Anda di halaman 1dari 25

PERAN PERAWAT GERONTIK SESUAI TINGKAT PENCEGAHAN PADA LANSIA

Menurut Stanley & Beare (2007), ada tiga peran perawat gerontik dalam pencegahan

lansia, yaitu: pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. 1 Pencegahan
primer yaitu meningkatkan kesehatan melalui kontak di klinik dan di rumah, memberikan informasi
sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan, membuat klien dan keluarga sadar akan pilihan dan
sumber sumber yang ada, melibatkan klien dan keluarga sadar akan pilihan dan sumber-sumber
yang ada, melibatkan klien dalam perkumpulan di masyarakat, dan mengajarkan klien untuk
bertanggung jawab atas dirinya dalam kesehatan.

Pencegahan sekunder yaitu melaporkan penemuan kasus dan melakukan 2 pendekatan untuk
merujuk, mengkaji respon terhadap sakit dan kesesuainnya dengan terapi, memberikan informasi
tentang obat-obatan dan terapi, memberikan nasihat kepada klien dan anggota keluarga serta
mengidentifikasi adanya ancaman penyakit.

3. Pencegahan tersier, yaitu memulai dengan strategi rehabilitasi selama fase aktif,
mempertahankan komunikasi dengan jaringan kemasyarakatan, membantu dengan pelayanan
tindak lanjut/follow up, memberikan program konsultasi dan pendidikan sebagai tanggung jawabnya
terhadap perawatan pada lansia, serta memberikan dukungan legislasi dan kebijaksanaan yang
dapat memberi dampak terhadap lansia

B. PROSES PENUAAN

Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur seseorang. Manusia mengalami
perubahan sesuai dengan bertambahnya umur tersebut. Semakin bertambah umur semakin
berkurang fungsi-fungsi organ tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi
organ antara manusia yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun yaitu berat
otak pada lansia 56%, aliran darah ke otak 80%, cardiac output 70%, jumlah glomerulus 56%,
glomerular filtration rate 69%, vital capacity 56%, asupan o selama olahraga 40%, jumlah dari axon
pada saraf spinal 63%, kecepatan pengantar inpuls saraf 90% dan berat badan 88%. Banyak faktor
yang memengaruhi proses penuaan tersebut, sehingga munculah teori-teori yang menjelaskan
mengenai faktor penyebab proses penuaan ini. Di antara teori yang terkenal adalah Teori Telomere
dan teori radikal bebas yang dikemukakan oleh J.M. McCord dan L. Fridovich dan Denham Harman
(1956)

Adapun faktor yang memengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas dua bagian. Pertama,
faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap
stres, dan pertahanan terhadap antioksidan. Kedua, faktor lingkungan yang meliputi pemasukan
kalori, berbagai macam penyakit, dan stres dari luar, misalnya radiasi atau

bahan-bahan kimia. Kedua faktor tersebut akan memengaruhi aktivitas metabolisme sel

yang akan menyebabkan terjadinya stres oksidasi sehingga terjadi kerusakan pada sel yang
menyebabkan terjadinya proses penuaan.

C. TEORI PROSES MENUA (AGING PROCESS)

Ada beberapa teori tentang penuaan sebagaimana dikemukakan oleh Maryam, dkk. (2008), yaitu
teori biologi, teori psikolog, tepri kultural, teori sosial, teori genetika, teori rusaknya sistem imun
tubuh, teori menua akibat metabolisme, dan teori kejiwaan sosial. Berdasarkan pengetahuan yang
berkembang dalam pembahasan tentang teori proses menjadi tua (menua) yang hingga saat ini
dianut oleh gerontologis, maka dalam tingatan kompetensinya, perawat perlu mengembangkan
konsep dan teori keperawatan sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori proses
menjadi tua (menua) tersebut. Postulat yang selama ini diyakini oleh para ilmuwan perlu
diimplikasikan dalam tataran nyata praktik keperawatan, sehingga praktik keperawatan benar-benar
mampu memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.

Perkembangan ilmu keperawatan perlu diikuti pula dengan pengembangan praktik keperawatan
yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat. Secara umum, implikasi/ praktik keperawatan yang dapat dikembangkan
dengan proses menua dapat didasarkan pada teori menua menurut/secara biologis, psikologis, dan
sosial. Berikut adalah uraian bentuk-bentuk implikasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada
individu yang mengalami proses penuaan, dengan didasarkan pada teori yang mendasari proses
menua itu sendiri. Implikasi keperawatan yang diberikan didasarkan atas asumsi bahwa tindakan
keperawatan yang diberikan lebih ditekankan pada upaya untuk memodifikasi faktor-faktor yang
secara teoritis dianggap dapat mempercepat proses penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk
menunjukkan teori menua adalah senescence. Menurut Comfort (1970), senescence diartikan
sebagai perubahan perilaku sesuai usia akibat penurunan kekuatan dan kemampuan adaptasi.

1. Teori Biologis

Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal.
Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang
bersifat patologis. Sebagaimana dikemukakan oleh Zairt (1980). bahwa Teori Biologis dalam proses
menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi
tingkat struktural sel/ organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen patologis. Menurut
Hayflick (1977), fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat
proses penurunan fungsi organisme yang dalam konteks sistemik, dapat memengaruhi/ memberi
dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia
kronologis.

Teori Biologis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Teori Stokastik/Stochastic Theories dan Teori
Nonstokastik/NonStochastic Theories. a. Teori Stokastik/Stochastic Theories

Teori ini mengatakan bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak atau
random dan akumulasi setiap waktu. Termasuk teori menua dalam lingkup proses menua biologis
dan bagian dari Teori Stokastik/Stochastic Theories adalah Teori Kesalahan (Error Theory). Teori
Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory). Teori Pakai dan Usang (Wear & Tear Theory). Teori
Imunitas (Immunity Theory). Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory), dan Teori Ikatan Silang (Cross
Linkoge Theory).

1) Teori Kesalahan (Error Theory)

Error Theory atou teori kesalahan dikemukakan oleh Goldteris dan Brocklehurst (1989) dalam
Darmojo dan Martono (1999) dan Kane (1994) dalam Tamher S. dan Noorkasiani (2009), yaitu
didasarkan pada gagasan manakala kesalahan dapat terjadi dalam rekaman sintesis DNA. Kesalahan
ini diabadikan dan secepatnya didorong ke arah sistem yang tidak berfungsi di tingkatan yang
optimal. Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan memengaruhi suatu sel dan akan
terjadi penuaan yang berakibat pada kematian. Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh,
maka terjadi beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi
pembangun/pembentuk sel baru. Peningkatan usia memengaruhi perubahan sel di mana sel-sel
nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA

Konsep yang diajukan oleh Orgel (1963), menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses
menua adalah akibat kesalahan pada saat transkripsi sel pada saat sintesis protein, yang berdampak
pada penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit
terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena reproduksi
dari enzim dan rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan substansi secara tepat.
Menurut Sonneborn (1979), kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel berikutnya
juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi yang akhirnya dapat mengubah komposisi
yang berbeda dari sel awal. 2) Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)

Theori ini dikemukakan oleh Haiflick (1987) dalam Darmojo dan Martono (1999). Dalam teori ini,
protein mengalami metabolisme tidak normal sehingga banyak produksi sampah dalam sel dan
kinerja jaringan tidak dapat efektif dan efisien. Menurut Hayflick dan Moorehead (1961) dalam
Lueckenote (1996) bahwa set sel mengalami perubahan kemampuan reproduksi sesuai dengan
bertambahnya usia. Selain pendapat di atas, menurut Stanley. Pye, McGregor (1996) dalam
Lueckenote (1996), dikenal juga istilah Jam Biologis Manusia yang diperkirakan antara 110-120
tahun. Jam Biologis Manusia diasumsikan sebagai waktu dimana sel-sel tubuh manusia masih dapat
berfungsi secara produktif untuk menunjang fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa
perubahan kondisi fisik pada manusia dipengruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan
fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia tertentu.

3) Teori Pakai dan Usang (Wear and Tear Theory)

Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup manakala sel-sel tersebut
digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan
bahwa kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan
lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri.

Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses praprogram, yaitu proses yang terjadi
akibat akumulasi stres dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai "Proses fisiologis yang
ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan
lingkungan (Matesson, Mc.Connell, 1988).

4) Teori Imunitas (Immunity Theory)

Dalam teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem imun.
Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit-T, di samping perubahan juga terjadi pada
Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua untuk: (a) menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor
dan perkembangan kanker, (b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan
secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap patogen, (c) meningkatkan produksi
autoantigen yang berdampak pada semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.

5) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Christiansen dan Grzybowsky (1993), yang menyatakan bahwa penuaan
disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah
produk metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini
mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah
bentuk dan sifatnya. Molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
memengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organ sel lainnya. Proses metabolisme
oksigen menurut Hayflick (1987), diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar (secara
spesifik, oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas.
Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas. Teori radikal bebas mengasumsikan
bahwa proses menua terjadi akibat kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi
oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Harman D. (1956), menyatakan bahwa secara
normal radikal bebas ada pada setiap individu dan dapat digunakan untuk memprediksi umur
kronologis individu. Radikal bebas di sini adalah molekul yang memilki tingkat afinitas yang tinggi,
merupakan molekul, fragmen molekul, atau atom dengan elektron yang bebas tidak berpasangan.
Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah satu hasil kerja
metabolisme tubuh. Walaupun secara normal la terbentuk dari proses metabolisme tubuh, tetapi ia
dapat terbentuk akibat: (1) proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon, dan
pestisida; (2) reaksi akibat paparan dengan radiasi; (3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas
lainnya,

Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu
menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel dan menghambat proses reproduksi sel. Hal lain
yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah bahwa radikal bebas yang ada dalam
tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripis DNA - RNA pada genetik walaupun ia tidak
mengandung DNA. Dalam sistem syaraf dan jaringan otot, di mana radikal bebas memiliki tingkat
afinitas yang relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ ditemukan substansi yang disebut juga
dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia kronologis seseorang.

Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan
terakumulasi dalam jaringan orang-orang tua. Kesehatan kulit berangsur-angsur menurun akibat
suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian jaringan
kulit itu sendiri. Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat kerja
radikal bebas (sebagai antioksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan jaringan kulit.
Rockestein dan Sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat Hidroksitoluent dapat memiliki efek
antioksidan ketika diberikan kepada

tikus.

6) Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Oen (1993), yang dikutip dari Darmojo dan Martono (1999). Teori ini
mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin sehingga perlu adanya perawatan. Penuaan
merupakan hasil dari penggunaan

1. Bjorksten (1942), menekankan pada postulat bahwa proses menua terjadi sebagai akibat adanya
ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular
dari sel berikatan secara bersama sama membentuk reaksi kimia. Termasuk di dalamnya adalah
kolagen yang merupakan rantai molekul yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan
terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama
dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini adalah peningkatan
densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transpor nutrient serta untuk membuang produk-
produk sisa metabolisme dari sel. Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen
seperti alumunium, seng, dan magnesium.

b. Teori Nonstokastik/Non Stochastic Theories


Teori ini dikemukakan oleh John Wiley & Sons dalam Ross (1996). Dalam teori ini dikatakan bahwa
proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu (Christiansen dan Grzybowsky, 1993).
Termasuk teori menua dalam lingkup proses menua biologis dan bagian dari Teori Nonstokastik/Non
Stochastic Theories adalah Programmed Theory dan Immunity Theory

1) Programmed Theory, dikemukakan oleh Baratawidjaya K.G. (1993). Teori ini mengemukakan
bahwa pembelahan sel dibatasi oleh waktu sehingga suatu saat tidak dapat regenerasi kembali.

2) Immunity Theory, dikemukakan oleh Adler W.H. (1990). Teori ini mengemukakan bahwa mutasi
yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatik menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen permukaan sel. Hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh mengalami
perubahan dan dapat dianggap sebagai sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Di lain pihak, daya pertahanan sistem imun tubuh sendiri mengalami penurunan pada
proses penuaan dan daya serangay

terhadap sel kanker mengalami penurunan c. Teori Biologis Menurut Horan M.

Horan M. (1997), mengemukakan bahwa Teori Biologis meliputi Teori Genetik Clock Teori Mutasi
Somatik (Teori Error Catastrophe). Teori Autoimun, Teori Radikal Bebas, dan Teori Stres.

1) Teori Genetik Clock, menyatakan bahwa menua telah terprogram secara

genetik untuk spesies- species tertentu. Dalam nukleusnya (inti selnya), tiap spesies mempunyai
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi, menurut konsep ini bila jam kita
berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit
akhir yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan
mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi.

2) Teori Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe). Sebagaimana dikemukakan oleh Suhana (1994)
dan Constantinides (1994), menurut teori ini faktor yang menyebabkan mutasi somatik adalah
lingkungan. Sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur.
Sebaliknya, menghindarinya dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini, terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel
tersebut. Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis Error
Cotastrope
3) Teori Autoimun. Teori ini dikemukakan oleh Goldstein (1989), yang menyatakan bahwa dalam
proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit/mati.

4) Teori Radikal Bebas. Teori ini dikemukan oleh Harman Denham (1956). Dalam teori radikal bebas,
bahwa zat-zat tertentu dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan
oksigenasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat beregenerasi.

5) Teori Stress. Sebagaimana dikemukakan oleh Jos Masdani (2002), dalam teori ini menua terjadi
akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

2 Teori Psikologi (Psychologic Theories Aging) Teori ini dikembangkan oleh Birren and Jenner (1977).
Teoriini menjelaskan bagaimana

seseorang merespons pada tugas perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan
terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua. Teori Psikologi terdiri dari Teori Hierarki
Kebutuhan Manusia Maslow (Maslow's Hierarchy of Human Needs), Teori Individualism Jung (lung's
Theory of Individualism), Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson (Erikson's Eight Stages of
Life), dan Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi (Selective Optimization with Compensation).

a. Teori hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow/Maslow's Hierarchy of Human

Needs (1960). Dalam teori hierarki menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima
tingkatan dari mulai yang terendah, yaitu kebutuhan biologis/ fisiologi/sex, rasa aman, kasih sayang,
harga diri, sampai pada yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi
kebutuhan tersebut dari mulai

tingkat yang paling rendah menuju ke tingkat yang paling tinggi. Menurut Maslow, semakin tua usia
individu maka individu tersebut akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah
mencapai aktualisasi diri maka individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan
dengan semua sifat yang ada di dalamnya, yaitu otonomi, kreatif, mandiri, dan hubungan
interpersonal yang positif,

b. Teori Individualisme Jung (Jung's Theory of Individualism). Teori ini dikemukakan oleh Carl Gustaf
Jung (2009). Menurut Carl Gustaf Jung, sifat dasar manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan
introver. Individu yang telah mencapai lansia akan cenderung introver. Dia lebih suka menyendiri
seperti bernostalgia tentang masa lalunya. Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan
antara sisi introvernya dengan sisi ekstrovernya, namun lebih condong ke arah introver. Meski dem
ikian, dia tidak selalu hanya senang dengan dunianya sendiri, tetapi juga terkadang dia ekstrover
juga.

Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson (Erikson's Eight Stages of Life). sebagaimana
dikemukakan oleh Erik Erikson (1950). Menurut Erikson, tugas perkembangan terakhir yang harus
dicapai individu adalah ego integrity vs disapear. Jika individu tersebut sukses mencapai tugas ini
maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana (menerima dirinya apa adanya,
merasa hidup penuh arti, menjadi manusia yang bertanggung jawab, dan kehidupannya berhasil).
Namun, jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini, dia akan hidup penuh dengan keputusasaan
(lansia takut mati, penyesalan diri. merasakan kegetiran, dan merasa terlambat untuk memperbaiki
diri). Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi (Selective Optimization with Compensation). Teori lain
sebagaimana dikemukakan oleh Hadi Martono (1991) yaitu Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi
(Selective Optimization with Compensation). Menurut teori ini, kompensasi terhadap penurunan
tubuh ada 3 elemen, yaitu: seleksi, optimalisasi, dan kompendasi. Seleksi yaitu adanya penurunan
fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau harus ada peningkatan pembatasan
terhadap aktivitas sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud optimalisasi adalah lansia tetap
mengoptimalkan kemampuan yang masih dia punya guna meningkatkan kehidupannya. Kemudian
kompensasi adalah aktivitas aktivitas yang sudah tidak dapat dijalankan karena proses penuaan
diganti dengan aktivitas aktivitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat bagi lansia.

3 Teori Kultural

Teori ini dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992). Ahli antropologi menjelaskan bahwa
tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang dianut oleh seseorang. Dipercayai
bahwa kaum tua tidak dapat mengabaikan sosial budaya mereka. Jika hal ini benar maka status tua
dalam perbedaan sosial dapat dijelaskan oleh sejarah kepercayaan dan tradisi. Blakemore dan
Boneham (1992) yang melakukan penelitian pada kelompok tua di Asia dan Afro - Caribbean
menjelaskan bahwa kaum tua merupakan komunitas yang minoritas yang dapat menjamin keutuhan
etnik, ras, dan budaya. Sedangkan Salmon (2000), menjelaskan tentang konsep "Double Jeopardy
yang digunakan untuk karakteristik pada penuaan. Penelitian umum pada kelompok Afrika - Amerika
dan Mexican American menunjukkan bahwa jika budaya membantu menjelaskan karakteristik
penuaan, maka hal ini merupakan tuntutan untuk dapat digunakan dalam pemeriksaan lebih lanjut.

Budaya adalah sikap, perasaan, nilai, dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah atau yang
dianut oleh sekelompok orang kaum tua, yang merupakan kelompok minoritas yang memiliki
kekuatan atau pengaruh pada nilai budaya. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa
budaya yang dimiliki seseorang sejak lahir akan tetap dipertahankan sampai tua. Bahkan
memengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk mengikuti budaya tersebut sehingga tercipta
kelestarian budaya.

4 Teori Sosial
Teori ini dikemukakan oleh Lemon (1972). Teori Sosial meliputi Teori Aktivitas, Teori Pembebasan,
dan Teori Kesinambungan. Teori Aktivitas menyatakan lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial. Sedangkan Teori Pembebasan (Disengagement Teori)
menerangkan bahwa dengan berubahnya usia seseorang, secara berangsur-angsur orang tersebut
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda, yaitu
kehilangan peran, hambatan kontrol sosial, dan berkurangnya komitmen. Selanjutnya, Teori
Kesinambungan yaitu teori yang mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok Teori Kesinambungan adalah lansia tak disarankan
melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, tetapi didasarkan pada pengalamannya di
masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan. Peran lansia yang hilang tak
perlu diganti dan lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

5. Teori Genetika

Teori Genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965). Dalam teori ini, proses penuaan kelihatannya
mempunyai komponen genetik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang
sama cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama,
tanpa mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan dan penyakit. Mekanisme penuaan yang jelas
secara genetik belumlah jelas, tetapi hal penting yang harus menjadi catatan bahwa lamanya hidup
kelihatannya diturunkan melalui garis wanita dan seluruh mitokondria mamalia berasal dari telur
dan tidak ada satupun dipindahkan melalui spermatozoa. Pengalaman kultur sel sugestif bahwa
beberapa gen yang memengaruhi penuaan terdapat pada kromosom 1, tetapi bagaimana cara
mereka mempengaruhi penuaan masih belum jelas.

Di samping itu, terdapat juga "eksperimen alami yang baik di mana beberapa manusia dengan
kondisi genetik yang jarang (progerias), seperti sindroma Werner, menunjukkan penuaan yang
prematur dan meninggal akibat penyakit usia lanjut, seperti ateroma derajat berat pada usianya
yang masih belasan tahun atau permulaan remaja. Serupa dengan itu, pada penderita Sindroma
Down pada umumnya proses penuaan lebih cepat dibandingkan dengan populasi lain. Di samping
itu, fibroblasnya mampu membelah dalam jumlah lebih sedikit dalam kultur dibandingkan dengan
kontrol pada kebanyakan orang dengan umur sama. Akan tetapi, hal ini masih sangat jauh dari bukti
akhir bahwa penuaan merupakan kondisi genetik. Hal ini hanya menunjukkan kepada kita bahwa
beberapa bentuk penuaan dipengaruhi oleh mekanisme genetik.

6 Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Teori ini dikembangkan oleh Hayflick (1965) yang menyataan bahwa mutasi yang terjadi secara
berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang (self
recognition), menurun mengakibatkan kelainan pada sel, dan dianggap sel asing sehingga
dihancurkan. Perubahan inilah yang disebut terjadinya peristiwa autoimun.
7. Teori Menua Akibat Metabolisme

Teori ini dikemukakan oleh Hadi Martono (2006). Pada zaman dulu, pendapat tentang usia adalah
botak, mudah bingung. pendengaran sangat menurun atau disebut "budeg", menjadi bungkuk, dan
sering dijumpai kesulitan dalam menahan buang air kecil (beser atau inkontinensia urin).

8. Teori Kejiwaan Sosial

Teori ini dikembangkan oleh Boedhi-Darmojo (2010). Meliputi Activity Theory, Continuity Theory,
dan Disengagement Theory. Activity Theory menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan
pada cara hidup lansia dan mempertahankan hubungan antarsistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lansia,

Continuity Theory menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimilikinya. Sedangkan Disengagement Theory menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur dia mulai melepaskan diri dari pergaulan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sering terjadi kehilangan
ganda (triple loss), yaitu kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of
contacts and relationships), dan berkurangnya komitmen (recude commitment of social mores and
values).

2. Teori Psikososial

a. Activity Theory (Teori Aktivitas)

Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan ak tif dalam kehidupan sosial
untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas
dalam teori ini dipan dang sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa kepuasan pribadi
dan koisie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa: (1) Aktif lebih baik daripada pasif
(2) Gembira lebih baik daripada tidak gembira (3) Orang tua merupakan adalah orang yang baik
untuk men capal sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira. Penuaan
mengakibatkan penurunan jurnlah kegiatan secara langsung.

b. Continuitas Theory (Teori Kontinuitas) Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi
yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang
meningkatkan stres

c. Disanggement Theory

Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.

d. Teori Stratisfikasi Usla

Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.

e. Teori Kebutuhan Manusia Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak

semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.

f. Jung Theory

Teradapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan

kehidupan.

g. Course of Human Life Theory

Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.

h. Derlopment Task Theory

Tiap tingkat kehidupan mempunyaI tugas perkembangan semi dengan usianya.

3. Environmental Theory (Teori Lingkungan)

a. Radiation Theory (Teori Radiast)


Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar ultraviolet maupun dalam
bentuk gelombang gelombang kero yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat
mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak dan mati.

b. Stress Theory (Teori Stres)

Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran neurotransmiter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi Jaringan menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan oksigen dan
mengalami gangguan metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel dan
penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksisitas membran sel.

c. Pollution Theory (Teori Polusi)

Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami gang guan pada sistem
psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan perjalanan
yang masih rumit untuk di pelajari.

d. Exposure Theory (Teori Pemaparan)

Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain mampu
mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa terjadi.

A. MASALAH ATAU RISIKO TINGGI YANG SERING TERJADI PADA LANJUT USIA

1. Mudah Jatuh

Bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnyapun akan perlahan-lahan
tetapi pasti menurun. Akibatnya aktivitas hidupriya akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan
dapat mengurangi kesigapan seseorang.

Secara umum menjadi tua atau menua (ageing process), ditandai oleh

kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala yang


menetap antara lain:

a. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai timbul keriput serta yang menetap

b. Rambut kepala mulai memutih atau beruban

c. Gigi mulai lepas (ompong).

d. Penglihatan dan mudah jatuh.

e. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

Disamping itu, kemunduran kemampuan kognitif sbb: a. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik.

b. Ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada hal-hal yang

baru saja terjadi.

c. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan personal.

d. Sulit menerima ide-ide baru.

Jatuh seingkali dialami oleh para lanjut usia dan penyebabnya bisa multi faktor. Baik faktor intrinsik
(dari dalam lanjut usia), misalnya: gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, faktor ekstrin sik, misalnya: Lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-
benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang dan sebagainya.

Untuk lebih dapat memahami faktor risiko jatuh, harus dimengerti betul bah wa stabilitas badan itu
ditentukan atau dibentuk oleh:

a. Sistem Sensorik

Pada sistem Ini yang berperan di dalamnya adalah penglihatan (visus) dan pendengaran
b. Sistem Saraf Pusat (SSP)

Penyakit SSP seperti stroke dan perkinson hidrosefalus tekanan normal, sering diderta oleh lanjut
usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak terhadap input sensorik
(Tinneti, 1992).

c. Kognitif

Pada beberapa penelitian, dimensia danosti dengan meningkatnya

risiko tinggi

d. Muskuloskeletal

Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan lgat) dan ini berhubungan dengan
proses menua yang fistclogis, misalnya

1) Kekakuan Jaringan penghubUng. 2) Berlarangnya massa otot.

3) Pertamabat konduksi saraf.

4) Penurunan visus/lapang pandang. Hal-hal tersebut menyebabkan:

1) Penurunan Range of Motion (ROM) sendi 2) Penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas.

3) Perpanjangan waktu rekreasi.

4) Penurunan visus/lapang pandang

Secara singkat faktor risiko jatuh pada lanjut usia itu dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu:

a. Faktor Intrinsik (faktor dari dalam tubuh) antara lain: 1) Ganggguan jantung dan sirkulasi darah,
misalnya: sinkop dan hiper
tensi 2) Gangguan anggota gerak misalnya kelemahan otot ekstremitas

bawah dan kekakuan, arthritis lutut.

3) Gangguan sistem persarafan misalnya neuropati perifer, vertigo.

4) Gangguan penglihatan misalnya Infeksi telinga. 5) Gangguan penglihatan, misalnya gangguan


adaptasi gelap.

6) Pengaruh obat-obatan yang dipakal, misalrıya: Diazepam,

Antidepresi, dan Antihipertensi. 7) Penyakit-penyakit sistemik.

b. Faktor Ekstrinsik (lingkungan), antara lain: 1) Cahaya ruangan yang kurang terang.

2) Lantai yang licin. 3) Tersandung benda benda

4) Alas kurang pas.

5) Tall sepatu.

6) Kursi roda yang tak terkunci.

7) Turun tangga

Komplikasi yang sering terjadi akibat jatuh adalah:

a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit, berupa robek atau ter tariknya jaringan otot,
robeknya arteri atau vena.

b. Patah tulang
c. Hematoma

d. Disabilitas/kecacatan.

e. Meninggal

2. Mudah Lelah

Disebabkan oleh:

a. Faktor psikologis (perasaan bosan keletihan, atau perasaan depresi).

b. Gangguan organis, misalnya: Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia),
gangguan pencernaan, kelainan metabo lisme.

c. Pengaruh obat-obatan, misalnya: Obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya
kerja otot.

3. Ketakutan Mental Akut

Disebabkan oleh:

a. Keracunan.

b. Penyakit infeksi dengan demam tinggi.

C. Alkohol.

d. Penyakit metabolisme.

e. Dehidrasi atau kekurangan cairan


f. Gangguan fungsi otak.

g Gangguan fungsi hati atau radang fungsi hati.

h. Radang selaput otak (meningitis).

4. Nyeri Dada

Disebabkan oleh:

a. Penyakit Jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah
ke jantung).

b. Aneurisme aorta.

c Radang selaput jantung (perikarditis).

d. Gangguan sistem alat pernafasan, misalnya: pneumonia, emboli paru.

e. Gangguan sistem pencernaan bagian atas.

5. Sesak Nafas Waktu Melakukan Kerja Fisik

Disebabkan oleh

a. Kelemahan jantung.

b. Gangguan sistem saluran nafas.

c. Karena berat badan berlebihan (Ouer Weight),

d. Anemia
6. Berdebar debar

Disebabkan oleh:

a Gangguan irama jantung.

b. Keadaan umur badan yang lemah karena penyakit kronis.

c. Faktor psikologis.

7. Pembengkakan Kaki Bagian Bawah

Disebabkan oleh:

a. Kaki yang lama digantung (edema gravitasi).

b. Gagal jantung. c. Bendungan pada vena bagian bawah.

d. Kekurangan vitamin B,

e. Gangguan penyakit hati.

f. Penyakit ginjal.

g. Kelumpuhan pada kaki (kaki tidak aktif).

8. Nyeri Pinggang atau Punggung

Disebabkan oleh:
a. Ganggguan sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang,

b. Gangguan pankreas.

c. Kelainan ginjal (batu ginjal),

d. Gangguan pada rahim.

e. Gangguan pada kelenjar prostat,

f. Gangguan pada otot badan

9. Nyeri Pada Sendi Panggul

Disebabkan oleh:

a Ganggguan sendi panggul misalnya: radang sendi (arthritis) dan sendi tulang yang kropos
(osteoporosis).

b. kelainan tulang-tulang sendi, misalnya: patah tulang (fraktur) dan dislokasi

c. Akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang terjepit.

10. Berat Badan Menurun

a. Pada umurnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah

hidup atau kelesuan

b. Adanya penyakit kronis.

c. Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan


terganggu

d. Faktor-faktor sosial ekonomis (pensiun).

11. Sukar Menahan Buang Air Kecil

Disebabkan oleh

a. Obat-obatan yang mengakibatkan sering berkemih.

b. Radang kandung kemih.

c. Radang saluran kemih.

d. Kelainan kontrol pada kandung kemih.

e Kelainan persarapan pada kandung kemih.

f. Faktor psikologis.

12. Sukar Menahan Buang Air Besar

Disebabkan oleh:

a. Obat-obatan pencahar perut.

b. Keadaan diare.

C. Kelainan pada usus rectum.


13. Gangguan Pada Ketajaman Penglihatan

Disebabkan oleh:

a. Presbiopi.

b. Kelainan lensa mata (refleks lenda mata kurang).

c. Kekeruhan pada lensa (katarak).

d. Tekanan dalam mata yang meninggi (gloukoma).

e. Radang saraf mata,

14. Gangguan Pada Pendengaran

Disebabkan oleh:

a Kelainan degeneratif.

b. Ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan

mental

15. Gangguan Tidur

Disebabkan oleh:

a. Faktor Ekstrinsik (luar), misalnya: lingkungan yang kurang tenang.


b. Faktor Intrinsik, ini bisa organik dan psikogenik:

1) Organik misalnya: nyeri, gatal-gatal, dan penyakit tertentu. 2) Psikogenik, misalnya: depresi
kecemasan dan iritabilitas

16. Keluhan Pusing-Pusing

Disebabkan oleh

a. Gangguan lokal, misalnya; vaskuler.

b. Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemia (kadar gual dalam

darah yang tinggi).

c. Psikologik, perasaan cemas.

17.Keluhan Perasaan Dingin-Dingin dan Kesemutan Pada Anggota

Badan

Disebabkan oleh:

a. Gangguan sirkulasi darah lokal.

b. Gangguan persarafan umum (ganggguan pada kontrol). c. Gangguan pada persarafan lokal pada
bagian anggota badan.

18. Mudah Gatal

Disebabkan oleh:
a. Kelainan kulit

b. Penyakit sistemik: Diabetes Mellitus.

Gangguan Ketajaman Penglihatan

Gangguan ini dapat disebabkan oleh:

1. Presbiopi.

2 Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang). 3 Kekeruhan pada lensa (katarak).

4. Iris mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang

dan mengalami depigmentasi, tampak ada bercak berwarna muda sampai putih

5. Pupil konstriksi, refleks direk lemah

6. Tekanan dalam mata (intra-okuler) meninggi, lapang pandang

menyempit, yang sering disebut dengan glaukoma.

7 Retina terjadi degenerasi, gambaran fundus mata awalnya merah

jingga cemerlang menjadi suram dan jalur-jalur berpigmen,

terkesan seperti kulit harimau

8. Radang saraf mata.

Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang menyertai proses menua.
Gangguan pendengaran yang utama adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut usia, bersifat
simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat (Mills, 1985). Ada beberapa tipe presbiakusis,
yakni:
1. Presbiakusis sensorik. Patologinya berkaitan erat dengan hilang nya sel rambut di membrana
basalis koklea sehingga terjadi hilang pendengaran frekuensi nada tinggi. Penurunan fungsi
pendengaran biasanya pada usia pertengahan dan berlangsung terus secara perlahan progresif.

2. Presbiakusis neural. Patologi berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah
kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa gangguan
frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata, adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan
gangguan pusat pendengaran)

3. Presbiakusis metabolik (strial). Patologi yang terjadi adalah abnormalitas vaskularis strial berupa
atrofi daerah apikal dan tengah dari koklea. Presbiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang
lebih muda.

4. Presbiakusis mekanik (konduktif koklear). Pada presbiakusis jenis ini, diduga diakibatkan oleh
terjadinya perubahan mekanis pada membrana basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara
audiogram, ditandai dengan penurunan progresif sensitivitas di seluruh daerah tes. Dapat
disebabkan:

a. Kelainan degeneratif (otosklerosis)

b. Ketulian pada lanjut usia sering kali dapat menyebabkan

kekacauan mental c. Tinitus (bising yang bersifat mendengung,

bisa bernada

tinggi/rendah) d. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang berputar)

Gangguan Tidur

53

Irwin Feinberg mengungkapkan bahwa sejak meninggalkan masa remaja, kebutuhan tidur seseorang
menjadi relatif tetap. Lace dan Segal mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor
terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Keluhan kualitas tidur seiring dengan
bertambahnya usia.
Pada kelompok lanjut usia (enam puluh tahun), hanya ditemukan 7% kasus yang mengeluh
mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam sehari). Hal yang sama
ditemukan pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih
banyak mengeluh terbangun lebih awal dari pukul 05.00. Selain itu, terdapat 30% kelompok usia 70
tahun yang banyak terbangun malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan
dengan kelompok usia 20 tahun.

Gangguan tidur tidak saja menunjukkan indikasi adanya ke lainan jiwa yang dini, tetapi merupakan
keluhan hampir 30% penderita yang berobat ke dokter. Dapat disebabkan oleh: 1. Faktor ekstrinsik
(luar), misalnya lingkungan yang kurang

tenang

2. Faktor intrinsik, baik organik maupun psikogenik. Organik berupa nyeri, gatal, kram betis, sakit
gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia), dan penyakit tertentu yang membuat gelisah. Psikogenik,
misalnya depresi, kecemasan, stres, iritabilitas, dan marah yang tidak tersalurkan

Mudah Gatal

Hal ini sering disebabkan oleh

1. Kelainan kulit kering, degeneratif (ekzema kulit). 2. Penyakit sistemik (diabetes melitus, gagal
ginjal, penyakit hati (hepatitis kronis), alergi, dan lain-lain).

KEKACAUAN MENTAL AKUT

Kekacauan mental akut dapat disebabkan oleh keracunan, pe nyakit infeksi dengan demam tinggi,
konsumsi alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi atau kekurangan cairan, gangguan fungsi otak,
gangguan fungsi hati, atau radang selaput otak (meningitis).

Anda mungkin juga menyukai