Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan
yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia
dan kematian (Christofalo dalam Stanley). Perubahan yang terjadi di dalam tubuh
dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan mulai
dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis mencoba
menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi pada manusia
mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu serta meliputi
faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap organisme dan
kematian atau perubahan seluler.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penuaan dari sudut pandang teori biologis?


2. Bagaimana aspek biologis yang terdapat pada usia lanjut?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami teori
proses penuaan khususnya pada teori biologisnya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secaraa khusus, tujuan dari penyusunan makalah ini, yakni:

1. Mengetahui proses terjadinya penuaan,

2. Mengetahui dan memahami proses penuaan dari sudut pandang teori biologis,

3. Mengetahui dan memahami aspek-aspek biologis pada usia lanjut,

1.4 Manfaat

1. Bagi penulis

Dengan adanya penyusunan makalah ini, penulis dapat manambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai hormon pada
organ reproduksi wanita, khususnya mekanisme kerjanya.

1
2. Bagi pembaca

Adanya penyusunan makalah ini, supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi
pembaca.Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan untuk menambah atau
memahami tentang hormon pada organ reproduksi wanita, khususnya mekanisme
kerjanya.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Biologis

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup
(Zairt, 1980 dalam Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini lebih menekankan pada perubahan
kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen
patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat
proses penurunan fungsi organisme yang dalam korteks sistemik dapat
memengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang
sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Hayflick, 1977 dalam Khalid Mujahidullah,
2012).

2
Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua biologis antara
lain, sebagai berikut:

1. Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)

Hayflick dan Moorrehead (1961) menyatakan bahwa sel-sel mengalami perubahan


kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia (Lueeckenote, 1996). Selain
diatas, dikenal juga istilah “Jam Biologis Manusia” diasumsikan sebagai waktu dimana sel-
sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara produktif untuk menunjang fungsi
kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik pada manusia
dipengaruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan fungsional sel organ yang menurun
sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia tertentu.

2. Teori kesalahan (Error Theory)

Adanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada sel
pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangunan/pembentuk sel baru.
Peningkatan usia memengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar
tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA. Konsep yang diajukan oleh
ORGEL (1963) menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses menua adalah
akibat kesalahan pada saat transkrip sel pada saat sintesa protein, yang berdampak pada
penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit
terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena
reproduksi dari enzim dan rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan
substansi secara tepat. Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel
berikutnya juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi yang akhirnya dapat
mengubah komposisi yang berbeda dari sel awal (Sonneborn,1979).

3. Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory )

Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup mana kala sel-sel tersebut
digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalakn oleh Weisman (1891). Hayflick
menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena
dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara
mandiri. Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses pra-program yaitu
proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap
sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari
organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan.” (Matesson ,Mc.Connell,1988).

4. Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory)

Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kekurangefektifan
fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam

3
tubuh. Secara normal radikal bebas ada pada setiap individu dan dapat digunakan untuk
memprediksi umur kronologis individu. Disebut sebagai radikal bebas disini adalah molekul
yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi, merupakan molekul, fragmen molekul atau atom
dengan elektron yang bebas tidak berpasangan. Radikal bebas merupakan zat yang
terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah satu hasil kerja metabolisme tubuh.
Walaupun secara normal ia terbentuk akibat;

a. Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan,ozon dan pestisida.


b. Reaksi akibat paparan dengan radiasi
c. Sebagai reaksi beranti dengan molekul bebas lainnya.

Radikal bebas yang reaktif mampu termasuk merusak sel, termasuk mitokondria, yang
akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat proses
reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah
bahwa radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripsi
DNA-RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA. Dalam sistem saraf dan
jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat afinitas yang relatif tinggi dibanding
lainnya, terdapat/ditemukan substansi yang disebut juga dengan Lipofusin, yang dapat
digunakan juga untuk mengukur usia kronologis seseorang. Lipofusin yang merupakan
pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan terakumulasi dalam jaringan-
jaringan orang tua. Kesalahan kulit brangsur-angsur menurun akibat suplai oksigen dan
nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit itu
sendiri.

Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat kerja
radikal bebas (sebagai anti oksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit. Rockkestein dan sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat Hidroksitoluent
dapat memiliki efek anti oksidan ketika diberikan kepada tikus.

5. Teori Imunitas (Immunity Theory)

Ke”tua”an disebabakan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan itu lebih
tampak secara nyata pada Limposit-T, di samping perubahan juga terjadi pada Limposit-B.
Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua untuk:

a. Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker


b. Menurukan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan agresif
memobillisasi pertahanan tubuh terhadap patogen
c. Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin mening
berdampak pada semakin meningkatnyyaa resiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.

4
6. Teori Ikatan Silang (Cross Lingkage Theory)

Dikenalakan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada postulat bahwa proses
menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini
menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekuler dari sel berikatan secara bersama-
sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang relatif panjang
yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru, maka jaringan
tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang
kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan
penurunan kapasitas untuk transpot nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa
metabolisme dari sel.

Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti Alumunium,
Seng, dan Magnesium. Dari konsep diatas, maka implikasi keperawatan yang dapat
diterapkan antara lain:

a. Dalam hubungan dengan orang yang sudah tua, perlu bagi perawat untuk
memperhatikan teori proses menua.
b. Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari perilaku
kehidupan normal yang tidak perlu dipatasi secara berlebihan, tetapi lebih
cenderung untuk memodifikasi perilaku sebagai akibat perubahn fisik dari menula
itu sendiri. Perilaku hidup sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik tetap
dalam batas normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.
c. Pola hidup sehat yang dilakukan dapat memengaruhi perubahan-perubahan dasar
biologis dari proses menua itu sendiri. Konsumsi makanan yang sehat, cukup gizi
dan menhindari faktor-faktor resiko pencetus stres fisik dan pembentuk radikal
bebas merupakan salah satu upaya untuk menurangi proses menua secara
biologis.
d. Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan pemenuhan
kebutuhan seimbang mampu memberikan kontribusi yang positifdalam peningkatn
performen individu itu sendiri.
e. Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan yang tinggi
merupakan langkah yang bisa ditempuh untuk menghindari cepatnya proses
menua secara biologis.
f. Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan
pasien akan sarana dari prasarana yang menunjang pencapaian kebutuhan hidup
serta meningkatkan kualitas hidup melalui pengadaan alat-alat aktivitas yang
memadai, mengurangi resiko stres fisik berlebih serta terindar dari polusi.

Sedangkan dalam buku “Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi, Buku 2”
Wahit Iqbal Mubarok, dkk., membagi teori biologi menjadi 9 teori kecil, yakni:

5
1. Teori Genetik Clock
2. Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
3. Teori Autoimun (Auto Immune Theory)
4. Teori radikal Bebas
5. Pemakaian dan Rusak
6. Teori Virus yang Perlahan-lahan Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh
(Immunology Slow Virus Theory)
7. Teori Stres
8. Teori Rantai Silang
9. Teori Program.

2.4 Aspek Biologis pada Proses Penuaan

Proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya angka kematian usia khusus
merupakan ciri umum pada mamalia, burung, reptil, dan kebanyakan hewan tak bertulang
belakang (Comford, 1979 dan Vinch, 1990). Dengan angka kematian usia khusus
dimaksudkan untuk mengukur angka kematian pada selang usia tertentu dengan ciri atau
karakteristik serupa. Misalnya bayi, balita, dewasa muda, dewasa tua, lansia, dan jompo.
(S. Tamher & Noorkasiani, 2011)

Sehingga terdapat beberapa aspek biologis yang memengaruhi terjadinya proses


penuaan. Aspek biologis pada proses penuaan terbagi menjadi dua bagian, yakni:

1. Proses Penuaan pada Tingkat Sel

Sebagaimana layaknya manusia yang bertumbuh semakin lama semakin tua, pada
dasarnya sel juga bertumbuh semakin lama semakin tua dan pada akhirnya sel-sel tua itu
mengalami kematian sel. Kematian tersebut bergantung pada masing-masing jenis sel
yang membentuk jaringan tubuh.

Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah melewati masa dewasa, sel-sel jaringan
tubuh mulai menua. Pada masa dewasa sel-sel mencapai maturitas (kematangan).
Sebagai contoh, sel saraf tidak bereproduksi lagi. Pada masa ini bila seseorang
mengalami cedera atau penyakit tertentu yang berakibat pada kematian sel saraf itu, maka
selnya sendiri tidak akan tergantikan lagi. Fungsinya akan diambil-alih oleh sel-sel lain
yang tertinggal. Akibat pekerjaan ekstra itu, maka sel-sel yang bersangkutan akan
mengalami proses penuaan yang lebih cepat lagi. Kemudian dengan berlanjutnya usia,
organ tubuh kehilangan sebagian kemampuannya untuk dapat berfungsi secara optimal.
Sehingga secara keseluruhan fungsi tubuh semakin berkurang saja.

2. Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh

6
Proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase kehidupan setiap individu
dapat dibagi ke dalam 3 fase menurut tingkat kecepatan perlangsungannya, yaitu:

a. Fase progresif (tumbuh kembang cepat),

b. Fase stabil (tumbuah kembang stasioner),

c. Fase regresif (kemundurang tumbuh kembang).

Dalam fase ketiga (fase kemunduran), secara mikro berlangsung kemunduran biologis
dan fungsional, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan secara makro, yang
meliputi perubahan pada kulit, sistem indra, sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem perkemihan dna reproduksi, serta sistem neurologis.

Perubahan-perubahan Fisik yang Terjadi pada Usia Lanjut

1. Sel
Jumlah berkurang

Ukuran membesar

Cairan tubuh menurun

Cairan intraseluler menurun

2. Kardiovaskular
Katup jantung menebal

Kemampua memompa darah menurun

Elastisitas pembuluh darah menurun

Meningkatnya resistensi pembukuh darah perifer

7
Tekanan darah meningkat

Penyakit yang mungkin muncul


- Jantungbkoroner
- Gagal jantung
- Kaediomegali
- Hipertensi

3. Respirasi
Otot-otot pernafasan menurun

Elastisitas paru menurun

Kapasitas residu meningkat

Alveoli melebar dan jumlah nya menurun

Penyakit yang mungkin muncul


- Asma
- Pneumonia
- TB

4. Persarafan
Saraf panca indra mengecil

Berkurangnya lapisan myelin akson

Berkurangnya remons motoric

Penyakit yang mungkin muncul


- Parkinson

5. Musculoskeletal
Cairan tulang menurun

Tulang mengalami kerapuhan

Persendian membesar

8
Tendon mengerut

Penyakit yang mungkin muncul


- Osteoporosis
- skkerosis

6. Gastrointestinal

Esophagus melebar

Asam lambung menurun

Peristaltic menurun

7. Genitourinaria
Ginjal mengecil

Aliran darah ke ginjal menurun

Penyaringan glomerulus menurun

Fungsi tubuh menurun

Kemampuan mengonsentrasi urin ikut menurun

8. Vesika urinaria
Otot-otot melemah

Kapasitas menurun

Retensi urine

Hipertropi prostat

9. Pendengaran
Membrane timpani atropi

9
Tulang pendengaran mengalami kekakuan

Kemampuan gelombang menangkap suara menurun

Penyakit yang mungkin muncul


- Tuli
-

10. Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun

Adaptasi 0

Penyakit yang mungkin muncul


- Rabun
- Katarak

BAB III
PERAN PERAWAT TERHADAP PERUBAHAN BIOLOGIS
PROSES PENUAAN

Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang


dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya.

Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :

a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih
mampu melakukan sendiri.

b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit.

Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya

10
penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian.

Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.

Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan
gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan tempat tidur
serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi
atau sebaliknya.

Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu
para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan
menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu
berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan
menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.

Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995)
ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :

GIZI

a. Pengamatan

D = disease

E = eating poorly

T = tooth loss

E = economic hardship

R = reduced social contact

M = Multiple medicine

I = involuntary weight loss and gains

N = need assistance in self care

E = elder years

b. Pendidikan gizi dan konseling diet

c. Prinsip gizi yang harus diikuri oleh lansia :

a) Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun

11
b) Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
c) Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
d) Hidrat arang, gula murni dikurangi
e) Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat,
kalsium dan Fe

OLAHRAGA

Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi komponan
sebagai berikut:

1. Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit

2. Latihan initi 15 – 60 menit

3. Pendinginan 10 – 15 menit

Faktor yang diperhatikan :

1. Intensitas latihan pra usia lanjut 60 % - 80 % DNM

DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit

Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 – 40 = 180 x / mnt

Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt

Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt

12
2. Frekuensi latihan 3 – 5 x seminggu

11. Lamanya latihan 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu pemanasan dan


pendinginan.

Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk itu
kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar pada
beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang
berlebihan dan sebagainya.

Seorang perawat harus dapat memotifasi para klien lansia agar mau dan menerima
makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan
hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan
makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan
bergizi, makanan yang serasi, serta suasana yang menyenangkan dapat menambah
selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet
yang dianjurkan.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien lansia yang
diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila terdapat kelainan
tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ).

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji penyebab


keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara pemecahannya.

Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan sabar dan
ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah
obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dan sebagainya.
Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti bagi mereka

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit
degenararif (Constantinides, 1994 dalamR. Siti Maryam, dkk: 2012).

Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap
pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai
menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga
fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya
disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.

Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur/tua. Pada usia lansia ini
biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh
proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun

14
fisik-biologis. Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti
sistem organ dalam, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan
sistem saraf yang tidak dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan, terutama sel
otak yang berkurang 10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal yang tidak bisa
membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel. Berkurangnya jumlah sel saraf (neuron) dan
kematian sel secara terus-menerus menyebabkan seseorang menjadi demensia (Khalid
Mujahidullah, 2012).

1. Proses Penuaan pada Tingkat Sel

Sebagaimana layaknya manusia yang bertumbuh semakin lama semakin tua, pada
dasarnya sel juga bertumbuh semakin lama semakin tua dan pada akhirnya sel-sel tua itu
mengalami kematian sel. Kematian tersebut bergantung pada masing-masing jenis sel
yang membentuk jaringan tubuh.

Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah melewati masa dewasa, sel-sel jaringan
tubuh mulai menua. Pada masa dewasa sel-sel mencapai maturitas (kematangan).
Sebagai contoh, sel saraf tidak bereproduksi lagi. Pada masa ini bila seseorang
mengalami cedera atau penyakit tertentu yang berakibat pada kematian sel saraf itu, maka
selnya sendiri tidak akan tergantikan lagi. Fungsinya akan diambil-alih oleh sel-sel lain
yang tertinggal. Akibat pekerjaan ekstra itu, maka sel-sel yang bersangkutan akan
mengalami proses penuaan yang lebih cepat lagi. Kemudian dengan berlanjutnya usia,
organ tubuh kehilangan sebagian kemampuannya untuk dapat berfungsi secara optimal.
Sehingga secara keseluruhan fungsi tubuh semakin berkurang saja.

2. Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh

Proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase kehidupan setiap individu
dapat dibagi ke dalam 3 fase menurut tingkat kecepatan perlangsungannya, yaitu:

a. Fase progresif (tumbuh kembang cepat),

b. Fase stabil (tumbuah kembang stasioner),

c. Fase regresif (kemundurang tumbuh kembang).

Dalam fase ketiga (fase kemunduran), secara mikro berlangsung kemunduran biologis
dan fungsional, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan secara makro, yang
meliputi perubahan pada kulit, sistem indra, sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem perkemihan dna reproduksi, serta sistem neurologis.

Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya

15
penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian.

Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.

Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan
gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur
serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi
atau sebaliknya.

Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu
para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan
menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu
berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan
menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari ulasan yang diperoleh pada Bab 2 Tinjauan Teori dan Bab 3 Peranan perawat pada
proses penuaan; Biologis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap pertumbuhan manusia
mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai menyusutnya tubuh
yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga
akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai masalah atau
gangguan pada kesehatan.

Terdapat berbagai teori mengenai proses penuaan, salah satunya teori biologi yang
terbagi menjadi 6 teori kecil, yakni: Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory),
Teori kesalahan (Error Theory), Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory ), Teory
Radikal Bebas (Free Radical Theory), Teori Imunitas (Immunity Theory), dan Teori Ikatan
Silang (Cross Lingkage Theory). Kemudian pada usia lanjut juga terdapat aspek
biologisnya yang terbagi dalam dua garis besar yakni Proses Penuaan pada Tingkat Sel
dan Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh.

5.2 Saran

16
Begitu banyak teori mengenai proses penuaan yang semuanya perlu untuk digali lebih
dalam lagi, khususnya bagi praktisi kesehatan ataupun mahasiswa kesehatan agar
menambah wawasan dalam melakukan praktik sebagai praktisi kesehatan. Dan didalam
makalah ini hanya dibahas mengenai satu teori besar mengenai proses penuaan yakni
teori biologis. Sehingga akan labih baik jika diperluas dengan mempelajari teori proses
penuaan yang lainnya agar lebih memahami bagaimana proses penuaan dalam beberapa
sudut pandang teori.

DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R. Siti, dkk. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Mubarak, Iqbal Wahit, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi,
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik: Merawat Lansia dengan Cinta dan
Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tamher, S., dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai