Anda di halaman 1dari 163

LAPORAN MANAJEMEN

KEPERAWATAN ANALISIS SWOT DI RUANG

MELATI RSU ANWAR MEDIKA

Pembimbing Ruangan : Fuji Agustiningsih, S.Kep., Ns

Pembimbing Akademik : Windu Santoso, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3 & 4

1. SUTRIYO HANDOKO (202173061) 5. NOVIA WIDYAWATI (202273032)


2. PUTRI NURMALITASARI (202273013) 6. MELINDA AGUSTINA (202273025)
3. NI LUH TANTRI M (202273007) 7. SIAM WULANDARI (202273039)
4. NOVIA PUSPA ANDINI (202273017) 8. ADELIA INTAN P S (202273034)

PROGRAM STUDI S1 ILMU

KEPERAWATAN UNIVERSITAS

BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik Manajemen Keperawatan Mahasiswa Universitas Bina Sehat


PPNI Kabupaten Mojokerto Periode 13 Februari 2023 - ini telah diperiksa dan
disahkan pada :
Hari/ tanggal :
Pukul :
Tempat : Ruang Melati RSU Anwar Medika Sidoarjo

Sidoarjo, ..... Februari 2023


Ketua Kelompok

Novia Widyawati
NIM. 202273032

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Windu Santoso, M.Kep Ns. Ika Firna One Septiniko,S.Kep


NIK/NIP NIK/NIP

Kepala Ruangan

Fuji Agustiningsih, S.Kep., Ns


NIK/NIP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan
kepada kita sehingga kita bisa menyelesaikan tugas praktik Manajemen Keperawatan yang
berjudul “Laporan Analisa SWOT di Ruang Melati RSU Anwar Medika Sidoarjo”. Kami
ucapkan Terima Kasih yang sebanyak-banyak kepada :
1. Kepala Ruangan Rawat Inap Melati RSU Anwar Medika, Ibu Fuji Agustiningsih,
S.Kep.,Ns
2. Pembimbing Ruangan Rawat Inap Melati RSU Anwar Medika, Ns. Inka Firna One
Septiniko, S.Kep
3. Dosen Pembimbing Akademik dari STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto, Bapak Windu
Santoso, M. Kep.
4. Perawat Pelaksana beserta staff karyawan RSU Anwar Medika Sidoarjo.
5. Dan rekan-rekan Mahasiswa Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto, yang telah ikut serta
dan berpartisipasi dalam penyelesaian Laporan.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari sempurna. Sehingga saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan terutama bagi
pembaca, penulis, dan mahasiswa Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Sidoarjo, Februari 2023


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui


staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen
mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Penerapan manajemen
keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi
masing-masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya, 2004).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang
harus dikuasai adalah konsep tentang pengolahan perubahan, konsep manajemen
keperawatan, perencanaan yang berupa rencana strategis melalui pendekatan: pengumpulan
data, analisa SWOT, dan menyusun langkah-langkah perencanaan, penatalaksanaan secara
operasional, khususnya dalam pelaksanaan model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)
dan melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam,2002).
Di Indonesia saat ini, masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai
profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang, yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat Indonesia (Nursalam,2002). Menurut World Health Organization,
Pengertian Rumah Sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang
mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik
kuratif maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan rumah.
Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga. Rumah sakit merupakan industri
pada modal dan padat karya (padat sumber daya) serta padat teknologi. Sumber daya
manusia merupakan komponen utama proses pelayanan dalam rumah sakit. Jenis produk
atau jasa rumah sakit dapat berupa private goods (pelayanan dokter, keperawatan farmasi,
gizi), public goods (layanan parkir, front office, cleaning service, housekeeping laundry) dan
externality (imunisasi).
Rumah Sakit pada umumnya mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit perlu memiliki persiapan perencanaan, agar dapat
memilih dan menetapkan strategi dan sasaran sehingga tersusun program- program dan
proyek-proyek yang efektif dan efisien. Salah satu analisis yang cukup populer di kalangan
pelaku organisasi adalah Analisis SWOT.
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) telah menjadi
salah satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam
pengenalan program-program baru di Lembaga pendidikan. Proses penggunaan manajemen
analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang strengths (kekuatan) dan
weaknesses (kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities (ancaman) dan
threats (peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah
sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga
pendidikan.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik Manajemen Keperawatan, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan melakukan pengkajian dan analisis SWOT serta penyusunan strategi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik manajemen keperawatan mahasiswa mampu:
a. Menelaah falsafah, visi dan misi institusi tempat praktik
b. Melakukan kajian situasi di unit layanan yang meliputi:
1) Man (MI)
2) Material (M2)
3) Method (M3)
4) Money (M4)
5) Market (M5)
c. Melakukan telaah terhadap aktivitas unit (manajemen asuhan) dan sarana prasarana
penunjang (manajemen unit).
d. Melakukan Analisis SWOT dan/melakukan identifikasi permasalah pengelolaan unit
pelayanan keperawatan sesuai hasil telaah/kajian yang dilakukan.
e. Menyusun rencana strategi dan operasional pada unit layanan keperawatan
berdasarkan kajian bersama-sama dengan penanggung jawab unit.
f. Mengkomunikasikan hasil kajian situasi kepada pihak terkait.
g. Menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan laporan ini adalah agar mampu memahami
masalah manajemen secara jelas dan spesifik mempermudah penentuan prioritas,
mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen didefinisikan secara singkat adalah proses untuk melaksanakan


pekerjaan melalui upaya orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan didefinisikan
secara singkat sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat (Suyanto, 2009).

2.1.2 Proses Manajemen Keperawatan


1. Pengkajian-Pengumpulan Data
Pada tahap ini seorang manajer di tuntut tidak hanya mengumpulkan informasi
tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (Rumah sakit,
Puskesmas dan lain-lain), tenaga keperawatan administrasi dan bagian keuangan
yang akan memepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan
2. Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai tujuan organisasi yang ditentukan. Perencanaan disini di maksudkan
untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang di butuhkan, membuat pola struktur organisasi yanag
dapat mengoptimalakan efektifitas staf serta menegakan kebijaksanaa, dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah di tetapkan
3. Pelaksanaan
Pada tahap implementasi dalam proses manajemen keperawatan terdiri atas
bagaimana manager memimpin orang lain untuk menjalanka tindakan yang telah di
rencanakan.
4. Evaluasi
Tahap akhir proses managerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah di
lakasanakan. Tujuan dari evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf
mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah di
tetapkan serta mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan (Nursalam, 2007)
2.1.3 Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan
1. Berlandaskan perencanaan
2. Pengunaan waktu yang efektif
3. Melibatkan pengambilan keputusan
4. Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien, kepuasan pasien sebagai tujuan
5. Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan
2.1.4 Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen terdiri atas:

1. Perencanaan
Perencanaan adalah fungsi manajemen terpenting dalam manajemen, oleh sebab itu
perencanaan menentukan fungsi manajemen lainnya. Fungsi perencanaan
merupakan landasan dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
a. Langkah Perencanaan
Sebagai suatu proses, perencanaan mempunyai beberapa langkah penting. Ada
lima langkah penting yang perlu dilakukan pada setiap menjalankan fungsi
perencanaan.
1) Analisa situasi. Langkah ini bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
Pada langkah ini anggota kelompok perencana perlu memanfaatkan seefektif
mungkin ilmu epidemiologi, antropologi, demografi, ilmu ekonomi dan
statistik sederhana.
2) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah. Terbatasnya
sumber daya dan kemampuan organisasi, serta kompleksnya permasalahan
yang dihadapi, mengharuskan para manajer untuk menetapkan prioritas yang
perlu dipecahkan.
3) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
Perumusan tujuan ini dapat dilakukan apabila rumusan masalah pada langkah
2 sudah dilakukan dengan baik.
4) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program. Kajian terhadap hambatan ditujukan yang bersumber di dalam
organisasi dan yang bersumber dari lingkungan masyarakat dan sector lain.
5) Menyusun rencana kerja operasional (RKO).
b. Manfaat Sebuah Perencanaan
Melalui perencaan program akan dapat diketahui:
1) Tujuan dan cara mencapainya
2) Jenis/ stuktur organisasi yang dibutuhkan
3) Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya
4) Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan
5) Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan
c. Keuntungan dengan tersusunnya perencanaan yang baik
1) Perencanaan menyebabkan berbagai macam aktifitas organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu dapat dilakukan secara teratur.
2) Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
3) Perencanaan dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
4) Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya,
terutana fungsi pengawasan

d. Kerugiannya adalah:
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta
tentang masa yang akan datang.
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas– tugas dan wewenang seorang,
dan pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan.
a. Manfaat pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui:
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2) Pendelegasian wewenang
3) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik
b. Langkah-langkah pengorganisasian
Ada enam langkah atau aspek penting dalam fungsi perorganisasian:
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang di dalam
fungsi perencanaan
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan. Dan di sini akan ada pembagian tugas.
3) Menggolongkan kegiatan pokok dalam satuan kegiatan yang praktis (elemen
kegiatan). Pengaturan ruang kerja adalah salah satu contohnya.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan. Pengaturan ruang kerja adalah salah
satu contohnya.
5) Mendelegasikan wewenang.
c. Wewenang dalam organisasi
Wewewang adalah kekuasaan atau hak untuk mememrintah atau menerima orang
lain berbuat sesuatu. Wewewnang seseorang dalam sebuah organisasidibatasi
melalui uraian tugasnya sesuai dengan fungsi kedudukan staf di dalam sebuah
organisasi.
1) Wewenang Lini (linie authority)
Wewenang yang mengalir secara vertical yaitu pelimpahan wewenang dari
atas ke bawah dan organisasi yang menggunakan wewenang lini tersebut
disebut organisasi ini.
2) Wewenang Staf (staf authority)
Wewenang yang mengalir kesamping yaitu wewenang yang diberikan kepada
staf untuk membantu melancarkan tugas staf yang memiliki wewenang lini.
Wewenang staf diberikan karena spesialisasi tugas-tugas manajerial
berdasarkan fungsi staf seperti: staf pengawasan, staf pribadi, staf pelayanan,
staf penasehat. Organisasi staf adalah organisasi yang menggunakan
wewenang staf.
3) Wewenang staf dan lini
Perpaduan antara wewenang lini dan staf merupakan bentuk struktur
organisasi yang paling umum dianut saat ini. Bentuk pelimpahan wewenang
dijajaran organisasi kesehatan dan kerja samanya dengan departemen dalam
negeri akan dikenalkan jenis pola kerja sama yaitu:
a. Sentralisasi
b. Dekonsentrasi
c. Perbantuan (Medebewyn)
d. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi adalah upaya pihak manajer untuk
mengembangkan stafnya (pengembangan daya dan sumber daya atau staf)
dengan harapan untuk lebih meningkatkan kapasitas organisasi dapat
dilakukan melalui mengefektifkan gaya kepemimpinan manajer, hubungan
yang harmonis antara pimpinan dengan stafnya meningkatkan kepuasan
kerja staf dan semangat kelompok, kejelasan penyusunan tujuan dan
perbaikan system perencanaan dan pelaporan.
3. Penggerakan dan pelaksanaan (Aktuasi)
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang telah
dituangkan dalam fungsi perencanaan. Oleh karena itu, fungsi manajemen ini lebih
menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya (manusia dan yang bukan) untuk mencapai tujuan disepakati. Tujuan
fungsi aktuasi
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
kerja staf
5) Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
4. Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal)
a. Prinsip pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian (controling) merupakan fungsi yang
terakhir dan proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga
fungsi manajemen lainnya terutama dengan fungsi perencanaan. Tugas seorang
manajer dalam usahanya menjalankan dan mengembangan fungsi pengawasan
manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan mudah diukur.
Misalnya: menepati jam kerja, tugas–tugas yang diberikan selalu dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan, atau pengawasan lemah,
berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi.
3) Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf.
Bila ini dapat dilaksanakan, staf akan dapat lebih meningkatkan rasa
tanggung jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga
penerapan standar pengawasan akan dapat dilakukan secara lebih objektif.
b. Manfaat pengawasan
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi memperoleh manfaat sebagai berikut:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan nmenggunakan sumber
daya yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan
pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efisien program.
2) Dapat diketahui adanaya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas–tugasnya. Bila hal ini diketahui, pimpinan
organisasi akan dapat memberikan latihan memang dibutuhkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebaba - sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.
c. Proses pengawasan
Ada tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan manajerial:
1) Mengukur hasil/ presentasi yang telah dilakukan
2) Membandingkan hasil yang dicapai denagn tolak ukur atau standar yang
telah ditetapakan sebalumnya, yang dipakai sebagai tolak ukur adalah
rencana kerja operasional, tugas dan wewenang staf, mekanisme kerja
sama, peraturan, pelaksanaan dan target program yang dicapai.
3) Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor
penyebab terjadinya. Bila diperkirakan terjadinya penyimpangan. Bila
diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu berusaha lebih dahulu
untuk mencari faktor- faktor peyebabnya, kemudian menetapkan langah-
langkah untuk mengatasinya.
d. Objek pengawasan
Ada lima jenis objek pengawsan
1) Objek tentang kuantitas dan kualitas barang atau jasa ini merupakan objek
pengawasan yang bersifat fisik
2) Keuangan
3) Pelaksanaan program di lapangan sesuai dengan RKO (rencana kerja
operasional) yang dibuat oleh masing–masing staf.
4) Hal-hal yang sifatnya strategis
5) Pelaksanaan kerja sama dengan pihak kecamatan, peraturan daerah (perda)
tentang penggunaan anggaran dan sebagainya.
e. Cara mendapatkan data untuk melakukan pengawasan
1) Pengamatan langsung
Supervisi oleh pimpinan ke lapangan untuk mengamati kegiatan staf dan
membandingkannya dengan standar adalah cara pengawasan langsung.
Data atau informasi tentang pelaksanaan suatu program yang diperoleh
melalui cara seperti ini mempunyai kualitas yang terbaik (akurat), tetapi
memerlukan motivasi yang baik juga dan pemimpin untuk turun ke
lapangan (dilakukan denagn obyektif).
2) Laporan lisan
Pimpinan juga dapat memperoleh data langsung tentang pelaksananaan
dengan mendengarkan laporan lisan staf. Dengan cara ini pimpinan hanya
memperoleh informasi terbatas tentang kemajuan program
3) Laporan tertulis
Staf penanggung jawab program diminta membuat laporan singkat tentang
hasil kegiatannya. Informasinya hanya terbatas pada hal-hal yang dianggap
penting oleh staf.
2.2 Konsep Analisis SWOT
2.2.1 Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu alat ynag paling murah dan mudah
dilakukan oleh organisasi untuk mengetahui posisi organisasi. Analisis SWOT juga
dapat dilakukan untuk diindentifikasi individu agar mampu membuat rencana strategi
yang baik sehingga tujuan hidup dapat tercapai. (Basuki, 2018)
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor untuk merumuskan strategi
perusahaan/organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengs) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Keputusan strategis perusahaan/organisasi perlu pertimbangan factor internal yang
mencakup kekuatan dan kelemahan maupun factor eksternal yang mencakup peluang
dan ancaman. Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan-pertimbangan penting
untuk analisis SWOT. (Basuki, 2018)
Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang
melakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa
perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih
ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard
Policy Model yang dikembangkan di Harvard Business School. Namun, pada saat
pertama kali digunakan terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang
dibuat masih bersifat deskriptif serta belum bahkan tidak menghubungkan dengan
strategi-strategi yang mungkin bisa dikembangkan dari analisis kekuatan-kelemahan
yang telah dilakukan.
Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa
jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda
keempat bagian tersebut. Hal ini wajar terjadi, karena analisis SWOT adalah sebuah
analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi
“ajaib” dalam sebuah permasalahan.
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan
setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan
masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT
dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor
internal maupun eksternal. Dalam melakukan analisis terhadap fungsi-fungsi dan
factor-faktornya, maka berlaku ketentuan berikut: untuk tingkat kesiapan yang
memadai, artinya, minimal memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk
mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi
faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya, tidak
memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor
internal atau ancaman bagi faktor eksternal.
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah
selanjutnya adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni
tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang
siap dan mengoptimalkan fungsi yang telah dinyatakan siap. Oleh karena kondisi dan
potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya, maka alternatif langkah-
langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda, disesuaikan dengan kesiapan
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah tersebut. Dengan kata lain,
sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah pemecahan yang berbeda
dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang sama.
2.2.2 Faktor-faktor Analisis SWOT
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh perusahaan
tersebut seperti halnya keunggulan dalam produk yang dapat diandalkan, memiliki
ketrampilan dan berbeda dengan produk lain, sehingga dapat membuat lebih kuat
dari para pesaingnya.
Sebagai contoh dari bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber
keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyarakat, loyalitas
pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan
keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain yaitu sumber
daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan dari
kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan yang sangat tinggi,
didukung dengan sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai. Hal lain dari
faktor keunggulan lembaga pendidikan adalah kebutuhan masyarakat terhadap
yang bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari
proses pendidikan lembaga pendidikan yang agamis.
2. Weakness (kelemahan)
Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya
yang ada pada perusahaan/organisasi baik itu ketrampilan atau kemampuan yang
menjadi penghalang bagi kinerja organisasi. Keterbatasan atau kekurangan dalam
sumber daya, ketrampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja
efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen,
ketrampilan pemasaran, dan citra merk dapat merupakan sumber kelemahan.
Oleh karena itu, ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera
dibenahi oleh para pengelola pendidikan, antara lain yaitu:
a. Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
b. Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja
c. Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap
peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang
ini.
d. Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing dengan
output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3. Opportunities (peluang)
Peluang adalah suatu situasi yang menguntungkan bagi suatu perusahaan,
serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu sumber peluang.
Situasi lingkungan tersebut misalnya:
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik.
b. Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian.
c. Perubahan dalam keadaan persaingan.
d. Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
4. Threats (ancaman)
Ancaman merupakan penganggu utama bagi posisi perusahaan, masuknya
pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-
menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan
baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
2.2.3 Kegunaan Analisis SWOT
Secara umum, analisis SWOT dipakai untuk:
1. Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2. Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga
3. Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan
4. Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita
5. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain
6. Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
dihadapkan dengan para pesaingnya.
2.2.4 Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam
Analisis SWOT
Sebuah lembaga pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan ketika kekuatan lembaga pendidikan melebihi kelemahan yang dimiliki.
Oleh karena itu lembaga pendidikan harus mampu memperdayakan potensi yag
dimiliki secara maksimal, mengurangi resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya
tujuan lembaga pendidikan yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab
lingkungan manajemen lembaga pendidikan. Jika analisis SWOT dilakukan dengan
tepat, maka upaya untuk memilih dan menentukan strategi yang efektif akan
membuahkan hasil yang diinginkan.
Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan
matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah
dapat dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang),
strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi
ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi
kelemahan dan menghindari ancaman).
Menurut Afhie, 2012 dalam hubungan antara Strength, Weaknesss,
Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT dapat digambarkan melalui bagan
berikut ini

HUBUNGAN S (STRATEGI) W (WEAKNESS)

O (PELUANG) Sebuah lembaga pendidikan Peluang digunakan untuk


harus dapat menggunakan menekan berbagai macam
kekuatan untuk kelemahan-kelamahan yang
memanfaatkan peluang dan ada atau dengan kata lain
sebaliknya memanfaatkan menghilangkan kelemahan
peluang dan menjadikannya dengan memanfaatkan
sebagai sebuah kekuatan peluang
(Strength)

T (ANCAMAN) Menggunakan kekuatan Suatu lembaga pendidikan,


untuk menghindari sebelum datangnya sebuah
ancaman. ancaman lembaga
pendidikan tersebut harus
bisa menutupi kelemahan-
kelemahan yang ada pada
dirinya dengan kekuatan dan
peluang.

Sedangkan menurut Said, 2013 menggambarkan hubungan antara Strength, Weaknesses,


Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut

1. Kekuatan dan Kelemahan.


Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan untuk
menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan (strenghth) atau distinctive competence
hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut
terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada institusi lain juga terdapat kekuatan yang
memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan
relatif suatu institusi tersebut dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa untuk
dikembangkan karena ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari
lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama
dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki
terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.
2. Peluang dan Ancaman.
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis internal yang
dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisis internal dari competitor
lain. Sebagaimana kekuatan, peluang juga harus diranking berdasarkan success probbility,
sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi. Peluang dapat
dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya juga
kecil.
b. Moderate, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang pencapaian
kecil atau sebaliknya.
c. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya besar.

Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend perkembangan
(persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan
pengaruhnya (seriousness) dan kemungkinan terjadinya (probability of occurance). Sehingga
ancaman tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Ancaman utama (Major Threats) adalah ancaman yang kemungkinan terjadinya tinggi dan
dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa planning yang harus
dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
b. Ancaman tidak utama (Minor Threats) adalah ancaman yang dampaknya kecil dan
kemungkinan terjadinya kecil
c. Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi
namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan beberapa kategori situasi institusi dilihat dari
keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu sebagai berikut:

a. Suatu institusi dikatakan unggul jika memiliki major opportunity yang besar dan major
threats yang kecil.
b. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats pada saat
yang sama.
c. Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan low threat.
d. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan high threats. Tidak
ada satu cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling utama adalah
membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-sama sehingga akan terlihat
keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan tersebut.

2.3 Lima Unsur Dalam Metode Keperawatan


2.3.1 Definisi M1 (MAN)
Sumber daya manusia atau biasa di singkat menjadi SDM potensi yang
terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk social
yang adaptif dan transformative yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh
potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam
tatana yang seimbang dan berkelanjutan.
Menurut Dessler (1997) dalam Suroso Santoso (2003) fungsi dasar yang
dijalankan oleh manajemen pada hakikatnya merupakan dasar dari manjemen sumber
daya manusia. Fungsi dari manajemen tersebut adalah:
1. Planning (P) atau perencanaan, yaitu menetapkan apa yang harus dilakukan.
2. Organizing (O) atau pengorganisasian, yaitu penugasan kelompok kerja serta
penstafan atau penyusutan personalia.
3. Actuating (A) atau pengarahan yang terjadi atas kepemimpinan, motivasi dan
manajemen konflik.
4. Controlling (C) atau pengendalian.

Mc Leod (1995) dalam Suroso Santoso (2003) memandang manajemen dari


sudut manajemen sistem informasi dan mengelompokkan komponen manajemen
sumber daya manusia sebagai berikut:

1. Perekrutan (Recruiting)
2. Penerimaan (Hiring)
3. Pendidikan dan pelatihan (Education and Training)
4. Pemutusan Hubungan Kerja (Firing)
5. Administrasi Tunjangan (Employee benefits administration)
6. Manajemen informasi sumber daya manusia (Human Resource Information
Management).

Tujuan sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik dengan alasan
sebagai berikut:

1. Membantu organisasi mencapai tujuan.


2. Memperkerjakan karyawan berketrampilan dan berkemampuan secara efisien.
3. Menyediakan karyawan yang terlatih baik dan memiliki motivasi tinggi.
4. Meningatkan kepuasan kerja dan aktualisasi dari karyawan.
5. Mengembangkan dan memelihara kualitas kehidupan pekerja.

Manajemen sumber daya manusia, di singkat MSDM, adalah suatu ilmu atau
cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang di
miliki oleh individu secara efesien dan efektif serta dapat di gunakan secara
maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan
masyarakat menjadi maksimal. Tujuan-tujuan MSDM terdiri dari 4 tujuan yaitu:

1. Tujuan organisasional
Walaupun secara formal suatu departemen sumber daya manusia di ciptakan untuk
dapat membantu para menager, namun demikian para manager tetap bertanggung
jawab tehadap kinerja karyawan
2. Tujuan fungsional
Sumber daya manusia menjadi tidak berharga jika manajemen sumber daya
manusia memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan organisasi.
3. Tujuan Sosial
Ditunjukan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap kebutuhan-kebutuhan
dan tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan meminimalisasi dampak
negativ terhadap organisasi.
4. Tujuan Personal
Tujuan personal harus di pertimbangkan jika para karyawan harus di pertahankan,
di pensiunkan atau di motivasi. Jika tujuan personal tidak di pertimbangkan,
kinerja dan kepuasaan karyawan dapat menurun dan karyawan dapat
meningggalkan organisasi. Pelatihan, pengembangan prestasi.
5. Pengembangan dan evaluasi karyawan (Development and Evaluation).
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu diperlukan suatu
pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di
bidangnya masing–masing serta meningklatkan kinerja yang ada. Dengan begitu
proses perkembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari
karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
6. Memberikan kompensasi dan protecsi pada pegawai (Compensation and
Protection).
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari
organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan dsesuaikan
dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal.
Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan
masalah ketenagaan kerjaan dikemudian hari ataupun dapat menimbulkan
kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan kepada
pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenag sehingga kinerja dan
konstribusi pekerja tersebut dapat mkasimal dari waktu kewaktu. Kompensasi atau
imbalan yang diberikan bermacam-macam jenisnya yang telah diterangkan pada
artikel lain pada situasi organisasi.
2.3.2 Definisi M2 (MATERIAL)
I. Definisi
Material, merupakan satu dari lima metode manajemen keperawatan yang
memiliki karakteristik antara lain:
1. (Umumnya) Kebutuhannya tidak pasti
2. Sangat menentukan kelancaran proses pelayanan
3. Keberadaan dan ketidakberadaan/ kekurangannya menimbulkan biaya
4. (Umumnya) memiliki prosentase tertinggi dalam neraca, Material terdiri dari
bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya
juga harus dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak
akan tercapai hasil yang dikehendaki.
II. Tujuan, Manfaat dan Sarana
1. Memahami konsep manajemen material secara mendalam dan terintegrasi
serta perannya dalam kehidupan pelayanan.
2. Menyusun rencana kebutuhan dan rencana kegiatan pengadaan material secara
fisik maupun financial.
3. Menyajikan informasi material untuk dipakai sebagai referensi penagmbilan
keputusan
4. Mengelola pergudangan dan distribusi barang
5. Melakukan evaluasi terhadap system manajemen material sehingga bisa
diketahui inti masalah yang dihadapi dan cara pemecahannya. Tujuan
manajemen persediaan (material) adalah untuk menyediakan jumlah material
yang tepat, waktu yang tepat dan biaya rendah. Untuk itu sangat dubutuhkan
pengaturan material atau bahan baku agar biaya produksi dapat lebih optimal

Pengertian material mempunyai pengertian sebagai suatu pengaturan yang


mencakup hal-hal yang berhubungan denga system persediaan yang sekaligus
system informasinya, agar dicapai system pengadaan material yangtepat waktu,
tepat jumlah, tepat bahan dan tepat harga. System penaaturan inikemudian dikenal
perencanaan kebutuhan barang bakuatau dalam istilah asing dikenal sebagai MRP
(Material Requirement Planning), (Yamit, 1996).

Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku adalah sebagai berikut


(Yamit, 1996):

a) Menjamin tersedianyan material, item, atau komponen pada saat dibutuhkan untuk
memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin kesedianya produk jadi bagi
konsumen.
b) Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum
c) Merencanakan aktvitas pengiriman, dan aktivitas pembelian Perencanaan
kebutuhan material atau yang sering dikenal dengan Material Requirement
Planning (MRP) adalah suatu system informasi yang terkomputerisasi untuk
mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi.
System ini bertujuan untuk mengurangi tingkat produktivitas. Terdapat dua hal
penting dalam MRP yaitu lead time dan berapa banyaknya jumlah material yang
sebaiknya dipesan (Johnny, et.al.). (Jensen, 2004) MRP adalah prosedur
penjadwalan untuk proses produksi yang terdiri dari beberapa level. Informasi
yang diberikan menggambarkan kebuthan produksi barang jadi dalam system,
struktur system produksi, inventory dan prosedur lot sizing untuk masing-masing
operasi. MRP menentukan jadwal operasi dan pembelian bahan baku.

Teknik lot sizing merupakan tehnik untuk meminmalkan jumlah barang


yang akan dipesan dan meminimalkan biaya persediaan. Objek dari manajemen
persediaan adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum yang
sesuai dengan permintaan pasar dan kapasitas perusahaan.

Oleh karena itu perusahaan harus bisa mendefinisikan apa yang harus
dipesan, kapan harus memesan dan berapa banyak yang harus dipesan. Hal ini
bukanlah persoalan yang mudah. Maka dari itu manajemem harus bisa membuat
keputusan untuk memesan seekonomis mungkin barang yang dibutuhkan.

III. Standart sarana dan prasarana menurut Depkes RI


Alat keperawatan di ruang rawat inap dengan kapasitas 30 orang pasien per
ruangan menurut depkes:
a. Alat-alat tenun

No Nama barang Ratio/ Alat


1 Gurita 1 : 1 1/3
2 Gordyn 1:2
3 Kimono/baju pasien 1:5
4 Sprei besar 1:5
5 Manset dewasa 1:¼
6 Manset anak 1 : 1//3
7 Mitela/topi 1 : 1/3
8 Penutup sprei 1:5
9 Piyama 1:5
10 Selimut wool 1:1
11 Selimut biasa 1:5
12 Selimut anak 1 : 6-8
13 Sprei kecil 1:6-8
14 Sarung bantal 1:6
15 Sarung guling 1:3
16 Sarung kasur 1:1
17 Sarung buli-buli panas 1:¼
18 Sarung eskap 1:¼
19 Sarung windring 1 : 1/10
20 Sarung O2 1 : 1/3
21 Taplak meja pasien 1:3
22 Taplak meja teras 1:3
23 Vitrase 1:2
24 Tutup alat 1:2
25 Steek laken 1 : 6-8
26 Handuk 1:3
27 Waslap 1:5

b. Alat – alat medis

No Nama barang Ratio/ alat


1 Tensimeter 2/ ruangan
2 Stetoskop 2/ ruangan
3 Timbangan berat badan/tinggi badan 1/ ruangan
4 Irrigator set 2/ ruangan
5 Sterilisatior 1/ ruangan
6 Tabung O2 + flowcymeter 2/ ruangan
7 Gunting verband 2/ ruangan
8 Korentang 2/ ruangan
9 Bak instrument 2/ ruangan
10 Blas spuit 2/ ruangan
11 Gliserin spuit 2/ ruangan
12 Bengkok 2/ ruangan
13 Nasal kateter 2/ ruangan
14 Masker O2 2/ ruangan
15 Pispot 1:½
16 Urinal 1:½
17 Thermometer 5/ ruangan
18 Standar infuse 1:1
19 Set ganti balutan 5/ ruangan
20 Set angkat jahitan 1:½
21 Eskap 1:¼
22 Suction 2/ ruangan

c. Alat Rumah Tangga

No Nama barang Ratio/ alat


1 Kursi roda 2-3/ruangan
2 Komot 1/ ruangan
3 Lemari obat emergency 1/ ruangan
4 Meja pasien 1:1
5 Over bed table 1:1
6 Standard infuse 2-3/ ruangan
7 Standart Waskom double 4-6/ ruangan
8 Waskom mandi 8-12/ ruangan
9 Lampu sorot 1/ ruangan
10 Lampu senter 1-2/ ruangan
11 Lampu kunci duplikat 1/ ruangan
12 Nampan 2-3/ ruangan
13 Tempat tidur fungsional 1:1
14 Tempat tidur biasa 1:½
15 Troly obat 1/ ruangan
16 Troly balut 1/ ruangan
18 Troly suntik 1/ ruangan
19 Timbangan BB/TB 1/ ruangan
21 Dorongan O2 1/ ruangan
28 Wastafel 1:1
29 Baki 5/ ruangan
30 Tempat sampah pasien 1 :1
31 Tempat sampah besar tertutup 4/ ruangan

2.3.3 Konsep M3 Methode


I. Konsep Model Modular
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer.
Metode ini sama dengan model keperawatan Tim karena baik perawat profesional
maupun non professional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan
dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping itu, dikatakan
memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang
perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam
perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care. Sekalipun
didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini
dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab yang paling besar
tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban
untuk membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat profesional
sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung
jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai
ketua tim. Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota untuk
bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator. 23
perawat bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien 9-10 pasien,
Keperawatan primer digunakan murni pendidikan SDM tidak sama.
II. Model Praktik Keperawatan Profesional
1. Model Praktik Keperawatan Profesional
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut menurut (Hoffart & Woods, 1996). Oleh karena itu direncanakan
terdapat beberapa jenis MPKP, yaitu:
a) Model praktek keperawatan profesional III melalui pengembangan MPKP
III dapat diberikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada
ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan dokter dalam
keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasilhasil
riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b) Model praktek keperawatan profesional II pada model ini, akan mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang
spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk
memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat
primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawat spesialis direncanakan 1 orang untuk 10 perawat primer
(1:10).
c) Model praktek keperawatan profesional 1 model praktek keperawatan
profesional pemula MPKP. Pada model ini mampu diberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan
penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawtan. Model ini
merupakan model yang akan dikembangkan secara bertahap
(Developmental model) dan telah diuji coba di RSUPN Cipto
mangunkusumo dan RSUP persahabatan.
d) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP) Ada 5 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai
meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi
metode –primer.
e) Metode fungsional (Bukan MPKP)
Metode Fungsional merupakan menejemen klasik yang menekan
efisiensi, pembagian tugas yang yang jelas, dan pengawasan yang baik.
Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manjerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jam jenis intervensi (misalnya
merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien
maupun perawat dan persepsi maupun perawat dan persepsi perawat
cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
f) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan
keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada antaranggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok
dalam metode tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
g) Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media
untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan
asuhan keperawatan, mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu
menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
h) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar
metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada
otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga. Metode primer
membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen,
bersifat kontuinitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai
tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara
perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang
kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu,
asauhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
Adapun tugas dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat
Associate menurut MPKP Pemula adalah sebagai berikut ini:
a. Kepala Ruang Rawat
Ada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah
perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman
dan pada MPKP tingkat satu adalah perawat dengan kemampuan SKP
atau Ners yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai
jam kerja yaitu dinas pagi.
1) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
2) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketramoilan ruangan
3) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
diruangan
b. Perawat Primer/Ketua Tim
Perawat primer (PP) pemula adalah perawat lulusan D3 Keperawatan
dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP minimal 1
tahun. PP dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari. Namun
sebaiknya PP hanya bertugas pagi atau sore saja karena pada malam
hari, PP akan libur beberapa hari sehingga sulit untuk menilai
perkembangan pasien. Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada
awal masuk ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik.
Hubungan ini dibina secara terus-menerus. Pada saat melakukan
pengkajian atau tindakan pada pasien/keluarga.
c. Perawat Acocciate/Perawat Pelaksana
PA pada MPK pemula atau MPKP tingkat satu, sebaiknya adalah
perawat dengan kemampuan D3 Keperawatan. Namun, pada beberapa
kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan,
beberapa MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan dengan SPK
tetapi memiliki pengalaman yang cukup lama dirumah sakit. Menurut
fungsi-fungsi manajemen tugas dari Kepala Ruangan, Perawat primer,
dan Perawat Asociate adalah sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan
a. Perencanaan
 Menunjukkan ketua TIM akan bertugas diruangan masing-
masing.
 Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
 Mengidentifikasi tingkat keterganatungan pasien: gawat,
transisi dan persiapan pulang, bersama ketua tim
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutahan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan atau penjadwalan
 Merencanakan strategi pelaksananan perawatan
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang akan dilakuka, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
 Membantu mengembangkanniat pendididkan dan latihan
hari.
 Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah
sakit.
b. Pengorganisasian
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
 Merumuskan tujuan metode penugasan.
 Membuat rincian tugas ketua TIM dan anggota tim secara
jelas.
 Membuat rentang kendali kepada ruangan membawahi 3
ketua TIM, dan ketua TIM membawahi 2-3 perawat.
 Mengatur dan mengendlikan tenaga keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan
lainnya
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
 Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
 Mendelegsikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di
tempat kepada ketua TIM.
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
 Indentifikasi masalah dan penanganannya.
c. Pengarahan
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM.
 Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan
tugas dengan baik.
 Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan ASKEP pasien.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
 Meningkatkan kolaborasi dengan TIM lain
d. Pengawasan
 Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
 Melalui supervise pengawasan langsung dilakukan dengan
cara inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga. Pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua TIM,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
TIM tentang pelaksanaan tugas,
 Menevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan renana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua TIM dan audit keperawatan.
e. Ketua tim
 Bertanggung Jawab terhadap pengelolaan asuhan
keperawatan klien sejak masuk sampai pulang.
 Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya.
 Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya.
 Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
 Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota
TIM.
 Mengarahkan dan membimbing anggota TIM dalam
melakukan tindakan keperawatan
 Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan.
 Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu.
 Mengembangkan perencanaan pulang.
 Memonitor Pendokumentasian tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota tim k) Melakukan/mengikuti
pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya untuk
membahas perkembangan kondisi pasien l
f. Anggota TIM
 Menjalankan asuhan keperawatan sesuai standar.
 Membina hubungan terapeutik dengan pasien/ keluarga.
 Mengikuti serah terima denngan group/ TIM lain (group
petugas ganti) mengenal kondisi pasien/ keluarga, logistic
keperawatan, administrasi, rekam medic, pelayanan
pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
 Melanjutkan tugasyag belum dapat diselesaikan oleh group
sebelum nya.
 Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite
dokter.
 Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan
program pengobatan dokter bia kepala group tidk ada di
tempat.
 Membantu pelaksanaan rujukan dn menyiapkan pasien
untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan,
dan tindakan.
 Melakukan orientasi terhadap pasien/ anggota keluarga/
keluarga baru mengenal: tata tertib ruangan, Rs, perawat
yang bertugas.
 Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai
diparaf.
 Menyiapkan pasien/ anggota keluarga pulang dan
memberikan penyuluhan kesehatan.
 Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur
tugas cleaning service dan peserta didik dan pengunjung
ruangan.
 Membantu kepala ruangan untuk menilaimutu pelayanan
asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan.
 Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan
asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan.
2. Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien,
menyampaikan halhal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya, tersusun rencana kerja untuk dinas berkutnya (Nursalam, 2002).
Mekanisme laporan dikerjakan ketika pergantian shift sebagai kesatuan proses
komunikasi dalam menyampaikan informasi tentang kondisi klien saat itu
sebagai wujud profesional perawat dan bentuk tanggung jawab perawat
kepada klien (Dowding, 2001 dan Kerr, 2002). Dari beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang
harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima
pasien).
a. Tujuan umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
b. Tujuan khusus
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
2) Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
3) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh
perawat dinas berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikkutnya.
c. Manfaat
a. Bagi perawat
 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
 Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar
perawat.
 Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
b. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
3. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan perawat serta
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
(Nursalam, 2007). Karakteristik :
1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PA, PP dan konselor melakukan diskusi
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan seluruh tim keperawatan
mampu:
1. Menumbuhkan cara berpikir yang positif dan sistematis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
c. Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
d. Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
e. Metode
1) Diskusi
2) Demonstrasi
f. Alat bantu
1) Sarana diskusi: buku, pulpen
2) Alat bantu demonstrasi
3) Status atau dokumentasi keperawatan pasien
4) Materi yang disampaikan secara lisan
4. Sentralisasi Obat
a. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat,
pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat
(Nursalam, 2014). Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan
konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat sehingga perlu
dilakukan dalam suatu pola yang sistematis, sehingga penggunaan obat
benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian secara
materi maupun non materiil dapat dieliminir.
b. Tujuan
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi (Nursalam, 2014). Hal-hal berikut ini adalah beberapa
alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasikan :
 Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
 Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
 Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti, dibuathanya untuk mencoba
 Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
 Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa.
 Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
 Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada
suatu waktu, sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam, 2014).
5. Teknik Pengolahan Obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staff yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan obat :
a) Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada
depo farmasi.
b) Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis
sehari (ODD) dalam kemasan 1 kali pemberian (UDD).
c) Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan jumlah
(sediaan) dalam format pemberian obat dan meminta tanda tangan
petugas farmasi.
d) Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat.
e) Keluarga/klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat
tersebut akan habis (Nursalam, 2014)
4. Pembagian obat :
a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memerhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
penerimaan obat: dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi
yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
c) Pada saaat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat atau
wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek
samping pada pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditujukan dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan
kepada keluarga dan kemudian dimintakan
e) Resep kepada dokter penganggung jawab pasien (Nursalam, 2014).
5. Penambahan obat baru :
a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi
hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2014).
6. Obat khusus
a) Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar.
b) Pemberian obat khusus didokumentasikan di format pemberian obat
khusus
c) Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga yaitu nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping obat.
d) Pengorganisasian Peran
1. KARU
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan
malpraktik.
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2. PP
a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program
terapi.
d) Melakukan pendelegasian tentang pemberian obat kepada PA
3. PA.
a) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
b) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
c) Melaksanakan program medis pemberian obat dengan penuh
tanggung jawab.
d) Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat
selama klien dirawat.
4. Instrument dalam pelaksanaan sentralisasi obat
a) Lemari atau kotak sentralisasi obat
b) Surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat. Seorang
manager keperawatan kesehatan dapat mendidik staf
mengenai obat dengan cara – cara berikut ini :
- Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering
dipakai, jelaska penggunaan dan efek samping,
kemudian berikan salinan kepada semua staf.
- Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering
digunakan dan gantungkan di dinding.
- Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab
beborosan obat.
- Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-
macam obat.
- Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah
mengenai satu jenis obat setiap minggu pada waktu
pertemuan staf.
- Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana di perpustakaan (Mc Mahon, 1999).
e) Mendidik Pasien Tentang Obat
Kadang-kadang pasien meminum obat degan carayang salah,
baik dengan mengurang dosis agar pengobatannya lebih lama atau
menembahnya dengan harapan akan lebih cepat sembuh. Mereka
minum obat pada waktu yang tidak tepat atau lupa akan dosisnya.
Pasien yang mendapat pengobatan jangka panjang sering berhenti
meminum obatnya terlalu dini. Hal ini tejadi karena pasien tidak
mengerti akan kerja obat dalam tubuh. Akibatnya, mereka kadang-
kadang tidak sembuh dan obat terbuang percuma. Para pekerja
kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan pada pasien
bagaimana cara meminum obat mereka, terangkan dengan cara
sederhana mengapa obat-obat tertentu harus diminum dengan cara
tertentu. Dengan demikian pasien akan belajar bahwa:
1) Masing-masing obat mempunyai cara kerja tersendiri. Obat yang
dapat dipakai pada satu keadaan tidak bermanfaat untuk keadaan
lain.
2) Besarnya dosis sangat penting, bila terlalu sedikit cara kerjanya
terlalu lemahnuntuk memperbaiki keadaan, dan bila terlalu kuat
dapat meracuni pasien. Dosisuntuk anak-anak lebih sedikit dari
pada dosis untuk dewasa.
3) Pengobatan harus teratur untuk menjamain bahwa kadar obat yang
diinginkan dalam tubuh tercapai.
4) Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan lengkap, bila
tidak pasien dapat kembali jatuh sakit dengan keadaan yang lebih
parah daripada sebelumnya. Obat harus dijauhkan dari jangkauan
anak-anak, yang mungkin memakannya karena mirip gula-gula
dan dapat meracuni mereka.
5. Supervise Keperawatan
1. Definisi
Supervisi keperawatan merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar
mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efisien dan efektif (Nursalam, 2007). Supervisi keperawatan adalah
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh supervisor
dalam mencakup masalah pelayanan keperawatan dan merupakan proses
pembrin sumber yang diberikan perawatan daalam menyelesaikan tugas
dengan supervise manager keperawatan dapat menemukan berbagai
kendala dalam melakukan asuhan keperawatan dan dapat menghargai
potensi setiap anggota. Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat
suatu keputusan tentang suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan,
kemudian siapa yang akan melaksanakan. Untuk itu supervisor perlu
memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana.
2. Sasaran Supervisi
Sasaran yang harus dicapai dalam supervise adalah sebagai berikut
:
 Pelaksanan tugas sesuai dengan pola
 Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
 Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue/sistematis
 Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis
 Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
 Pembagian tugas, wewenang dan pertimbangan objek/rational
 Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan
dan keuangan
3. Tujuan Supervisi
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini
tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja
diantaranya para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya, juga meliputi
jumlah persediaan dan kelayakan perawatan agar memudahkan
pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervise adalah:
1. Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan
4. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Kompetensi
Seorang supervisor harus memiliki kemampuan dalam :
 Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
 Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf/ pelaksana
keperawatan
 Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan
pelaskanaan keperawatan
 Proses kelompok (dinamika kelompok)
 Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksanaan keperawatan
 Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat
 Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan lebih baik.
5. Cara Supervisi
a. Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung.
Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan
agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah. Cara memberikan pengarahan yang efektif adalah :
- Pengarahan harus lengkap
- Mudah dipahami
- Menggunakan kata-kata yang tepat
- Berbicara dengan jelas dan lambat
- Berikan arahan yang logis
- Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
- Pastikan bahwa arahan dipahami
- Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
b. Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat langsung kejadian di lapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis.
Langkah Supervisi
- Pra-supervisi
 Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
 Supervisor menetapkan tujuan
- Pelaksanaan Supervisi
 Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
 Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
 Supervisor memanggil Katim dan PA untuk mengadakan
pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
 Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memvalidasi data sekunder
 Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
 Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
- Pasca-Supervisi - 3F
 Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
 Supervisor memberikan Feedback dan klarifikasi.
 Supervisor memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan.

Kegiatan Rutin Supervisor

Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya


(bittel,1987) adalah sebagai berikut:
1) Sebelum pertukaran shift (15-30 menit)
- Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
- Mengecek jadwal kerja
2) Pada waktu mulai shift (15-30 menit)
- Mengecek personil yang ada
- Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
- Mengatur pekerjaan
- Mengidentifikasi kendala yang muncul
- Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan
3) Sepanjang hari dinas (6-7 jam) :
- Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan,
instruksi, mengoreksi atau memberikan latihan sesuai
kebutuhannya.
- Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera
membantu apabila diperlukan
- Mengecek pekerjaan rumah tangga
- Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja,
terutama untuk personil baru.
- Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan
bantuan atau hal-hal yang terkait.
- Mengatur jam istirahat personil
- Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan
mencari cara memudahkannya.
- Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi
operasional
- Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
- Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
- Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.
4) Sekali dalam sehari (15-30 menit)
Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15
menit. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti:
keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan
pekerjaan dan lain sebagainya.
5) Sebelum pulang
- Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha
untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya.
- Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan
mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya.
- Lengkapi laporan harian sebelum pulang
- Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang
memperlajari di rumah sebelum pergi bekerja kembali.
Supervisor Keperawatan
Yang termasuk supervisor keperawatan adalah :
a. Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab dalam supervise
pelayanan keperawatan diunit kerjanya. Kepala ruangan merupakan
ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan dan pendokumentasian di unit
kerjanya.
b. Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit pelayanan berada
di bawah satu instalasi, pengawas perawatan bertanggung jawab
dalam melakukan supervisi pada areanya yaitu beberapa kepala
ruangan yang berada dalam satu instalasi tertentu, misalnya instalasi
rawat inap, instalasi rawat jalan dan lain-lain.
c. Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah satu pengawasan
kepala seksi. Kepala seksi mengawasi pengawas keperawatan dalam
melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak
langsung.
d. Kepala Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung jawab
untuk melakukan supervisi kepada kepala seksi secara langsung dan
semua perawat secara tidak langsung. Dengan demikian supervisi
berikatan dengan struktur organisasi yang menggambarkan garis
tanggung jawab, siapa yang menjadi supervisor dan siapa yang
disupervisi.

Peran Dan Fungsi Kepala Ruangan


Pada kesempatan ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah peran dan
fungsi kepala ruangan dalam meningkatkan asuhan keperawatan, melalui
supervisi.
Menurut Depkes RI 1994, “Kepala ruangan adalah seorang tenaga
perawat profersional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat.”
Tanggung jawab kepala rungan dapat diidentifikasi sesuai dengan
perannya meliputi:

a) Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi,


orientasi, pengembangan tenaga, penilain penampilan kerja, promosi
dan penyediaan ketenagaan staf keperawatan.
b) Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan
pengarahan dalam pelayanan keperawatan.
c) Manajemen kuliatas pelayanan, meliputi pengembangan standar
asuhan keperarawatan, program kendali mutu, program evaluasi team
dan persiapan untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
d) Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan
keperawatan.

Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan


Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan
keperawatan tercapai maka diperlukan berbagai kegiatan dalam
menerapkan kepeminpinan khususnya bagi kepala ruangan menurut Kron
(1981) kegiatan tersebut meliputi : Perencanaan dan pengorganisasian,
membuat penugasan dan memberi pengarahan, pemberian bimbingan,
mendorong kerja sama dan berpartisipasi, melakukan koordinasi kegiatan
dan melakukan evaluasi hasil penampilan kerja.

Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan kepala ruangan dapat melakukan


tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam
melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan kepala ruangan sebagai
pemimpin bertanggung jawab dalam:
a) Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b) Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c) Bertanggung jawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d) Pelaksanaan keperawatan sebagai standar
e) Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f) Pencapaian tujuan keperawatan
g) Memperhatikan kesejahteraan bawahan
h) Memotivasi bawahan

6. Discharge Planning (Perencanaan Pulang )


a. Definisi
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistemik
dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito,1990). Perencanaan pulang
didapatkan dari proses interaksi dimana perawat profesional, pasien dan
keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien dimana perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif
serta perawatan rutin yang sebenarnya. (Swanburg,2000).
b. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga
menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh
dengan stress. Discharge planning bertujuan untuk meningkatkan
kontinuitas perawatan, meningkatkan kwalitas perawatan dan
memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. (Nursalam, 2007,
241).
c. Manfaat
Menurut Spath (2003) perencanaan pulang mempunyai manfaat:
- Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit.
- Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis dan digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien.
- Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru.
- Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan
rumah.
- Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan
biaya pengobatan.
- Bahan pendokumentasian keperawatan.
d. Prinsip – prinsip Discharge Planning
- Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
- Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
- Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling
bekerja sama.
- Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat.
- Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan, setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan
pulang harus dilakukan.
e. Jenis – jenis Discharge Planning
- Conditional discharge (pulang sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien
pulang untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan
dan harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat. Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik
dan tidak terdapat komplikasi.
- Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari
sakitnya. Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakukan kembali.
- Judocal discharge (pulang paksa)
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan
untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan
kerjasama dengan tim home care RS atau puskesmas terdekat.
f. Keuntungan Discharge Planning
1) Bagi Pasien :
- Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
- Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan
sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
- Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.
- Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.
- Dapat memilih prosedur perawatannya.
- Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapat dihubunginya.
2) Bagi Perawat :
- Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan.
- Menerima informasi kunci setiap waktu.
- Memahami perannya dalam system.
- Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.
- Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda
dan cara yang berbeda.
- Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
g. Hal – hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang
1) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus
dijalankan serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2) Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan.
3) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasinya.
5) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien
sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain.
6) Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter dan
pelayanan keperawatan serta kunjungan rumah apabila pasien
memerlukan.
h. Tahap – tahap Discharge Planning
1) Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga
merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif
dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke
rumah dapat efektif. Elemen penting dari pengkajian discharge
planning adalah:
 Data Kesehatan
 Data Pribadi
 Pemberi Perawatan
 Lingkungan
 Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan
keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap
anggota keluarga yang membutuhkan perawatan, adalah penting untuk
menentukan apakah masalah tersebut aktual atau potensial.
3) Perencanaan
Hasil yang diharapkan Menurut Luverne & Barbara, 1988,
perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan
spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat
dengan METHODE, yaitu:
- Medication (obat) Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus
dilanjutkan setelah pulang.
- Environment (Lingkungan) Lingkungan tempat klien akan pulang
dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki
fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya.
- Treatrment (pengobatan) Perawat harus memastikan bahwa
pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan
oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang
dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan
perawatan.
- Health Teaching (Pengajaran Kesehatan) Klien yang akan pulang
sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan.
Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
pearwatan kesehatan tambahan.
- Outpatient referral Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari
rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan
perawatan yang kontinu.
- Diet Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.
Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.
Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada
catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi
tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus
memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki
keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di
rumah. Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi
tentang klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut.
Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk
kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien,
faktor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan,
atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan
oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini.
5) Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus
diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang
sesuai. Evaluasi berjalan terus -menerus dan membutuhkan revisi dan
juga perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya
dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat
dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home
visit). Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada
enam variabel:
1. Derajat penyakit.
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan.
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan.
4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan.
5. Komplikasi tambahan.
6. Ketersediaan sumber-sumber
7. Dokumentasi Keperawatan
a. Definisi
Webster’s new world dictionary mendefinisikan dokumentasi sebagai
“penyedian bukti pencatatan dan pengumpulan, ringkasan, dan
pengkodean, informasi yang tercetak atau tertulis untuk referensi di masa
mendatang,” (Marrelli, 2007). Dokumentasi merupakan catatan autentik
dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional (nursalam,
2007).
Pendokumentasian merupakan metode yang tepat untuk pengambilan
keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut.
Dokumentasi adalah bagian intregal bukan sesuatu yang berbeda dari
metode problem solving, dokumentasi proses keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan intervensi. (Nursalam,
2009). Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
dokumentasi dan pelaporan merupakan suatu metode untuk
mengkomunikasikan suatu informasi yang berhubungan dengan
manajemen pemeliharaan kesehatan. Dalam beberapa hal kesuksesan dari
pelaksanaan proses keperawatan tergantung dari keakuratan dan
komplitnya pelaporan dan ketepatan dalam penulisan pendokumentasian.
Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan
perawatan pasien sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan, simber
data untuk penelitian bagi pengembangan ilmu keperawatan, sebagai
bahan bukti penanggunggugatan pelaksanaan asuhan keperawatan serta
sebagai saran bagi para mahasiswa.
b. Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan
1) Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
2) Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
3) Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai kosistensi tujuan
dan kemajuan pengobatan.
4) Teknik evaluasi
Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian
terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat
dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai
kemajuan.
5) Pembayaran kembali (Reinforcement)
Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi
pentang penanganan klien dan memberikan bukti adanya pelayanan.
6) Mengidentifikasi status keseahatan klien
Mengidentifikasi status klien dalam rangka mendokumentasikan
kebutuhan klien, merencanakan melaksanakan asuhan keperawatan dan
mengevaluasikan intervensi.
7) Dokumentasi sebagai bahan penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
8) Hal ini juga menyediakan:
- Bukti kualitas asuhan keperawatan
- Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien
- Informasi terhadap perlindungan individu
- Bukti aplikasi standar praktik keperawatan
- Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan
- Pengurang biaya informasi
- Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan
- Komunikasikan konsep resiko asuhan keperwatan
- Informasi untuk peserta didik keperawatan
- persepai hak klien
- Dokumentasi untuk tenaga prifesional, tanggung jawab etik, dan
menjaga kerahasiaan informasi klien
- Suatu data keuangan yang sesuai
- Data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang
(Nursalam, 2009)
9) Akreditasi Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan
menurut lenbaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah pempertahankan
rekam medik, termasuk dokumentasi asuhan keperawatan.

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam system


pelayanan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik, informasi
mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen yang
legal tentang pemberian asuhan keperawatan.

Dokumentasi dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi


berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, perencanaan
keperawatan, catatan tindakan keperawatan dan catatan perkembangan
pasien. Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka jika dalam
pendokumentasian itu dilakukan dengan baik dan benar maka segala
tindakan yang memerlukan tindak lanjut dan berkelanjutan akan dapat
terobservasi sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik dan program
terapi akan dapat berhasil.

Dalam hal pencegahan terjadinya gangguan integritas kulit dan jaringan


perawat professional pasti akan memberikan suatu intervensi latih
mobilisasi, ubah posisi tidur setiap 2 jam sekali. Hal ini akan dapat lebih
terlakasana dengan baik jika terdapat suatu format khusus dan berlangsung
selama 24 jam, tidak hanya berbentuk tindakan yang dilakukan oleh per-
shift.

Jadi sangat jelas sekali bahwa dengan adanya pendokumentasian yang


nantinya akan menjadi suatu alat komunikasi antar perawat khususnya
pada setiap pergantian shift, maka program terapi akan lebih mudah untuk
dilaksanakan.

2.3.3 Konsep M4 Money


a. Definisi Budget
Budget (anggaran) adalah suatu renacana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu untuk (periode) tertentu yang akan
datang. Dari pengertian diatas nampaknya bahwa suatu budget mempunyai 4
unsur, yaitu:
1. Rencana
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
3. Dinyatakan dalam unit
4. Jangka waktu tertentu yang akan datang
b. Manfaat budget
Manfaat budget terdiri dari 3 pokok yaitu:
1. Sebagai pedoman kerja Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan
memberikan arahan serta sekaligus memberikan target- target yang harus
dicapai perusahaan diwaktu yang akan datang
2. Sebagai alat pengawasan kerja Budget berfungsi juga sebagai tolakukur,
sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi realisasi kegiatan
perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang tertuang didalam
budget dengan apa yang dicapai realisasi kerja perusahaaan, dapat lah
dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses
bekerja.
3. Sebagai alat pengkoordinasian kerja Budget berfungsi sebagai alat untuk
mengkoordinasi kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam
perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik
untuk menuju ke sasaran yang telah di tetapkan. Dengan demikian
kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.
c. Faktor-faktor interna
Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan
sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:
1) Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual,
syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan
sebagainya.
2) Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan
3) Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya
(kuantitatif) maupun ketrampilan dan keahliannya (kualitatif)
4) Model kerja yang dimiliki perusahaan
5) Fasilitas lain yang dimiliki perusahaan
6) Kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran, dibidang produksi, dibidang
pembelanjaan, dibidang administrasi maupun personalia
d. Faktor-faktor eksterna yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat
diluar perusahaan, tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap kehiduapn
perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:

1) Keadaan persaingan
2) Tingkat petumbuhan penduduk
3) Tingkat penghasilan masyarakat
4) Tingkat pendidikan masyarakat
5) Tingkat penyebaran penduduk
6) Agama, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat
7) Berbagai kebijakan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, maupun keamanan
8) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan
tehnologi dan sebagainya.
e. Definisi Budgeting
Dalam pengertian budget yang telah diuraikan diatas dapatlah diketahui bahwa
budget merupakan hasil kerja (output) yang terutama berupa tafsiran-tafsiran
yang akan dilaksanakan diwaktu yang akan datang. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan budgeting adalah proses kegiatan yang menghasilkan
budget tersebut sebagai hasil kerja (output), serta proses kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi budget, yaitu fungsi-fungsi
pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja. Secara
lebih diperinci, proses kegiatan yang tercakup dalam bugeting tersebut antara
lain:
1) Pengumpulan data dan informasi yang di perlukan untuk menyusun
budget
2) Pengolaan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk
mengadakan tafsiran-tafsiran dalam rangka menyususn budget
3) Menyusun budget serta menyajikan secara teratur dan sistematis
4) Pengkoordinasian pelaksanaan budget
5) Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan, yaitu
untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan budget.
6) Pengolaan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan
interprestasi dan memperoleh kesimpulan - kesimpulan dalam rangka
mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah di laksanakan,
serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagitindak lanjut (follow
up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut
f. Prosedur Penyusunan Budget
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau menyusun budget
serta pelaksanaan kegiatan Budgeting lainnya, ada ditangan pimpinan tertinggi
perusahaan. Namun demikian tugas menyiapkan dan menyusun budget serta
kegiatan-kegiatan Budgeting lainnya tidak harus di tangani sendiri oleh
pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat di delegasikan kepada bagian
lain dalam perusahaan. Tugas mempersiapakan dan menyusun budget dapat di
delegasikan kepada :
- Bagian administrasi, bagian perusahaan yang kecil, hal ini di sebabkan
karena bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan perusahaan tidak
terlalu kompleks dengan ruang lingkup yang terbatas
- Panitia budget, bagian perusahaan yang besar. Hal ini di sebabkan karena
bagi perusahaan yang besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup
kompleks, beraneka ragam dengan ruang lingkup yang cukup luas.
Didalam panitia budget inilah di lakukan pembahasanpembahasan tentang
rencana-rencana kegiatan yang akan dating, sehingga budget yang tersusun
nanti merupakan kesepakatan bersama, sesuai dengan, kondisi, fasilitas
serta kemampuan masingmasing bagian secara terpadu
- Baik budget yag di susun oleh bagian administrasi (perusahaan kecil),
maupun yang di susun oleh panitia budget (perusahaan besar), barulah
merupakan rancangan budget atau Draft Budget (tentative budget).
Rancangan budget inilah yang di serahkan kepada pimpina tertinggi untuk
di sahkan serta di tetapkan sebagai budget yang defenitif.
- Setelah di sahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka rancangan
budget tersebut telah menjadi budget yang defenitif

2.3.5 Konsep M5 (MARKET)


a. Definisi
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat
di kuasai maka harga harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
b. Faktor Kunci Keberhasilan Dari Pemasaran
Faktor kunci keberhasilan dalam rencana strategi pemasaran suatu
rumahsakit adalah:
1) Adanya subbag marketing dalam struktur organisasi suatu rumah sakit
2) Adanya visi dan misi
3) Status rumah sakit yang profit
4) Adanya upaya pemasaran yang telah di laksanakan di suatu rumah
sakit

5) Jumlah spesialisasi yang cukup memadai


6) Tersedianya fasilitas medik dan non medik yang memadai
c. Pengumpulan data dan analisa SWOT
1) Data Internal
Data internal dapat di peroleh pada suatu rumah sakit merupakansumber
daya yang ada yaitu mencakup:

a) Struktur organisasi yang di lengkapi dengan Subbag marketing


b) Jumlah dan mutu SDM yang memadai
c) Sarana dan prasarana
d) Jumlah pelayanan klinik yang cukup banyak
e) Upaya pemasaran yang di lakukan
f) Manajemen rumah sakit negri murni
g) Menciptakan suasana kerja yang serasi dan bertanggung jawab
h) Meningkatkan kerja sama karyawan
2) Data Eksternal
Untuk mendapatkan data eksternal adalah dapat diperoleh dilingkungan
luar rumah sakit yang meliputi :
a. Kebijakan atau politik: penetapan suatu rumah sakit sebagai RS
swasta atau Negeri, direktur berada di bawah yayasan atau
pemerintahan
b. Sosial atau pendidikan: semakin tingginya kesadaran masyarakat akan
membuat masyarakat semakin kritis terhadap kebutuhan kesehatannya
c. Adanya kerja sama antar rumah sakit sebagai rumah sakit swasta
sebagai rumah sakit rujukan
d. Ekonomi
e. Budaya: masyarakat mencari pelayanan kesehatan yang murah
f. Teknologi: adanya teknologi komputerisasi
g. Persaingan bisnis: Adanya RS swasta yang lebih baik fasilitasnya
BAB III
PROFIL RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO

3.1 Karakteristik RSU Anwar Medika


Pada tahun 1990, RSU Anwar Medika mulai dirintis dari praktek perorangan oleh
dokter H. Agus Fachrudin Farid, dengan ijin tempat praktek Nomor SIP : 104/DU/16/1992
yang diberikan oleh Kantor Departemen Kesehatan Sidoarjo pada tahun 1992.
Atas dukungan keluarga dan Yayasan Rumah Sakit anwar Medika, pada tahun 1996
dokter H. Agus Fachrudin Farid mempersiapkan sarana dan prasarana serta persyaratan
untukmengajukan ijin operasional balai pengobatan dan rumah bersalin ke Kanwil Depkes
Provinsi Jawa Timur. Upaya dan permohonan tersebut membuahkan hasil dengan
diberikannya ijin operasional Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Anwar Medika Nomor :
648/Kanwil/SK/Regdit-2/XII/1996 dan Nomor 649/Kanwil/SK/Regdit-2/XII/1996 pada
tanggal 31 Desember 1996.
Mengingat jasa pelayanan yang diberikan Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin
Anwar Medika makin diminati oleh masyarakat luas, memberikan motivasi kepada Yayasan
Rumah Sakit Anwar Medika dan dokter H. Agus Fachrudi Farid selaku pimpinan Balai
Pengobatan dan Rumah Bersalin Anwar Medika pada saat itu untuk meningkatkan status
pelayanan menjadi rumah sakit umum. Motivasi tersebut ditindaklanjuti oleh Yayasan
Rumah Sakit Anwar Medika secara mandiri. Dan akhirnya berkat rahmat Allah SWT, Balai
Pengobatan dan Rumah Bersalin Anwar Medika telah beralih fungsi dan status pelayanannya
menjadi rumah sakit umum tipe C / Pratama Plus pada tanggal 12 April 2001.
Lokasi RSU Anwar Medika terletak di Dusun Semawut Desa Balongbendo
Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo ± 300 meter dari By Pass Krian –
Balongbendo. Luas lahan RSU Anwar Medika 1.648 m², sedang kepemilikan / yang
menaungi RSU Anwar Medika adalah Yayasan Rumah Sakit Anwar Medika. Visi dan Misi
RSU Anwar Medika
Visi : Menajdi perseroan yang terus tumbuh dan berkembang dalam industri
pelayanan kesehatan
Misi :
1. Menyediakan fasilitas kesehatan dengan Pelayanan Paripurna
2. Menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dan berdaya guna
3. Melakukan Insentifikasi, Ekstensifikasi dan Ekspansi tanpa Batas
Motto : Memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat

3.2 Karakteristik Ruangan Melati RSU Anwar Medika


Visi : Menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat karena pelayanan kesehatan yang
berpusat pada pasien dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.

Misi :

1. Memberikan pelayanan keperawatan secara prima dan holistik mengacu kepada


standart asuhan keperawatan.
2. Berperan serta dalam pendidikan dan pelatihan tenaga keperawatan.
3. Berperan serta dalam pengembangan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan di RSU Anwar Medika.
4. Bekerja secara tim dalam memberikan asuhan keperawatan.

Falsafah :

1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan biopsikososial spiritual yang


unik. Kebutuhan ini harus selalu dipertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan.

2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk


meningkatakan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang
membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama atau kepercayaan
dan statusnya disetiap tempat pelayanan kesehatan.

3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua
anggota tim kesehatan dan pasien atau keluarga.

4. Perawat bertanggungjawab dan bertanggung gugat memiliki wewenang


melakukan usaha keperawatan secara utuh berdasarkan standart asuhan
keperawatan.

5. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus


untuk pertumbuhan dan perkembangan staff dalam pelayanan keperawatan.

Tujuan :

1. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan


berbagai macam kasus berdasarkan SAK dan SOP.
2. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan dengan memperhatikan
kebutuhanbiopsikososial dan spiritual.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan dalam upaya mempersiapkan fisik dan
mentalpasien serta keluarga dalam perawatan lanjut dirumah.
4. Mencegah infeksi nosokomial.
5. Memberi motivasi kepada pasien atau keluarga untuk melaksanakan kegiatan
rehabilitas dini untuk mempercepat proses penyebuhan.
6. Menciptakan iklim kerja yang kondusif untuk menunjang proses kegiatan belajar
dan mengajar dalam pendidikan atau perkembangan keperawatan khususnya bagi
mahasiswa keperawatan yang menggunakan RS sebagai lahan praktik klinik
keperawatan.
7. Mencegah kecelakaan dan kecacatan akibat kerja.
3.3 Alur Pasien Masuk Dan Keluar

Pasien Masuk Pasien Rawat Pasien Sembuh

Dokter ACC Keluar


Rumah Sakit

Pengembalian Pengecekan Perawat


dan menjelaskan bahwa
pengambilan pasien di bolehkan
obat ke apotik pulang dan dalam
jangka waktu 1 jam
pasien atau keluarga
menyelesaikan
administrasi
Perawat menjelaskan
pada pasien dan
keluarga tentang obat –
obat yang diminum
oleh pasien dan hasil – Status di berikan ke
hasil pemeriksaan bagian administrasi
selama pasien di rawat,
surat control dan lain
lain.

Administrasi siap
diselesaikan oleh
keluarga atau pasien

Pasien keluar Rumah


Sakit
3.4 Manajemen Unit

STRUKTUR ORGANISASI RUANG MELATI

Kepala Ruang
Fuji Agustiningsih, S.Kep.,Ns

KATIM 1
KATIM 2
Ns. Desty Ayu Nur
Ns. Inka Firna One Septiniko, S.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


1. Mita Mifurotin Nings, 1. Irine Fauzia, A.Md.Kep
a.Md,Kep 2. Khusnul Khotima, A.Md.Kep
2. Ns. NurFadillah, S.Kep 3. Ns. SitiNur Syamsiyah, S.Kep
3. Ns. Iis Nur Afifah, S.Kep 4. Ns. Nando Bayu A.,S.Kep
4. Ns. Esti Dwi Jayanti, S.Kep 5. Ns. Noviatus S, S.Kep
5. Yeti Wijayanti, Amd.Kep 6. Mohammad Irwan M, Amd. Kep
6. Abdul Muntholib, Amd.Kep 7. Ns. Tri Setya Ramdani, S.Kep
7. M. Iqbal Pratama, Amd.Kep 8. Ns. Ida Trisnawati, S.Kep

Kelas 1 Pasien 2
Kamar 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 Kamar 1, 2, 3, 4, 12
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Lima Unsur


4.1.1 M1 (Man)
Ruang Melati dipimpin oleh seseorang kepala ruangan dibantu oleh 2 Katim, 9 orang
perawat penanggung jawab, dan 5 perawat pelaksana.
- Pengumpulan Data dan Analis Struktur Organisasi
a. Struktur Instalasi rawat inap Melati RSU Anwar Medika
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang Melati RSU Anwar Medika

Kepala Ruang
Fuji Agustiningsih, S.Kep.,Ns

KATIM 1 KATIM 2
Ns. Desty Ayu Nur Afifayanti,S.Kep Ns. Inka Firna One Septiniko, S.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Ns. Nando Bayu A.,S.Kep Irine Fauzia, A.Md.KepMita
Ns. Iis Nur Afifah, S.Kep Mita Mifurotin Nings A.Md.Kep
Ns. Noviatus S, S.Kep Khusnul Khotima, A.Md.Kep
Yeti Wijayanti, Amd.Kep Ns. Esti Dwi Jayanti, S.Kep
Abdul Muntholib, Amd.Kep Ns. NurFadillah, S.Kep
M. Iqbal Pratama, Amd.Kep Ns. SitiNur Syamsiyah, S.Kep
Mohammad Irwan M, Amd. Kep
Ns. Ida Trisnawati, S.Kep

Pasien Pasien
b. Daftar tenaga kesehatan di Ruang Melati
Tabel 3.1 Daftar Nama Tenaga Keperawatan di Ruang Melati RSU Anwar
Medika

No. Nama Tingkat Masa Status Jabatan Pelatihan Jenjang


Pendidikan kerja kepegawai saat ini yang diikuti karier
an

1 Ns. Fuji S1 14 Pegawai Kepala BTCLS, PK III


Agustiningsih, Keperawatan tahun, tetap Ruangan
Pelatihan
S.Kep 8
Manajemen
bulan
Bangsal
Keperawatan

2 Mita Mifurotin D3 11 Pegawai PJ BTCLS PK III


Ningsi, Keperawatan tahun, tetap
A.Md.Kep 4
bulan

3 Ns. Desty Ayu S1 3 Pegawai PJ BTCLS PK I


Nur Afifayanti, Keperawatan tahun, kontrak
S.Kep 4
bulan

4 Ns. Nur S1 2 Pegawai PJ BTCLS PK I


Fadilah, S.Kep Keperawatan tahun, kontrak
1
bulan
5 Ns. Iis S1 1 Pegawai PJ BTCLS PK I
NurAfifah, Keperawatan Tahun, kontrak
6
S.Kep
bulan
6 Ns. Esti Dwi S1 2 Pegawai PJ BTCLS PK I
Jayanti, S.Kep Keperawatan tahun kontrak
1
bulan
7 Yeti Wijayati D3 1 Pegawai Perawat BTCLS PK I
Amd. Kep Keperawatan tahun kontrak pelaksana
8 Abdul D3 10 Pegawai Perawat BTCLS PK III
Muntholib Keperawatan tahun, tetap pelaksana
5
Amd. Kep
bulan
9 M. Iqbal D3 11 Pegawai Perawat BTCLS PK I
Pratama Amd. Keperawatan bulan kontrak pelaksana
Kep

10 Iriene Fauzia, D3 15 Pegawai PJ BTCLS PK III


Amd. Kep Keperawatan tahun, tetap
9
bulan

11 Khusnul D3 4 Pegawai PJ BTCLS PK II


Khotimah, Keperawatan tahun, kontrak
Amd. Kep 9
bulan

12 Ns. Inka Firna D3 1 Pegawai PJ BTCLS, PK I


One Septiniko, Keperawatan tahun, kontrak Pelatihan CE
S.Kep 7
bulan

13 Ns. Siti Nur S1 1 Pegawai PJ BTCLS PK I


Syamsiyah, S. Keperawatan tahun, kontrak
Kep 7
bulan

14 Ns. Nando S1 2 Pegawai PJ BTCLS PK I


Bayu A., S. Kep Keperawatan tahun, kontrak
7
bulan

15 Ns. Noviatus S, S1 2 Pegawai PJ BTCLS PK I


S. Kep Keperawatan tahun, kontrak
6
bulan
16 M. Irwan M, D3 1 Pegawai Perawat BTCLS PK I
Amd. Kep Keperawatan tahun, kontrak pelaksana
6
bulan

17 Ns. Ida S1 3 Pegawai Perawat BTCLS PRA


Trisnawati, S. Keperawatan bulan kontrak pelaksana PK
Kep

Gambar 3.2 Diagram Tingkat Pendidikan Tenaga Keperawatan di Ruang Melati RSU
Anwar Medika

Tingkat Pendidikan Tenaga Keperawatan di


Ruang Melati RSUAnwar Medika
S1 Keperawatan
39%
61% D3 Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan cara melihat buku daftar pegawai pada
hari Senin, rata-rata tingkat pendidikan tenaga keperawatan di ruang Melati paling banyak yaitu
S1 Keperawatan yang hasilnya 61%.

Gambar 3.3 Diagram Masa Kerja Tenaga Keperawatan di Ruang Melati RSU Anwar
Medika

Masa Kerja Tenaga Keperawatan di Ruang


Melati RSU Anwar Medika
>1 tahun<1 tahun

5%

95%
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan cara melihat buku daftar pegawai pada
hari Senin, rata-rata masa kerja tenaga keperawatan >1 tahun hasilnya 95% di Ruang Melati RSU
Anwar Medika.
Gambar 3.4 Diagram Status Kepegawaian Tenaga Keperawatan di Ruang Melati RSU
Anwar Medika

Status Kepegawaian Tenaga Keperawatan di Ruang Melati RSU Anwar Medika


35%
pegawai tetap
pegawai kontrak
65%

Berdasarkan hasil wawancara Status Kepegawaian ke beberapa pegawai pada hari Senin,
13 Februari 2023 di Ruang Melati RSU Anwar Medika rata-rata 65 % pegawai kontrak.

Gambar 3.5 Diagram Pelatihan yang diikuti oleh Tenaga Keperawatan Tenaga
Keperawatan di Ruang Melati RSU Anwar Medika

Pelatihan Yang Diikuti oleh Tenaga Keperawatan di


Ruang Melati RSU Anwar Medika

BTCLS

100%

Berdasarkan hasil wawancara ke beberapa tenaga keperawatan pada hari Senin, 13


Februari 2023 di Ruang Melati RSU Anwar Medika rata-rata 90% mempunyai pelatihan BTCLS.

Gambar 3.6 Diagram Jenjang Karir Tenaga Keperawatan di Ruang Melati RSU Anwar
Medika

Jenjang Karir Tenaga Keperawatan


di
Ruang Melati RSU Anwar Medika
6% PK I
22%
5% 67%

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan cara melihat buku daftar pegawai pada
hari Senin, 13 februari 2023 di Ruang Melati RSU Anwar Medika hasil jenjang karir yaitu rata-
rata 67% tenaga keperawatan masih PK 1.
c. Berdasarkan hasil observasi terhadap perawat berdasarkan jenjang karir Ruang Melati
Tabel 3.2 Hasil observasi terhadap perawat berdasarkan jenjang karir Ruang Melati

No. Kualifikasi Jumlah Laki- Perempuan Masa kerja Status


Laki kerja

1. S1 58% 10% 90% ≥1 tahun 2pegawai


Keperawatan tetap,8
≤1 tahun
pegawai
kontrak

2. D3 42% 43% 57% ≥1 tahun 4 pegawai


Keperawatan tetap, 3
≤1 tahun
pegawai
kontrak

≥1 tahun 6 pegawai
tetap,
Total 100% 100% 100% ≤1 tahun
11pega
wai
kontrak

d. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat menurut DEPKES RI


a) Kebutuhan tenaga perawat di Ruang Melati di RSU Anwar Medika berdasarkan rumus
DEPKES RI pada tanggal 13 Februari 2023 s/d 25 Februari 2023 dengan pasien dalam
ketergantungan Minimal Care
Tabel 3.3 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Kerja
No. Hari, Tanggal Jumlah Fakta yang ada Jumlah Kekurangan/
Kebutuhan Jumlah Kelebihan Tenaga
Tenaga Perawat Perawat Perawat
(DEPKES RI)
1. Senin, 13 10 orang 12 orang Lebih 2 orang
Februari 2023
2. Selasa, 14 12 orang 12 orang Cukup
Februari 2023
3. Rabu, 15 14 orang 12 orang Kurang 2 orang
Februari 2023
4. Kamis, 16 14 orang 15 orang Lebih 1 orang
Februari 2023
5. Jum’at, 17 11 orang 13 orang Lebih 2 orang
Februari 2023
6. Sabtu, 18 11 orang 13 orang Lebih 2 orang
Februari 2023
Kesimpulan : Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Melati RSU Anwar
Medika memenuhi standar Depkes RI

b) BOR di Ruang Melati RSU Anwar Medika pada tanggal 13 Februari 2023 s/d 18
Februari 2023.
Target BOR yang ditetapkan pihak RS untuk ruang Melati (65 - 85%).
Tabel 3.3 Hasil BOR di Ruang Melati RSU Anwar Medika
Uraian Tgl 09 Tgl 10 Tgl 11 Tgl 12 Tgl 13 Tgl 14 Standart Tren

BOR 73% 87% 92% 76% 84% 79% 65-85% 8,2%

Kesimpulan : Dari tabel diatas didapatkan bahwa Tren BOR di Rawat Inap Melati
sebanyak 8,2%
Gambar 3.7 Grafik Hasil BOR di Ruang Melati RSU Anwar Medika

100%
80%
60%
40%
Series1
20%
0%

e. Hasil Kuesioner di Ruang Melati RSU Anwar Medika


Gambar 3.8 Hasil Kuesioner di Ruang Melati

Hasil Kuesioner Kepuasaan


Kerja
Axis Title

100,00%

0,00%
TP KP P
SP

TP KP P SP
4.1.1 M2 (Matherial)
Bangunan, Sarana dan Prasarana
Praktik manajemen keperawatan pada mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto bertempat di ruang melati RSU Anwar Medika Sidoarjo.
Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 14 Februari 2023. Data-data
yang diperoleh antara lain:

a. Lokasi dan Denah Ruang Melati RSU Anwar Medika

Ruang Melati RSU Anwar Medika adalah ruang perawatan interna dan
bedah, kelas 1 terdapat 7 ruang dengan kapasitas 14 pasien, sedangkan kelas
III terdapat 5 ruang dengan kapasitas 17 pasien.Lokasi penerapan proses
manajerial keperawatan yang digunakan dalam kegiatan praktik manajemen
keperawatan RSU Anwar Medika sebagai berikut :

a. Lokasi Ruang Melati RSU Anwar Medika

 Sebelah timur berbatasan dengan ruang teratai

 Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga

 Sebelah utara berbatsana dengan jalan raya

 Sebelah selatan berbatasan dengan ruang marketing.


b. Denah Ruang Melati

LORONG

R. TERATAI

MEL. 10 SELASER
MEL. 7
SELASER
MEL. 11

MEL. 6 MEL. 9 LORONG


LORONG

LORONG
R. LINEN
MEL. 5 MEL. 8 TAMAN
NURSE STATION & R. KARU
RENCANA
T
LORONG MEL. 13
v LORONG U
B
S

vMEL. 12

SPOOLOEK
MEL. 4 MEL. 3 MEL. 2 MEL. 1 KMKM

: PAGAR
: TANGGA
: MELATI KELAS I
: MELATI KELAS III
: KAMAR MANDI
b. Sarana dan Prasarana

Tabel Sarana yang terdapat di Ruang Melati sesuai dengan Pedoman


Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan TH. 2020

Standar Kondisi di
No Sarana Keterangan
Depkes Ruangan
1. Ruang Perawatan Kebutuhan Luas 1 Di ruang
ruang 1 TT ruangan Melati kelas I
minimal 7,2 kelasI ± 12 terdapat 2 TT
m2 Luas 1 dan kelas III
m2.
ruang kelas terdapat 3-5
Kelas I
III ± 15m2 TT
terdapat 2
TT dan kelas 1 TT ± 6 m2
III
terdapat 6 TT
2. Nurse Station 1 nurse 1 nurse station Di ruang
station untuk melayani Melati ada
melayani 31TT perputaran
maksimum 25 pasien
TT sehingga tidak
setiap hari
pasien penuh
31 pasien
3. Ruang Konsultasi Ada Ada -
4. Ruang Tindakan Ada Tidak ada Di ruang
Melati tidak
ada ruang
tindakan
khusus
5. Ruang Administrasi Ada Gabung -
dengan
nursestation
6. Ruang kepala Ada Ada -
ruangan

rawat inap
7. Ruang linen bersih Ada Lemari linen -
bersih
gabung
dengan
ruang kepala
ruangan
rawat
Inap
8. Ruang linen kotor Ada Tidak ada Linen kotor
ditampung
didalam bak
tertutup dan
diserahkan ke
laundry
9. Gudang kotor/ spool Ada Ada -
hoek
10. KM/WC Luas setiap ± luas setiap Menurut
KM/WC 2-3 KM/WC 3 Depkes RI 1

m2 m2 KM/WC
digunakan 1
kamar
perawatan,
sedangkan
diruang melati
2 KM/WC
digunakan
17 tempat
tidur
perawatan
untuk kelas III
Kesimpulan : Dalam lokasi dan denah ruang serta kapasitas tempat tidur ruang
melati RSU Anwar Medika jika dibandingkan dengan standar sarana dan prasarana
rumah sakit tipe C menurut Peraturan Menteri Kesehatan TH. 2020 yaitu :

1. Kapasitas tempat tidur pasien kelas I dan kelas III sudah memenuhi
standar yaitu kelas I terdapat 2 tempat tidur per ruang dan kelas III
terdapat 4-5 tempat tidur perruang.

2. Ruang melati RSU Anwar Medika memiliki 1 nurse station untuk 31


tempat tidur, sedangkan menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan
1nurse station melayani maksimal 25 tempat tidur.

3. Ruang melati RSU Anwar Medika tidak memiliki ruang tindakan,


sedangkan menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan tiap ruang
rawat inap memiliki ruang tindakan.

Alat Kesehatan

Kondisi di
No Nama Barang Ideal Keterangan
Ruang Melati
1. Stetoskop 2/ruangan 3 unit Stetoskop untuk
dokter dan
perawat
2. Hb meter 2/ruangan - Untuk cek Hb
langsung
dilakukan oleh
petugas
laboratorium
3. Urometer 2/ruangan - -

4. Lemari es 1/ruangan 1 unit -

5. Com stainless 3/ruangan 1 unit Peralatan steril


langsung
mengambil ke
CSSD
6. Tabung O2 2/ruangan 2 unit Tabung O2

transport
7. Senter 2/ruangan 1 unit -

8. Tong sampah pasien 1:1 1/kamar Terdapat 12 tong


sampah dari
12 kamar
9. Bak Injeksi 2/ruangan 2 -

10. Papan tulis/ white board 1/ruangan 1 unit -

11. Lemari kaca 1/ruangan 1 -

12. Lemari besi 1/ruangan 1 unit Lemari

emergency
13. Tensimeter 2/ruangan 4 unit -

14. Pinset anatomis 2/ruangan - -

15. Pintes cirurgis 2/ruangan - -

16. Gunting nekrotomi 2/ruangan - -

17. Gunting perban 2/ruangan 2 unit -

18. Korentang dan tempat 2/ruangan - -

19. Bengkok 2/ruangan 1 unit -

20. Suction 2/ruangan 1 unit -

21. Telepon 1/ruangan 1 unit -

22. Komputer 1/ruangan 2 unit -

23. Alat pemadam kebakaran 1/ruangan 1 unit -

24. Lemari obat 2/ruangan 1 unit Lemari obat


dapat
menyimpan
seluruh obat
pasien
25. Lampu darurat 2/ruangan 1 unit -

26. Spuit gliserin 2/ruangan - -


27. Kereta obat 1/ruangan - -

28. Standar baskom 2/ruangan - -

29. Standar infus 1:1 31 unit Tiap bed


terdapat standar
infus
30. Ambu bag 1/ruangan 1 unit -
31. Kursi lipat 5/ruangan 31 unit Kursi biasa
yang dapat
menunjang
32. Manometer O2 lengkap 2/ruangan 31 unit Tiap bed
terdapat
manometer O2
didinding
33. Termometer 5/ruangan 2 unit -

Alat Tenun

Kondisi di
No. Nama Barang Ratio/ Alat Keterangan
Ruang Melati
1. Linen 65 60 unit -

2. Perlak 50 -
10 unit
3. Sarang Bantal 65 50 unit -

4. Selimut 50 -
55 unit
Alat Rumah Tangga

Kondisi di
No. Nama Barang Ratio/Alat Keterangan
Ruang Melati
1. Kursi Roda 2-3/ruangan 4 unit
2. Lemari obat emergency 1/ruangan 1 unit
3. Meja pasien 1:1 31 unit
4. Standar infus 2-3/ruangan 31 unit
5. Waskom mandi 8-12/ruangan
6. Lampu sorot/ lampu 1/ruangan 11 unit
Emergency
7. Lampu senter 1-2/ruangan 1 unit
8. Troly obat 1/ruangan 2 unit
9. Troly rawat luka 1/ruangan 1 unit
10. Troly suntik 1/ruangan 1 unit
11. Timbangan BB/TB 1/ruangan 1 unit
12. Dorongan O2 1/ruangan 1 unit
13. Baki 5/ruangan 9 unit
14. Tempat sampah pasien 1:1 1/ ruangan
15. Tempat sampah besar 4/ruangan 12 unit

Fasilitas Pasien

No Nama Barang Ideal Kondisi di Keterangan


Ruang Melati
1 Tempat Tidur 1:1 31 unit
2 Meja Pasien 1:1 31 unit
3 AC 4/ruangan 31 unit
Kamar pasien
4 Kursi roda 2-3/ruangan 4 unit
menggunakan
5 Branchat 1/ruangan 1 unit
AC dan kipas
6 Jam dinding 2/ruangan 12 unit
7 Kamar mandi dan WC Kelas I = 1:2 9 unit angin di Nurse
Kelas 3 = 2:17 Station.
8 Dapur 1/ruangan -
9 Wastafel 2/ruangan 13 unit
10. Linen 1:1 60 unit

11. Perlak 1:1 50 unit

12. Sarung bantal 1:1 65 unit

13. Selimut 1:1 55 unit

Kesimpulan : Sarana dan prasarana RS tipe C sudah memenuhi standar Depkes RI


tahun 2011 , dan beberapa alat sarana dan prasarana yang tidak tertulis sebagai
standar ruang rawat inap di ruang Melati terdapat alat tersebut yang dapat digunakan
dengan kondisi masih baik

c. Fasilitas untuk tenaga kesehatan:


- Ruang karu
- Nurse station, jarak dengan kamar pasien (500 cm)

- Ruang kepala ruangan

- Nurse station

- Ruang ganti dan tempat sholat

- Kamar mandi

- Telepon ruangan

- Kipas angin

- Komputer

d. Administrasi Penunjang

Rekam medik atau status pasien (lembar penerimaan pasien


baru, lembaridentitas, lembar pengkajian , laporan tindakan dan
lembar observasi harian) :

 DRM RI 1 : Ringkasan Pulang (Discharge Summary)


 DRM RI 2 : Surat Pernyataan Umum Saat MRS
 DRM RI 3 : Pelepasan Informasi Pasien
 DRM RI 4 : Ringkasan Keluar Masuk (Sebab Kematian)
 DRM RI 5 : Formulir Serah Terima Pasien
 DRM RI 6 : Lembar Triage dan Pengkajian IGD
 DRM RI 7 : Identifikasi Bayi Lahir
 DRM RI 08.1 : Assessmen Rawat Inap Bayi
 DRM RI 08.2 : Assessmen Rawat Inap Anak
 DRM RI 08.3 : Assessmen Rawat Inap Obstetri
 DRM RI 08.4 : Assessmen Rawat Inap Geriatri
 DRM RI 08.5 : Assessmen Rawat Inap Dewasa
 DRM RI 08.6 : Assessmen Rawat Inap Psikiatri
 DRM RI.09 : Formulir Pemberian Edukasi
 DRM RI 10 : Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
 DRM RI 10. 1 : Evaluasi Awal MPP
 DRM RI 10. 02 : Lembar Konsultasi
 DRM RI 11 : Formulir Tindakan Pasien Keperawatan
 DRM RI 11... : Intervensi Asuhan Keperawatan...
 DRM RI 11... : Intervensi Asuhan Keperawatan...
 DRM RI 11... : Intervensi Asuhan Keperawatan...
 DRM RI 11... : Intervensi Asuhan Keperawatan...
 DRM RI 11... : Intervensi Asuhan Keperawatan...
 DRM RI 12 : Lembar Observasi dengan Skor New atau
Lembar Observasi
 DRM RI 12.1 : Lembar Observasi Mawar
 DRM RI 12.2 : Lembar Patograf
 DRM RI 12.1 : Lembar Observasi Bayi
 DRM RI 12.2 : Lembar Observasi ICU
 DRM RI 13 : Lembar Pengobatan
 DRM RI 14.1 : Assessment Nyeri Comfort Scale (ICU)
 DRM RI 14.2 : Assessment Nyeri Wong Baker Face Scale
 DRM RI 14.3 : Assessment Nyeri FLACCS (anak)
 DRM RI 14.4 : Assessment Nyeri NIPPS (bayi)
 DRM RI 15.1 : Risiko Jatuh Pasien Dewasa
 DRM RI 15.2 : Risiko Jatuh Pasien Geriatri
 DRM RI 15.3 : Risiko Jatuh Pasien Anak
 DRM RI 16 : Formulir Rekonsiliasi Obat
 DRM RI 17 : Pengkajian Gizi Rawat Inap
 DRM RI 18 : Laporan Hasil Kritis Lab dan Radiologi
 DRM RI 19 : Lembar Penempelan Hasil
 DRM OK 19.1 : Asuhan Keperawatan Kamar Operasi
 DRM OK 19.2 : Asuhan Keperawatan Kamar Operasi Intraoperasi
 DRM OK 19.3 : Asuhan Keperawatan Kamar Operasi Post-Operasi
 DRM OK 19.4 : Assesment Pra-Bedah
 DRM OK 19.5 : Laporan Operasi SC
 DRM OK 19.5 : Laporan Operasi Mata
 DRM OK 19.5 : Laporan Operasi Biasa
 DRM OK 19.6 : Formulir Penandaan Operasi (perempuan)
 DRM OK 19.6 : Formulir Penandaan Operasi (laki-laki)
 DRM OK 19.7 : Daftar Tilik Keselamatan Pasien
 DRM OK 19.8 : Lembar Anestasi
 DRM CON 1 : Formulir Permintaan Pembatasan Pengunjung
 DRM CON... :
 DRM CON... :
 DRM CON... :
 DRM CON... :
 DRM CON... :
 DRM CON... :
 DRM ADM 20 : Surat Pengantar MRS
 DRM ADM... :
 DRM ADM... :
 DRM ADM... :

1. Buku register dan sensus pasien rawat inap

2. Dokumen inventarisasi sarana dan prasarana ruangan

3. Buku visite dokter spesialis (soft file)

4. Buku baca EKG (soft file)

5. Buku ECHO (soft file)


6. Buku resep

7. Buku rapat

8. Buku bon umum dan logistik

9. Lembar diagnosa keperawatan

10. Berbagai macam lembar persetujuan medis dan penolakan medis

11. Buku laporan jaga shif

12. Buku observasi suhu kulkas

13. Buku dokumentasi obat emergency

14. Sistem informasi Manajemen (SIM)

15. Leaflet

Kesimpulan : administrasi penunjang ruang melati sudah lengkap


e. Pengelolah Sampah

Tempat sampah telah dibedakan antara limbah sampah medis ,


sampah non medis,sampah botol infus, sampah vial , sampah benda
tajam / safety box ( jarum spuit, ampul , mess, jajrum jahit )
PEMBUANGAN LIMBAH PADAT MEDIS

Gunakan APD (katelpak, sarung tangan,


masker, dan sepatu boot)

Siapkan gerobak sampah, troli, dan bak


sampah besar

Ambil limbah padat medis dari tiap-tiap ruangan setiap hari yang sebelumnya telah
dilakukan pemilahan limbah dari sumber limbah

- Pemilahan limbah dilakukan dengan melapisi tempat sampah dengan kantong


plastik kuning dan dipisahkan sesuai dengan jenisnya seperti untuk vial, ampul,
botol infus, dan jarum suntik

Kapasitas sampah dikatakan penuh apabila


sudah berisi ¾ bagian dari tempat sampah

Ikat dengan kuat menggunakan kantong


plastik berwarna kuning

Sampah diangkut ke TPS B3 dengan


menggunakan gerobak sampah medis

Setelah selesai cuci gerobak sampah, troli,


dan bak sampah besar yang telah digunakan

Lepas APD

Cuci tangan sesuai standart prosedur


operasional
PEMBUANGAN SAMPAH UMUM

Cuci tangan sesuai standart prosedur operasional

Gunakan APD (katelpak, sarung tangan, masker, dan


sepatu boot)

Siapkan gerobak sampah, troly, dan bak


sampah besar

Petugas Sampah mengambil limbah padat


umum dari tiap-tiap ruangan setiap hari

Kapasitas sampah dikatakan penuh apabila sudah berisi ¾ bagian


dari tempat sampah, sehingga harus dilakukan pembuangan

Untuk tempat sampah yang letaknya jauh


dapat menggunakan troly sampah umum
untuk mengambil sampah umum dari tiap-

Sampah diangkut ke TPS umum dengan


menggunakan gerobak sampah umum

Setelah selesai cuci gerobak sampah, troly, dan bak


sampah besar yang telah digunakan

Lepas APD

Cuci tangan sesuai standart prosedur


operasional

Kesimpulan : Ruangan sudah mempunyai standar pengolahan sampah


4.1.1 M3 (Methode)
1. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional

Kepala Ruang
Fuji Agustiningsih, S.Kep.,Ns

KATIM 1 KATIM 2
Ns. Desty Ayu Nur Afifayanti,S.Kep
Ns. Inka Firna One Septiniko, S.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


1. Mita Mifurotin Nings, a.Md,Kep 8. Irine Fauzia, A.Md.Kep
2. Ns. NurFadillah, S.Kep 9. Khusnul Khotima, A.Md.Kep
. 3. Ns. Iis Nur Afifah, S.Kep 10.Ns. SitiNur Syamsiyah, S.Kep
. 4. Ns. Esti Dwi Jayanti, S.Kep 11.Ns. Nando Bayu A.,S.Kep
. 5. Yeti Wijayanti, Amd.Kep 12.Ns. Noviatus S, S.Kep
. 6. Abdul Muntholib, Amd.Kep 13.Mohammad Irwan M, Amd. Kep
. 7. M. Iqbal Pratama, Amd.Kep 14.Ns. Tri Setya Ramdani, S.Kep
15.Ns. Ida Trisnawati, S.Kep

14 Pasien 17 Pasien
Kelas I Kelas III
(Kamar 5,6,7,8,9,10,11) (Kamar 1,2,3,4,12)

a. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Melati pada tanggal 13 Februari
2023 didapatkan hasil bahwa model keperawatan yang di gunakan di ruang Melati
adalah model asuhan keperawatan tim. Dimana, masing-masing tim dalam 1 shift
terdiri dari 2-3 perawat diantaranya 1 perawat penanggung jawab yang
berpengalaman dan membawahi 2 perawat pelaksana. Dalam metode tim ini 1
perawat pelaksana memegang kelas 1 dan 1 perawat pelaksana memegang kelas 3
serta perawat penanggung jawab harus menguasai semua pasien (14-17 pasien).
b. Observasi
Dari hasil observasi pada tanggal 13 Februari 2023 di Ruang Melati, Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang Melati, yaitu menggunakan
MPKP dengan model tim, yang mana dalam model ini perawat ruangan dibagi
tugas menjadi beberapa bagian yang bertanggung jawab dengan tugas masing-
masing
yaitu Kepala Ruangan, Perawat Kepala Jaga, Perawat Pelaksana. Pada saat
tindakan, komunikasi antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lain sudah
berjalan dengan baik. Namun pada model MPKP Tim di ruang Melati ini kurang
maksimal karena memang terjadi ketidakseimbangan antara jumlah perawat dan
jumlah pasien. Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh setiap anggota tim
dilakukan bersama-sama agar pelaksanaan bisa berjalan secara optimal.
c. Kuesioner
1. Pengetahuan Model MAKP

150% Pengetahuan Model MPKP


100%
100%

50%

0% 0%
0%
Baik CukupKurang
BaikCukupKurang

2. Efektifitas dan Efisiensi MAKP Tim

Efektifitas MAKP Tim


100%
77%
80%
60%
40% 23%
20% 0%
0%
Baik Cukup Kurang

BaikCukupKurang

3. Pelaksanaan MPKP Tim

Pelaksanaan MPKP Tim


150%
98%
100%

50%
2% 0%
0%
Baik Cukup Kurang

BaikCukupKurang
4. Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas

Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas


120% 100%
100%
80%
60%
40%
20% 0% 0%
0%
BaikCukupKurang

BaikCukupKurang

Hasil kuesioner yang diberikan perawat ruangan pada tanggal 14


Februari 2023 menunjukkan 100% pengetahuan baik terhadap model MAKP
yang diterapkan diruangan melati. Kemudian menurut hasil kuesioner
sebanyak 77% perawat berpendapat baik dan 23% berpendapat cukup dalam
efektifitas dan efesiensi model MPKP. Kuesioner pelaksaan makp tim
diruangan sebanyak 98% mengatakan baik, 2% mengatakan cukup. Pada
kuesioner tanggung jawab dalam pemberian tugas sebanyak 100%
mengatakan baik.
2. Timbang Terima
a. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Melati tanggal 14 Februari
2023 didapatkan bahwa di ruang rawat inap Melati terdapat SOP timbang
terima yang terarsip di dalam buku SOP Keperawatan . Didapatkan bahwa
kegiatan timbang timbang terima dilakukan secara bed side hand over
dilaksanakan setiap pergantian shift pagi ke sore, dan dilakukan pada shift
sore ke malam serta dari shift malam ke pagi, dalam tahap persiapan
dilakukan di nurse station, dimana penanggung jawab shift menyampaikan
timbang terima kepada penanggung jawab shift berikutnya, mengenai hal-
hal yang perlu disampaikan diantaranya nama klien, asuransi, diagnosa
medis, kondisi pasien, masalah keperawatan yang masih muncul,
intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, terapi yang
sudah dilakukan dan belum dilakukan, terapi tambahan dari dokter, dan
hasil laborat. Setelah adanya penjelasan antar perawat, timbang terima di
lanjutkan keliling ke pasien dan memperkenalkan perawat jaga shift
selanjutnya. Timbang terima menggunakaan status pasien.
b. Observasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama pengkajian timbang terima
dilakukan tiap pergantian shift, yaitu dari shift pagi ke siang, siang ke
malam, malam ke pagi. Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat kepala
jaga, perawat pelaksana dan kepala ruangan (kecuali untuk shift sore ke
malam tanpa kepala ruangan). Timbang terima dilakukan setiap pergantian
shift di ruang perawat. Pengoperan timbang terima berupa identitas pasien,
nomor bed pasien, diagnosa medis, data subjektif (keluhan utama pasien),
keadaan umum, data objektif (hasil lab, hasil foto, ECG), masalah
keperawatan, intervensi baik mandiri maupun kolaborasi, planning
pengobatan pasien dan catatan tambahan (pembiayaan, denda pembiayaan,
SEP belum tercetak). Seluruh pencatatan tersebut didokumentasikan di
dalam buku khusus untuk pelaporan timbang terima. Setelah itu seluruh
perawat baik perawat jaga dan perawat yang mengoperkan melakukan
validasi ke pasien secara bersama-sama. Dan kadang-kadang ada interaksi
dengan pasien selama timbang terima. Dari hasil observasi tanggal 14
Februari 2023 dengan membandingkan pelaksanaan dan SOP Timbang
Terima RS Anwar Medika, didapatkan bahwa pelaksanaan kegiatan
timbang terima sesuai dengan SOP di ruangan. Terdapat SOP timbang
terima di ruang melati dengan Berdasarkan SK Nomor PRW/A/82/2019
yang telah terarsip dikumpulan SOP Keperawatan.
BAB 1 Alur Pelaksaan Timbang Terima

Timbang terima dilakukan di nurse


station

Adanya masalah baru, masalah


teratasi sebagian, dan rencana terapi
tambahan

Perawat mencatat di buku operan

Perawat mendatangi ruangan pasien


satu persatu

Perawat kembali ke nurse station

c. Kuesioner

Kriteria Frekuensi Presentase

Baik 5 100%

Cukup 0 0

Kurang 0 0

Total 5 100%

Hasil sebaran kuesioner tanggal 14 Februari 2023 didapatkan data


sebanyak 16 perawat (100%) melakukan operan setiap kali pergantian
shift, dengan jam pelaksaan yang tepat waktu, dihadiri oleh seluruh
anggota perawat
yang jaga saat itu, dengan di pimpin oleh kepala ruangan saat pagi hari,
dan di pimpin oleh kepala jaga saat siang dan malam. Saat proses operan
selain status pasien yang digunakan untuk timbang terima juga ada buku
laporan yang berisi hasil visite dokter dan catatan perkembangan pasien,
seperti keluhan dan TTV pasien.
3. Ronde Keperawatan
a. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan melati RS Anwar Medika
pada tanggal 14 februari 2023, pelaksanaan ronde keperawatan diruangan
pernah dilakukan terakhir pada bulan Desember 2022 dan hanya dilakukan
pada kasus yang gawat atau pada pasien dengan penyakit komplikasi dan
pada pasien yang dirawat lama diruangan. Ronde keperawatan bersifat
incidental dan di ruangan terdapat SOP ronde keperawatan dengan No.
Dokumen PRW/A/102.
b. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 13-14 Februari 2023 diruang
melati bahwa ronde keperawatan belum pernah dilakukan pada pasien
yang ada diruang melati, khususnya pasien dengan komplikasi penyakit
maupun pasien yang sudah lama perawatan dirumah sakit.
BAB 2 Gambar Diagram Kuesioner Tentang Ronde Keperawatan di
RSU Anwar Medika Sidoarjo

100%87%
80%
60%
40%
13%
20%
0%
Baik Kurang

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 16 perawat


didapatkan 87% pemahaman tentang ronde keperawatan sudah baik,
sedangkan 13% kategori kurang.
4. Sentralisasi Obat
a. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan melati pada tanggal 14
Februari 2023, ruang melati dalam pengelolaan obat menggunakan
system
UDD (Unit Dose Dispensing) yang artinya obat yang dikelola diruang
melati hanya dipersiapkan untuk 24 jam dan System ODD (One Day
Dose). Apabila pasien pulang maka obat tersebut akan dikembalikan ke
depo farmasi. Terdapat SOP sentralisasi obat di ruang melati.
b. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2023
didapatkan bahwa ruang melati menggunakan system UDD (Unit Dose
Dispensing) dan ODD ( One Day Dose) Pada UDD (Unit Dose
Dispensing) digunakan untuk obat oral dimana obat yang disiapkan dalam
bentuk siap pakai selama 24 jam dan pada system ODD (One Day Dose)
digunakan untuk obat injeksi. Di ruang melati sudah terdapat loker
penyimpanan obat dengan nama pasien di masing-masing loker sehingga
tertata rapi. Alur dari system UDD (Unit Dose Dispensing), dimana dokter
memberikan resep obat kepada perawat jaga kemudian resep tersebut
disetorkan ke pihak depo farmasi. Pihak depo farmasi menyiapkan obat
sesuai dengan resep yang sudah disetorkan dan mengantarkan ke ruangan
melati. Penyetoran ini dilakukan setiap sore. Apabila ada obat baru atau
urgent yang diresepkan maka perawat akan mengambil sendiri ke depo
farmasi. Bilamana pasien pulang dan obat masih tersisa, maka perawat
akan mengembalikan obat tersebut ke pihak farmasi dengan mengisi form
return. Sentralisasi obat di ruangan tetap di kontrol oleh depo farmasi
kecuali obat high alert di sentralisasikan di depo farmasi seperti cairan-
cairan pekat.
c. Kesimpulan Hasil Observasi :
Untuk pelaksanaan pemberian obat ke pasien sudah dilakukan sesuai
dengan SOP sentralisasi obat milik RS Anwar Medika Sidoarjo, perawat
pelaksana melakukan pengoplosan obat di ruang penyimpanan obat.
Kemudian perawat akan melakukan pengecekan sebelum memberikan
obat ke pasien dengan menanyakan nama pasien dan melihat dari gelang
identitas yang dipakai pasien. Untuk pendokumentasian dari perawat ke
depo farmasi sampai obat diberikan ke pasien sudah baik, setelah obat
diberikan ada pengisian bukti pemberian terapi seperti tanda tangan pasien
atau keluaga pasien di lembar pemberian obat.
d. Alur sentralisasi obat

Resep

Depo Farmasi

Obat diantar ke ruangan diterima


perawat
Lembar serah terima obat dan
TTD buku serah terima/masuk
obat
Obat diletakkan di kotak
sentralisasi sesuai identitas
pasien

Obat disusun oleh perawat

Diberikan ke pasien

Informasikan sisa obat

TTD pasien / keluarga pasien dan


perawat
5. Supervise Keperawatan
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan yang dilakukan pada
tanggal 13 Februari 2023, bahwa kegiatan supervisi di ruang melati
dilakukan setiap 1 bulan 1 kali, dan bersifat insidental (sewaktu-waktu
dilakukan). Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan ruangan dengan
mengevaluasi kinerja perawat (kesesuaian dengan SOP). Saat penilaian
kinerja bagus perawat diberikan penghargaan khusus namun perawat
diberikan reward sesuai kesepakatan. Evaluasi yang diberikan oleh
supervisor dilakukan secara langsung dan meminta umpan balik langsung
sehingga membuat perawat yang ada diruangan langsung mengevaluasi
kekurangan dan meningkatkan kelebihannya untuk menjadi lebih baik lagi.
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi ditetapkan dengan kepala ruangan yang
dilakukan pada tanggal 13 Januari 2023. Adanya teguran dari kepala ruang
jika perawat melakukan pelanggaran jika tidak melaksanakan tugas
dengan baik,karena ada tuntutan dari pasien sebagai konsumen untuk
mendapatkan pelayanan yang profesional maka pengadaan supervise yang
dilakukan rutin setiap bulan akan membantu perawat lebih professional.
Pemgadaan supervisi dilakukan dengan menggunakan SPO berdasarkan
SK Nomor 11a/SK-RSAM/I/2019 tentang Kebijakan Penetapan Standart
Operasional Prosedur Keperawatan. Berdasarkan hasil observasi saat
pemberian obat kepada pasien dilakukan pengaplikasian tanda tangan dari
pasien atau keluarga pasien
c. Hasil Quesioner Supervisi
Tabel Tabulasi Data Per-item soal Supervisi Di Ruang Melati RSU Anwar
Medika
Kriteria Frekuensi Presentase (%)

Baik 4 99
Cukup 1 1
Total 5 100
Hasil pengukuran kegiatan supervisi di ruang melati RS. Anwar Medika
dengan menggunakan kuesioner didapatkan data bahwa, sebanyak 5
pertanyaan supervisi (99%) dilakukan dengan baik oleh kepala ruangan

6. Discharge Planning
a. Wawancara
Dari hasil wawancara pada tanggal 13 Februari 2020 pelaksanaan
discharge planning di ruang melati sudah dilakukan sesuai standart yang
diterapkan oleh rumah sakit dengan lembar Discharge Planning, yaitu saat
pasien pertama kali masuk sampai pulang. Pada saat pasien MRS perawat
akan menjelaskan tentang aturan-aturan yang harus dipatuhi selama pasien
dirawat di ruang melati seperti visite dokter, orientasi ruangan , jika pasien
membutuhkan perawat pasien sudah disediakan tombol nurse station.
Setiap pasien yang akan pulang dari rawat inap ruang melati juga
diberikan edukasi sebagai ilmu perawatan dirumah. Kemudian perawat
menyampaikan yang meliputi perawatan dirumah dan jadwal kontrol.

b. Observasi
Hasil observasi pada tanggal 13- 15 Februari 2023 didapatkan bahwa saat
pasien yang baru MRS dan KRS sudah dilakukan discharge planning
dengan baik. Perawat dalam menerima pasien MRS melakukan orientasi
kepada pasien secara menyeluruh. Saat pasien pulang perawat ruang melati
sudah melakukan discharge planning dengan menjelaskan bagaimana
perawatan dirumah dan jadwal kontrol, namun selama pengkajian
pelaksanaan discharge planning diruang melati menggunakan leaflet atau
brosur namun kadang perawat juga tidak memberikan leaflet atau brosur
ke pasien saat pasien pulang sebagai media penyampaian edukasi ke
pasien dan ada lembar ringkasan pulang . Hal ini karena Kurang
tersedianya leaflet edukasi di nurse station sesuai dengan penyakit pasien.
Perawat tidak mengalami kesulitan selama memberikan penjelasaan
tentang pendidikan kesehatan dan bahasa yang digunakan mudah
dimengerti oleh pasien. Berdasarkan hasil lembar observasi ceklist
didapatkan hasil bahwa proses Discharge Planning diruang melati RS
Anwar Medika sudah sesuai dengan SOP.
c. Hasil Quesioner Discharge Planing
Kesimpulan : Hasil pengisian questioner discharge planning di ruang
Melati RS Anwar Medika didapatkan data bahwa, sebanyak 5 pertanyaan
discharge planning (100%) dilakukan dengan baik oleh perawat.

100%
80%
60% Cukup
40% Baik
20%
0%
12345

Alur pasien masuk Ruang Melati


7. Dokumentasi Keperawatan
a. Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan maupun perawat
pelaksana tanggal 13 februari 2023 didapatkan bahwa sistem
pendokumentasian yang ada di ruangan Melati adalah model
pendokumentasian SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga
kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain yang
terlampir dalam lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi). Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien
di ruang Melati masih menggunakan metode tulis tangan belum
menggunakan E-RM. Tetapi untuk pemeriksaan penunjang sudah ada
dalam EHOS (Elektronik Hospital System) dan juga ada di RM pasien.
Bagi perawat yang bekerja di ruang Melati semuanya melakukan pelatihan
In House Training (IHT) untuk pengisian dokumentasi Rekam Medik.
b. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan pada bulan februari 2023
menunjukkan bahwa sebagai berikut :
 Pengkajian
Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada 10 buku status pasien
didapatkan hasil 10 pengkajian pasien sudah terdokumentasi dengan
baik, format pengkajian mulai dari pemeriksaan fisik persystem dan
masalah yang muncul pada persystem sudah diisi atau di
dokumentasikan dengan baik, format pengkajian yang digunakan
menggunakan check list yang memungkinkan perawat dapat
melakukan pengkajian dengan cepat.
 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari 10 buku status pasien di
dapatkan hasil 10 status pasien, diagnosa keperawatan sudah sesuai
dengan prioritas masalah pasien di sertai dengan data-data penunjang
untuk menegakkan satu diagnosa keperawatan.
 Rencana Asuhan Keperawatan
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari 10 buku status pasien
didapatkan hasil 10 dari 10 didapatkan bahwa perencanaan sudah
dicantumkan / dokumentasi oleh perawat pada semua status pasien
sesuai dengan prioritas masalah, mencakup tindakan observasi
keperawatan, tindakan mandiri keperawatan, tindakan pendidikan
kesehatan, kolaborasi dan tindakan yang menggambarkan keterlibatan
klien dan kriteria evaluasi dalam lembar intervensi disertai juga tanda
tangan perawat yang melakukan intervensi keperawatan.
 Implementasi
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari 10 buku status pasien
didapatkan hasil 10 dari 10 implementasi keperawatan dilaksanakan
sesuai perencanaan keperawatan dan didokumentasikan dengan baik
disertai tanda tangan perawat yang melakukan implementasi.
 Evaluasi
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dari 10 buku status pasien
didapatkan hasil yaitu evaluasi sesuai SOAP, untuk diagnosa
keperawatan yang sudah teratasi atau belum teratasi tertulis dalam
dokumentasi keperawatan.
4.1.1 M4 (Money)
Pengkajian di Ruang Melati RS Anwar Medika dilakukan pada tanggal 13
Februari 2023, dengan wawancara dan dari hasil studi kasus status pasien.
1. Sumber pendanaan
a. Sistem pendanaan
Sumber biaya RSU ANWAR MEDIKA berasal dari Yayasan RSU
Anwar Medika, Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari
asuransi seperti :
- KERJASAMA PERUSAHAAN
NO NAMA PERUSAHAAN
1 Yayasan Kesejahteraan Karyawan dan Keluarga (YK3) PAL Indonesia
2 PT. Dinasti Jaya Mandiri
3 PT. Surya Plastindo
4 PT. Hexamitra Charcoalindo
5 PT. Cahaya Utama
6 PT. Prima Makmur Sentosa
7 PT. Sinar Indochem
8 PT. Budi Starch Sweetener Tbk
9 PT. Tri Mega Baterindo
10 PT. Wahana Lentera Raya
11 PT. Kurnia Inti Pratama

12 PT. Satria Graha Sempurna


13 PT. Soo Good Food
14 PT. Waskita karya (Persero) Tbk
15 PT. Karya Bintang Mandiri
16 PT. Jagabaya Nusantara
17 PT. Seger Agro Nusantara
18 PT. Zidan Putra Gemilang
19 PT. Jasa Raharja Cabang Utama Jawa Timur
20 PT. SWTS
21 PT. Dinasti Jaya Mandiri
22 PT. Tri Mega Baterindo
23 CV. Karindo Putra Jaya
24 Kepolisian Resort Kota Sidoarjo
25 PT. Jasamarga Tollroad Operator
26 PT. Jasa Raharja cabang utama jawa timur
27 PT. Japfa Comfeed Indonesia
28 PT. New Indobatt Energy Nusantara
29 . Karya Usaha Baru
30 PT. Japfa Comfeed Indonesia.
31 PT. Panca Indah Jayamahe
32 PT. Citra Karya Terpercaya
33 PT. Indodaya Surya lestari
34 PT. Amanah Amarta Grub
35 PT. Woodone Integra Indonesia
36 PT. Santos Jaya Abdai
37 PT. Gresik Prima Utama

- KERJASAMA ASURANSI
NO NAMA ASURANSI
1. PT. Lippo General Insurance, Tbk.
2. PT. Asuransi Central Asia
3. PT. Avrist Assurance
4. PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.
5. PT. Asuransi Astra Buana
6. PT. FWD Life Indonesia
7. PT. Java Smartindo Graha Jsmart
8. PT. Prudential Life Assurance
9. BPJS Ketenagakerjaan
10. PT. AJ Central Asia Raya
11. PT. Asuransi Jasa Indonesia
12. PT. Hanwha Life Insurance Indonesia
13. PT Prima Sarana Jasa
14. PT. AA International Indonesia
15. PT Intregitas Solusi Medika
16. PT. Zurich Asuransi Indonesi, Tbk.
17. PT. BNI Life Insurance
18. PT. Media Dokter Investama
19. PT. Asuransi Sinar Mas
20. PT. AIA FINANCIAL

21. PT. Prima Sarana Jaya (Global Excel)


22. PT.Asuransi Jasa Indonesia
23. PT.Asuransi Adira Dinamika
24. PT.Asuransi Sinar Mas
25. PT.Asuransi Umum Mega
26. BPJS Kesehatan cabang sidoarjo

b. Jenis Pembiayaan Ruang Melati RS Anwar Medika Bulan Januari


Tahun 2023

Bulan Januari 2023


Series 1 Column1 Column2

263

7 0 2 1 12 13 2 0
Umum J K MM Asu r an si JR JKK BPJS J R +B P J S J R +J K K J R +J K MM

Sumber : Data Sensus Ruang Melati Bulan Januari 2023

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 Februari


2023 dengan mengambil data pada bulan Januari 2023 biaya perawatan pasien
di ruang Melati RS Anwar Medika paling besar berasal dari BPJS yang
hasilnya bernilai 263 orang yang dikarenakan semakin meningkatnya
pemahaman masyarakat tentang BPJS yang bisa dilakukan kapan saja yang
berhubungan dengan kesehatan dan masyarakat sudah mulai sadar tentang
pentingnya kesehatan. Penyelesaian administrasi melalui admin kasir rawat
inap.

2. Kesejahteraan perawat

Pada proses pelaksanaan kegiatan dilakukan hanya dalam batas


wawancara dan sharing dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar. Yang
diantaranya adalah tentang pemenuhan kesejahteraan karyawan. Biaya
operasional pengadaan sarana dan prasarana, serta gaji pegawai diperoleh
dari pihak RSU Anwar Medika. Para tenaga perawat selain mendapatkan gaji
juga mendapatkan bonus:
NO TUNJANGAN POTONGAN
1 Tunjangan transportasi Potongan BPJS TK:
2 Tunjangan keluarga 1. Potongan karyawan
2. Tunjangan RS
3 Tunjangan jabatan Cicilan:
1.Koperasi
4 Tunjangan fungsional 2.Keterlambatan
3.Dana social
4.Pajak PPH21
5 Tunjangan BPJS TK
6 Tunjangan BPJS kesehatan
7 Tunjangan jasa pelayanan
Dan pendapatan tersebut langsung diberikan ke tenaga perawat dari
pihak RSU Anwar Medika dan jika sudah dikirim biasanya muncul notifikasi
di e-mail masing-masing.

3. Tarif Kamar,Visite Dokter dan pelayanan di ruang Melati RSAM


a. Tarif Ruang Melati RS Anwar Medika
TARIF KAMAR
NO URAIAN
K1 K3

1. Biaya kamar include makan Rp. 275.000 Rp. 200.000


2. Tindakan minimal care Rp. 70.000 Rp. 33.000
3. Legalisir surat kematian Rp. 3000 Rp. 3000

Total Rp. 348.000 Rp. 236.000

Sumber : Data Administrasi Ruang Melati 2023

b. Daftar Tarif Biaya Visite atau Konsul Dokter Ruang Melati RS Anwar
Medika
BIAYA
NO URAIAN
K1 K3

1. Visite dokter spesialis Rp. 85.000 Rp. 75.000

2. Visite dokter umum Rp. 45.000 Rp. 40.000

3. Konsul Per/Telpon Rp. 42.500 Rp. 37.500


4. Konsul ahli gizi Rp. 36.000 Rp. 36.000

5. Visite fisioterapi Rp. 136.000 Rp. 136.000

Sumber : Data Administrasi Ruang Melati 2023

c. Tarif Pelayanan Ambulance


NO JENIS PELAYANAN TARIFF (RP)

1. Tariff ambulance perkm Rp. 33.000

2. Tariff ambulance <5 km Rp. 165.000

d. Tarif Tindakan Medik Rawat Inap yang sering dilakukan


NO JENIS TINDAKAN TARIFF (RP)

1. Rawat luka kecil <5 cm Rp. 27.500

2. Rawat luka kecil 5-10 cm Rp. 44.000

3. Rawat luka kecil 10-15 cm Rp. 53.000

4. Luka gangreng Rp. 96.000

5. Luka bakar <9% Rp. 260.000

6. Luka bakar >18% Rp. 346.000

7. Luka bakar 9-18% Rp. 303.000

8. Injeksi Rp. 21.000

9. Vital Sigh Rp. 27.000

10. Pasang infus Rp. 21.000

11. Aff infus Rp. 12.000

12. Pasang kateter Rp. 53.000

13. Aff kateter Rp. 21.000

14. Sewa syring pump/hari Rp. 72.000

15. Nebul/hari Rp. 96.000

16. Ekg Rp. 102.000


17. Pasang NGT Rp. 130.000

18. Aff NGT Rp. 21.000

19. Sonde/kali Rp. 12.000

20. Resusitasi Rp. 96.000

21. Pasang mayo Rp. 44.000

22. Lepas mayo Rp. 18.000

23. Rawat jenazah Rp. 44.000

24. Oksigen/liter Rp. 3600

25. Pasang tampon hidung Rp. 70.000

26. Aff tampon hidung Rp. 27.000

27. Angkat jahitan/simpul Rp. 10.000

28. Aff drain Rp. 18.000

29. Suction dewasa Rp. 18.000

30. GDA Stik Rp. 30.000

31. Cek Darah Rp. 80.000

32. Ct scan Rp. 1.200.000

33. Rontgen Rp. 115.000/foto

Sumber : Data administrasi ruang melati 2023

Kesimpulan: Tabel di atas merupakan daftar rincian di ruang


Melati. Sudah tersampaikan secara baik dengan lisan maupun tulisan
sejak awal pasien masuk. Sehingga jika pasien umum, keluarga pasien

bisa memahami atau memperkirakan berapa biaya yang akan mereka


keluarkan selama dirawat.

4. System Pembayaran Bagi Pasien

Jika pasien ingin bertanya mengenai berapa banyak biaya yang


dihabiskan selama perawatan diruangan, keluarga pasien dapat menanyakan
langsung pada perawat di ruangan dan diarahkan ke kasir rawat inap.
Prosedur pembayaran pasien yang akan pulang dari:
 Pasien umum terdapat :
Debit (Mandiri, selain mandiri atau beda bank ada charge 2½% atau 1%)
Qrist
Tunai atau cash
Transfer (Hanya pada jam kerja, jam 07.00 sampai 14.00)
 Pasien BPJS atau Asuransi lain maka tagihan atau klem artinya tidak ada
pembayaran secara tunai sama sekali. Jika pasien meninggal maka akan
dikenakan pembiayaan ambulan saja.
5. Hambatan Dalam Pembayaran atau Penagihan
Hambatan dalam pembayaran biasanya yang sering ditemukan adalah
pasien umum, karena biasanya pasien umum jika merasa berat untuk
membayar pasien minta dialihkan ke penjamin atau ke BPJS dan itu harus
meminta persetujuan terlebih dahulu tidak bisa langsung. Sedangkan untuk
pasien yang memakai BPJS untuk saat ini belum ada mengenai hambatan.
6. Alur Pelayanan Pasien
Alur pelayanan pasien umum dan BPJS sama, pasien datang di triase,
selanjutnya petugas menilai pasien (<60 detik) atau menunggu hasil
pemeriksaan setelah itu masuk ke pendaftaran IGD, Jika hasil sudah keluar
akan diputuskan rawat inap atau rawat jalan. Jika rawat jalan pasien bisa
pulang tanpa obat atau menunggu obat yang sudah diresepkan. Jika rawat
inap, pasien diberikan surat pernyataan untuk rawat inap. Melakukan daftar
kamar (pasien akan mendapat gelang pasien dan rekam medis), pasien di
pindah ke ruangan. Pembayaran dilakukan jika pasien sudah pulang.

7. Persaingan Dengan Rumah Sakit Yang Lain Mengenai Biaya

Persaingan Dengan Rumah Sakit Yang Lain dilihat dari tata letak
rumah sakit. Letak rumah sakit anwar medika posisi ditengah-tengah RS
Sidoarjo barat, RS Mawardi, RS Citra Medika, RS Siti Hajar. RSAM yang
menjadi pusat rujukan.

4.1.2 M5 (Market)
a. Kerjasama
Daftar perusahaan dan asuransi yang bekerjasama dengan RSU Anwar Medika

NO NAMA PERUSAHAAN
1. Yayasan Kesejahteraan Karyawan dan Keluarga (YK3) PAL Indonesia
2. PT. Dinasti Jaya Mandiri - Perawatan Dan Pengobatan Rawat Jalan dan
Rawat Inap bagi Karyawan
3. PT. Surya Plastindo - Perawatan Dan Pengobatan Rawat Jalan Dan
Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja
4. PT. Hexamitra Charcoalindo - Perawatan dan Pengobatan Rawat Jalan
dan Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja dan Kasus Kesehatan
5. PT. Cahaya Utama - Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan kasus Kesehatan
6. PT. Prima Makmur Sentosa - Perawatan dan Pengobatan Rawat Jalan
Kasus Kesehatan
7. PT. Sinar Indochem - Perawatan dan Pengobatan Rawat Jalan dan
Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja
8. PT. Budi Starch Sweetener Tbk - Perawatan dan Pengobatan Rawat
Jalan dan Rawat Inap akibat Kecelakaan Kerja
9. PT. Tri Mega Baterindo - Perawatan dan Pengobatan Rawat Jalan dan
Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja
10. PT Wahana Lentera Raya tentang Perawatan an Pengobatan Rawat
Jalan dan Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja bagi Karyawan PT
Wahana Lentera Raya
11. PT Kurnia Inti Pratama tentang Perawatan an Pengobatan Rawat Jalan
dan Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja bagi Karyawan PT Kurnia Inti
Pratama
12. PT Satria Graha Sempurna tentang Perawatan an Pengobatan Rawat
Jalan dan Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja bagi Karyawan PT
Satria Graha Sempurna
13. PT Soo Good Food tentang Perawatan an Pengobatan Rawat Inap Kasus
BPJS Kesehatan (Selisih Naik Kelas) Bagi Karyawan PT So Good Food
14. PT Waskita karya (Persero) Tbk tentang Perawatan an Pengobatan
Rawat Jalan dan Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja bagi Karyawan
PT Waskita karya (Persero) Proyek Tol Legundi – manyar
15. PT Karya Bintang Mandiri tentang Perawatan an Pengobatan Rawat
Jalan dan Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja bagi Karyawan PT
Karya Bintang Mandiri
16. PT Jagabaya Nusantara tentang Perawatan an Pengobatan Rawat Jalan
dan Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja bagi Karyawan PT Jagabaya
Nusantara
17. PT Seger Agro Nusantara
18. PT. Zidan Putra Gemilang - Perawatan dan Pengobatan Rawat Jalan dan
Rawat inap Bagi Karyawan PT Zidan Putra Gemilang
19. PT. Jasa Raharja Cabang Utama Jawa Timur - Tentang Penanganan dan
Penyelesaian santunan korban kecelakaan penumpang angkutan umum
dan lalu lintas jalan
20. PT. SWTS
21. PT. Dinasti Jaya Mandiri - Perawatan Dan Pengobatan Rawat Jalan dan
Rawat Inap bagi Karyawan
22. PT. Tri Mega Baterindo - Perawatan dan Pengobatan Rawat Jalan dan
Rawat Inap Akibat Kecelakaan Kerja
23. CV. Karindo Putra Jaya - Perawatan dan Pengobatan Rawat Jalan dan
Rawat Inap Bagi Karyawan
24. Kepolisian Resort Kota Sidoarjo
25. PT. Jasamarga Tollroad Operator
26. PT. Jasa Raharja cabang utama jawa timur
27. PT. Japfa Comfeed Indonesia. Tbk – TC
28. PT. New Indobatt Energy Nusantara-TC
29. PT. Karya Usaha Baru-TC
30. PT. Japfa Comfeed Indonesia. Tbk – TC
31. PT. Panca Indah Jayamahe – TC
32. PT. Citra Karya Terpercaya – TC
33. PT. Indodaya Surya lestari – TC
34. PT. Amanah Amarta Grub – TC
35. PT. Woodone Integra Indonesi – TC
36. PT. Santos Jaya Abdai – TC
37. PT. Gresik Prima Utama – TC
Perjanjian Kerjasama dalam Asuransi

1. PT. Lippo General Insurance, Tbk.


2. PT. Asuransi Central Asia
3. PT. Avrist Assurance
4. PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.
5. PT. Asuransi Astra Buana
6. PT. FWD Life Indonesia
7. PT. Java Smartindo Graha Jsmart
8. PT. Prudential Life Assurance
9. BPJS Ketenagakerjaan
10. PT. AJ Central Asia Raya
11. PT. Asuransi Jasa Indonesia
12. PT. Hanwha Life Insurance Indonesia
13. PT Prima Sarana Jasa
14. PT. AA International Indonesia
15. PT Intregitas Solusi Medika
16. PT. Zurich Asuransi Indonesia, Tbk.
17. PT. BNI Life Insurance
18. PT. Media Dokter Investama
19. PT. Asuransi Sinar Mas
20. PT. AIA FINANCIAL
21. PT. Prima Sarana Jaya (Global Excel)
22. PT.Asuransi Jasa Indonesia
23. PT.Asuransi Adira Dinamika
24. PT.Asuransi Sinar Mas
25. PT.Asuransi Umum Mega
26. BPJS Kesehatan cabang sidoarjo
Kesimpulan : Dari data tersebut terdapat 63 perusahaan dan asuransi yang
bekerjasama dengan RSU. Anwar Medika.

b. Pemasaran
Berdasarkan hasil data, Rumah Sakit Anwar Medika dalam pemasarannya
melalui:
 Media sosial seperti Web RS: www.rsanwarmedika.com Ig, Fb dan Yt.
 Terdapat brosur dan spanduk di seluruh area Rumah Sakit
 Promosi kesehatan berupa penyuluhan ke sekolah dan masyarakat
 Bekerjasama dengan koran dan radar Sidoarjo maupun perguruan tinggi
 Lefleat
Kesimpulan : Pemasaran melalui media cetak, online, dan media elektronik
c. Program rutin
Dalam ruangan melati ini terdapat program PKRS (Promosi Kesehatan RS)
dilakukan 1 tahun sekali dengan pasien dan keluarga pasien. Biasanya
dilakukan di depan ruangan teratai.
d. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
 Kepatuhan identifikasi pasien
NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%
2. Februari 100%
3. Maret 100%
4. April 100%
5. Mei 99,5%
6. Juni 100%
7. Juli 100%
8. Agustus 100%
9. September 100%
10. Oktober 100%
11. November 100%
Rata – rata 99,95%
Berdasarkan data yang didapat pada tahun 2022 di ruang melati rata-
rata angka kepatuhan identifikasi pasien belum sesuai standart (100%).
Untuk tindakan selanjutnya yaitu tetap membudayakan identifikasi
pasien dalam setiap melakukan tindakan.

 Ketepatan identifikasi dalam pemasangan gelang pasien rawat inap


NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%
2. Februari 100%
3. Maret 100%
4. April 100%
5. Mei 100%
6. Juni 100%
7. Juli 100%
8. Agustus 100%
9. September 100%
10. Oktober 100%
11. November 100%
Rata – rata 100%
Berdasarkan data di ruang melati, angka Ketetapan identifikasi dalam
pemasangan gelang pasien pada bulan Januari – November 2022 sudah
sesuai standart (100%). Untuk tindakan selanjutnya yaitu tetap
memonitoring evaluasi pemasangan gelang pasien rawat inap.

2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif


Ketepatan verifikasi SBAR dalam 1x24 jam
NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%
2. Februari 100%
3. Maret 100%
4. April 100%
5. Mei 100%
6. Juni 100%
7. Juli 100%
8. Agustus 100%
9. September 85%
10. Oktober 100%
11. November 100%
Rata – rata 98,6%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati pada tahun 2022, angka
ketepatan verifikasi SBAR dalam 1x24 jam belum sesuai standart (100%).
Untuk tindakan selanjutnya yaitu meningkatkan capaian hingga 100%,
monitoring dan evaluasi komunikasi SBAR.

3. Meningkatkan keamanan obat – obatan yang perlu diwaspadai (high


alert)
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati:
- Perawat telah melakukan double check sebelum obat diberikan ke
pasien.
- Ada pemberian label khusus untuk obat – obatan high alert.
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati:
- Dokter sudah melakukan site marking sebelum prosedur pembedahan.
- Sudah melakukan sign in, time out, dan sign out
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan pasien
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati:
- Petugas kesehatan sudah melakukan cuci tangan sebelum kontak
dengan pasien
- Petugas kesehatan sudah melakukan cuci tangan sebelum prosedur
bersih/aseptik
- Petugas kesehatan sudah melakukan cuci tangan setelah prosedur atau
risiko terpapar cairan tubuh
- Petugas kesehatan sudah melakukan cuci tangan setelah kontak dengan
pasien
- Petugas kesehatan sudah melakukan cuci tangan setelah kontak dengan
area sekitar pasien
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh
Kepatuhan upaya pencegahan risiko cidera akibat pasien jatuh pada
pasien rawat inap
NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%

2. Februari 100%
3. Maret 100%
4. April 100%
5. Mei 100%
6. Juni 100%
7. Juli 100%
8. Agustus 100%

9. September 100%
10. Oktober 100%
11. November 100%

Rata-rata 100%

Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati pada tahun 2022, angka
Kepatuhan upaya pencegahan risiko cidera sesuai standart(100%). Untuk
tindakan selanjutnya yaitu tetap membudayakan upaya pencegahan risiko
jatuh pada pasien.

7. Kenyamanan; Nyeri
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 9-13 Januari 2023
di ruang melati dari 31 pasien, di dapatkan data kategori pasien dengan data
tertinggi yaitu nyeri ringan sebanyak 15 pasien dan tidak nyeri sebanyak 16
pasien. Untuk mengatasi nyeri dilakukan tindakan keperawatan dengan cara
mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi serta kolaborasi dengan tim
medis dengan memberikan obat anti nyeri. Saat dilakukan observasi
kembali terhadap pasien, keluhan nyeri sedikit berkurang.
Kesimpulan: perawat telah berhasil mengatasi nyeri dengan cara
mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi serta kolaborasi dengan tim
medis dengan memberikan obat anti nyeri.

8. Kepuasan Pasien
 Barcode
Jika menggunakan barcode tingkat kepuasan pasien di lihat dari awal
masuk rs hingga keluar dari rs, dan hasil tigkat kepuasan langsung
masuk ke bagian humas.
 Formulir pesan dan saran
Diagram Kepuasan Pasien tgl 13 Januari 2022

20%
18%
15% 15% 15%

10% 10% 10%


7%
5%

TANGIBLE RELLIABILITY RESPONSIVENNESS ASSURANCE EMPATHY


Sangat puas

Didapatkan data dari ruang melati, nilai kepuasannya yaitu 95% dari 27 pasien.
Rata – rata nilai kepuasan pasien sangat puas dan puas terhadap pelayanan yang
diberikan di ruang melati.
9. Indikator peningkatan mutu pelayanan
a. Ketetapan input data tindakan pasien rawat inap
NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%
2. Februari 100%
3. Maret 100%
4. April 100%
5. Mei 100%
6. Juni 100%
7. Juli 100%
8. Agustus 100%
9. September 100%
10. Oktober 100%
11. November 100%
Rata – rata 100%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati pada tahun 2022, angka
ketetapatan pengentrian data pasien sudah sesuai standart dengan nilai
100%.
b. Kejadian pulang paksa
NO. Bulan Hasil
1. Januari 0,33%
2. Februari 1,54%
3. Maret 0%
4. April 0%
5. Mei 1,6%
6. Juni 0,36%
7. Juli 0,77%
8. Agustus 0,67%
9. September 0%
10. Oktober 0,34%
11. November 0%
Rata – rata 0,51%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati, angka kejadian pulang
paksa pada tahun 2022 mengalami naik turun, tetapi masih sesuai
standart dengan nilai <5%. Untuk perencanaan selanjutnya yaitu angka
kejadian pulang paksa ruangan dibawah 5% dengan tetap meningkatkan
edukasi ke pasien.
c. Kelengkapan pengisian assesmen awal keperawatan rawat
inap1x24 jam
NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%
2. Februari 85%
3. Maret 90%
4. April 100%
5. Mei 80%
6. Juni 100%
7. Juli 80%
8. Agustus 93%
9. September 100%
10. Oktober 100%
11. November 93%
Rata-rata 92,8%
Berdasarkan data yang di dapat di ruangan melati, angka kelengkapan
pengisian assesmen awal keperawatan rawat inap 1x24 jam pada tahun
2022 mengalami penurunan, dengan nilai standart 100%. Perencanaan
selanjutnya yaitu kepatuhan pengisian assesmen awal keperawatan
rawat inap 1x24 jam terisi lengkap dengan tetap meningkatkan
kepatuhan pengisian assesmen awal keperawatan rawat inap 1x24 jam
terisi lengkap.

d. Angka kejadian flebitis


NO. Bulan Hasil
1. Januari 0%
2. Februari 0%
3. Maret 0%
4. April 0%
5. Mei 0%
6. Juni 0%
7. Juli 0%
8. Agustus 2,5%
9. September 0%
10. Oktober 0%
11. November 0%
Rata – rata 0,25%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati angka kejadian flebitis
pada tahun 2022 sesuai standart dengan nilai 1%. Perencanaan
selanjutnya di ruang melati saat angka kejadian flebitis meningkat yaitu
tetap mempertahankan kejadian flebitis dibawah standart, dengan
melakukan monitoring dan evaluasi hand hygiene, monitoring
penggunaan APD.

e. Angka kejadian infeksi luka operasi


NO. Bulan Hasil
1. Januari 0%
2. Februari 0%
3. Maret 0%
4. April 0%
5. Mei 0%
6. Juni 0%
7. Juli 0%
8. Agustus 0%
9. September 0%
10. Oktober 0%
11. November 0%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati, angka kejadian infeksi
luka operasi pada tahun 2022 sudah sesuai standart yaitu <2%. Untuk
tindakan selanjutnya yaitu tetap dilakukan pemantauan luka operasi.

f. Angka kejadian ulkus decubitus


NO. Bulan Hasil
1. Januari 0%
2. Februari 0%
3. Maret 0%
4. April 0%
5. Mei 0%
6. Juni 0%
7. Juli 0%
8. Agustus 0%
9. September 0%
10. Oktober 0%
11. November 0%
Berdasarkan data yang di ruang melati, angka kejadian ulkus decubitas
pada tahun 2022 sudah sesuai standart yaitu <1%. Untuk tindakan
selanjutnya yaitu tetap memonitoring dalam melakukan perubahan
posisi tidur selama 2 jam.

g. Kepatuhan pengisian sensus harian


NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%
2. Februari 100%
3. Maret 100%
4. April 100%
5. Mei 100%
6. Juni 100%
7. Juli 100%
8. Agustus 100%
9. September 100%
10. Oktober 100%
11. November 100%
Berdasarkan data yang didapat di ruang melati, angka Kepatuhan
pengisian sensus harian pada tahun 2022 sudah terlaksana 100%. Untuk
tindakan selanjutnya yaitu tetap memonitoring ketepatan pengisian
sensus.

h. Kematian pasien > 48 jam / GDR

NO. Bulan Hasil


1. Januari 0%
2. Februari 0,3%
3. Maret 0%
4. April 0,33%
5. Mei 0%
6. Juni 0,35%
7. Juli 1,08%
8. Agustus 0,33%
9. September 0,65%
10. Oktober 0%
11. November 1,03%
Rata – rata 0,37%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati, angka Kematian pasien
> 48 jam pada tahun 2022 mengalami kenaikan, untuk nilai standartnya
yaitu <0,24%. Perencanaan selanjutnya yaitu kepala ruangan berencana
meningkatkan kemampuan staff di unit dalam hal pengawasan EWS,
kepala ruangan berharap perawat menjalankan EWS sehingga kondisi
perburukan pasien segera di kenali dan angka kematian > 48 jam
menurun kejadiannya. Tindakan selanjutnya yaitu perawat sudah
mengenal EWS tetapi perlu di monitoring, pemahaman lewat sosialisasi
SPO dan panduan EWS.

i. Kepatuhan jam visite dokter spesialis


NO. Bulan Hasil
1. Januari 90%
2. Februari 85%
3. Maret 85%
4. April 90%
5. Mei 90%
6. Juni 95%
7. Juli 95%
8. Agustus 96%
9. September 95%
10. Oktober 96%
11. November 95%
Rata-rata 92%
Berdasarkan data di ruang melati, angka Kepatuhan jam visite dokter
spesialis pada tahun 2022 sesuai standart dengan nilai >80%. Tindakan
selanjutnya yaitu mengkoordinasi dengan komite medis untuk
penambahan dokter organik dan koordinasi dengan komite medis dalam
ketentuan jam visite kepada DPJP.

j. Kelengkapan format timbang terima pasien dari IGD ke ruangan


NO. Bulan Hasil
1. Januari 100%
2. Februari 100%
3. Maret 100%
4. April 82%
5. Mei 100%
6. Juni 99%
7. Juli 100%
8. Agustus 100%
9. September 100%
10. Oktober 100%
11. November 100%
Rata-rata 98,2%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati, angka Kelengkapan
format timbang terima pasien dari IGD ke ruangan pada tahun 2022
mengalami penurunan, dengan nilai standart 100%. Untuk tindakan
selanjutnya yaitu memotoring kelengkapan dokumentasi format
timbang terima pasien IGD ke ruangan.

k. Angka reaksi transfusi darah


NO. Bulan Hasil
1. Januari 0%
2. Februari 0%
3. Maret 0%
4. April 0%
5. Mei 0%
6. Juni 0%
7. Juli 0%
8. Agustus 0%
9. September 0%
10. Oktober 0%
11. November 0%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati, angka reaksi transfusi
darah pada tahun 2022 sudah sesuai standart < 0,01%. Untuk tindakan
selanjutnya yaitu tetap meminimalkan angka reaksi tranfusi darah di
ruang melati.
l. Angka kejadian infeksi saluran kemih
NO. Bulan Hasil
1. Januari 0%
2. Februari 0%
3. Maret 0%
4. April 0%
5. Mei 0%
6. Juni 0%
7. Juli 0%
8. Agustus 0%
9. September 0%
10. Oktober 0%
11. November 0%
Berdasarkan data di ruang melati, angka kejadian infeksi saluran kemih
pada bulan tahun 2022 sudah sesuai standart dengan nilai 10%. Untuk
tindakan selanjutnya yaitu tetap dilakukan pemantauan kebersihan
kateter tiap hari.

10. ALOS
 Data Desember 2022
Tabel jumlah pasien lama rawat inap
NO RUANG KAMAR TT(31) MRS Pindahan Total

1. Melati Kelas 1 17 141 4 145


Kelas 3 14 146 5 151
TOTAL 296

Tabel Laporan pasien keluar Rumah Sakit


NO Ruang Aff APS Refer Gone< Gone> Dipindahkan Total
48 jam 48 jam
1. Melati 275 0 4 0 3 12 294

ALOS = 𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 = 296 = 2 hari


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢(ℎ𝑖d𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) 294
Jadi nilai ALOS di ruang melati sesuai standart nasional dengan nilai 1-10 hari.

 Data harian pada tgl 9-14 hari


- Tgl 9 Januari 2023
ALOS = 𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 = 44 = 3 hari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢(ℎ𝑖d𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) 14

- Tgl 10 Januari 2023


ALOS = 𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 = 21 = 3 hari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢(ℎ𝑖d𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) 7

- Tgl 11 Januari 2023


ALOS = 𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 = 32 = 3 hari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢(ℎ𝑖d𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) 10

- Tgl 12 Januari 2023


ALOS = 𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 = 46 = 3 hari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢(ℎ𝑖d𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) 15

- Tgl 13 Januari 2023


ALOS = 𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 = 34 = 4 hari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢(ℎ𝑖d𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) 8

- Tgl 14 Januari 2023


ALOS = Jumlah lama perawatan = 38 = 4 Hari
Jumlah pasien keluar (hidup+mati) 10

KESIMPULAN: Dari data tersebut rata-rata angka ALOS di ruang melati


sesuai standart nasional.

11. BTO
 Data Desember 2022
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup+mati) = 296 = 9x/bln
Jumlah tempat tidur 31
Jadi nilai BTO di ruang melati belum sesuai standart nasional dengan nilai 40-
50x/thn.

12. ILO

NO. Bulan Hasil


1. Januari 0%
2. Februari 0%
3. Maret 0%
4. April 0%
5. Mei 0%
6. Juni 0%
7. Juli 0%
8. Agustus 0%
9. September 0%
10. Oktober 0%
11. November 0%
Berdasarkan data yang di dapat di ruang melati, angka kejadian infeksi luka operasi
pada bulan Januari – November 2022 sudah sesuai standart yaitu <2%. Untuk
tindakan selanjutnya yaitu tetap dilakukan pemantauan luka operasi.
4.2 Analisa SWOT

No. Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil


1. M1 (Man)
Internal Factor
STRENGTH
1. Jumlah kebutuhan tenaga 0,2 4 0,8 S–W=
keperawatan di Ruang Melati RSU 3,5 – 1 =
Anwar Medika memenuhi standar 2,5
Depkes RI
2. Semua perawat di ruang Melati
memiliki sertifikat pelatihan 0,1 4 0,4
BTCLS
3. BOR dalam 6 hari terkhir di ruang
Melati dihasilkan dengan kenaikan 0,2 4 0,8
8,2%
4. Hasil kuesioner kepuasan kerja di
Ruang Melati RSU Anwar Medika 0,1 3 0,3
memiliki rata-rata hasil 66,30%
merasa puas
5. Masa kerja tenaga keperawatan di 0,1 3 0,3
Ruang Melati rata-rata masa
kerjanya ≥1 tahun hasilnya 82%
6. Di RSU Anwar Medika sudah 0,1 3 0,3
menerapkan sistem jenjang karir
untuk perawat
7. Adanya CE di ruang Melati dan
0,1 3 0,3
sudah mengikuti pelatihan CE
8. Ketenagakerjaan perawat yang ada 0,1 3 0,3
di ruang Melati 61% lulusan S1
Keperawatan

TOTAL 1 3,5
WEAKNESS
1. Banyak ketenagakerjaan di ruang 1 1 1
Melati yang masih pegawai kontrak,
sebanyak 78%
TOTAL 1 1
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1. Adanya program pendidikan dan 0,3 4 1,2 O–T=
pelatihan bagi perawat 3,5 – 2 =
2. Adanya kerjasama yang baik antara 1,5
mahasiswa dan perawat yang 0,3 3 0,9
menjadikan promosi rumah sakit
semakin baik
3. Meningkatkan kepuasan pasien
terhadap hasil pelayanan akan
berdampak pada jumlah kunjungan 0,2 4 0,8
pasien ke RS Anwar Medika
4. Semua pasien yang berada di ruang
Melati mempunyai ketergantungan 0,2 3 0,6
minimal
TOTAL 1 3,5
TREATHENED
1. Adanya persaingan antar RS yang 1 2 2
semakin kuat yang juga menerapkan
budaya 5S dan bahkan menerapkan
nilai plus lainnya
TOTAL 1 2
M1 (MAN)

S – W = 3,5 – 1 = 2,5

O – T = 3,5 – 2 = 1,5

Kuadran 1

Agresif

1,5

w
S
2,5

Kesimpulan : T

Posisi M1 berada pada kuadran 1 (agresif) artinya organisasi dalam posisi yang kuat.
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Dengan adanya standar ketenagakerjaan yang tinggi maka dengan memanfaatkan peluang
pendidikan dan kepuasan pasien akan menciptakan mutu rumah sakit yang baik.
No Analisa SWOT Bobot Rating B×R Hasil
2. M2 (Sarana dan Prasarana)
Internal Factor
STRENGTH
1. Kapasitas tempat tidur pasien 0,20 4 1,2 S –W
kelas I dan kelas III sudah =
memenuhi standar 3,6 –
2. Ruang melati RSU Anwar 0,20 4 1,2 2,6 =
Medika memiliki 1 nurse station 1
untuk 31 tempat tidur,
3. beberapa alat sarana dan 0,20 3 0,6
prasarana yang tidak tertulis
sebagai standar ruang rawat inap
di ruang Melati terdapat alat yang
dapat digunakan dengan kondisi
masih baik
4. Ruangan sudah mempunyai 0,20 3 0,3
standar pengolahan sampah
5. administrasi penunjang ruang 0,20 3 0,3
melati sudah lengkap.

TOTAL 1 3,6
WEAKNESS
1. Ruang melati RSU Anwar Medika 0,6 3 1,8
tidak memiliki ruang tindakan
2. Kurangnya ruang kamar 0,4 2 0.8
mandi/WC untuk ruang rawat inap
kelas III yaitu hanya 2 kamar
mandi/WC untuk 5 ruang rawat
inap dan tidak ada kamar mandi
untuk petugas kesehatan.
TOTAL 1 2,6
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1. Adanya dukungan kepala ruangan 0,5 3 1,8 O–T
untuk memenuhi sarana dan =
prasarana sesuai standar yang telah 3–1
ditentukan. =2
2. Adanya kesempatan untuk 0,5 3 1,2
menambah peralatan perawatan
TOTAL 1 3
TREATHENED
1. Kurangnya sarana penempatan 1 2 1
pispot pasien
TOTAL 1 1
Total Streght = 3,6
Total Weakness = 2,6
S – W = 3,6 – 2,6 = 1

Total Opportunity = 3
Total Treats = 1,1
O–T= 3–1=2

W S
1

T
▶ Kesimpulan : RS berada pada posisi Kuadran I (Agresif)
M2 berada dalam kuadran I sehingga perlu menciptakan strategi dengan
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Ruang melati merupakan
ruangan yang dilengkapi dengan administrasi penunjang, buku injeksi, protap SOP
dan SAK., memiliki kapasitas tempat tidur sesuai dengan standar akreditasi dan
memenuhi standar akreditasi Depkes RI tahun 2011 dengan sistem program tertata
rapi, maka dengan memanfaatkan peluang yang ada seperti dukungan kepala ruangan
untuk memenuhi sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditentukan dan
adanya antusias perawat diruang melati untuk menambah pengetahuan dan wawasan
dengan cara mengikuti seminar dan pelatihan.
No Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil
MPKP
Internal faktor
STRENGTH S–W=
1. Didapatkan hasil bahwa 0,2 3 0,6 3,6-2,5 = 1,1
Ruang Melati
menggunakan MAKP
Tim.
2. Komunikasi antara
sesama perawat dan 0,2 4 0,8
tenaga kesehatan lain
sudah berjalan dengan
baik
3. Pengetahuan perawat
tentang MAKP Tim 100% 0,2 4 0,8
Baik
4. Ruang melati telah
mempunyai standar 0,2 3 0,6
asuhan keparawatan (SOP
tindakan invasive ataupun
non-invasif)
5. Berdasarkan hasil
kuesioner Efektivitas dan 0,1 4 0,4
efisien model MAKP di
ruangan melati 77 % Baik
6. Pada Pelaksanaan MAKP
tim diruangan di dapatkan
hasil 98% Baik 0,1 4 0,4
TOTAL 1 3,6
WEAKNESS
1. Pada observasi model 0,5 3 1,5
MAKP Tim di ruang
Melati didapatkan hasil
kurang maksimal karena
memang terjadi
ketidakseimbangan antara
jumlah perawat, jumlah
pasien
2. Berdasarkan hasil 0,3 2 0,6
kuesioner Efektivitas dan
efisien model MAKP di
ruangan melati 23%
Cukup.
3. Pada Pelaksanaan MAKP 0,2 2 0.4
tim diruangan di dapatkan
hasil 2% Cukup
TOTAL 1 2,5
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
1. Metode tim dapat 1 3 3 3–2=1
memberikan motivasi dan
rasa tanggung jawab yang
tinggi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan
keperawatan
TOTAL 1 3
THREATHENED
1. Adanya tuntutan mutu 1 2 2
pelayanan dari rumah sakit
sehingga diharapkan
perawat ruangan
melaksanakan MAKP
sesuai prosedur yang telah
ditentukan
TOTAL 1 2

Gambar Diagram Layang Analisis SWOT M3 (MAKP)

Titik X = S-W = 3,6 - 2,5 = 1,1

Titik Y = O-T = 3 – 2 = 1

Nilai Y
Kuadran III Kuadran I

1,1

Kesimpulan Nilai X

Diruang melati di dapatkan hasil analisa SWOT untuk MPKP berada pada kuadran I
(Agresif). Hasil tersebut memberikan keuntungan bagi ruangan karena memiliki peluang
dan kekuatan yang besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas serta tenaga yang berpengalaman dan ditunjang oleh fasilitas
yang mencukupi sehingga membuat pasien merasa puas dengan pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh perawat

No Analisa SWOT Bobot Rating Bxr Hasil


Timbang Terima
Internal Faktor
STRENGTH S–W=
1. Timbang terima 0,2 3 0,6 3,2– 0 = 3,2
pergantian shift rutin
dilakukan mulai dari ruang
nurse station. 0,2 3 0,6
2. Penyampaian timbang terima
sesuai dengan alur timbang
terima sesuai dengan SOP 0,2 3 0,6
3. Pada saat pembacaan
timbang terima
menggunakan status pasien
dan buku timbang terima.
4. Timbang terima dilakukan 0,2 3 0,6
menggunakan bed side
hand over
5. Berdasarkan hasil kuesioner 0,2 4 0,8
Timbang Terima di ruangan
melati 100 % Baik
Total 1 3,2
WEAKNES x x x
TOTAL x x x
Eksternal
OPPORTUNITY 1 3 3 O–T=
1. Pelaksaan timbang terima 3 -2= 1
yang benar terutama saat
validasi ke pasien akan
menjaga safety pasien
TOTAL 1 3
THREATHENED
1. Persaingan antar RS semakin 0.5 2 1
kuat dalam pemberian
pelayanan yang optimal
2. Penyampaian hasil timbang
terima yang tidak lengkap
dapat berdapak pada 0.5 2 1
penurunan kepercayaan
pasien terhadap rumah sakit
TOTAL 1 2

Gambar Diagram Layang Analisis SWOT M3 (Timbang Trima)

Titik X = S-W = 3,3 – 0 = 3,2

Titik Y = O-T = 3 -2 = 1

Nilai Y

Kuadran 1

Kuadran 3
3

1
Nilai X

123,2
Kesimpulan :

Nilai M3 Timbang Terima berada pada kuadran I yakni agresif dimana kuadran ini
menggambarkan sesuatu yang baik karena ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih
peluang yang mengguntungkan dimana timbang terima yang dilakukan di ruang Melati 100%
baik dilakukan sesuai dengan SOP RSU Anwar Medika.

No Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil


Ronde Keperawatan
Internal Factor
STRENGTH
1. Dari hasil wawancara ronde 0,3 4 1,2 Sumbu X=
keperawatan pernah 4–2=2
dilakukan terakhir di bulan
Desember 2022 sesuai
dengan kasus gawat dan pada
lama pasien dirawat.
2. Dari 16 perawat didapatkan 0, 4 4 1,6
87% pemahaman tentang
ronde keperawatan sudah
baik.
3. Di ruang melati terdapat SOP 0,3 4 1,2
ronde keperawatan

Total 1 4
WEAKNESS
1. Berdasarkan hasil kuesioner 1 2 2
dari 16 perawat didapatkan
13% pemahaman tentang
ronde keperawatan kategori
kurang.

Total 1 2
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1. Dengan adanya ronde 1 4 4 Sumbu Y=
keperawatan masalah pasien
menjadi cepat tertangani 4–2=2
Total 1 4
TREATHENED
1. Banyak kasus baru yang 1 2 2
perlu dilakukan ronde
keperawatan
Total 1 2
Gambar Diagram Layang Analisis SWOT M3 (Ronde Keperawatan)

2 Kuadran I

Nilai M3 Ronde Keperawatan berada pada kuadran I yakni agresif, dimana kuadran
ini menggambarkan sesuatu yang baik karena ada kekuatan yang dimanfaatkan
untuk meraih peluang yang menguntungkan dimana ruangan Melati terdapat SOP
ronde keperawatan dan dari 16 perawat didapatkan 87% pemahaman tentang ronde
keperawatan sudah baik.

No AnalisaSWOT Bobot Rating BxR Hasil


SENTRALISASI OBAT
Internal Faktor
STRENGTH
1. Sentralisasi obat diRuang 0,2 3 0,6 S – W
Melati menggunakan model =3,2–2=
UDD (Unit Dose Dispensing) 1,2
dan ODD (OneDayDose)
2. Hasil observasi pada saat obat 0,2 3 0,6
diberikan dari depo farmasi
kepihak perawat pelaksana
sudah dilakukan dengan baik,
pihak farmasi danperawatsaling
memberikan tanda tangan pada
lembar dokumentasi
3. Hasil wawancara ,bila pasien
0,2 3 0,6
pulang dan obat masih
tersisa,maka perawat akan
mengembalikan obat tersebut
kepihak farmasi dengan
mengisi formretur
4. Sentralisasi obat untuk
0,2 4 0,8
highalert disimpan di farmasi
5. Alur penerimaan obat sudah
melalui sistem double cek oleh 0,2 3 0,6
perawat dan farmasi.

TOTAL 1 3,2
WEAKNESS
1. Jika tidak ada ketersediaan obat 1 2 2
maka perawat akan meminta obat
ke farmasi terlebih dahulu dan
resep menyusul

TOTAL 1 2
EksternalFaktor
OPPORTUNITY
1. Kesediaan pasien dan keluarga 1 3 3 O – T
untuk dilakukan sentralisasi =3–1,5=
obat. Agar sentralisasi obat 1,5
dapat tercapai
TOTAL 1 3
TREATHENED
1. Makin tinggi kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat tentang hukum

TOTAL 1 1,5

Gambar Diagram Layang Analisis SWOT M3 (Sentralisasi Obat)

Titik X = S-W = 3,2 – 2 = 1,2


Titik Y = O-T=3-1,5 = 1,5
Nilai Y

Kuadran
II
1,5
KuadranIII
1

0,5

0,5 1
0,511,2 1,2

NilaiX
NilaiX
Kesimpulan : Nilai M3 Sentralisasi Obat berada pada kuadranI yakni agresif
dimana kuadran ini merupakan organisasi ruang yang kuat dan berpeluang untuk
lebih baik dalam pelayanan dan kenyamanan sehingga dengan memberikan
pelayanan yang berkualitas dan profesional dapat membuat pasien dan keluarga
merasapuas.

No AnalisaSWOT Bobot Rating BxR Hasil

SUPERVISI

Internal Faktor

STRENGTH

1. Supervisi keperawatan
sudah di lakukan di ruang 0.20 4 0,8 S–W=
3,4 – 3 =
melati 1 bulan sekali oleh 0,4
kepala ruangan kepada
perawat

2. Terdapat reward bagi unit 0.20 4 0,8


dengan perawat yang rata-
rata kinerjanya baik dari
hasil supervisi oleh kabid
keperawatan

3. Adanya SOP untuk


melaksanakan supervisi 0.20 3 0,6
berdasarkan SK Nomor
11a/SK-RSAM/I/2019
tentang Kebijakan
Penetapan Standart
Operasional Prosedur
Keperawatan.

4. Hasil pengukuran kegiatan


supervisi di ruang melati 0.20 3 0,6
RS. Anwar Medika dengan
menggunakan kuesioner
didapatkan data bahwa,
sebanyak 5 pertanyaan
supervisi (99%) dilakukan
dengan baik oleh kepala
ruangan.

5. Feedback hasil supervise,


0,20 3 0,6
evaluasi pemahaman apa
yang sudah disampaikan
TOTAL 1 3,4

WEAKNESS

1. Perawat mengatakan supervisi 1 3 3


dilakukan secara insidental
TOTAL 1 3

Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
1. Dalam kegiatan supervisi 0,5 4 2 3,5 – 2 = 1,5
memberikan manfaat skill
bagi perawat
2. Evaluasi yang diberikan 0,5 3 1,5
oleh supervisor dilakukan
secara langsung dan
meminta umpan balik
langsung sehingga
membuat perawat yang ada
diruangan langsung
mengevaluasi kekurangan
dan meningkatkan
kelebihannya untuk
menjadi lebih baik lagi
TOTAL 1 3,5
TREATHENED
1. Adanya teguran dari kepala 0.50 2 1
ruangan bagi perawat yang
tidak melaksanakan tugas
dengan baik
TOTAL 1 2

Total Streght = 3,4


Total Weakness = 3
S – W = 3,4 – 3 = 0,4
Total Opportunity = 3,5
Total Treats = 2
O – T = 3,5 – 2 = 1,5 O

1,5

W S
0,4

▶ Kesimpulan : RS berada pada posisi Kuadran I (Agresif)


M3 supervisi berada dalam kuadran I sehingga perlu menciptakan strategi dengan
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Supervisi dalam keperawatan sudah di
lakukan di ruang melati 1 bulan sekali oleh kepala ruangan kepada perawat, terdapat reward
bagi unit dengan perawat yang rata-rata kinerjanya baik dari hasil supervisi oleh kabid
keperawatan, sudah adanya SOP untuk melaksanakan supervisi , dan kepala ruangan
mendukung kegiatan supervisi demi peningkatan mutu pelayanan keperawatan serta
memberikan manfaat skill bagi perawat.

No AnalisaSWOT Bobot Rating BxR Hasil


DISCHARGE PLANNING
Internalfactor
STRENGTH
1. Dischargeplanningsudahdilaku 0,30 3 0,9 S–W
kankesemua pasien. =3,3–2=
2. Tersediaformatdischargeplanni 0,30 4 1,2 1.3
ng dan sudah diisi sesuaiSOP
3. Perawattidakmengalamikesulit
anselamamemberikanpenjelasa 0,25 3 0,75
kan tentang pendidikan
kesehatan dan bahasa yang
digunakan mudah dimengerti
oleh pasien.
4. Hasil kuesioner discharge
0,15 3 0,45
planning didapatkan hasil 100%

TOTAL 1 3,3
WEAKNESS
1. Terkadang perawat tidak 1 2 2
memberikan leaflet atau
brosur ke pasien saat pulang
TOTAL 1 2
EksternalFaktor
OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama yang baik 0.50 2 1 O–T=
antara pasien dan keluarga 2,5 –
dengan perawat ruangan. 1,5 = 1
2. Pasien mendapatkan edukasi 0,50 3 1,5
sebagai ilmu perawatan di
rumah.

TOTAL 1 2.5
TREATHENED
1. Kurang tersedianya leaflet 0.50 2 1
edukasi di nurse station
sesuaidengan penyakit pasien.
0.50 1 0,50
TOTAL 1 1,50

Gambar Diagram Layang Analisis SWOT M3 (DischargePlanning)

Titik X = S-W = 3,3 – 2= 1,3 TitikY=O-T=2,5 - 1,50=1

NilaiY

KuaIdra
n
KuadranIII

11,3

NilaiX

Kesimpulan
Nilai M3 Discharge Planning berada di kuadran I yakni agresif dimana
situasi inisangat baik karena kekuatannya bisa dimanfaatkan untuk meraih
peluang yangmenguntungkan dimana Discharge Planning sudah dilakukan
dengan baik olehRuangMelati sesuai dengan SOP RSU AnwarMedika.

Analisa SWOT
No Bobot Rating BxR Hasil
Dokumentasi Keperawatan
Internal Faktor
STRENGTH
1. Adanya format 0,3 4 0,3 x 4 1,2
pendokumentasian yang
menunjang dengan format yang
sudah ada
2. Sudah ada system
pendokumentasian yakni dengan 0,3 4 0,3 x 4 1,2
system SOR
3. Dalam pengisian pengkajian, 0,1 4 0,1 x 4 0,4
diagnose keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi sudah
terisi semua
4. Semua perawat memiliki
pengetahuan yang baik tentang 0,1 4 0,1 x 4 0,4
pendokumentasian asuhan
keperawatan
5. Evaluasi yang digunakan 0,2 4 0,2 x 4 0,8
terstruktur menggunakan SOAP

TOTAL 1 4
WEAKNESS
1. Melakukan system 0,5 2 0,5 x 2 1
pendokumentasian dengan cara
remix secara manual sehingga
menyita cukup waktu
2. Pendokumentasian yang masih
berbasis kertas belum elektronik 0,5 2 0,5 x 2 1
(E-RM)
TOTAL 1 2
IFAS : S – W = 4 – 2 = 2
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1. Peluang perawat untuk 0,4 2 0,4 x 2 0,8
meningkatkan pendidikan
2. Adanya program pelatihan In
House Training (IHT) tentang 0,3 2 0,3 x 2 0,6
pendokumentasian keperawatan
3. Format pengkajian yang
digunakan menggunakan check 0,3 1 0,3 x 1 0,3
list yang memungkinkan perawat
dapat melakukan pengkajian
dengan cepat
TOTAL 1 1,7
TREATHENED
1. Adanya kesadaran pasien dan 1 1 1x1 1
keluarga tentang tanggung jawab
dan tanggung gugat
TOTAL 1 1
EFAS : O – T = 1,7 – 1 = 0,7
Diagram Kartesius

IFAS : S – W = 4 – 2 = 2

EFAS : O – T = 1,7 – 1 = 0,7


O

Kuadran 1 Agresif

0,7
S W
2

Kesimpulan :

Posisi M3 pada dokumentasi keperawatan terdapat pada kwadran 1 (Agresif) artinya dalam
posisi yang kuat. Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang. Strategi yang dapat dikembangkan rekam medis berbasis elektronik dengan
pendokumentasian system SOR.

No ANALISA SWOT BOBOT RATING BxR HASIL


1. M4 (Money)
Internal Faktor
STRENGTH
1. Sebagian besar pembiayaaan pasien 0,20 4 0,8
berasal dari BPJS maupun asuransi
yang bekerja sama dengan pihak
RSU Anwar Medika, dan sebagian
kecil yang menggunakan biaya
S – W
sendiri (Umum).
= 3,4 – 3
2. Biaya perawatan yang berlaku saat 0,20 4 0,8
= 0,4
ini sesuai kelas perawatan di Ruang
Internal kelas 1 dan kelas 3
3. Pembayaran pasien umum untuk 0,20 3 0,6
rawat inap dapat dilakukan dengan
debit, qrist, tunai dan yang terakhir
transfer
4. Menjadi pusat rujukan karena letak 0,20 3 0,6
lokasi yang strategis
5. Gaji perawat sesuai UMR dan 0,20 3 0,6
perawat menerima tunjangan
keluarga dan jaspel (Jasa
Pelayanan).
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
1. Regulasi pemerintah khususnya 1 3 3
penjaminan kesehatan nasional dan
kemenkes yang berubah ubah
kebijakannya
TOTAL 1 3
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1. Regulasi pemerintah khususnya 1 3 3
penjaminan kesehatan nasional dan
kemenkes yang berubah ubah
kebijakannya

TOTAL 1 3
TREATHENED O–T
1. Adanya Parkiran kendaraan lainnya 0,25 2 0,5 =3–2
di sekitar Rumah Sakit ( ada 9 lahan =1
parkir di area sekitar RS dengan
radius 100 meter
2. Paradigma ambulan perujuk sudah 0,75 2 1,5
bergeser money oriented

TOTAL 1 2
GAMBAR DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT M4

Titik X = S – W = 3,4 – 3 = 0,4 Titik Y = O – T = 3 – 2 = 1

3
KUADRAN III KUADRAN I
2,5
2
1,5
1
0,5
X
- 3 - 2,5 - 2 - 1,5 - 1 - 0,5 0 0,5 11,5 22,533,5 44,55

- 0,5
-1

- 1,5
KUADRAN III -2 KUADRAN II

- 2,5

-3
KESIMPULAN : Nilai M4 berada di Kuadran I yakni agresif dimana kuadran ini
menggambarkan sesuatu yang baik karena ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih
peluang yang mengguntungkan. Sebagian besar pembiayaan pasien berasal dari BPJS
maupun asuransi yang bekerja sama dengan pihak RSU Anwar Medika, dan sebagian kecil
yang menggunakan biaya sendiri (Umum) biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas
perawatan ruang internal kelas 1 dan 3 dan untuk dari. Pembayaran pasien rawat inap yang
umum dapat dilakukan dengan cara melalui debit, qrist, tunai dan tranfer dengan syarat hanya
berlaku pada jam kerja dan juga dari segi letak posisi rumah sakit Anwar Medika menjadi
pusat rujukan karena letak lokasi yang strategis dan juga gaji perawat sesuai UMR dan
perawat menerima tunjangan keluarga serta jaspel (Jasa Pelayanan).

No Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil

5. M5 (Market)
Internal Factor
STRENGTH
1. Kepuasan pasien terhadap 0,2 4 0,8 Sumbu X=
pelayanan kesehatan di ruang 3,7 – 2 = 1,7
melati 95%.
2. Terdapat program rutin setiap 0,1 3 0,3
1 tahun sekali.
3. Pemasaran melalui media 0,1 4 0,4
cetak, online, dan media
elektronik.
4. Adanya variasi karakteristik 0,1 3 0,3
dari pasien (BPJS, umum,
KIS)
5. Pada nilai SKP secara umum 0,1 4 0,4
sudah tercapai 100%
6. Berdasarkan hasil observasi di 0,1 4 0,4
ruang melati, nyeri telah
berhasil diatasi oleh perawat
dengan kolaborasi pemberian
obat anti nyeri serta
mengajarkan teknik distraksi
dan relaksasi.
7. Pada nilai angka indikator 0,1 3 0,3
peningkatan mutu pelayanan
secara umum sudah tercapai
seacara standart.
8. Rata-rata angka ALOS di 0,1 4 0,4
ruang melati sesuai standart
nasional dengan nilai 2-3
hari.
9. Angka kejadian infeksi luka 0,1 4 0,4
operasi sudah sesuai standart.
Total 1 3,7
WEAKNESS
1. Angka identifikasi pasien pada 0,25 2 0,5
bulan Mei masih 99,95%
2. Angka ketetapan verifikasi 0,25 2 0,5
SBAR dalam 1x24 jam pada
bulan September masih 85%.
3. Masih terdapatnya angka 0,25 2 0,5
kematian pasien > 48 jam di
ruang melati pada tahun 2022
4. Nilai BTO di ruang melati 0,25 2 0,5
pada bulan desember belum
sesuai standart.
Total 1 2
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1). Adanya mahasiswa S-1 0,25 3 0,75 Sumbu Y=
keperawatan praktik 3,5 – 3 = 0,5
manajemen.
2). Adanya kerjasama dengan 0,25 3 0,75
perguruan tinggi
3). Adanya kerjasama dengan 0,5 4 2
asuransi dan perusahaan
Total 1 3,5
TREATHENED
1. Adanya peningkatan standar 0,5 3 1,5
masyarakat yang harus
dipenuhi.
2. Persaingan RS dalam 0,5 3 1,5
memberikan pelayanan
keperawatan
Total 1 3

Gambar Diagram Layang Analisis SWOT M5

Kuadran I

0,5

1,7
Berdasarkan hasil analisis SWOT di ruang melati Rumah Sakit Anwar Medika dapat
disimpulkan bahwa ruang melati berada pada Kuadran I (Agresif). Angka ALOS
yang berada di angka 3-4 hari dan Indikator Mutu Pelayanan di ruang Melati yang
sudah sesuai dengan standar Kemenkes sehingga dapat meningkatkan kepuasan
pasien.

Diagram Layang M1 – M5

EFAS

M2 RK
2 SPVS
SO M1
1,5 MPKPDP TT
1 M4
DK
1.7
0,5 M5
0,41 1,1 1,21.3 1.7 2 2,53,2
IFAS

Keterangan :
1. M1 : Man (2,5 : 1,5)
2. M2 : Matherial (1 : 2)
3. M3 : MPKP (1,1 : 1)
M3 : TT (3,2 : 1)
M3 : RK (2 : 2)
M3 : SO (1,2 : 1,5)
M3 : SPVS (0,4 : 1,5)
M3 : DP (1,3 : 1)
M3 : DK (2 : 0,7 )
4. M4 : Money (0,4 : 1)
5. M5 : Market (1,7 : 0,5)

Kesimpulan Diagram Layang : Berdasarkan analisa SWOT untuk M1, M2, M3


(MPKP,TT,DP,SO,DK), M4 dan M5 diruang RSU Anwar Medika berada pada posisi
AGRESIF artinya dalam keadaan yang harus dipertahankan atau juga dapat
ditingkatkan untuk menciptakan kesempurnaan karena didukung oleh kekuatan atau
streange dan peluang atau apportunity yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
konteks ini adalah kebijakan untuk pertumbuhan dalam sebuah manajemen RSU Anwar
Medika.
Identifikasi Masalah:
Setelah menganalisa situasi dengan menggunakan metode SWOT, kelompok dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:

Prioritas Masalah
No. Masalah IFAS EFAS TOTAL

1. M1 2,5 1,5 4

2. M2 1 2 3

3. M3
 MAKP 1,1 1 2,1
 Timbang Terima 3,2 1 4,2
 Ronde Keperawatan 2 2 4

 Sentralisasi Obat 1,2 1,5 2,7

 Supervisior 0,4 1,5 1,9

 Discharge Planning 1,3 1 2,3

 Dokumentasi 2 0,7 2,7

Keperawatan
4. M4 0,4 1 1,4

5. M5 1,7 0,5 2,2

Berdasarkan rumusan masalah diatas di dapatkan 3 masalah teratas yaitu :


1. M4 (Money)
2. M3 Supervisor
3. M3 MAKP
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa SWOT yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada M1, M2,
M3 (MAKP, timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi, discharge
planning, dokumentasi keperawatan), M4 dan M5 berada pada kwadran 1 (Agresif).
Bawasannya ruang Melati RSU ANWAR MEDIKA memiliki struktur dan strategi yang
baik dan jelas karena memanfaatkan peluang yang ada seperti perawat ruang Melati
mengikuti program pelatihan dan seminar yang diadakan organisasi lain.

5.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaknya menerapkan atau mengaplikasikan management
keparawatan dengan efektif dan melakukan proses keperawatan sehingga dalam memberi
pelayanan bisa dilakukan secara optimal. Managemen keperawatan dilakukann baik
apabila dalam 1 team bisa berpartisipasi secara aktif dan terus dilakukan perbaikan
terhadap mutu pelayanan di Rumah Saki, diharapkan memberi pelayanan yang lebih baik
dari sebelumnya kepada pasien maupun keluarga pasien. Dengan demikian, masyarakat
benar-benar memperoleh kesehatan yang cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Basri. (2018). Hubungan Supervisi Kepala Ruangan terhadap Kepuasan Kerja Perawat
Rumah Sakit. Jurnal Maternitas, 3(2).

Erita. (2019). Buku Materi Manajemen Manajemen Keperawatan. Universitas Kristen


Indonesia.

Harmatiwi, D. D., Sumaryani, S., & Rosa, E. M. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Supervisi
Keperawatan di R umah S akit U mum D aerah Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), 47–54.
https://doi.org/10.18196/jmmr.6126.Evaluasi

Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu. Keperawatan.


Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Konsep Penerapan Metode Ilmu Penelitian Keperawatan. Salemba


Medika.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian dan Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


(Peni Puji Lestari (ed.)). Salemba Medika.

Pertiwi, P. R. (2018). Pengaruh Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 13 Padang. Journal of Education on Social Science, 2(2), 114–
124.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan di Ruang Melati RSU Anwar


Medika dengan menggunakan rumus DEPKES RI

MAN (M1)

Tabel 1: Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 09 Januari 2023

No Kategori Jumlah Rata-rata jam Jumlah


Pasien perawatan / perawatan
pasien / hari hari

1 Pasien minimal 27 2 54

2 Pasien partial 0 4 0

3 Pasien total 0 6 0

Total 54

Jumlah jam perawatan = 42 jam


Rata – rata = 54 : 27 = 2
Jam kerja efektif = 7 jam
Tenaga perawat = jumlah jam perawatan = 54 = 8 orang
Jam kerja efektif 7

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambahi (faktor koreksi)


dengan libur/cuti/hari besar(loss day)
Loss day
= jumlah hari minggu dalam satu tahun + hari cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif (365 – 76)
= 52 + 12 + 14 x 8 orang
289
= 2.15
= 2 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing
job) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll.diperkirakan 25% dari pelayanan keperawatan.
Non nursing job
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (8 + 2) x 25%
= 2.5 = 2
Jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi + non nursing
job
=8+2+2
= 12 orang
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 12 orang.
Tabel 2 : Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 10 Januari 2023.

No Kategori Jumlah Pasien Rata-rata jam Jumlah


perawatan / perawatan
pasien / hari hari

1 Pasien minimal 27 2 54

2 Pasien partial 0 4 0

3 Pasien total 0 6 0

Total 54

Jumlah jam perawatan = 42 jam


Rata – rata = 54 : 27 = 2
Jam kerja efektif = 7 jam
Tenaga perawat = jumlah jam perawatan = 54 = 8 orang
Jam kerja efektif 7

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambahi (faktor koreksi) dengan
libur/cuti/hari besar(loss day)
Loss day
= jumlah hari minggu dalam satu tahun + hari cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif (365 – 76)
= 52 + 12 + 14 x 8 orang
289
= 2.15
= 2 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing
job) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll.diperkirakan 25% dari pelayanan keperawatan.
Non nursing job
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (8 + 2) x 25%
= 2.5 = 2
Jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi + non nursing
job
=8+2+2
= 12 orang
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 12 orang.

Tabel 3 : Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 11 Januari 2023.

No Kategori Jumlah Pasien Rata-rata jam Jumlah


perawatan / perawatan
pasien / hari hari

1 Pasien minimal 31 2 62

2 Pasien partial 0 4 0
3 Pasien total 0 6 0

Total 62

Jumlah jam perawatan = 62 jam


Rata – rata = 62 : 31 = 2
Jam kerja efektif = 7 jam
Tenaga perawat = jumlah jam perawatan = 62 = 8,85 = 9 orang
Jam kerja efektif 7

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambahi (faktor koreksi) dengan
libur/cuti/hari besar(loss day)
Loss day
= jumlah hari minggu dalam satu tahun + hari cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif (365 – 76)
= 52 + 12 + 14 x 9 orang
289
= 2.42
= 2 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing
job) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll.diperkirakan 25% dari pelayanan keperawatan.
Non nursing job
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (9+ 2) x 25%
= 2.5 = 3
Jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi + non nursing
job
=9+2+3
= 14 orang
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 14 orang
Tabel 4: Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 12 Januari 2023.

No Kategori Jumlah Pasien Rata-rata jam Jumlah


perawatan / perawatan
pasien / hari hari

1 Pasien minimal 31 2 62

2 Pasien partial 0 4 0

3 Pasien total 0 6 0

Total 62

Jumlah jam perawatan = 62 jam


Rata – rata = 62 : 31 = 2
Jam kerja efektif = 7 jam
Tenaga perawat = jumlah jam perawatan = 62 = 8,85 = 9 orang
Jam kerja efektif 7

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambahi (faktor koreksi) dengan
libur/cuti/hari besar(loss day)
Loss day
= jumlah hari minggu dalam satu tahun + hari cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif (365 – 76)
= 52 + 12 + 14 x 9 orang
289
= 2.42
= 2 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing
job) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll.diperkirakan 25% dari pelayanan keperawatan.
Non nursing job
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (9+ 2) x 25%
= 2.5 = 3
Jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi + non nursing
job
=9+2+3
= 14 orang
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 14 orang.

Tabel 5: Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 13 Januari 2023.

No Kategori Jumlah Pasien Rata-rata jam Jumlah


perawatan / perawatan
pasien / hari hari

1 Pasien minimal 26 2 52

2 Pasien partial 0 4 0

3 Pasien total 0 6 0

Total 52

Jumlah jam perawatan = 52 jam


Rata – rata = 52 : 26 = 2
Jam kerja efektif = 7 jam
Tenaga perawat = jumlah jam perawatan = 52 = 7,42 = 7 orang
Jam kerja efektif 7
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambahi (faktor koreksi) dengan
libur/cuti/hari besar(loss day)
Loss day
= jumlah hari minggu dalam satu tahun + hari cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif (365 – 76)
= 52 + 12 + 14 x 7 orang
289
= 1.82
= 2 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing
job) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll.diperkirakan 25% dari pelayanan keperawatan.
Non nursing job
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (7+ 2) x 25%
= 2,25 = 2
Jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi + non nursing
job
=7+2+2
= 11 orang
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 11 orang.

Tabel 6: Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 14 Januari 2023.

No Kategori Jumlah Pasien Rata-rata jam Jumlah


perawatan / perawatan
pasien / hari hari

1 Pasien minimal 26 2 52
2 Pasien partial 0 4 0

3 Pasien total 0 6 0

Total 52

Jumlah jam perawatan = 52 jam


Rata – rata = 52 : 26 = 2
Jam kerja efektif = 7 jam
Tenaga perawat = jumlah jam perawatan = 52 = 7,42 = 7 orang
Jam kerja efektif 7

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambahi (faktor koreksi) dengan
libur/cuti/hari besar(loss day)
Loss day
= jumlah hari minggu dalam satu tahun + hari cuti + hari besar x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif (365 – 76)
= 52 + 12 + 14 x 7 orang
289
= 1.82
= 2 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non nursing
job) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll.diperkirakan 25% dari pelayanan keperawatan.
Non nursing job
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (7+ 2) x 25%
= 2,25 = 2
Jumlah tenaga yang diperlukan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi + non nursing
job
=7+2+2
= 11 orang
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 11 orang.
Lampiran 2 : Perhitungan Jumlah BOR di Ruang Melati RSU Anwar Medika
Tabel 1: BOR Pada Tanggal 09 Januari 2023
No. Shif Jumlah Bed BOR BOR Per Hari
1. Pagi Ada pasien 21, 21 ×100 % 67 + 67 + 87
terdapat 31 31 3
bed = 67% = 73%
2. Sore Ada pasien 27, 21 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 67%
3. Malam Ada pasien 21, 27 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 87%

Tabel 2: BOR Pada Tanggal 10 Januari 2023


No. Shif Jumlah Bed BOR BOR Per Hari
1. Pagi Ada pasien 27, 27 ×100 % 87 + 87 + 87
terdapat 31 31 3
bed = 87% = 87%
2. Sore Ada pasien 27, 27 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 87%
3. Malam Ada pasien 27, 27 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 87%

Tabel 3 : BOR Pada Tanggal 11 Januari 2023


No. Shif Jumlah Bed BOR BOR Per Hari
1. Pagi Ada pasien 24, 24 ×100 % 77 + 100 + 100
terdapat 31 31 3
bed = 77% = 92%
2. Sore Ada pasien 31, 31 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 100%
3. Malam Ada pasien 31, 31 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 100%

Tabel 4: BOR Pada Tanggal 12 Januari 2023

No. Shif Jumlah Bed BOR BOR Per Hari


1. Pagi Ada pasien 17, 17 ×100 % 54 + 74 + 100
terdapat 31 31 3
bed = 54% = 76%
2. Sore Ada pasien 23, 23 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 74%
3. Malam Ada pasien 31, 31 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 100%

Tabel 5: BOR Pada Tanggal 13 Januari 2023


No. Shif Jumlah Bed BOR BOR Per Hari
1. Pagi Ada pasien 27, 27 ×100 % 87 + 83 + 83
terdapat 31 31 3
bed = 87% = 84%
2. Sore Ada pasien 26, 26 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 83%
3. Malam Ada pasien 26, 26 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 83%

Tabel 6 : BOR Pada Tanggal 14 Januari 2023

No. Shif Jumlah Bed BOR BOR Per Hari


1. Pagi Ada pasien 27, 24 ×100 % 77 + 77 + 83
terdapat 31 31 3
bed = 77% = 79%
2. Sore Ada pasien 26, 24 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 77%
3. Malam Ada pasien 26, 26 ×100 %
terdapat 31 31
bed = 83%
Lampiran 3 : Kuesioner Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Melati RSU Anwar Medika.
Keterangan :
TP : Tidak Puas
KP : Kurang Puas
P : Puas
SP : Sangat Puas

QUESIONER M1 TP KP P SP
Saya merasa puas atas kebijakan yang ditetapkan oleh 6,3% 6,6% 68,8% 18,8%
pimpinan RSU Anwar Medika
Saya merasa puas atas reward yang saya terima selama 6,3% 6,6% 68,8% 18,8%
ini dengan pekerjaan yang harus saya lakukan
Saya puas dengan adanya dorongan untuk maju dalam 6.3% - 68,8% 25%
peningkatan karir pekerjaan saya
Saya puas dapat melakukan pekerjaan saya yang tidak 6,3% - 56,3% 37,5%
bertentangan dengan hati nurani saya
Saya merasa puas karena semua pegawai memiliki 6,3% - 68,8% 25%
kesempatan untuk mendapatkan promosi dalam
peningkatan karir
TOTAL 6,3% 2,64% 66,3% 25,2%

Lampiran 4 : MPKP

Model asuhan keperawatan yang digunakan perawat di ruangan saat ini

Pertanyaan Ya Tidak
Pengetahuan
1. Apakah anda mengetahui model asuhan keperawatan yang
digunakan diruangan saat ini?
2. Menurut anda, apakah model tersebut cocok digunakan diruangan
anda?
3. Apakah pelaksanaan asuhan keperawatan sudah sesuai dengan
metode yang digunakan?
Efektivitas dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan
1. Apakah model yang digunakan saat ini efektif dan efisien?
2. Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap
ruangan?
3. Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan
memberikan beban berat kerja bagi anda?
Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
1. Apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat
dan tim kesehatan lain?
2. Apakah MPKP tim sudah secara optimal dilaksanakan?
3. Apakah anda menjalankan tindakan sesuai SOP?
Tanggung Jawab dan Pemberian Tugas
1. Apakah job deskription untuk anda sudah jelas?
2. Apakah anda sudah menjalankan tugas dengan baik?
3. Apakah anda sudah mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan
dapat menilai tingkat kebutuhan?

Lampiran 5 : Timbang Terima

Pertanyaan Ya Tidak
1. Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksaan laporan?
2. Apakah operan dilaksanakan tepat waktu?
3. Apakah operan dihadiri oleh semua perawat yang
berkepentingan?
4. Apakah kepala ruangan/perawat penanggung jawab memimpin
kegiatan operan?
5. Apakah ada interaksi dengan pasien saat operan berlangsung?

Lampiran 6 : Ronde Keperawatan

Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde keperawatan ?
2. Apakah ronde memberikan manfaat ?
3. Apakah ronde keperawatan rutin dilaksanakan setiap bulan ?
4. Apakah ronde keperawatan dilakukan hanya pada pasien yang
sudah lama/tidak sembuh/pasien dengan kasus yang jarang
dialami ?
5. Apakah ada feedback dari ronde keperawatan ?

Lampiran 7 : Supervise

Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kegiatan supervisi memberikan manfaat skill bagi perawat?
2. Apakah supervisi dilakukan secara rutin?
3. Apakah terdapat umpan balik dalam kegiatan supervisi?
4. Apakah kepala ruangan memberikan saran dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kepada perawat?
5. Apakah hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat?

Lampiran 8 : Discharge Planning

Hasil (%)
Pertanyaan Baik Cukup
1. Apakah pelaksanaan discharge planning dilakukan di nurse 100 0
station?
2. Apakah setiap pasien yang mau pulang dilakukan discharge 100 0
planning?
3. Apakah setiap pasien pulang diberikan health education? 100 0
4. Apakah ada pemberian brosur atau leaflet saat melakukan 100 0
discharge planning?
5. Apakah setiap selesai melakukan discharge planning ada 100 0
melakukan pendokumentasian dari discharge planning?
Total : 5 100%
Lampiran 9 : Dokumentasi Keperawatan

INSTRUMEN STUDI DOKUMENTASI

PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PETUNJUK BERI TANDAN “√” BILA KEGIATAN

DILAKUKAN BERI TANDA “O” BILA KEGIATAN TIDAK

DILAKUKAN PERIODE : 09 JANUARI 2023 s/d 21 JANUARI

2023

Kode Rekam Medik Pasien


No. Askep Yang Dinilai Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Pengkajian Pengkajian
menggunakan
1. Mencatat data yang di kaji sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
system
dengan pedoman pengkajian.
terintegrasi
2. Data dikelmpokkan (bio-psiko-
sosial spiritual). √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Data dikaji sejak pasien masuk
sampai pulang.
4. Masalah dirumuskan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan.
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

SUB TOTAL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
TOTAL 100%
B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa
keperawatan
1. Dx.Keperawatan berdasarkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menggunakan
masalah yang telah dirumuskan
system
2. Dx.Keperawatan mencerminkan
terintegrasi
PE/PES. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Merumuskan diagnosa ke
perawatan actual/potensial
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

SUB TOTAL 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
TOTAL 100%
C. Perencanaan Perencanaan
menggunakan
1. Berdasarkan Dx. Keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
system
2. Disusun menurut urutan prioritas
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ terintegrasi
3. Rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subjek, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perubahan, perilaku, kondisi
pasien dan atau kriteria waktu.
4. Rencana tindakan mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas.
5. Rencana tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga.
6. Rencana tindakan
menggambarkan kerja sama
dengan Tim Kesehatan lain. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

SUB TOTAL 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
TOTAL 100%
D. Tindakan Keperawatan Tindakan
keperawatan
1. Tindakan dilaksanakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menggunakan
mengacu pada rencana
system
perawatan.
terintegrasi
2. Perawat mengobservasi respon
pasien terhadap tindakan
keperawatan. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Revisi tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat ringkas dan
jelas.
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
SUB TOTAL 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
TOTAL 100%
E. Evaluasi Evaluasi
menggunakan
1. Evaluasi mengacu pada tujuan. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
system
2. Hasil evaluasi dicatat
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ terintegrasi

SUB TOTAL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
TOTAL 100%
F. Catatan Asuhan Keperawatan Catatan
asuhan
1. Menulis pada format yang baku. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan
2. Pencatantan dilakukan sesuai
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ menggunakan
dengan tindakan yang
system
dilaksanakan.
terintegrasi
3. Pencatatan ditulis dengan jelas,
ringkas, isinya yang baku dan
benar. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4. Setiap melakukan
tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan paraf/nama jelas,
dan tanggal jam dilakukanya
tindakan. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5. Berkas catatan keperawatan di
simpan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

SUB TOTAL 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
TOTAL 100%
Lampiran 9 : M5 (Instrumen Kepuasan Pasien)

INSTRUMEN KEPUASAN PASIEN


BERASARKAN LIMA KARAKTERISTIK

No Karakteristik 1 2 3 4
1. TANGIBLES (KENYATAAN)
a. Perawat memberi informasi tentang administrasi
yang berlaku bagi pasien rawat inap RS.
b. Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapihan
ruangan yang anda tempati.
c. Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat
kesehatan yang digunakan.
d. Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan
fasilitas kamar mandi dan toilet.
e. Perawat selalu menjaga kerapian dan
penampilannya.
2. RELLIABILITY (KEANDALAN)
a. Perawat mampu menangani masalah perawatan
anda dengan tepat dan professional.
b. Perawat memberikan informasi tentang fasilitas
yang tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib
yang berlaku di RS.
c. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal
yang harus dipatuhi dalam perawatan anda.
d. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal
yang dilarang alam perawatan ana.
e. Ketepatan waktu perawat tiba diruangan ketika
anda membutuhkan
3. RESPONSIVENNESS (TANGGUNG JAWAB)
a. Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada
anda ketika mengalami kesulitan walau tanpa
diminta.
b. Perawat segera menangani anda ketika sampai di
ruangan rawat inap.
c. Perawat menyediakan waktu khusus untuk
membantu anda berjalan, BAB, BAK, ganti posisi
tidur, dan lain-lain.
d. Perawat membatu anda untuk memperoleh obat.
e. Perawat membantu anda untuk pelaksanaan
pelayanan foto dan laboratorium RS ini.
4. ASSURANCE (JAMINAN)
a. Perawat memberi perhatian terhaap keluhan yang
anda rasakan.
b. Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang
tindakan perawat yang diberikan kepada anda.
c. Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang
keadaan anda.
d. Perawat selalu memberi salam dan senyum ketika
bertemu dengan anda.
e. Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan
tindakan keperawatan kepada anda.
5. EMPATHY (EMPATI)
a. Perawat memberi informasi kepada anda tentang
segala tindakan perawatan yang akan dilaksanakan.
b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila anda
membutuhkan.
c. Perawat sering menengok dan memeriksa keadaan
anda seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernapasan,
an cairan infus.
d. Pelayanan yang diberikan perawat tiak
memandang pangkat/ status tapi berasarkan kondisi
anda.
e. Perawat perhatian dan memberi dukungan moril
terhadap keadaan anda (menanyakan dan berbincang-
bincang tentang keadaan anda).
Keterangan:

1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju


3 = Setuju 4 = Sangat setuju

Kategori akhir
76-100 = Sangat
puas 51-75 = Puas
26-50 = Cukup puas
0-25 = Tidak puas

Anda mungkin juga menyukai