Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Lanjut Usia


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998
adalah 60 tahun. Depkes dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat
penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:
(1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki
lansia
(2)Kelompok lansia (65 tahun keatas)
(3) Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.2 Proses Terjadinya Penuaan


Proses terjadinya penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara
lain :
1. Biologi
a. Teori "Genetic Clock"
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam
genetik di dalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu
dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan
berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick,
(1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya
hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies
Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses
menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada
DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.

b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik
adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999).
Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai

4
macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut
akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan
sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang
dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya
Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin
bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987
dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)

d. Teori “Free Radical”


Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam
tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal
Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,
kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

e. Wear & Tear Teori


Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.

f. Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

2. Teori Sosiologi

5
Activity Theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.
Continuity Theory, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.

3. Teori Psikologis
Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan
yang sempurna.
Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan
ada tingkat maksimumnya.
Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.

4. Konsep Model Florence Nightingle


Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan
secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (Physical Enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yan berhubungan dengan ventilasi
dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang
bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam
ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.Tempat tidur pasien harus
bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik
bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat
tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan
bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.

6
b. Lingkungan psikologi (Psychologi Enviroment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien.
Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya.
Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual
dapat merangsang semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.Komunikasi dengan pasien dipandang dalam
suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan
secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang
dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien
dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk,
menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu
membicarkan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-
hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan
rasa nyaman.

c. Lingkungan sosial (Social Environment)


Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit,
sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat
harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-
kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien
pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial
dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungnya individu pasien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

d. Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep


Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
1) Individu / manusia
Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam
menghadapi penyakit.
2) Keperawatan
Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk
dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi

7
lingkungan.
3) Sehat / sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
4) Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan
cahaya.

e. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan


1) Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan pada
kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).
2) Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan
mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan
dengan lingkungan keseluruhan.
3) Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
 Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
 Ventilasi
 Pembuangan sampah
 Pencemaran lingkungan
 Komunikasi sosial, dll
4) Diagnosa keperawatan
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan
antara lain :
 Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas
asuhan.
 Penyesuaian terhadap lingkungan.
 Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
5) Implementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang
mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan
individu.
6) Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan

8
individu.

f. Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain :


1) Teori adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang
melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan secara
keseluruhan. Berhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat
dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N. Kemampuan
diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari
lingkungannya berperan penting pada setiap individu dalam berespon
adaptif atau mal adaptif.
2) Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Nightingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat
dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang
aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih. Teori
kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang
berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan
hidup.
3) Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam
lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip
tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk
mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat
sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence Nightingale,
menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum
sehingga akan menimbulkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh,
membangunkan pasien dengan tiba-tiba, semua itu dipandang sebagai
suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga
mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.

5. Teori Kejiwaan sosial


a) Aktifitas atau kegiatan ( Activity Theory )
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan sosial

9
- Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )
Dasar kepribadian aatau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori Pembebasan ( Disengagement Theory )
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara bengangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( tripel
loss ), yakni 1) kehilangan peran 2) hambatan kontak sosial 3)
berkurangnya kontak komitmen

2.3 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,
genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem Pernafasan
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya )
sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami
penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), ini menyebabkan terganggunya proses difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu
proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua kejaringan (normal 1 gr % Hb mengikat 124 ml O2)

10
6) CO2 pada arteri tidak banyak berganti sehingga komposisi O2 dalam
arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & korpus
alienum dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
b. Sistem Persyarafan.
1) Terjadi penurunan daya hantar signal pada persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk sferis.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau
pada skala.
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada-nada tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata , 50% terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penciuman
a) Menurunnya kemampuan pengecap.

11
b) Menurunnya kemampuan penciuman sehingga mengakibatkan
selera makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan kardiovaskuler
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak ).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulus menurun sampai
50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria
( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot-otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75% dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik
1) Produksi hampir semua hormon menurun.

12
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod, BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
7) Defisiensi hormon dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stress).

g. Perubahan sistem pencernaan


1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi
badan berkurang ).

13
a) Gerakan volunter merupakan gerakan dibawah kesadaran.
b) Gerakan reflektonik merupakan Gerakan diluar kemauan sebagai
reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
c) Gerakan involunter merupakan Gerakan diluar kemauan, tidak
sbg reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
d) Gerakan sekutu merupakan Gerakan otot lurik yang ikut bangkit
untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
i. Perubahan sistem kulit & jaringan ikat.
1). Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adiposa
3). Kelenjar - kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4). Kulit pucat dan terdapat bintik- bintik hitam akibat menurunnya
aliran darah dan penurunnya sel-sel yang meproduksi pigmen.
5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka kurang baik.
6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah kadang - kadang tumbuh.
9). Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
10). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak karena rendahnya akitifitas otot.
j. Perubahan Sistem Reproduksi dan Kegiatan Sexual.
1) Perubahan sistem reproduksi.
a) Selaput lendir vagina menurun/kering.
b) Menciutnya ovarium dan uterus.
c) Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur- berangsur.
e) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.
2) Kegiatan seksual.
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang

14
mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam
tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap seksual akan berfungsi secara
biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tujuan utamanya lebih
ditujukan pada perasaan kasih sayang, bukan untuk kebutuhan
kepuasan sexualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang
dan 3) sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim
dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang aplikasi yang
diharapkan dalam menjalani seksualitas. Seksualitas pada lansia
sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti
untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tanpa harus
berhubungan badan, masih banyak cara lain untuk dapat bermesraan
dengan pasangan anda. Pernyataan-pernyataan lain yang menyatakan
rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan
sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Perubahan-perubahan mental/psikologis
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (herediter)
5) Lingkungan
6) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri dan perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi
lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang,
kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang,
berjam-jam sampai berhari-hari, mencakup beberapa perubahan, 2)
Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidak berubah dengan informasi

15
matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,
persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
b. Pengaruh proses penuan pada fungsi psikososial.
1) Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan
fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran
mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
2) Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel-sel otak.
3) Gangguan halusinasi.
4) Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
5) Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan
Zentner,1970)

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penuaan


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres

2.5 Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara
fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan
kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi

16
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat.
Menurut (Rahardjo, 1996) Sehat dalam hal ini diartikan :
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2) Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbul
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (
1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir kebutuhan
terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu
diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran
fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk
melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran
fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan
bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.
Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan,
hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman
pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang
berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan
peran sosial (Goldstein, 1992).
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri

17
penyesuaian yang tidak baik dari lansia ( Hurlock, 1979) di kutip oleh Munandar
(1994) adalah :
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran
5) Kurang ada motivasi
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan
Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
2.6 Permasalahan Umum Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia antara lain menurut Setiabudi (1999 : 40-42) adalah :
a. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang lanjut
usia kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia

2.7 Permasalahan Khusus Yang Terjadi Pada Lansia


a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental maupun sosial
b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia
c. Rendahnya produktifitas kerja lanjut usia
d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia

2.8 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia

18
Menurut The National Old People’s Welfare Council, dikemukakan 12
macam yaitu : 1) depresi mental 2) gangguan pendengaran 3) bronkhitis kronis
4) gangguan pada tungkai/sikap berjalan 5) gangguan pada koksae/sendi
panggul 6) anemia 7) demensia 8) gangguan penglihatan 9) kecemasan 10) gagal
jantung 11) kencing manis,tulang rapuh 12) gangguan pada defekasi

2.9 Optimalisasi Fungsi Lanjut Usia


Setiap orang menginginkan hidup selama mungkin. Hidup kita tidak akan
berarti bila tidak disertai dengan kesehatan yang baik dan bahagia. Lanjut usia
bukan merupakan penyakit. Menurut Setiabudi (1994 ) perilaku yang dianjurkan
pada lanjut usia agar tetap sehat dan sejahtera adalah mau menerima keadaan,
sabar, optimis, dan meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan
yang sesuai dengan kemampuan. Kegiatan diatas lebih baik bila diikuti dengan
menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesamanya, olahraga sesuai
dengan kondisi untuk menjaga kebugaran fisik, serta mengembangkan hobi sesuai
kemampuan yang dimiliki (Goldstein,1992).
Disisi lain agar lanjut usia tetap sehat bahagia dan sejahtera diperlukan
faktor dukungan dari keluarga, masyarakat, organisasi maupun pemerintah. Dari
peraturan perundang-undangan pemerintah sudah cukup memperhatikan
keberadaan lanjut usia, tetapi tampaknya peraturan tersebut belum dilaksanakan
secara komperhensif disegala lini. (Wirakarta Kusumah,1994) Guna mendukung
pelaksanaan peraturan dan atau kebijaksanaan tersebut, masih di perlukan
berbagai macam kajian tentang lanjut usia (Rahardjo,1996). Kajian ini menjadi
penting karena masalah lanjut usia di masa yang akan datang semakin komplek.
Masalah tersebut di antaranya belum adanya kemandirian pada diri lanjut usia,
belum adanya lembaga yang mengayomi para lanjut usia, struktur keluarga yang
mengarah ke keluarga inti ( Wirakarta Kusumah, 1994 ).
Agar lanjut usia tetap sehat, ada beberapa anjuran untuk hidup sehat
seperti tertera pada KMS ( Kartu menuju sehat) lansia, antara lain : memperkuat
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memeriksakan kesehatan secara
teratur, melakukan kegiatan fisik secara benar dan teratur, memperhatikan
keluhan-keluhan kesehatan yang di rasakan, makan dan minum sesuai dengan
standar gizi ( Depkes 1998).

2.10 Asuhan Keperawatan Pada Klien Usia lanjut


1. Proses Keperawatan
Dalam memberi pelayanan keperawatan yang sesuai dengan

19
kebutuhan setiap sasaran ( DepKes RI 1993) menggunakan proses
keperawatan yang merupakan metode ilmiah yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam keperawatan. Dalam memberi pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan setiap sasaran menggunakan proses keperawatan .
Proses keperawatan terdiri dari 4 tahapan yaitu :
a. Pengkajian
1) Fisik
o Wawancara
o Pemeriksaan fisik: meliputi secara inspeksi, perkusi, auskultasi,
palpasi dan penciuman.
o Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu dengan
sistem tubuh: sistem persyarafan, kardiovaskular, GI tract,
genitourinarius, kulit, muskuloskeletal, endokrin.
2) Psikologis
3) Sosial ekonomi
4) Spiritual
b. Diagnosa Keperawatan
1) Fisik/ biologis
a) Gangguan nutrisi: kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh sampai
dengan pemasukan yang tidak adekuat
b) Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sampai
dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
c) Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan miant
perawatan diri
d) Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh
e) Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri
f) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan
napas atau adanya sekret pada jalan napas
g) Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi
2) Psikososial
a) Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga
b) Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak
mampu
c) Depresi sampai dengan isolasi sosial
d) Harga diri rendah sampai perasaan ditolak
e) Koping tidak adekuat sampai dengan ketidak mampuan
mengemukakan perasaan secara tepat

20
f) Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas
g) Spiritual
h) Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan
i) Penolakan terhadap proses penuaan sampai dengan ketidak siapan
menghadapi kematian
j) Marah terhadap tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami
k) Perasaan tidak senang sampai dengan ketidak mampuan
melakukan ibadah secara tepat
c. Rencana Keperawatan
3) Melibatkan klien dan keluarganya
dalam perencanaan
4) Bekerjasama dengan profesi kesehatan
lainnya
5) Menentukan prioritas:
a) Klien mungkin puas dengan situasi demikian
b) Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan
c) Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang
merupakan kebutuhan
6) Mencegah timbulnya masalah-masalah
7) Menyediakan klien cukup waktu untuk
mendapatkan input atau pemasukan
8) Menulis semua rencana dan jadual
d. Perencanaan
Tujuan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar antara lain:
1) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2) Peningkatan keamanan dan keselamatan
3) Memelihara kebersihan diri
4) Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
5) Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif
2. Tujuan Umum Asuhan Keperawatan Usia Lanjut.
a. Agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan :
1) Peningkatan derajat kesehatan.
2) Pencegahan penyakit.
3) Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hidup.

21
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
telah lanjut dengan cara menjalankan perawatan dan pencegahan.
c. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia ( life support)
d. Menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu ( baik kronik maupun akut ).
e. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa secara dini bila mereka menjumpai suatu kelainan
tertentu.
f. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para klien lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan (Pemeliharaan
kemandirian secara maksimal)
3. Fokus asuhan keperawatan
a. Peningkatan kesehatan ( Health Promotion ).
b. Pencegahan penyakit ( Preventif )
c. Mengoptimalkan fungsi mental
d. Mengatasi gangguan kesehatan umum.
4. Fungsi Keperawatan.
Fungsi keperawatan pada keperawatan akut, keperawatan waktu lama
dan keperawatan di masyarakat berbeda tergantung menurut keperluannya
(Mary Ann Chris & Faith J. Hohloch 1993 ), membaginya dalam :
a. Pada keperawatan akut ( acut care )
1) Melakukan anamnesa penderita, menanyakan riwayat penyakit,
psikososial dan riwayat keluarga.
2) Assesement penderita
3) Menjelaskan diagnosa dan pengobatan kepada penderita,keluarga dan
pembina Asrama.
4) Bekerja sama dengan penderita, keluarga dan petugas kesehatan
lainnya untuk menyusun rencana keperawatan yang tepat.
5) Mendorong kemandirian penderita.
6) Mempertahankan hidrasi, ventilasi, makanan dan kenyamanan.
7) Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan serta menilai reaksi
penderita.
8) Memberitahukan kepada dokter kemajuan kondisi penderita.
9) Memberikan tindakan darurat bila di perlukan.

22
10) Merencanakan keluarnya penderita dari Panti dan mengkoordinasikan
rujukan kelembaga sosial masyarakat di tingkat Desa.
11) Memberi advokasi kepada penderita.
b. Pada Keperawatan Lama ( long term care )
1) Melakukan anamnesa penderita menanyakan riwayat penyakit,
psikososial dan keluarga
2) Assesement penderita
3) Mengikutsertakan penderita, keluarga, dan pembina Asrama dalam
menyiapkan dan melaksanakan rencana keperawatan.
4) Menciptakan iklim atmosfir interaksi klien agar punya semangat
hidup.
5) Meyakinkan penderita bahwa ia memperoleh perawatan medik. gigi,
dan anggota gerak yang tepat.
6) Mempertahankan hidrasi, ventilasi, gizi dan bekerjasama dalam
evaluasi.
7) Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan dan latihan
rehabilitatif serta menilai reaksi penderita.
8) Memberitahu dokter, perubahan kondisi penderita.
9) Memberikan pertolongan darurat bila diperlukan.
10) Memberikan pelajaran dan nasehat kepada penderita dan keluarga
tentang penyakit.
11) Memperkanalkan pelayanan lansia yang di berikan oleh masyarakat.
12) Memberi advokasi pada penderita.
c. Keperawatan di masyarakat ( Comunity Care )
1) Identifikasi kebutuhan penderita, baik dari segi kesehatan, sosial
maupun ekonominya.
2) Merujuk ke instansi yang dapat memenuhi kebutuhan penderita.
3) Menjelaskan diagnosa serta pengobatan kepada keluarga dan
penderita.
4) Menilai keparahan penderita dan reaksi penderita terhadap
pengobatan.
5) Melakukan kunjungan rumah dan menyuruh penderita agar
memanfaatkan klinik guna meningkatkan kesehatannya.
6) Memberi pelajaran dan nasehat kepada penderita dan keluarga tentang
penyakit bila hal ini dijumpai / diketemukan penyakit yang diderita
klien.
7) Melakukan penilaian kemandirian penderita.

23
8) Memberi advokasi pada penderita.

24

Anda mungkin juga menyukai