Dosen Pembimbing
DI SUSUN OLEH :
KABUPATEN MOJOKERTO
LAPORAN PENDAHULUAN
LANSIA
A. Pengertian
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process.
Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan
degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia
disebut gerontology (Cunningham & Brookbank, 1988). Pengertian lain
mengatakan bahwa gerontology adalah ilmu yang mempelajari , membahas,
meneliti segala bidang yang terkait dengan lanjut usia, bukan saja mengenai
kesehatan namun juga mencakup soal kesejahteraan, pemukiman, lingkungan
hidup, pendidikan, perundang-undangan dan sebagainya ( Yosaputra, 1987).
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau
juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya
tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda,
baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya
Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto ( bahasa yunani) yang
berarti orangtua dan logos = ilmu. Sedangkan Geriartri merupakan bagian
dari ilmu kedokteran untuk orang lanjut usia. Geriartri berasal dari kata Geros
yang berarti lanjut usia dan eatriea = kesehatan. Yosaputra (1987)
mendefinisikan Geriatri sebagai ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti
proses menua dan segala macam penyakit jasmani dan rohani yang mungkin
mengenai manusia lanjut usia, serta bagaimana cara mencegah dan
mengobatinya. Geriatri juga bisa diartikan sebagai cabang dari ilmu
kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif maupun
terapeutik bagi klien lanjut usia.
Keperawatan gerontik didefinisikan sebagai ilmu yang membahas
fenomena biologis, psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan penekanan pada upaya prevensi dan
promosi kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal bagi
lanjut usia. Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan,perencanaan, implementasi dan evaluasi).
B. Batasan-Batasan Lansia
Batasan-batasan usia lansia menurut WHO mengelompokkan lansia menjadi
4 kelompok yang meliputi :
1. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2. AElderly, antara 60-74 tahun
3. Old, antara 75-90 tahun
4. Very old, lebih dari 90 tahun
Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan
pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang
telah berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi sebagai berikut :
1. Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65
tahun,
3. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi
lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) Lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
a). Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
b). Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c). Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI). Mengatakan lanjut usia
merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4
bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
C. Tipe-Tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:
1. Tipe Arif Bijaksana
Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas
Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah
Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung
Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
pasif, dan kaget
D. Teori-Teori Penuaan
Teori teori penuaan adalah sebagai berikut
1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan
kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan
molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan
brekembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen
yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tantang hubungan hal-hal
yang memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang
sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan.
Walaupun bukan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan
telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba
untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara
berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur
panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan
seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan
dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan
atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan.
a. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan
bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan
ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein,
mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan
lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya
atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan bahwa
penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel
akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk
dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
b. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan
oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode
genetik. Menurut teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang
secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk
mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan
rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori
genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori
krtepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori
ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi
tidak terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari
inti sel. Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur
yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini
mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti
yang mendukung teori-teori ini termasuk perkembangan radikal bebas,
kolagen, dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan
penyakit autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur
menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.
c. Teori Cross Link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen
dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama
meningkatkan rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia
yang menimbulkan aenyawa antara molekul-molekul yang normalnya
terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya
menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink
jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang
dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
d. Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang
menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas
dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi
normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini
dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan
radikal bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat
kecepatan produksi radikal bebas berhubungan dengan penentuan
waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada
perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini.
Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada
tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut telah
mengalami penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan
mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan
peningkatan umur, berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan
menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan.
e. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua,
pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan,
sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti
kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang
mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun
seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor
lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada
peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk
diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah
mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan
menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan
kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan.
Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk
memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada
orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah
mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat
mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain itu,
program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan
penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan influenza diantara
orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik keperawatan.
f. Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta
interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan
persamaan yang luar biasa. Pada kasus selanjutnya para ahli telah
memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu
perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu
dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas
ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal
akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,
memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai
perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada
umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut,
tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka
tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan
menunggu respon mereka.
g. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya
karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat
membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini
diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih
merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam
penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam
tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara mendidik
semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan
penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk
mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi
penuaan.
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer ,
C Suzanne, 2002 hal 1087)
2. KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
4. PATOFISIOLOGI
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)
5. PATHWAY
Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Pemecahan Perubahan Ekstrinsik
kondrosit Komponen sendi
Kolagen Perubahan
metabolisme sendi
Proses penyakit Progteogtikasi
Jaringan sub
degeneratif
kondrial
yang panjang
MK: Pengeluaran
Kerusakan enzim lisosom
Penatalaksanaan
lingkungan
Kurang Kerusakan
kemampuan matrik kartilago
mengingat
Kesalahan Penebalan Perubahan
interpretasi
tulang sendi fungsi sendi
Penyempitan Deformitas
MK: Kurang rongga sendi sendi
pengetahuan Kontraktur
Penurunan MK: Kerusakan
Kekuatan mobilytas fisik
nyeri
Distensi Cairan
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam
ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat
diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
7.PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi
- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
8. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral
dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya
hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan
atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
5. Hygiene
- Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
- Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
- Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan
peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit
tanpa pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
PENGKAJIAN LANSIA
NAMA PUSKESMAS : PUSKESMAS KUTOREJO
ALAMAT PUSKESMAS : Jl Mayjen H.Soemadi No.112,Windurejo,Kutorejo,
Mojokerto
TANGGAL MASUK : 27 OKTOBER 2021
NO REGISTER :-
1. IDENTITAS
Nama : Ny. T
Alamat : Dsn.Jubel, Ds. Wonodadi, Kec. Kutorejo,Kab.Mojokerto
Jenis Kelamin :
( ) Laki-laki (√) Perempuan
Umur :
( ) Middle Age ( ) Elderly (√ ) Old ( ) Very old
Status :
( ) Menikah ( ) Tidak menikah (√ ) Janda ( ) Duda
Agama :
() Islam ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Katolik ( ) Budha
Suku :
() Jawa ( ) Madura ( ) Lain-lain, sebutkan ......
Tingkat Pendidikan :
() Tidak tamat SD ( ) Tamat SD ( ) SMP
( ) SMU ( ) PT ( ) Buta huruf
Sumber Pendapatan :
( ) Ada, jelaskan dari anka anaknya
Keluarga yang Dapat Dihubungi :
() Ada yaitu anaknya
Riwayat Pekerjaan : wiraswasta
2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan yang dirasakan saat ini :
( ) Nyeri dada () Pusing(mbliyur) ( ) Batuk
( ) Panas ( ) Sesak ( ) Gatal
( ) Diare ( ) Jantung berdebar
( ) Nyeri sendi ( ) Penglihatan kabur
Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :
( ) Nyeri dada ( ) Pusing ( ) Batuk
( ) Panas ( ) Sesak ( ) Gatal
( ) Diare ( ) Jantung berdebar
( ) Nyeri sendi ( ) Penglihatan kabur
Penyakit saat ini :
( ) Sesak nafas/PPOM ( ) Nyeri Sendi/Rematik () vertigo
( ) Diare ( ) Penyakit kulit ( ) Jantung
( ) Mata ( ) DM ( ) Hipertensi
Kejadian penyakit 3 bulan terakhir :
( ) Sesak nafas/PPOM ( ) Nyeri Sendi/Rematik
( ) Diare ( ) Penyakit kulit ( ) Jantung
( ) Mata ( ) DM ( ) Hipertensi
3. STATUS FISIOLOGIS
Bagaimana postur tulang belakang lansia :
( ) Tegap () Kifosis ( ) Skoliosis ( ) Lordosis
Tanda-tanda vital dan status gizi :
(1) Suhu : 36,4 oC
(2) Tekanan Darah : 140/80 mmHg
(3) Nadi : 84 x/menit
(4) Respirasi : 20 x/menit
(5) Berat badan : 63 kg
(6) Tinggi badan : 150 cm
Refleks
Kanan Kiri
Biceps - -
Triceps - -
Knee - -
Achiles - -
Keterangan:
Refleks + : Normal
Refleks - : Menurun/meningkat
11. Integumen
Kebersihan : Baik
Warna : Tidak
Kelembaban : Kering
Gangguan pada kulit : Tidak, jelaskan ……
4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Motivasi penghuni panti
( ) Kemampuan sendiri
() Terpaksa
Frekwensi kunjungan keluarga
( ) 1 kali/bulan
( ) 2 kali/bulan
() Tidak pernah
Hubungan dengan orang lain dalam wisma :
( ) Tidak dikenal
( ) Sebatas kenal
() Mampu berinteraksi
( ) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti
( ) Tidak dikenal
( ) Sebatas kenal
() Mampu berinteraksi
( ) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti
( ) Selalu
() Sering
( ) Jarang
( ) Tidak pernah
APGAR KELUARGA
(Skrinning singkat mengkaji fungsi SOSIAL Lansia)
Tidak
No Fungsi URAIAN Selalu Kadang
Pernah
1. Adapta-tion Saya puas bahwa saya 0
dapat kembali pada
keluarga (teman2)
saya untuk membantu
pada waktu saya
susah.
2. Partner-ship Saya puas dengan cara 0
keluarga (teman2)
saya membicarakan
sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan
masalah dengan saya.
3. Growth Saya puas bahwa 1
keluarga (teman2)
menerima saya untuk
melakukan aktifitas
atau arah baru.
4. Affec-tion Saya puas dengan cara 1
kelaurga (teman2)
saya mengekspresikan
afek dan berespon
terhadap emosi saya
seperti marah, sedih
atau mencintai.
5. Resol-ve Saya puas dengan cara 2
teman2 saya dan saya
menyediakan waktu
bersama2.
INTERPRETASI HASIL :
Fungsional : Skor 4 – 10
Disfungsional : Skor kurang dari 4.
Jelaskan : Skor 4 pasien dalam kondisi fungsional.
Stabilitas emosi
( ) Labil
() Stabil
( ) Iritabel
( ) Datar
Jelaskan : Pasien tidak pernah terlihat marah saat bersama teman-
teman
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
() Apakah klien mengalami susah tidur
() Ada masalah atau banyak pikiran
( ) Apakah klien murung atau menangis sendiri
() Apakah klien sering was-was atau kuatir
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban
ya 1 atau lebih
Pertanyaan tahap 2
() keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam 1 bulan
() ada gangguan ata masalah dengan orang lain
() menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
() cenderung mengurnug diri
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban iya
, maka masalah emosional ada atau ada
gangguan emosional
Ganggaun emosional
1. Kesediaan
0. Saya tidak merasa sedih
1. Saya merasa sedih
2. Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya ()
3. Saya sangat sedih/tak bahagia dimana saya tidak dapat
menghadapinya
2. Pesimisme
0. Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa
depan
1. Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan ()
2. Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan
3. Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan
sesuatu tidak dapat membaik
3. Rasa kegagalan
0. Saya tidak merasa gagal
1. Bila merasa telah gagal melebihi pada umumnya
2. Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat
saya lihat hanya kegagalan ()
3. Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami
atau istri)
4. Ketidakpuasan
0. Saya tidak merasa tidak puas
1. Saya tidak mempunyai cara yang saya gunakan ()
2. Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
3. Saya tidak puas dengan segalanya
5. Rasa bersalah
0. Saya tidak kecewa dengan diri sendiri
1. Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari
waktu yang baik ()
2. Saya merasa sangat bersalah
3. Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
6. Tidak menyukai diri sendiri
0. Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
1. Saya tidak suka dengan diri saya sendiri ()
2. Saya muak dengan diri saya sendiri
3. Saya benci diri saya sendiri
7. Membahayakan diri sendiri
0. Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri ()
1. Saya merasa lebih baik mati
2. Saya mempunyai rencana pasti tentang rencana bunuh
diri
3. Saya akan membunuh saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
8. Menarik diri dari sosial
0. Saya tidak kehilangan minat pada orang lain ()
1. Saya kurang berminat pada orang lain dari pada
sebelumnya
2. Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka
3. Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
dan tidak peduli pada mereka semuanya
9. Keragu-raguan
0. Saya membuat keputusan yang baik ()
1. Saya berusaha mengambil keputusan
2. Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan
3. Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
10. Perubahan Gambaran Diri
0. Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumya
()
1. Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik
2. Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
3. Saya merasa bahwa saya jelek dan tampak menjijikkan
11. Kesulitan Kerja
0. Saya tidak bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
1. Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai
melakukan sesuatu
2. Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan untuk
melakukan sesuatu
3. Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali ()
12. Keletihan
0. Saya tidak merasa lebih lelah dari sebelumnya ()
1. Saya merasa lelah dari yang biasanya
2. Saya merasa lebih untuk melakukan sesuatu
3. Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
13. Anoreksia
0. Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali ()
1. Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
2. Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
3. Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya
Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Jelaskan : Salah 4 pasien mengalami fungsi intelektual kerusakan ringan
IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF
Total nilai 30 24
Interpretasi hasil :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 - 17 : Gangguan kognitif berat
Jelaskan : Skor 24 pasien tidak ada gangguan kognitif
Warna urine
() Kuning jernih
( ) Putih jernih
( ) Kuning keruh
Gangguan BAK
( ) Inkontinensia urine
( ) Retensi urine
() Tidak ada
Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan
( ) Membantu kegiatan dapur
( ) Berkebun
() Pekerjaan rumah tangga
( ) Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi
( ) 1 kali sehari
() 2 kali sehari
( ) 3 kali sehari
( ) < 1 kali sehari
Memakai sabun
() ya ( ) tidak
Sikat gigi
( ) 1 kali sehari
( ) 2 kali sehari
() Tidak pernah, alasan pasien malas untuk sikat gigi.
Menggunakan pasta gigi
( ) ya ( ) tidak
Penilaian :
0 – 20 : Ketergantungan sangat berat
21 – 61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan sedang
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Jelaskan : Nilai 100 pasien tidak bergantung pada orang lain tetapi pasien
bisa melakukan aktifitas mandiri.
Indeks KATZ :
Termasuk/katagori mana klien ?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas. ()
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi
yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan :
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya) Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan
aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.
PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA
(Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998)
Mata Tertutup
Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau keadaan tidak stabil.
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang
klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dri sisi ke sisi.
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang obyek untuk
dukungan.
6. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
PEMUKIMAN
Luas bangunan :
Bentuk bangunan :
( ) Rumah ( ) Petak () asrama ( ) paviliun
Jenis bangunan :
() Permanen ( ) Semi permanen ( ) non permanen
Atap rumah
() Genting ( ) seng ( ) ijuk
( ) kayu ( ) asbes
Dinding
() Tembok ( ) Kayu ( ) bambu ( ) lainya ....
Lantai
( ) semen ( ) tegel () keramik
( ) tanah ( ) lainnya, ……
Ventilasi
( ) < 15 % luas lantai () >15 % luas lantai
Pencahayaan
() Baik ( ) kurang
Jelaskan, karena terdapat genting kaca dan lampu yang memadai
Pengaturan penataan perabot
() baik ( ) kurang
Kelengkapan alat rumah tangga
() lengkap ( ) tidak lengkap
SANITASI
Kebersihan lingkungan
() baik ( ) kurang
Penyediaan air bersih (MCK) :
( ) PDAM () Sumur ( ) Mata air
( ) sungai ( ) lainnya, ………
Penyediaan air minum
( ) air rebus sendiri () Beli (aqua) ( ) air biasa tanpa rebus
Pengelolaan jamban
( ) bersama () kelompok ( ) pribadi ( ) lainnya,...
Jenis jamban :
( ) Leher angsa ( ) cemplung terbuka
() Cemplung tertutup ( ) Lainnya
Jarak dengan sumber air
() < 10 meter ( ) > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) :
() Lancar ( ) Tidak lancar
Petugas sampah
( ) ditimbun ( ) dibakar ( ) daur ulang
( ) dibuang sembarang tempat () dikelola dinas
Polusi udara
( ) Pabrik () Rumah tangga ( ) industri ( ) Lainnya, ......
Pengelolaan binatang pengerat
( ) tidak () ya,
(*) dengan racun () dengan alat (*) lainnya, ……………….
FASILITAS
Peternakan
() ada ( ) tidak Jenis, Unggas
Perikanan
() ada ( ) tidak Jenis, Ikan hias
Sarana olahraga
() ada ( ) Tidak Jenis, senam, terapi remautik
Taman
() ada ( ) tidak Luasnya, 20 m2
Ruang pertemuan
() ada ( ) tidak Luasnya, 30 m2
Sarana hiburan
() ada ( ) tidak Jenis radio, televisi
Sarana ibadah
() ada ( ) tidak Jenis, Musholla
Transportasi
Kondisi jalan masuk panti
() rata ( ) tidak rata ( ) licin ( ) tidak licin
Jenis transportasi yang dimiliki
() Mobil ( ) sepeda motor ( ) lainnya, ……………
Jumlah : 2
Komunikasi
Sarana komunikasi
() ada ( ) tidak ada
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti :
() telphon ( ) kotak surat ( ) fax ( ) lainnya ....
Cara penyebaran informasi :
() Langsung ( ) tidak langsung ( ) Lainnya ....
7. INFORMASI PENUNJANG
(1) Diagnosa Medis : Asma, Remautik
(2) Laboratorium :-
(3) Terapi Medis : Terapi reumatik
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.
II. Intervensi
1) Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan,
dispnea.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
a. Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
pola nafas kembali efektif.
b. Kriteria Hasil:
Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan dalam batas normal.
Tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan
Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Batuk berkurang
Intervensi:
1. Observasi frekuensi kedalaman pernafasan. Catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan.
R/ : Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
seperti krekels, wheezing, ronkhi.
R/ : Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/ : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ : Kongesti alveolar mengakibatkan baruk sering/iritasi.
5. Bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
R/ : Dapat meningkatkan sputum dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidaknyamanan upaya bernafas.
6. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian
oksigen tambahan dan humidifikasi tambahan misalnya nebulizer.
R/ : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembapan pada membran mukosa dan membantu
pengeceran sekret.
- Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10).
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri
non verbal
- Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.
- Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau
duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
- Pantau penggunaan bantal.
- Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
- Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
- Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
- Pantau suhu kompres.
- Berikan masase yang lembut.
- Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi
progresif sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi,
pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
- Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu.
- Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
- Bantu klien dengan terapi fisik.
Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.