LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang
dan luasnya. Faktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo,
kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami
cidera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragment tulang.
fibula yang lazim disebut patah tulang cruris merupakan fraktur yang sering
terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang. Periosteo yang melapisi tibia
agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang
1
B. Etiologi
1. Trauma
a. Trauma langsung
2. Fraktur Patologis
3. Spontan
4. raktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh
dengan kaki dalam posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras.
5. Fraktur tibia dan fibula secara umum akibat dari pemutaran pergelangan
C. Anatomi Fisiologi
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan
2
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan
dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk
suatu kristal garam (hidroaksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteoglikan. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar
70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegaran
memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau
ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam
jaringan tulang. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamelar. Tulang
perkembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini
akan diganti oleh tulang yang lebih dewasa yang berbentuk lamelar.
atau tendon. Tulang lamelar terdapat di seluruh tubuh orang dewasa. Tulang
bukan merupakan suatu massa kristal yang padat. Pola susunan semacam ini
3
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga bagian sel,
yaitu:
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang
dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak di mana
penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespons
terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang.
4
Bentuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung kekuatan mekanis yang
kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yang sudah tua
berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relatif menjadi lemah dan rapuh.
kadar hormon paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral
jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar
hormon paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin D, hormon paratiroid tidak
5
terjadi pada wanita sebelum usia 65 tahun, namun berkurangnya matriks
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis: Fibia adalah tulang pipa
Kondil-kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari
untuk femur dalam formasi sendi lutut. Permukaan-permukaan tersebut halus dan
diatas permukaannya yang datar terdapat tulang rawan semilunar (setengah bulan)
femur.
Tuberkel dari tibia ada disebelah depan tepat dibawah kondil-kondil ini.
Bagian depan memberi kaitan kepada tendon patella yaitu tendon dari insersi otot
6
extensor kwadrisep. Bagian bawah dari tuberkel itu adalah subkutanes dan
menjulang dan sepertiga sebelah tengah terletak subkutan. Bagian ini membentuk
panjangnya dan merupakan daerah berguna dari mana dapat diambil serpihan
sedikit melebar dan kebawah sebelah medial menjulang menjadi maleolus medial
dan maleolus tibiae. Sebelah depan tibia halus dan tendon-tendon menjular
7
D. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur Transversal
lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-
2. Fraktur Spiral
fraktur ini khas pada cidera olahraga ski, dimana ujung ski terbenam
Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak
8
fracture adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan di
4. Fraktur impaksi/kompresi
tiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra
pengurangan tinggi vertikal dan sedikit membentuk sudut pada satu atau
setelah cidera. Ileus dan retensi kemih dapat juga terjadi pada cidera ini.
5. Fraktur patologik
menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang
sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau
tumor metastasis.
9
6. Fraktur beban lainnya
semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu dimobilisasi
seperti tongkat, atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus
7. Fraktur greenstick
8. Fraktur Ovulsi
10
spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan
9. Fraktur Kominutif/Comminuted
tersebut.
(Oeswari, 2000)
Klasifikasi berdasarkan ada tidaknya hubungan antara patahan dengan dunia luar
antara lain:
1. Fraktur tertutup
2. Fraktur terbuka
11
terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada
posisinya semula.
kemungkinan infeksi.
(Sjamsuhidajat, 2005)
E.Patofisiologi
Fraktur bawah lutut paling sering adalah fraktur tibia dan fibula yang
terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, atau
gerakan memuntir yang keras. Fraktur tibia dan fibula sering terjadi dalam kaitan
satu sama lain. Pasien datang dengan nyeri, deformitas, hematoma yang jelas, dan
edema berat. Sering kali fraktur ini melibatkan kerusakan jaringan lunak berat
Fungsi saraf peroneus dikaji untuk dipakai sebagai data dasar. Jika fungsi
saraf terganggu, pasien tak akan mampu melakukan gerakan dorsofleksi ibu jari
pertama dan kedua. Kerusakan arteri tibialis dikaji dengan menguji respons
anterior. Gejalanya meliputi nyeri yang tak berkurang dengan obat dan bertambah
12
bila melakukan fleksi plantar, tegang dan nyeri tekan otot disebelah lateral Krista
tibia, dan parestesia. Fraktur dekat sendi dapat mengakibatkan komplikasi berupa
(Oeswari, 2000)
bearing. Redaksi harus relatif akurat dalam hal angulasi dan rotasinya. Ada saat
perkutaneus dan dipertahankan dalam posisinya dengan gips (mis. Teknik pin
dalam gips) atau fiksator eksterna yang digunakan. Pembebanan berat badan
mengurangi edema dan meningkatkan peredaran darah. Gips diganti menjadi gips
Fraktur terbuka atau kominutif dapat ditangani dengan traksi skelet, fiksasi
interna dengan batang, plat atau nail, atau fiksasi eksternal. Latihan kaki dan lutut
harus didorong dalam batas alat imobilisasi. Pembebanan berat badan dimulai
13
(Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)
Penyembuhan fraktur
Jika satu tulang sudah patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi pendarahan yang cukup berat. Bekuan
darah terbentuk pada daerah tersebut, bekuan akan membentuk jaringan granulasi,
deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan
ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan ini terus menebal dan
meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya, dan menyatu. Fungsi
trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyeberangi
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus
(Underwood, 2000)
F.Manifestasi Klinis
14
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
tulang.
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid
tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci).
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
15
c. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur
tersebut.
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
16
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya.
17
Ekspresi wajah sebelumnya.
tenang 4. Kontrol faktor lingkungan
klien dapat yang mempengaruhi nyeri seperti
istirahat dan tidur suhu ruangan, pencahayaan,
v/s dbn kebisingan.
5. Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
6. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis).
7. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi nyeri..
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak berhasil.
Administrasi analgetik :.
1. Cek program pemberian
analgetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi.
3. Tentukan analgetik pilihan,
rute pemberian dan dosis optimal.
4. Monitor TV
5. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan gejala efek
samping.
18
memidahkan pasien, atur posisi
3 Sindrom defisit Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
self care b/d akep … jam 1.Monitor kemampuan pasien terhadap
kelemahan, kebutuhan ADLs perawatan diri
fraktur terpenuhi dg KH: 2.Monitor kebutuhan akan personal
Pasien dapat hygiene, berpakaian, toileting dan
melakukan makan
aktivitas sehari- 3.Beri bantuan sampai pasien
hari. mempunyai kemapuan untuk
Kebersihan diri merawat diri
pasien terpenuhi 4.Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
5.Anjurkan pasien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
6.Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin
19
infeksi..
4. Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
5. Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas,
drainase.
6. Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
7. Ambil kultur, dan laporkan bila hasil
positip jika perlu
8. Dorong istirahat yang cukup.
9. Dorong peningkatan mobilitas
dan latihan sesuai indikasi
5 Kerusakan Setelah dilakukan Terapi ambulasi
mobilitas fisik askep … jam terjadi 1. Kaji kemampuan pasien dalam
berhubungan peningkatan melakukan ambulasi
dengan patah Ambulasi :Tingkat 2. Kolaborasi dg fisioterapi untuk
tulang mobilisasi, perencanaan ambulasi
Perawtan diri Dg 3. Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai
KH : kemampuan
Peningkatan 4. Ajarkan pasien berpindah tempat
aktivitas fisik secara bertahap
5. Evaluasi pasien dalam kemampuan
ambulasi
Pendidikan kesehatan
1. Edukasi pada pasien dan keluarga
pentingnya ambulasi dini
2. Edukasi pada pasien dan keluarga
tahap ambulasi
3. Berikan reinforcement positip
atas usaha yang dilakukan pasien.
6 Kurang Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan : proses
pengetahuan askep …. Jam penyakit
tentang pengetahuan klien 1. Kaji pengetahuan klien.
penyakit dan meningkat dg KH: 2. Jelaskan proses terjadinya penyakit,
perawatannya Klien dapat tanda gejala serta komplikasi yang
b/d kurang mengungkapkan mungkin terjadi
paparan kembali yg 3. Berikan informasi pada keluarga
terhadap dijelaskan. tentang perkembangan klien.
informasi, Klien kooperatif 4. Berikan informasi pada klien dan
keterbatan saat dilakukan keluarga tentang tindakan yang akan
kognitif tindakan dilakukan.
5. Diskusikan pilihan terapi
6. Berikan penjelasan tentang
pentingnya ambulasi dini
7. jelaskan komplikasi kronik yang
20
mungkin akan muncul
21