Anda di halaman 1dari 139

LAPORAN DESEMINASI AWAL PRAKTIKM MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAY INAP LT.2 RSU.KAMAR MEDIKA KOTA MOJOKERTO

Dosen Pembimbing :
Ana Zakiyah, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 12 dan 13

1. Vera Sulistyowati (202173059)


2. Alvin Oktaviana (202173067)
3. Mei Fauzia (202173058)
4. Lulus Yulianti (202173066)
5. Fitri Nur Kholifah (202173064)
6. Fera Andaresta (202173068)
7. Miftakhul Maghfiroh (202173065)
8. Khoirunnisa’atur Rosyidah (202173063)
9. Fita Nur Jannah (202173052)
10. Dwi Nanda Fitri Rahayu (202173055)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Desiminasi Awal Praktik Stase Manajemen Keperawatan Mahasiswa Program


Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto Periode 21 Maret 2022 – 09 April 2022 Ini
Telah Diperiksa dan Disahkan.

Hari/Tanggal : Senin, 04 April 2022

Ruang : Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika Kota Mojokerto

Mojokerto, 04 April 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Kepala Ruangan,

Ana Zakiyah, M.Kes Novia Budi Nurulia AMd.Kep

Menyetujui,

Komite Keperawatan RS. Kamar Medika

Kota Mojokerto

(Dwi Andan Sari, S.Kep.,Ns)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, tuntunan serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tim dapat
menyelesaikan praktik profesi (Ners) manajemen keperawatan di Ruang Rawat Inap RS.
Kamar Medika Kota Mojokerto.

Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan praktik profesi ners manajemen
keperawatan.Tim penulis menyadari bahwa praktik profesi ners manajemen ini sangat
bermanfaat bagi tim penulis dan bagi RS. Kamar Medika Kota Mojokerto. Terutama di ruang
Rawat Inap Lt.2 untuk meningkatkan kemampuan diri dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Untuk itu tim penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dwi Andan Sari, S.Kep.,Ns selaku Komite Keperawatan RS. Kamar Medika Kota
Mojokerto.

2. Novia Budi Nurulia AMd.Kep selaku kepala ruangan rawat inap Lt.2 RS. Kamar
Medika Kota Mojokerto.

3. Ibu Ana Zakiyah, M.Kep dan Duwi Basuki M.Kep selaku pembimbing Akademik
profesi ners manajeman keperawatan di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika.

4. Seluruh perawat dan staf ruang rawat inap Lt. 2 RS. Kamar Medika Kota Mojokerto
yang telah membantu dan memfasilitasi mahasiswa dalam menjalankan praktik profesi
ners manajemen keperawatan.
Tim penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan praktik profesi ners manajemen
keperawatan ini jauh dari sempurna.Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.

Mojokerto, 04 April 2022

Tim penulis,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja dengan melibatkan anggota


keperawatan dalam memberikan pelayanan askep profesional. Pemberian pelayanan
keperawatan secara profesional, perawat diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya
dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien menuju
kearah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2011).
Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abad ke 21. Perubahan tersebut sebagai dampak
dari perubahan sosial politik, kependudukan serta perkembangan pengetahuan dan
teknologi. Dari ketiga perubahan mesebagai tantangan bagi tenaga keperawatan harus
dapat diaplikasikan dalam tantangan bagi tenaga keperawatan indonesia dalam
proses profesionalisasi yang membawa implikasi terhadap perubahan system pelayanan
kesehatan atau keperawatan Rumah sakit menjadi simpul utama yang befungsi
sebagai pusat rujukan dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan.
Mengelola rumah sakit merupakan tugas yang rumit dan penuh tantangan,
dibutuhkan sebuah konsep untuk dapat mengaplikasikannya dengan baik dan benar.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengolahan perubahan, konsep
manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisa SWOT, dan menyusun langkah-langkah
perencanaan, penatalaksanaan secara operasional,khususnya dalam pelaksanaan model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan
pengendalian (Nursalam, 2002).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi, mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan (Grant & Massay,
1999) dalam (Nursalam, 2002). Dalam Proses Keperawatan, manajemen keperawatan
memilki kesamaan dengan metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional,
seperti diantaranya; pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil (Nursalam,2002).
Adanya tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat, khususnya
1 satu faktor yang harus diperhatikan oleh
dalam bidang keperawatan, menjadi salah
tenaga perawat. Sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan
keperawatan dan langkah- langkah konkrit dalam pelaksanaanya. Salah satu usaha untuk
meningkatkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan
manajemen keperawatan, dengan mengembangkan berbagai aspek keperawatan yang
bersifat saling berhubungan. Oleh karena itu, pengembangan inovasi dalam
bidang pengelolaan keperawatan secara profesional, diantaranya; pendidikan
keperawatan., praktik keperawatan, ilmu keperawatan, kehidupan keprofesian menjadi
fokus utama dalam profesionalisasi.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan menjadi
tempat bagi perawat untuk menerapkan ilmu secara optimal. Namun diperlukan tata
kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang profesional, serta peran aktif dari
semua pihak untuk menentukan kualitas produksi atau jasa layanan keperawatan.
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dan observasi pada tanggal 22-23
Maret 2022, didapatkan data bahwa RS Kamar Medika Kota Mojokerto, Khususnya
Ruang rawat inap Lt.2. Jumlah keseluruhan tenaga perawat sebanyak 13 orang,
kebutuhan sarana dan prasarana sebagian besar sudah memenuhi standart.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto tahun ajaran 2022 mencoba
menggali permasalahan yang ada di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika Kota
Mojokerto untuk dijadikan kelolaan bagi mahasiswa manajemen keperawatan Profesi
Ners dan bisa dijadikan masukan untuk pihak RS. Kamar Medika khususnya Ruang
rawat inap Lt.2.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Analisa SWOT di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika Kota Mojokerto?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menganalisa dan menerapkan manajemen keperawatan serta
model asuhan keperawatan (MAKP) yang sesuai dengan Ruang Rawat Inap Lt.2
Rumah Sakit Kamar Medika dengan hasil akhir menggunakan analisis SWOT.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan,di Ruang Rawat Inap
Lt. 2 diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika Kota
Mojokerto
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
3. Menentukan Rumusan masalah.
4. Menyususn rencana strategi operasional Ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Metode Asuhan Keperawatan Profesional : MPKP, Timbang Terima, Ronde
Keperawatan, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning
Dokumentasi Keperawatan.
5. Mengevaluasi rencana strategi operasional Ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Metode Asuhan Keperawatan Profesional : MPKP, Timbang
Terima, Ronde Keperawatan, Sentralisasi Obat, Supervisi
Keperawatan,Discharge Planning Dokumentasi Keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data (M1-M5) dalam penerapan manajemen
keperawatan di ruang rawat inap Lt. 2 RS Kamar Medika Kota Mojokerto.
2. Mahasiswa mampu menganalisa masalah dengan metode SWOT di ruang rawat
inap Lt. 2 RS Kamar Medika Kota Mojokerto.
3. Mahasiswa mampu merencanakan tindak lanjut atas permasalahan yang sudah
ditemukan.
4. Mahasiswa mampu menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan
perannya masing-masing dalam penerapan MAKP TIM.
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan
keperawatan metode TIM di ruang rawat inap Lt. 2 RS Kamar Medika Kota
Mojokerto.
6. Meningkatkan pelayanan keperawatan melalui praktik manajemen
pelayanan keperawatan profesional.
1.4.2 Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga
3
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
4. Meningkatkan kinerja perawat di ruang rawat inap Lt. 2 RS Kamar Medika
Kota Mojokerto.
1.4.3 Bagi pasien dan keluarga pasien
Pasien dan keluarga pasien mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan yang
optimal sehingga memperoleh kepuasan dalam masa perawatan di ruang rawat inap
Lt. 2 RS Kamar Medika Kota Mojokerto.
1.4.4 Bagi rumah sakit
1. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang rawat inap Lt. 2 RS Kamar
Medika Kota Mojokerto yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan professional.
2. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun
rencana strategi.
3. Menerapkan Metode Keperawatan Profesional (MAKP).

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Keperawatan.

Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan pro aktif dalam menjalani

suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses

bekerja menjalani anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara profesional. (Nur Salam,2012)

Manajemen keperawatan harus dapat di aplikasikan dalam tatanan pelayanan

nyata yaitu di rumah sakit dan komunitas,sehingga perawat perlu memahami konsep dan

aplikasi konsep manajemen keperawatan perencanaan berupa rencana strategis melalui

pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa swot dan menyusun langkah-langkah

perancana, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanan metode asuhan

keperawatan,melakukan pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang lengkap.

Manajemen pada proses keperawatan mencakup manajemen pada berbagai tahap

dalam keperawatan meliputi:

a. Pengkajian.

Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan tahap pengkajian memerlukan

kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Keberhasilan proses keperawatan

berikutnya sangat bergantung pada tahap ini. Pengkajian ini meliputi proses

pengumpulan data, mengvalidasi dan menginterpretasikan informasi tentang pasien

sebagai individu yang unik.

b. Diagnosa

Diagnose keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang

masalah klien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau di ubah melaluhi
5
tindakan keperawatan. Diangnosa merupakan tahapan pengambilan keputusan

profesional dengan menganalisa data yang telah dikumpulkan. Diangnosa

keperawatan dapat di bagi menjadi : diagnose keperawatan aktual, potensial dan

resiko.

c. Perencanaan.

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang

akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dangan diagnose

keperawatan yang telah dikumpulkan. Perencanaan keperawatan dibuat setelah

perawat mampu memformulasikan diagnose keperawatan. Tujuan perencanaan

keperawatan adalah terpenuhinya kebutuhan klien.

d. Implementasi.

Tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan adalah pelaksanaan

perencanaan tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien

terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh

klien itu sendiri, oleh perawat secara mendiri atau bekerja sama dengan anggota tim

kesehatan lain.

e. Evaluasi.

Evaluasi keperawatan adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian

ulang rencana keperawatan. Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dan standar

dari tujuan yang dipilih sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang

aktual dan tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan

hanya dapat dibuat jika tujuan yang diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis dan

dapat dicapai oleh perawat, pasien dan keluarga.

6
2.1.1 Manajemen Pada Tahap Pengkajian Keperawatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses pengkajian adalah.

1. Perawat harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan

fisiologi,psikologi, sosial dan kultural.

2. Perawat harus memahami tentang proses keperawatan.

3. Perawat harus memahami tentang diri perawat sendiri, respon fisiologi dan

psikologis.

4. Perawat harus bisa menerima pasien apa adanya.

5. Perawat harus berperan sebagai pengamat atau observer, pendengar aktif dan

mempunyai pemahaman yang baik tentang informasi apa yang dikumpulkan,

dimana dan bagaimana.

6. Perawat harus mengumpulkan data secara sistematis dan menggunakan pedoman

yang mudah dimengerti.

7. Perawat menggunakan teori-teori, seperti hierarki maslow tentang kebutuhan dasar

manusia, teori tentang adaptasi manusia, dan teori de elizabeth kubler-ros tentang

reaksi pengelamanlalu dan sekarang.

8. Waktu yang diperlukan untuk pengkajian harus dipreoritas sehingga perawat pasien

berkoensentrasi dalam kegiatan pengumpulan data.

9. Perawat harus bisa memahami teknik komunikasi dan faktor-faktor yang bisa

mempengaruhi proses komunikasi.

10. Perawat harus memahami faktor-faktor distraksi baik eksternalmaupun internal dari

pasien.

11. Kedekatan dan kepercayaan perawat- pasien harus prioritas.

7
12. Perawat harus belajar objective concent sering kontak dengan pasien yang memang

memerlukan bantuan perawat lebih karena kondisinya.

13. Dan harus dikumpulkan segera mungkin setelah pasien ada.

Beberapa metode pengumpulan data dapat digunakan beberapa cara yaitu :

1. wawancara.

2. observasi.

3. pemeriksaan fisik (suardi dan bachtiar , 2012)

2.1.2 Manajemen Pada Tahap Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan professional dari perawat yang

menggambarkan kondisi pasiennya. Proses diagnosa mencakup beberapa hal yaitu,

data, analisis, dan merumuskan diagnosa. Diagnosa keperawatan ada yang bersifat

actual, potensial, dan possible. Perawat yang akan merumuskan diagnosa keperawatan

harus mempunyai pemahaman yang dalam tentang fisiologi-patologi,area masalah

keperawatan, serta kemampuan berfikir secara obyektif dan kritis.

Diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan harus dimasukkan dalam daftar

masalah keperawatan klien dan di tanda tangani oleh perawat yang bersangkutan.

2.1.3 Manajmen Pada Tahap Perencanaan Keperawatan

Jika perawat ingin memberikan keperawatan yang efektif kepada pasien, perawat

harus menggunakan lebih banyak pikiran dalam menyusun perencanaan. Perencanaan

akan menentukan jenis intervensi keperawatan.

Kesehatan merupakan salah satu alasan utama dalam perencanaan terutama di

dalam kebingungan dan disorganisasi aktivitas keperawatan di bangsal dan asuhan

keperawatan yang buruk. Semakin kompleks jenis asuhan pasien perencanaan akan

semakin penting, perencanaan mencakup pengambilan keputusan dalam rangka


8
memecahkan masalah pasien.

Pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan profesi,filosofi

personal, kesediaan menerima tanggung jawab mengambil keputusan dan kesediaan

membantu anggota tim lain untuk turut berkontribusi dalam asuhan keperawatan

pasien.

2.1.4 Manajmen Pada Tahap Implementasi Keperawatan

Perawat professional harus menggunakan semua teknik manajmen, dan salah

satunya adalah supervise. Selain itu, untuk membantu staf memberikan asuhan

keperawatan dengan baik, perawat harus mampu menggunakan sikap kepemimpinan

yang meyakinkan bahwa pasien benar-benar menerima asuhan yang diperlukan setiap

waktu dan dengan cara seperti yang diinginkan. Rencana asuhan pasien adalah daftar

intruksi dokter dan kegiatan rutin, biasanya mencakup pengobatan,obat-obatan, serta

instruksi keperawatan. Sedangkan untuk interaksi keperawatan biasanya disebut

rencana asuhan keperawatan.

2.1.5 Manajmen Pada Tahap Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dalam rangkaian pemecahan masalah yang

merupakan bagian dari tanggung jawab setiap perawat professional. Beberapa konsep

dasar untuk membantu dalam mengevaluasi pencapaian asuhan keperawatan adalah :

a. Selalu berfikir kritis dalam proses evaluasi

b. Criteria evaluasi harus dikembangkan untuk meyakinkan validitas,sehingga

evaluasi menjadi objektif.

c. Standar asuhan keperawatan harus didefinisikan dengan jelas dan digunakan secara

konsisten.
9
d. Partisipasi pasien dan keluarga dalam evaluasi sangat diperlukan,agar evaluasi

menjadi lebih tepat.

Evaluasi asuhan keperawatan sangat menentukan gambaran dan kualitas asuhan

keperawatan. Untuk hal ini seharusnya diterapkan :

1. Penggunaan metode evaluasi yang tepat, yaitu mempelajari rencana asuhan

keperawatan, mengobservasi perilaku pasien sebagai respon terhadap asuhan

keperawatan,mempelajari catatan berorientasi masalah serta pencatatan

keperawatan.

2. Audit keperawatan secara periodic.

3. Pengumpulan umpan balik dari pasien tentang asuhan keperawatan yang

diberikan.

2.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

2.2.1 Definisi MAKP

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem

(struktur,proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat professional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian

asuhan tersebut (Hoffart & Woods,1996).

Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model

pemberian asuhan keperawatan , tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit

adalah keperawatan tim dan keperawatan primer. Karena setiap perubahan akan

berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama

dalam penentuan dalam pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis

& Huston, 1998; 143) yaitu:


10
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi

b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.

d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat

e. Kepuasan kinerja perawat.

2.2.2 Jenis Model Asuhan Keperawatan Professional

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) ada empat

metode pemberian asuhan keperawatan professional yang sudah ada dan akan terus

dikembangkan dimasa depan dalam dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan,

yaitu :

a. Model Asuhan Keperawatan Professional Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke dua. Pada saat itu

karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat

hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di

bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofil keperawatan, perawat

melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada

(Nursalam,2007)

1. Penanggung jawab model funsional adalah perawat yang bertugas pada tindakan

tertentu, misalnya dalam pemasangan infus, pemberian obat,dll.

 Menentukan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan

 Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

 Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan pasien

diserahkan kepada perawat junior


11 dan atau yang belum berpengalaman.
2. Kekurangan dari metode fungsional yaitu :

 Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

 Pelayanan keperawatan terpisah – pisah tidak menerapkan proses

keperawatan

 Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

b. Metode Asuhan Keperawatan Profesional Modulair.

Metode keperawatan modulair adalah suatu variasi dari metode keperawatan

primer dan metode tim. Metode ini memiliki kesamaan dengan metode primer dan

metode tim, (gillies, 1994). Metode ini sama dengan metode keperawatan tim

karena baik perawat professional maupun non profesional bekerja bersama dalam

memberikan asuhan keperawatan di bawah kepemimpinan seorang perawat

profesional disamping itu dikatakan memiliki kesamaan dengan metode

keperawatan primer karena dua orang atau tiga orang perawat bertanggung jawab

atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan

sampai dengan waktu follow up care. Dalam memberikan asuhan keperawatan

dengan menggunakan metode keperawatan menular. Satu tim yang terdiri dari dua

hingga tiga perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien

sekitar 8-12 oran (mangargau, 1987). Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan

peralatan yang dibutuhkan perawat cukup memadai.

Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan

metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling

besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki

kewajiban untuk membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat


12
profesional sebagai ketua tim tidak masuk tugas dan tanggung jawab dapat

digantikan oleh perawat profesionl lainnya. Peran perawat kepala ruang diarahkan

dalam hal membuat jedwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota

untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator. Pembimbing serta motivator.

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional Kasus.

Model manajemen kasus berdasarkan pendekatan holistik dari keperawatan,

dimana perawat bertanggung jawab terhadap asuihan observasi pada pasien

tertentu dan ratio pasien :perawat adalah 1:1. Setiap setiap pasien ditugaskan

kepada semua perawat yang melayani semua kebutuhannya pada saat dinas.

Pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda oleh orang yang sama pada hari

berikutnya. Metode manajemen penugasan kasus biasanya ditetapkan satu pasien

satu perawat, umunyanya dilaksanakan untuk perawat privat untuk perawatan

khusus seperti isolasi, intensif care. Penanggung jawab manajemen model kasus

adalah manajemen keperawatan (Nursalam, 2002). Dalam satu unit diperlukan dua

manajer kasus yang bekerja mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, bekerja

sama untuk menyelesaikan masalah dan mengfasilitaskan asuhan sekelompok

pasien. Idealnya satu orang manajer kasus mempunyai 10-15 kasus pasien dimana

perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus dan masuk sampai

pulang. Bila diperlukan mengikuti perkembangan pasien dirawat jalan. Elemen

penting dalam manajemen kasus meliputi :

1) Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci

dalam organisasi (administrator ,dokter dan perawat).

2) Kualifikasi perawat manajer kasus.

3) Peraktek kerjasama tim.

4) Kualitas system manajemen yang diterapkan.


13
5) Menggunakan perinsip perbaikan mutu yang terus menerus.

6) Menggunakan “critical payway” (hasil) atau asuhan MAPS (multidisciplinary

action plans) yaitu kombinasi “clinical path dengan care plans.

7) Promosi praktek keperawatan profesional.

a) kelebihan.

 Perawat lebih memahami kasus per kasus

 Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah.

b) kelemahan.

 Belum dapat diidenfikasikan perawat penanggung jawab

 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar

yang sama.

d. Model Praktik Keperawatan Profesional ( MPKP )

MPKP merupakan suatu metode praktik keperawatan dengan ciri praktek yang

didasari oleh ketrampilan intelektual dan teknikal interpersonal. Hal ini dilakukan

dengan metode asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Menurut Hoffart dan Woods (1996) menyatakan bahwa MPKP merupakan

suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan

perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Model praktik

keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik

profesional. Proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin untuk

menjamin pelayanan yang diberikan kepada klien atau keluarga secara profesional.

Pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk proses manajemen yang terdiri

dari :

1. Perencanaan
14
Dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,

kebijakan dan prosedur. Perencanaan yang dipakai terdiri dari jangka panjang,

jangka menengah dan jangka pendek. Khusus untuk perencanaan jangka

pendek meliputi rencana kegiatan ahria, bulanan dan tahunan.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat menggunakan pendekatan

sistem penugasan modifikasi keperawatan tim primer. Secara vertikal,

pengorganisasian terdiri dari kepala ruangan, ketua tim, dan perawat

pelaksana.

3. Pengarahan

Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu

dikelola, jika perlu didelegasikan.seorang manajer harus melakukan upaya

menciptakan iklim motivasi, mengelola waktu secara efisien,

mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang baik, mengelola konflik dan

memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi,

melakukan negosiasi.

4. Pengendalian

Langkah-langkah yang harus dilakukan pengendalian antara lain

menetapkan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan

pengukuran prestasi kerja, mengambil tindakan korektif. Kegiatan

pengendalian ditarapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran terhadap

indikator mutu umum ( BOR , LOS , TOI ), indikator mutu RS ( kasus cidera,

infeksi nosokomial ) , kondisi klien ( audit dokumentasi keperawatan,

kepuasan klien dan keluarga ) , kondisi sumber daya manusia ( kepuasan


15
tenaga kesehatan seperti perawat & dokter , penilaian kerja perawat ) (Suni

2018).

Metode primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari

filosofi keperawatan perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek

asuhan keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk

mengkoordinir asuhan keperawatan, dimana ratio perawat : pasien adalah 1:4.

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh

selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk

sampai pasien keluar rumah sakit. Menurut gillies (1986) perawat

menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan

keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode

keperawatan primer terdapat kontinitas keperawatan dan bersifat

komperhensif serta dapat dipertanggung jawadkan, setiap perawat primer

biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama

klien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk

mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merancanakan asuhan

keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan.

Jika perawat primer sedang tidak bertugas kelanjutan asuhan akan

didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).

Metode primer mendorong praktik kemendirian perawat, ada kejelasan

antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer di tandai

dengan adanya kekaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat

yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan

selama pasien dirawat.


16
1. Kelebihan.

a. Bersifat kontiunitas dan komprensif

b. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil

dan memungkinkan pengembangan diri.

c. Keuntungan terhadap pasien, perawat,dokter, dan rumah sakit

misalnya pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan

secara individu.

2. Kelemahan.

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengelaman

dan pengetahuan yang memadai dengan kemampuan self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan

klinik dan mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

e. Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim

Metode tim berdasarkan kepada kelompokflosofi keperawatan 6-7 perawat

profesional dan perawat assiciate bekerja sebagai satu tim,di supervisi oleh tim

lain. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda

dalam memberikan asuhan keperawatan dalam kelompok pasien, perawat ruangan

di bagi menjadi 2-3 tim / group kecil yang saling membantu. Menurut kron dan

gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:

1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan teknik

kepemimpinan.

2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinitas rencana keperawatan

terjamin.

3. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim berhasil baik bila

di dukung oleh kepala ruangan


17
Metode ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar

belakang pendidikan dan kemampuannya. Ketua tim mempunyai tanggung jawab

untuk mengkoordinasi seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung

jawab anggota tim. Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan

keperawatan yang berpusat pada pasien. Ketua tim melakukan pengkajian dan

rencana keperawatan kepada setiap pasien dan anggota tim bertanggung jawab

melaksanakan asuhan keperawatan yang telah di buat. Oleh karena kegiatan di

lakukan bersama-sama dalam klompok, maka ketua tim sering melakukan

pertemuan bersama dengan anggota tim (konfrensi tim) guna membahas kejadian-

kejadian yang di hadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.

1. Kelebihan

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan

memberikan kepuasan kepada anggota tim

2. Kelemahan

Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu, dimana sulit untuk

melaksanakan pada waktu-waktu sibuk

2.2.3 Fungsi Manajerial

1. Kepala ruangan

Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang di berikan tanggung jawab dan

wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan keperawatan serta tatalaksana

personalia pada suatu ruangan atau bangsal rumah sakit.

Tanggung jawab kepala ruangan:


18
a. Perencanaan

1) Menunjukan ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing

2) Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat, transisi, dan

persiapan pulang bersama ketua tim

4) Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan

5) Mengikutu visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan

medis yang di lakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan

dokter tentang tindakan yang di lakukan terhadap pasien.

6) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.

- Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

- Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan

- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

7) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

8) Membantu membimbing peserta didik keperawatan

9) Membantu terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode penugasan yang di gunakan

2) Merumuskan tujuan metode penugasan

3) Membuat rincian ketua tim dan anggota tim secara jelas

4) Membuat tentang kendali kepala ruangan dan membawahi 2 ketua tim dan

ketua tim membawahi 2-3 perawat.

19
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat oroses dinas,

mengatur tenaga yang ada setiap hari

6) Mengatur dan mengendalikan logostik ruangan

7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

8) Mengendalikan tugas saat kepala rungan tidak ada di tempat kepada ketua

tim

9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk ngenurus administrasi pasien

10) Identifikasi masalah dan cara penanganan

c. Pengarahan

1) Memberi penghargaan tentang penugasan kepada ketua tim

2) Memberipujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik

3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap

4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan askep pasien

5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugasnya

7) Meningakatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d. Pengawasan

1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi lansung dengan

ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang

diberikan kepada pasien

2) Melalui supervise

20
3) Mengevaluasi upaya pelaksana dan membandingkan dengan rencana

keperawatan yang sudah disususn oleh ketua tim

e. Audit keperawatan

2. Ketua Tim

Ketua tim merupakan perawat ayang memmiliki tanggung jawab dalam

perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang

dilakukan semua pasien yang dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya

(Nursalam, 2003).

Tanggung jawab ketua tim :

 Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien sejak

masuk sampai pulang

 Mengorientasi klien yang baru dan keluarganya

 Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya

 Membuat diagnose keperawatan dan asuhan keperawatan

 Megkomunikasikan asuhan keperawatan dengan anggota tim

 Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakn

keprawatan

 Mengevaluasi tindakan dan asuhan keparawatan

 Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu

 Mengembangkan perencanaan pulang

 Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukanoleh

anggota tim

 Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya

untuk membahas perkembangan kondisi pasien

21
 Membagi tugas yang harus dilakasanakan oleh setiap anggota kelompok dan

memberikan bimbingan melalui konfrensi

 Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai dan

pendokumentasiannya

3. Perawat Pelaksana

Perawat pelaksana merupakan tenaga keperawatan yang diberi wewenang

untuk melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan di ruangan rawat.

Tanggung jawab perawat pelaksana

 Melaksakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim.

 Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.

 Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan diagnose

keperawatan dan membuat rencana keperawatan.

 Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

 Membantu/bersama mengorientasi pasien baru.

 Menggati tugas pembantu keperawatan bila perlu.

Dalam keperawatan tim perawat professional dapat mempraktekkan

kemampuan kepemimpiannya secara maksimal. Kepemimpinan perawat

inimenjadi kunci keberhasilan praktik keperawatan dan menjamin asuhan

keperawatan bermutu bagi pasien.

2.3 Timbang Terima

2.3.1 Definisi

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesutu

( laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien ( Nursalam,2011).

2.3.2 Tujuan Timbang Terima


22
Tujuan timbang terima :

1. Menyampaikan masalah,kondisi dan keadaan klien (data fokus)

2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan pada pasien.

3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu di tindak lanjuti oleh dinas berikutnya

4. Menyusun rencana kerja untuk dinas selanjutnya.

Timbang terima memiliki dua fungsi utama yaitu :

1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan

perawat.

2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan

dan tindakan keperawatan.

2.3.3 Langkah- langkah timbang terima:

1. Kedua kelompok shif dalam keadaan sudah siap

2. Shif yang menyerahkan dan mengoperkan perlu menyiapkan hal-hal apa yang di

sampaikan.

3. Perawat primer menyampaikan kepada penaggung jawab shif yang selanjutnya

meliputi:

 Kondisi atau keadaan pasien secara umum

 Tindak lanjut untk dinas yang menerima operan

 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

4. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.

5. Perawat primer dan anggota kedua shif dinas bersama-sama langsung melihat

keadaan pasien.

2.3.4 Prosedur pelaksanaan timbang terima

1. Persiapan
23
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

2. Pelaksanaan

Dalam penerapanya dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung

jawab :

a. Timbang terima dilakukan setiap pergantian shif atau operan.

b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima

dengan mengkaji secara komprensif yang berkaitan tentang masalah

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta

hal-hal penting lainya yang perlu di limpahkan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada

perawat yang berikutnya.

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:

1) Identitas klien dan diagnosa medis

2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

4) Intervensi, kolaborasi dan dependent

5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

6) selanjutnya misalnya operasi,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

penunjang lainya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainya yang

tidak dilaksanakan secara rutin.

e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas penyampaian

pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.


24
f. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan

ruangan oleh perawat (Nursalam,2010)

2.3.5 Alur Timbang Terima (Nursalam,2008)

Pasien

Diagnosa medis masalah


Diagnosa
keperawatan

Rencana tindakan

Yang telah dilakukan Yang akan dilakukan

Masalah:
Teratasi
belum

25

Perkembangan keadaan
pasien
2.4 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi

masalah keperwatan klien dilaksanakan oleh perawat disamping pasien dilibatkan untuk

membahas dan melaksanakn asuhan keperwatan akan tetapi pada khsus tertentu harus

dilkukan oleh perawat primer dan atau konsulen, kepala ruangan, perawat asosiate yang

perlu juga melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam 2009) karakteristik ronde

keperwatan

1. Pasien dilibatkan secara langsung

2. Pasien merupakan fokus kegiatan

3. Perawat assosiate, perawat primer dan konsulen melakukan diskusi bersama

4. Konsulen membantu mengembangkan kemampuan perawat assosiate, perawat primer

untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan masalah

Tujuan umum ronde keperawatan menyelesaikan masalah keperwatan yang ada

pada pasien melaluai pendekatan berfikir kritis. Tujuan khusus ronde keperwatan

1. Memudahkan cara berfikir kritis dan sistematis

2. Meningkatkan kemampuan menentukan kemampuan diagnosa keperawatan

3. Memudahkan pemikiran tentang yang berasal dari masalah pasien


26
4. Meningkatkan kemampuan untuk menentukan diaganosa keperawatan

5. Meningkatkan kemampuan untuk memodifiaksi asuahan keperwatan

2.5 Discharge Planning

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyi konstribusi

besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan merupakan ujung tombak

pelayanan di rumah sakit karena perawat berinteraksi dalam waktu yang lama dengan

pasien dan keluarga dari mulai pasien masuk, dirawat hingga keadaannya membaik dan

diperbolehkan pulang. Salah satu kegiatan yang laksanakan oleh perawat yaitu kegiatan

Discharge Planning atau perencanaan pulang pasien (Rusmita, 2010).

Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan komponen yang penting

dari program keperawatan pasien, dimulai segera setelah pasien masuk rumah sakit. Hal

ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama antara tim

kesehatan, keluarga, pasien dan orang yang penting bagi pasien. Perencanaan pulang

akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara keperawatan yang

diterima pada waktu di rumah sakit dengan keperawatan yang diberikan setelah pasien

pulang. Keperawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan ners di

rumah. Discharge Planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan

rentang ners. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan

berkelanjutan yang artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien di manapun

pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan

pulang akan berisiko terhadap beratnya penyakit ancaman hidup dan disfungsi fisik

dalam perencanaan pulang di perlukan komunikasi yang baik terarah sehingga apa yang

disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk keperawatan di rumah (Nursalam,

27
2017). Discharge Planning merupakan suatu dokumentasi untuk menyelesaikan

masalah, intervensi, dan asuhan keperawatan klien yang akan pulang (Nursalam, 2018).

2.6 Supervisi Keperawatan

Supervisi profesional penting untuk tenaga kesehatan karena merupakan

kesempatan untuk berefleksi terhadap praktik, identitas profesional dan untuk

memperluas sudut pandang dimana tenaga kesehatan bekerja. Supervisi dapat

memberikan perluasan sudut pandang, yang dapat terwujud bila ada keterlibatan

dengan supervisor profesional dan berefleksi terhadap praktik (Te Pou, 2011).

Supervisi klinis merupakan sebuah proses profesional dan pembelajaran dimana

perawat didampingi dalam pengembangan praktiknya melalui waktu diskusi dengan

rekan kerja yang berpengalaman secara teratur (Brunero & Parbury, 2016). Tujuan

utama supervisi adalah membantu tenaga kesehatan berefleksi terhadap pekerjaan

mereka untuk menjamin kebutuhan pengguna layanan dan tujuan pelayanan, dan

kesesuaian pelaksanaan terhadap undang-undang dan pertanggungjawaban yang harus

dipenuhi.

Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (menggerakkan/pengarahan)

dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan

yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar. Supervisi secara

langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai

hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan

mengkaji secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhinya dan bersama dengan

staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya (Suarli dkk, 2010).

Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam

berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang
28
perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Namun pada dasarnya seorang

supervisor harus memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) membuat perencanaan kerja,

2) Kontrol terhadap pekerjaan, 3) Memecahkan masalah, 4) Memberikan umpan balik

terhadap kinerja, 5) Melatih (coaching) bawahan, 6) Membuat dan memelihara atmosfir

kerja yang motivatif, 7) Mengelola waktu, 8) Berkomunikasi secara informal, 9)

Mengelola diri sendiri, 10) Mengetahui system manajemen perusahaan, 11) Konseling

karir, 12) Komunikasi dalam pertemuan resmi (Rakhmawati, 2009).

Supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Supervisi secara tidak

langsung dilakukan oleh perawat primer dengan cara melakukan supervisi mengenai

kelengkapan rekam medis pasien dan tindakan keperawatan yang dilaksanakan selama

dinas. Supervisi secara langsung dilakukan oleh Kepala Ruangan (Karu) yang

dilaksanakan dengan waktu tidak tentu sesuai kondisi ruangan kepada seluruh perawat

meliputi caring, kedisiplinan dan kinerja perawat. Supervisi langsung dilakukan oleh

Karu pada saat validasi ke pasien setelah timbang terima yaitu dengan cross check

kepada pasien mengenai kinerja perawat misalnya Karu akan menanyakan kepada

pasien apakah pasien sudah kenal dengan perawat dan dokter yang merawat pasien,

menanyakan sudah dijelaskan oleh perawat akan kegunaan pemasangan gelang

identitas, apakah pasien sudah dijelaskan cara mencuci tangan, dan menindak lanjuti

perawat yang belum melakukan tugas secara maksimal. Supervisi yang dilakukan juga

telah memiliki format yang baku dan telah didokumentasikan dengan baik. Supervisi

langsung terkadang juga dilakukan oleh Perawat primer ke perawat associate (Erlina

2021).

Supervisi adalah kegiatan merencanakan, mengarahkan, membimbing,

mengajar,mengobservasi, mendorong, memperbaiki, memercayai dan mengevaluasi

secara terus menerus dengan sabar, adil dan bijaksana sehingga setiap perawat dapat
29
memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat

menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan perawat. Supervisi dapat

diartikan sebagai kegiatan pembinaan yang direncanakan sehingga membantu tenaga

keperawatan dan staf lainnya dalam menjalankan tugas mereka secara efektif dan

efisien (Suni 2018).

2.7 Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah Pengelolahan obat di mana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolah sepenuhnya oleh perawat. kontroling
penggunaan obat dan konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat, oleh karena
itu pengontrolan obat bagi pasien perlu di galakan lagi sehingga resiko-resiko
penyimpangan dapat diminamilisir (Nursalam,2002).

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2011).
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat
merupakan salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang
sistematis, sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat
sehingga resiko kerugian secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir.
Berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang lebih
murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan yang
sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat hanya untuk mencoba.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan.
5. Memberikan obat kepada klien yang tidak mempercayai atau klien yang akan
membuang atau lupa untuk meminum obat

30
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktuf
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam, 2011)

2.7.1 Tujuan Sentralisasi Obat


Menurut Nursalam (2002), tujuan dari sentraliasi obat yaitu :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara
moral.
3. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisiensi.
4. Menyeragamkan pengelolaan obat.
5. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
6. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat, dosis, waktu, dan cara.

Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan


menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi (Nursalam, 2011).
1. Mengelola obat klien dengan melakukan pemberian obat secara tepat dan benar
sesuai dengan prinsip enam benar, serta melakukan pendokumentasian hasil
pengolahan
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan perawat
associate dalam penerapan prinsip enam benar
3. Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan
4. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan
5. Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi.

2.7.2 Manfaat Sentralisasi Obat 31


a. Bagi Klien
1. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
2. Mencegah tertukarnya obat
3. Pemberian obat terprogram dan terkontrol
b. Bagi Perawat
1. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
2. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
3. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat
c. Bagi Institusi
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
2. Terciptanya model asuhan keperawatan professional
2.7.3 Teknik Sentralisasi Obat
Teknik sentralisasi obat yang dimaksud adalah prosedur pengolahan semua obat
yang diberikan kepada klien diruangan rawat inap diserahkan kepada perawat. Dalam
hal ini, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Nursalam (2011) mengatakan bahwa Teknik sentralisasi obat Teknik
sentralisasi obat adalah pengolahan obat bahwa seluruh obat yang diberikan kepada
klien, baik obat oral maupun obat injeksi, diserahkan sepenuhnya kepada perawat.
Pengeluarahn dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat. Dalam hal ini, klien
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat
tersebut dengan prinsip benar sebagai berikut.
1. Benar Klien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur dan gelang identitas) atau ditanyakan langsung langsung kepada klien
atau keluarganya. Jika klien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, perlu dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Sementara itu, bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagangnya yang asing (baru kita dengar namanya) harus di periksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obatnya. Sebelum memberi obat kepada klien, label pada botol atau
kemasan harus diperiksa sebanyak32tiga kali, yaitu (a) saat membaca permintaan
obat dan botolnya di ambil dari rak obat; (b) label botol dibandingkan dengan obat
yg diminta; dan (c) saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca,
isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika klien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya Kembali. Saat memberikan obat,
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisinya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke klien. Jika klien meragukan dosisinya perawat harus
memeriksanya Kembali. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki
dosis yang berbeda setiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp,
dosisnya 1 ampondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. Adapula antibiotik
1 vial dosisinya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. Dalam hal ini perawat harus tetap
hati-hati dan teliti.
4. Benar Care/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum klien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang di inginkan. Pemberian obat dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut.
a. Oral
Rute oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai
karena ekonomis, nyaman, dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui
rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Parenteral berasal dari Bahasa Yunani yaitu para berarti disamping dan
enteron berarti usus. Jadi, parenteral berarti diluar usus atau tidak melalui
saluran cerna , melainkan saluran vena (per set/per infus).
c. Topikal
Topical adalah pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Contoh
pemberikan topikal antara lain salep, loison, krim, semprot (spray) dan tetes
mata.
d. Rektal
33 berupa enema atau supositual yang akan
Obat dapat diberikan rute rektal
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek
lokal seperti kontipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), klien yang tidak
sadar/kejang (stessolid supp). Pemberian obat perektal maliki efek yang lebih
cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namu tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Inhalasi adalah cara pemberian obat melalui saluran pernapasan. Saluran napas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, sehingga berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol (Ventolin),
combivent, berotec untuk asma, atau dalam keadaan darurat seperti terapi
oksigen.
5. Benar Waktu
ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan maka harus
diberikan satu jam sebelum makan. Perlu diingat bahwa pemberian antibiotik tidak
boleh diberikan Bersama susu, karena susu dapat meningkatkan Sebagian besar
obat sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung seperti asam mefenamat.

6. Benar Dokemuntasi
Setelah obat diberikan maka harus didokumentasikan, baik dosis, rute,
maupun orang yang memberikan obat tersebut. Bila klien menolak minum obatnya
atau obat tidak dapat diminum maka harus dicatat dan dilaporkan.

2.7.4 Pengorganisasian peran dalam Sentralisasi Obat


a. Kepala Ruangan
1. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
2. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
3. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
b. Perawat Primer
1. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
3. 34 dalam pelaksanaan program terapi.
Melakukan tindakan kolaborasi
4. Melakukan pendelegasian tentang pemberian obat kepada PA.
c. Perawat Associate
1. Melakukan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
2. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
3. Melaksanakan program medis pemberian obat dengan penuh tanggung
jawab
4. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien
dirawat.
Instrumen dalam pelaksanaan sentralisasi obat
1. Lemari atau kotak sentralisasi obat.
2. Surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat

2.7.5 Alur Sentralisasi Obat

Dokter Koordinasi dengan perawat

Klien / Keluarga
 Surat persetujuan
sentralisasi obat
Farmasi / Apotik  Lembar serah terima
obat
Klien / Keluarga  Buku serah terima /
masuk obat

PP / Perawat yang menerima


35

Pengaturan dan pengelolahan


obat oleh perawat
Sumber : Nursalam (2011)

Dalam menjalankan alur sentralisasi obat, Mc Mahon (1999) dalam Nursalam (2011)
mengatakan bahwa Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai
sentralisasi obat dengan cara-cara berikut :
1. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan penggunaan dan
efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf.
2. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan gantungkan di
dinding.
3. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab beborosan obat.
4. Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
5. Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat setiap
minggu pada waktu pertemuan staf.
6. Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di perpustakaan.

2.7.6 Pengeluaran dan pembagian obat


Pengeluran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Sementara itu, penanggung jawab sentralisasi obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Dalam prosesnya,
keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat. Berikut
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengeluaran dan pembagian obat,
(Nursalam, 2011).
1. Penerimaan obat
Hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam penerimaan obat diuraikan sebagai
berikut:

36
a. Obat yang telah diresepkan lalu ditunjukan kepada perawat. Kemudian,
obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat.
b. Perawat menuliskan nama klien, nomer registrasi, jenis obat, jumlah, dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu control, serta harus diketahui
(ditandatangani) oleh kelaurga atau klien dalam buku masuk obat.
Selanjutnya, keluarga atau klien mendapatkan penjelasan jika obat tersebut
akan habis, serta penjelasan tentang ST tepat jenis, dosis, waktu, klien, dan
cara pemberian obat.
c. Klien atau keluarga mendapatkan Salinan obat yang harus diminum beserta
kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan lalu disimpan oleh perawat dalam kotak obat
2. Pembagian obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian obat baru diuraikan sebagai
berikut :
a. Obat yang telah diterima, lalu disalin dalam buku daftar pemberian obat
b. Obat yang telah disimpan lalu diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat. Hal
ini dilakukan dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang
diinstrusikan oleh dokter dan tertera pada kartu obat yang ada pada klen
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping
d. Usahankan tempat/wadah obat Kembali keperawat setelah obat dikonsumsi
klien
e. Sediaan obat yang ada lalu diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau
petugas terpilih dan didokumentasikan dalam buku masuk obat
f. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga, lalu
dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter penanggung
jawab klien.
3. Penambahan obat baru
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penambahan obat baru diuraikan sebagai
berikut :

37
a. Jika terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis, atau perubahan alur
pemberian obat, informasi ini akan dicatat dalam buku masuk obat
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang persediaan tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat, selanjutnya
diinformasikan kepada kelaurga dengan kartu khusu obat.
4. Obat khusus
Hal-hal yang perlu diperhatiak dalam obat khusus diuraikan sebagai berikut.
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar, atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu(sewaktu).
b. Pemberian oabt khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat dan
dilakukan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada klien atau atau keluarga antara lain nama
obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek smaping, dan penanggung
jawab pemberian. Wadah obat sebaiknya diserahkan atau dutunjukkan
kepada kelaurga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga
saat pemberian obat.
2.7.7 Penyimpanan persedian obat
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan obat.
1. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran obat, jenis obat, jumlah, serta
menulis etiket dan alamat klien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur
dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang telah
diterima harus dicatat dalam buku besar persediaan atau dalm kartu persediaan.
2. Membuat system kartu persediaan. Kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang
digunakan untuk mengganti buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi seperti
buku besar persediaan, yakin neraca diseimbangkan dengan menambahkan
barang yang diterima dan menguranginya dengan jumlah barang yang
dikeluarkan dalam buku besar persediaan, lalu tiap barang ditempatkan pada
halaman yang terpisah. Namun, dalam system kartu persediaan, tiap barang
dituliskan dalam kartu yang terpisah.
3. Melakukan pemeriksaan lemari obat. Hal ini dilakukan dengan melakukan
38 kunci, penerangan lemari obat, dan lemari
pemeriksaan keamanan mekanisme
pendingin. Selain itu, pemeriksaan lemari obat juga meliputi pemeriksaan
persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral (untuk diminum)
dan obat luar.

2.7.8 Mempersiapkan Daftar Obat Standar


Sifat pekerjaan kesehatan dan pengetahuan mengenai penyakit dan
pengobatannya harus berubah seiring dengan penemuan obat-obat baru. Sebagian
akibatnya, ‘daftar standar’ seringkali ‘ketinggalan jaman ‘ atau tidak adekuat lagi
daftar obat standar mungkin perlu diubah atas alasan-alasan berikut ini:
1. Terdapat penyakit baru yang belum pernah ditangani , atau pasien yang
sebelumnya merupakan pasien rawat di rumah sakit , sekarang berobat jalan
2. Terdapat obat-obat baru
3. Anggaran untuk membeli obat tidak cukup lagi untuk membeli semua obat yang
tertera dalam daftar sehingga diperlukan obat pengganti yang lebih murah.

2.7.9 Menghitung Keperluan Obat


Memesan obat lebih dari pada yang diperlukan mengakibatkan
pemborosan,karena sebagian obat akan tersisa sampai lewat batas waktu
penggunaanya memesan obat kurang dari pada yang diperlukan akan mengakibatkan
kekurangan , dan pasien tetap sakit karena tidak dapat diobati. Oleh karena itu sangat
penting diperkirakan dengan tetap berapajumlah setiap obat yang diperlukan.Hal ini
dapat dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya dipusat kesehatan atau dengan
perhitungan.

Rumus untuk menghitung


Dosis rata-rata = jumlah pasien yang biasanya diobati dengan obat itu
Pemberian obat X diantara selang waktu pembeli

Selang waktu pemberian adalah selang waktu antara dua kali kedatangan obat
berturut-turut , biasanya tiga atau enam39bulan jumlah pasien yang diobati dengan obat
tertentu atau yang terjangkit yang akan diobati dengan obat tersebut pengobatan
perhitungkan dari catatan atau pendaftaran klinik.

Mempersiapkan Obat untuk Bagian Rawat Jalan


Pengobatan dosis penu menggunakan tablet obat tertentu dapat dipersiapkan
dengan cara mengemasannya dalam amplop kecil atau kertas terlipat sebelum klinik
atau bagian rawat jalan dimulai. Sehingga pada saat pasien memerlukannya obat-obatan
tersebut sudah siap .tindakan ini memiliki beberapa keuntungan:
a. Pasien menerima pengobatan dosis penuh yang tepat.
b. Menghemat waktu , sehingga menunggu dan antri saat taplet dihitung dapat
dihindari.
c. Dapat memberi petunjuk tercetak dalam bungkus atau dituliskan di amplop
untuk memberitaukan kepada pasien bagai mana dan kapan obat di minum.
Harus di pikirkan tanda khusus untuk memberikan keterngan yang sama bagi
pasien buta hurup , misal gambar matahari terbit menandakan pagi hari.
d. Cara ini terutama barguna untuk klinik tertentu yang memberikan pengopbatan
standat kepada semua pasien, misal tablet besi dan asam folat untuk wamita
hamil .
e. Pengamatan dan pengawasan pengeluaran obat menjadi lebih mudah.

Bagaimana Mempersiapkan Kemasan Obat


Tatacara berikut ini harus diikuti untuk mengemas obat :
1. Buat daftar obat-obatan yang sering diresepkan.
2. Tuliskan rincian pengobatan yang bisa untuk tiap-tiap kelompok umur, misal 1-
4 tahun , 5-9 tahun ,10-15 tahun ,dan dewasa.
3. Tulis pengobatan sretiap hari sedemikian rupa sehingga pasien dapat
memahaminya dengan mudah misalnya ;

Dewasa
Minumlah SATU tablet tiga kali sehari :
Satu pada saat bangun tidur
Satu pada tengah hari
Satu pada saat sebelum tidur
40
Dan teruskan pengobatan untuk……….hari.
4. Cetak dan perbanyak petunjuk bila mungkin , gunakanlah kertas dengan warna
yang berbeda untuk masing-masing kelompok umur.
5. Beli atau buatlah amplop-amplop kecil.
6. Masukkan jumlah obat yang tepat untuk pengobaatan dosis penuh ke dalam
masing-masing amplop .rekatkan petunjuknya pada amplop.
Petunjuk Teknik Pengisian Format Surat Persetujuan Sentralisasi
Obat
1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri,
anak, istri, orang tua, dll
2. Nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai data pasien yang
bersangkutan.
3. Ruang diisi sesuai tempat pasien dirawat.
4. Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent.
5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan data dan pasien yang
menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.

Petunjuk Teknis Pengisian Format Pemberian Obat Oral Dan Obat Suntik
1. Pengisian nama pasien, no.reg, umur, ruangan.
2. Kolom nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis dan nama
dokter yang merawat.
3. Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada
kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan frekunsi obat diberikan.
4. Kolom pemakaian obat diisi sesusi sesuai shif, jam berapa obat diberikan
beserta paraf perawat.
5. Kolom sisa obat diisi oleh perawat pada setiap shif pagi, siang, dan malam,
yaitu jumlah obat beserta paraf perwat pada akhir dinas.

Petunjuk Teknis Pengisian Format Serah Terima Obat


1. Pengisian nama pasien, umur, no.reg, ruangan.
2. Kolom tanggal diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
3. Kolom nama obat dan jumlah diisi sesuai dengan nama obat dan jumlah yang
diterima
41
4. Kolom tanda tangan/nama tarang yang menyerahkan diisi oleh keluarga/pasien
atau perawat pada sasat pasien pulang.
5. Kolom tandatangan/nama terang yang diserahkan diisi oleh perawat atau
keluarga yang menerima.
6. Kolom keterangan diisi bila ada hal-hal yang berkaitan dengan serah terima

Petunjuk Teknik pengisian format surat persetujuan sentralisasi obat


1) Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri,
anak, istri, orang tua, dll
2) Nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai data pasien yang
bersangkutan.
3) Ruang diisi sesuai tempat pasien dirawat.
4) Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent.
5) Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan data dan pasien yang
menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.

Pentunjuk Teknik pengisian format pemberian obat oral dan suntik


1) Pengisian nama pasien, no.reg, umur, ruangan.
2) Kolom nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis dan nama
dokter yang merawat.
3) Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada
kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan frekuensi obat diberikan.
4) Kolom pemakaian obat diisi sesusi sesuai shif, jam berapa obat diberikan beserta
paraf perawat.
5) Kolom sisa obat diisi oleh perawat pada setiap shif pagi, siang, dan malam, yaitu
jumlah obat beserta paraf perwat pada akhir dinas.
Petunjuk Teknik pengisian format serah terimah obat
1) Pengisian nama pasien, umur, no.reg, ruangan.
2) Kolom tanggal diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
3) Kolom nama obat dan jumlah diisi sesuai dengan nama obat dan jumlah yang
diterima
4) Kolom tanda tangan/nama tarang yang menyerahkan diisi oleh keluarga/pasien
atau perawat pada sasat pasien pulang.
42
5) Kolom tandatangan/nama terang yang diserahkan diisi oleh perawat atau keluarga
yang menerima.
6) Kolom keterangan diisi bila ada hal-hal yang berkaitan dengan serah terima obat.

Obat merupakan salah satu program terapi yang sangat menunjang proses

kesembuhan pasien. Dalam pemberian obat diperlukan ketepatan waktu, dosis, cara dan

tempat pemberian obat. Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat

dan efektif adalah sistem sentralisasi obat yang sekarang ini sudah dikembangkan di

berbagai ruangan di Rumah Sakit . Pada sentralisasi obat perawat terlebih dahulu

memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga kemudian perawat

mengelola obat dan memberikan obat kepada pasien (Nursalam, 2014). Sentralisasi

obat adalah pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang akan diberikan ke paasien atau

klien yang disetahkan sepenuhnya oleh perawat. Salah satu peran perawat yang perlu

dilakukan dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan adalah pengawasan

terhadap penggunaan dan konsumsi obat sebagai suatu pola yang sistematis dengan alur

yang jelas melalui kegiatan sentralisasi obat. Dengan demikian penggunaan obat benar-

benar dapat dikontrol oleh pearawat (Suni 2018).

2.8 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen otentik dalam pencatatan

tindakan keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan manajemen asuhan

keperawatan profesional. Komponen penting dalam pendokumentasian adalah

komunikasi, proses keperawatan, serta standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan

efisiensi dalam pengumpulan informasi yang relevan dapat meningkatkan kualitas

dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2014). Komponen penting dalam

pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan, serta standar asuhan


43
keperawatan. Efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan informasi yang relevan

dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (ruang IRNA Pediatri Rumah

Sakit Universitas Airlangga). Data keperawatan yang terdapat dalam catatan tersebut

merefleksikan standar asuhan keperawatan yang dibeikan kepada klien. Dokumentasi

keperawatan merupakan media komunikasi antar profesi yang terlibat dalam merawat

klien. Melalui catatan integrasi antar profesi saling berkomunikasi.

Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa peran sebagai alat komunikasi

multi dimensional yaitu pada tingkat sistem kesehatan, dokumentasi keperawatan

sebagai praktik kompetensi perawat dan akuntabilitas perawat yang menginformasikan

dan menjaga regulasi standar praktik dalam melawan hukum serta dokumentasi

keperawatan sebagai standar dokumentasi keperawatan yang memfasilitasi standar

komunikasi atau bahasa klinik, menginformasikan health human resource strategy

melawan hukum dan menginformasikan koordinasi perawatan yang berkelanjutan. Pada

tingkat departemen organisasi, dokumentasi keperawatan dapat memfasilitasi standar

komunikasi antar tim profesional. Dokumentasi juga dapat menjadi media koordinasi

perawatan melintasi intra dan interdisiplin tim. Pada taraf klien maka standar

dokumentasi dapat menyampaikan secara jelas tentang riwayat klien. Dokumentasi

keperawatan juga dapat sebagai tanggung gugat perawat (nursing accountability) untuk

melindungi klien (Hannah, et al, 2015).

Perawat memiliki kontribusi penting terhadap catatan klinis dan keperawatan

klien. Dokumentasi keperawatan harus objektif dan yang dapat merefleksikan kondisi

klien serta apa yang terjadi pada klien secara akurat. Apabila terdapat tuntutan legal,

maka catatan keperawatan dapat menunjukkan alasan yang bijaksana serta dapat

dipetakan kenapa melakukan tindakan tersebut (Moyet, 2009).

44
45
BAB 3
PENGKAJIAN DAN PENGUMPULAN DATA

Dalam bab ini akan menyajikan tentang tahapan proses menejemen keperawatan yang
meliputi pengkajian dan pengumpulan data di ruang rawat inap Lt. 2 RS Kamar Medika Kota
Mojokerto.

3.1 Kajian Situasi RS. Kamar Medika


3.1.1 Gambaran Umum RS. Kamar Medika
Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang
penting. Syarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan
padanya. Rumah sakit sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah instansi,
sebuah organisasi. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Peran strategis ini didapat karena
Rumah Sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar.
Peran tersebut pada dewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-
perubahan epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan
IPTEK, perubahan struktur social ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih
bermutu, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut
perubahan pola pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Dalam kondisi dan tuntutan yang terus berubah, Rumah Sakit Kamar
Medika yang berlokasi di Jl. Empunala 351 Kota Mojokerto banyak mengalami
perubahan dalam perjalanannya. Kamar Medika telah beroperasi sejak tahun
2004 , dengan nama awal Klinik Kamar Medika. Poliklinik rawat inap Kamar
Medika terus mencoba memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Mojokerto. Setelah berjalan selama kurang lebih tiga tahun, melihat
kecenderungan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan ibu dan
anak, serta dengan banyak pertimbangan antara lain. PT.Wak Kamar Medika
Hospital dengan mempertimbangkan masukan dari menejemen Kamar Medika,
serta melihat kebutuhan masyarakat, maka pada tahun 2007 Kamar Medika telah
ditingkatkan statusnya menjadi RS. Ibu dan Anak Kamar Medika.

Pada tahun 2010 Rumah Sakit Kamar Medika mengajukan perubahan


46
status dari RS. Khusus Ibu dan Anak menjadi Rumah Sakit Umum. Dengan
keputusan Walikota Mojokerto Nomor : 188.45/446/417.111/2012 tentang ijin
Tetap penyelenggaraan Rumah Sakit Kamar Medika yang beralamat di jalan
Empunala No. 351 Kota Mojokerto.

Pada saat ini tahun 2011 Rumah Sakit Kamar Medika mengajukan
Kelas/type D sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
HK.03.05/I/1419/12. Pertimbangan kami antara lain memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan, serta memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk mendapatkan dan memilih pelayanan kesehatan yang lebih
baik. Rumah Sakit Kamar Medika saat ini juga memiliki fasilitas yang semakin
meningkat dengan tingkat human pasien berkisar 60 – 65% dengan kapasitas yang
sedang disediakan sebanyak 54 tempat tidur dan untuk saat ini sudah terpakai 43
tempat tidur yang terbagi dalam masing-masing kelas yaitu, VIP, Kelas I, Kelas
II, Kelas III, Ruang Sadar, Ruang Rawat Bersalin, Ruang Bayi, Ruang Isolasi, dan
Ruang HCU. Rumah Sakit Kamar Medika juga berusaha meningkatkan diri
dibidang SDM, Dokter, Perawat, Bidan dan Peralatan cukup lengkap dengan
dibantu banyak tim baik non medis mapun medis, maka kami ingin memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih paripurna dengan status menjadi RSU. Harapan
kami dengan peningkatan status Rumah Sakit Kamar Medika kami dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih baik, serta dapat bermitra
dengan pemerintah melalui program-program Dinas Kesehatan untuk membantu
memperbaiki pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

DALAM PERJALANANNYA KAMAR MEDIKA DIPIMPIN OLEH :

URAIAN TAHUN KEPEMIMPINAN

Klinik Kamar Medika 2004-2006 dr.Irwin Widjaja

RSIA. Kamar Medika 2006-2009 dr. Achmad Fauzin, Sp.A

RS. Kamar Medika 2009-2014 dr.Suryo Gading

RS. Kamar Medika 2014-2016 dr.H.Tatid Muhamad Ali.Msi

RS. Kamar Medika 2016-sekarang dr. H. Rambo Garudo, M. Kes

47
Rumah Sakit Kamar Medika mencakup luas lahan 2366 M 2, dengan
luas bangunan di lantai dasar 600 M2 dan lantai dua dengan luas bangunan 834
M2 ,berada di Jl. Empunala 351 Kota Mojokerto, No. Telp: ( 0321 ) 330088
Fax (0321) 393762, Milik PT. WAK Kamar Medika Hospital yang didirikan
berdasarkan akte Notaris Yulita Dasawati Asmoro,SH yang berkedudukan di
Mojokerto tanggal 14 November 2006 Jam 14.00 WIB.

3.1.2 Letak Geografis


Rumah Sakit Kamar Medika berada di wilayah kecamatan Magersari
Kotamadya Mojokerto, letak nya sangat strategis berdekatan dengan jalan raya
utama gerbang kota mojokerto dimana memiliki jumlah penduduk yang cukup
padat dengan karakter lingkungan berupa daerah perkotaan.

Batas batas Rumah Sakit Kamar Medika:

Sebelah Utara : Persawahan

Sebelah Barat : Rumah Penduduk

Sebelah Selatan : Jalan utama masuk kota Mojokerto

Sebelah Timur : Rumah Penduduk

3.1.3 Visi RS. Kamar Medika

Menjadi Rumah Sakit terpercaya dengan pelayanan kesehatan professional.

3.1.4 Misi RS. Kamar Medika


1 Menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
2 Mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai.
3 Menanamkan budaya kerja sebagai bagian dari ibadah dan profesionalisme
4 Mewujudkan wahana pembelajaran dan penelitian dalam upaya
membentuk professional yang handal
5 Meningkatkan kualitas hidup sesuai harapan pelanggan

3.1.5 Motto RS. Kamar Medika


“ Layananku Ibadahku “

48
3.1.6 Nilai-nilai RS. Kamar Medika
1. Team work
Meningkatkan kerjasama demi kepuasan pelanggan.
2. Integrity
Memberikan pelayanan terbaik sesuai kode etik yang berlaku.

3. Profesionalisme

Melaksanakan tugas sesuai standar profesi.

4. Respect

Melayani semua orang dengan sopan, jujur, terbuka dan rendah hati.

5. Inovation

Selalu melakukan perubahan dan perbaikan berkelanjutan.


6. Social Responsibilty
Memiliki kontribusi terhadap pembangunan kesehatan dan social
masyarakat disekitar unit kerja.
3.1.7 Karakter Unit Ruang Rawat Inap Lantai 3
Sifat Kekaryaan Ruang
a) Fokus Telaah
Fokus telaah di ruang rawat inap lantai 3 RS Kamar Medika lebih
ditekankan pada pemberian pelayanan asuhan keperawatan secara
menyeluruh dari aspek bio-psiko-sosio-spiritual kepada klien dan keluarga
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Disamping itu ruang
rawat inap Lantai 3 menyediakan fasilitas bagi sektor pendidikan sebagai
lahan praktik yang bisa digunakan dalampembelajaran pemberian asuhan
keperawatan langsung terhadap pasien.
b) Lingkup Garapan
Dalam pemberian asuhan keperawatan yang bersifat holistik, ruang rawat
inap Lantai 3 memberikan pelayanan secara komprehensif yang bersifat
actual maupun potensial baik langsung kepada pasien atau keluarga pasien.
Pemberian pelayanan perawatan ini tetap mengacu pada etika keperawatan
dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan dari pasien.

49
c) Basis Intervensi
Basis intervensi ruang rawat inap Lantai 3 mengacu pada tingkat kepuasan
dari pasien. Ruang rawat inap Lantai 3 yang merupakan tentu
mengutamakan kualitas lebih yang diberikan kepada pasien.
Pengoptimalan pemberian asuhan keperawatan dan
pelaksanaanmanajemen keperawatan yang bersifat human komprehensif,
dan teuka menjadi kelebihan yang diberikan kepada pasien.

50
3.1.8 Struktur Organisasi RS. Kamar Medika
3.2 Kajian Situasi Di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RS. Kamar Medika
3.2.1 M1 (MAN)
A. Struktur Organisasi

Ruang Rawat Inap Lantai 2 RS Kamar Medika dipimpin oleh seorang Kepala

Ruangan dan Kepala Tim dibantu oleh para anggota. Adapun organisasi sebagai

berikut :

Kepala Ruangan
Novia Budi N, Amd. Kep

Katim I Katim II Katim III

Anggota Anggota Anggota

Gambar 3.1 Struktur Organisasi di Ruang Rawat Inap Lantai 2

Gambar 3.1 Struktur Organisasi di Ruang Rawat Inap Lantai 2

15
B. Daftar Pegawai di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RS. Kamar Medika

Tabel 2.1 Daftar Nama Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 2 RS. Kamar Medika

TEMPAT/ UNIT MASA


N NAMA PENDIDIKA TAHUN MULAI PELATIHA
NIP JK TANGGAL SEKOLAH KERJ KERJ
O LENGKAP N LULUS KERJA N
LAHIR A A
Novia Budi Mojokerto, 17 Akper Bina 11 PJ 21 8 th
520419 D3
1 Nurulia P November Sehat PPNI Agustus Perawat Novembe BLS
9 Keperawatan
AMd.Kep 1990 Mojokerto 2012 Lantai 2 r 2013
Maldalena Akper Dian 4 th
520430 Mojokerto, 27 D3 29 Juni Perawat 17 Juni
2 Wahyunani P Husada BLS
7 Maret 1995 Keperawatan 2016 Ranap 2017
Amd.kep Mojokerto
Sidoarjo, 02 Akper Dian 5 th
Iin Indrawati 520427 D3 04 Juli Perawat 21 Juni
3 P Desember Husada BLS
Amd.Kep 0 Keperawatan 2015 Ranap 2016
1993 Mojokerto
Riza Dwi Akper Adi 2 th
520437 Mojokerto, 23 D3 24 Juli Perawat 01 Juni
4 Pratiwi P Husada BLS
9 April 1992 Keperawatan 2013 Ranap 2019
Amd.Kep Surabaya
Nur Seno 15 5 th
520428 Sidoarjo, 24 STIKES Perawat 02 Januari
5 Pambudi Arta L Profesi Ners Septembe BTCLS
3 Juni 1987 Dian Husada Ranap 2017
S.Kep.Ns r 2012
Mohamad Akper 09 04 3 th
520431 Mojokerto, 13 D3 Perawat
6 Abdul Ghofur L Kosgoro Agustus Agustus BTCLS
2 Februari 1993 Keperawatan Ranap
Amd.Kep Mojokerto 2016 2018
Ahmad STIKES 06 3 th
520434 Sumenep, 10 Perawat 03 April
7 Riyandi L Profesi Ners Husada Septembe BTCLS
1 Februari 1987 Ranap 2018
S.Kep.Ns Jombang r 2014
STIKES 1 th
Rina Mojokerto, 05 01
520443 Bina Sehat Perawat 25 Maret
8 Andriyanti P November Profesi Ners Septembe BTCLS
8 PPNI Ranap 2021
Amd.Kep 1996 r 2020
Mojokerto
9 Binti Laily 520437 P Mojokerto, 08 Profesi Ners STIKES 20 Perawat 20 Maret 3 th BTCLS
Rosidah 1 Desember Bina Sehat Agustus Ranap 2019
PPNI
S.Kep.Ns 1994 2018
Mojokerto
STIKES 5 th
Arif Rakhman 01
520427 Lamongan,14 Bina Sehat Perawat 30 Juli
10 Pramudiya L Profesi Ners Oktober BTCLS
4 Agustus 1991 PPNI Ranap 2016
S.Kep.Ns 2015
Mojokerto
STIKES 1 th
Vika Rizkiya 520443 Mojokerto, 19 Bina Sehat 01 Juli Perawat 24 Maret
11 P Profesi Ners BTCLS
S.Kep.Ns 7 Januari 1996 PPNI 2019 Ranap 2021
Mojokerto
STIKES 1 th
Devi Aulia Jombang, 09 01
520444 Bina Sehat Perawat 25 Maret
12 Masruroh, P Desember Profesi Ners Septembe BTCLS
1 PPNI Ranap 2021
S.Kep.Ns 1997 r 2020
Mojokerto
Vera 4 bln
Lumajang, 15 Akper 25 21
Hidayatul 520447 D3 Perawat
13 P November Kosgoro Agustus Novembe BTCLS
Hidayah 2 Keperawatan Ranap
1998 Mojokerto 2020 r 2021
Amd.Kep
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada hari Rabu,
tanggal 23 Maret 2022 Di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika didapatkan data
bahwa tingkat pendidikan tenaga keperawatan di RS. Kamar Medika kualifikasi
pendidikan tenaga keperawatannya bervariasi ada 7 orang perawat
berpendidikan ners dan 6 orang perawat berpendidikan D-III keperawatan. Rumah
Sakit Kamar Medika dalam program pengembangan pendidikan pegawai,
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan bidang kesehatan. Perawat di
RS. Kamar Medika semua mempunyai pelatihan BTCLS dan belum mempunyai
pelatihan khusus untuk keperawatan spesialis. Tidak semua perawat memiliki
pelatihan khusus. Rata-rata mendapatkan pelatihan BTCLS dan BLS.
C. Tingkat Pendidikan Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lt.2 Rumah
Sakit Kamar Medika

Tingkat Pendidikan Tenaga Keperawatan Lt.2


RSKM

D-III Kep

46% 54% Profesi Ners

Gambar 2.2 Diagram Tingkat Pendidikan Tenaga Keperawatan Di ruang rawat inap
Lt.2 RS. Kamar Medika
a. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan cara melihat di buku daftar
pegawai pada hari rabu tanggal 23 Maret 2022, didapatkan data bahwa tingkat
pendidikan pegawai adalah D3 keperawatan sebanyak 6 orang (46%) dan Profesi
Ners sebanyak 7 orang (54%).
b. Berdasarkan hasil koesioner yang disebarkan pada hari rabu tangga 23 Maret
2022,didapatkan data bahwa tingkat pendidikan pegawai adalah D3 keperawatan
sebanyak 6 orang (46%) dan Profesi
18Ners sebanyak 7 orang (54%).
D. Jenis Pelatihan yang diikuti Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lt.2
Rumah Sakit Kamar Medika

Pelatihan yang diikuti Tenaga Keperawatan di


Ruang Rawat Inap Lt.2

BLS

30,8%

69,2 %

BTCLS

Gambar 2.3 Diagram Jenis Pelatihan Yang Diikuti Tenaga Keperawatan Di


Ruang Rawat Inap Lt.2 Rumah Sakit Kamar Medika.

Berdasarkan hasil observasi pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2022, didapatkan
data seluruh pegawai sudah memiliki sertifikasi BLS 4 (30,8%) orang dan BTCLS 9
(69,2%) orang yang masih aktif.
E. Masa Kerja Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lt.2 Rumah Sakit
Kamar Medika

Masa Kerja Tenaga Keperawatan di Ruang


Rawat Inap Lt.2
8%

38%
31%

23%

<1 th 1-2 th 3 th >3 th

Gambar 2.4 Diagram Masa Kerja Tenaga Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Lt.2
RS. Kamar Medika
19
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan cara melihat daftar buku
pegawai pada hari Rabu, tanggal 23 Maret 2022, didapatkan data sebagian besar
perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 1 th sebanyak 1 orang (8%), 1-2
tahun sebanyak 4 orang (31%), 3 tahun sebanyak 3 orang (23%) dan lebih dari 3
tahun sebanyak 5 orang (38%). Berdasarkan hasil wawancara,seluruh perawat di
ruang rawat inap RS. Kamar Medika sudah memiliki STR yang masih aktif.
F. Tenaga Non-Keperawatan

Tabel 2.2 Daftar Jumlah Tenaga Kerja Non-Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Lt.2
RS. Kamar Medika
No Kualifikasi Jumlah (orang)
1 Ahli Gizi 2
2 Cleaning service 4
3 Farmasi klinis 4
Jumlah 10

Berdasarkan data di atas di dapatkan hasil bahwa tenaga non keperawatan di


Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika berdasarkan tenaga Non-keperawatan
yaitu ahli gizi, Cleaning service sebanyak 2 orang (20%), cleaning service 4
orang (40%), dan Farmasi klinis 4 orang (40%).
G. Pembagian Dinas Perawat Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika Tanggal 23
Maret 2022

Tabel 2.3 Daftar Pembagian Dinas Perawat Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika
Tenaga Pagi Sore Malam Libur
Kepala Ruangan 1 - - -
Kepala Jaga 1 1 1 1
Perawat Pelaksana 2 2 2 2
Total 4 3 3 3
Berdasarkan data di atas di dapatkan hasil bahwa tenaga keperawatan di
Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika berdasarkan dinas perawat dibagi dinas
pagi 4 orang dinas sore 3 orang malam 3 orang dan libur 3 orang.
H. Perhitungan Tenaga Keperawatan
a) Tingkat Ketergantungan Pasien Berdasarkan Standar Klasifikasi
Pasien Mengunakan Rumus Depkes RI
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien :
20
1. Asuhan keperawatan minimal
2. Asuhan keperawatan parsial
3. Asuhan keperawatan total

Tabel 2.4 Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Rawat Inap RS. Kamar
Medika Tanggal 23 Maret 2022
No Kategori Rata jumlah Jumlah jam Rata- rata jumlah
pasien/hari perawatan/hari pasien xjumlah jam
perawatan
1 Minimal 10 2 20
2 Parsial 3 3,08 9,24
3 total 0 4,15 0
jumlah 13 29,24

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan


Jumlah jam perawatan diruangan/ hari = 29,24 = 4,17 = 4 orang

Jam efektif perawat 7

b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar) x Σ perawat dibutuhkan

Σ hari kerja efektif


(52+12+14) x 4,17 = 319,8 = 1,11
286 286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 4,17 + 1,11 x 25%
= 1,32
d. Total
4,17 + 1,11 + 1,32 = 6,6 orang = 7 orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang rawat inap Lt.2 Rs. Kamar Medika untuk tanggal 28 Juli 2021 sebanyak 7
orang/shift

21
Hasil Analisis
Berdasarkan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan menurut
Depkes (2005) rata-rata perawat pelaksana sebanyak 19 orang.
Sedangkan ruangan memiliki 13 perawat dengan perincian 12 orang
perawat pelaksana (4 PJ shift dan 8 PA) dan 1 kepala ruangan.
Berdasarkan perhitungan tenaga perawat pelaksana kekurangan
tenaga perawat sebanyak 2 orang/shift.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala ruangan pada tanggal
23 Maret 2022 menyatakan bahwa kinerja perawat sudah cukup
bagus, dan disiplin dalam bekerja. Berdasarkan observasi dengan
cara mengamati perawat datang 30 menit lebih awal sebelum
operan shift. Berdasarkan hasil observasi kepala ruangan
menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Yakni, adanya peran
serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah keputusan yang
dilakukan dengan cara musyawarah mufakat.
b) BOR di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika Tanggal 21-25 Maret 2022
Tabel 2.5 Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika Tanggal 21-25 Maret 2022

Tanggal Ruang Kapasitas Pukul Jumlah BOR


pasien Ruangan
21 Maret 2022 Ruang 18 Bed 13.00 9 50%
Lt. 2
22 Maret 2022 Ruang 18 Bed 13.00 12 66,7%
Lt. 2
23 Maret 2022 Ruang 18 Bed 13.00 13 72%
Lt. 2
24 Maret 2022 Ruang 18 Bed 13.00 14 77,8%
Lt. 2
25 Maret 2022 Ruang 18 Bed 13.00 14 77,8%
Lt. 2

22
3.3 M2 (MATERIAL)
3.2.1 Gambaran Umum RS Kamar Medika
A. Sejarah RSU Kamar Medika
Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang
penting. Syarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan
padanya. Rumah sakit sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah instansi,
sebuah organisasi. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat di Indonesia. Peran strategis ini didapat karena Rumah Sakit
adalah fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar. Peran tersebut pada
dewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan
epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan IPTEK,
perubahan struktur social ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih bermutu,
ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut perubahan pola
pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Dalam kondisi dan tuntutan yang terus berubah, Rumah Sakit Kamar Medika
yang berlokasi di Jl. Empunala 351 Kota Mojokerto banyak mengalami perubahan
dalam perjalanannya. Kamar Medika telah beroperasi sejak tahun 2004 , dengan
nama awal Klinik Kamar Medika. Poliklinik rawat inap Kamar Medika terus
mencoba memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Mojokerto. Setelah
berjalan selama kurang lebih tiga tahun, melihat kecenderungan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta dengan banyak
pertimbangan antara lain. PT.Wak Kamar Medika Hospital dengan
mempertimbangkan masukan dari menejemen Kamar Medika, serta melihat
kebutuhan masyarakat, maka pada tahun 2007 Kamar Medika telah ditingkatkan
statusnya menjadi RS. Ibu dan Anak Kamar Medika.

Pada tahun 2010 Rumah Sakit Kamar Medika mengajukan perubahan status
dari RS. Khusus Ibu dan Anak menjadi Rumah Sakit Umum. Dengan keputusan
Walikota Mojokerto Nomor : 188.45/446/417.111/2012 tentang ijin Tetap
penyelenggaraan Rumah Sakit Kamar Medika yang beralamat di jalan Empunala
No. 351 Kota Mojokerto.

Pada saat ini tahun 2011 Rumah Sakit Kamar Medika mengajukan
Kelas/type D sesuai Keputusan Menteri
23 Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
HK.03.05/I/1419/12. Pertimbangan kami antara lain memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan, serta memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk mendapatkan dan memilih pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Rumah Sakit Kamar Medika saat ini juga memiliki fasilitas yang semakin
meningkat dengan tingkat human pasien berkisar 60 – 65% dengan kapasitas yang
sedang disediakan sebanyak 54 tempat tidur dan untuk saat ini sudah terpakai 43
tempat tidur yang terbagi dalam masing-masing kelas yaitu, VIP, Kelas I, Kelas II,
Kelas III, Ruang Sadar, Ruang Rawat Bersalin, Ruang Bayi, Ruang Isolasi, dan
Ruang HCU. Rumah Sakit Kamar Medika juga berusaha meningkatkan diri
dibidang SDM, Dokter, Perawat, Bidan dan Peralatan cukup lengkap dengan
dibantu banyak tim baik non medis mapun medis, maka kami ingin memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih paripurna dengan status menjadi RSU. Harapan
kami dengan peningkatan status Rumah Sakit Kamar Medika kami dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih baik, serta dapat bermitra
dengan pemerintah melalui program-program Dinas Kesehatan untuk membantu
memperbaiki pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

DALAM PERJALANANNYA KAMAR MEDIKA DIPIMPIN OLEH :

URAIAN TAHUN KEPEMIMPINAN

Klinik Kamar Medika 2004-2006 dr.Irwin Widjaja

RSIA. Kamar Medika 2006-2009 dr. Achmad Fauzin, Sp.A

RS. Kamar Medika 2009-2014 dr.Suryo Gading

RS. Kamar Medika 2014-2016 dr.H.Tatid Muhamad Ali.Msi

RS. Kamar Medika 2016-sekarang dr. H. Rambo Garudo, M. Kes

Rumah Sakit Kamar Medika mencakup luas lahan 2366 M2, dengan luas
bangunan di lantai dasar 600 M2 dan lantai dua dengan luas bangunan 834 M2 ,berada
di Jl. Empunala 351 Kota Mojokerto, No. Telp: ( 0321 ) 330088 Fax (0321) 393762,
Milik PT. WAK Kamar Medika Hospital yang didirikan berdasarkan akte Notaris
Yulita Dasawati Asmoro,SH yang berkedudukan di Mojokerto tanggal 14 November
2006 Jam 14.00 WIB.

24
B. Letak Geografis
Rumah Sakit Kamar Medika berada di wilayah kecamatan Magersari
Kotamadya Mojokerto, letak nya sangat strategis berdekatan dengan jalan raya utama
gerbang kota mojokerto dimana memiliki jumlah penduduk yang cukup padat
dengan karakter lingkungan berupa daerah perkotaan.

Batas batas Rumah Sakit Kamar Medika:

Sebelah Utara : Persawahan

Sebelah Barat : Rumah Penduduk

Sebelah Selatan : Jalan utama masuk kota Mojokerto

Sebelah Timur : Rumah Penduduk

C. Pelayanan RS. Kamar Medika

1 Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Umum


Poliklimik KIA
Poliklinik Gigi Umum
2 Pelayanan Medik Spesialis Poliklinik Spesialis Bedah Umum
Poliklinik Spesialis Orthopedi.
Poliklinik Spesialis Obgyn
Poliklinik Spesialis Anak
Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
Poliklinik Spesialis Mata
Poliklinik Spesialis Jantung
Poliklinik Spesialis Paru
Poliklinik Spesialis Syaraf
Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
Poliklinik Spesialis Gigi Bedah Mulut
Poliklinik Spesialis Kesehatan Gigi Anak
Poliklinik Spesialis Bedah Syaraf

3 Pelayanan Spesialis Spesialis Radiologi


Penunjang Medik.
4 Pelayanan Gawat Darurat IGD 24 Jam.
25
5 Pelayanan Penunjang HCU
Medik Radiologi
Laboratorium
Farmasi
Gizi
Rekam Medik
CSSD
Kamar Operasi
Rawat Inap
6 Pelayanan Non Medik Ambulance
Loundry
Jasa Boga
Tehnik pemeliharaan sarana dan prasarana.
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan air bersih
Kamar Jenazah
Gas medis
APAR

D. Pelayanan Unggulan RS. Kamar Medika


Dari hasil wawancara dengan pihak RS. Kamar Medika menerangkan bahwa, RS.
Kamar Medika saat ini telah mengembangkan layanan MEDJEK. MEDJEK sendiri
merupakan sebuah inovasi pelayanan antar obat ke rumah pasien, pengambilan obat,
dan hasil laboratorium dari RS. Kamar Medika. Inovasi ini tumbuh seiring dengan
perkembangan model pemasaran berupa Delivery Order yang bisa dilakukan secara
DO/COD. Layanan ini bertujuan untuk mempermudah pasien dalam memperoleh
pengobatan.

3.2.2 Gambaran Fisik di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika


Praktik manajemen keperawatan pada mahasiswa Profesi Ners Stikes Bina
Sehat PPNI Mojokerto mengambil tempat di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar
Medika. Ruang Rawat Inap Lt.2 merupakan ruangan khusus rawat inap Kelas II,
Kelas I, VIP, dan VVIP. Berdasarkan Pengkajian data awal yang dilakukan pada
tanggal 23 Maret 2022. Adapun data yang diperoleh antara lain :

26
a. Lokasi dan Denah Ruangan
Ruang Ruang Rawat Inap Lt.2 adalah ruangan khusus rawat inap Kelas II, Kelas I,
VIP, dan VVIP dengan kapasitas 18 pasien. Praktik manajemen keperawatan pada
mahasiswa Profesi Ners Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto mengambil tempat di
ruangan khusus rawat inap Kelas II, Kelas I, VIP, dan VVIP.

Denah Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika

b. Peralatan dan Fasilitas


1. Peralatan dan Fasilitas Perawat
a. Nurse Station
b. Kipas Angin
c. AC
d. Loker
e. Rak Sepatu
2. Administrasi Penunjang
a. Buku laporan dan timbang terima
b. Buku observasi TTV 27
c. Buku nilai kritis laboratorium
d. Dokumen SOP
e. Buku monitoring inventaris sarana dan prasarana ruangan
f. Buku diet pasien
g. Buku visite dokter spesialis
h. Buku resep
i. Buku rapat
j. Buku bon umum dan logistic
k. Lembar diagnosa keperawatan
l. Berbagai macam lembar persetujuan medis dan penolakan medis
m. Buku observasi suhu kulkas
n. Buku dokumentasi obat emergency
o. Sistem informasi Manajemen (SIM)
p. Rekam medik atau status pasien (lembar penerimaan pasien baru, lembar
identitas, lembar pengkajian , laporan tindakan dan lembar observasi harian) :
➢ RM 1 : Ringkasan Pulang (Discharge Summary)
➢ RM 2 : Surat Pernyataan Umum Saat MRS
➢ RM 3 : Pelepasan Informasi Pasien
➢ RM 4 : Ringkasan Keluar Masuk
➢ RM 5 : Formulir Serah Terima Pasien
➢ RM 6 : Lembar Triase dan Pengkajian IGD
➢ RM 8 : Asesmen awal pasien rawat inap dewasa
➢ RM 9 : Formulir pemberian edukasi
➢ RM 10 : lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
➢ RM 11 : Formulir tindakan pasien ke perawatan
➢ RM 12 : Lembar observasi dengan sekor news/ lembar observasi
➢ RM 13 : Lembar pengobatan
➢ RM 14 : Assesment nyeri wong baker fase skale
➢ RM 15 : Resiko jatuh pasien dewasa
➢ RM 16 : Formulir rekonsiliasi obat
➢ RM 19 : Lembar penempelan hasil
➢ RM 20 : Surat pengantar MRS

28
3.2.3 Sarana yang terdapat di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika di Ruang
Rawat Inap RS. Kamar Medika sesuai dengan Pedoman Teknis Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit Menurut Permenkes RI 2016
Tabel 2.6 Sarana yang terdapat di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika sesuai
dengan Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Menurut Permenkes RI
2016
Kondisi
No Sarana Standart Depkes Keterangan
diruangan
1 Ruang Rawat Inap Kebutuhan Luas 1 ruang Kelas II terdapat 2
ruang 1 TT kelas II 7,5 TT, Kelas I 1 TT,
minimal 7,2 m2. VIP 1 TT, VVIP 1
m2. TT
2 Nurse Station 1 nurstasion Diruang -
maksimum untuk Rawat Inap
melayani 25 TT Lt.2 1
nurstasion
melayani 18
TT
3 Ruang Konsultasi Ada Tidak ada -
4 Ruang Tindakan Ada Tidak ada Di ruang rawat ianap
Lt.2 tidak ada ruang
tindakan khusus
5 Ruang Ada Tidak ada Diruang rawat inap
Administrasi Lt.2 untuk proses
administrasi
pengentrian data
dilakukan oleh
perawat tetapi untuk
proses administrasi
langsung ke bagian
administrasi kasir.
6 Ruang kepala Ada Tidak ada -
ruangan

7 Ruang linen Ada Ada -


bersih

29
8 Ruang linen Ada Ada -
kotor

9 Spool hock Ada Ada -

10 KM/WC Luas setiap KM/WC KM/WC pasien Diruang rawat inap


2-3 m2.menurut sudah ada luas Lt.2 1 KM/WC
kemenkes RI 1 setiap KM/WC digunakan untuk
KM/WC digunakan 1 3 m2. perawat sendiri, dan
kamar perawatan. ada KM/WC sendiri
di tiap ruang rawat
inap.

3.2.4 Fasilitas Ruang Rawat Inap


a. Fasilitas Nurstasion
Dari hasil pengamatan didapatkan data hasil observasi mulai tanggal 23 Maret
2022, didapatkan gambaran fasilitas petugas kesehatan diruang rawat inap LT.2
RS. Kamar Medika sebagai berikut:

Tabel 2.7 Fasilitas Nurse station di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika

No Nama barang Kondisi Ideal Keterangan


1 Kulkas 1 1/ruangan Baik
2 Kipas angin 1 1/ruangan Baik
3 AC 1 1/ruangan Baik
4 Tempat Linen 1 1/ruangan Baik
5 Rak tas/penyimpanan 1 1/ruangan Baik
barang
6 Komputer set 1 1/ruangan Baik
7 Lemari obat 1 2/ruangan Baik
8 Lemari dokumen 1 1/ruangan Baik
9 Jam dinding 1 1/ruangan Baik
10 Kursi 4 - Baik
11 Meja 2 - Baik
12 Telepon 1 1/ruangan Baik
30
13 Galon 2 - Baik
14 Rak sepatu 1 1/ruangan Baik
15 Kamar mandi 1 1/ruangan Bersih
16 Papan tulis 1 1/ruangan Baik
17 Wastafel 1 1/ruangan Baik
18 Tempat sampah non 2 1/ruangan Baik
medis
19 Tempat sampah medis 2 1/ruangan Baik
20 APAR 1 1/ruangan Baik
Berdasarkan hasil observasi diatas pada tanggal 23 Maret 2022, fasilitas di
Nurstasion diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika sudah baik, sudah sesuai
dengan standart Permenkes 2010.
b. Fasilitas Ruang Rawat Inap
Dari hasil pengamatan didapatkan data hasil observasi mulai tanggal 23 Maret
2022, didapatkan gambaran fasilitas Ruang rawat inap diruang rawat inap LT.2 RS.
Kamar Medika sebagai berikut:

Tabel 2.8 Fasilitas Ruang rawat inap diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika

No Nama barang Idel Kondisi diruangan Keterangan


1 Tempat tidur 1:1 18 Baik
2 Kamar mandi /WC 1:1 18 Baik
3 Meja pasien 1:1 18 Baik
4 Kursi pasien 1:1 18 Baik
5 Bel perawat 1:1 18 Baik
6 Bantal 1:1 18 Baik
7 Selimut 1:1 18 Baik
8 Oksigen sentral 1:1 18 Baik
9 Standart infus 1:1 18 Baik
Berdasarkan data diatas fasilitas untuk ruang perawatan hampir semua baik
sesuai standart Permenkes RI 2010 tantang klasifikasi rumah sakit, untuk bel
perawat sudah ada dan berfungsi dengan baik.

31
c. Alat Kesehatan Yang Ada di Nurse Station
Tabel 2.9 Alat Kesehatan Yang Ada di Nurse Station

No Nama barang Ideal Kondisi Keterangan


diruangan
1 Stetoskop 2/ruangan 4 Stetoskop untuk dokter
dan perawat
2 Hb meter 2/ruangan - Untuk cek Hb langsung
Dilakukan oleh petugas
laboratorium
3 Lemari es 1/ruangan 1 Baik
4 Com stainles 3/ruangan 1 Peralatan Steril Langsung
Mengambil
ke CSSD
5 Tabung O2 2/ruangan 1:1 Oksigen sentral
6 Senter 2/ruangan 1 Baik
7 Bak injeksi 2/ruangan 2 Baik
8 Tempat sampah 1:1 4 Baik
9 Papan tulis/ 1/ruangan 1 Baik
white Board
10 Troli emergency 1/ruangan 1 Baik
11 Tensimeter 2/ruangan 4 Tensimeter anak 1
dewasa 3
12 Pinset anatomis, 2/ruangan 5 Jadi satu dengan set rawat luka
cirugis,nekrotomi
13 Gunting perban 2/ruangan 5 Jadi satu dengan set
rawat luka
14 Bengkok 2/ruangan 3 Baik

15 Suction 2/ruangan 1 Baik

16 Telepon 1/ruangan 1 Baik

17 Komputer 1/ruangan 1 Baik

18 Alat pemadam 1/ruangan 1 Baik


kebakaran
19 Lemari obat 2/ruangan 1 Baik

20 Lampu darurat 2/ruangan 2 Baik

21 Standar infuse 1:1 23 Tiap bed Terdapat standar infuse

22 Ambu bag 1/ruangan 1 Baik

32
23 Termometer 5/ruangan 3 Baik
24 Troly rawat luka 1/ruangan 1 Baik
25 Troly injeksi 1/ruangan 1 Baik
26 Timbangan BB/TB 1/ruangan 1 Baik
27 Baki 5/ruangan 6 Baik
28 Oxymetri 1/ruangan 1 Baik
29 Nebulizer 2/ruangan 2 Baik
30 Lampu baca x-ray 1/ruangan 1 Baik
31 Syringpump 1/ruangan 3 Baik
32 ECG 1/ruangan 1 Baik
33 GDA 1/ruangan 1 Baik
34 Kursi roda 2-3/ ruangan 1 Baik
35 Pispot 1:1 23 Baik
36 Urinal 1:1 23 Baik
Semua alat kesehatan yang tersedia diunit rawat inap sudah menunjang
dalam asuhan keperawatan masih layak pakai dan kondisi baik sesuai standart
Permenkes RI 2010 tantang klasifikasi rumah sakit.Dan semua peralatan medis
rutin dibersihkan setiap selesai pemakaian.
d. Persediaan Obat di Troli Emergency diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika

No Nama barang Jumlah Tanggal ED Keterangan


1 Aminopilin inj. 1 Februari 2023 Baik

2 Indexon inj. 1 Oktober 2024 Baik


3 Cortidex inj. 1 Nopember 2024 Baik
4 Valisanbe inj. 1 Maret 2023 Baik
5 Epineprin inj. 2 Mei 2023 Baik
6 Amiodaron inj. 1 Mei 2024 Baik
7 Dopamin inj. 1 Februari 2023 Baik
8 Dobutamin inj. 1 Desember 2023 Baik
9 Vascon inj. 1 Juli 2024 Baik
10 Digoxin inj. 1 Juni 2023 Baik
11 Gelofusin 1 Januari 2023 Baik
12 Stesolid supp 1 Oktober 2023 Baik

33
Dari hasil obsevasi dan wawancara dengan CI ruangan didapatkan obat
emergency tersedia diruangan dan selalu di cek petugas farmasi sebagai
penanggung jawab obat emergency ruangan.
e. Inventaris B3 diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika

No Nama Bentuk Jumlah Satuan Sifat B3 Ketersedi Cara Cara


B3 B3 aan medis penge penyimpaan
di lokasi masan
1 Bayclin Cair 1 Botol Berbahaya ada Botol Disimpan di
terhadap tertutup lemari
lingkungan
2 Pengharum Gas 1 Botol Berbahaya ada Botol Disimpan di
ruangan terhadap tertutup lemari
lingkungan
3 Baygon Gas 1 Botol Berbahaya Tidak ada Botol Disimpan
terhadap tertutup dilemari
lingkungan
4 Aseptic gel Cair 25 Botol Iritatif Ada Botol Disimpan
tertutup dilemari
5 Aseptic wash Cair 5 Botol iritatif Ada Botol Disimpan
tertutup dilemari
a. Persediaan linen di diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika

No Nama Ratio Jumlah yang ada keterangan


Barang /Alat di ruangan
1 Gordyn 1:2 Seluruh alat tenun di rawat Antara bed pasien satu dengan yang
inap dikelola oleh loundry lain di pisah gordyn adalah satu
ruangan.

2 Sprei besar 1:5 1:1 Setiap bed pasien


terdapat sprei
3 Selimut biasa 1:5 1:1 Setiap bed pasien
terdapat selimut
4 Sarung bantal 1:6 1:1 Setiap bed pasien
terdapat sarung bantal
5 Sarung guling 1:3 10 -
8 Stik laken 1 : 6-8 1:1 -
11 Perlak 1:5 10 -
12 Guling 5 Jarang di gunakan,hanya untuk pasien
kebutuhan khusus.

13 Bantal 1 / bed 23 Sisa bantal di lemari


linen bersih

34
b. Pengelolaan sampah dan pembuangan limbah
1. Limbah B3
Limbah Padat dari Unit
Memasukkan limbah padat pada kantong sampah dan tempat sampah sesuai
jenisnya, yaitu :
a. Pemilahan sampah berdasarkan jenisnya,Membuang sampah infeksius dan
non tajam dalam kantong dan tempat sampah infeksius berwarna kuning.
b. Membuang sampah medis tajam (jarum suntik, spuit, ampul, vial, ujung
selang cairan infus dll) dalam wadah tertutup khusus /safety box. dengan
kapasitas penuh ¾.
c. Membuang sampah medis (botol infus, selang, handscun, dll) di buang dalam
tong sampah yang dilapisi dengan kresek berwarna kuning lalu di ambil oleh
petugas khusus “Cleaning servis” untuk di pindah ke depo ruangan,
kemudian dengan trolly khusus dibawa ke depo pusat dan di berikan pada
pihak ke 3 berijin (setiap 2x24 jam)
d. Membuang sampah non medis (kertas, tissue, kantong plastik, dll) di buang
pada tong sampah yang dilapisi kresek hitam.

Gambar 2.6 Alur Pengelolaan Sampah/Limbah

SAMPAH MEDIS RUANGAN DI BUANG DIPLASTIK BERWARNA


KUNING DAN NON MEDIS DIPLASTIK BERWARNA HITAM

PLASTIK KUNING DIAMBIL PETUGAS

PENGAMBILAN 2X PAGI DAN SORE

DIKUMPULKAN DI TPS B3 DI SEBELAH


INSTALASI FORENSIK DEKAT MASJID

DIKUMPULKAN DAN DITIMBANG


OLEH PETUGAS SAMPAH

SAMPAH MEDIS DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN


JENIS YAITU VIAL, SPUIT, AMPUL

PENGAMBILAN OLEH PT PRIA SETIAP 2 X 24

35
c. Alur Pengadaan Alat Baru
Proses pengadaan alat baru di RS. Kamar Medika diawali dari unit kerja
meminta surat persetujuan pengadaan alat kesehatan ke direktur untuk mendapat
persetujuan dari direktur dan yayasan,bila disetujui logistik farmasi akan menerima
disposisi surat pengadaan alat kesehatan ke tim alkes.Tim alkes mengadakan
penawaran kepada distributor atau vendor untuk pemberian alkes. Distributor
atau vendor yang terpilih dari hasil rapat presentasi pengadaan alkes dilaporkan ke
direktur.Direktur mendistribusikan surat kepada logistik farmasi dan keungan
untuk pengadaan dengan pengeluaran PO (permintaan alkes) dari logistik
farmasi.Tim alkes memastikan MOU untuk pengadaan alkes dengan
distributor/vendor.Proses pengadaan alat baru di Ruang Rawat Inap RS. Kamar
Medika diawali dengan membuat memo untuk di ajukan ke direktur kemudian
disetujui dari yang terkait.Sementara itu, untuk pengadaan kebutuhan alat baru
yang tidak terencana (dadakan) dan urgen, maka diusahakan untuk pengadaan
barangnya sesegera mungkin setelah mendapat pesetujuan.Namun apabila
kebutuhan alat terencana,maka tahapan proses pencairan dan pemesanan masih
akan diproses.

Data Wawancara
Hasil dari wawancara dengan tenaga Keperawatan tentang kelengkapan
sarana dan prasarana diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika hampir semua
alat tersedia,layak pakai, dan dalam kondisi baik, tidak ada alat rusak karena baru
di ganti semua awal tahun 2020. Fasilitas untuk ruang perawatan hampir semua
baik dan layak pakai.Pengadaan alat untuk mengatasi terjadinya kekurangan alat,
serta pengadaan alat baru,harus berdasarkan alur diantaranya ; usulan ,
perencanaan, persetujuan, pengadaan, pencairan, dan pemesanan.
Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika memilki nurse station yang lokasinya
strategis dengan ruang rawat inap.Selain itu, diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar
Medika sudah memiliki ruangan untuk sentralisasi obat sekaligus menjadi tempat
beberapa tindakan,diantaranya; mengoplos obat.
Tempat cuci tangan sudah terpasang poster cuci tangan dan adanya tissue
sekali buang sebagai sarana mengeringkan tangan setelah selesai cuci tangan.

36
3.3 M3 (METHODE)
3.3.1 MPKP
Struktur MPKP

Kepala Ruangan

PJ Shift PJ Shift PJ Shift

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

PASIEN

a. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan di Ruang Rawat Inap RS. Kamar
Medika pada tanggal 24 Maret 2022 didapatkan hasil bahwa model keperawatan
yang digunakan di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika yaitu model asuhan
keperawatan MPKP modifikasi Tim dan fungsional, yang dilaksanakan setiap
jaga,dikarenakan tenaga kerja perawat hanya sedikit, dengan jumlah 13 tenaga
perawat, dimana pada jam kerja pagi ada 3-4 perawat beserta dengan kepala
ruangan, sedangkan disaat jaga sore ada 3 perawat dan malam terdapat 3
perawat.
b. Observasi
Dari hasil observasi pada tanggal 21 s/d 25 Maret 2022 diruang rawat inap LT.2
RS. Kamar Medika model asuhan keperawatan professional MPKP diruang
rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika yaitu menggunakan metode Modifikasi Tim
dan fungsional, dimana setiap jaga berjumlah 4 tenaga perawat untuk dipagi hari
dijam kerja dan 3 perawat untuk jada sore dan malam serta jaga dihari libur.Visi
dan misi serta motto sebagai acuhan dalam pelaksanaan pelayanan diruang
rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika, sehingga komunikasi terlaksana secara
adekuat antar perawat dengan tim kesehatan yang lain dan terlihat peran dan
fungsi berjalan dengan baik.Mengingat
37 dengan jumlah tenaga yang terbatas
model MPKP modifikasi tim dan fungsional sudah sesuai. Terlaksanakanya
komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain. Kepala
ruangan, kepala jaga, dan perawat pelaksana mengetahui peran dan fungsi
masing-masing dalam menjalankan metode tim. Hanya saja jika banyak pasien
pekerjaan terbengkalai karena setiap shift hanya 2-3 perawat yang berjaga.1-2
perawat pelaksana, 1 perawat sebagai penanggung jawab shift, pembagian tugas
terkadang kondisional saat shift berlangsung. Menjadi kesempatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dengan adanya praktek manajemen
keperawatan diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika, malalui seminar
tentang manajemen keperawatan.Karena dengan adanya peningkatan tentang
manajemen keperawatan diharapkan mutu pelayanan rumah sakit meningkat
sesuai dengan visi misi dan motto rumah sakit, karena diruang rawat inap LT.2
RS. Kamar Medika merupakan ruang kelas I, II, VIP, VVIP dengan pelayanan
18 bed yang tidak menutup kemungkinan pasien dan keluarga memiliki presepsi
yang baik dan kritis.

c. Kuesioner
1) Pengatahuan Model MAKP

0%

20%
Baik
80% Cukup
Kurang

Gambar 2.7 Diagram Pengatahuan Model MAKP diruang rawat inap LT.2
RS. Kamar Medika

Hasil kuesioner yang diberikan perawat ruangan pada tanggal 24 Maret


2022 menunjukan hampir seluruhnya memiliki pengetahuan baik (80%) .
Berdasarkan kuesioner yang sudah di sebar sebagian besar perawat mengerti
dan memahami dengan model asuhan keperawatan.

38
2) Pelaksanaan MAKP
0%

30%
Baik
70% Cukup
Kurang

Gambar 2.8 Diagram Pelaksanaan MAKP diruang rawat inap LT.2 RS.
Kamar Medika

Menurut hasil kuesioner pelaksanaan makp diruangan sebagian besar


perawat mengatakan baik (70%) dan cukup (30%) hal ini dikarenakan
kurangnya ketenaga perawat diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika dan
adanya pandemi Covid-19, sehingga kurang optimal dalam pengaplikasian
model makp tim.

3) Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas

0%
20%
Baik
80% Cukup
Kurang

Gambar 2.9 Diagram Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas diruang rawat
inap LT.2 RS. Kamar Medika

Menurut hasil kuesioner tanggung jawab dan pembagian tugas


menunjukkan hampir seluruhnya mengatakan baik (80%) .

39
3.3.2 Timbang Terima
a. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap RS.
Kamar Medika tanggal 23 Maret 2022 didapatkan bahwa diruang rawat inap
LT.2 RS. Kamar Medika terdapat SOP timbang terima yang terarsip di dalam
buku SOP. Didapatkan bahwa kegiatan timbang timbang terima dilakukan
secara bed side hand over dilaksanakan setiap pergantian shift pagi ke siang,
dan dilakukan pada shift sore ke malam serta dari shift malam ke pagi, dalam
tahap persiapan dilakukan di nurse station, dimana penanggung jawab shift
menyampaikan timbang terima kepada penanggung jawab shift berikutnya,
mengenai hal-hal yang perlu disampaikan diantaranya nama klien, asuransi,
diagnosa medis, kondisi pasien, masalah keperawatan yang masih muncul,
intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, terapi yang sudah
dilakukan dan belum dilakukan, terapi tambahan dari dokter, dan hasil laborat.
Setelah adanya penjelasan antar perawat, timbang terima di lanjutkan keliling ke
pasien dan memperkenalkan perawat jaga shift selanjutnya. Timbang terima
menggunakaan status pasien.
b. Observasi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama pengkajian timbang terima
dilakukan tiap pergantian shift, yaitu dari shift pagi ke siang,siang ke malam,
malam ke pagi.Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat kepala jaga, perawat
pelaksana dan kepala ruangan (kecuali untuk shift sore ke malam tanpa kepala

ruangan).Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift di ruang perawat.


Hal –hal yang di timbang terimakan berupa identitas pasien, nomor bed pasien,
diagnosa medis, data subjektif (keluhan utama pasien), keadaan umum, data
objektif (hasil lab, hasil foto, ECG, dll), masalah keperawatan,intervensi baik
mandiri maupun kolaborasi, planning pengobatan pasien dan catatan tambahan
(pembiayaan, denda pembiayaan, SEP belum tercetak). Seluruh pencatatan
tersebut didokumentasikan di dalam buku khusus untuk pelaporan timbang
terima. Setelah itu seluruh perawat baik perawat jaga dan perawat yang
mengoperkan melakukan validasi ke pasien secara bersama-sama.Selama
timbang terima ada interaksi dengan pasien dan ada beberapa langsung validasi
dengan pasien. Dari hasil observasi tanggal 21-25 Maret 2021 dengan
40 SOP Timbang Terima RS Kamar Medika,
membandingkan pelaksanaan dan
didapatkan bahwa pelaksanaan kegiatan timbang terima sesuai dengan SOP di
ruangan terdapat SOP timbang terima yang telah terarsip dikumpulan SOP
manajerial.
c. Kuesioner

0%

Baik
Cukup
100
Kuran
%
g

Gambar 2.10 Diagram Pelaksanaan Timbang Terima diruang rawat inap LT.2
RS. Kamar Medika

Berdasarkan hasil sebaran kuesioner tanggal 24 Maret 2022, didapatkan


data bahwa seluruh perawat diruang rawat inap LT.2 RS. Kamar Medika
(100%) mengatakan melakukan operan setiap kali pergantian sift, dengan jam
pelaksanaan yang tepat waktu,dihadiri oleh seluruh anggota perawat yang jaga
saat itu, dengan dipimpin oleh kepala ruangan saat pagi hari ,dan dipimpin oleh
kepala jaga saat siang dan malam hari.Saat proses operan selain status pasien
yang digunakan untuk timbang terima juga ada buku laporan yang berisi hasil
visite dokter dan catatan perkembangan pasien, seperti keluhan dan TTV
pasien. Perawat menyatakan beberapa hal yang disampaikan saat operan,salah
satu diantaranya kondisi pasien dan hasil visite dokter, Saat kunjungan operan
ke masing-masing tempat tidur pasien,perawat menanyakan kondisi
pasien.Berdasarkan waktu operan saat kunjungan ke masing-masing
pasien,semua perawat (100%) mengatakan durasi <5 menit dan semua perawat
(100%) mengatakan >5 menit.

41
3.3.3 Ronde Keperawatan
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara ronde keperawatan di ruang rawat inap Lt.2
RS. Kamar Medika belum dijalankan, karena ada beberapa faktor yang
menghambat dilakukannya ronde keperawatan, yakni berupa kriteria pasien yang
dapat dilakukan ronde keperawatan ada dua yaitu mempunyai masalah
keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan dan pasien dengan kasus baru atau langka. Karena di ruangan jarang
sekali di temukan kejadian tersebut maka kegiatan tersebut tidak berjalan
b. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21-25 Maret 2022
didapatkan bahwa di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika tidak dilakukan
ronde keperawatan.
3.3.4 Manajemen Pengelolaan Obat
a. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala di ruang rawat inap Lt.2 RS.
Kamar Medika pada tanggal 24 Maret 2022, di ruang rawat inap Lt.2 RS.
Kamar Medika terdapat 1 ruang farmacy yang dalam pengelolaan obatnya
menggunakan system UDD (Unit Dose Dispensing ) yang artinya di Ruang
Rawat Inap RS. Kamar Medika obat dikelola oleh petugas farmacy sendiri yang
berjumlahkan 1 orang dengan dibantu perawat, dan tugasnya untuk kroscek dan
pengebonan obat yang dipersiapkan di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika
yg dipersiapkan untuk 24 jam dengan System ODD (One Day Dose) dan
tugasnya perawat yaitu untuk menyiapkan dan menginjeksi dengan menerapkan
6 benar dalam pemberian obat.Apabila pasien pulang maka obat tersebut akan
dikembalikan ke depo farmasi. Terdapat SOP sentralisasi obat di Ruang Rawat
Inap RS. Kamar Medika.
b. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21-25 Maret 2022 didapatkan
bahwa di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika menggunakan system UDD
(Unit Dose Dispensing ) dan ODD yaitu pemberian obat yang disiapkan dalam
bentuk dosis siap pakai selama 24 jam dan pada system ODD (One Day Dose).
di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika sudah terdapat loker penyimpanan
obat dengan nama pasien di masing-masing loker sehingga tertata rapi. Alur dari
42
system UDD (Unit Dose Dispensing), dimana dokter memberikan resep obat
kepada perawat jaga kemudian resep tersebut disetorkan ke pihak depo sesuai
dengan resep yang sudah disetorkan dan mengantarkan ke ruang rawat inap Lt.2
RS. Kamar Medika. Penyetoran ini dilakukan setiap sore dan penerimaan obat
sudah melalui sistem double check oleh perawat dan farmasi.Apabila ada obat
baru atau urgent yang diresepkan maka perawat akan mengambil sendiri ke
depo farmasi.Pengoplosan obat injeksi didelegasikan ke perawat pelaksana di
ruangan. Bilamana pasien pulang dan obat masih tersisa,maka perawat akan
mengembalikan obat tersebut ke pihak farmasi dengan mengisi form
retur.Sentralisasi obat di ruangan tetap di kontrol oleh petugas depo farmasi
kecuali obat high alert di sentralisasikan di depo farmasi seperti cairan cairan
pekat. namun petugas farmasi hanya 1orang untuk beberapa unit/ruangan
sehingga pada sift sore dan malam dilaksanakan oleh perawat jaga.
c. Kuesioner
0
20 %
% Bai
80 kCuku
% p
Kura
ng
Gambar 2.12 Diagram Pengetahuan paksanaan manajemen Pengelolaan Obat di
ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa pelaksanaan
manajemen pengelolaan obat di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
sebesar 80% dan dikategorikan baik.Dan adanya kerjasama yang baik antara
petugas farmacy dengan perawat dalam pengelolaan obat. Maka tugas perawat
menjadi lebih ringan.
Kesimpulan Hasil Observasi :
Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa di ruang rawat
inap Lt.2 RS. Kamar Medika memiliki petugas farmasi sebanyak 1 orang.
Dalam hal ini petugas farmasi bertugas penuh dalam pengelolaan obat
sedangkan dalam hal menyiapkan dan menginjeksi obat dilakukan oleh
perawat. Kemudian perawat akan melakukan pengecekan sebelum memberikan
obat ke pasien dengan menanyakan nama pasien dan melihat dari gelang
identitas yang farmasi. Pihak depo farmasi menyiapkan obat dipakai
pasien.Untuk pendokumentasian dari perawat ke depo farmasi sampai obat
diberikan ke pasien sudah baik,namun
43 setelah obat diberikan tidak ada
pengaplikasian bukti pemberian terapi seperti tanda tangan pasien atau keluaga
pasien di lembar bukti pemberian obat untuk dokumentasi.

44
3.3.5 Supervisi
a. Wawancara
Dari hasil wawancara pada tangal 23-24 Maret 2022, didapatkan hasil dari staf
di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika yaitu supervisi yang dilakukan oleh
tim supervisi kepala bidang keperawatan di Ruang Rawat Inap RS. Kamar
Medika dilakukan setiap hari pada pagi hari kecuali hari sabtu dan minggu,hasil
kinerjanya selalu dilakukan apabila ada masalah atau problem dengan pasien
yang ada di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika. Supervisi juga dilakukan
oleh kepala ruangan terhadap perawat pelaksana, pelaksanaan supervisi
dilakukan secara visual yang dilakukan ditengah-tengah pelaksanaan tugas
serta apabila terjadi kesalahan pada proses asuhan keperawatan langsung
dilakukan pembenahan secara langsung dan tidak terjadwal.
b. Observasi
Pengkajian di Ruang Rawat Inap RS. Kamar Medika selama dua hari dari
tanggal 23-24 Maret 2022 didapatkan supervisi kepala bidang keperawatan
selalu mendatangi dan menanyakan apakah ada masalah atau problem di ruang
rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika, menanyakan kondisi pasien di ruang rawat
inap Lt.2 RS. Kamar Medika, mengecek kelengkapan administrasi, memeriksa
bak sampah, dan menanyakan tentang komunikasi efektif. Serta kepala ruangan
di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika bertugas mengawasi tugas perawat
pelaksana.
c. Kuesioner

10%
20%
Baik
70%
Cukup
Kurang

Gambar 2.13 Diagram Pengetahuan tentang supervisi di ruang rawat inap


Lt.2 RS. Kamar Medika

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa pengetahuan


pelaksanaan supervisi di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika baik sebesar
(70%),cukup (20 %) dan kurang (10%).
45
3.3.6 Discharge planning
a. Wawancara
Dari hasil wawancara pada tanggal 23 Maret 2022 pelaksanaan discharge
planning di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika sudah dilakukan sesuai
standart yang diterapkan oleh rumah sakit dengan lembar Discharge Planning,
yaitu saat pasien pertama kali masuk sampai pulang. Pada saat pasien MRS
perawat akan menjelaskan tentang aturan-aturan yang harus dipatuhi selama
pasien dirawat di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika seperti visite dokter,
orientasi ruangan,jika pasien membutuhkan perawat pasien sudah disediakan
tombol nurse station. Setiap pasien yang akan pulang dari rawat inap di ruang
rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika juga diberikan edukasi sebagai ilmu
perawatan dirumah. Kemudian perawat menyampaikan yang meliputi perawatan
dirumah dan jadwal kontrol.
b. Observasi
Hasil observasi selama 3 hari tanggal 23-24 Maret 2022 didapatkan bahwa saat
pasien yang baru MRS dan KRS sudah dilakukan discharge planning dengan
baik. Perawat dalam menerima pasien MRS melakukan orientasi kepada pasien
secara menyeluruh Saat pasien pulang perawat di ruang rawat inap Lt.2 RS.
Kamar Medika sudah melakukan discharge planning dengan menjelaskan
bagaimana perawatan dirumah dan jadwal kontrol , namun selama pengkajian
pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
tidak menggunakan leaflet atau brosur sebagai media penyampaian edukasi ke
pasien dan hanya berupa lisan . Hal ini karena Kurang tersedianya leaflet
edukasi di nurse station sesuai dengan penyakit pasien. Perawat tidak
mengalami kesulitan selama memberikan penjelasakan tentang pendidikan
kesehatan dan bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh pasien.
Berdasarkan hasil lembar observasi ceklist didapatkan hasil bahwa proses
Discharge Planning di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika sudah sesuai
dengan SOP.

46
c. Kuesioner

10%

Baik
Cukup
90% Kurang

Gambar 2.14 Diagram Pengetahuan tentang supervisi di ruang rawat inap


Lt.2 RS. Kamar Medika.
Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa pengetahuan
pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
hampir seluruhnya baik sebesar (90%) dan cukup (10 %).
3.3.7 Dokumentasi Keperawatan
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada medical
record (status) di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika didapatkan
pendokumentasian yang berlaku di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
adalah sistem SOR (Sources Oriented Record ) yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan,
misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain yang terlampir dalam
lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh status pasien yang ada,
didapatkan:
1. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan
pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan
utama, data objektif,data subjektif dan tindakan keperawatan.
2. Rekam Medik disusun sesuai urutan berdasarkan nomor register dan
identitas pasien dicantumkan, jam pendokumentasian sudah ada dan
keluhan pasien juga sudah disebutkan dalam lembar CPPT.
3. Pendokumentasian perawat terdapat pada daftar tersendiri di map biru yang
terdiri dari lembar pengkajian,diagnosis keperawatan,intervensi dan
implementasi dan evaluasi. 47
4. Pendokumentasian obat terdapat pada daftar sendiri yaitu di map hijau
Selama ini pendokumentasian asuhan keperawatan sudah dilaksanakan
pada lembar rekam medis dan format asuhan keperawatan.Catatan
tindakan keperawatan pada rekam medis terkait advice dari dokter,
sedangkan pada format pencatatan askep meliputi diagnosis dan intervensi
serta evaluasi keperawatan.
c. Observasi Rekam Medik
Tabel 2.8 Distribusi Frekuensi Pengisian Pengkajian - Evaluasi di Ruang Rawat
Inap Lt.2 RS. Kamar Medika Bulan Maret 2022
No RM Pengkajian Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi Total % Krite
ria
1 29xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
2 54xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
3 63xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
4 17xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
5 55xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
6 26xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
7 61xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
8 53xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
9 50xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x
10 02xx 1 1 1 1 1 5 100% Terisi
x

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi pada


pendokumentasian data di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
didapatkan hasil sebanyak 100% dengan kategori baik.

20% 20% Pengkajian


Diagnosa
20% 20%
Intervensi
Implementasi
Evaluasi

Gambar 2.15 Diagram Tentang Dokumentasi Keperawatan di ruang rawat


48
inap Lt.2 RS. Kamar Medika Bulan Maret 2022.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah disebarkan kepada
perawat di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika didapatkan hasil rekam
medis sebesar 20% pada pengkajian, 20% pada diagnosa keperawatan, 20%
pada intervensi keperawatan, 20% implementasi keperawatan, 20% evaluasi
keperawatan.Dan hasil total keseluruhan 100% teriisi pada Rekam Medis di
ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika.
d. Buku Laporan
Dari hasil observasi dan wawancara dengan perawat tanggal 25 Maret 2022
didapatkan hasil data bahwa ruangan memiliki buku timbang terima,dimana
buku laporan tersebut meliputi terapi obat intravena maupun oral ataupun
inhalan, tes darah yang sudah dilakukan maupun yang belum dilakukan, hasil
laboratorium, keluhan dan visite atau apa yang diinfokan oleh perawat pada
pasien saat visite. Beserta jumlah pasien pulang dan penambahan pasien di di
ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika. Pasien pulang atu KRS
didokumentasikan di komputer dimana tercatat nama dan alamat pasien, No.
register, Diagnosis Medis, jenis jaminan pembayaran,dan sudah dicantumkan
alasan pasien pulang (pulang paksa / sembuh/meninggal).
e. Buku Penerimaan Obat
Dari hasil observasi tanggal 25 Maret 2022 di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar
Medika terdapat 1 buku peneriman obat yang terdiri dari nomer urut,
tanggal,nama pasien, nomer rekam medis, jenis obat, jumlah dan keterangan.
f. Buku observasi TTV
Dari hasil observasi tanggal 25 Maret 2022 di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar
Medika ada buku observasi,setelah melakukan TTV dicatat pada buku observasi
kemudian didokumentasikan dalam status perkembangan pasien. di ruang rawat
inap Lt.2 RS. Kamar Medika sudah terdapat format observasi TTV tiap pasien
yang diisi pada jam 05.00 WIB, jam 12.00 WIB, jam 19.00 WIB, 24.00 WIB
sudah terisi lengkap.
g. Buku SOP
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa buku SOP sudah ada dari Tim komite
keperawatan RS. Kamar Medika yang menjadi acuan tindakan di Keperawatan.
h. Status Pasien Rawat Inap
Dari hasil observasi pada buku status pasien rawat inap didapatkan hasil data
bahwa buku status pasien rawat inap
49 sudah ada.
i. Buku Nilai Kritis
Dari hasil observasi,bila pada pasien terdapat hasil yang tidak normal dalam arti
kurang dari batas normal dalam segi pemeriksaan medis maka dicatat pada buku
nilai kritis.
j. Buku visite
Dari hasil observasi visite yang dilakukan oleh dokter kepada perawat mengenai
nama pasien, diagnosis, dan tambahan terapi selanjutnya ataupun perhentian
terapi oral dan injeksi.
k. Buku register / sensus pasien
Dari hasil observasi buku sensus pasien terdapat data penambahan pasien baru,
dan data pasien meninggal,data pasien naik kelas ruangan. Selama ini
pendokumentasian asuhan keperawatan sudah dilaksanakan pada lembar rekam
medis dan format asuhan keperawatan. Catatan tindakan keperawatan pada
rekam medis terkait advice dari dokter, sedangkan pada format pencatatan askep
meliputi diagnosis dan intervensi serta evaluasi keperawatan.
l. Penerimaan Pasien Baru
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan,proses
penerimaan pasien yang datang di ruang rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
dilakukan kegiatan PPB (penerimaan pasien baru). Alur penerimaan pasien
baru dimulai dari pasien masuk IGD. Perawat IGD menginformasikan ke
perawat ruangan bahwa ada pasien baru.Setelah mendapatkan informasi
tersebut via telepon, perawat menyiapkan kamar beserta bed pasien dan alat
medis yang dibutuhkan misalnya oksigen. Setelah itu perawat IGD
mengantarkan pasien baru ke ruangan.Saat tiba diruangan, pasien langsung
diantar ke kamar yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemudian, perawat IGD
dan perawat ruangan melakukan timbang terima di ruang perawat. Pada saat
penerimaan pasien baru di ruangan, perawat belum melakukan pemberian
edukasi awal secara optimal yang meliputi pemasangan infus, manajemen
nyeri, langkah mencuci tangan, gizi seimbang.

50
3.4 M4 (MONEY)

3.4.1 Sumber pendapatan Rumah Sakit Kamar Medika Mojokerto berasal dari:

Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Sumber Pendapatan Rumah Sakit Kamar Medika

Mojoketo diruang Rawat Inap Lantai 2 bulan Februari 2022

No Shift Jumlah Presentase

1 Pasien swasta 45orang 13,1 %

2 Penjamin BPJS (ASKES,

PBI, Non PBI, 301orang 86,9%

Jamsostek, PTPN X)

3 Asuransi lain - -

Total 346
100
orang

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sumber pendapatan Rumah Sakit Kamar

Medika Mojokerto di ruang Rawat Inap Lantai 2 bulan Februari 2022 terbanyak adalah

dari BPJS sebanyak 301 orang (86,9%).

3.4.2 Anggaran Perencanaan

a. Untuk pembangunan Rumah Sakit berasal dari tarif pelayanan rumah sakit ( pasien)

b. Terdapat reward bagi pegawai bila keuntungan atau laba mencapai target

c. Sumber gaji perawat didapat dari pasien dan tindakan keperawatan yang dilakukan,

tidak ada pihak ketiga sebagai donator (murni dari pasien), jadi jika pasien yang

dirawat hanya sedikit, maka input/ pendapatan juga sedikit.

51
3.4.3 System pembayaran gaji perawat

Berdasarkan wawacara dengan bagain sekretaris diklat RS Kamar Medika

Mojokerto tanggal 23 Maret 2022, didapati hasil bahwa sistem penggajian perawat

di RS Kamar Medika untuk pegawai tetap berdasarkan masa kerja, jabatan, dan

disesuaikan dengan mendekati UMR.

3.4.4 System pembayaran bagi pasien yang keluar Rumah Sakit :

a. Pasien swasta, melalui billing Rumah Sakit diharuskan membayar secara tunai

dimana membayar sesuai dengan tarif dan jasa pelayanan yang diterima saat

dirungan pada saat pulang.

b. Pinjaman bagi pasien, berasal dari asuransi maupun BPJS dimana harus sesuai

dengan ketentuan dan syarat yang ada dan berlaku dimasing-masing asuransi

tersebut.

c. Pasien asuransi, akan diklemkan saat pasien pulang

3.4.5 Tarif Pelayanan Kamar

Tabel 3.25 Perincian Tarif Pelayanan di Ruang Rawat Inap Lantai 2 Rumah Sakit

Kamar Medika Mojokerto

Total
No. Uraian
(Rp)
1. Ruang Rawat Inap Kelas II 225.000
2. Ruang Rawat Inap Kelas III 80.000
3. Visite Dokter Umum
a. Kelas II 30.000
b. Kelas III 25.000
4. Visite Dokter Spesialis
a. Kelas II 65.000
b. Kelas III 50.000
5. Visite Dokter Sari & Adi
a. Kelas II 90.000
b. Kelas III 75.000

52
3.4.6 Tarif Penggunaan Kamar Operasi

Table 3.26 Perincian tarif pelayanan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kamar

Medika Mojokerto

1. Operasi Sedang pada Pasien Umum (Non Asuransi)

No Jenis Kamar Tarif


1 Kelas II 3.045.00
0
2 Kelas III 2.850.000
2. Operasi Besar Pada Pasien Umum (Non Asuransi)
No Jenis Kamar Tarif
1 Kelas II 3.925.00
0
2 Kelas III 3.412.500

3. Operasi Khusus Pada Pasien BPJS


No Jenis Kamar Tarif
1 Kelas II 4.062.50
0
2 Kelas III 3.672.500

3.4.7 Sumber pendanaan RS Kamar Medika

53
Sumber pendanaan di ruang rawat inap lantai 2 berasal dari asuransi, BPJS, swasta dan rekanan. Pendapatan

rumah sakit sebagian besar dari asuransi yang diperoleh dari kerjasama dengan instantsi dan perusahan terkait. Sistem

pembayaran di RS Kamar Medika sudah melalui systemDirektur


billing payment dimana rincian pembayaran pasien rawat inap
Dr. Rambo Garudo, M.Kes
dapat diakses oleh pasien maupun perawat. Pembayaran dapat berupa tunai untuk pasien non asuransi, transfer untuk

pasien BPJS dimana pencairan dana dari BPJS yaitu 3 bulan setelah pengembalian berkas ke BPJS. Sumber Daya
Kabid Keuangan
Manusia Bagian Keuangan Jumlah pegawai bagian keuangan
Risca Arifiyanti, berjumlah 11 orang, terdiri dari kabid keuangan 1
S.Sos

orang, kepala unit keuangan 1 orang, kepala unit inventory 1 orang, bendahara 3 orang, akuntansi 2 orang, perpajakan 1

orang, inventaris 4 orang.


Ka Unit Keuangan Ka Unit Inventory
Tri Wulandari, S.E A.K. Huda S.E

Sub Ka Unit Bendahara Sub Ka Unit Akunting Sub Ka Unit Perpajakan Sub Ka Unit Logistik
Ainun Naimah Isnaini Ainun Riska Tri Wulandari, S.E
Sub Ka Unit Inventaris
Roziqin
Sub Ka Pengadaan Barang
Kasir Sentral Pembukuan dan Pelaporan
Rizkie Fitrie Febriana, S.Kom
Nadya Dwi
Kasir Penunjang
Erlin Devi Ariyanti,
Amd.Keb
Gambar 3.13 Struktur SDM
Bagian Keuangan
3.4.9 Biaya yang berlaku diruangan

Biaya perawatan pasien di ruang Rawat Inap Lantai 2 RS Kamar Medika Mojokerto

biaya asuransi BPJS, swasta dan asuransi lainnya.

Tabel 3.27 Tarif Fasilitas Keperawatan

No. Uraian Total (Rp)


Ruang Rawat Inap Kelas 2 225.000
Ruang
1. Rawat Inap Kelas 3 80.000

Tabel 3.28 Daftar Perincian Pembiayaan Perawatan Di Ruang Rawat Inap

Lantai 2

No. Uraian Total (Rp)


1. Pasang dan lepas infus dewasa 50.000
2. Pasang dan lepas infus anak 65.000
3. Pasang Cateter 55.000
4. Lepas Cateter 27.000
5. Pasang NGT 55.000
6. Lepas NGT 27.000
7. Kumbah Lambung 40.000
8. Rawat Luka
a. Kecil 35.000
b. Sedang 40.000
c. Besar 45.000
9. Aff Drain 25.000
10. Suction 25.000
11. Nebulizer 30.000
12. GDA 25.000
13. ECG 80.000
14. Injeksi IM, IV, SC 3.000
15. Pemakaian O2/liter/jam 3.000
16. Observasi /hari
a. Kelas II 50.000
b. Kelas III 35.000
17. Konsultasi Gizi 25.000
18. Skeren 15.000
19. Sonde 20.000
20. Total care 25.000
21. Lavement 25.000
22. Tranfusi Darah 20.000
23. Obat rectal/ Supp 5.000

56
Tabel 3.29 Tarif Sewa Alat

No
Tindakan Biaya
.
1. Syringe pump 75.000
2. Pulse Oxymetri 60.000

Catatan :

1. Tarif diatas adalah perkiraan biaya dari tindskan di RS. Kamar Medika

2. Tarif diatas berlaku untuk semua kelas

3. Tarif diatas tidak termasuk biaya pengunaan peralatan khusus seperti

respirasi bed-bed site/ monitor/ defibrilator/ trepanasi/ peralatan operator

turp/ peralatan untuk operasi khusus

4. Apabila pasien pindah ruangan / kelas, maka biaya operasi

menyesuaikan dengan ruangan terakhir yang ditempati.

5. Bagi pasien Askes yang naik kelas maka biaya operasi sesuai dengan

tarif umum dikurangi plafon biaya operasi tertanggung

Tabel 3.30 Perbandingan pasien swasta dan BPJS pada bulan Oktober 2021 s/d

Januari 2022

BPJS Swasta
Total
No Bulan Jumlah Jumlah
pasien Presentase Presentase
pasien pasien
1 Oktober 109 95 87,1% 14 12,8%
2 November 113 92 81,4% 21 18,6%
3 Desember 124 114 91,9% 10 8,9%
4. Januari 160 149 93,1% 11 6,9%

Hasil Analisa:

Hasil wawancara dengan kepala ruangan Rawat Inap lantai 2 RS Kamar Medika

Mojokerto pada tanggal 23 Maret 2022 bahwa sumber pembiayaan ruangan didapat

dari asuransi BPJS dan Umum. Dimana sistem pembayaran untuk rawat inap bisa
57
dengan uang tunai di kasir Rumah Sakit Kamar Medika Mojokerto. Untuk pasien

dengan BPJS hanya dapat naik satu tingkat diatas ketentuan dari pihak BPJS. Sebagai

contoh jika pasien dengan kelas 3 maksimal hanya dapat naik ke kelas 2. Apabila naik

kelas ke VVIP maka kesertaan BPJS akan hilang dan jadi pasien swasta. Sedangkan

pasien swasta, tarif pembayaran terhitung perhari sesuai dengan ketentuan tarif tahun

2019 yang berlaku di Rumah Sakit Kamar Medika Mojokerto, dan pembayarannya

melalui kasir RS.

3.5 M5 (MARKETING)

3.5.1 Tipe Rumah Sakit Kamar Medika Kota Mojokerto

Rumah Sakit Kamar Medika Kota Mojokerto merupakan rumah sakit

tipe D ter-akreditasi SNARS. Perawat memberikan pelayanan yang optimal dan

profesional kepada pasien sehingga pasien dapat merasakan pelayanan yang

terbaik sehingga tidak menutup kemungkinan setelah pasien pulang akan

menceritakan kepada keluarga dan sanak family lain tentang pelayanan yang

ada di Rumah Sakit Kamar Medika Kota Mojokerto.

1. Struktural bagian pemasaran Rumah Sakit Kamar Medika Kota Mojokerto

Kabid Umum
(Imam Mahmud, S.E)

Humas
(Sutiyono, S.E)

Marketing PIPP
(Yogik) Riska Afrista, S.Pd

Gambar 3.14 Struktural Bagian Pemasaran RS Kamar Medika Mojokerto

Berdasarkan hasil wawancara


58 dengan pihak marketing, pembagian tugas
pemasaran dilakukan secara kondisional, sehingga belum ada pembagian tugas

secara terstruktur. Sehingga hal ini dapat memperhambat rumah sakit untuk

melakukan pemasaran. Selain itu rumah sakit Kamar Medika tidak memiliki

profil online seperti website pribadi dimana hal tersebut sebenarnya bisa menjadi

peluang yang baik untuk melakukan pemasaran secara digital. Rumah sakit kamar

medika mempunyai website pribadi, instagram dan facebook sebagai bentuk

pemasaran secara digital.

Daftar Perusahaan dan Asuransi yang bekerjasama dengan RS. Kamar

Medika Mojokerto dari asuransi dengan kesehatan maupun non kesehatan sesuai

dengan perjanjian kerjasama:

Tabel 3.31 Daftar Perusahaan dan Asuransi yang Bekerjasama dengan RS Kamar
Medika Mojokerto
ASURANSI PERUSAHAAN RUMAH SAKIT
1. BPJS Kesehatan Cabang Perusahaan swasta : 1. RSU Wahidin Sudiro
Mojokerto 1. Ajinomoto Husodo
2. BPJS Ketenagakerjaan 2. RS Gatoel
3. Jasa Raharja Perbankan 3. RS Sakinah
4. Allianz 1. Bank Rakyat
5. Prudential Indonesia PUSKESMAS
6. Ajinomoto 2. Bank Nasional 1. Puskesmas Kedundung
7. Generali (total insurance Indonesia 2. Puskesmas Wates
solution) 3. Puskesmas Bluto
4. Puskesmas Mentikan
5. Puskesmas Gedongan

KLINIK/BALAI
PENGOBATAN
1. PMI Kota Mojokerto
2. PMI Kab. Mojokerto
3. Dinkes Kota Mojokerto

2. Sistem Promosi Rumah Sakit Kamar Medika Mojokerto

System promosi Rumah Sakit Kamar Medika Mojokerto menggunakan beberapa

media antara lain: Media social: instagram, facebook dan Telp : (0321) 330066/

330088 (dalam pelayanan).


59
3. Program Kerja Marketing di Rumah Sakit Kamar Medika Mojokerto

1) Menjual produk seperti: Paket MCU (Medical Check Up), Paket Check Up

Keluarga, USG

2) Penyuluhan Kesehatan.

3) HomeCare

4) Bhakti Sosial.

4. Mutu

1) Indicator Mutu Prioritas RS Kamar Medika Mojokerto

Tabel 3.32 Indicator Mutu RS Kamar Medika Mojokerto

No Nama Indikator
1 Kepatuhan terhadap Clinical Pathway
2 Kepatuhan identifikasi pasien
3 Angka kejadian pasien jatuh
4 Verifikasi oleh DPJP pada lembar konsultasi SBAR

2) Indikator Peningkatan Mutu Pelayanan di Ruang Lantai 2 dapat dilihat dari

beberapa aspek, antara lain:

No Rata-
Indikator Area Klinis Target OKT NOV DES
rata
1 Kepatuhan terhadap 84,2
100% 86.8 80.2 85.8
Clinical Pathway
2 Waktu Tanggap Gawat 100
100% 100 100 100
Darurat < 5menit
3 Waktu Lapor Hasil Kritis 62
100% 63.6 47 75.5
Laboratorium < 30 menit
4 Kepatuhan Jam Visite 72,8
100% 72 70.3 76
Dokter Spesialis
5 Waktu Tunggu Poli Rawat 80,5
100% 80.5 77.9 83
Jalan < 60 menit
6 Penulisan Resep sesuai 47
100% 50.8 44.5 45.7
Formularium Nas
7 Penundaan Operasi Elektif 85
90% 85 80 90
>48 jam
8 Kepuasan Pasien dan 79,7 81,2
80% 81.5 82.5
Keluarga (Rawat Inap) 60 2
9 Ketepatan Identifikasi 100
100% 100 100 100
Pasien (Rawat Inap)
10 Pelaksanaan Assesmen 98,2
100% 36.7 28.2 33.3
Resiko Jatuh
11 Kepatuhan Cuci Tangan 100% 93.3 100 100 97,8

12 Kecepatan Respon 75% 85.7 100 100 95,2


terhadap Komplain

Didapatkan data indicator klinis; Kepatuhan terhadap Clinical Pathway


didapatkan prosentase pada bulan Oktober 86,8 % yang mengalami penurunan di
bulan November dengan prosentase 80,2 %, lalu pada bulan Desember mengalami
kenaikan lagi dengan prosentase 85,8 % dan pada bulan januari terdapat kenaikan
presentase sebanyak 86%. Indikator Waktu Tanggap Gawat Darurat < 5menit di
dapatkan prosentase pada bulan Oktober 100% dan mengalami stabilitas sampai
pada bulan Januari. Indikator Waktu Lapor Hasil Kritis Laboratorium < 30 menit
didapatkan prosentase pada bulan Oktober 63,6 % yang mengalami penurunan di
bulan November dengan prosentase 47 %, lalu pada bulan Desember mengalami
kenaikan lagi dengan prosentase 75,5 % dan pada bulan januari mengalami
penurunan kembali dengan presentase 65,5%. Indikator Kepatuhan Jam Visite
Dokter Spesialis di dapatkan prosentase pada bulan Oktober 72% dan mengalami
peningkatan sampai pada bulan Desember dengan prosentase 76% serta pada bulan
januari mengalami penurunan dengan presentase 75%. Indikator Waktu Tunggu
Poli Rawat Jalan < 60 menit didapat prosentase pada bulan Oktober 80,5% yang
mengalami penurunan di bulan November dengan prosentase 77,9 %, lalu pada
bulan Desember mengalami kenaikan lagi dengan prosentase 83 % kemudian
januari naik sebanyak 85%. Indikator Penulisan Resep sesuai Formularium Nas
didapat prosentase pada bulan Oktober 50,8% yang mengalami penurunan di bulan
November dengan prosentase 44,5 %, lalu pada bulan Desember mengalami
kenaikan lagi dengan prosentase 54,7 % dan pada bulan Januari mengalami
kenaikan dengan prosentase 47,3%. Indikator Penundaan Operasi Elektif >48 jam
didapat prosentase pada bulan Oktober 85% yang mengalami penurunan di bulan
November dengan prosentase 80 %, lalu pada bulan Desember mengalami
kenaikan lagi dengan prosentase 90 %. Sedangkan dibulan Januari mengalami
penurunan sebesar 80%. Indikator Kepuasan Pasien dan Keluarga (Rawat Inap)
61
didapat prosentase pada bulan Oktober 81,5% yang mengalami peningkatan di
bulan November dengan prosentase 81,5 %, dan pada bulan Desember mengalami
penurunan lagi dengan prosentase 79,7 % lalu pada bulan Januari mengalami
penurunan dengan prosentase 80 %. Indikator Ketepatan Identifikasi Pasien (Rawat
Inap) di dapatkan prosentase pada bulan Oktober 100% dan mengalami stabilitas
sampai pada bulan Desember. Lalu padabulan Januari mengalami kenaikan dengan
prosentase 80,3 %. Indikator Pelaksanaan Assesmen Resiko Jatuh didapat
prosentase pada bulan Oktober 36,7% yang mengalami penurunan di bulan
November dengan prosentase 28,2%, dan pada bulan Desember mengalami
kenaikan lagi dengan prosentase 33,3 % lalu pada bulan Januari mengalami
stabilitas dengan prosentase 34,2 %. Indikator Kepatuhan Cuci Tangan di dapatkan
prosentase pada bulan Oktober 93,3% dan mengalami peningkatan sampai pada
bulan Desember dengan prosentase 100%. Indikator Kecepatan Respon terhadap
Komplain di dapatkan prosentase pada bulan Oktober 85,7% dan mengalami
peningkatan sampai pada bulan Desember dengan prosentase 100%.

No. Indicator Area Klinis Target Oktober November Desember Rata-rata


Waktu tunggu peresepan
1. 100% 97,5 95 100
obat jadi <30 menit 97,5

Waktu tunggu peresepan


2. 100% 97,2 96,8 100 98
obat racikan <60menit

Angka penggunaan
98,1
3. antibiotic profilaxis pada 0% 97,5 96,8 100
operasi bersih
Angka kematian ibu
4. 0% 0 0 0 0
persalinan
Sisa makanan yang tidak
5. 90% 88 86 90 88
termakan oleh pasien <20%
Waktu tunggu pelayanan
6. 100% 97,5 100 100 99,2
radiologi on call <1jam

3.5.2 Hasil Capaian Indikator Mutu Area Klinis

Didapatkan hasil indicator area klinis : Waktu tunggu peresepan obat jadi

<30 menit didapatkan prosentase pada bulan Oktober 97,5 % yang mengalami

penurunan di bulan November dengan prosentase 95 %, lalu pada bulan


62
Desember mengalami kenaikan lagi dengan prosentase 100 %. Indicator Waktu

tunggu peresepan obat racikan <60menit didapatkan prosentase pada bulan

Oktober 97,2 % yang mengalami penurunan di bulan November dengan

prosentase 96,8 %, lalu pada bulan Desember mengalami kenaikan lagi dengan

prosentase 100 %. Indicator Angka penggunaan antibiotic profilaxis pada operasi

bersih didapatkan prosentase pada bulan Oktober 97,5 % yang mengalami

penurunan di bulan November dengan prosentase 96,8 %, lalu pada bulan

Desember mengalami kenaikan lagi dengan prosentase 100 %. Indicator Sisa

makanan yang tidak termakan oleh pasien <20% didapatkan prosentase pada

bulan Oktober 88 % yang mengalami penurunan di bulan November dengan

prosentase 86 %, dan pada bulan Desember mengalami kenaikan lagi dengan

prosentase 90 %. Indicator Waktu tunggu pelayanan radiologi on call <1jam

didapatkan prosentase pada bulan Oktober 97,5 % yang mengalami kenaikan di

bulan November dengan prosentase 100%, lalu pada bulan Desember mengalami

kestabilan dengan prosentase 100 %.

3.5.3 Hasil Capaian Indikator Mutu Area Management

No Indikator Area Rata-


Target Oktober November Desember
. Manajemen rata
1. Waktu tunggu
pemindahan
pasien dari UGD 90% 33,3 29,7 36,7 33,2
ke rawat inap< 2
jam
2. Waktu kesediaan
dokumen rekam
100% 48,3 44,2 52,5 48,3
medic rawat inap<
15 menit
3. Waktu kesediaan
dokumen rekam
100% 27,6 20,8 33 27,1
medic rawat
jalan< 10 menit
4. Kecepatan waktu
pemberian 63
informasi tentang 100% 98 97,8 100 98,6
tagihan pasien
rawat inap< 2jam
3.5.4 Hasil Capaian

Didapatkan hasil indicator area mutu area management : Waktu tunggu

pemindahan pasien dari UGD ke rawat inap< 2 jam didapatkan prosentase pada

bulan Oktober 33,3% yang mengalami penurunan di bulan November dengan

prosentase 29,7%, dan pada bulan Desember mengalami kenaikan lagi dengan

prosentase 36,7% lalu pada bulan Januari mengalami kenaikan dengan prosentase

37%. Indicator Waktu kesediaan dokumen rekam medic rawat inap< 15 menit

didapatkan prosentase pada bulan Oktober 48,3% yang mengalami penurunan di

bulan November dengan prosentase 44,2%, dan pada bulan Desember mengalami

kenaikan lagi dengan prosentase 52,5%. Indicator Waktu kesediaan dokumen

rekam medic rawat jalan< 10 menit didapatkan prosentase pada bulan Oktober

26,7% yang mengalami penurunan di bulan November dengan prosentase 20,8%,

dan pada bulan Desember mengalami kenaikan lagi dengan prosentase 33%.

Indicator Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat

inap< 2jam didapatkan prosentase pada bulan Oktober 98% yang mengalami

penurunan di bulan November dengan prosentase 97,8%, lalu pada bulan

Desember mengalami mengalami kenaikan lagi dengan prosentase 100%.

3.5.5 Hasil capaian Indikator keselamatan kerja

No Indicator Keselamatan
Target Oktober November Desember Rata-rata
. Pasien
Kegiatan pencatatan dan
1. pelaporan infeksi 100% 87,5 90 92 89,8
nosokomial
Verifikasi DPJP pada
2. 100% 76,5 65,5 78,2 73,4
lembar komunikasi SBAR
Tidak ada kejadian operasi
3. salah orang, salah sisi, 100% 100 100 100 100
salah prosedur 64
Kepatuhan kelabelan obat
4. 100% 100 100 100 100
High Alert

Didapatkan hasil indicator area mutu area management :

Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial didapatkan

prosentase pada bulan Oktober 87,5% yang mengalami kenaikan di bulan

November dengan prosentase 90%, dan pada bulan Desember mengalami

kenaikan lagi dengan prosentase 92% lalu pada bulan Januari mengalami

penurunan dengan prosentase 91%. Indicator Verifikasi DPJP pada lembar

komunikasi SBAR didapatkan prosentase pada bulan Oktober 76,5% yang

mengalami penurunan di bulan November dengan prosentase 65,5%, dan pada

bulan Desember mengalami kenaikan lagi dengan prosentase 78,2% lalu pada

bulan Januari mengalami penurunan dengan prosentase 72,5 %. Indicator

Tindak kejadian operasi salah orang, salah sisi, salah prosedur didapatkan

prosentase pada bulan Oktober - Desember sampai Januari mengalami

kestabilan dengan prosentase 100%. Indicator Kepatuhan kelabelan obat High

Alert didapatkan prosentase pada bulan Oktober 98% yang mengalami

penurunan di bulan November dengan prosentase 97,8%, lalu pada bulan

Desember mengalami kenaikan lagi dengan prosentase 100% didapatkan

prosentase pada bulan Oktober - Desemeber mengalami kestabilan dengan

prosentase 100%.

3.5.6 Indicator Mutu Insiden Keselamatan Pasien

No Insiden keselamatan pasien Analisa

Kejadian Tidak Terjadi insiden yang berakibat


1.
Diharapkan (KTD) cedera pada pasien
Kejadian Nyaris Cedera Terjadi insiden tapi belum
2.
(KNC) sampai terpapar ke pasien
65
Kejadian Tidak Cedera Terjadi insiden tapi tidak
3.
(KTC) menimbulkan cedera
Kondisi yang sangat berpotensi
Kejadian Potensial Cedera
4. menimbulkan cedera, tapi
(KPC)
insiden belum terjadi
KTD yang menimbulkan
5. Kejadian Sentinel
kematian atau cedera serius

3) LOS (Long Of Stay) di Ruang lantai 2 RS Kamar Medika Mojokerto pada 3 bulan
terakhir (Oktober-Desember 2021) berdasarkan 4 kasus terbanyak.

Tabel 3.41 Penyakit terbanyak di lantai 2 bulan terakhir (Oktober-Desember


2021)
Penyakit Lama Dirawat Jumlah Pasien
Typhoid Fever 4 134
Diabetes Mellitus 5 94
Colic Abdomen 4 69
Hipertensi 3 56
Berdasarkan tabel diatas bahwa thypoid fever merupakan peringkat pertama

penyakit yang diderita pasien diruang rawat inap lantai 2, dengan jumlah pasien 134

dan total lama dirawat 4 hari. Pada peringkat kedua yaitu penyakit Diabetes Melitus

dengan jumlah pasien 94 dan lama dirawat 5 hari,

1. Typhoid Fever

Lama rawat inap di lantai 2 pada bulan Oktober-Desember 2021 rata-rata 4 hari

dari total pasien 134 orang.

2. Diabetes Mellitus

Lama rawat inap di lantai 2 pada bulan Oktober- Desember 2021 rata-rata 5 hari

dari total pasien 94 orang.

3. Colik Abdomen

Lama rawat inap di lantai 2 pada bulan Oktober- Desember 2021 rata-rata 4 hari

dari total pasien 69 orang.

4. Hipertensi

66
Lama rawat inap di lantai 2 pada bulan Oktober – Desember 2021 rata-rata 4 hari dari

total pasien 56 orang.

67
BAB 4
ANALISA SWOT DAN IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam bab ini akan menyajikan tentang tahapan proses menejemen keperawatan
yang meliputi analisis SWOT dan identifikasi masalah diruang rawat inap Lt.2 RS.
Kamar Medika Kota Mojokerto.
4.1 M1 (MAN)

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Pegawai Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. 0,2 4 0,8
Kamar Medika
menerapkan 5S dan juga
disiplin dengan waktu.
 Adanya pembagian kerja 0,2 4 0,8
dan juga penanggung
jawab
shift
 Semua perawat Ruang Rawat Inap 0,3 4 1,2
Lt.2 RS. Kamar Medika sudah
mengikuti Pelatihan.
S-W
 Ada rencana pengembangan 0,3 3 0,9 = 3,7 - 2
SDM keperawatan (S1,S2) = 1,7
TOTAL 1 3,7
WEAKNESS
 Tenaga perawat yang ada 0,5 2 1
di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar
Medika
sebanyak 10 orang,6 orang
perawat (60 %) masih
lulusan D3
keperawatan dan
pra PK yaitu sebanyak 3
orang.
 Menurut standart Depkes 0,5 2 1
kebutuhan perawat Ruang Rawat Inap
Lt.2 RS. Kamar Medika belum
memenuhi dengan jumlah pasien
yang ada setiap harinya (kurang 3
orang).
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY
 Adanya kegiatan 0,5 3 1,5 O-T
pelatihan dan refresh trainning bagi =3-2
perawat. =1

68
 Diizinkannya semua staf dan 0,5 3 1,5
karyawan dalam mengemban ilmu
lanjutan (Lanjut S1/S2)
TOTAL 1 3
TREATHENED
 Adanya tuntutan tinggi dari 0,5 2 1
masyarakat untuk pelayanan
perawatan yang
baik.
 Makin tinggi pengetahuan 0,5 2 1
masyarakat tentang hukum.
TOTAL 1 2

Diagram Cartesius
X : S – W = 3,7 - 2 = 1,7
Y:O–T=3–2=1
Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
Berdasarkan hasil analisa SWOT M1 (Man) didapatkan hasil pada M1 terletak
pada kuadran I artinya strategi pertumbuhan cepat atau agresif.K uadran 1 merupakan
situasi yang menguntungkan karena memilik peluang dan kekuatan yang baik dan bisa

69
dioptimalkan dengan cara meminimalisir segala kelemahan dan ancaman. Strategi yang
digunakan adalah pegawai Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika menerapkan 5S
dan juga disiplin dengan waktu dimana sifat keramahan sangat dibutuhkan, semua
perawat Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika sudah mengikuti pelatihan dalam
menunjang.skill yang dimilikinya. Tetapi, ketenagakerjaan perawat yang ada di Ruang
Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika jejang karir masih belum ada. Serta, menurut
standart Depkes kebutuhan perawat di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika belum
memenuhi dengan jumlah pasien yang ada disetiap harinya.

4.2 M2 (MATERIAL)

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 RS Kamr Medika letaknya strategis 0,2 4 0,8
yang deat dengan jalan raya
provinsi dan alternatif dan berada
di tengah perkotaan.
 Sarana dan prasarana di Ruang 0,2 4 0,8
Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar
Medika memenuhi standart
akreditasi Rumah Sakit, kondisi
dalam keadaan baik dan dapat
digunakan.
 RS Kamar Medika 0,2 4 0,8
memiliki layanan
unggulan,MEDJEK
 RS Kamar Medika memiliki 0,2 4 0,8
sarana dan prasarana laboratorium S-W
dan radiologi yang baik. = 3,8-2
= 1,8
 Diruangan terdapat administrasi 0,1 3 0,3
penunjang, buku injeksi, protap
SOP dll
 Terdapat Fasilitas free WIFI bagi 0,1 3 0,3
pengunjung.
TOTAL 1 3,8
WEAKNESS
 Kapasitas tempat tidur melebihi 0,4 2 0,8
standart akreditasi.kelas III 6-7
tempat tidur. Ruang Rawat Inap
Lt.2 RS. Kamar Medika ada
ruangan yang berisi 18 TT.

70
 Tidak terdapat ruang 0,4 2 0,8
tindakan dan ruang
konsultasi di Ruang
Rawat inap Lt.2
 Kurangnya ruang kamar 0,2 2 0,4
mandi/WC.Kamar mandi/WC
perawat jadi satu dengan bagian
umum.
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY
 Adanya bantuan dari 0,5 4 2
pemerintah berupa mesin
ventilator dan Oksigen.
 Adanya kerjasama dengan vendor 0,5 3 1,5
dalam pengadaan alat medis.

TOTAL 1 3,5 O-T


TREATHENED = 3,5-2
 Adanya tuntutan tinggi dari 0,4 2 0,8 = 1,5
masyarakat untuk ruang
perawatan yang memadai
 Adanya Rumah sakit pesaing yang 0,6 2 1,2
memiliki sarana dan
prasarana yang lebih baik,seperti
MRI,mesin PCR.
TOTAL 1 2
Diagram Cartesius
X : S – W = 3,8 – 2 = 1,8
Y : O – T = 3,5 – 2 = 1,5

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

71
Analisa Hasil:
Posisi material di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika berada pada posisi
kuadran 1 (agresif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
untuk lebih baik lagi untuk mengembangkan RS lebih luas dan ditunjang dengan
pembangunan sarana dan prasarana yang lebih memadai, rekomendasi strategi yang
diberikan adalah progesif artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga
sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi memperbesar pertumbuhan dan
meraih kemajuan secara optimal.dan strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan.

72
4.3 M3 (METHODE)
4.3.1 MAKP

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 RS sudah memiliki visi, misi 0,2 4 0,8
dan motto sebagai acuhan
melaksanakan kegiatan
pelayanan.
 Kepala ruangan sudah 0,2 3 0,6 S-W
melakukan manajemen ruangan = 3,2-3,5
dengan baik = -0,3
 Sudah ada model MAKP yang 0,2 4 0,8
digunakan sesuai modelnya
yaitu modifikasi Tim dan
fungsional.
 Terlaksananya komunikasi yang 0,2 2 0,4
adekuat antar perawat dan tim
kesehatan lain.
 Kepala ruangan, kepala 0,1 2 0,2
jaga, dan perawat pelaksana
mengetahui peran dan
fungsi masing-masing dalam
menjalankan metode tim.
 Pengetahuan perawat tentang 0,1 4 0,4
MPKP 80% baik.
TOTAL 1 3,2
WEAKNESS
 Jika banyak pasien pekerjaan 0,5 4 2
terbengkalai karena setiap shift
hanya 3-4 perawat yang
berjaga. 1-2 perawat
pelaksana,1 perawat
penanggung jawab shift.
 Pembagian tugas terkadang 0,5 2 1
kondisional saat shift
berlangsung.
TOTAL 1 3,5
OPPORTUNITY
 Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5
keperawatan profesi ners yang O-T
melakukan manajemen = 3,5-1,5
keperawatan. =2

 Adanya standar SNARS terkait 0,5 4 2


pelaksanaan MAKP dalam
akreditasi RS.

73
TOTAL 1 3,5
TREATHENED
 Adanya tuntutan mutu 0,5 2 1
pelayanan dari rumah sakit
sehingga diharapkan perawat
ruangan melaksanakan MAKP
sesuai prosedur yang
ditentukan.
 Beberapa klien yang memiliki 0,5 1 0,5
pemikiran kritis namun belum
memahami MAKP beserta
kelebihan/kelemahannya, dapat
memiliki persepsi negative
mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan dan membuat
opini yang disebarluaskan di
masyarakat.
TOTAL 1 1,5
Diagram Cartesius
X : S – W = 3,2 – 3,5 = -0,3
Y : O – T = 3,5 – 1,5 = 2

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

-0,3 0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
MAKP yang ada di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika masuk kedalam
kuadran III trun-around, strategi yang harus dijalankan adalah ubah strategi yang artinya
harus menciptakan strategi yang memanfaatkan peluang dengan cara meminimalkan

74
kelemahan,solusinya yaitu melengkapi standart oprasional prosedur (SOP) supervisi dan
ronde keperawatan sehingga metode modifikasi Tim fungsional dapat memberikan
pengalaman pada perawat dalam pembuatan asuhan keperawatan agar dapat berjalan
lebih efisien.

75
4.3.2 Timbang Terima

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Diruangan rawat inap Lt.2 0,3 4 1,2
sudah memiliki SOP timbang
terima yang terarsip.
 Timbang terima sudah dilakukan 0,3 4 1,2 S-W
disetiap pergantian shift dengan = 3,6-2
tepat waktu. = 1,6
 Selalu ada interaksi dengan 0,2 3 0,6
pasien saat timbang terima.
 Tahap-tahap timbang terima 0,2 3 0,6
sudah dijalankan secara
lengkap berdasarkan observasi
100% sedah sesuai dengan SOP
yaitu pelaksanaan operan
hingga
validasi ke pasien.
TOTAL 1 3,6
WEAKNESS
 Saat timbang terima semua 1 2 2
perawat keliling ke bed pasien
tetapi terkadang perawat tidak
memvalidasi keluhan pasien.
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY
 Adanya mahasiswa Profesi 0,5 3 1,5
Keperawatan praktik yang terkait
masalah manajemen keperawatan.
 Banyaknya masalah klien dengan 0,5 3 1,5
penyakit kronis yang dapat
membuka wawasan perawat O-T
dalam menerapkan asuhan = 3-2
keperawatan sehingga lebih baik. =1
TOTAL 1 3
TREATHENED
 Dengan berkembangnya 0,5 2 1
persaingan IPTEK perawat
dituntut untuk lebih teliti
dan
meningkatkan pengetahuannya.
 Meningkatnya kesadaran 0,5 2 1
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberian
asuhan keperawatan.
TOTAL 1 2

76
Diagram Cartesius
X : S – W = 3,6 – 2 = 1,6
Y:O–T=3–2=1

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Timbang terima yang ada di Ruang
Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika masuk kedalam kuadran 1 atau agresif yang artinya
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan semua peluang. Solusinya yaitu
tetap melaksanakan proses timbang terima sesuai SOP seperti yang sudah dilakukan,
meningkatkan interaksi dengan pasien selama proses timbang terima, mempertahankan
kedisiplinan waktu saat melakukan timbang terima serta memberi kesempatan pada
perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sehingga perawat dapat
mengembangkan SDM. Perawat dapat menuangkan wawasannya dalam menerapkan
asuhan keperawatan yang baik.

77
4.3.3 Ronde Keperawatan

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Ronde keperawatan pernah 0,4 0 0
dilakukan sesuai dengan kasus
gawat dan pada pasien
dirawat
lama. S-W
 Sudah terbentuk Tim dalam 0,3 0 0 = 3,4-2,5
pelaksanaan ronde keperawatan = 0,9
 Dari instrumen penilaian 0,3 0 0
Ronde keperawatan mencapai
persentase sebanyak 80% dalam
kategori baik.
TOTAL 1 0
WEAKNESS 0
 Belum terdapat SOP Ronde 0,5 0 0
keperawatan di ruangan,Namun
sudah tersedia SOP di komite
keperawatan.
 Belum adanya perawat yang 0,5 0 0
mengikuti pelatihan tentang
ronde keperawatan.
TOTAL 1 0
OPPORTUNITY
 Adanya kesempatan kepala 0,2 0 0
ruangan melakukan ronde
Keperawatan.
 Adanya mahasiswa Profesi 0,3 0 0 O-T
Keperawatan praktik yang =0–0
terkait masalah manajemen =0
keperawatan.
 Adanya standar SNARS terkait 0,5 0 0
ronde keperawatan dalam
akreditasi RS.

TOTAL 1 0
TREATHENED
 Adanya pemikiran yang lebih 0,5 0 0
kritis dari Masyarakat untuk
mendapatkan Pelayanan yang
lebih optimal.
 Persaingan antar RS semakin 0,5 0 0
kuat dalam pemberian
pelayanan.
TOTAL 1 0

78
Diagram Cartesius
X:S–W=0–0=0
Y:O–T=0–0=0

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
Nilai M3 Ronde Keperawatan adalah 0 (nol), sebab di ruang rawat inap Lt.2 RS.
Kamar Medika tidak dilakukan ronde keperawatan.

79
4.3.4 Manajemen Pengelolaan Obat

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Sentralisasi obat di ruang rawat 0,2 4 0,8
inap Lt.2 menggunakan model
UDD (Unit Dose Dispensing)
 Berdasarkan hasil observasi, saat 0,2 4 0,8
S-W
obat diberikan dari farmasi ke
= 3,8-2
pihak perawat sudah dilakukan
= 1,8
dengan baik oleh perawat dan
farmasi.
 Berdasarkan hasil wawancara, 0,2 3 0,6
bila pasien pulang dan obat
masih tersisa, maka perawat akan
mengembalikan obat tersebut ke
pihak farmasi dengan mengisi
form retur.
 Sentralisasi obat untuk high alert 0,2 4 0,8
disimpan di farmasi.
 Alur penerima obat sudah melalui 0,2 4 0,8
sistem double check oleh perawat
dan farmasi.
TOTAL 1 3,8
WEAKNESS
 Berdasarkan hasil observasi, saat 1 2 2
pemberian obat kepada pasien
tidak dilakukan pengaplikasian
tanda tangan dari pasien atau
keluarga pasien,meskipun dalam
pemberian form pemberian obat
terdapat kolom tanda tangan dari
pasien atau keluarga pasien yang
bersangkutan.
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY
 Standart SNARS tentang teknik 0,5 4 2
sentralisasi obat.
 Adanya mahasiswa Profesi 0,5 3 1,5 O-T
Keperawatan praktik yang = 3,5 -2
terkait masalah manajemen = 1,5
keperawatan.
TOTAL 1 3,5
TREATHENED
 Adanya tuntutan dari pasien 0,5 2 1

80
untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional.
 Makin tinggi kesadaran 0,5 2 1
masyarakat tentang hukum.
TOTAL 1 2

Diagram Cartesius
X : S – W = 3,8 – 2 = 1,8
Y : O – T = 3,5 – 2 = 1,5

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sentralisasi obat yang ada di RS. Kamar
Medika masuk kedalam kuadran 1 agresif, strategi yang digunakan yaitu SO yang
artinya keadaan ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena memiliki
peluang dan kekuatan untuk bisa dioptimalkan dengan memanfaatkan peluang yang
besar dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas sehingga dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman yang ada.

81
4.3.5 Supervisi

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Kepala ruangan sudah 0,2 3 0,6
melakukan manajemen
Di ruangan sesuai SOP.
 Sudah ada SOP supervisi 0,4 4 1,6
diruangan rawat inap Lt.2 S-W
 Diruangan rawat inap Lt.2 0,4 4 1,6 = 3,8-2,5
supervisi sudah dilakukan oleh = 1,3
kepala ruangan dan kepala
bidang keperawatan.
TOTAL 1 3,8
WEAKNESS
 Belum ada uraian yang jelas 0,5 3 1,5
tentang supervisi termasuk jadwal
 Kurangnya program pelatihan 0,5 2 1
dan sosialisasi tentang supervisi.
TOTAL 1 2,5
OPPORTUNITY
 Standart SNARS tentang 0,5 4 2
supervise dalam akreditasi RS.
 Adanya mahasiswa Profesi 0,5 3 1,5 O-T
Keperawatan praktik yang = 3,5-2
terkait masalah manajemen = 1,5
keperawatan.
TOTAL 1 3,5
TREATHENED
 Adanya tuntutan dari pasien 0,5 2 1
untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional.
 Makin tinggi kesadaran 0,5 2 1
masyarakat tentang hukum.
TOTAL 1 2

82
Diagram Cartesius
X : S – W = 3,8 – 2,5 = 1,3
Y : O – T = 3,5 – 2 = 1,5

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
Berdasarkan hasil analisa SWOT M3 supervisi menunjukkan bahwa berada di
kuadran I agresif yang artinya keadaan ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan untuk bisa dioptimalkan dengan
memanfaatkan peluang yang besar dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas
sehingga dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada.

83
4.3.6 Discharge planning

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Discharge planning dilakukan 0,3 3 0,9
ke semua pasien.
 Tersedia format discharge 0,3 4 1,2
planning dan sudah diisi
sesuai S-W
SOP. = 3,3-2
 Perawat tidak mengalami 0,25 3 0,75 = 1,3
kesulitan selama memberikan
penjelasakan tentang pendidikan
kesehatan dan Bahasa yang
digunakan mudah dimengerti
oleh pasien.
 Berdasarkan kuesioner 90% 0,15 3 0,45
perawat dengan pengetahuan
baik tentang discharge planning.
TOTAL 1 3,3
WEAKNESS
 Kurangnya tersedianya leaflet 1 2 2
edukasi di nurse station sesuai
dengan penyakit pasien
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY
 Adanya kerjasama yang 0,2 2 0,4
baik antara pasien dan
keluarga
dengan perawat ruangan.
 Adanya kemauan dari pasien 0,2 3 0,6
dan keluarga untuk
memperoleh
pendidikan kesehatan. O-T
 Adanya informasi tentang 0,2 2 0,4 = 3 -1,5
hak dan kewajiban pasien. = 1,5
 Adanya Standart SNARS 0,4 4 1,6
tentang discharge planning
dalam akreditasi RS.
TOTAL 1 3
TREATHENED
 Adanya tuntutan dari 0,5 2 1
masyarakat untuk
memperoleh pelayanan
keperawatan yang
professional.
 Makin tinggi kesadaran 0,5 1 0,5
masyarakat akan
pentingnya
84
kesehatan.
TOTAL 1 1,5

85
Diagram Cartesius
X : S – W = 3,3 – 2 = 1,3
Y : O – T = 3 – 1,5 = 1,5

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
Nilai M3 Discharge Planning berada di kuadran I yakni agresif dimana situasi ini
sangat baik karena kekuatannya bisa dimanfaatkan untuk meraih peluang yang
menguntungkan dimana Discharge Planning sudah dilakukan dengan baik oleh Ruang
rawat inap Lt.2 sesuai dengan SOP di RS Kamar Medika.

86
4.3.7 Dokumentasi Keperawatan
ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Terdapat semua format 0,3 4 1,2
pendokumentasian diruang
Rawat inap Lt.2
 Terdapat SOP keperawatan 0,4 4 1,6
diruang rawat inap Lt.2 S-W
 Pendokumentasian 0,3 3 0,9 = 3,7-2
dilakukan dengan sistem = 1,7
SBAR.
TOTAL 1 3,7
WEAKNESS
 Implementasi terkadang masih 1 2 2
ada yang terlewatkan dalam
pendokumentasiannya.
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY
 Adanya mahasiswa Profesi 0,5 3 1,5
Keperawatan praktik yang O-T
terkait masalah manajemen = 3 -2
keperawatan. =1
 Adanya Standart SNARS 0,5 3 1,5
tentang dokumentasi
keperawatan dalam akreditasi
RS.
TOTAL 1 3
TREATHENED
 Adanya persaingan antar Rumah 0,5 2 1
sakit dalam system
pendokumentasian secara
komputerisasi.
 Makin tingginya pengetahuan 0,5 2 1
masyarakat tentang hukum.
TOTAL 1 2

87
Diagram Cartesius
X : S – W = 3,7 – 2 = 1,7
Y:O–T=3–2=1

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

Analisa Hasil:
Nilai M3 Dokumentasi diruang rawat inap Lt.2 berada pada kuadran 1 yakni
agresif dimana pada kuadran ini merupakan organisasi ruangan yang paling kuat dan
berpeluang untuk lebih meningkatkan kualitas pendokumentasian sehingga memperkecil
resiko ancaman terhadap persaingan dengan rumah sakit lain.

88
4.4 M4 (MONEY)

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Sebagian besar pembiayaan 0,2 3 0,6
pasien melalui BPJS dan
sebagian kecil menggunakan
biaya sendiri (umum). Biaya
perawatan yang berlaku saat
ini sesuai dengan kelas
perawatan di ruang rawat inap
Lt.2
 Pihak RS bekerjasama 0,1 3 0,3
dengan bank BRI dan bank
BNI untuk memudahkan
pembayaran
 Pembayaran dari pasien rawat 0,2 3 0,6
inap dilakukan dengan mudah
yaitu tunai untuk umum, S-W
mengajukan klem pasien BPJS. = 3,4-2
 Terdapat fasilitas mesin ATM 0,1 3 0,3 = 1,4
di RS yang dapat di akses
untuk mempermudah
pembayaran yang akan dibayar
oleh pasien.
 Pegawai mendapat kan faskes 0,2 4 0,8
BPJS kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
 Pegawai mendapat 0,2 4 0,8
reward sesuai dengan
kinerja.
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
 Tidak adanya pendapatan 1 2 2
seperti dari usaha koperasi atau
arisan
di ruangan
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY
 Tidak menutup kemungkinan 0,2 3 0,6
untuk memperluas kerja
sama dengan perusahaan lain
untuk menambah pemasukan
dana
bagi Rumah Sakit.
 Tenaga kerja yang 0,2 3 0,6
melanjutkan pendidikan
diperbolehkan oleh RS tanpa
ada syarat apapun.
89
 Pihak RS melakukan MCU atau 0,2 3 0,6
menawarkan pemeriksaan
kesehatan pada karyawan
perusahaan untuk menambah

90
pemasukan. O-T
 bekerjasama dengan perguruan 0,2 3 0,6 = 2,4 -1
tinggi yang dengan tarif sesuai = 1,4
kesepakatan.
TOTAL 1 2,4
TREATHENED
 Banyaknya pelayanan di 1 1 1
rumah sakit lain yang
menawarkan fasilitas seperti
rontgent, general check up, CT
scan dengan harga
dibawahnya.
TOTAL 1 1

Diagram analisa SWOT


X : S – W = 3,4 – 2 = 1,4
Y : O – T = 2,4 – 1 = 1,4 O

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5
S
w
0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2
T

91
Analisa Hasil:
Posisi M4 (Money) di Ruang rawat inap Lt.2 berada pada posisi kuadran 1 (agresif)
dimana kuadran ini menggambarkan sesuatu yang baik karena ada kekuatan yang
dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan. Strategi yang digunakan
adalah SO yaitu menciptakan strategi dengan mengunakan kekuatan untuk
memanfaatkan strategi yang dapat dikembangkan mutu dan kualitas yang lebih baik.

4.5 M5 (MARKET)

ANALISA SWOT
Analisa SWOT Bobot Rating Skor (Bobot x rating) Hasil
STRENGHT
 Tim marketing sudah 0,2 4 0,8
mempunyai jadwal kegiatan
yang jelas.
 Pemasaran melalui media 0,2 4 0,8
cetak, online, dan media
elektronik. S-W
 Tidak terdapat 0,2 4 0,8 = 3,7-2
adanya angka = 1,7
kejadian pada
indicator patient safety.
 Rata-rata pasien dirawat di 0,1 4 0,4
Ruang rawat inap Lt.2
selama 4 hari.
 Adanya variasi karakteristik 0,1 3 0,3
dari pasien (BPJS, Umum,
KIS)
 RS. kamar Medika 0,1 3 0,3
Sebagai tempat praktik
mahasiswa keperaatan
D3, S1, dan Profesi Ners.
 Pendidikan, sertifikasi serta 0,1 3 0,3
jumlah kebutuhan tim yang
dibutuhkan sudah terinci
dengan baik
TOTAL 1 3,7
WEAKNESS
 Seminar offline dan kegiatan 1 2 2
yang lain tidak dapat
berjalan dengan baik karena
adanya pandemi covid-19.
TOTAL 1 2

OPPORTUNITY

92
 Adanya kerjasama yang baik 0,3 3 0,9 O-T
antara Rumah sakit dengan = 3,4-2
perguruan tinggi. = 1,4
 Adanya kerja sama dengan 0,4 4 1,6
beberapa kepolisian dalam
pengurusan KLL.
 Adanya kerja sama dengan 0,3 3 0,9
asuransi dan perusahaan baik
dalam program MCU dan
vaksinasi.
TOTAL 1 3,4

TREATHENED

 Adanya persaingan RS dalam 0,5 2 1


memberikan pelayanan
keperawatan.
 Adanya tuntutan masyarakat 0,5 2 1
yang semakin kritis terhadap
pelayanan kesehatan.
TOTAL 1 2

Diagram Cartesius
X : S – W = 3,7 – 2 = 1,7
Y : O – T = 3,4 – 2 = 1,4

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5

1,5

1
X 0,5

0,511,522,5

Kuadran 4 Kuadran 2

93
Analisa Hasil:
Posisi M5 (Market) di Ruang rawat inap Lt.2 berada pada posisi kuadran 1
(agresif). Posisi ini menandakan bahwa ruang rawat inap Lt.2 adalah sebuah organisasi
yang kuat dan berpeluang. Angka LOS yang berada di angka 4 hari dan Indikator Mutu
Pelayanan di Ruang Rawat Inap Lt.2 RS. Kamar Medika yang sudah sesuai dengan
standart Kemenkes dan Standart Internasional sehingga dapat meningkatkatkan kepuasan
pasien.

4.6 Identifikasi Masalah

Diagram Cartesius RSKM

Y
Kuadran 3 Kuadran 1(agresif)

3,5

2,5
M4 M5
M3 MPKP 2
M2 M3 Supervisi dan
1,5 M3 SO Discharge Planning

1 M1 M3 Dokep

X M3 TT
0,5

-0,3 0,511,522,5

Kuadran 4 M3 Ronde Kuadran 2

94
Tabel Prioritas masalah

No Masalah IFAS EFAS TOTAL


1 M1 (Man) 1,7 1 2,7
2 M2 (Material) 1,8 1,5 3,3
3 M3 (Methode)
MAKP -0,3 2 1,7
Timbang Terima 1,6 1 2,6
Ronde Keperawatan 0 0 0
MPO 1,8 1,5 3,3
Supervisi 1,3 1,5 2,8
Discharge Planning 1,3 1,5 2,8
Dokumentasi Keperawatan 1,7 1 2,7
4 M4 (Money) 1,4 1,4 2,8
5 M5 (Market) 1,7 1,4 3,1

Dari tabel prioritas masalah diatas dapat disimpulkan bahwa masalah yang prioritas
diruang rawat inap Lt2 adalah masalah M3 yaitu MAKP (1,7) dan Ronde Keperawatan
(0).

95
BAB 5
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan umum praktik manajemen keperawatan yaitu mahasiswa
dapat mengerti prinsip-prinsip manajemen keperawatan dan mampu melakukan
pengelolaan unit pelayanan keperawatan dengan model asuhan keperawatan profesional
sesuai dengan konsep dan langkah –langkah manajemen keperawatan dengan pendekatan
proses penyelesaian masalah, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan sudah terlaksana.
Hasil analisa swot yang dilakukan di Ruang Rawat inap Lt.2 RS. Kamar Medika
dari M1,M2,M3 (Timbang Trima, Ronde Keperawatan, MPO, Supervisi, Discharge
Planning, Dokumentasi),M4,M5 berada pada kuadran I yakni agresif,dimana pada
kuadran ini merupakan organisasi ruangan yang paling kuat dan memiliki peluang untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi.Ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan bagi ruangan karena memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Dengan pelayanan tenaga kesehatan yang
berkualitas,berpengalaman serta ditunjang oleh fasilitas yang memadai,sehingga
membuat pasien merasa puas dengan kinerja perawat diruang rawat inap Lt.2 serta
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Fasilatas Pasien dan alat medis sudah
sesuai standar permenkes RI. Sedangkan fasilitas perawat rawat inap Lt.2 dalam kondisi
baik dan layak pakai hanya saja kamar Mandi/WC perawat masih jadi satu dengan
bagian umum.
Pada kuadran III (trun-around) terdapat pada M3 (MAKP).Posisi ini menandakan
sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap
peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Artinya harus menciptakan
strategi yang memanfaatkan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan,solusinya
yaitu melengkapi standart oprasional prosedur (SOP) supervisi dan ronde keperawatan
sehingga metode modifikasi Tim fungsional dapat memberikan pengalaman pada
perawat dalam pembuatan asuhan keperawatan agar dapat berjalan lebih efisien dalam
memberikan pelayanan ke pasien.

96
4.2 Strategi
1. Diperlukan penambahan jumlah perawat sesuai standar yang ditetapkan Depkes
dengan melakukan perekrutan tenaga perawat secara bertahap.
2. Dibentuk struktur organisasi MAKP yang jelas sehingga dapat menjelaskan tentang
peran masing- masing anggota sehingga masing-masing anggota dapat melakukan
sasuai dengan jobdisk yang ada secara maksimal.
3. Pengembangan dokumentasi keperawatan berbasis komputerisasi
4. Pendistribusian SOP tentang ronde keperawatan ke ruang rawat inap sehingga perawat
dapat melakukan ronde keperawatan sesuai dengan peraturan atau SOP yang ada di
rumah sakit.
5. Berikan leaflet sesuai dengan penyakit yang diderita pasien pada saat discharge
planning agar pasien dapat mengerti dan mendapat informasi mengenai penyakitnya
dan pasien dapat mengetahui apa yang harus dilakukan keluarga untuk membantu
perawatan pasien dirumah.
4.3 Saran
Berdasarkan pengalaman yang kami dapat selama praktik Profesi Ners Manajemen
Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto di ruang rawat inap Lt.2,kami dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi ruangan.
a. Bagi perawat di ruangan diharapkan tetap mempertahankan timbang terima dengan
baik dan sesuai SOP.Menggunakan komunikasi SOAP dan saat dilakukan validasi
pada pasien, perawat juga sudah memperkenalkan diri ke pasien setiap kali shift.
b. Untuk pelaksanaan Discharge planning saat pasien pulang hendaknya dilakukan
perawta dengan memberikan leaflet pada setiap pasien sebagai sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemandirian pasien dan keluarga saat melakukan
perawatan dirumah.
c. Diharapkan bagi kepala ruangan mampu untuk melaksanakan supervisi nyata
secara rutin setiap hari atau setiap minggu dan terjadwal. Pelaksaknaan supervisi
pada setiap tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana
dan dikomunikasikan sebelum pelaksanaan sehingga perawat pelaksana dapat
mempersiapkan diri. Pelaksanaan supervisi didokumentasikan di buku supervisi
dan hasilnya disampaikan kepada perawat yang disupervisi untuk evaluasi kinerja.
Sebaiknya pemberian reward juga penting untuk memberi motivasi kerja pada staf
perawat.

97
d. Diharapkan pada pelaksanaan sentralisasi obat sebaiknya di lakukan dengan
optimal, ada beberapa item alur sentralisasi yang sering di lalaikan, yakni belum di
lakukannya penandatanganan pemberian obat pada pasien atau keluarga.
e. Pelaksanaan Ronde keperawatan diharapkan dilakukan ketika ruangan menemukan
masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh perawat ruangan dan diharapkan ada
jadwal khusus tentang pelaksanaan ronde keperawatan dengan melibatkan profesi
lain diantaranya adalah dokter, farmasi, ahli gizi atau rehabilitasi medis jika
diperlukan. Sebaiknya ronde keperawatn dilakukan 1 bulan sekali dan
direncanakan. Hal ini bermanfaat sebagai media pembelajaran dan penelitian untuk
meningkatkan pengetahuan lintas profesi tentang kasus-kasus berat dan langka.
2. Bagi Mahasiswa:
a. Sebaiknya lebih banyak belajar lagi tentang MAKP dan job deiscription dari
masing-masing tugas.
b. Meningkatkan sikap tanggungjawab dan displin waktu akan peran dan tugas yang
akan dijalaninya.
c. Sebaiknya mahasiswa meningkatkan kepercayaan dirinya dan komunikasi
efektifnya agar mampu bersaing dan siap terjun di dunia kerja
d. Sebaiknya mahasiswa meningkatkan rasa empathy, caring terhadap
pasiennya guna memberikan asuhan keperawatan yang holistic baik fisik,
maupun, psikis yang jarang diperhatikan.
e. Pengelolaan sentralisasi obat sepenuhnya dan lebih memahami proses
manajemen rumah sakit terutama pada M3 (methode) agar lebih terampil dan apa
yang sudah didapatkan selama praktik di rumah sakit dapat bermanfaat dan bisa
diterapkan dimasyarakat

98

Anda mungkin juga menyukai