Sedangkan geriatri berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan
eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran
berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black
& Jacob, 1997). Menurut S. Tamher (2009), geriatri merupakan salah satu cabang dari
gerontology dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut,
baik yang ditinjau dari segi promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang
mencangkup kesehatan badani, jiwa dan social, serta penyakit cacat.
B. Proses menua
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan- lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantanides, 1994). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Teori – teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikososial.
1. Teori biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktural, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan –
perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molecular dan seluler dalam sistem
organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
a. Teori genetik
Teori sebab- akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi
oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan oleh pembentukkan gen
dan dampak lingkungan pada pembentukan.
kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan adalah suatu proses yang
secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk
mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang
hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetik terdiri
dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik, dan teori glikogen.
c. Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan
mereka terhadap organism asing mengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker adan
infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi system imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Seiring dengan bertambahnyan
usia berat dan ukuran kelenjar timus menurun, seperti halnya kemampuan
tubuh untuk mendeferensiasi sel T. Karena hilangnya proses diferensiasi
sel T, tubuh salah mengenali sel yan tua dan tidak beraturan sebagai benda
asing dan menyerangnya. Selain itu tubuh kehilangan kemampuan untuk
meningkatkan responnya terhadap se lasing, terutama bila menghadapi
infeksi.
d. Teori neuroendokrin
Teori – teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal- hal seperti yang
terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel. Salah
satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,
memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan
tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterprestasikan sebagai
tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan.
2. Teori psikososiologis
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis.
a. Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun- tahun akhir kehidupan. Teori kepribadian menyebutkan aspek – aspek
pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik
lansia. Jung (1994), mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian
orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.
(Stanley, 2006).
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda – beda, umumnya berkisar
antara 60 – 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai
berikut :
2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi menjadi :
a. Masa bayi (usia 0-1 tahun)
b. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
c. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
d. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
e. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)
f. Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, terdapat Didalam
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia pada Bab
1 Pasal 1 Ayat 2.
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan :
Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolism sehingga rawan terhadap penyakit. Tetapi banyak penyakit yang
masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandangan sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan :
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan,
dan produktifitas mental dan material.
b. Sistem persarafan
1). Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
2). Cepatnya menurun hubungan persarafan
3). Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
4). Mengecilnya saraf panca indera
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf
pencium, dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5). Kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem pendengaran
1). Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50%
terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
2). Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3). Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
4). Pendengaran bertambahnya menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/ stres.
d. Sistem penglihatan
1). Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2). Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3). Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4). Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
5). Hilangnya daya akomodasi.
6). Menurunnya lapangan padang : berkurang luas pandangannya.
7). Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
e. Sistem kardiovaskuler
1). Elastisitas, dinding aorta menurun.
2). Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3). Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya kontraksi dan
volumenya.
4). Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
5). Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal ±
90 mmHg.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang memperngaruhinya. Yang sering ditemui, antara lain
1). Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat
metabolisme yang menurun.
2). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
g. Sistem respirasi
1). Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2). Menurunnya aktivitas dari silia.
3). Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun.
4). Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5). O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6). CO2 pada arteri tidak berganti.
7). Kemampuan untuk batuk berkurang.
8). Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
h. Sistem gastrointestinal
1). Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang bias
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2). Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensifitas dari saraf pengecap di
lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensifitas dari saraf
pengecapan tentang rasa asin, asam, dan pahit.
3). Esophagus melebar.
4). Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5). Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6). Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
i. Sistem reproduksi
1). Menciut ovary dan uterus
2). Atrofi payudara
3). Pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
4). Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik), yaitu :
a). Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
c). Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
5). Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan –
perubahan warna.
j. Sistem genitourinaria
1). Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh, melalui urin,
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1), BUN (Blood
Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
k. Sistem endokrin
1). Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2). Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3). Pituitari :
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4). Menurunnya akitifitas tiroid, menurunnya BMR = Basal Metabolic Rate,
dan menurunnya daya pertukaran zat.
5). Menurunnya produksi aldosteron.
6). Menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya : progesterone, esterogen,
dan testosteron.
l. Sistem kulit
1). Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2). Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel epidermis).
3). Menurunnya respon terhadap trauma.
4). Mekanisme proteksi kulit menurun.
a. Produksi serum menurun.
b. Penurunan produksi VTD.
c. Gangguan pigmentasi kulit.
5). Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6). Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7). Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
8). Pertumbuhan kuku lebih lambat.
9). Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
10). Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
11). Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
12). Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
a. Sistem muskuloskeletal
1). Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2). Kifosis
3). Pinggang, lutut dan jari- jari pergelangan terbatas.
4). Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5). Persendian membesar dan menjadi kaku.
6). Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
7). Atrofi serabut otot (otot- otot serabut mengecil) :
Serabut – serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot- otot kram dan menjadi tremor.
8). Otot – otot polos tidak begitu berpengaruh.
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain
seperti penyakit- penyakit.
Kenangan (memory)
a. Kenangan jangka panjang :
Berjam – jam sampai berhari – hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika 0-
10 menit, kenangan buruk.
I.Q (Intellgentia Quantion)
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor : terjadi
perubahan pada daya membahayangkan karena tekanan – tekanan dari faktor
waktu.
Perubahan – perubahan psikologis
a. Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan.
Bila seseorang pension (Purna Tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,
antara lain :
1). Kehilangan financial (income berkurang)
2). Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya).
3). Kehilangan teman/ kenalan atau relasi.
4). Kehilangan pekerjaan/ kegiatan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya gejala- gejala atau keluhan – keluhan
tersebut, antara lain :
1. Penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi hormonal.
2. Sosiobudaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan social ekonomi yang
mempengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan.
3. Faktor psikologis yang tergantung dari perilaku wanita tersebut.
Fatimah. ( 2010 ). Merawat manusia lanjut usia : suatu pendekatan proses keperawatan
Maryam. RS, dkk. ( 2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Tamher, dkk. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika