4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan
4.
klien)
Riwayat sosial
(lingkungan tempat tinggal klien)
6. Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
Inspeksi
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
5.
Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada aaaaanodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi
Suara paru normal (resonance)
Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
b. Diagnosa Keperawatan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jalan nafas efektif
Intervensi:
Atur posisi pasien (posisi semi fowler)
R : Mempermudah fungsi pernafasan
Observasi tanda-tanda vital
R : Peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru
Lakukan auskultasi paru
R : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada
bagian paru-paru
Menganjurkan pasien banyak minum air terutama air hangat
R : Untuk mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan serta penggunaan otot
bantu pernafasan
R : Dengan mengkaji kualitas, frekuesi dan kedalaman pernafasan,
kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
Ajarkan pasien cara Batuk berdahak efektif
R : Batuk berdahak efektif dapat membantu dahak keluar dan
tidak banyak mebuang tenaga
Kolaborasi pemberian o2 nasal kanul 5 lpm, pemberian
ekspetoran
R : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan
untuk
alergi/menghambat
histamin
pengeluaran
mencegah
dalam
reaksi
inflamasi