Anda di halaman 1dari 139

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN
ANALISIS SWOT RSUD SIDOARJO

Dosen Pembimbing : Dr. Windu Santoso

Disusun Oleh Kelompok 9 & 10:

1. Nabillah Choirun Nisa (201601152)


2. Mardiana Ovie A. (201601050)
3. M. Syahrul Ghofin (2016010)
4. Eni Yunita (201601133)
5. Rizkyani A. (201601172)
6. Mahnusa Ulfa (201601011)
7. Happy Kurniasari (201601052)
8. Ibnu Nafi (2016010)
9. Khoirunnisa’atur R. (201601134)
10. Fitria Nur K. (201601173)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan yang
berjudul Analisis Swot RSUD Sidoarjo dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Keperawatan.dengan dituliskannya makalah ini diharapkan mahasiswa
maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah Analisis Swot RSUD Sidoarjo.
Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ana Zakiyah.M.Kep Selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan.
3. Dr. Windu Santoso, S.Kep,Ns.,M.Kes Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Manajemen yang telah membimbing penulis.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta kelurga yang telah
mendukung, mendorong memberikan fasilitas kepada penulis sehingga
terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga Makalah ini
dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan pendidikan khususnya
keperawatan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segalausaha kita.

Sidoarjo, Januari 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)


telah menjadi salah satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi alat
bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan program-program baru di
lembaga pendidikan. Proses penggunaan manajemen analisis SWOT
menghendaki adanya suatu survei internal tentang strengths (kekuatan) dan
weaknesses (kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities
(ancaman) dan threats (peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan
internal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan
dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.

Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada


sebuah lembaga pendidikan. Selama dekade terakhir abad ke dua puluh,
lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya
hidup perorangan dihadapkan pada perubahan-perubahan baru. Strategi-
strategi baru yang inovatif harus dikembangkan untuk memastikan bahwa
lembaga pendidikan akan melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat mendatang khususnya pada abad 21 dan setelahnya.

Di dalam makalah ini akan dikupas beberapa hal mengenai SWOT


antara lain: pengertian SWOT, faktor-faktor SWOT, kegunaan SWOT,
hubungan SWOT, dan contoh aplikasi SWOT.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu analisis SWOT?


2. Apa faktor-faktor Analisis SWOT?

7
3. Apa kegunaan Analisis SWOT?
4. Bagaimana hubungan antara Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan
Threats dalam analisis SWOT?
5. Bagaimana aplikasi analisis SWOT pada RSUD Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian SWOT secara umum dan mampu


menjelaskannya.
2. Mengetahui faktor-faktor dalam Analisis SWOT.
3. Mengetahui kegunaan Analisis SWOT.
4. Mampu menjelaskan hubungan antara Strengths, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats dalam analisis SWOT.
5. Mampu menyebutkan contoh aplikasi analisis SWOT.

8
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen
Manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun
teratur, sehingga bila menejemen dilaksanakan dengan baik akan
mencapai hasil kegiatan yang maksimal (Suyanto, 2009). Menurut
Hersey dan Blanchard (1977), manajemen adalah suatu proses
melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerja sama
dengan orang lain. Sedangkan menurut Taylor (1911) manajemen
adalah diibaratkan sebagai sebuah mesin produksi yang bekerja secara
efisien dan cepat menghasilkan produk maksimal yang memerlukan
motivasi dan kerja sama.
Batasan pengertian manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu pendekatan untuk menyelesaikan tugas secara
efektif dan efisien melalui kerja sama dengan orang lain atau staf.
2.1.2 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen didefinisikan secara singkat adalah proses untuk
melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Sedangkan
manajemen keperawatan didefinisikan secara singkat sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat
(Gillies, 1985).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat (Suyanto, 2009).

9
2.1.3 Proses Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian-Pengumpulan Data
Pada tahap ini seorang manajer di tuntut tidak hanya mengumpulkan
informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga megenai institusi (Rumah
sakit, Puskesmas dan lain-lain), tenaga keperawatan administrasi dan bagian
keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan
2. Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang
strategis dalam mencapi tujuan organisasi yang ditentukan. Perencanaan
disini di maksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan
anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang di
butuhkan, membuat pola struktur organisasi yanag dapat mengoptimalakan
efektifitas staf serta menegakan kebijaksanaan, dan prosedur operasional
untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah di tetapkan
3. Pelaksanaan
Pada tahap implementasi dalam proses manajemen keperawatan
terdiri atas bagaimana manager memimpin orang lain untuk menjalankan
tindakan yang telah di rencanakan.
4. Evaluasi
Tahap akhir proses managerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah di lakasanakan. Tujuan dari evaluasi disini adalah
untuk menilau seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai
dengan tujuan organisasi yang telah di tetapkan serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
(Nursalam, 2007).

2.1.4 Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan

1. Berlandaskan perencanaan
2. Pengunaan waktu yang efektif
3. Melibatkan pengambilan keputusan
4. Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien, kepuasan pasien sebagai tujuan

10
5. Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan
2.1.5 Kerangka Konsep Manajemen Keperawatan

Perwatan pasien

Data
Pengembangan staf

Personalia

Pengumpulan Perencanaan Pengaturan kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan

Peralatan
Pengumpulan: Perencanaan: Pengaturan: Penelitian
Persediaan Tujuan
Tabel organisasi
Informasi sistem
tentang unit evaluasi tugas
standar
kerja pasien deskripsi kerja dan
karyawan kebijakan
sumber daya prosedur pembentukan kerja

anggaran sama tim

Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan


1. Penggunaan kekuatan 1. Jaminan kesehatan
1. Klasifikasi pasien 2. Pemecahan masalah 2. Audit pasien
2. Penentuan kebutuhan 3. Pengambilan keputusan 3. Penilaian prestasi
staf 4. Mempengaruhi 4. Disiplin
3. Rekruitmen keputusan 5. Hubungan perkarya dan
4. Pemilihan orientasi 5. Menangani konflik tenaga kerja
5. Penjadwalan 6. Komunikasi dan 6. Sistem informasi
6. Penugasan analisis transional komputer
7. Minimalisasi ketidak
hadiran
8. Penurunan pergantian
9. Pengembangan staf

Gambar 2.1 Sistem manajemen Keperawatan (Gillies, 1996 dalam Nursalam, 2010)
Manajemen perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain, manajer harus
bertindak secara terencana dan efektif, mampu menjalankan perkaryaan bersama
dan mampu memepertahankan tingkat efesiensi dengan menggunakan ukuran
pengawasan untuk mengidentifikasi masalah dengan segara dan kemudian di
evaluasi.

11
2.1.6 Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen terdiri atas:
1. Perencanaan
Perencanan adalah fungsi manajemen terpenting dalam manajemen, oleh
sebab itu perencanaan menentukan fungsi manajemen lainnya. Fungsi
perencanaan merupakan landasan dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
a. Langkah Perencanaan
Perencanaan dimulai sebagai sebuah ide atau cita-cita yang muncul
karena perhatian khusus pada satu sisi tertentu. Perencanaan kesehatan dapat
dibuat dalam skala besar seperti perencanaan untu upaya penurunan kamatian
bayi secara nasional atau hanya dalam skala kecil misalnya perencanaan
posyandu di dalam suatu dusun.
Sebagai suatu proses, perencanaan mempunyai beberapa langkah penting.
Ada lima langkah penting yang perlu dilakukan pada setiap mejalankan
fungsi perencanaan.
1) Analisa situasi. Langkah ini bertujuan untuk mengumpulkan data atau
fakta. Pada langkah ini anggota kelompok perencana perlu
memanfaatkan seefektif mungkin ilmu epidemiologi, antropologi,
demografi, ilmu ekonomi dan statistik sederhana.
2) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah. Terbatasnya
sumber daya dan kemampuan organisasi, serta kompleksnya
permsalahan yang dihadapi, mengharuskan para manajer untuk
menetapkan prioritas yang perlu dipecahkan.
3) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
Perumusan tujuan ini dapat dilakukan apabila rumusan masalah pada
langkah 2 sudah dilakukan dengan baik.
4) Mengkaji kemungkina adanya hambatan dan kendala dalam oelaksanaan
program. Kajian terhadap hambatan ditujukan yang bersumber di dalam
organisasi dan yang bersumber dari lingkungan masyarakat dan sector
lain.
5) Menyusun rencana kerja operasional (RKO).
b. Manfaat Sebuah Perencanaan
Malalui perencaan program akan dapat diketahui :
1) Tujuan dan cara mencapainya
12
2) Jenis/stuktur organisasi yang dibutuhkan
3) Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya
4) Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan
5) Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan
Keuntungan dengan tersusunnya perencanaan yang baik:
1) Perencanaan menyebabkan berbagai macam aktifitas organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu dapat dilakukan secara teratur.
2) Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang
tidak produktif.
3) Perencanaan dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang
dicapai.
4) Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya,
terutana fungsi pengawasan
Kerugiannya adalah :
1) Perencan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta
tentang masa yang akan datang.
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil.
2. Pengorganisaian
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongka dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas–tugas
dan wewenang seorang, dan pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai
tujuan.
a. Manfaat pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2) Pendelegasian wewenang
3) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik
b. Langkah-langkah pengorganisasian
Ada enam langkah atau aspek penting dalam fungsi perorganisasian:
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang di
dalam fungsi perencanaan
13
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan. Dan di sini aka nada pembagian tugas.
3) Menggolongkan kegiatan pokok dalam satuan kegiatan yang praktis
(elemen kegiatan). Pengaturan ruang kerja adalah salah satu contohnya.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan. Pengaturan ruang kerja adalah
salah satu contohnya.
5) Mendelegasikan wewenang.
c. Wewenang dalam organisasi
Wewewang adalah kekuasaan atau hak untuk mememrintah atau
menerima orang lain berbuat sesuatu. Wewewnang seseorang dalam sebuah
organisasidibatasi melalui uraian tugasnya sesuai dengan fungsi kedudukan
staf di dalam sebuah organisasi.
1) Wewenang Lini (linie authority)
Wewenang yang mengalir secara vertical yaitu pelimpahan
wewenang dari atas ke bawah dan organisasi yang menggunakan
wewenang lini tersebut disebut organisasi ini.
2) Wewenang Staf (staf authority)
Wewenang yang mengalir kesamping yaitu wewenang yang
diberikan kepada staf untuk membantu melancarkan tugas staf yang
memiliki wewenang lini. Wewenang staf diberikan karena spesialisasi
tugas-tugas manajerial berdasarkan fungsi staf seperti: staf pengawasan,
staf pribadi, staf pelayanan, staf penasehat. Organisasi staf adalah
organisasi yang menggunakan wewenang staf.
3) Wewenang staf dan lini
Perpaduan antara wewenang lini dan staf merupakan bentuk
struktur organisasi yang paling umum dianut saat ini. Bentuk pelimpahan
wewenang dijajaran organisasi kesehatan dan kerja samanya dengan
departemen dalam negeri akan dikenalkan jenis pola kerja sama yaitu:
a) Sentralisasi
b) Dekonsentrasi
c) Perbantuan (Medebewyn)
d. Pengembangan Organisasi

14
Pengembangan organisasi adalah upaya pihak manajer untuk
mengembangkan stafnya (pengembangan daya dan sumber daya atau staf)
dengan harapan untuk lebih meningkatkan kapasitas organisasi dapat dilakukan
melalui mengefektifkan gaya kepemimpinan manajer, hubungan yang harmonis
antara pimpinan dengan stafnya meningkatkan kepuasan kerja staf dan semangat
kelompok, kejelasan penyusunan tujuan dan perbaikan system perencanaan dan
pelaporan.
3. Penggerakan dan pelaksanaan (Aktuasi)
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang
telah dituangkan dalam fungsi perencanaan. Oleh karena itu, fungsi manajemen
ini lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan
menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan) untuk mencapai
tujuan disepakati. Tujuan fungsi aktuasi
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi
dan kerja staf
5) Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
a. Faktor–faktor penghambat fungsi aktuasi
Kegagalan manajer menumbuhkan motivasi stafnya merupakan
hambatan utama fungsi aktuasi. Hal ini dapat terjadi karena manajer kurang
memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seorang manajer
yang berhasil akan menggunakan pengetahuannya tentang perilaku manusia
untuk menggerakkan stafnya agar mereka bekerja secara optimal dan lebih
produktif.
4. Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal)
a. Prinsip pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian (controling) merupakan fungsi yang
terakhir dan proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga
fungsi manajemen lainnya terutama dengan fungsi perencanaan.
Tugas seorang manajer dalam usahanya menjalankan dan mengembangan
fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai
berikut:
15
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan mudah diukur.
Misalnya: menepati jam kerja, tugas–tugas yang diberikan selalu dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.,
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan, atau pengawasan lemah,
berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi.
3) Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf.
Bila ini dapat dilaksanakan, staf akan dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga penerapan
standar pengawasan akan dapat dilakukan secara lebih objektif. Ada dua jenis
standar pengawasan yaitu:
Norma: didasarkan atas pengalaman masa lalu dalam pelaksanaan
program yang sejenis atau dalam situasi yang sama.
Misalnya: setiap petugas lapangan puskesmas seharusnya dapat
mengunjingi 20 rumah dalam seminggu dalam rangka pelaksanaan program
perawatan kesehatan masyarakat (PHN). Staf UKS seharusnya dapat
mengunjungi semua sekolah di wilayah kerjanya minimal 3 kali dalam
setahun.
Kriteria: standar yang diharapkan dan upaya –upaya pelayanan
tertentu. Misalnya setiap kader kesehatan harus mampu menyiapkan campuran
larutan dalam gula, mengisi KMS dan menjelaskan 3 metode KB, staf KIA
mampu melakukan imunisasi BCG pada semua anak antra umur 0-1 tahun.
b. Manfaat pengawasan
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan secara
tepat, organisasi memperoleh manfaat sebagai berikut:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standar atau rencana kerja dengaan menggunakan sumber daya yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan pengendalian
bermanfaat untuk meningkatkan efisien program.
2) Dapat diketahui adanaya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas–tugasnya. Bila hal ini diketahui, pimpinan
organisasi akan dapat memberikan latihan memang dibutuhkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf.

16
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebaba - sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.
c. Proses pengawasan
Ada tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan manajerial:
1) Mengukur hasil/ presentasi yang telah dilakukan
2) Membandingkan hasil yang dicapai denagn tolak ukur atau standar yang telah
ditetapakan sebalumnya, yang dipakai sebagai tolak ukur adalah rencana kerja
operasional, tugas dan wewenang staf, mekanisme kerja sama, peraturan,
pelaksanaan dan target program yang dicapai.
3) Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor
penyebab terjadinya. Bila diperkirakan terjadinya penyimpangan. Bila
diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu berusaha lebih dahulu
untuk mencari faktor-faktor penyebabnya, kemudian menetapkan langkah-
langkah untuk mengatasinya.
d. Objek pengawasan
Ada lima jenis objek pengawasan
1) Objek tentang kuantitas dan kualitas barang atau jasa ini merupakan objek
pengawasan yang bersifat fisik
2) Keuangan
3) Pelaksanaan program di lapangan sesuai denagn RKO
(rencana kerja operasional) yang dibuat oleh masing–masing staf.
4) Hal-hal yang sifatnya strategis
5) Pelaksanaan kerja sama dengan pihak kecamatan, peraturan daerah (perda)
tentang penggunaan anggaran dan sebagainya.

e. Cara mendapatkan data untuk melakukan pengawasan


1) Pengamatan langsung
Supervisi oleh pimpinan ke lapangan untuk mengamati kegiatan staf
dan membandingkannya dengan standar adalah cara pengawasan langsung.
Data atau informasi tentang pelaksanaan suatu program yang diperoleh melalui
cara seperti ini mempunyai kualitas yang terbaik (akurat), tetapi memerlukan
17
motivasi yang baik juga dan pemimpin untuk turun ke lapangan (dilakukan
denagn obyektif).
2) Laporan lisan
Pimpinan juga dapat memperoleh data langsung tentang pelaksananaan
dengan mendengarkan laporan lisan staf. Dengan cara ini pimpinan hanya
memperoleh informasi terbatas tentang kemajuan program
3) Laporan tertulis
Staf penanggung jawab program diminta membuat laporan singkat
tentang hasil kegiatannya. Informasinya hanya terbatas pada hal-hal yang
dianggap penting oleh staf.
2.17 Komponen Manajemen Keperawatan
Komponen Manajemen Keperawatan terdiri atas:
1. Input
a. Informasi
b. Personal
c. Peralatan
d. fasilitas
2. Proses
Kelompok manajemen dari tertinggi sampai dengan perawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan perencanaan, organisasi,
pengarahan dana pengawasan dalam pelaksaan pelayanan keperawatan.
3. Output
a. Askep (asuhan keperawatan)
b. Pengembangan staf samapai dengan riset
4. Kontrol
a. Butget prosedur
b. Evaluasi kinerja
c. Akreditasi
5. Feedback mechanism
a. Laporan financial
b. Audit keperawatan
c. Surve kendali mutu
d. Kinerja

18
2.1.8 Fungsi Operasional Manajemen
Fungsi opresaional manajemen terdiri atas:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis yang kita
jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut dapat
dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerja yang senantiasa
konstan ataupun bertambah.
2. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya yang
dibtuhkan oleh konsumen.
3. Manajemen Operasi atau Produksi
Manajemen produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk mengahsilakan produksi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
berdasarkan kegiatan konsumen.
4. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah kegiatan menajemen berdasarkna fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan
profit.
5. Manajemen informasi
Manajemen informasi adalah kegiatan manajemene berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha memastikan bahwa bisnis yang dijalankan mampu
untuk terus bertahan dalam jangka panjang.
2.1.9 Unsur-Unsur Manajemen
Unsur-unsur manajeman adalah sesuatu yang menjadi bagian mutlak sebagai
pembentuk manajemen. Banyak yang mengemukakan bahwa unsur-unsur
manajemen seperti yang dikemukakan oleh Terry dengan istilah The Six M in
Management (6M didalam manajemen), yaitu Man, Money, Materials, Market dan
Mehods. Sejalan dengan pengertian manajemen yaitu suatu kegiatan usaha kearah
pencapaian tujuan tertentu melalui kerja sama orang lain serta pemamfatan sumber-
sumber yang tersedia, maka unsur-unsur manajemen mencakup: 1) manusia, 2)
tujuan yang hendak dicapai sebagai titik pengarahan, 3) wadah, 4) alat atau sarana
19
mencapai tujuan, 5) kegiatatan seperti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan
dan sebagainya.
Fungsi dan efektifitas sistem dalam usaha mencapai tujuan tergatung dari
ketetapan susunan rangkaian dan struktur terhadap tujuan yang telah ditentukan:
1. Bersifat dinamis
Sistem menunjukkan sifat yang dinamis, dengan perilaku tertentu. Perilaku
sitem umumnya dapat diamati pada caranya mengkonversikan masukkan (input)
manjadi hasil (output).
2. Sistem terpadu lebih besar dari jumlah komponen-komponenya
3. Mempunyai arti yang berbeda
Satu sistem yang sama mungkin dipandang atau diartikan berbeda,
tergantung siapa yang mengamatinya dan untuk kepentingan apa.
Mempunyai sasaran yang jelas. Salah satu tanda keberadaan adalah adanya
tujuan atau sasaran yang jelas.Umumnya identifikasi tujuan merupakan langkah
awal menagmbil perilaku suatu sistem dan bagiannya.
4. Mempunyai keterbatasan
Disebabakan oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar berupa hambatan dari
lingkungan, sedangkan faktor dari dalam adalah keterbatasan sumber daya
5. Siklus dan proses sistem
Aspek penting dari pendekatan sistem terletak pada siklus sistem dan
prosesnya, yaitu berubahan teratur yang mengikuti pola dasar tertentu terjadi
selama sistem masih aktif
6. Penahapan dan siklus system
Proses untuk mewujudkan sistem untuk keperluan operasi atau produksi
sampai siklus sistem berhenti berfungsi di kelompokkan menjadi beberapa tahap
yang dibedakan atas jenis yang dominan.
2.1.10 Tingkatan Manajer dan Tanggung Jawab
Menurut tingkatannya, manajer dapat dibedakan dalam manajer puncak (top
manager), manajer media (midle manager), dan manajer bawahan (first-line
manager), Sedangkan menurut fungsinya manajer dapat terdiri dari manajer-
manajer umum dan manajer fungsi yang terdiri dari manajer pemasaran (marketing
manager), manajer operasional (operational manajer), manajer sumberdaya
manusia (human recourse manager), manajer keuangan (financial manager),
manajer penelitian dan pengembangan (riset and development manager).
20
1. Top Manager
Istilah yang sering digunakan manajer yang berada pada tingkat ini antara
lain: Chief Executive Office, Chief Executive Operating, President dan Vice
President. Top Manager bertanggung jawab terhadap perusahaan secara
keseluruhan. Tugas mereka adalah menetapkan tujuan, strategi dan kebijakan
perusahaan secara umum, yang kemudian akan diterjemahkan lebih spesifik oleh
manajer dibawahnya.

2. Midle Manager
Tugas Midle Manager adalah mengawasi beberapa unit kerja dan
menerapkan rencana sesuai dengan tujuan dan tingkatan yang lebih tinggi,
selanjutnya mereka melaporkan hasil pekerjaannya kepada tingkat yang lebih
tinggi (top manager).
3. First-line Manager
Merupakan tingkatan yang paling bawah dalam suatu organisasi yang
memimpin dan mengawasi tenaga operasional. Sebutan lain untuk jabatan ini,
antara lain adalah supervisior, kepala departemen dan mandir (foreman). Mereka
bertanggung jawab atas satu unit kerja dan diharapkan mamapu menyelesaikan
tugas dengan tujuan jangka pendek yang sesuai denga rencana Midle dan top
manager.

2.2 Konsep Kepemimpinan


2.2.1 Definisi Pemimpin
Fiedler (1967) mendefinisikan pemimpin dengan pengertian “seseorang
yang berada dalam kelompok, sebagai pemberi tugas atau sebagai pengarah dan
mengkoordinasi kegiatan kelompok yang relevan serta penanggung jawab utama”
(Amirullah,2004).
Terry dan Frankin (1982) mendefinisikan kepemimpinan sebagai hubungan
dimana dimana seseorang (pemimpin) mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja
sama melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang
diinginkan pemimpin dan atau kelompok. Definisi tersebut menekankan pada
permasalahan hubungan antara orang yang mempengaruhi (peminpin) dengan orang
yang dipengaruhi (bawahan). (Amirullah, 2004).

21
2.2.2 Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan mempunyai peran terhadap
kepemimpinan, yaitu:
1. Generalisasi serangkaian fakta tentang sifat, perilaku dan konsep kepemimpinan.
2. Menjelaskan latar belakang, dan alasan dan skat yarat pemimpin.
3. Menerangkan sifat, peran dan fungsi serta etika profesi yang digunakan
pemimpin.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teori
kepemimpinan mengalami berbagai perkembangan:
a. Teori “ TRAIT” (bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang
membuat merekam lebih baik dari orang lain (Marquis dan Huston, 1998)
Tabel 2.1 Ciri–ciri Pemimpin menurut Teori Bakat (Nursalam, 2003)
Intelegensi Kepribadian Perilaku
1. Pengetahuan 1. Pengetahuan yang 1. Kemampuan bekerja
yang tinggi tinggi sama
2. Ketepatan 2. Ketepatan dalam 2. Kemampuan
dalam mengambil keputusan interpesonal
mengambil 3. Kelancaran berbicara 3. Kemampuan
keputusan 4. Mudah beradaptasi diplomasi
3. Kelancaran 5. Kreatif 4. Partisipasi sosial
berbicara 6. Kooperatif 5. Prestise
Mudah 7. Siap/ siaga
beradaptasi 8. Rasa percaya diri
9. Integritas
10. Keseimbangan emosi
dan mengontrol
11. Independen
12. Tenang
b. Teori Perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manager menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus
suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994) teori perilaku ini
dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu organisasi
(Nursalam, 2003).
c. Teori “ contigency dan situasional “
Teori ini menekankan bahwa menejer yang efektif adalah manajer yang

22
melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan antara faktor bawaan,
perilaku, dan situasi. Fokus metode manajemen ini menekankan pada perilaku
manajer yang menekankan pada produksi dan manusia. Dalam sebuah kelompok,
perlu adanya komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi, kompetisi
antar anggota kelompok dapat dikurangi, dan komunikasi serta adanya
kebersamaan yang dapat ditingkatkan sehingga akan dapat dicapai tujuan
organisasi yang optimal (Blake dan Mount, 1964 dikutip oleh Grany dan Massey,
1999). (Nursalam, 2003: 68).
d. Teori Kontemporer (kepemimpinan dan manajemen)
Teori ini menekankan terhadap 4 komponen penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu:
1) Manajen/ pemimpin
2) Staf dan atasan
3) Perkaryaan
4) Lingkungan
Dalam melaksanakan suatu manajemen seorang pemimpin harus
mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai tujuan organisasi
(Nursalam, 2003).
e. Teori motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
1) Teori Maslow (The Need Hirarchy)
a) Fisiologis : Gaji pokok
b) Aman : Perencanaan yang reguler (gaji)
c) Kasih sayang : Kerjasama secara tim
d) Harga diri : Pencapaian posisi
e) Aktualisasi : Tantangan dalam bekerja
2) Teori Clyton Alderfer (ERG theory)
a) E : Existence (fisiologi & aman)
b) R : Relatedness (kasih sayang)
c) G : Growth (harga diri & aktualisasi)

3) Teori Federich Herzberg (two-factors Theory)


a) Motivator : Kepuasaan kerja
b) Hygiene : Lingkungan yang kondusif
23
4) McClelland (Learned Theory)
1) Affilation : Bersahabat
2) Power : Memerintah orang lain
3) Achievement : Suka tantangan, kompetisi dan menyelesaikan masalah
secara efektif
Tabel 2.2 Berbagai Masalah pada Motivasi dan Penyelesaiannya
MASALAH
POTENSIAL SOLUSI
MOTIVASI
1. Pembagian a. Penjabaran jobs-description
tugas yang b. Penjabaran standar pelaksanaan
tidak jelas c. Tujuan
d. Umpan balik pelaksanaan
2. Hambatan a. Seleksi karyawan yang baik
dalam b. Penyususnan ulang penugasan
pelaksanaan c. Menciptakan lingkungan yang sehat (aman,
nyaman, gaji, waktu istirahat, peralatan yang
lengkap dll)
3. Kurang/ a. Reinforcement
tidak adanya b. Penghargaan HR secara adil
peghargaan c. Peningkatan kualitas karyawan
(Rewards) d. Peningkatan harga diri dan pemberian peran
e. Peningkatan kerja sama antar karyawan dan atasan
5) Teori Z
Teori Z di kemukakan oleh Ouchi (1981), teori ini merupakan
pengembangan dari teori Y dari McGregor (1460) dan mendukung gaya
kepemimpinan demokratis. Komponen teori Z meliputi pengambilan keputusan
dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya, menekankan pada
keamanan pekaryaan, promosi yang lambat dan pendekatan yang holistik terhadap
staf. Teori ini menekankan pada staf di bandingkan dengan kualitas produksi.
6) Teori Interaktif
Schein (1970) menekankan staf atau pegawai adalah manusia suatu sistem
terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang secara
dinamis. Sistem tersebut di anggap suatu sistem terbuka, jika terjadi adanya
perubahan energi dan informasi lingkungan. Asumsi teori ini sebagai berikut:
a. Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks, mereka mempunyai
motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu perkaryaan.
b. Motivasi seorang tidak tetap, tetapi berkembangan sesuai perubahan waktu
c. Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda

24
d. Penampilan seseorang dan produktifitas dipengaruhi oleh tugas yang harus
diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.
e. Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.
Hollander (1978) mendukung teori tersebut, dimana ia menekankan bahwa
antara peran pemimpin dan staf dipengaruhi oleh peran yang lainnya. Dia
menekankan bahwa pemimpin dan staf dipengaruhi oleh peran yang lainnya. Dia
menekankan 3 dasar komponen yang terlibat dalam perubahan pemimpin:
a. Pemimpin, termasuk personality pemimpin, persepsi dan kemampuannya.
b. Staf, termasuk personality, persepsi dan kemampuannya
c. Lingkunngan/ situasi di mna pemimpin dan staf berfungsi, termasuk norma
kelompok baik formal maupun informal, ukuran, kekuatan, dan cita – cita yang
lainnya.
Menurut Holander (1978), pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan
untuk memnggunakan proses penyelesaian masalah, mempertahankan kelompok
secara efektif, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, menunjukkan
kejujuran dalam mempimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan mengembangkan
identifikasi kelompok.
2.2.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya di artikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri,
Gillies (1970), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat di identifikasikan
berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya. (Nursalam,2007).
Didalam menajemen ada beberapa model atau gaya kepemimpinan dalam
suatu organisasi. Gaya kepemimpinan ini dapat di artikan sebagai suatu cara
penampilan karakteristik.
2.2.3.1 Macam-macam Gaya Kepemimpinan:
a. Gaya kepeimpinan menurut teori X dan teori Y
Teori ini di kemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The
human side enterprise (1960), dia menyebutkan perilaku seseorang dalam suatu
organisasi dapat di kelompokan dalan dua kutub uatama, yaitu sebagai teori X
dan teori Y. teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai
pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab cenderung menolak
perubahan dan lebih suka di pimpin dari pada memimpin. Sebaliknya teori Y
mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung
25
jawab mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif.
Berdasarkan teori ini gaya kepemimpinan di bedakan menjadi 4 macam:
1. Gaya kepemimpinan Diktaktor
Gaya kepemimpinan yang di lakukan dengan menimbulkan ketakutan serta
menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori
X
2. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada
di tanaga pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah di benarkan, gaya ini
juga merupakan pelaksanaan dari teori X
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Di temukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
sebuah keputusan yang di lakukan dengan cara musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y.
4. Gaya kepemimpian santai
Peran dari pemimipin hampir terlihat karena segala keputusan di
serahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y
(Azwar, 1996)
2.2.4 Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan
Prinsip untuk memberikan pelayanan optimal:
1. Pembagian kerja
2. Pendelegasian tugas
3. Koordinasi
4. Manajemen waktu
2.2.5 Pembagian Kerja
Pembagian kerja dibedakan berdasarkan:
1. Pendidikan dan pengalaman kerja karyawan
2. Peran dan fungsi perawat rumah sakit
3. Ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan dalam
organisasi
4. Batas wewenang dan tangung jawab
Hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepala tenaga non keperawatan :
1. Job description
26
2. Pengembangan prosedur
3. Deskripsi hasil akhir
2.2.6 Pendelegasian Tugas
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepala staf dalam batas-batas
tertentu:
1. Pendelegasian tergantung
a. Sifat kegiatan
b. Kemampuan staf
c. Hasil yang diharapkan
2. Tetapkan tugas
a. Pilih orangnya
b. Uraikan hasil spesifik
c. Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab staf
d. Kesimpulan staf tentang tanggung jawabnya
e. Waktu untuk mengontrol
f. Berikan dukungan
g. Evaluasi hasil
3. Koordinasi
Keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antara tenaga di ruangan
keperawatan:
Manfaat koordinasi:
a. Menghindari perasaan lebih penting dari yang lain
b. Menumbuhkan rasa saling membantu
c. Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
4. Manajemen waktu
Pengelolaan waktu dalam memberikan pelayanan keperawatan yang optimal:
a. Analisa waktu yang digunakan
b. Memeriksa kembali porsi aktivitas
c. Menetukan prioritas pekerjaan
d. Mendelegasikan
5. Hambatan pada manajemen waktu
a. Terperangkap dalam pekerjaan
b. Menunda karena takut salah
c. Tamu yang tidak terencana
27
d. Telepon
e. Rapat yang tidak produktif
f. Tidak dapat mengatakan tidak
2.2.7 Ketenagaan
Pengaturan proses mobilisasi potensi, proses motivasi dan pengembangan
sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan untuk tercapainya tujuan individu,
organisasi dimana di besarnya.
1. Rekrut tenaga dan seleksi, yang perlu diperhatikan:
a. Profil karyawan keperawata saat itu
b. Program recruiting
c. Program penembangan tenaga baru
d. Prosedur penerimaan
1) Data biografi
2) Surat rekomendasi
3) Wawancara
4) psychotest
2. Orientasi dan pengembangan
a. Orientasi institusi
1) Misi, visi rumah sakit
2) Struktur dan kepemimpinan
3) Kebijakan rumah sakit
4) Evaluasi kerja
5) Pengembanga staf
6) Hubungan antara karyawan
b. Orientasi pekerjaan
1) Job description
2) Prosedur pekerjaan
3) Kebijakan
4) Orientasi tempat/fasilitas yang ada
3. Pengembangan
Pengembangan tenaga baru berlaku setelah masa orientasi
4. Penghargaan
1) Promosi
a. Kenaikan pangkat
28
b. penempatan
2) Mutasi
Pemindahan dari pekerjaan/jabatan yang baru ke pekerjaan atau
jabatan lain. Tujuan penghargaan: Mengurangi kejenuhan dan pengembangan
5. Hambatan dalam ketenagaan
1) Kemangkiran
a. Tempat tinggal jauh
b. Kelompok keryawan yang banyak
c. Sakit
2) Turn-over
Rata-rata turn-over pertahun: jumlah tenaga perunit × 100
Mengurangi turn-over
a. Penerimaan karyawan
b. Peningkatan tugas
c. Perubahan job description
d. Pengembangan
3) Kejenuhan
Keadaan dimana dirinya merasa kurang kemampuannya, kerja keras tapi
kurang produktif
a. Peran dan fungsi yang kurang jelas
b. Merasa terisolasi
c. Beban keeja yang berlebihan
d. Terlalu lama pada suatu kegiatan
6. Pengembangan
Tujuannya adalah membantu individu meningkatkan diri dalam :
a. Pengetahuan
b. Ketrampilan
c. Pelayanan dibidangnya
7. Jenis pengembangan
a. Introduksi training untuk staf baru
b. Orientasi
c. In house education in the job
d. Pendidikan berkelanjutan
8. Penjadwalan
29
Penentuan pola dinas dan libur unutk karyawan pada suatu bangsal atau unit
tertentu.
9. Prinsip penjadwalan
a. Keseimbangan kebutuhan tenaga serta pekerjaan dan rekreasi
b. Siklus penjadwalan serta jam kerja adil antar staf
c. Semau karyawan dirugaskan sesuai siklus
d. Bila jadwal sudah dibuat, maka penyimpangan dilakukan dengan surat
permohonan
e. Jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk tiap unit dan shift
f. Jadwal harus dapat meningkatkan perawatan yang berkesinambungan dan
pengembangan kerja tim.
10. Penyebab kelebihan staf
a. Frekuensi dan fariasi tidak dapat di ramalkan
b. Kecenderungan pimpinan membuat kompensasi dengan menghitung tenaga
berdasarkan sensus maksimal
c. Keluhan pasien tentang pelayanan
d. Delegasi untuk diagnostic
11. Penanggulangan tenaga
Mengontrol variasi ketenagaan dengan jalan kombinasi jam dinas tenaga
lepas dan pemerataan. Pertukaran dinas rotasi- mutasi merupakan hal yang umum.
12. Macam-macam cara dinas
a. 7 jam/ shift: 6 hari kerja: 40 jam/ minggu
b. 8jam/ shift: 5 hari kerja: 40jam/ minggu
c. 10 jam/ shift: 4 jam kerja: 40/ minggu
13. Perhitungan tenaga keperawatan
a. Peraturan Menkes RI no 262/ Menkes/ Per/ VII/ 1979, tentang perbandingan
tempat tidur dengan jumlah perawat:
RS tipe A - B, perbandingan Minimal 3-4 perawat: 2 tempat tidur.
Hasil workshop perawatan di citolo, 1971.
Jumlah perawat: pasien = 5: 9/ shift, dengan 3shift/ 24 jam dengan perhitungan
sebagai berikut:
a) Hari kerja efektif/ tahun : 225 – 260/ hari
b) Libur mingguan: 52 hari
c) Cuti tahunan: 12 hari
30
d) Hari besar: 10 hari
e) Sakit/ izin: 12 hari
f) Cuti hamil rata-rata: 29 hari
b. Menurut Depkes Filipina tahun 1984.
Jam rata-rata pasien dalam 24 jam
a) Interna 3,4 jam
g) Bedah 3,5 jam
h) Bedah dan interna 3,4 jam
i) Post partum 3,0 jam
j) Bayi 2,5 jam
k) Anak-anak 4,0 jam
c. Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981:
a) Level 1 (Minimal): 3,2 jam
b) Level II (Intermediate): 4,4 jam
c) Level III (Maksimal): 5,6 jam
d) Level IV (Intensif care) : 7,2 jam
d. cara-cara lain penghitungan tenaga :
1) Cara ratio
SK Menkes no.262 tahun 1979
TIPE RS TM/TT TPP/TT TNPP/TT T NONP/TT
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 ¾
D1/15 ½ 1/8 2/3
E Disesuaikan
Keterangan:
TM : tenaga medis
TPP : tenaga paramedis keperawatan/ tenaga perawat.
TNPP : tenaga non paramedis perawatan
TNONP : tenaga non pereawatan
TT : tempat tidur
Contoh :
Sebuah rumah sakit tipe C dengan jumlah TT 100 buah, kebutuhan
tenaga sebagai berikut:
TM :10-11 tenaga medis
31
TPP :100 tenaga paramedis.
TNPP :20 tenaga pembantu perawat
TNONP :75 tenaga administrasi (Umum, keuangan dan urusan non
medis lainnya).
2) Cara Need
Menghitung kebutukan berdasarkan beban kerja yang kita
perhitungkan sendiri, sehingga memenuhi standart profesi. Diskripsi tentang
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Standart waktu yang dibutuhkan
agar berjalan dengan baik (Hudgin’s 82).
3) Cara Demand
Menurut kegiatan yang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tatuko
(1992):
a. Kasus gawat daerurat: 86, 31 menit
b. Kasus mendesak: 71, 28 menit
c. Kasus tidak mendesak: 33,69 menit.
4) Formula loka karya keperawatan
AxS2x7xTTxBOR+25%
41 mg x 40 jam
Keterangan :
A : rata-rata jam perawatan /hari
TT : tempat tidur
S2 : jumlah minggu dalam 1 tahun
25% : penyesusaian terhadap produktifitas
BOR : kapasitas pemakain tempat tidur
5) Metode Douglas (1984, dalam swansburg dan swansburg 1999)
Menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit
perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing masing kategori
mempunyai nilai standar pershitnya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.3 Nilai standar persepsi berdasarkan kategori
Jmlh klien Klasifikasi Klien
M P T
i a o
n r t
i s a

32
m i l
a a
l l
Pagi Sore malam pagi Sore malam Pagi Sore malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan
total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minim Parsial Total Juml
al ah
Pagi 0,17x3 0,27x8 0,36x6 4,84
= 0,51 = 2,16 = 2,16 (5)
orang
Sore 0,14x3 0,15x8 0,3x6 3,42
= 0,42 = 1,2 = 1,8 (4)
orang
Malam 0,07x3 0,10x8 0,2 x6 2,21
= 0,21 = 0,21 = 1,2 (2)
orang
Jumlah secara keseluruhan perawat per hari 11 orang.
6) Metode Depkes RI (2005)
Tabel 2.4 Contoh perhitungan dalam satu ruangan berdasarkan klasifikasi pasien.
No Tenis/ Rata-rata Rata- Jumla
katagor pasien/ha rata h
i ri jam peraw
peraw atan/
atan/ hari
pasien
/ hari

33
1 Pasien 10 3,5 35
penyak
it
dalam
2 Pasien 8 4 32
bedah
3 Pasien 1 10 10
gawat
4 Pasien 3 4,5 13,5
anak
5 Pasien 1 2,5 2,5
kebida
nan
Jumlah 23 93,0
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
Jumlah jam perawatan = 93 =13 perawat
Jam kerja efektif per shift = 7
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan hari libur/ cuti/ hari besar (loss day).
loss day = (∑ hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar) x ∑perawat
∑hari kerja efektif
= (52+12+14 = 78 hari) x 13 = 3,5 orang
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan (non nuersing jobs) seperti: membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
=(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh tersebut
adalah 21 orang.
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh tersebut adalah
21 orang.

34
7) Cara perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
a) Asuhan keperawatan minimal (minimal care),dengan kriteria:
1. kebersihan diri, mandi, ganti pakain dilakukan setiap hari
2. makan dan minum dilakukan sendiri
3. ambulasi dengan pengawasan
4. obsevasi tanda-tanda vital setiap shift
5. pengobatan minimal, status sikologis stabil
b) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
1. kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. obsevasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
3. ambulasi dibantu, pengobatan lebih 1 kali
c) Asuhan keperawatan agak berat dengan kritreria
1. sebagian aktifitas dibantu
2. observasi tanda–tanda vital dilakukan setiap 2-4 jam sekali
3. terpasang folley kateter, intake output dicatat
4. terpasang infus
5. pengobtan lebih sekali
6. persiapan pengobatan memerlukan prosedur
d) Keperawatan maksimal,dengan kriteria:
1. segala aktifitas dibantu perawat
2. posisi pasien diatur dan observasi tanda–tanda vital setia 2 jam
3. makan memerlukan NGT dan mengunakan suction
4. gelisah/disorientasi
Jumlah perawatan yang dibutuhkan:
Jumlah jam perawatan diruangan/ hari
jam efektif perawat
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan: hari libur/ cuti/ hari besar (loss day) =
(∑ hari minggu dalam 1 tahun+cuti+hari besar) x ∑ perawat
∑ hari kerja efektif
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan (non nursing jobs) seperti: membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
35
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
8) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan
disuatu unit perawatan adalah sebagai berikut :
prinsip perhitungan rumus gillies: jumlah jam keperawatan
dibutuhkan klien/hari adalah
a. Waktu keperawatan langsung (rata - rata 4-5 jam klien/ hari) dengan
spesifikasi
Pembagian adalah keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 =1
jam, keperawatan partial (partial care) = ¾ x 4 = 3 jam, keperawatan total
(total care)
= 1-1,5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensif care) = 2
x 4 jam = 8 jam
b. Waktu keperawatan tidak langsung
c. Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
d. Menurut Wolfe & young (Gillie, 1994) = 60 menit /klien/hari =
jam/klien/hari
e. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/ hari/ klien = 0,25
jam/ hari/ klien
f. Rata-rata klien/hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata-rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
jumlah tempat tidur x 365/hari
1. Jumlah hari/tahun: 365 hari
2. Hari libur masing-masing perawat/tahun, yaitu 73 hari (hari
minggu/libur = 52 hari, untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah
sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan, begitu juga sebaliknya), hari libur nasional = 13 hari,
dan cuti tahunan = 8 hari).
3. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam/minggu (kalau hari kerja
efektif 6 hari maka 40/6 = 6,6 = 7 jam/hari, kalau hari kerja efektif 5
hari maka 40/5 = 8 jam/hari

36
4. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambahkan 20% (untuk antisipasi/ cadangan) .
5. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45%
Contoh :
rata-rata jam perawatan klien perhari = 5 jam/hari. rata-rata =
17 klien atau hari (3 orang denga ketergantungan minimal, 8 rang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan
total). jumlah jam kerja setiap perawat = 40 jam/minggu (6
hari/minggu) jadi jumlah jam kerja/hari 40 jam dibagi 6 = 7 jam/hari.
jumlah hari libur: 73 hari (52 + 8 (cuti) + 13 (libur nasional).
a. Jumlah jam perawatan langsung
a) Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
b) Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
c) Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
jumlah jam = 63 jam
b. Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
c. Pendidikan kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
sehingga jumlah total jam keperawatan/ klien /hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,92 jam/klien/hari
17 jam
d. jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30,776,8 = 15,06 orang (15 orang)
(366 - 73) x 7 = 2051
a) Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
b) Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3
= 18 orang/ hati
c) Perbandingan profesional berbanding dengan vokasional
9) Metode Nursalam (2011)
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah paien dan
tingkat ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari
b) Perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam sehari
37
c) Perawatan total, memerlukan waktu 5-6 jam sehari
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok
menggunakan klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan pasien
berdasarkan Orem yaitu teori Self Care Deficit, sedangkan untuk
mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan
tenaga menurut Ratna Sitorus (2006).

38
Tabel 2.5 Tingkat Ketergantungan Pasien
Jumlah
Tingkat
kebutuhan
ketergantungan
tenaga
Tingkat
Jumlah pasien PAGI SORE MALAM
ketergantungan
Minimal 12 12x0,17=2,04 12x0,14=1,68 12x0,07=0,84
Parsial 5 5x0,27=1,35 5x0,15=0,75 5x0,10=0,6
Total 3 3x0,36=1,08 3x0,36=1,08 3x0,2=0,6
Jumlah 20 4,47 3,51 1,94
4 4 2
Total tenaga perawat :

Pagi :4
Sore :4
Malam :2
10 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :
86x10 = 860 = 2,89 = 3
297 297
Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1
tahun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
10 orang + 2 orang structural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan) +
3 orang lepas dinas = 15 orang
55 : 45 % = 10 : 8 orang
10) Metode Swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata-rata perhari. Jumlah
jam kontak langsung perawat klien = 5 jam/klien/hari.
a. Total jam perawat/hari : 17 x 5 jam = 85 jam
Jumlah perawat yang dibutuhkan : 85/7 = 12,147 (12 orang)
perawat/hari
b. Total jam kerja/minggu = 40 jam
Jumlah sift perminggu = 12 x 7 ( 1 minggu ) = 84 shift/minggu
Jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf
sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/ shift)

39
Menurut Warstler dalam Swansburg (1999), merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari →pagi : siang : malam = 47% : 36%
: 17% sehingga jumlah total staf keperawatan/ hari = 14 orang
a. Pagi : 47% × 14 = 6,58 = 7 orang
b. Sore : 36% × 14 = 5,04 = 5 orang
c. Malam : 17% × 14 = 2,38 = 2 orang
11) Cara Menghitung Jumlah Perawat per Tahun
a. Di sesuaikan dengan kebijakan RS yaitu dengan:
1. Menentukan jumlah perawat efektif pasien dalam 24 jam
2. Jumlah hari efektif perawat dalam 1 tahun
3. Penggunaan tempat tidur rata-rata
b. Analisa kegitan untuk memenuhi kebutuhan pasien
1. Jumlah jam perawatan yang di butuhkan tahun:
Jumlah rata-rata pasien/ hari x rata-rata jam perawatan dalam 24 jam x
jumlah hari dalam 1 tahun
2. Jam kerja perawat dalam 1 tahun:
Hari kerja efektif x jam kerja sehari
3. Tenaga yang di butuhkan:
Jumlah jam perawat dalam 1 tahun
Jumlah jam perawat dalam 1 tahun
12) Perhitungan Tenaga Yang Cuti Hamil
a. Cara menghitung jumlah perawat yang bertugas dalam 24 jam.
1. Cari jumlah seluruh petugas perawatan yang di butuhkan/ 24 jam
2. Rata-rata jumlah pasien x rata-rata jam perawatan pasien dalan 24 jam
3. Jumlah jam kerja/ hari
b. Cara menghitung jumlah perawat yang bebas tugas:
1. Total jumlah hari yang tidak di butuhkan x karyawan yang bekerja
2. Total jumlah hari kerja/ tahun/ orang
2.2.8 Klasifikasi Pasien
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan metode Douglas
(1984).
Tabel 2.6 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Ketergatungan Metode Douglas
No KLASIFIKASI DAN KRITERIA
1 Minimal care (1-2 jam)

40
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian, dan minum
2. Pengawasan dalam ambulans atau gerakan
3. Observasi tanda vital setiap shift
4. Pengobatan minimal, status psiolog stabil
5. Persiapan prosedur pengobatan
2 Intermidiet care (3-4 jam)
1. Di bantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3. Pengobatan lebih dari 1 kali
4. Pakai Foley kateter
5. Pasang infuse, intake out-put di catat
6. Pengobatan perlu prosedur
3 Total care (5-6 jam)
1. Di bantu segala sesuatunya
2. Posisi di atur
3. Observasi tanda vital tiap 2 jam
4. Pakai NG tube
5. Terapi intravena, pakai suction
6. Kondisi gelisah/ disorientasi/ tadak sadar
2.3 Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)
Metode penugasan keperawatan professional adalah sebagai suatu system
(struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut. (Hoffart & Woods, 1996).
2.3.1 Jenis Metode Asuhan Keperawatan Professional (MPKP)
2.3.1.1 MPKP deskripsi fungsional
Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, dimana perawat
melaksanakan tugas atau (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.
Metode fungsional di laksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu, karena
maih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setap perawat hanya
melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (misalnya merawat luka) keperawatan kepada
semua pasien di bangsal perawat yang bertugas pada tindakan tertentu.
Penanggung jawab Model fungsional adalah perawat yang bertugas pada
tindakan tertentu, misalnya dalam pemasangan infus, pemberian obat, dan lain-lain.
a. Dipusatkan pada satu tugas/ pekerjaan atau aktivitas yang harus dikerjakan
b. Setiap perawat satu tugas atau lebih untuk semua pasien diruang rawat
Ex: perawat A. tugas menyuntik
perawat B. mengobati luka
c. Asuhan kep. tidak berdasar masalah pasien (tidak profesional)

41
d. Perawat senior sibuk administrasi dan manajerial, yunior merawat pasien
e. Metoda ini baik untuk RS dengan tenaga kurang
Kelebihan dari metode fungsional yaitu:
a. Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
b. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan pasien di
serahkan kepada perawat yunior dan atau yang belum berpengalaman.
Kekurangan dari metode fungsional yaitu:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan proses keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.

Kepala ruangan

Perawat luka Perawat suntik Pengobatan

Klien

Gambar 2.2 MPKP Fungsional MPKP kasus

Berdasarkan pendekatan holistik dan filosofi keperawatan, Perawat bertanggung


jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Ratio1:1 pasien- perawat.
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat
dia dinas.pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa di terapakan satu pasien satu perawat umumnya di
laksankan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti (isolasi, intensif
care). Penanggung jawab pada Model Kasus adalah Manajer Keperawatan.
Keuntungan dari MPKP khusus :
42
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kelemahan dari MPKP khusus :
1. Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.3 MPKP khusus

2.3.1.2 MPKP Tim


Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan, enam-tujuh
perawat professional dan perawat associet bekerja sebagai suatu tim, disupervisi
oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda terdiri dari perawat profesional sebagai ketua tim, non professional sebagai
pembantu perawat. Pemberian askep sesuai dg kebutuhan obyectif dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan di bagi menjadi 2-3 tim atau grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Ketua tim adalah perawat professional yang mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
Keuntungan dari MPKP TIM:
1. Dapat memberikan kepuasan klien dan perawat, klien memiliki sekelompok
perawat dan lebih mengenal
2. Merawat secara komprehensif dan holistik
3. Kerja perawat lebih produktif melalui kerja sama dan berkomunikasi dalam
kelompok
4. Kemampuan tim dapat di optimalkan
43
5. Penanggung jawab dalam Model Tim ini adalah Ketua Tim.
6. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
7. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan dari metode ini adalah:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Tanggung jawab ketua tim:
1. Tangung jawab dalam perencanaan
2. Tanggung jawab kelancaran
3. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
4. Mencatat hal - hal yang terjadi pada pasien, melaporkan perkembangan
pasien
5. Memimpin pertemuan tim
6. Melakukan pengajaran pada, pasien, kelompok, anggota tim

Kepala ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

staf staf staf

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.4 MPKP Tim

2.3.1.3 MPKP Primer


Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi
Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek Asuhan
Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk mengkoordinir Asuhan
Keperwatan, dimana ratio Perawat: Pasien 1: 4/ 1:5.

44
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selam 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
dengan keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat ada kejelasan
antara si pembuat asuhan dan pelaksana. Metode primer ini di tandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat di tugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
di rawat. Berorientasi pada pasien, bukan pada tugas. Merawat 4 - 6 pasien.
Kelebihan MPKP Primer adalah:
a) Lebih komprehensif dan memperlakukan klien secara holistik
b) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
c) Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit
d) Perawat puas otoritas, hubungan terus menerus klien dan perawat, memiliki
tanggung gugat, memperpendek hari perawatan
Kelemahan MPKP Primer adalah:
a) Perlu biaya lebih banyak
b) Perlu banyak tenaga profesional
c) Perawat mungkin kurang menguasai kasus, pengkajian kurang dan menyusun
rencana tidak tepat
d) Kesalah fahaman anggota/ per asosiet dapat terjadi dalam komunikasi
e) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kemampuan self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan klinik dan mampu
bekolaborasi dengan berbagai tim tenaga kesehatan.

45
Tim Medis Tim Medis Tim Medis

PP1 PP1

a1 a1
Pa 2 Pa 2

Pasien Pasien
12345 12345

Gambar 2..5 MPKP Primer


2.3.1.4 Metode MPKP MODULAR/ MODIFIKASI
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer.
Metode ini sama dengan model keperawatan Tim karena baik perawat profesional
maupun non professional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan
dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping itu, dikatakan
memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang
perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam
perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab yang
paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki
kewajiban untuk membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat
profesional sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas
dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang
berperan sebagai ketua tim. Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager)
diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan
anggota untuk bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta
motivator. 2-3 perawat bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien 9-10
pasien, Keperawatan primer # digunakan murni pendidikan SDM tidak sama.

46
Kepala Ruangan
CCM

PAGI PP1 PP2

PA PA

SORE
PA PA

MALAM PA PP1 PA PA PP1

9-10 Pasien 9-10 Pasien


LIBUR/
CUTI
Gambar 2.6 MPKP modular

2.4 Lima Unsur Dalam Metode Keperawatan


2.4.1 M1 (MAN)
Sumber daya manusia atau biasa di singkat menjadi SDM potensi yang
terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk
social yang adaptif dan transformative yang mampu mengelola dirinya sendiri serta
seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan
kehidupan dalam tatana yang seimbang dan berkelanjutan.
Menurut Dessler (1997) dalam Suroso Santoso (2003) fungsi dasar yang
dijalankan oleh manajemen pada hakikatnya merupakan dasar dari manjemen
sumber daya manusia. Fungsi dari manajemen tersebut adalah
1. Planning (P) atau perencanaan, yaitu menetapkan apa yang harus dilakukan.
2. Organizing (O) atau pengorganisasian, yaitu penugasan kelompok kerja serta
penstafan atau penyusutan personalia.
3. Actuating (A) atau pengarahan yang terjadi atas kepemimpinan, motivasi dan
manajemen konflik.
4. Controlling (C) atau pengendalian.
Mc Leod (1995) dalam Suroso Santoso (2003) memandang manajemen dari
sudut manajemen sistem informasi dan mengelompokkan komponen manajemen
sumber daya manusia sebagai berikut:

47
1. Perekrutan (Recruiting)
2. Penerimaan (Hiring)
3. Pendidikan dan pelatihan (Education and Training)
4. Pemutusan Hubungan Kerja (Firing)
5. Administrasi Tunjangan (Employee benefits administration)
6. Manajemen informasi sumber daya manusia (Human Resource Information
Management).
Tujuan sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik dengan alasan
sebagai berikut:
1. Membantu organisasi mencapai tujuan.
2. Memperkerjakan karyawan berketrampilan dan berkemampuan secara efisien.
3. Menyediakan karyawan yang terlatih baik dan memiliki motivasi tinggi.
4. Meningatkan kepuasan kerja dan aktualisasi dari karyawan.
5. Mengembangkan dan memelihara kualitas kehidupan pekerja.
Manajemen sumber daya manusia, di singkat MSDM, adalah suatu ilmu
atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja)
yang di miliki oleh individu secara efesien dan efektif serta dapat di gunakan secara
maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan
masyarakat menjadi maksimal.
Tujuan-tujuan MSDM terdiri dari 4 tujuan yaitu:
1. Tujuan organisasional
Walaupun secara formal suatu depertemen sumber daya manusia di
ciptakan untuk dapat membantu para menager, namun demikian para manager
tetap bertanggung jawab tehadap kinerja karyawan
2. Tujuan fungsional
Sumber daya manusia menjadi tidak berharga jika manajemen sumber
daya manusia memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan
organisasi.
3. Tujuan Sosial
Ditunjukan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan meminimalisasi
dampak negativ terhadap organisasi.
4. Tujuan Personal

48
Tujuan personal harus di pertimbangkan jika para karyawan harus di
pertahankan, di pensiunkan atau di motivasi. Jika tujuan personal tidak
dipertimbangkan, kinerja dan kepuasaan karyawan dapat menurun dan karyawan
dapat meningggalkan organisasi. Pelatihan, pengembangan prestasi.
5. Pengembangan dan evaluasi karyawan (Development and Evaluation).
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus
menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu
diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih mebbuasai
dan ahli di bidangnya masing–masing serta meningklatkan kinerja yang ada.
Dengan begitu proses perkembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat
penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
6. Memberikan kompensasi dan protecsi pada pegawai (Compensation and
Protection).
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur
dari organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan
dsesuaikan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan
eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat
menyebabkan masalah ketenagaan kerjaan dikemudian hari ataupun dapat
menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga perlu
diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenag
sehingga kinerja dan konstribusi pekerja tersebut dapat mkasimal dari waktu
kewaktu. Kompensasi atau imbalan yang diberikan bermacam-macam jenisnya
yang telah diterangkan pada artikel lain pada situasi organisasi.

2.4.2 M2 (MATERIAL)
1. Definisi
Material, merupakan satu dari lima metode manajemen keperawatan yang
memiliki karakteristik antara lain:
1) (umumnya) Kebutuhannya tidak pasti
2) Sangat menentukan kelancaran proses pelayanan
3) Keberadaan dan ketidakberadaan/ kekurangannya menimbulkan biaya
4) (umumnya) memiliki prosentase tertinggi dalam neraca,
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
49
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan
atau materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

2. Tujuan, Manfaat dan Sarana


1) memahami konsep manajemen material secara mendalam dan terintegrasi
serta perannya dalam kehidupan pelayanan.
2) Menyusun rencana kebutuhan dan rencana kegiatan pengadaan material
secara fisik maupun financial.
3) Menyajikan informasi material untuk dipakai sebagai referensi penagmbilan
keputusan
4) Mengelola pergudangan dan distribusi barang
5) Melakukan evaluasi terhadap system manajemen material sehingga bisa
diketahui inti masalah yang dihadapi dan cara pemecahannya.
Tujuan manajemen persediaan (material) adalah untuk menyediakan jumlah
material yang tepat, waktu yang tepat dan biaya rendah. Untuk itu sangat dubutuhkan
pengaturan material atau bahan baku agar biaya produksi dapat lebih optimal.
Pengertian material mempunyai pengertian sebagai suatu pengaturan yang
mencakup hal-hal yang berhubungan denga system persediaan yang sekaligus system
informasinya, agar dicapai system pengadaan material yang tepat waktu, tepat jumlah,
tepat bahan dan tepat harga. System penaaturan ini kemudian dikenal perencanaan
kebutuhan barang bakuatau dalam istilah asing dikenal sebagai MRP (Material
Requirement Planning), (Yamit, 1996).
Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku adalah sebagai berikut (Yamit,
1996):
a) Menjamin tersedianyan material, item, atau komponen pada saat dibutuhkan
untuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin kesedianya produk jadi
bagi konsumen.
b) Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum
c) Merencanakan aktvitas pengiriman, dan aktivitas pembelian
Perencanaan kebutuhan material atau yang sering dikenal dengan Material
Requirement Planning (MRP) adalah suatu system informasi yang terkomputerisasi
untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal
produksi. System ini bertujuan untuk mengurangi tingkat produktivitas. Tedapat dua
50
hal penting dalam MRP yaitu lead time dan berapa banyaknya jumlah material yang
sebaiknya dipesan (Johnny, et.al.). (Jensen, 2004) MRP adalah prosedur penjadwalan
untuk proses produksi yang terdiri dari beberapa level. Informasi yang diberikan
menggambarkan kebuthan produksi barang jadi dalam system, struktur system
produksi, inventory dan prosedur lot sizing untuk masing-masing operasi. MRP
menentukan jadwal operasi dan pembelian bahan baku.
Teknik lot sizing merupakan tehnik untuk meminmalkan jumlah barang yang
akan dipesan dan meminimalkan biaya persediaan. Objek dari manajemen
persediaan adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum yang sesuai
dengan permintaan pasar dan kapasitas perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan harus bisa mendefinisikan apa yang harus
dipesan, kapan harus memesan dan berapa banyak yang harus dipesan. Hal ini
bukanlah persoalan yang mudah. Maka dari itu manajemem harus bisa membuat
keputusan untuk memesan seekonomis mungkin barang yang dibutuhkan.
3. Standart sarana dan prasarana menurut Depkes RI
Alat keperawatan di ruang rawat inap dengan kapasitas 30 orang pasien per
ruangan menurut depkes:
a. Alat-alat tenun
Tabel 2.7 Standart Sarana Dan Prasarana Menurut Depkes RI
Nama Ratio/
barang Alat
1:1
Gurita
1/3
Gordyn 1:2
Kimono/
1:5
baju pasien
Sprei besar 1:5
Manset
1:¼
dewasa
1:
Manset anak
1//3
Mitela/topi 1 : 1/3
Penutup 1:5

51
sprei
Piyama 1:5
Selimut
1:1
wool
Selimut
1:5
biasa
Selimut
1 : 6-8
anak
Sprei kecil 1:6-8
Sarung
1:6
bantal
Sarung
1:3
guling
Sarung
1:1
kasur
Sarung buli-
1:¼
buli panas
Sarung
1:¼
eskap
Sarung 1:
windring 1/10
Sarung O2 1 : 1/3
Taplak meja
1:3
pasien
Taplak meja
1:3
teras
Vitrase 1:2
Tutup alat 1:2
Steek laken 1 : 6-8
Handuk 1:3
Waslap 1:5

b. Alat-alat medis

52
No Nama barang Ratio/ alat
2
/
r
u
Tensimeter a
n
g
a
n
2
/
r
u
Stetoskop a
n
g
a
n
1
/
r
u
Timbangan berat
a
badan/tinggi badan
n
g
a
n
Irrigator set 2
/
r
u
a

53
n
g
a
n
1
/
r
u
Sterilisatior a
n
g
a
n
2
/
r
u
Tabung O2 +
a
flowcymeter
n
g
a
n
2
/
r
u
Gunting verband a
n
g
a
n
Korentang 2
/

54
r
u
a
n
g
a
n
2
/
r
u
Bak instrument a
n
g
a
n
2
/
r
u
Blas spuit a
n
g
a
n
Gliserin spuit 2
/
r
u
a
n
g
a

55
n
2
/
r
u
Bengkok a
n
g
a
n
2
/
r
u
Nasal kateter a
n
g
a
n
2
/
r
u
Masker O2 a
n
g
a
n
1
Pispot :
½
Urinal 1
:

56
½
5
/
r
u
Thermometer a
n
g
a
n
1
Standar infuse :
1
5
/
r
u
Set ganti balutan a
n
g
a
n
1
Set angkat jahitan :
½
1
Eskap :
¼
Suction 2
/
r
u
a

57
n
g
a
n

58
c. Alat rumah tangga
Ratio/
Nama barang
alat
2-3/
Kursi roda
ruangan
1/
Komot
ruangan
Lemari obat 1/
emergency ruangan
Meja pasien 1:1
Over bed table 1:1
Standard 2-3/
infuse ruangan
Standart
4-6/
Waskom
ruangan
double
Waskom 8-12/
mandi ruangan
1/
Lampu sorot
ruangan
1-2/
Lampu senter
ruangan
Lampu kunci 1/
duplikat ruangan
2-3/
Nampan
ruangan
Tempat tidur
1:1
fungsional
Tempat tidur
1:½
biasa
1/
Troly obat
ruangan
Troly balut 1/

59
ruangan
1/
Troly suntik
ruangan
Timbangan 1/
BB/TB ruangan
1/
Dorongan O2
ruangan
Wastafel 1:1
5/
Baki
ruangan
Tempat
1 :1
sampah pasien
Tempat
4/
sampah besar
ruangan
tertutup
.
2.4.3 M3 (METHODE)
1. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional ) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
menurut (Hoffart & Woods, 1996).
Oleh karena itu direncanakan terdapat beberapa jenis MPKP, yaitu :
a) Model praktek keperawatan profesional III melalui pengembangan MPKP III
dapat diberikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan dokter dalam keperawatan klinik
yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan.
b) Model praktek keperawatan profesional II pada model ini, akan mampu
memberikan asuhan kep[erawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang

60
spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk
memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat
spesialis direncanakan 1 orang untuk 10 perawat primer (1:10).
c) Model praktek keperawatan profesional 1 model praktek keperawatan
profesional pemula MPKP. Pada model ini mampu diberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan
penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawtan. Model ini
merupakan model yang akan dikembangkan secara bertahap (Developmental
model) dan telah diuji coba di RSUPN Cipto mangunkusumo dan RSUP
persahabatan.
d) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)
Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan
akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan . untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai
meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode –
primer .
e) Metode fungsional ( Bukan MPKP )
Metode Fungsional merupakan menejemen klasik yang menekan efisiensi,
pembagian tugas yang yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini
sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manjerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat Julior dan atau belum berpengalaman. Kelemahan
dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jam
jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi maupun perawat dan
persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
f) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda dalam
61
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang
menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan yang menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi
antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-
waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.
g) Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim
nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota
tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
h) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer
adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban
pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan
manajemen, bersifat kontuinitas dan komprehensif, perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan
62
membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi
keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga
kesehatan lainnya. Selain itu, asauhan yang diberikan bermutu tinggi, dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.
i) Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak
ada jaminan oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti :
isolasi, intensive care. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus
per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasikan perawat
penanggungjawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
j) Metode Modifikasi Tim Primer
Pada model MPKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S.Sudarsono (2000) penetapan sistem model MPKP ini
didasarkan pada beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Adapun tugas dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat
Associate menurut MPKP Pemula adalah sebagai berikut ini :
a. Kepala Ruang Rawat
Ada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat
dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman dan pada
63
MPKP tingkat satu adalah perawat dengan kemampuan SKP atau Ners
yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu
dinas pagi.
1) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
2) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketramoilan ruangan
3) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
diruangan
4) Bimbingan membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan
pembimbing klinik). Dalam pemberian askep diruangan, dengan
mengikuti sistem MPKP yang sudah ada.
5) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
6) Mengorientasikan pegawai baru residen, mahasiswa kedokteran atau
keperawatan yang akan melakukan praktik diruangan.
7) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat
mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang perawat tim yang
bertanggungjawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.
8) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima
set setiap hari.
9) Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal
implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah laku profesional.
10) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepda
PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah
pengawasan kepala ruang rawat.
11) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutuhkan diruangan.
12) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada
diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
13) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
14) Membuat peta resiko diruangan
b. Perawat Primer/Ketua Tim
Perawat primer (PP) pemula adalah perawat lulusan D3 Keperawatan dengan
pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP minimal 1 tahun. PP dapat
bertugas pada pagi, sore atau malam hari. Namun sebaiknya PP hanya
64
bertugas pagi atau sore saja karena pada malam hari, PP akan libur
beberapa hari sehingga sulit untuk menilai perkembangan pasien.
Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk ruangan
sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus-
menerus. Pada saat melakukan pengkajian atau tindakan pada
pasien/keluarga.
1. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sudah dilakukan oleh PP pada sore, malam atau
libur.
2. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis
standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat.
4. Menetapkan PA yang bertanggung jawab ada setiap pasien, setiap
kali giliran jaga. Pembagian klien berdasarkan jumlah pasien, tingkat
ketergantungan pasien.
5. Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP.
6. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
7. Membantu tindakan keperawatan yang bersikap terapi keperawatan
dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA.
8. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
9. Melakukan kegiatan serah terima pasien dibawah tanggungjawabnya
bersama PA.
10. Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila
PP tidak ada, visite didampingi oleh PA (Perawat Associate/Perawat
Pelaksana) sesuai dengan timnya.
11. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari.
12. Melakukan pertemuan dengan pasien/ keluarga minimal setiap dua
hari untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada
kondisi klien).

65
13. Bila PP cuti atau libur, tugas –tugas PP didelegasikan kepada PA
yang telah ditunjuk (wakil PP) denhgan bimbingan kepala ruang
rawat.
14. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien/keluarga.
15. Membuat perencanaan pulang pasien
c. Perawat Acocciate/Perawat Pelaksana
PA pada MPK pemula atau MPKP tingkat satu, sebaiknya adalah
perawat dengan kemampuan D3 Keperawatan. Namun, pada beberapa
kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan, beberapa
MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan dengan SPK tetapi memiliki
pengalaman yang cukup lama dirumah sakit.
1. Membaca ranpra yang telah ditetapkan PP
2. Membina hubungan terapeutik dengan pasien/ keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.
3. Menerima klien baru (kontrak dan memberikan informasi
berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada
ditempat.
4. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia.
6. Mengikuti visite dokter jika PP tidak ada ditempat.
7. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasarkan
renpra.
8. Membuat laporan pergantian dinas setelah selesai dinas diparaf.
9. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah
yang perlu diselesaikan.
10. Berperanserta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.
11. Melakukan inventaris fasilitas yang berkaitan dengan timny.
12. Membantu tim lainnya yang membutuhkan.
13. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
Sedangkan menurut JCIA (Joint Comition International Acreditation) tugas
dari kepala ruangan, Perawat Primer, dan Perawat Asociate adalah sebagai berikut :
66
a. Kepala Ruang Rawat
1. Mengobservasi dan member masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.
2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan
PA.
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
4. Mengidentifikasikan fakta dan temuan yang memerlukan
pembuktian.
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian.
6. Menerapkan hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan.
7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi
tentang mutu asuahn keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi
tentang implementasi MPKP.
8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan
memberikan masukan untuk perbaikan.
9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.
b. Kepala Group
1. Bersama anggota group melaksanakan ASKEP sesuai standar.
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.
Tim (Group Petugas Ganti) mengawasi : kondisi pasien/anggota
keluarga, logistik keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan
pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mandampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap pasien/ anggota keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan member penyuluhan kesehatan.
67
10. Memelihara kebersihan ruang rawat : mengatur cleaning service,
mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang
ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan penunjang
ruangan.
11. Membantu KaRu membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu KaRu untuk menilai mutu pelayanan ASKEP serta
tenaga keperawatan.
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan
lingkungan.
14. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan
lingkungan.
c. Perawat Pelaksana
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar.
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas
ganti) mengenai kondisi pasien/anggota keluarga, logistic
keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan
penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengoobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat tang bertugas.
9. Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluha kesehatan.
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas
cleaning service dan peserta didik.
11. Mengatur tata tertib ruangan yang dirujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan.
12. Membantu kepala ruangan membimbing peserat didik keperawatan.

68
13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
14. Menulis laporan tim/ group mengenai kondisi pasien.anggota
keluarga dan lingkungannya.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien.anggota
keluarga/keluarga.
Menurut fungsi-fungsi manajemen tugas dari Kepala Ruangan, Perawat
primer, dan Perawat Asociate adalah sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan
Perencanaan
1. Menunjukkan ketua TIM akan bertugas diruangan masing-masing.
2. Mengekuti serh terima pasien pada shift sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat keterganatungan pasien : gawat, transisi dan
persiapan pulang, bersama ketua tim
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutahan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau
penjadwalan
5. Merencanakan strategi pelaksananan perawatan
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang akan dilakuka, program pengobatan dan mendiskusikan
dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
8. Membantu mengembangkanniat pendididkan dan latihan hari.
9. Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah sakit.
Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua TIM dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali kepada ruangan membawahi 3 ketua TIM, dan
ketua TIM membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendlikan tenaga keperawatan membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lainnya .
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
69
g) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
h) Mendelegsikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di tempat kepada
ketua TIM.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
j) Indentifikasi masalah dan penanganannya .
Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM.
b) Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik.
c) Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan ASKEP pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan TIM lain .
Pengawasan
a) Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervise pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu
juga. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua TIM,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua TIM tentang pelaksanaan tugas, Menevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan renana keperawatan yang
telah disusun bersama ketua TIM dan audit keperawatan.
Ketua TIM
a) Bertanggung Jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien
sejak masuk sampai pulang.
b) Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya.
70
c) Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya .
d) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
e) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota TIM.
f) Mengarahkan dan membimbing anggota TIM dalam melakukan
tindakan keperawatan .
g) Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan.
h) Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu.
i) Mengembangkan perencanaan pulang.
j) Memonitor Pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh anggota tim
k) Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan
lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien
l) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi.
m)Mengevaluasi pemberian ASKEP dan hasil yang dicapai serta
pendokumentasiannya.
Anggota TIM
a) Menjalankan asuhan keperawatan sesuai standar.
b) Membina hubungan terapeutik dengan pasien/ keluarga.
c) Mengikuti serah terima denngan group/ TIM lain ( group petugas
ganti ) mengenal kondisi pasien/ keluarga, logistic keperawatan,
administrasi, rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan.
d) Melanjutkan tugasyag belum dapat diselesaikan oleh group sebelum
nya.
e) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
f) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter bia kepala group tidk ada di tempat.
g) Membantu pelaksanaan rujukan dn menyiapkan pasien untuk
pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan.
h) Melakukan orientasi terhadap pasien/ anggota keluarga/ keluarga baru
mengenal: tata tertib ruangan, Rs, perawat yang bertugas.
i) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.

71
j) Menyiapkan pasien/ anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluhan kesehatan.
k) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning
service dan peserta didik dan pengunjung ruangan.
l) Membantu kepala ruangan untuk menilaimutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
m) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
n) Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga
dan lingkungannya.
o) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota
keluarga/keluarga.
p) Mengkomunikasikan kepada Kepala Ruangan/Kepala Group jika ada
masalah yang belum terselesaikan.
q) Memeriksa kelengkapan status keperawatan
r) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan kepala group.

72
2. Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien, menyampaikan hal-hal penting yang
perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya, tersusun rencana kerja untuk dinas
berkutnya (Nursalam, 2002).
Mekanisme laporan dikerjakan ketika pergantian shift sebagai kesatuan proses
komunikasi dalam menyampaikan informasi tentang kondisi klien saat itu sebagai
wujud profesional perawat dan bentuk tanggung jawab perawat kepada klien
(Dowding, 2001 dan Kerr, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi yang
disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan baik. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang
efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift
(timbang terima pasien). Tujuan timbang terima:
a. Tujuan umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
b. Tujuan khusus
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
2) Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat
dinas berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikkutnya.
c. Manfaat
1. Bagi perawat
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b) Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat.
c) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
d. Prosedur timbang terima
Tabel 2.8 Prosedur Timbang Terima
73
Pelaksa
Tahap Kegiatan Waktu Tempat
naan
Persiapan 1. Kedua kelompok dinas sudah 5 menit Nurse Katim
siap (shift jaga) Station dan PA
2. Prinsip timbang terima, semua
pasien baru masuk dan pasien lama
dilakukan timbang terima khususnya
pasien yang membutuhkan observasi
lebih lanjut.
3. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.

e. 1. Timbang terima dilaksanakan 20 Nurse Karu,


aan setiap pergantian shift/operan. menit Station Katim
2. Perawat yang melaksanakan dan PA
timbang terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah, kebutuhan
dan segenap tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal – hal yang
penting lainnya selama masa
perawatan (tanggung jawab).
3. Kepala ruangan membuka acara
timbang terima.
4. Hal hal yang sifatnya khusus,
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat khusus untuk
kemudian diserah terimakan kepada
petugas berikutnya.
5. PP menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya, hal yang
perlu disampaikan dalam timbang
terima dengan metode komunikasi
SBAR :
a. Jumlah pasien.
b. Identitas klien diagnosa
medis.
c. Data (keluhan/ subyektif
dan obyektif).
d. Masalah keperawatan
yang mungkin muncul.
e. Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum)
f. Intervensi kolaboratif
dan dependen.
g. Rencana umum dan
persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, dll).
h. Perawat yang

74
melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya
jawab, dan melakukan validitasi
terhadap hal - hal yang telah
ditimbang terimakan dn berhak
menanyakan mengenai hal – hal
yang kurang jelas.
i. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
j. Lama timbang tiap
pasien tidak lebih dari 5 menit,
kecuali dalam konisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
k. Pelaporan untuk
timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat – perawat
primer.
Penutup 1. Diskusi. 5 menit Nurse KARU,
2. Pelaporan untuk timbang terima Station Katim
dituliskan secara langsung pada dan PA
format timbang terima yang ditanda
tangani oleh Katim yang jaga saat itu
dan Katim yang jaga berikutnya
diketahui oleh Kepala Ruangan.
3. Ditutup oleh Kepala Ruangan.

e. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


1) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasian pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung didekat pasien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shcok sebaiknya
dibicarakan di ners station.

75
f. Alur Timbang Terima
PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA KEPERAWATAN


MASALAH KOLABORATIF (didukung data)

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

PERKEMBANGAN / KEADAAN
PASIEN

MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

Gambar 2.7 Alur Timbang Terima Pasien

Pelaksanaan Timbang Terima


1. Hari/tanggal :
2. Pukul :
3. Topik :
4. Tempat :
Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
Media
1. Status klien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Sarana dan prasarana perawat

76
Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan :
2. Perawat Primer (Pagi) :
3. Perawat Primer (sore) :
4. Perawat Associate (Pagi) :
5. Perawat Associate (Sore) :
6. Perawat Associate (Libur) :
7. Pembimbing/ Supervisor :
Uraian Kerja
A. Prolog
Pada hari ….. jam …… seluruh perawat (PP dan PA) shift pagi dan
sore serta kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan
timbang terima.
B. Sesi I di Nurse Station
Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului
dengan do’a dan kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan
keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan
berdinas selanjutnya (sore), PP dan PA shift sore memberikan klarifikasi
keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (cara
umum), intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum dan persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang dan lain-lain, hal yang belum jelas atas
laporan yang telah disampaikan. Setelah melakukan timbang terima di nurse
station berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan diruang
perawatan pasien.
C. Sesi II di ruang perawatan pasien
Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melibatkan ke
tempat pasien. PP dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data
langsung kepada yang tidak mengalami masalah khusus, kunjungan tetap
dilaksanakan. Lama kunjungan tidak lebih dari 5 menit per pasien. Bila ada
hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien dan keluarga perlu diklarifikasi,
maka dapat dilakukan di nurse station setelah kunjungan kepasien berakhir.
D. Epilog

77
Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang
bersifat rahasia. Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka ketua
PP mendatangi laporan timbang terima dan diketahui oleh kepala ruangan.
E. Evaluasi
a) Struktur (input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain: catatan timbang terima. Kepala ruangan selalu
memimpin kegiata timbang terima yang dlaksanakan pada pergantian
shift, yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada
shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
b) Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer mengoperkan pada perawat primer
berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan
di nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa
keperawatan dan intervensi yang belum atau sudah dilakukan waktu untuk
setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
c) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasein, komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.
3. Ronde Keperawatan
1) Pengertian
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan perawat serta melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. (Nursalam, 2007)
Karakteristik:
a) Pasien dilibatkan secara langsung
b) Pasien merupakan fokus kegiatan.
c) PA, PP dan konselor melakukan diskusi
d) Konselor memfasilitasi kreatifitas
e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
78
2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.
b) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan seluruh tim
keperawatan mampu:
1. Menumbuhkan cara berpikir yang positif dan sistematis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
c) Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
d) Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
e) Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
f) Alat bantu
1. Sarana diskusi: buku, pulpen
2. Alat bantu demonstrasi
3. Status atau dokumentasi keperawatan pasien
4. Materi yang disampaikan secara lisan
79
Langkah-langkah ronde keperawatan adalah sebagai berikut:

Tahap PP

Pra Penetapan pasien

Persiapan pasien : - apa diagnosis


- Informed Consent keperawatan ?
- hasil pengkajian - Apakah data yang
mendukung ?
- Bagaimana intervensi
Penyajian masalah yang sudah dilakukan ?
- Apa hambatan yang
Tahap ditemukan ?

Pelaksanaan di Nurse
Validasi Data

Diskusi PP-PP, konselor, KARU

Lanjutan diskusi di nurse station

Kesimpulan dan rekomendasi


Tahap
solusi masalah
Pelaksanaan di Pasien
Gambar 2.8 Alur dalam ronde keperawatan
Keterangan :
1. Pra ronde
a. Menentukan kasus dan topik
b. Menentukan tim ronde
c. Membuat informed consent
d. Membuat pre palning
e. Diskusi mencari sumber/ literatur
2. Ronde
a. Diskusi
b. Demonstrasi
3. Pasca ronde
a. Evaluasi pelaksanaan ronde

80
b. Refisi dan perbaikan
g) Peran masing-masing tim :
a. Peran PA dan PP
1. Menjelaskan keadaan dan data demokrasi pasien
2. Menjelaskan masalah keperawatan pertama
3. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4. Menjelaskan hasil yang didapat
5. Menentukan tindakan selanjutnya
6. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
7. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
b. Peran perawat konselor
1. Memberikan justivikasi
2. Memberikan reinforcement
3. Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
4. Mengarahkan dan koreksi
5. Mengintergarasikan konsep dan teori yang telah di pelajari
h) Kriteria evaluasi
a. Struktur
1. Persyaratan administrative (infoment consent, alat)
2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
3. Persiapan di lakukan sepenuhnya
b. Proses
1. Peserta mengikuti kegitan dari hingga akhir
2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
di tentukan
c. Hasil
1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2. Masalah pasien dapat teratasi
3. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
3) Meningkatkan kemampuan faliditas data pasien
81
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada permasalahan pasien
6) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan
keperawatan
7) Meningkatkan justifikasi
8) Meningkatkan kemampuan hasil kerjanya
4. Sentralisasi Obat
1) Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat akan di
brikan pada pasien di serahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam 2002). Saat ini harga obat atau alat kesehatan sangat mahal, diluar
jangkauan masyarakat terutama bagi klien yang dirawat dirumah sakit yang
mayoritas menggunakan berbagai merk obat paten bagi setiap klien.
Penggunaan berbagai merk obat dengan harga yang sangat tinggi tersebut tentu
saja tidak hanya berpengaruh secara ekonomis semata, namun lebih dari itu
resiko penyimpangan pengguanaan diluar hal semestinya juga dapat
menimbulkan kerugian bagi klien sendiri. Resistensi tubuh terhadap obat dan
resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi manakala konsumsi obat oleh
penderita tidak terkontrol dengan baik (Nursalam, 2011).
Kontrol penggunaan obat dan konsumsi obat merupakan salah satu
peran perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi pasien perlu digalakkan
lagi sehingga resiko-resiko penyimpangan dapat diminimalisir (Nursalam,
2011).
Namun dalam kemyataan di rumah sakit, sering ditemukan adanya
jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga beberapa tugas
dan peran perawat harus “diserahkan” kepada keluarga atau klien sendiri.
Termasuk di dalamnya adalah penggunaan obat. Untuk itu perlu diupayakan
langkah peningkatan mutu pelayanan dengan sentralisasi obat dan
pengontrolan keluarga dalam menciptakan suatu bentuk “pendelegasian” peran
dari perawat kepada keluarga klien khususnya dalam pengolaan obat sehingga
resiko-resiko penyimpangan dapat diminimalisir (Nursalam,2007).
2) Tujuan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)
1. Tujuan Umum:
82
a) Mengaplikasikan peran peran perawat primer dalam pengelolaan
sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi
obat.
b) Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama dalam pemberian
obat.
c) Sebagai tanggungg jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun
moral.
d) Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien
2. Tujuan khusus:
a) Mengelola obat pasien: Pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan prinsip 6 BENAR dan mendokumentasikan hasil pengelolaan
b) Meningkatka pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan Perawat
Associate dalam penerapan prinsip 6 BENAR
c) Meningkatkan kepuasaan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan
yang di berikan
d) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan
yang di berikan
e) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi

3) Manfaat Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)


1. Bagi klien
a) Tercapainya kepuasaan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
b) Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
2. Bagi perawat
a) Tercapainya kepuasaan kerja yang optimal dapat mengontrol secara
langsung obat-obatan yang di konsumsi klien
b) Meningkatkan kepercayaan klien/ keluarga kepada perawat
3. Bagi Institusi
a) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b) Terciptanya asuhan keperawatan
4) Pengorganisasian Peran (Nursalam, 2007)
1. Kepala Ruangan
a) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap perlindungan
malpraktik
83
b) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi
c) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi
2. Perawat Primer
a) Menjelaskan tujuan di laksanakan sentralisasi obat
b) Menjelaskan manfaat di laksanakan sentralisasi obat
c) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi
3. Perawat Associate
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien di
rawat
5) Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
di berikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan
sepenuhnya kepada perawat (Nursalam,2007) penanggung jawab pengelolaan obat
adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat di delegasikan terhadap staf
yang di tunjuk (Nursalam, 2002). Pengeluaran dan pembagian obat tersebut di
lakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
mengontrol penggunaan obat tersebut: Prinsip 6 benar
a) Benar Pasien
Sebelum obat di berikan, identitas pasien harus di periksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau di tanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon no verbal
dapat di pakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus di cari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan lansung kepada keluarganya, bayi harus
selalu di identifikasi dari gelang identitasnya.
b) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generic. Setiap obat debgan nama
dagang dan harus di periksa nama generiknya, bila perlu harus menghubungi
apoteker untuk menanyakannya nama generic atau kandungan obat. Sebelum
member obat kepada pasien,label pada botol atau kemasannya harus di periksa tiga
kali pertama saat membaca permintaan obat dan botol di ambil dari rak obat, kedua
label botol di bandingkan dengan obat yang di minta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh di pakai dan harus di
kembalikan ke bagiabn farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
84
memeriksa lagi. Saat member obat perawat harus untuk apa obat itu di berikan, ini
memebantu mengingat nama obat dan kerjanya.
c) Benar Dosis
Sebelum memberi obat perawat harus memeriksa dosisnya. Jika, ragu
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum di lanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 ampul, dosisnya 1 ampul ondansentron dosisnya ada 4 mg,ada juga
8 mg.ada antibiotic 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. Jadi harus tetap
hati-hati dan teliti.
d) Benar cara/ rute
Obat dapat di berikan melalui sejumlah rute yang berbeda.Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik di tentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat di berikan peroral, sublingual, parenteral, topical,
rectal, inhalasi.
1. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak di pakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga di absorbs melalui
rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN
2. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani Para, berarti di samping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti di luar usus, atau tidak melalui usus cerna, yaitu melalui
vena (perset/ perinfus)
3. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membrane mukosa. Misalnya salep,
lotion, krim, spray, tetes mata.
4. Rectal
Obat dapat di beri memlui rute rectal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan
5. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui sistem pernafasan
e) Benar waktu

85
Khususnya bagi orang yang efektifitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus di minum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang di perlukan harus di beri satu jam sebelum
makan. ingat dalam pemberian antibiotic yang tidak boleh di beri bersama susu
karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat di serap. Ada
obat yang harus di minum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat
f) Benar Dokumentasi
Setelah obat itu di berikan, harus di dokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu di berikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat itu
tidak dapat di minum harus di catat alasannya dan di laporkan.
a) Penerimaan obat
1. Obat yang telah di resepkan di tunjukan kepada perawat dan obat yang
telah di ambil oleh keluarga di serahkan kepada perawat dengan menerima
lembar terima obat
2. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,jumlah dan sediaan
(bila perlu) dalam kartu kontrol, dan di ketahui (ditanda tangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut
akan habis serta penjelasan tentang 6 BENAR.
3. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
4. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2002).
b) Pemberian obat
1. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat
2. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat,dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksi
dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
3. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat/ wadah obat

86
kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
4. Sediaan obat yang ada selanjutnya di periksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang di tunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.
5. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluaarga dan
kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter
penanggung jawab. (Nursalam,2002).
c) Penambahan obat
1. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan alur pemberian obat, maka
informasi ini akan di masukan dalam kartu sediaan obat.
2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasikan hanya di lakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
di informasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
3. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya di lakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya di
informasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam 2007).
d) Obat khusus
1. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit. Memiliki efek
samping yang cukup besar hanya di berikan dalam waktu tertentu/ sewaktu
saja.
2. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian
obat oral/ injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat
primer
3. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian efek samping, penangguang jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada
keluarga setelah pemberian. usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat.
e) Pengembalian obat
Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan kepada klien/ keluarga dengan ditandai tangani oleh klien/
keluarga serta tanggal dan waktu penyerahan. (Nursalam, 2002).
87
f) Menyimpan Persediaan Obat (SENTRALISASI OBAT)
1. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan
mendiulis etiket dan alamat pasien (pedoman, 1997). Penyimpanan stok
(persediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting dari
manajemen obat. Obat yang diterima dicatatdalam buku besar persediaan
atau dalam kartu persediaan (nursalam, 2007).
2. System Kartu Persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang–kadang digunakan
untuk menggantikan buku persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku
besar pesediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan
barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang
dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing–masing barang
ditempatkan pada halaman yangterpisah, tetapi dalam kartu persediaan,
masing–masing barang dituliskan dalam kartu terpisah.
3. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat
serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat,
pemisahan antara obat untuk penggunaan obat oral (untuk diminum) dan
obat luar.

88
g. Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam,2002)

Dokter
Pendekatan
perawat untuk
Pasien atau keluarga persetujuan
sentralisasi obat

Farmasi atau apotik

kartu obat
Pasien atau kelurga lembar pemberian
buku serah terima obat

PP/ Perawat yang menerima

Pengaturan dan pengelolaan oleh perawat

pasien/keluarga

Gambar 2.9 Alur Pelaksanaan sentralisasi Obat


g) Peran Dalam Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)
a) Peran Perawat Primer Dan Perawat Associate
1. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
3. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat.
4. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama pasien
dirawat.
5. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi.
b) Perawat Primer Lain Dan Supervisor.
1. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik.
2. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi.
3. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi.
h) Contoh Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)
a) Kegiatan yang dilakukan dalam sentralissi obat sebagai berikut:
1. Membuat informed consent

89
2. Membuat formulir pemberian obat oral dan injeksi, buku serah terima
obat dan kartu obat, format daftar sentralisasi obat (buku serah terima
obat).
3. Melakukan sosialisasi dikelompok untuk menyamakan persepsi antara
petugas.
4. Mensosialisasikan jadwal pemberian obat dan tekhnik penulisan.
Dengan rincian sebagai berikut:
Obat Oral 2 X1 : Jam 08.00 Dan 18.00
3 X1 : Jam 08.00, Jam 12.00 Dan Jam 18.00
Obat Injeksi 2X1: Jam 08.00 Dan Jam 20.00
3X1: Jam 08.00, Jam 16.00 Dan Jam 24.00
b) Kendala Dalam Pelaksanaan.
a. Fasilitas: tempat penyimpanan obat terlalu sempit (almari).
b. Butuh waktu dan tenaga ekstra.
c) Keuntungan
a. Pemberian sesuai dengan prinsip 6 benar yaitu benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar dokumentasi.
b. Pasien patuh terhadap program terapi.
C. Pemberian obat dapat dipertanggung jawabkan.
i) Pengelolaan Obat Kontrol Tidak Penuh (DISENTRALISASI)
Pengelolaan obat diserahkan kepada keluarga setelah keluarga/pasien
mendapatkan pengertian yang memadai seputar penggunaan obat dari perawat.
a) Penerimaan Obat Dan Pencatatan Obat.
1. Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan pada perawat.
2. Obat yang diserahkan dicatat dalam buku masuk obat.
3. Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada keluarga/ pasien.
4. Keluarga/ pasien mendaoatkan penyuluhan tentang: route pemberian obat,
waktu pemberian obat, tujuan pemberian dan efek samping yang mungkin
timbul.
5. Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga/ pasien: pasien/
keluarga menanda tangani lembar penyuluhan.
b) Pemberian Obat
1. Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh klien, perawat
melakukan crontroling terhadap pemberian obat bila memungkinkan.
90
2. Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping, juga dilakukan
pengecekan obat tiap hari (pagi) untuk menentukan apakah obat benar–
benar diminum tepat dosis.
3. Obat yang hilang/ berkurang/ jumlah tidak sesuai dengan perhitungan,
diklarifikasi pada klien/ keluarga.
c) Penambahan Obat
1. Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untukm dicatat
dalam buku masuk obat
2. Bila terdapat obat jenis baru, maka dilakukan penyuluhan khusus tentang
obat baru tersebut sebelum diserahkan pada pasien (nursalam, 2002).
j) Petunjuk Penulisan Sentralisasi Obat
 Buku Serah Terima Obat
Bagian-bagiannya adalah:
1. Nomor urut
2. Hari/ tanggal/ jam
Ditulis hari, tanggal, jam, serah terima obat, misalkan: 1 Mei 2002 jam 10
WIB
3. Nama pasien, umur/ kamar/ nomor tempat tidur
Dituliskan nama pasien, umur, nomor kamar, dan tempat tidur dimana
klien dirawat. Misalkan nyonya x/ 50 tahnu/ 5/ 2
4. Nama jumlah dan bentuk
Dituliskan nama dan jumlah obat yang diserahkan klien/ keluarganya.
Misalkan: lisonopril/ x/ tab
5. Dosis dan cara
Dituliskan dosis dan cara pemberian obat misalkan: 3x5 gr/oral
6. Tanda tangan dan nama yang menyerahkan obat
Dituliskan tanda tangan dan nama klien/ keluarga yang menyerahkan obat
kepada peawat
7. Tanda tangan dan nama yang menerima obat
Dituliskan tanda tangan dan nama klien/ keluarga yang menyerahkan obat
kepada peawat
8. Keterangan

91
Dituliskan keterangan yang diperlukan sehubungan dengan pasien,
misalkan jps atau yang lainnya (nursalam, 2002 ).
 Buku pemberian obat
Bagian-bagiannya adalah :
1. Nomor urut
2. Nama pasien/ umur/ kamar/ nomor tempat tidur
Dituliskan nama pasien, umur, nomor kamar dan nomor tempat tidur
dimana klien dirawat. Misalnya nyonya x/ 50 thn/ 5/ 2
3. Hari/ tanggal/ jam pemakain obat
Dituliskan hari, tangal, jam pemberian obat. Misalkan senin/ 1 mei 2002/
7 wib
4. Hari/ tanggal/ jam pemberian obat sisa
Dituliskan hari/ tangal/ jam penyerahan obat sisa kepada perawat jaga
shift selanjutnya misalkan senini/ 1 mei 2002/ 14.00 wib
5. Terapi, dosis, dan carapemberian obat
Sesuaikan nomor urut pemberian obat, misalkan lisonopril/ 3x5gr/ oral
6. Jadwal pemberian dan dosis obat
Dituliskan sesuai dengan nomor urut pemberian obat . Mislakan: 5-5-5
(artinya: 5mg tiap pagi, siang dan sore). Atau ½-1/2-1/2 (artinya :
setengah tablet tiap pagi siang sore). Karena 1 tablet obat lisonopril terdiri
dari 10 mg (10mg/ tab)
7. Sisa obat
Dituliskan nama dan jumlah sisa obat setelah pemberian mislkan
lisonopril/ 8,5.
8. Tanda tangan dan nama pemberian obat
Dituliskan tanda tangan dan nama perawat pemberi obat
9. Tanda tangan dan nama yang menyerahkan sisa obat
Dituliskan tanda tangan dan nama perawat yang menyerahkan sisa obat
10. Tanda tangan dan nama penerima sisa obat
Dituliskan tanda tangan dan nama perawat penerima sisa obat pada shift
berikutnya
11. Keterangan
Dituliskan :

92
1) Perubahan atau hal yang perlu diketahui, misalkan alergi obat, obat
habis, atau obat ganti
2) Bila ada obat klien yang dipinjamkan atau dipakai oleh pasien lain
Obat khusus :
1) Penjelasan atau penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan oleh
perawat primer
2) Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat

93
FORMAT SURAT PERSETUJUAN SENTRALISASI OBAT
Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Adalah Anak/ Istri/ Orang Tua ̽) Dari Pasien :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Ruang :
No. Reg :
Menyatakan setuju atau tidak setuju ̽) untuk dilakukan
sentralisasi obat, setelah medapatkan penjelasan tentang sentralisasi
obat, yaitu pengaturan pemakaian obat yang di atur/ dikoordinasi oleh
perawat sesuai ketentuan dosis yang diberikan oleh dokter (nursalam,
2007). Sentralisasi dengan prosedur sebagai berikut :
a. Pasien atau keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerjasama dalam pengelolaan
sentralisasi obat.
b. Setiap ada resep dari dokterdiserahkan kemudian di depo farmasi setelah itu ke
perawat, dengan system pemberian unit doze dispensing (udd).
c. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam buku serah terima dan
ditanda tangani oleh depo farmasi dan perawat yang menerima
d. Obat akan disi mpan dikantor perawatan
e. Setiap hari perawat memberikan obat sesuai dosis dan atiuran minum kemudian
kepada pasien
f. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa obat dikembalikan ke
dapo farmasi
g. Dengan demikian, menyatakan bertanggung jawab atas pernyataan yang dibuat tidak
akan melakukan tuntutan/ gugatan dikemudian hari atas tindakan tersebut
h. Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya

94
Untuk Sebagaimana Mestinya Mojokerto, …………….2018
Perawat Primer Yang Menyerahkan

95
5. Supervisi Keperawatan
a. Definisi
Supervisi keperawatan merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemapuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan
tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam, 2007).
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh
“atasan” terhadap pekerjaan yang telah dilakukan “bawahan” untuk kemudian jika
ditemukan masalah segera diberikan bantuan secara langsung guna mengatasinya
(Bachtiar, 2009). Supervisi keperawatan merupakan proses pemberian sumber
yang diberika perawat dalam menyelesaikan tugas, dengan supervisi manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala dalam melakukan asuhan
keperawatan dan dapat menghargai potensi setiap anggotanya (Apwani, 2006).
Dari berberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah
kegiatan dalam membantu pembinaan dan melakukan pembinaan dan melakukan
pengamatan secara langsung oleh atasan kepada bawahan agar mereka dapat
melakukan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien yang apabila
ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi
keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh
supervisor. Dalam mencakup masalah pelayanan keperawatan dan merupakan
proses pemberian sumber yang diberikan perawatan dalam menyelesaikan tugas
dengan supervisi manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala dalam
melakukan asuhan keperawatan dan dapat menghargai potensi setiap angggota.
b. Manfaat supervisi
Manfaat supervisi ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan menjadi
2 yaitu :

96
1) Meningkatkan aktivitas kerja
Peningkatan efektivitas ini berhubungan erat dengan makin meningkatnya
pengetahuan dan ketrampilan “Bawahan” serta makin terbinanya hubungan
dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2) Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan oleh bawahan, dan karena itu pemakian sumber
daya (tenaga, dana, saran) yang sia-sia kan dapat dicegah ( Nurslam, 2007 ).
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada 2 teknik yaitu:
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan:
a. Sasaran pengamatan langsung
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat
menimbulkan kebingungan untuk mencegah hal ini, maka pengamatan
langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategi
b. objektifitas pengamatan
pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat
menganggu objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka
diperlukan suatu daftar isian atau checklist yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak
dan kesan negatif. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan
secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
(Nursalam, 2007)

2. Kerjasama
Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan
dengan memberikan bantuan secara langsung di tempat, sesuai dengan
kebutuhan. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan, diperlukan
kerjasama antara pelaksana supervisi dan yang di supervisi merasakan
masalah yang di hadapi juga merupakan masalah mereka sendiri ( sense of
belonging). (Bahtiar, 2002).
97
c. Penerapan Supervisi Keperawatan Pada Penerapan Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MPKP)
1) Prinsip supervisi:
a) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan antar
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
c) Uraian jelas, terorganisasi, dan dinyatakan melalui petunjuk atau peraturan
atau kebijakan, uraian tugas dan standart
d) proses kerjasama yang demokratis antara supervisior dan perawat
pelaksanaan
e) Berdasarkan visi, misi, falsafah tujuan dan rencana yang spesifik.
f) Lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi.
g) Keamanan, hasil dan daya guna dalam pelayanan keperawatan yang
memberi kepuasan klien, perawat dan manajer. (Nursalam, 2007)
2) Pelaksana Supevisi
a) kepala ruang
1. Bertangung jawab dalam supervise pelyanan keperawatan kepada klien
diruang perawatan
2. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
3. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan di ruang perawatan dengan tugas yang didelegasikan
b) Pengawas keperawatan
Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada
ruangan yang ada di instalasinya
c) Kepala Seksi Keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung (Nursalam, 2007).
3) Alur Supervisi:

98
KEPALA BIDANG KEPERAWATAN

KEPALA SEKSI KEPERAWATAN

Kepala perawatan IRNA

Menetapakan kegiatan atau instrument/ alat ukur


Superviser

Kepala Ruangan

Menilai kinerja perawat


Superviser

Pp 1 Pp 1
Pembinaan (3 f)
Penyampaian penilaian
Feedback Pp 1 Pp 1
Follow Up, Pemecahan masalah

Kinerja Perawat dan pelayanan meningkat

Gambar 2.10 Alur Supervisi


d. Macam-macam supervisi:
1. Langsung
Supervisi di lakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlagsung,
di mana supervisor terlibat dalam kegiatan umpan balik dan perbaikan bukan
memerintah
Cara memberikan pengarahan efektif:

a. Pengarahan harus lengkap


b. Mudah di pahami
c. Menggunakan kata-kata yang tepat
d. Berbicara dengan jelas
e. Berikan asuhan yang logis
f. Hindari membrikan banyak arahan pada suatu saat

99
g. Yakin arahan anda di laksanakan/ perlu tindak lanjut
Umpan balik dan perbaikan dapat di lakukan saat supervise:
a. Yang di supervise melakukan secara mandiri peran dan fungsinya di dampingi
oleh supervisor
b. Selama proses, supervisor dapat member dukungan, reinforcement dan petunjuk
c. Setelah selesai, supervisor dan supervise melakukan diskusi: Mengatakan yang
sesuai, Memperbaiki yang masih kurang/ lemah, Reinforcement pada yang baik
d. Komunikasi: Perlu di terapkan terus menerus sehingga keterampilan
berkomunikasi meningkat, Komunikasi terbuka, Mau mengakui bila melakukan
kesalahan
2. Tidak Langsung
Supervisi di lakukan melalui laporan tertilis maupun lisan, supervisior tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta, tetapi umpan balik di berikan secara tertulis
e. Langkah supervisi
Pra Supervisi:
a. Supervisor menetapakan kegiatan yang akan di lakukan supervise
b. Menyiapkan instrument (format supervisi)
Pelaksanaan:
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur instrument atau
instrument yang telah di siapkan
b. Supervisor menadapat beberapa hal yang membutuhkan
c. Supervisor memanggil PP dam PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan
d. Pelaksanaan supervise dan inspeksi, wawancara, dan memfalidasi data sekunder,
anatara lain: supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada, supervisor
malakukan tanya jawab dengan perawat.
Pasca supervisi:
Supervisor memberikan penilain supervise (F-Fair), supervisor
memberikan feedback dan klarifikasi, memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan (Nursalam, 2007)
f. Teknik supervise keperawatan
a. Proses supervise praktek keperawatan, meliputi 3 element:
1) Standar keperawatan sebagai acuan
100
2) Fakta pelaksanaan sebagai pebanding tercapainya tujuan
3) Tindak lanjut kualitas perlu di pertahankan/ di perbaiki
b. Area yang di supervise:
1) Pengetahuan dan pengertian tentang tugas yang akan di laksanakan
2) Keterampilan yang di lakukan sesuai standar
3) Sikap dan penghargaan terhadap pekerja
g. Model system

Input: Proses: Output: Input:


- Memberikan - Hari perawatan lebih - Puas
- Visi berbagai tindakan pendek -Terjamin
- Misi - Monitoring - Penurunan komplikasi
- Peraturan - Sembuh
- Kebijakan
- Sarana
- Prasarana Supervisi

h. Fungsi supervisi
a. Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah:
1) Menetapkan dan mempertahankan standart praktik keperawatan
2) Menilai kualitasa asuhan keperawatan dan pelayanan yang di berikan
3) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerja sama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait
2. Manajemen sumber daya
3. Manajemen anggaran
4. Manajemen Keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan
pengembangan.\
i. Supervisor berperan dalam:
a) Membantu menilai rencana keseluruhan di kaitkan dengan dana tahuna yang
tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat di capai sesuai tujuan RS
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan anggaran
keperawatan
c) Memberikan justifikasi projeksi anggaran unit yang di kelola (Nursalam, 2002).

101
FORMAT SUPERVISI
Hari / tanggal :......... Supervisi :................
Yang di supervisi :......... Supervisi : ...........
Ruangan :..........
Aspek Para D
penilai met il
er a
k
u
k
a
n

Persiap A.
an Pers
iapa
n
klie
n
1. ........
2. ........
3. ........
B .
Pers
iapa
n
alat
1. ........
2. ........
3. ........
Pelaksa Ses
naan uai
SOP

102
/SA
K
1. ...........
2. ...........
Sikap Sika
p
pera
wat
mel
aku
kan
kegi
atan
:
1. Komunikasi
2. Kerja sama
3. Tanggung jawab
4. Kewaspadaan
5. Evaluasi
Total nilai :
Nilai : Kriteria :
Ya :1 56 % : kurang
Tidak :0 56 %- 75 % : cukup
Nilai = Total nilai × 100% > 76 : baik

6. Discharge Planning (Perencanaan Pulang)


a. Pengertian
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistemik
dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang (Carpenito,1990).
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawat
profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur

103
kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien dimana perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif serta
perawatan rutin yang sebenarnya. (Swanburg,2000).
b. Tujuan:
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.
Discharge planning bertujuan untuk meningkatkan kontinuitas perawatan,
meningkatkan kwalitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber
pelayanan kesehatan. (Nursalam, 2007, 241).
c. Manfaat
Menurut Spath (2003) perencanaan pulang mempunyai manfaat:
1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien
yang dimulai dari rumah sakit.
2) Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis dan digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien.
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan rumah.
5) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya
pengobatan.
6) Bahan pendokumentasian keperawatan.
d. Prinsip-prinsip Discharge Planning:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi .
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia
di masyarakat.
104
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan, setiap
klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
e. Jenis-jenis Discharge Planning:
1) Conditional discharge (pulang sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien pulang
untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat. Keadaan pulang
ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari sakitnya.
Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan
kembali.
3) Judocal discharge (pulang paksa)
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk
pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan tim
home care RS atau puskesmas terdekat.
f. Keuntungan Discharge Planning
1) Bagi Pasien:
a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.
d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support
sebelum timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur perawatannya.
f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
2) Bagi Perawat:
a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan.
b) Menerima informasi kunci setiap waktu.
c) Memahami perannya dalam system.
d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.
e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda.
105
f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
g. Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang:
1) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan
serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2) Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan.
3) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasinya.
5) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri
dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain.
6) Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter dan pelayanan
keperawatan serta kunjungan rumah apabila pasien memerlukan. \
h. Tahap-tahap Discharge Planning
1) Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien.
Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari
unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses
discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
o Data Kesehatan
o Data Pribadi
o Pemberi Perawatan
o Lingkungan
o Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan, adalah penting untuk menentukan apakah masalah
tersebut aktual atau potensial.
3) Perencanaaan:
Hasil yang diharapkan Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan
pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik

106
untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHODE, yaitu:
a) Medication (obat) Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus
dilanjutkan setelah pulang.
b) Environment (Lingkungan) Lingkungan tempat klien akan pulang dari
rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
c) Treatrment (pengobatan) Perawat harus memastikan bahwa pengobatan
dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau
anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus
dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk
memberikan keterampilan perawatan.
d) Health Teaching (Pengajaran Kesehatan) Klien yang akan pulang
sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk
tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan
tambahan.
e) Outpatient referral Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah
sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang
kontinu.
f) Diet Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia
sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.
Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan
perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis
diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien
dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya
dengan alat yang akan digunakan di rumah. Penyerahan home care dibuat
sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan perawatannya diberikan
kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan,
pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan
mental klien, faktor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi
perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang
diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini.
5) Evaluasi
107
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi
berjalan terus - menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah
klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau
kunjungan rumah (home visit). Keberhasilan program rencana pemulangan
tergantung pada enam variabel:
1) Derajat penyakit
2) Hasil yang diharapkan dari perawatan
3) Durasi perawatan yang dibutuhkan
4) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5) Komplikasi tambahan
6) Ketersediaan sumber-sumber
6) Pelaksanaan
1) Pengorganisasian
Kepala ruangan
PP1 :
PA1 :
PA2 :
PP2 :
Supervisor/ pembimbing :
2) Mekanisme kegiatan
Topik :
Sasaran :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Materi :
Metode :
1. Diskusi
2. Demonstarasi
3) Alat bantu
1. Sarana diskusi: buku, bolpoint
2. Alat bantu demonstrasi
108
3. Status/ dokumentasi keperawatan pasien
4. Materi yang disampaikan secara lisan
4)

109
Langkah-langkah discharge planning
Dokter dan tim kesehatan PP dibantu PA
5)

Keadaan pasien:
Klinis dan pemeriksaaan penunjang
lainnya
Tingkatkan ketrgantungan klien

Perencanaan pulang

Penyelesaian administrasi Program Healt Education: Lain-lain


Control dan obat/ perawatan
Gizi
Aktivitas dan itirahat
Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh: keluarga
dan petugas

Gambar 2.11 Alur Discharge Planning


Keterangan :
Tugas perawat primer:
1) Membuat rencana discharge planning
2) Membuat leaflet
3) Membuat konseling
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Menyediakan format discharge planning
6) Mendokumentasikan discharge planning
Tugas perawat associate:
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan
saat perawatan diakhiri). (Nursalam, 2007, 244)
7. Dokumentasi Keperawatan

110
a. Definisi
Webster’s new world dictionary mendefinisikan dokumentasi sebagai
“penyedian bukti pencatatan dan pengumpulan, ringkasan, dan pengkodean,
informasi yang tercetak atau tertulis untuk referensi di masa mendatang,”
(Marrelli, 2007). Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan
manajemen asuhan keperawatan profesional (nursalam, 2007).
Pendokumentasian merupakan metode yang tepat untuk pengambilan
keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut.
Dokumentasi adalah bagian intregal bukan sesuatu yang berbeda dari metode
problem solving, dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, dan intervensi. (Nursalam, 2009).
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
dokumentasi dan pelaporan merupakan suatu metode untuk
mengkomunikasikan suatu informasi yang berhubungan dengan manajemen
pemeliharaan kesehatan. Dalam beberapa hal kesuksesan dari pelaksanaan
proses keperawatan tergantung dari keakuratan dan komplitnya pelaporan dan
ketepatan dalam penulisan pendokumentasian. Disamping itu dokumentasi
keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien sebagai indikator
kualitas pelayanan kesehatan, simber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti penanggunggugatan
pelaksanaan asuhan keperawatan serta sebagai saran bagi para mahasiswa.
b. Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan
1) Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
2) Memstikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
3) Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai kosistensi tujuan dan
kemajuan pengobatan.
4) Teknik Evaluasi
pencatatn dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian terhadap
perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat dipastikan apakah
rencana yang diimplementasikan sudah mencapai kemajuan.
5) Pembayaran Kembali (Reinforcement)
catatan perawtan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi pentang
penanganan klien dan memberikan bukti adanya pelayanan.
6) Mengidentifikasi status keseahatan klien
111
mengidentifikasi status klien dalam rangka mendokumentasikan kebutuhan
klien, merencanakan melaksanakan asuhan keperawatan dan
mengevaluasikan intervensi.
7) Dokumentasi sebagai bahan penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
8) Hal ini juga menyediakan:
a) bukti kualitas asuhan keperawatan
b) bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien
c) informasi terhadap perlindungan individu
d) bukti aplikasi standar praktik keperawatan
e) sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan
f) pengurang biaya informasi
g) sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan
h) komunikasikan konsep resiko asuhan keperwatan
i) informasi untuk peserta didik keperawatan
j) persepai hak klien
k) dokumentasi untuk tenaga prifesional, tanggung jawab etik, dan
menjaga kerahasiaan informasi klien
l) suatu data keuangan yang sesuai
m) data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang kan datang
(Nursalam, 2009)
9) Akreditasi
Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut lenbaga
pemberi lisensi dan akreditasi adalah pempertahankan rekam medik,
termasuk dokumentasi asuhan keperawatan
c. Menurut Anna, 1973 ada Sepuluh Standart Asuhan Keperawatan
perawat mempunyai tanggung jawab untuk:
1) Memberikan pelayanan dengan menghargai klien sebagai makhluk hidup
2) Melindungi hak atau privasi klien
3) Mempertahankan kompetensi dalam asuhan keperawatan dan mengenal
klien serta menerima tanggung jawab pribadi terhadap intervensinya
4) Melindungi klien jika intervensi dan keperawatannya terancam yang di
akibatkan oleh orang lain yang tidak kompeten atau tidak etis dan ilegal
5) Menggunaunit kemampuan individu sebagai kriteria untuk menrima
tanggung jawab dan tugas delegasi dalam asuhan keperawatan
112
6) Partisipasi dalam kegiatan riset, jika hak responden dilindungi
7) Partisipasi dalam kegiatan profesi keperawatan untuk meningkatkan
standart praktik atau pelayanan
8) Meningkatkan dan mempertahankan kualitas keperawatn atau tenaga
perawat dengan partisipasi dalam tindakan
9) Mempromosikan kesehatan melalui kerjasama dengan masyarakat dan
profesi kesehatan lainnya
10) Menolak memberikan persetujuan untuk promosi atau menjual produk
komersial dan pelayanan (Nursalam, 2009)
d. Unsur-unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan:
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan, dimana
pada fase ini perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien
secara sistematis menyeluruh, akurat dan berkesinambungan. Tujuan dari
pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasi, dan dokumentasikan
data yang menjelaskan respon klien yang mempengaruhi pola
kesehatannya.
Tujuan secara umum yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan dan respon klien yang unik terhadap
masalah-masalah dan akan ditegakan menjadi diagnosis keperawatan
yang mempengaruhi rencana intervensi keperawatan diperlukan.
b) Menggabungkan dan mengorganisasi data dari beberapa sumber
sehingga masalah klien dapat dianalisis dan diidentifikasi
c) Meyakinkan data informasi yang ada dan bertindak sebagai referensi
dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi klien
d) Mengidentifkasi defenisi karakteristik sesuai respon dan kondisi klien
e) Menyuplai data yang memberikan intevensi keperawatan sesuai
kebutuhan klien
f) Memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan yang
efektif
2) Tipe-tipe pengkajian:
a) Pengkajian awal
Dilakukan saaat pertama kali klien masuk dalam fasilitas pelayanan
kesehatan atau mulai mengunakan pelayanan kesehatan. Pengkajian
113
didokumentasikan dalam bentuk seperti formulir data keperawatan
(Nursing data base form).
b) Pengakajian Lanjutan
Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data yang diperoleh
selama pengkajian awal. Data yang diperlukan untuk membuktikan
atau mengidentifikasi masalah-masalah klien sehingga lebih mudah di
peroleh.
c) Pengkajian ulang
Data pengkajian ulang adalah data–data yang diperoleh dari
aktifitas evaluasi proses keperawatan ketika hasil evaluasi klien
terlihat kurang berkembang terhadap kriteria hasil dan hasil yang
diharapkan, maka kemungkinan data yang telah diperoleh kurang
tepat sehingga masalah kurang dapat teridentifikasi.
d) Pengkajian kembali
Pengkajian kembali dimaksudkan agar perawat harus
memeriksa kembali data pengkajian sebelumnya untuk menemukan
petunjuk baru bagi masalah–masalah klien atau harus
mengembangkan data awal untuk mendapatkan data tambahan tentang
klien. (Nursalam, 2009 : 161).
3) Metode dokumentasi pengkajian
Format dokumentasi pengkajian meliputi data dasar, floow sheet dan catatan
perkembangan lainnya yang mungkin dapat digunakan sebagai alat
komunikasi bagi tenaga keperawatan atau profesi kesehatan lainnya.
4) Jenis pengelompokan pengkajian

114
Tabel 2.9 Jenis Pengelompokkan Pengkajian.
Jenis Penggunaan Penjelasan format
1. Penilaian umum Menentukan Mengkaji status mental klien,
(general survey) keadaan klien perkembangan tubuh, aktifitas,
secara umum. status nutrisi, jenis kelamin dan
ras, usia, postur tubuh dan
kemampuan bicara klien.
2. Menetukan respon Mengkaji persepsi kesehatan,
fisik, psikososial, manajemen kesehatan, nutrisi,
P dan budaya klien. eliminasi, aktivitas, istirahat
tidur, kognitif, koping, nilai
ol atau kepercayaan

fu

si

es

at

n.

3. ros (review) of body Menentukan status Mengkaji sistem tubuh secara


system fungsi sistem tubuh berurutan

(Nursalam, 2009 : 166)


5) Mengumpulkan data
Meliputi: Pengumpulan data dasar menckup informasi tentang klien:
1. Riwayat kesehatan Dulu
Seperti riwayat alergi terhadap maunitn atau obat tertentu, riwayat pernah
di lakukan tindakan bedah, riwayat menderita penyakit kronis da lain-

115
lain
2. Riwayat kesehatan sekarang
Seperti adanya perasaan nyeri, mual, gangguan tidur dan lain-lain
3. Pemeriksaan fisik
Dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik inspeksi, palpasi,
perkusi, palpasi, auskultasi (IPPA) dengan prinsip pemeriksaan “head to
toe” atau berdasarkan system tubuh seperti system pernapasan,
pencernaan, eliminasi, dan lain-lain
6) Pemeriksaan penunjang seperti
Meliputi: Pemeriksaan laboratorium, radiologi, CT scan, dan lain-lain
Tipe data yang di kumpul yaitu:
a) Data subjektif yaitu:
Data yang meliputi gejala meliputi gejala yang di rasakan oleh klien,
kebiasaan dan persepsi klien terhadap kesehatannya saat ini. Selain klien,
informasi juga di dapatkan dari keluarga, teman dan orang terdekat pasien
atau tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan klien
b) Data objektif yaitu:
Meliputi tanda dan gejala meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi klien
dapat di lihat, di dengar, di rasaka atau di cium serta data-data lain yang
dapat di peroleh dari obsevasi dan pemeriksaan fisik.
7) Pengorganisasian data
Untuk mendapat data secara sistematis perawat menggunakan format pengkajian
atau di sebut juga pengkajian perawat. Format pengkajian dapat di modifikasi
dengan keadaan klien. Dalam keperawatan format pengkajian yang di
gunakan dapat di dasarkan ada berbagai teori keperawatan di antaranya: Teori
Gordon tentang fungsi kesehatan, Teori Oren tentang perawatan diri, Teori
Roi tentang model adaptasi, Teori Maslow berdasarkan tingkat kebutuhan
manusia
8) Validasi data
Informasi yang telah di kumpulkan harus lengkap,akurat da sesuai dengan
keadaan klien sehingga harus di lakukan falidasi atau pemeriksaan kembali
terhadap data yang telah di kumpulkan tersebut.
9) Pencatatan Data
Untuk melengkapi pengkajian, dokumentasi data akurat dan mencakup semua
116
keadaa kesehatan klien dan tidak berdasarkan hasil intervensi perawat.
10) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang individu, keluarga atau
masyarakat yang aktual, resiko dari status kesehatan seseorang. Diagnosa
keperawatan ini merupakan dasar untuk melakukan intervensi keperawatan
dalam mencapai tujuan dan dapat dievaluasi (NANDA,1990).
a) Tipe diagnosa keperawatn yaitu:
1. Aktual
Pernyatan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini
berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti
jalan nafas tidak efektif dan ansietas.
2. Resiko
Resiko penyertaan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana
masalah lebih beresiko untuk menjadi actual pada klien tersebut di
banding dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama.
3. Potensial
Menunjukan situasi potensial yang di tekankan pada
pengamatan dan pemantauan. Pada situasi klien seperti, perawat harus
mengetahui secara pasti factor-faktor yang dapat menyebabkan
muncul atau tidaknya suatu masalah. Selain keperluan data belum
terkumpul untuk menegakkan diagnose keperawatan, diagnosa
keperawatan potensial tidak memerlukan asuhan keperawatan tetapi
pengumpulan data yang terus-menerus (Nursalam, 2009:168)
Kompenen dari diagnosa keperawatan yaitu:
1. Problem
Menggamnnbarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap
terapi yang di berikan terhadap perawat yang di tuliskan dalam
beberapa kata antara lain:
a. Perubahan (perubahan dari sebelumnya)
b. Gangguan (kelemahan, kerusakan dan pengurangan)
c. Penurunan (pengecilan, dari segi ukuran, jumlah atau tingkat
derajat)
d. Tidak Efektif (tidak menghasilakan efek yang sesuai)
e. Akut (terjadi dalam waktu yang mendadak dan pendek)
117
f. Kronis (terjadi dalam waktu yang lama berulang dan tetap)
2. Etilogi
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah
kesehatan dalam melakukan intervensi keperawatan yang mencakup
tingkah laku, lingkungan di sekitar atau gabungan dari keduanya.
Penulisan etologi pada diagnosis meliputi unsur:
P= Patofisiologi penyakit
S= Situational (Keadaan lingkungan perawatan)
M= Medikasi (Pengobatan yang di berikan)
M= Maturasi (Tingkat kematangan atau kedewasaan klien)
3. Simtom
Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari
diagnosa keperawatan.
b) Petunjuk penulisan diagnose keperawatan
1) Memakai PE dan PES untuk format diagnosis keperawatan actual.
a. Yakinkan masalah utama dalam diagnosis sejalan dengan
penyebabnyaTulis pernyataan agar masalah dan penyebab terlihat
spesifik dan menunjukan hasil yang berbeda
b. Jika penyebab tidak di identifikasi maka penentuan masalah dan
penulisan dan diagnosis keperawatan pada dokuntasi boleh di
tuliskan pernyataan komunikasi verbal untuk klien
2. Catat diagnosis keperawatan potensial dalam sebuah problem/ Format
etiologi
3. Memakai istilah yang sama dengan diagnosis keperawatan yang telah
di standarkan oleh NANDA.
4. Merujuk pada daftar yang dapat di terima, bentuk diagnosis
keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan
5. Memulai penulisan pernyataan diagnosis dengan mengubah
redaksinya dengan penulisan diagnosis keperawatan yang telah di
standarkan
6. Pastikan defenisi karakteristik (data mayor dan data minor) telah di
dokumentasikan pada bagian pengakajian untuk menegakkan
diagnosis keperawatan

118
7. Pernyataan awal dari perencanaan keperawatan di tulis pada daftar
masalah dan di dokumentasikan dalam catatan perawatan
8. Hubungkan tiap-tiap diagnosis keperawatan bila saling merujuk dan
memberikan laporan perubahan atau perkembangan
9. Setiap pergantian dinas perawat, gunakan diagnosis keperawatan
sebagai pedoman untuk pengkajian, intervensi dan evaluasi.
10. Pendokumentasian semua diagnosis keperawatan harus merefleksikan
dimensi yang berorientasi pada sistem pendokumentasian perawat.
11. Suatu agenda atau catatan mungkin di perlukan untuk membuat
diagnosis keperawatan dan sistem pendokumentasian yang relevan
(Nursalam, 2009:173)
11) Perencanaan
Perencanaan adalah tahap sistematik proses keperawatan
yang melibatkan perbuatan keputusan dan penyelesaian masalah, alam
perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian dasar klien dan pernyataan
diagnostik sebagai acuan dalam mewujudkan tujuan klien dan mendesain
strategi keperawatan untuk mencegah, mengurangi masalah kesehatan klien.
a) Persiapan menyusun rencana asuhan keperawatan meliputi beberapa
aspek yaitu: mengumpulkan dan mengelompokan data yang benar dari
klien sebagai sunber utama dokumentasi
b) Rencana asuhan keperawatan merupakan alat komunikasi antara perawat
dan klien
c) Rencana asuhan keperawatan melibatkan profesi kesehatan lain sebagai
satu anggota tim. Perawat dan profesi kesehatan lain bekerja untuk
megidentifikasi kebutuhan klien dan dapat menggunakan rencana asuhan
keperawatan sebagai rujukan untuk intervensi masalah klien dan kriteria
hasil yang ingin di capai.
d) Proses pengkajian dan penegakan diagnosis keperawatan berhubungan
dengan tahap implementasi dan evaluasi. Rencana asuhan keperawatan
merupakan perencanaan tindakan terhadap suatu masalah keperawatan
yang telah di pilih sesuai dengan kondisi klien beserta criteria hasil yang
di harapkan dari klien (Nursalam, 2009:175)
e) Tipe rencana intervensi keperawatan:
Ada 2 model rencana asuhan keperawatan yang lazim di gunakan yaitu:
119
1. Rencana asuhan keperawatan sederhana yang di tulis tangan dan di
kembangkan oleh perawat untuk klien yang khusus
2. Rencana asuhan keperawatan yang sudah distandarkan dan
dikembangkan oleh organisasi perawat untuk penanganan umum
terhadap masalah yang terjadi (Nursalam 2009, 176)
f) Komponen penting dalam rencana asuhan keperawatan
1. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan prioritas umtuk merawat klien. Hal
tersebut harus menyangkut langsung ke situasi yang mengancam
kehidupan klien. Masalah actual harus lebih dahulu di
dokumentasikan dari pada masalah resiko.
2. Kriteria hasil
Setiap diagnosis keperawatan harus mempunyai sedikitnya satu criteria
hasil, kriteria hasil dapat di ukur dengan tujuan yang di harapkan
dengan mencerminkan masalah klien. Kriteria hasil menghubungkan
tujuan jangka panjang (tujuan maksimal yang di harapkan dapat di
peroleh dari pengobatan) dengan tujuan kjangka pendek (tujuan ini
merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan jangka panjang)
Kriteria hasil (jangka panjang) klien akan:
a. Diikutsertakan dalan kegiatan baru yang tidak terdapat dalam
fungsi utama
b. Menggambarkan keputusan dengan mengikutsertakan pada
aktivitas baru
Hasil yang di harapkan (jangka pendek) klien akan:
a. Mengingat kembali kegiatan yang telah di laksanakan pada
tanggal tertentu
b. Mengidentifikasi cara untuk menyesuaikan kegiatan yang telah
terlaksana dengan keadaan yang ada
c. Mencoba memperbaiki kegiatan berdasarka nama, waktu dan
tanggal
d. Mengidentifikasi sedikitnya satu kegatan baru yang menggunakan
beberapa perasaan (pendenagaran)
3. Rencana intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan perawat yang mempunyai
120
tanggung jawab mandiri yang cukupnya di kerjakan bersama dengan
tindakan medis berdasarkan masalah klien bantuan yang di terima
klien (Nursalam, 2009: 175-180)
12) Implementasi
Dalam proses keperawatan implementasi merupakan sutu tahap di
mana perawta melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu tindakan.
Implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan keperawatan, mendelegasi
dan mencatat apa yang di lakukan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
dan perawat mencatat tindakan apa saja tindakan yang di lakukan serta respon
klien.
13) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
merupakan perencanaan, pelaksanaan, kemajuan aktifitas yang mana klien
dan professional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan kemajuan klien
sesuai tujuan dan keefektifan rencana keperawatan
Komponen evaluasi di catat untuk:

1. Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya yang berhubungan dengan


semua arti umum untuk semua perawat.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah
mengawali, melanjutkan, memodifikasi atau menghentikan asuhan
keperawatan
3. Memberikan bukti revisi untuk perencanaan keperawatan berdasarkan
pada catatan penilaian ulang atau reformulasi diagnosis keperawatan
(Nursalam, 2009, 1991)
Tipe-tipe pernyataan evaluasi:
 Pernyataan evaluasi formatif
Pernyataan formatif merefleksikan observasi dan analisis perawat terhadap
respon klien pada intervensi keperawatan mengenai apa yang sedang
terjadi pada klien saat itu
 Pernyataan evaluasi sumatif
Pernyataan sumatif merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan
analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan-
pernyataan ini mengurangi perkembangan terhadap pencapaian kondisi

121
sesuai kriteria hasil yang di harapakan (Nursalam 2009, 192)
Faktor penghambat pelaksana pendokumentasian:
Banyak faktor yang merupakan hambatan dalam melaksanakan dokumentasi
keperawatan, meskipun pada dasarnya proses keperawatan telah diterapkan.
Berbagai hambatan tersebut meliputi:
a) Kurangnya pemahaman dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Hal ini
bisa terjadi karena latar belakang pendidikan yang berbeda-beda
sehingga tidak adanya keseragaman pelaksanaan dokumentasi
keperawatan
b) Kurangnya kesadaran akan pentingnya dokumentasi keperawatan.
Penulisan dokumentasi keperawatan tidak mengacu pada standart yang
sudah ditetapkan, sehingga terkadang tidak lengkap dan akurat
c) Dokumentasi keperawatan dianggap beban. Banyaknya lembar format
yang harus diisi untuk mencatat data dan intervensi keperawatan pada
pasien membuat perawat terbebani
d) Keterbatasan tenaga. Kurangnya tenaga perawat yang ada dalam suatu
tatanan pelayanan kesehatan memungkinkan perawat bekerja hanya
berorientasi pada tindakan. Tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap
tindakan yang telah diberikan pada lembar format dokumentasi
keperawatan.
e) Ketiadaan pengadaan lembar format dokumentasi keperawatan oleh
institusi
f) Tidak semua tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat
didokumentasikan dengan baik, karena lembar format yang ada tidak
menyediakan tempat (kolom untuk menuliskan)
14) Dokumentasi keperawatan
a) Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan
dokumentasi keperawatan dalam penerapan proses keperawatan.
1. SOR (Source Oriented Record)
a. Adalah tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim
kesehatan.
b. Dalam melaksanakan tindakan mereka tidak tergantung dalam tim
lainnya. Catatan ini cocok untuk pasien rawat inap.
122
2. Kardex
Teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat
data penting tentang klien dengan menggunakan rangkaian problem
dan terapi klien yang digunakan pada pasien rawat jalan.
3. POR (Problem Oriented Record)
POR merupakan teknik efektif untuk mendokumentasikan system
pelayanan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. Teknik
ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan pendekatan pemecahan
masalah, mengarahkan ide pemikiran anggota tim mengenai problem
klien secara jelas.
System POR ini mempunyai 4 komponen:
a. Data dasar
Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika
pertama kali masuk rumah sakit. Data dasar mencakup pengkajian
keperawatan, riwayat penyakit/ kesehatan, pemeriksaan fisik,
pengkajian ahli gizi, dan hasil laboraturium. Data dasar yang telah
terkumpul selanjutnya digunakan sbagai sarana mengidentifikasi
masalah klien.
b. Daftar masalah
Berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar,
selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal
identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh
perawat yang pertama kali bertemu dengan klien atau orang yang
diberi tanggung jawab.
c. Daftar awal rencana asuhan keperawatan
Rencana asuhan keperawatan ditulis oleh perawat yang menyusun
daftar masalah. Dokter menulis instruksi medis sedangkan perawat
menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.
d. Catatan perkembangan
Berisikan perkembangan/ kemajuan dari tiap-tiap masalah kesehatan
klien yang telah dilakukan intervensi dan disusun oleh semua
perawat yang terlibat dengan menambahkan catatan
perkembangan pada lembar yang sama. (Nursalam, 2009.202).
b) Format Dokumentasi
123
Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima bentuk format yang lazim
digunakan:
1. Format Naratif
Merupakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien
dari hari ke hari dalam bentuk narasi.
2. Format SOAPIER
Format ini dapat digunakan pada catatan medis yang berorientasi pada
masalah (Problem Oriented Medical Record) yang mencerminkan
masalah yang diidentifikasi oleh semua anggota tim perawat.
Format soapier terdiri dari SOAPIER:
a. S = Data Subyektif
Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang
dirasakan pasien
b. O = Data Obyektif
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan
diagnose keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi dari
pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic laboratorium.
c. A = Pengkajian ( Assesment )
Analisis data subyektif dan objektif dalam menentukan
masalah pasien.
d. P = Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating
dari intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan optimal.
I = Intervensi  Tindakan yang dilakukan oleh perawat
E = Evaluasi  Merupakan analisis respon pasien terhadap
intervensi yang diberikan
R = Revisi  Data pasien yang mengalami perubahan
berdasarkan adanya respon pasien terahadap tindakan keperawatan
merupakan acuan perawat dalam melakukan revisi atau modifikasi
rencana asuhan keperawatan.
3. Format fokus/ DAR

124
Semua masalah pasien diidetifikasi dalam catatan keperawatan
dan terlihat pada rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi:
masalah pasien (Data), tindakan (Action), dan Respon (R)

4. Format DAE
Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data
tindakan dan evaluasi dimana setiap diagnosa keperawatan
diidentifikasi dalam catatan keperawatan, terkait pada rencana
keperawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat
dengan suatu diagnosa keperawatan
15) Catatan perkembangan ringkas
Dalam menuliskan catatan perkembangan diperlukan bebeapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
a) Adanya perubahan kondisi pasien
b) Berkembangnya masalah baru
c) Pemecahan masalah lama
d) Respon pasien terhadap tindakan
e) Kesediaan pasien terhadap tindakan
f) Kesediaan pasien untuk belajar
g) Perubahan rencana keperawatan
h) Adanya abnormalitas atau kejadian yang tidak diharapkan
i) Petunjuk membuat catatan perkembangan
j) Memulai catatan dengan melihat diagnose keperawatan
k) Masukkan seluruh pengkajian (objectif dan subjectif)
l) Dokumentasikan masalah baru dan masalah sudah teratasi
m) Identifikasi tindakan yang diberikan berdasarkan perencanaan
n) Catat hasil dari implementasi berdasarkan tujuan dan hasil yang di
harapkan
o) Catatan perkembangan yang dibuat dapat menggunakan bentuk lembar
alur (flow set) dan deftar chek list dalam pelaksaannya ada beberapa
keuntungan dan kerugian. Agar lembar alur dan daftar check list sesuai
dengan standart maka harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Perhatikan dan ikuti petunjuk
125
2. Lengkapi format dengan menggunakan kunci
3. Gunakan tanda cek (V) atau (X) atau tanda (O) pada waktu
mengidentifikasi bahwa parameter tidak diintervensi
4. Jangan tinggalkan lembar format dalam keadaan kosong. Tulis (O)
untuk mengidentifikasi bahwa parameter tidak diperlukan
5. Tambahkan uraian secar detail jika diperlukan
6. Beri tanda tangan dan nama jelas
7. Dokumentasikan waktu dan tanggal
Pendapat Aziz Alimul (2001) diatas juga mempunyai kesamaan
dengan apa yang dikemukakan oleh nursalam (2001) yang mengatakan ada
6 (enam) bentuk model dokumentasi keperawatan yang masing-masing
model tersebut juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
 Enam (6) model pendokumentasian tersebut adalah sebagai berikut:
1. SOR (Source Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau
sumber yang mengelola pencatatan. Catatan berorientasi pada sumber
yang terdiri dari 5 komponen: Lembar penerimaan berisi biodata, lembar
order dokter, catatan perawat, laporan khusus
2. POR (Problem Oriented Record)
Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah
klien. System ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang
dikumpulkan oleh perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya terdiri dari 4
komponen: data dasar, daftar masalah, perencanaan awal, catatan
perkembangan (progress note)
3. Progress Oriented Record (catatan berorientasi pada perkembangan
kemajuan)
Tiga jenis catatan perkembangan: catatan perawatan (nursing note),
lembar alur (floe sheet), catatan pemulangan dan ringkasan rujukan
(discharge summary)
4. CBE (Charting Intervention and Evaluation)
Adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dan
hasil penemuan yang menyimpang dari keadaan normal (standar dari
praktik keperawatan )

126
5. PIE (Problem Intervention and Evaluation)
Adalah pencatatan dengan pendekatan orientasi proses dengan
peneunitn pada proses keperawatan dan diagnose keperawatan.
6. FOCUS
Biasa juga disebut dengan format DAR (Data, Action, Respon)
Suatu proses pencatatan terfokus pada klien. Digunakan untuk
mengoganisir dokumentasi asuhan keperawatan dimana:
a. Data: berisi data subyektif dan data obyektif serta data focus
b. Action: tindakan yang akan diakukan
c. Respons: keadaan respon yang akan dilakukan (Nursalam, 2009, 199,
209).
 Pengaruh pendokumentasian terhadap keberhasilan terapi.
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam system pelayanan
kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik, informasi mengenai
keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen yang legal tentang
pemberian asuhan keperawatan.
Dokumentasi dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian,
perencanaan keperawatan, catatan tindakan keperawatan dan catatan
perkembangan pasien.
Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka jika dalam
pendokumentasian itu dilakukan dengan baik dan benar maka segala tindakan
yang memerlukan tindak lanjut dan berkelanjutan akan dapat terobservasi
sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik dan program terapi akan dapat
berhasil.
Dalam hal pencegahan tergjadinya gangguan integritas kulit dan
jaringan perawat professional pasti akan memberikan suatu intervensi latih
mobilisasi, ubah posisi tidur setiap 2 jam sekali. Hal ini akan dapat lebih
terlakasana dengan baik jika terdapat suatu format khusus dan berlangsung
selama 24 jam, tidak hanya berbentuk tindakan yang dilakukan oleh per-shift.
Jadi sangat jelas sekali bahwa dengan adanya pendokumentasian yang
nantinya akan menjadi suatu alat komunikasi antar perawat khususnya pada

127
setiap pergantian shift, maka program terapi akan lebih mudah untuk
dilaksanakan.

2.4.4 M4 (MONEY), OPERATING BUDGET dalam MANAJEMEN


KEPERAWATAN
1. Pengertian Budget
Budget (anggaran) adalah suatu renacana yang disusun secara sistematis,
yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu untuk (periode) tertentu yang
akan datang
Dari pengertian diatas nampaknya bahwa suatu budget mempunyai 4 unsur,
yaitu :
a. Rencana
b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
c. Dinyatakan dalam unit
d. Jangka waktu tertentu yang akan datang
2. Manfaat budget
Manfaat budget terdiri dari 3 pokok yaitu:
a. Sebagai pedoman kerja
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan
serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai perusahaan
diwaktu yang akan dating

b. Sebagai alat pengawasan kerja


Budget berfungsi juga sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding
untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan
membandingkan apa yang tertuang didalam budget dengan apa yang dicapai
realisasi kerja perusahaaan, dapat lah dinilai apakah perusahaan telah sukses
bekerja ataukah kurang sukses bekerja.
c. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Budget berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasi kerja agar semua
bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang,
saling bekerja sama dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah di

128
tetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih
terjamin.
3. Faktor-faktor internal
Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan
sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:
a. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual,
syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan
sebagainya.
b. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan
c. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (kuantitatif) maupun
ketrampilan dan keahliannya (kualitatif)
d. Model kerja yang dimiliki perusahaan
e. Fasilitas lain yang dimiliki perusahaan
f. Kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perusahaan, baik dibidang pemasaran, dibidang produksi, dibidang
pembelanjaan, dibidang administrasi maupun personalia
Faktor-faktor eksterna yaitu data, informasi dan pengalaman yang
terdapat diluar perusahaan, tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap
kehiduapn perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:
1) Keadaan persaingan
2) Tingkat petumbuhan penduduk
3) Tngkat penghasilan masyarakat
4) Tingkat pendidikan masyarakat
5) Tingka penyebaran penduduk
6) Agama, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat
7) Berbagai kebijakan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, maupun keamanan
8) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan
tehnologi dan sebagainya.
4. Pengertian BUDGETING
Dalam pengertian budget yang telah diuraikan diatas dapatlah diketahui
bahwa budget merupakan hasil kerja (output) yang terutama berupa tafsiran-
tafsiran yang akan dilaksanakan diwaktu yang akan datang. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan budgeting adalah proses kegiatan yang menghasilkan
129
budget tersebut sebagai hasil kerja (output), serta proses kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, alat
pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja. Secara lebih diperinci, proses
kegiatan yang tercakup dalam bugeting tersebut antara lain:
a. Pengumpulan data dan informasi yang di perlukan untuk menyusun budget
b. Pengolaan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan
tafsiran-tafsiran dalam rangka menyususn budget
c. Menyusun budget serta menyajikan secara teratur dan sistematis
d. Pengkoordinasian pelaksanaan budget
e. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan, yaitu untuk
mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan budget.
f. Pengolaan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interprestasi
dan memperoleh kesimpulan - kesimpulan dalam rangka mengadakan
penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah di laksanakan, serta menyusun
kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagi tindak lanjut (follow up) dari
kesimpulan-kesimpulan tersebut
5. Prosedur Penyusunan Budget
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau menyusun
budget serta pelaksanaan kegiatan Budgeting lainnya, ada di tangan pimpinan
tertinggi perusahaan. Namun demikian tugas menyiapkan dan menyusun budget
serta kegiatan-kegiatan Budgeting lainnya tidak harus di tangani sendiri oleh
pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat di delegasikan kepada bagian
lain dalam perusahaan. Tugas mempersiapakan dan menyusun budget dapat di
delegasikan kepada:
a. Bagian administrasi, bagian perusahaan yang kecil, hal ini di sebabkan karena
bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan perusahaan tidak terlalu
kompleks dengan ruang lingkup yang terbatas
b. Panitia budget, bagian perusahaan yang besar. Hal ini di sebabkan karena
bagi perusahaan yang besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup kompleks,
beraneka ragam dengan ruang lingkup yang cukup luas. Didalam panitia
budget inilah di lakukan pembahasan-pembahasan tentang rencana-rencana
kegiatan yang akan dating, sehingga budget yang tersusun nanti merupakan
kesepakatan bersama, sesuai dengan, kondisi, fasilitas serta kemampuan
masing-masing bagian secara terpadu
130
c. Baik budget yag di susun oleh bagian administrasi (perusahaan kecil),
maupun yang di susun oleh panitia budget (perusahaan besar), barulah
merupakan rancangan budget atau Draft Budget (tentative budget).
Rancangan budget inilah yang di serahkan kepada pimpina tertinggi untuk di
sahkan serta di tetapkan sebagai budget yang defenitif.
d. Setelah di sahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka rancangan
budget tersebut telah menjadi budget yang defenitif .
2.4.5 M 5 (MARKET)
1. Defenisi
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat di
kuasai maka harga harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
2. Faktor Kunci Keberhasilan Dari Pemasaran
Faktor kunci keberhasilan dalam rencana strategi pemasaran suatu rumah
sakit adalah:
a. Adanya subbag marketing dalam struktur organisasi suatu rumah sakit
b. Adanya visi dan misi
c. Status rumah sakit yang profit
d. Adanya upaya pemasaran yang telah di laksanakan di suatu rumah sakit
e. Jumlah spesialisasi yang cukup memadai
f. Tersedianya fasilitas medik dan non medik yang memadai
3. Pengumpulan data dan analisa SWOT
a. Data Internal
Data internal dapat di peroleh pada suatu rumah sakit merupakan
sumber daya yang ada yaitu mencakup:
1) Struktur organisasi yang di lengkapi dengan Sub bag marketing
2) Jumlah dan mutu SDM yang memadai
3) Sarana dan prasarana
4) Jumlah pelayanan klinik yang cukup banyak
5) Upaya pemasaran yang di lakukan
6) Manajemen rumah sakit negri murni
7) Menciptakan suasana kerja yang serasi dan bertanggung jawab
131
8) Meningkatkan kerja sama karyawan

b. Data Eksternal
Untuk mendapatkan data eksternal adalah dapat diperoleh di lingkungan
Di luar rumah sakit yang meliputi:
1) Kebijakan atau politik: penetapan suatu rumah sakit sebagai RS swasta
atau Negeri, direktur berada di bawah yayasan atau pemerintahan
2) Sosial atau pendidikan: semakin tingginya kesadaran masyarakat akan
membuat masyarakat semakin kritis terhadap kebutuhan kesehatannya
3) Adanya kerja sama antar rumah sakit sebagai rumah sakit swasta sebagai
rumah sakit rujukan
4) Ekonomi
5) Budaya: masyarakat mencari pelayanan kesehatan yang murah
6) Teknologi: adanya teknologi komputerisasi
7) Persaingan bisnis: Adanya RS swasta yang lebih baik fasilitasnya sebagai
pesaing

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Visi, Misi, Motto dan Tujuan

3.1.1 Visi RSUD Sidoarjo


Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo adalah “Menjadi
Rumah Sakit yang Terakreditasi Internasional dalam Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian”.
Penjelasan :
Visi tersebut adalah kondisi yang akan dicapai Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2016-2021.

132
3.1.2 Misi RSUD Sidoarjo
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo dengan
pengupayaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri melalui
peningkatan sumber daya rumah sakit adalah:
1) Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan terakreditasi dengan
mengutamakan keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan.
2) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan yang
bermutu dan beretika untuk menunjang pelayanan.
3) Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional, integritas, dan
beretika.

3.1.3 Motto
Kesembuhan Anda adalah Kebahagiaan Kami

3.1.4 Nilai Dasar


Nilai dasar disusun sebagai acuan bagi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sidoarjo dalam berperilaku yang menunjang tercapainya Visi dan
Misi. Nilai dasar tersebut, nantinya diharapkan dapat menjadi budaya
organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo. Nilai dasar
tersebut adalah:
1) Profesionalisme
Penjelasan: Keyakinan terhadap tatanan dalam memberikan
pelayanan yang berlandaskan pada kaidah ilmiah dan kaidah profesi serta
tidak bertentangan dengan norma–norma yang berlaku di masyarakat,
dengan ciri-ciri: bertanggung jawab, inovatif, kreatif, dan optimis.
2) Integritas
Penjelasan: Berperilaku sebagai insan yang beriman, jujur, kerja
keras, disiplin, berkomitmen, mendahulukan kepentingan organisasi, serta
mampu menjaga keseimbangan Emotional Quotion (EQ), Intelectual
Quotion (IQ), dan Spiritual Quotion (SQ).
3) Etika
Penjelasan: Nilai yang dijunjung tinggi dalam pergaulan dengan
klien, antar sesama anggota tim kesehatan, antara petugas dengan
pimpinan unit kerja maupun etika dalam menjalankan profesi kesehatan
dengan klien berprinsip senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.

133
Nilai Dasar RSUD Kabupaten Sidoarjo berdasarkan empat
perspektif Balanced scorecard adalah:
Tabel 3.1 Nilai dasar RSUD Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan Empat Perspektif

Balanced Scorcard

P
E
R
T
U
M
B
U
H
A
N
NI PROS
LA D
KEU
CUSTO BISNI A
NO ANG
DA N
AN
SA INTE
R RNAL P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
1. Prof Kem Penuruna
esio ampu n jumlah
nali komplain
sme dala

meng
atur
pend
apatn
fungs
ional
ruma

sakit

134
untuk
kegia

opera
sioan

pelay
anan
ruma

sakit
2. Inte Trans Penuruna Disipli P
grit paran n inform e
as consent pegaw n
tarif g
pelay tercapa a
anan i 90%, d
ruma Komit a
a
sakit pegaw n

dalam a
bekerja c
tercapa a
i 85% r
a

p
e
m
o
t
i
v
a
s
i
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

135
a
r
y
a
w
a
n

(
m
e
n
d
a
t
a
n
g
k
a
n

m
o
t
i
v
a
t
o
r
I
E
S
Q
)
p
e
r
t
a
h
u
n
P
e
m
b
e
r

136
i
a
n

r
e
w
a
r
d
,
P
e
m
b
i
n
a
a
n

k
e
r
o
h
a
n
i
a
n
3. Etik Penat Penuruna Penera P
aan n inform pan 3 e
tarif consent m
sesua (Senyu b
i
deng Sapa, n
Salam) a
pelay a
anan n
dan
kondi k
e
masy r
araka o
h
a
n
i
a

137
n
,
D
i
k
l
a
t
E
S
Q

3.1.5 Tujuan
Tujuan Umum:
Memberikan pelayanan yang berkualitas, dan menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian yang bermutu sesuai dengan standar akreditasi
internasional sehingga tercapainya tata kelola rumah sakit yang profesional,
integritas, dan beretika.
Tujuan Khusus:
1) Terwujudnya pelayanaan yang berkualitas dan terakreditasi dengan
mengutamakan keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan;
2) Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan yang
bermutu dan beretika untuk menunjang pelayanan;
3) Terwujudnya tata kelola rumah sakit yang profesional, integritas, dan
beretika;
3.2 M1-M5

3.2.1 Pengumpulan Data Tenaga dan pasien (M1/MAN)

Pengumpulan data dilakukan tanggal 21 – 24 Januari 2020, Analisa ketenagaan dan

pasien (Man) di lihat dari latar belakang tingkat pendidikan, tenaga medis, pelatihan

tenaga keperawatan, status kepegawaian, tenaga medis, tenaga mahasiswa, data sepuluh

besar penyakit, tingkat ketergantungan pasien dan alur masuk pasien. Data yang didapat

dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah,

kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.

138
139
A. Bagan Struktur Organisasi RSUD Sidoarjo
Bagan 3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo Dalam Rangka Melaksanakan Peraturan Bupati
Sidoarjo Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja RSUD Kabupaten Sidoarjo

Direktur

Satuan Pengawas Internal Komite

Wakil Direktur Umum dan Keuangan Wakil Direktur Perencanaan dan Pendidikan
Wakil Direktur Pelayanan

Bidang Pelayanan Keperawatan


Bidang Pelayanan Medis Bidang Penunjang Medis dan Non Medis Bagian Umum Bagian Keuangan Bagian Perencanaan dan Pemasaran Bagian SDM dan Pendidikan Penelitian

Seksi Pelayanan Medis RI Seksi Penunjang Medis Seksi Pelayanan Keperawatan RI


Sub Bagian TU & RT Sub Bagian Anggaran & Belanja Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Administrasi SDM

Sub Bagian Perlengkapan Sub Bagian Pendapatan Sub Bagian Evaluasi & Pelaporan Sub Bagian Pengembangan SDM
Seksi Pelayanan Medis RJ dan Khusus Seksi Penunjang Non Medis Seksi Pelayanan Keperawatan RJ dan Khusus

Sub Bagian Hukum & Humas Sub Bagian Akuntansi & Verifikasi Sub Bagian Pemasaran Sub Bagian Pendidikan & Penelitian

Instalasi Instalasi Instalasi


140
B. Struktur Organisasi Instalasi Mawar Merah Putih

DIREKTUR RSUD

SIDOARJO

WAKIL DIREKTUR
PELAYANAN

dr. Syamsu Rahmadi Sp.S

Kepala Instalasi MMP:


dr. Liana S, Sp. KJ

Kepala Perawat Instalasi


MMP:
Sri Yuliati, S.Kep. Ns

SIE. MUTU: SIE. DIKLAT: ADMINISTRASI: LOGISTIK:


Yeti Setyarini Nanik Galih
S.Kep.Ns; Mailina Retnoningsih, Skm; Nita Priantina,
Hidayah,S.Kep.Ns
Idvia, S.Kep.Ns Dian Hartawan; Amd. Kep
Putri Lukitasari;
Peni Sari, Se;

Bagan 3.3 Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap Mawar Merah Putih Tahun 2020

141
3.2.2 M2 (MATERIAL)

3.2.3 M3 (METHOD)

3.2.4 M4 (MONEY)

3.2.5 M5 (MARKET)

142

Anda mungkin juga menyukai