Vera Sulistyowati
202173059
Definisi Faringitis
Coryne bacterium
diphtheria
Klasifikasi Faringitis
Patofisiologi Faringitis
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) patogenesis dari faringitis akut
yaitu bakteri maupun virus dapat secara langsung menginfasi mukosa faring
yang kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus
menyebabkan iritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian
besar peradangan melibatkan nasofaring uvula,dan palatum mole. Perjalanan
penyakitnya ialah terjadi inokulasi dari agen infeksius difaring yang
menyebabkan peradangan local, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil,
atau keduanya. Infeksi streptokokus ditandai dengan invasi local serta
penglepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi dari virus yang
khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan secret
hidung di bandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa
inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.
Pathway Faringitis
Manifestasi Klinis
Demam Scarlet
01 Ditandai dengan demam dan bintik kemerahan.
Demam Reumatik
02 Dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau kerusakan pada katup jantung.
Glomerulonefritis
03 Respon inflamasi terhadap protein M spesifik. Komplek antigen-antibody yang
terbentuk berakumulasi pada glomerulus ginjal yang akhirnya menyebabkan
glomerulonefritis ini.
Abses Peritonsilar
04 Biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam dan dehidrasi.
Pemeriksaan Penunjang
Hipertermi berhubungan
dengan inflamasi pada faring. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan kesulitan
dengan inflamasi pada menelan.
faring.
Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
Ketidakefektifan bersihan kurangnya terpajan informasi.
jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret
(sputum).
Intervensi Kep.
Observasi :
Kaji suhu badan setiap 2 jam
R/: Mengetahui suhu badan anak.
Edukasi :
Edukasi terkait pemberian intake cairan dan nutrisi yang
Hipertermi berhubungan adekuat.
dengan inflamasi pada R/: Intake cairan dan nutrisi dapat membantu mempercepat
faring dalam proses pengeluaran panas.tubuh.
Tujuan: Setelah dilakukan
tindakan perawatan,.
Terapeutik :
diharapakan suhu badan Beri kompres hangat misalnya pada ketiak
pasien normal R/: Kompres hangat dapat membuka pori-pori kulit sehingga
mempercepat proses evaporasi.
Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik
R/: Obat antipiretik dapat membantu menurunkan panas.
Intervensi Kep.
Observasi :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
R/: Mengetahui tingkat nyeri termasuk lokasi, karakteristik,. durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Edukasi :
Nyeri akut berhubungan Beri edukasi pentingnya meningkatkan istirahat anak
dengan inflamasi pada
R/:Istirahat dapat merileksasikan sehingga dapat mengurangi nyeri
faring
Tujuan: Setelah dilakukan Terapeutik :
tindakan keperawatan, Ajarkan tentang Teknik nonfarmakologi (seperti napas dalam)
diharapkan nyeri berkurang. R/:Napas dalam merupakan salah satu relaksasi mengurangi
ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
Kolaborasi :
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
R/:Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
Intervensi Kep.
Observasi :
Kaji status pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta pergerakan
dada)
R/ : Kaji status pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta
pergerakan dada).
Ketidak efektifan bersihan
Auskultasi adanya suara nafas tambahan (mis: mengi,krekels)
jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret R/ : Bunyi nafas bertambah sering terdengar pada waktu inspirasi
(sputum) dan ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret
Tujuan: Setelah dilakukan kental dan spasme jalan nafas obstruksi.
perawatan, diharapakan
bersihan jalan nafas efektif Edukasi :
Ajarkan pada klien untuk berlatih nafas tambahan dalam dan batuk
efektif
R/ : Pernafasan dalam membatu expansi paru maximal dan batuk
efektif merupakan mekanisme pembersihan silla.
Intervensi Kep.
Terapeutik :
Berikan klien minuman hangat.
R/ : Cairan terutama yang hangat membantu di
dalam mengencerkan sekret (bronkadilator)
Lanjutan.... Kolaborasi :
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian,
terapi pemberian expectorant dan broncodilatos
R/:.Expectorant membantu mengurangi spasme
pada bronchus sehingga pengeluaran sekret
menjadi lancar
Intervensi Kep.
Observasi :
Mengkaji pola makan pasien
R/: Untuk mengetahui masalah yang terjadi dan memudahkan
menyusun rencana kegiatan.
Terapeutik :
Ketidakseimbangan nutrisi Memberikan makanan lunak
kurang dari kebutuhan R/: Mencukupi kebutuhan nutrisi dan mempermudah anak untuk
berhubungan dengan
menelan
kesulitan.menelan
Tujuan: Setelah dilakukan Edukasi :
tindakan keperawatan Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut
selama 2x24 jam kebutuhan R/: Menghilangkan rasa tidak enak pada mulut/lidah, dan dapat
nutrisi pasien terpenuhi
meningkatkan nafsu makan
Kolaborasi :
Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/: Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan mencegah mual dan
Intervensi Kep.
Observasi :
Defisiensi pengetahuan
Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit
berhubungan dengan anak dan penangananya
kurangnya terpajan R/: Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang
informasi
penyakit anak dan penanganannya.
Tujuan: Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama Edukasi :
waktu yang telah Beri KIE keluarga tentang cara penanganan demam pada anak
direncanakan, diharapkan seperti beri kompres hangat
pengetahuan keluarga
pasien meningkat
R/: Menambah pengetahuan keluarga dan keluarga mampu
memberi kompres hangat ketika dirumah
Thank you for
listening to