Anda di halaman 1dari 10

1.

Teori Biologis
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai
meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh
faktor luar yang bersifat patologis. Sebagaimana dikemukakan oleh Zairt (1980), bahwa Teori
Biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih
menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/ organ tubuh, termasuk di
dalamnya adalah pengaruh agen patologis. Menurut Hayflick (1977), fokus dari teori ini
adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan fungsi
organisme yang dalam konteks sistemik, dapat memengaruhi memberi dampak terhadap
organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis.

Teori Biologis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Teori Stokastik/Stochastic Theories dan
Teori Nonstokastik/NonStochastic Theories.

a. Teori Stokastik/Stochastic Theories

Teori ini mengatakan bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak
atau random dan akumulasi setiap waktu. Termasuk teori menua dalam lingkup proses
menua biologis dan bagian dari Teori Stokastik/Stochastic Theories adalah Teori Kesalahan
(Error Theory), Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory), Teori Pakai dan Usang
(Wear & Tear Theory), Teori Imunitas (Immunity Theory), Teori Radikal Bebas (Free Radical
Theory), dan Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory).

1) Teori Kesalahan (Error Theory)

Error Theory atau teori kesalahan dikemukakan oleh Goldteris dan Brocklehurst (1989)
dalam Darmojo dan Martono (1999) dan Kane (1994) dalam Tamher S. dan Noorkasiani
(2009), yaitu didasarkan pada gagasan manakala kesalahan dapat terjadi dalam rekaman
sintesis DNA. Kesalahan ini diabadikan dan secepatnya didorong ke arah sistem yang tidak
berfungsi di tingkatan yang optimal. Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan
memengaruhi suatu sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian. Sejalan
dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada sel
pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangun/pembentuk sel baru.
Peningkatan usia memengaruhi perubahan sel di mana sel-sel nukleus menjadi lebih besar
tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA. Konsep yang diajukan oleh
Orgel (1963), menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses menua adalah akibat
kesalahan pada saat transkripsi sel pada saat sintesis protein, yang berdampak pada
penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit
terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena
reproduksi dari enzim dan rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan
substansi secara tepat. Menurut Sonneborn (1979), kondisi ini akhirnya mengakibatkan
proses transkripsi sel berikutnya juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi yang
akhirnya dapat mengubah komposisi yang berbeda dari sel awal.

2) Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)


Theori ini dikemukakan oleh Haiflick (1987) dalam Darmojo dan Martono (1999). Dalam teori
ini, protein mengalami metabolisme tidak normal sehingga banyak produksi sampah dalam
sel dan kinerja jaringan tidak dapat efektif dan efisien... Menurut Hayflick dan Moorehead
(1961) dalam Lueckenote (1996) bahwa sel sel mengalami perubahan kemampuan
reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia. Selain pendapat di atas, menurut Stanley, Pye,
McGregor (1996) dalam Lueckenote (1996), dikenal juga istilah Jam Biologis Manusia yang
diperkirakan antara 110-120 tahun. Jam Biologis Manusia diasumsikan sebagai waktu
dimana sel-sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara produktif untuk menunjang
fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik pada manusia
dipengruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan fungsional sel organ yang menurun
sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia tertentu.

3) Teori Pakai dan Usang (Wear and Tear Theory) Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel
tetap ada sepanjang hidup manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori
ini dikenalkan oleh Weisman (1891) Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat
dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat
meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri.. Teori ini memandang bahwa proses
menua merupakan proses praprogram,yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stres dan
injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai "Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah
penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan
(Matesson, Mc. Connell, 1988)

4) Teori Imunitas (Immunity Theory) Dalam teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh
adanya penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada
Limposit-T, di samping perubahan juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi
meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada
orang tua untuk: (a) menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan
perkembangan kanker, (b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan
secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap patogen, (c) meningkatkan produksi
autoantigen, yang berdampak pada semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.

5) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory) Teori ini dikemukakan oleh Christiansen dan
Grzybowsky (1993), yang menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan
ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular
yang merupakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini mempunyai muatan
ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan
sifatnya. Molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
memengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organ sel lainnya. Proses
metabolisme oksigen menurut Hayflick (1987), diperkirakan menjadi sumber radikal bebas
terbesar (secara spesifik, oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh
menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal
radikal bebas. Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat
kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal
bebas dalam tubuh. Harman D. (1956), menyatakan bahwa secara normal radikal bebas ada
pada setiap individu dan dapat digunakan untuk memprediksi umur kronologis individu.
Radikal bebas di sini adalah molekul yang memilki tingkat afinitas yang tinggi, merupakan
molekul, fragmen molekul, atau atom dengan elektron yang bebas tidak berpasangan.
Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah satu hasil
kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal la terbentuk dari proses metabolisme
tubuh, tetapi ia dapat terbentuk akibat: (1) proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh
polutan, ozon, dan pestisida; (2) reaksi akibat paparan dengan radiasi; (3) sebagai reaksi
berantai dengan molekul bebas lainnya.

Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk mitokondria, yang akhirnya
mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel dan menghambat proses
reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah bahwa
radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripis DNA RNA
pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA. Dalam sistem syaraf dan jaringan otot, di
mana radikal bebas memiliki tingkat afinitas yang relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/
ditemukan substansi yang disebut juga dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk
mengukur usia kronologis seseorang.

Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan
terakumulasi dalam jaringan orang-orang tua. Kesehatan kulit berangsur-angsur menurun
akibat suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya dapat mengakibatkan
kematian jaringan kulit itu sendiri. Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya
dapat menghambat kerja radikal bebas (sebagai antioksidan) yang memungkinkan
menyebabkan kerusakan jaringan kulit. Rockestein dan Sussman (1979) menyatakan bahwa
Butilat Hidroksitoluent dapat memiliki efek antioksidan ketika diberikan kepada tikus.

6) Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory) Teori ini dikemukakan oleh Oen (1993), yang
dikutip dari Darmojo dan Martono (1999). Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan
seperti mesin sehingga perlu adanya perawatan. Penuaan merupakan hasil dari penggunaan.
J. Bjorksten (1942), menekankan pada postulat bahwa proses menua terjadi sebagai akibat
adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal,
struktur molekular dari sel berikatan secara bersama sama membentuk reaksi kimia.
Termasuk di dalamnya adalah kolagen yang merupakan rantai molekul yang relatif panjang
yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut
akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil
akhir dari proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan
kapasitas untuk transpor nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa metabolisme
dari sel. Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti
alumunium, seng, dan magnesium.

b. Teori Nonstokastik/Non Stochastic Theories Teori ini dikemukakan oleh John Wiley & Sons dalam
Ross (1996). Dalam teori ini dikatakan bahwa proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu
(Christiansen dan Grzybowsky, 1993). Termasuk teori menua dalam lingkup proses menua biologis
dan bagian dari Teori Nonstokastik/Non Stochastic Theories adalah Programmed Theory dan
Immunity Theory.
1) Programmed Theory, dikemukakan oleh Baratawidjaya K.G. (1993). Teori ini
mengemukakan bahwa pembelahan sel dibatasi oleh waktu sehingga suatu saat tidak
dapat regenerasi kembali.
2) Immunity Theory, dikemukakan oleh Adler W.H. (1990). Teori ini mengemukakan bahwa
mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel. Hal ini dapat
menyebabkan sistem imun tubuh mengalami perubahan dan dapat dianggap sebagai sel
asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Di lain pihak, daya
pertahanan sistem imun tubuh sendiri mengalami penurunan pada proses penuaan dan
daya serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.

c. Teori Biologis Menurut Horan M. Horan M. (1997), mengemukakan bahwa Teori Biologis meliputi
Teori Genetik Clock, Teori Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe), Teori Autoimun, Teori Radikal
Bebas, dan Teori Stres.

1) Teori Genetik Clock, menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
species tertentu. Dalam nukleusnya (inti selnya), tiap spesies mempunyai suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi, menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.

2) Teori Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe). Sebagaimana dikemukakan oleh Suhana (1994)
dan Constantinides (1994), menurut teori ini faktor yang menyebabkan mutasi somatik adalah
lingkungan. Sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur.
Sebaliknya, menghindarinya dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini, terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel
tersebut. Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis Error
Catastrope. 3) Teori Autoimun. Teori ini dikemukakan oleh Goldstein (1989), yang menyatakan
bahwa dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit/mati.

4) Teori Radikal Bebas, Teori ini dikemukan oleh Harman Denham (1956). Dalam teori radikal bebas,
bahwa zat-zat tertentu dapat dibentuk di alam bebas.. Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan
oksigenasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat beregenerasi.
5) Teori Stress. Sebagaimana dikemukakan oleh Jos Masdani (2002), dalam teori ini menua terjadi
akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

2. Teori Psikologi (Psychologic Theories Aging)


Teoriini dikembangkan oleh Birren andJenner (1977). Teori ini menjelaskan bagaimana
seseorang merespons pada tugas perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan
seseorang akan terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua. Teori Psikologi terdiri
dari Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow (Maslow's Hierarchy of Human Needs), Teori
Individualism Jung (Jung's Theory of Individualism), Teori Delapan Tingkat Perkembangan
Erikson (Erikson's Eight Stages of Life), dan Optimalisasi Selektif dengan Perkembangan
Erikson (Erikson's Eight Stages of Life), dan Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi
(Selective Optimization with Compensation).

a. Teori hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow/Maslow's Hierarchy of Human Needs


(1960). Dalam teori hierarki menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima
tingkatan dari mulai yang terendah, yaitu kebutuhan biologis/ fisiologi/sex, rasa aman, kasih
sayang, harga diri, sampai pada yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan
memenuhi kebutuhan tersebut dari mulai tingkat yang paling rendah menuju ke tingkat yang
paling tinggi. Menurut Maslow, semakin tua usia individu maka individu tersebut akan mulai
berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah mencapai aktualisasi diri maka
individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada
di dalamnya, yaitu otonomi, kreatif, mandiri, dan hubungan interpersonal yang positif.

b. Teori Individualisme Jung (Jung's Theory of Individualism). Teori ini dikemukakan oleh Carl
Gustaf Jung (2009). Menurut Carl Gustaf Jung, sifat dasar manusia terbagi menjadi dua, yaitu
ekstrover dan introver. Individu yang telah mencapai lansia akan cenderung introver. Dia
lebih suka menyendiri seperti bernostalgia tentang masa lalunya. Menua yang sukses adalah
jika dia bisa menyeimbangkan antara sisi introvernya dengan sisi ekstrovernya, namun lebih
condong ke arah introver Meski demikian, dia tidak selalu hanya senang dengan dunianya
sendiri, tetapi juga terkadang dia ekstrover juga.

c. Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson (Erikson's Eight Stages of Life). sebagaimana
dikemukakan oleh Erik Erikson (1950). Menurut Erikson, tugas perkembangan terakhir yang
harus dicapai individu adalah ego integrity vs disapear. Jika individu tersebut sukses
mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana
(menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung
jawab, dan kehidupannya berhasil). Namun, jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini,
dia akan hidup penuh dengan keputusasaan (lansia takut mati, penyesalan diri, merasakan
kegetiran, dan merasa terlambat untuk memperbaiki diri).Optimalisasi Selektif dengan
Kompensasi (Selective Optimization with Compensation). Menurut teori ini, kompensasi
terhadap penurunan tubuh ada 3 elemen, yaitu: seleksi, optimalisasi, dan kompendasi.
Seleksi yaitu adanya penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau
harus ada peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari. Sedangkan yang
dimaksud optimalisasi adalah lansia tetap mengoptimalkan kemampuan yang masih dia
punya guna meningkatkan kehidupannya. Kemudian kompensasi adalah aktivitas-aktivitas
yang sudah tidak dapat dijalankan karena proses penuaan diganti dengan aktivitas-aktivitas
lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat bagi lansia.

3. Teori Kultural

Teori ini dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992). Ahli antropologi menjelaskan
bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang dianut oleh seseorang.
Dipercayai bahwa kaum tua tidak dapat mengabaikan sosial budaya mereka. Jika hal ini
benar maka status tua dalam perbedaan sosial dapat dijelaskan oleh sejarah kepercayaan
dan tradisi. Blakemore dan Boneham (1992) yang melakukan penelitian pada kelompok tua
di Asia dan Afro Caribbean menjelaskan bahwa kaum tua merupakan komunitas yang
minoritas yang dapat menjamin keutuhan etnik, ras, dan budaya. Sedangkan Salmon (2000),
menjelaskan tentang konsep "Double Jeoparoly yang digunakan untuk karakteristik pada
penuaan. Penelitian umum pada kelompok Afrika-Amerika dan Mexican American
menunjukkan bahwa jika budaya membantu menjelaskan karakteristik penuaan, maka hal
ini merupakan tuntutan untuk dapat digunakan dalam pemeriksaan lebih lanjut.

Budaya adalah sikap, perasaan, nilai, dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah
atau yang dianut oleh sekelompok orang kaum tua, yang merupakan kelompok minoritas
yang memiliki kekuatan atau pengaruh pada nilai budaya. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa budaya yang dimiliki seseorang sejak lahir akan tetap dipertahankan
sampai tua. Bahkan memengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk mengikuti budaya
tersebut sehingga tercipta kelestarian budaya.

4. Teori Sosial

Teori ini dikemukakan oleh Lemon (1972). Teori Sosial meliputi Teori Aktivitas, Teori
Pembebasan, dan Teori Kesinambungan. Teori Aktivitas menyatakan lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial. Sedangkan Teori
Pembebasan (Disengagement Teori) menerangkan bahwa dengan berubahnya usia
seseorang, secara berangsur-angsur orang tersebut mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif
maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda, yaitu kehilangan peran,
hambatan kontrol sosial, dan berkurangnya komitmen. Selanjutnya, Teori Kesinambungan
yaitu teori yang mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.
Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok Teori Kesinambungan adalah lansia tak
disarankan melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, tetapi didasarkan
pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti dan lansia dimungkinkan untuk
memilih berbagai cara adaptasi.

5. Teori Genetika

Teori Genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965). Dalam teori ini, proses penuaan
kelihatannya mempunyai komponen genetik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan bahwa
anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka
mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat
kecelakaan dan penyakit. Mekanisme penuaan yang jelas secara genetik belumlah jelas,
tetapi hal penting yang harus menjadi catatan bahwa lamanya hidup kelihatannya
diturunkan melalui garis wanita dan seluruh mitokondria mamalia berasal dari telur dan
tidak ada satupun dipindahkan melalui spermatozoa. Pengalaman kultur sel sugestif bahwa
beberapa gen yang memengaruhi penuaan terdapat pada kromosom 1, tetapi bagaimana
cara mereka mempengaruhi penuaan masih belum jelas.

Di samping itu, terdapat juga "eksperimen alami" yang baik di mana beberapa manusia
dengan kondisi genetik yang jarang (progerias), seperti sindroma Werner, menunjukkan
penuaan yang prematur dan meninggal akibat penyakit usia lanjut, seperti ateroma derajat
berat pada usianya yang masih belasan tahun atau permulaan remaja. Serupa dengan itu,
pada penderita Sindroma Down pada umumnya proses penuaan lebih cepat dibandingkan
dengan populasi lain. Di samping itu, fibroblasnya mampu membelah dalam jumlah lebih
sedikit dalam kultur dibandingkan dengan kontrol pada kebanyakan orang dengan umur
sama. Akan tetapi, hal ini masih sangat jauh dari bukti akhir bahwa penuaan merupakan
kondisi genetik. Hal ini hanya menunjukkan kepada kita bahwa beberapa bentuk penuaan
dipengaruhi oleh mekanisme genetik.

6. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh


Teori ini dikembangkan oleh Hayflick (1965) yang menyataan bahwa mutasi yang terjadi
secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya
berkurang (self recognition), menurun mengakibatkan kelainan pada sel, dan dianggap sel
asing sehingga dihancurkan. Perubahan inilah yang disebut terjadinya peristiwa autoimun.

7. Teori Menua Akibat Metabolisme


Teori ini dikemukakan oleh Hadi Martono (2006). Pada zaman dulu, pendapat tentang lanjut
usia adalah botak, mudah bingung, pendengaran sangat menurun atau disebut "budeg",
menjadi bungkuk, dan sering dijumpai kesulitan dalam menahan buang air kecil (beser atau
inkontinensia urin).

8. Teori Kejiwaan Sosial

Teori ini dikembangkan oleh Boedhi-Darmojo (2010). Meliputi Activity Theory, Continuity
Theory, dan Disengagement Theory. Activity Theory menyatakan bahwa lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial. Ukuran optimum
(pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lansia dan mempertahankan hubungan antarsistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lansia.

Continuity Theory menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. Sedangkan Disengagement Theory
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur dia
mulai melepaskan diri dari pergaulan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu kehilangan peran (loss
of role), hambatan kontak sosial (restraction of contacts and relationships), dan
berkurangnya komitmen (recude commitment of social mores and values)
DAFTAR PUSTAKA

Adler, W.H., and Nagel J.E. 1990. Principal of Geriatric Medecine and Gerontology. 2 ed. New
York: McGraw-Hill Inc.

Aging (Life Cycle). Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/aging process. Aging Process.


Available at: http://www.the rubins.com/aging/precess htm. Baratawidjaya, K.G. 1993.
Imunologi Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Bjorksten, J. 1942. Chemistry of
duplication.

Blakemore dan Boneham. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Christiansen dan Grzybowsky. 1993. Biology of Aging. St Louis, Missouri: Mosby Inc.

Constantinides, P. 1994. In General Pathology, Chap. 3. Connecticut: Appleton and Lange.

Curriculum Module on the Aging Process. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/aging


process.

Darmojo dan Martono. 1999. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Darmojo, Boedhi. 2010. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI. 1999. Kesehatan Keluarga, Bahagia dalam Usia Senja. Jakarta: Medi Media.
Erikson, Erik. 1950. Identity, Youth and Crisis. New York: Norton & Company. Goldstein, S.,
Gallo J.J., Reichel, W. 1989. Biological Theories of Aging. Fam Phisysician. Hadt, Martono.
1991. Aspek Fisiologik dan Patologik Pada Usia Lanjut. Pertemuan Ilmiah

Tahunan Penyakit Dalam, FK UNDIP-RS. Dr. Karyadi Semarang. Hadi, Martono. 2006 Aspek
Fisiologis don Farmakologs pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai Harman, Denham. 1956. "Aging:
A Theory based on free radical and radiation chemistry". Journal Gerontology Ed.11.

Hayflick, L. 1980. The Cell Biology of Human Aging. Scientific American. Hayflick, L., dan
Moorehead, P. 1961. The Serial Cultivation of Human Diploid Cell Strains.

Exp Cell Res 25: 585-621. CrossRef Medline Web of Science.


Jenner, B. 1997. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Jos, Masdani, 2002. Keperawatan Gerontik ed. 2. Jakarta: Penerbit EGC. Jung, C.G. 2009.
Memperkenalkan Psikologi Analitis Pendekatan terhadap Ketaksadaran.

Jakarta: Gramedia. Kane, R.L., Ouslander J.G., and Abrass. 1989. Essensia of Clinical Geriatric
2" Ed. St Louis:

Mc. Graw-Hill Intrernational Ed. Kozier, Barbara, 1991. Fundamentals of Nursing, Concepts,
Pocess and Practice, 2th

edition. California: Addison Wesley Co. Kumar, V., Cotran R.S., Robbin S.L. 1997. Basic
Pathology. Philadelphia: John Weley &
Sons Inc.

Lemon, B.W., Bengtson V.L., Pearson J.A. 1981. An Exploration of the Activity Theory of
Aging Activity Types and Live Statisfaction Among In Movers to A Retirement Community. In
C5 Kart & B.B. Manard (Eds). Aging in America: Readings in social gerontology Palo Alto, CA:
Mayfield.

Lueckenote, A.G. 1996. Gerontologic Nursing, Missourri: Mosby Year Book Co. Inc.

Maryam, Siti. dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika

Maslow, Abraham H. 1968. Toward a Psychology of Being, 2d ed. New York: D. Van

Nostrad Maslow. 1960. Motivation and Personality. New York: Harper and Row Publiser

Matesson, M.A. dan McConnell E.5. 1988. Gerantological Nursing, Concepts dan Practice.
WB Saunders Coy.

McCord, J.M., Fridovich. 1., Harman, D. 1956. Aging, Carsinogenesis, and Radiation

Biology. New York: Plenum Press.

Medawar, P.B. 1946. Old Age and Natural Death. Modern Quart. 2. 30.

Medawar, P.B. 1952. An Unsolved Problem in Biology. London: HK Lewis.

Mengenal dan Menangkal Radikal Bebas Available at: http:// Berita Iptek online/2006/

mengenal dan menangkal radikal bebas.htm.


Morris, Rockestein dan Marvin Sussman. 1979. Biology of Aging (Lifetime Series in Aging).
Universitas Michigan: Wadsworth Publising Company. Nugroho, Wahyudi. 1995. Perawatan
Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit EGC. Oen, L.H. 1993. Dasar Biomolekuler Proses Menua.
Pengukuhan Guru Besar, FKUI. Jakarta.

Orgel, L.E. 1963. The Maintenance of the Accuracy of Protein Synthesis and Relevance to
Ageing. Proc Natl Acad Sci USA. 49: 517-21 (PM free article) (Pub Med). Robbin, S.L. 2007.
Basic Pathology, 8th ed. Philadelphia: Saunders. Ross. 1996. Stochastic Processes. New York:
John Wiley & Sons.

Rubin, E. 1999. Pathology, 3 Edition. California: Lippincort Wiliams & Walkins.

Sonneborn. 1979. An Interpretion in Annual Review of Genetics. Indiana: Indiana

University Press,
Stanley, Pye, McGregor. 1996. Teori Proses Penuaan. Missourri: Mosby Year Book Co. Inc.
Suhana, 1994, Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit EGG. Tamher, S. dan Noorkasiani
2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi: Umum dan Sistemik, Edisi 2. Jakarta: EGC Weismann,
Agust. 1891. Essays Upon Heredity and Kindred Biological Problem 2 ed. Oxford: Clarendon
Press,

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


Oleh: Drs. Sunaryo, M.Kes.; Hj. Rahayu Wijayanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom.; Maisje Marlyn
Kuhu, S.K.M., M.P.H.; Ns. Taat Sumedi, S.Kep., M.H.; Esti Dwi Widayanti, S.Kep., Ns., M.Kep.;
Ulfah Agus Sukrillah, S.Kep., M.H.; Ns. Sugeng Riyadi, S.Kep., M.Si.; Ani Kuswati, S.Kep., Ns.,
M.H.

Hak Cipta © 2015 pada Penulis.

Editor : Putri Christian


Setting: Rendrasta Duta
Desain Cover : Aninditya
Korektor : Arie Premesta

Anda mungkin juga menyukai