Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN LOKAKARYA MINI I

PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG


RAWAT INAP BEDAH RSUD PADANG PANJANG

OLEH :

1. Ani Marlina, S.Kep 5. Hengky Prima DP, S.Kep


2. Dewi Oktaviyanti, S.Kep 6. Niko Astuti, S.Kep
3. Deviya Srimarlis, S.Kep 7. Ruowiyah, S.Kep
4. Fitriyanti, S.Kep 8. Sri Wahyuni, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2019
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Bukittinggi, September 2019

Komisi Pembimbing :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Firdawati Nengsih, S.Kep, M.Kep) (Ns. Fitrianola Rezkiki, S.Kep, M.kep)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke-Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya serta telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran

yang jernih dan keterbukaan hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan lokakarya mini I dalam siklus manajemen di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD

Padang Panjang.

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan, dan

dukungan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Ibu Ns. Fitrianola Reszkiki S.Kep, M.Kep selaku pembimbing akademik

STIKes Fort De Kock Bukittinggi

2. Ibu Ns. Firdawati Nengsih, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing klinik di

Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Padang Panjang.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

laporan ini di masa yang akan datang dan bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
C. Manfaat ............................................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Manajemen Keperawatan ................................................................ 7
B. Sejarah Singkat Manajemen .............................................................................. 7
C. Prinsip Manajemen Keperawatan...................................................................... 8
D. Proses Manajemen Keperawatan .................................................................... 10
E. Fungsi Manajemen .......................................................................................... 12
F. Lingkup Manajemen Keperawatan ................................................................ 14
G. Kepemimpinan ................................................................................................ 19
H. Ketenagaan ..................................................................................................... 20
I. Manajemen Pengelolaan Pelayanan ............................................................... 24
J. Model Metoda Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ............................ 28
K. Discharge Planning ......................................................................................... 54

BAB III KAJIAN SITUASI


A. Kajian Situasi RSUD Padang Panjang ........................................................... 60
B. Kajian Situasi di Ruangan Bedah RSUD Padang Panjang ............................. 61

BAB IV ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya

orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pengelolaan

pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga

dan masyarakat (Gillies, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan

bahwa manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang

menggunakan fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian. Fungsi-fungsi

manajemen tersebut merupakan pendekatan manajemen dari pengelolaan

manajemen keperawatan (Huber, 2000).

Fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai sasaran

yang akan ditujunya. Menurut Schlosser (2003) terdapat beberapa elemen

utama dalam fungsi manajemen keperawatan diantaranya yaitu planning,

organizing, actuating (coordinating & directing), staffing, leading, reporting,

controllingdan budgeting. Komunikasi merupakan bagian dari strategi

coordinating(koordinasi)yang berlaku dalam pengaturan pelayanan

keperawatan. Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan

unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam

mencapai hasil yang optimal sehingga peran komunikasi sangat penting

dalam penerapan manajemen keperawatan. Adapun salah satu komunikasi

yang dilakukan perawat secara rutin yaitu kegiatan timbang terima pasien
2

saat pertukaran shift keperawatan yang juga merupakan salah satu dari enam

sasaran keselamatan pasien (Swansburg, 2000). Komunikasi efektif, yang

tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/

penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan

keselamatan pasien. Adanya standar komunikasi efektif yang terintegrasi

dengan keselamatan pasien dalam timbang terima pasien dan disosialisasikan

secara menyeluruh pada perawat pelaksana akan meningkatkan efektifitas

dan koordinasi. Efektifitas dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan

informasi penting sehingga meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam

mendukung keselamatan pasien (Alvarado, et al, 2006).

Sejalan dengan prinsip komunikasi efektif, Nursalam (2012) membagi

kegiatan timbang terima menjadi beberapa tahapan yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap post timbang terima. Pada saat tahap persiapan

ada beberapa kegiatan yang dilakukan, tahap ini dilakukan di nurse station.

Perawat yang akan melakukan timbang terima adalah perawat pelaksana.

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan timbang terima, settingtempat

pada tahap pelaksanaan ada dua tempat, yaitu nurse station dan ruang

perawatan. Pelaksana dari tahap ini adalah kepala ruangan, perawat

pelaksana. Tahap terakhir dari timbang terima adalah tahap posttimbang

terima, tempat yang digunakan adalah nurse station sedangkan pelaksana dari

tahap ini adalah kepala ruangan dan perawat pelaksana. Dalam melakukan

timbang terima ada perkembangan alternatif komunikasi efektif yang dapat

dilakukan yaitu metode SBAR (Jefferson, 2012).


3

Tenaga keperawatan hendaknya mempersiapkan era global secara benar

dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian atau

peristiwa yang akan berlangsung pada era tersebut. Keperawatan sebagai

pelayanan atau asuhan professional bersifat humanistis, menggunakan

pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

berorientasi pada kebutuhan objektif pasien, mengacu pada standar

professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai

tuntutan utama (Nursalam, 2011).

Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan

terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep

tentang pengolahan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan,

yang berupa melalui pendekatan : pengumpulan data, analisis SWOT,

prioritas masalah (scoring), diagnose manajemen keperawatan, rencana

strategi manajemen keperawatan (POA), Lokmin I, implementasi dan

evaluasi, lokmin II dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) dan melakukan penguasaan dan pengendalian

(Nursalam, 2011).

Berdasarkan hasil pengkajian melalui observasi, penyebaran kuesioner

dan wawancara di Ruang Bedah RSUD Padang Panjang pada tanggal 30

Agustus 2019 sampai 1 september 2019 tentang penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP). Didapatkan bahwa MAKP yang

diterapkan di Ruang Bedah RSUD Padang Panjang belum menggunakan

metode tim. Metode yang digunakan adalah metode fungsional. Metode


4

fungsional disini telah dimodifikasi, karena dari segi kuantitas belum

memenuhi kriteria untuk metode tim. Dalam metode fungsional ini pada

shift pagi terdiri dari kepala ruang dan 2 orang perawat pelaksana yang

langsung melakukan asuhan keperawatan pada seluruh pasien. Namun, secara

kualitatif sudah memenuhi standar metode tim, karena satu orang perawat

dapat berperan ganda yaitu sebagai katim merangkap perawat pelaksana.

Berdasarkan uraian di atas, maka mahasiswa Program Studi Profesi

Ners STIKes Fort De Kock Bukittinggi Angkatan 2018 mencoba menerapkan

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pelayanan

asuhan keperawatan Metode Tim di Ruang Bedah RSUD Padang Panjang.

Diharapkan mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan professional, sehingga mampu memenuhi tuntutan

masyarakat akan pelayanan kesehatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan,

mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen

keperawatan dalam melaksanakan Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) di Ruang Bedah RSUD Padang Panjang.

2. Tujuan Khusus

Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan

mahasiswa mampu :
5

a. Melaksanakan pengkajian situasi Ruang Bedah RSUD Padang

Panjang.

b. Menentukan rumusan masalah

c. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil

pengkajian Model Asuhan Keperawatan (MAKP) :

1) Timbang Terima

2) Ronde Keperawatan

3) Supervisi Keperawatan

4) Discharge Planning

5) Dokumentasi Keperawatan

6) Penerimaan pasien baru

d. Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil

pengkajian Model Asuhan Keperawatan (MAKP) :

1) Timbang Terima

2) Ronde Keperawatan

3) Supervisi Keperawatan

4) Discharge Planning

5) Dokumentasi Keperawatan

6) Penerimaan pasien baru


6

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien

Diharapkan pasien puas dengan pelayanan asuhan keperawatan

profesional yang sudah teratur menurut MAKP yang diberikan oleh

tenaga kesehatan.

2. Bagi Rumah Sakit

Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

bagi petugas kesehatan mengenai pentingnya pelaksanaan fungsi

manajemen keperawatan yaitu model asuhan keperawatan professional

yang mencakup serah terima, ronde keperawatan, supervisi keperawatan,

discharge planning dan dokumentasi keperawatan,dengan demikian mutu

pelayanan rumah sakit dapat ditingkatkan.

3. Bagi Perawat

Diharapkan perawat dapat menjalankan fungsinya dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan tupoksi atau rentang

kendali di ruangannya ataupun sesuai dengan struktur organisasi yang

ada di dalam ruangan Bedah RSUD Padang Panjang.

4. Bagi Mahasiswa Praktek Profesi Ners

Sebagai peluang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu

manajemen yang dimilikinya khususnya dalam MAKP di RSUD Padang

Panjang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan proses pelaksanaan kegiatan organisasi

melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan

Manajemen keperawatan merupakan pengalokasian aktivitas Keperawatan

yang dilakukan oleh para perawat yang merupakan dalam upaya memberikan

pelayanan keperawatan yang merupakan bagian yang integral dari pelayanan

kesehatan (Nursalam, 2011).

Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang

menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber

daya, efektif dalam memilihalternatif kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi dan rasional dalam pengambilan keputusan manjerial. Penerapan

manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di

dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen

(Muninjaya, 2004).

B. Sejarah Singkat Manajemen

Manajemen sebagai sebuah ilmu, berkembang dari berbagai ilmu yang

melatar belakanginya seperti ilmu psikologi dan sebagainya. Berbagai ilmu

tersebut saling berinteraksi dan menghasilkan dasar – dasar manajemen yang

berkembang hingga saat ini termasuk cabang – cabang keilmuan seperti:

Manajemen keperawatan, manajemen keuangan, manajemen

7
8

pemasaran, manajemen resiko, manajemen industri dan sebagainya.

Manajemen juga mempelajari bagaimana meningkatkan hasil kerja dengan

memperhatikan faktor motivasi dan kepuasan. Hal ini dipelajari oleh Mc

Gregon (1960) dalam Suyanto (2008: 3), yang menyatakan bahwa kepuasan

dan motivasi kerja seseorang sangatberpengaruh terhadap hasil kerja yang

dicapai. Jika harga diri, otonomi dan kebutuhan staf terpenuhi maka akan

tercapai kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi sehingga produktifitas

akan meningkat.

C. Prinsip Manajemen Keperawatan

1. Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan

Dalam han ini digambarkan tahapan proses manajemenkeperawatan yang

meliputi pengkajian, pengumpulan data, analisis SWOT dan identifikasi

masalah.Model sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan,

yaitu :

a. Tim

b. Primer

c. Kasus

d. Modifikasi tim primer

2. Pengkajian, Pengumpulan Data, Analisis SWOT dan Identifikasi

Masalah

a. Pengkajian - Pengumpulan Data

1) Sumber daya manusia

a) Struktur organisasi

b) Jumlah tenaga di Ruang Neurologi


9

c) Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat

2) Sarana dan prasarana

a) Lokasi dan denah ruangan

b) Peralatan dan fasilitas

c) Administrasi penunjang

3) Metode asuhan keperawatan

a) Penerapan model MAKP

b) Serah terima

c) Ronde keperawatan

d) Pengelolaan sentralisasi obat

e) Supervisi

f) Dischaege planning

g) Dokumentassi keperawatan – LARB (Lengkap, Akurat, relevan,

Baru).

b. Analisa SWOT – Identifikasi Masalah

Dari hasil pengkajian, dilakukan analisisis SWOT ( Strength,

Weakness, Opportunity, Thretened ) berdasarkan elemen penerapan

model MAKP yang meliputi :

1) M1 – Ketenagaan dan pasien

2) M2 – sarana dan prasarana

3) Penerapan MAKP

4) Sentralisasi obat

5) Supervisi

6) Serah terima
10

7) Ronde keperawatan

8) Discharge planning

9) Dokumentasi

D. Proses Manajemen Keperawatan

1. Pengkajian - Pengumpulan Data

Pada tahap ini seorang manajer dituntut mengumpulkan informasi

tentang keadaan pasien, mengenai rumah sakit, tenaga keperawatan,

administrasi dan bagian keuangan yang memepengaruhi fungsi organisasi

keperawatan secara keseluruhan.

Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses

manajemen dalam mencapai sutu tujuan melalui usaha orang lain. Bila ia

memimpin anggota staf, maka manajer harus bertindak secara terencana

dan efektif serta mampu menjalankan perkerjaan bersama dengan para

perawat dari beberapa level hirarki serta didasarkan pada informasi

penuh dan akurat tentang apa yang perlu dan harus diselesaikan, dengan

cara dan alasan apa, tujuan dan sumberdaya apa yang tersedia untuk

melaksanakan rencana itu. Selanjutnya, manajer yang efektif harus

mampu mempertahankan suatu level yang tinggi bagi efisiensi pada salah

satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk

mengidentifikasi masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk

kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi

karyawan yang perlu dikoreksi.

Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu

tujuan. Didalam proses keperawatan, bagian akhirmungkin sebuah


11

pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegajhan komplikasi,

argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan

dari kebebasan maksimal. Didalam proses manajemen keperawatan,

bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua

anggota kelompok pasien.

Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat

pelayanan di ruangan atau bagian sebagaimana pendekatan sistem yang

disampaikan oleh Gillies (1989 dalam Nursalam 2008).

Skema 2.1
Sistem Manajemen

Data Perawatan Pasien

Personalia Pengembangan Staf

Pengumpulan Perencanaan Pengaturan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan

Peralatan Perencanaan Pengaturan Peneiti


Pengumpulan
-Tujuan -Tabel
informasi
-Sistem organisasi
Persediaan mengenai unit
-Standar -Evaluasi tugas
kerja, pasien,
-Kebijaksanaan -Deskripsi kerja
karyawan, dan
-Prosedur -Pembentukan
sumber daya.
anggaran kerja sama tim

Kepegawaian
Kepemimpinan Pengawasan
- Klasifikasi pasien
- Penggunaan kekuatan - Jaminan keselamatan
- Penentuan kebutuhan staf
- Pemecahan masalah - Audit pasien
- Rekrutmen
- Pengambilan keputusan - Penilaian prestasi
- Pemilihan orientasi
- Memengaruhi - Disiplin
- Penjadwalan
perubahan - Hubungan pekarya
- Penugasan
- Menangani konflik dan tenaga kerja
- Minimalisasi ketidakhadiran
- Komunikasi dan - Sisteminformasi
- Penurunan pergantian
analisistransaksional komputer
- Pengembangan staf
12

2. Perencanaan

Perencanaan dimaksudkan untuk menetukan kebutuhan yang

strategis dalam mencapai asuhan keperawatan kepada semua pasien,

menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan

ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola

struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta

menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai

visi dan misi institusi yang telah ditetapkan secara bersama.

3. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan manajemen keperawatan memerlukan kerja

sama dengan orang lain, maka tahap inplementassi di dalam proses

manajemen adalah bagaimana manager dapat memimpin orang lain

untuk menjalankan tindakan yang telah di rencanakan dan di tetapkan.

4. Evaluasi

Tahap ealuasi bertujuan untuk menilai seberapa jauh staff mampu

melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah

diterapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan

mendukung dalam pelaksanaan.

E. Fungsi Manajemen

Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),

kepemimpinan (leading), pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas

keperawatan (Swanburg, 2000). Pada dasarnya manajemen keperawatan

adalah proses dimana seorang perawat menjalankan profesi


13

keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan kesehatan

memerlukan manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

Berikut ini adalah pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih

mendalam :

1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).

Sedangkan menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan

bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu rencana

untuk memberikan pandangan kedepan. Perencanaan merupakan fungsi

manajemen yang penting karena mengurangi risiko pembuatan keputusan

yang kurang tepat atau membantu mengantisipasi jika suatu proses tidak

berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan juga dapat menolong

pekerja-pekerja mencapai kepuasan dalam bekerja.selain itu perencanaan

juga membantu penggunaan waktu yang efektif.

Dalam suatu perencanaan dibutuhkan suatu pengetahuan yang

mengacu kepada proses, unsur, dan standar dari suatu perencanaan.

Selain hal tersebut juga perlu didalami ilmu pengetahuan dan

keterampilan tentang pelaksanaan perencanaan sehingga perencanaan

yang akan dilakukan dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal. Suatu

perencanaan yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat

sederhana, mempunyai standar dan bersifat fleksibel, seimbang, dan


14

menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dahulu (Swansburg,

2000). Dengan menjalankan prinsip-prinsip yang ada dalam perencanaan

ini, maka diharapkan tujuan dapat tercapai dengan efektif baik dalam

penggunaan sumber daya manusia maupun sumber daya material.

Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan

kegiatan menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan

mengorganisasiukan data-data yang akan digunakan untuk menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan sumber-sumber untuk

memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan juga membantu untuk

menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka inginkan

serta mereka butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat

digunakan seefektif dan seefisien mungkin.

2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk

tujuan mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian

aktivitas yang tepat dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun

horisontal yang bertanggungjawab untuk mencapai objektif organisasi

(Swansburg, 2000).

Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai

komando, kesatuan komando, rentang kontrol, dan spesialisasi. Prinsip

rantai komando menggunakan hubungan dalam alur yang hirarkis dalam

alur autokratis dari atas kebawah. Komunikasi terjadi sepanjang rantai

komando dan cenderung satu arah. Sedangkan dalam prinsip kesatuan

komando memiliki satu pengawas, satu pemimpin, dan satu rencana


15

untuk kelompok aktifitas dengan objektif yang sama. Prinsip rentang

kontrol menyatakan bahwa individu harus menjadi pengawas yang

mengawasi secara efektif dalam hal jumlah, fungsi maupun geografi.

Prinsip spesialisasi menampilkan satu fungsi kepemimpinan tunggal.

3. Fungsi Pengarahan

Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah

pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan

pekerja memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta

pandangan pekerja sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif

dan efisien untuk mencapai objektif organisasi. Pada pengarahan yang

harus dipertimbangkan adalah komunikasi dalam hubungan

interpersonal.

Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang pemimpin

mendapatkan masukan yang optimum dari bawahannya untuk

kepentingan semua masalah oleh karena itu seorang pemimpin harus

benar-benar mengerti keterbatasan bawahannya.

Di dalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan

pengarahan adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses

interpersonal dimana personil keperawatan mencapai objektif

keperawatan (Swansburg, 2000). Sebagai seorang pemimpin dalam

manajemen keperawatan, ia harus mempunyai kemampuan untuk

membujuk bawahan bersama-sama bekerja keras untuk mencapai tujuan

yang diinginkan dalam pelayanan keperawatan.untuk mencapai hal

tersebut pimpinan keperawatan seharusnya telah dibekali ilmu dasar yang


16

kuat tentang kebijaksanaan organisasi, tujuan, program-program baru dan

rencana untuk perubahan. Selain itu pimpinan keperawatan juga harus

mempunyai perilaku yang dapat diterima secara sosial, kualitas personal

yang dapat diterima bawahan, keterampilan dalam memimpin, serta

kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Jika semua ini ada pada

seorang pimpinan keperawatan maka pengarahan yang efektif dapat

dilaksanakan sehingga dukungan bawahan untuk mencapai tujuan

manajemen keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan

pengarahan dapat dilihat dari kesamaan komando dan terciptanya

tanggung jawab bawahan secara penuh kepada satu pimpinan.

4. Fungsi Pengendalian

Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala

sesuatunya terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang

telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang

bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat

diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol dalam Swansburg, 2000).

Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul

sebaiknya satu sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui

kontak langsung. Untuk merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak

semula. Proses pengontrolan dapat digambarkan dengan salah satunya

membuat standar bagi semua dasar-dasar manajemen dalam istilah-istilah

yang diterima serta hasil yang dapat diukur yang ukuran ini harus dapat

mengukur pencapaian dan tujuan yang ditentukan.


17

Kontrol termasuk koordinasi sejumlah kegiatan, pembuatan

keputusan yang berhubungan dengan perencanaan dan kegiatan

organisasi, serta informasi dari pengarahan dan pengevaluasian setiap

kinerja petugas. Kron dan Gray dalam Swansburg (2000) menunjukkan

bahwa kontrol menggunakan pengevaluasian dan keteraturan.

Karakteristik suatu sistem kontrol yang baik adalah harus menunjukkan

sifat dari aktivitas, melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera,

memandang ke depan, menunjukkan penerimaan pada titik-titik kritis,

objektif, fleksibel, menunjukkan pola organisasi, ekonomis, dapat

dimengerti, dan menunjukkan tindakan perbaikan.

Manajer perawat akan merealisasikan cara terbaik dalam menjamin

kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan di ruangan-ruangan untuk

menegakkan filosofi, standar pelayanan, dan tujuan-tujuan.

F. Lingkup Manajemen Keperawatan

Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan

yang efektif seharusnya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat

pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan

keperawatan meliputi:

1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.

2. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan

doagnosa.

3. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh

perawat

4. Menerima akontabilitas hasil kegiatan keperawatan.


18

Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari:

1. Manajemen Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang

perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:

a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)

b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor)

c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil

dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang –

orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut

adalah

a.) Kemampuan menerapkan pengetahuan

b.) Ketrampilan kepemimpinan

c.) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin

d.) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

2. Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan

menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep

– konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto, 2008).


19

G. Kepemimpinan

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang

dan kekasaaan dibedakan menjadi 4, yaitu :

1. Otoritas / Ekploitatif

Merupakan kepemimpinan yang otoriter, mempunyai kepercayaan

yang rendah terhadap bawahannya, memotifasi bawahan melalui

ancaman dan hukuman. Komunikasi dilakukan dalam satu arah kebawah

(top down).

2. Benevalen / Otoritative

Kepercayaan yang diberikan oleh atasan hanya sampai pada tingkat

tertentu. Memotivasi bawahan dengan ancaman dan hukuman,

komunikasi tidak selalu membolehkan. Memperhatikan ide bawahan dan

mendelegasikan wewenang. Dalam pengambilan keputusan melakukan

pengawasan ketat.

3. Consultative

Merupakan kepercayaan pada bawahan cukup besar. Adanya

intensif untuk memotivasi bawahan kadang-kadang menggunakan

ancaman untuk hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan

spesifik yang dibuat oleh bawahan.

4. Partisipatif

Merupakan kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada bawahan,

selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan insif ekonomi untuk


20

memotivasi bawahan, komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan

sebagai kelompok kerja.

H. Ketenagaan

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan

tergantung jumlah pasien dan derajad ketergantungan pasien menurut

Douglas (1084) Laveriage & Cummings (1996) dibagi menjadi 3 kategori,

yaitu:

1. Minimal Care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 1 –

2 jam / 24 jam.

2. Intermediet / partial care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan

waktu 3 – 4 jam / 24 jam.

3. Total care waktu besama klien oleh perawat memerlukan waktu 5 – 6

jam / 24 jam.

Dalam suatu penelitian, Douglas (1975) tentang jumlah tenaga

perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada

pagi, sore, dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien pada

tabel di bawah ini:

Klasifikasi 3 kriteria :

1. Minimal care

Adapun pasien yang dimaksud ke dalam kriteria minimal care

adalahpasien bisa mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan dalam

memenuhi kebutuhan dasar, seperti naik turun tangga, ambulasi, berjalan


21

sendiri, mampu makan dan minum sendiri, mampu BAB dan BAK

sendiri, status psikologis stabil, pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.

2. Parsial care

Adapun pasien yang dimaksud kedalam partial care adalah pasien

yang memerlukan bantuan perawat sebagian untuk memenuhi kebutuhan

dasar. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur,

membutuhkan bantuan untuk ambulasi, membutuhkan bantuan untuk

makan, membutuhkan bantuan untuk membersihkan mulut,

membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan, membutuhkan

bantuan untuk BAB dan BAK. Pasien post operatif minor, melewati fase

akut dari operasi mayor, fase awal dari penyembuhan, observasi tanda-

tanda vital setiap 4 jam dan gangguan emosional ringan.

3. Total care

Adapun pasien yang memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan

memerlukan 2 orang atau lebih untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti

mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong atau korsi roda,

membutuhkan latihan pasif, kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi

melalui terapi intravena/ Naso Gastric Tube ( sonde ), membutuhkan

bantuan untuk membersihkan mulut, membutuhkan bantuan penuh untuk

berdandan, dimandikan perawat, dalam keadaan inkonensia,

menggunakan kateter, 24 jam post operasi mayor, pasien tidak sadar,

keadaan pasien tidak stabil, observasi TTV setiap kurang dari jam,

perawatan luka bakar, perawatan kolostomi, menggunakan alat bantu

pernafasan, menggunakan WSD, irigasi kandung kemih secara terus


22

menerus, menggunakan alat traksi, fraktur dan pasca operasi tulang

belakang dan gangguan emosional berat.

Rumus :

1) Menurut Gillies (1982)

Tenaga perawat = Jumlah jam perawat yang dibutuhkan / tahun

Jumlah jam kerja perawat / tahun x jam kerja perawat

Atau TP = A x B x 365
( 365 – C ) x jam kerja / hari

Keterangan :

A : Jam efektif / 24 jam : waktu perawatan yang dibutuhkan klien

B : Sensus harian : BOR x jumlah tempat tidur

C : Jumlah hari libur

2) Depkes

KT ( kebutuhan tenaga ) =

Jumlah jam perawat tenaga / hari + (faktor koreksi) dengan hari libur cuti/lost day
Jam efektif perawat

Lost day = jumlah hari minggu dalam 1 bulan + cuti + hari besar x kebutuhan tenaga

Jumlah hari kerja efektif

Faktor koreksi = (kebutuhan tenaga + lost day) x 25%


100

Kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi

3) Tingkat ketergantungan klien

Klasifikasi klien sangat diperlukan sehubungan dengan kebutuhan

akan perawatan yang terus menerus dalam 24 jam.

Adapun beberapa pasien dan jam perawat :


23

a) Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981

(1) Level 1 (minimal) = 3,2 jam

(2)Level 2 (intermediet) = 4,4 jam

(3)Level 3 (maksimal) = 5,6 jam

(4)Level 4 (intensive care) = 7,2 jam

b) Menurut Hanson

(1) Kategori I (self care) = membutuhkan 1 – 2 jam dengan waktu

rata-rata efektif 1,5 / 24 jam.

(2) Kategori 2 (minimal care) = membutuhkan 3 – 4 jam dengan

rata-rata efektif 3,5 jam/ 24 jam.

(3) Karegori III (intermediet care) = membutuhkan 5 – 6 jam

dengan rata-rata 5,5 jam / 24 jam.

(4) Kategori IV (modifet intensive care) = membutuhkan 7 – 8 jam

dengan rata-rata efektif 7,5 jam / 24 jam.

(5) Kategori V (intensive care) = membutuhkan 10-14 jam dengan

rata-rata efektif 12 jam / 24 jam.

c) Douglas (1984) berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap

pasien dan hasil keseluruhan ditambah 1/3 x hasil total pagi, sore

dan malam berdasarkan tingkat ketergantungan klien.

Tabel 2.1
Penentuan Kebutuhan Tenanga Kerja

Klasifikasi pasien
Jumlah
Minimal Parsial total
pasien
pagi Sore Malam pagi sore malam pagi sore malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
24

I. Manajemen Pengelolaan Pelayanan

1. Timbang Terima (overan)

Merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu

laporan yang berkaitan dengan keadaan klien.

Tujuan dari overan adalah :

a. Menyampaikan kondisi secara umum.

b. Menyampaikan hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas

selanjutnya.

c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Langkah-langkah dalam mengikuti overan :

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoverkan perlu

mempersiapkan hal-hal yang akan disampaikan kepada penanggung

jawab shift yang selanjutnya meliputi kondisi keadaan klien secara

umum, tindak lanjut untuk dinas yang menerima overan rencana

kerja untuk dinas yang akan menerima overan

c. Penyampaian overan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-

buru.

d. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara

langsung melihat keadaan klien.

Prosedur yang perlu diperhatikan dalam timbang terima (overan) :

a. Persiapan

1) Kedua kelompok dalam keadaan siap

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan


25

b. Pelaksanaan

1) Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift

2) Dari nurse station perawat berdikusi untuk melaksanakan timbang

terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan

tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah

dan yang belum di laksanakan serta hal-hal penting lainnya yang

perlu dilimpahkan.

3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang jelas

sebaiknya di catat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan

kepada perawat jaga berikutnya.

4) Hal-hal yang perlu disampaiakan pada saat timbang terima:

a. Identitas pasien dan diagnosa medis

b. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

d. Intervensi kolaboratif dan dependensi

e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam

kegiatan selanjutnya, misalnya operasi pemeriksaan kegiatan

selanjutnya, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang

lainnya, persiapan untuk konsultasi/ prosedur lainnya yang

tidak dilaksanakan secara rutin.

5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan

klasifikasi, tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal

yang di timbang terima kan dan berhak menanyakan mengenai hal

yang kurang jelas


26

6) Penyampaian saat timbng terima secara jelas dan singkat

7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit

kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang

lengkap dan rinci

8) Pelaporaan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada

pelaporan ruangan oleh katim

2. Ronde Keperawatan

a. Pengertian

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping

pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan

keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilaksanakan

oleh katim, kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga

melibatkan seluruh anggota tim.

b. Tujuan

1) Menumbuhkan cara berfikir kritis

2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah klien

3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan

4) Meningkatkan validitas data masalah klien

5) Menilai kemampuan justivikasi

6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan

7) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja


27

c. Peran

1) Katim dan perawat pelaksana

a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien

b) Menjelaskan masalah keperawatan utama

c) Menjelaskan tindakan selanjutnya

d) Menjelaskan intervensi yang belum dan akan dilakasanakan

e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan di ambil

2) Peran katim lain

a) Memberikan justifikasi

b) Memberikan reinforcement

c) Menilai kebenaran diri suatu masalah, intervensi

keperawatan, serta tindakan yang rasional

d) Mengarahkan dan koreksi

e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

3) Persiapan

a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan

ronde

b) Pemberian informed consent kepada klien dan keluarga

4) Pelaksanaan ronde

a) Penjelasan tentang klien oleh katim dalam hal ini penjelasan

difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan

yang akan atau yang telah dilaksanakan dan memilih

kualitas yang perlu didiskusikan

b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut


28

c) Pemberian jastifikasi oleh katim atau kepala ruangan

tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan

d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah

dan akan di tetapkan

5) Pasca ronde

a) Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien

b) Menetapkan tindakan yang akan dilakukan

J. Model Metoda Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

1. Pengertian

Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu

sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi

perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna sitorus & Yulia,

2006).

2. Dasar pertimbangan pemilihan MAKP

Mclaughin, Tomas dan Bartem mendefinisikan 8 model pemberian

asuhan keperawatan tetapi yang umum di gunakan di rumah sakit adalah

ashan keperawatan total, keperawatan primer. Tetapi setiap unit

keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk

mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara

ketenagaan, sarana dan prasarana, kebijakan rumah sakit, karena setiap

perubahan akan berakibat sesuatu maka perlu mempertimbangkan 6


29

unsur utama dalam penentuan pemilihan model pemberian asuhan

keperawatan (Marquis & Huston 1998).

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya

d. Terpenuhinya kepuasan pasien keluarga dan masyarakat

e. Kepuasan kerja perawat

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim

kesehatan lainnya.

3. Jenis Model Metoda Asuhan Keperawatan

a. Model Fungsional ( bukan model MAKP profesional)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam

pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat

perang dunia kedua. Pada saat ini karena masih terbatasnya jumlah

dan kemampuan perawatan maka setiap perawata hanya melakukan

satu sampai dua jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien

di bangsal.

Kelebihan :

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian

tugas yang dan pengamatan yang baik.

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,

sedangkan perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior

dan atau belum berpengalaman.


30

Kelemahan :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan

proses keperawatan

3) Persepsi perawat cendrung kepada tindakan yang berkaitan

dengan keterampilan saja.

Skema 2.2
Sistem Pemberian Asuhan KeperawatanFungsional

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat Perawat :


pengobatan Merawat luka :Penyiapan Kebutuhan
instrumen dasar

Pasien

(Marquis dan Huston, 1998:138)

b. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Tim

Model tim keperawatan yaitu pengorganisasian pelayanan

keperawatan oleh sekelompok perawat pada sekelompok pasien.

Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan yang

berpengalaman serta memiliki pengetahuan dibidangnya.

Pembagian tugas didalam kelompok dilakukan oleh pemimpin

kelompok. Selain itu ketua kelompok yang bertugas melaporkan


31

kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan

keperawatan terhadap klien.

Kelebihan :

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah

diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

kelemahan :

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam

bentuk konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu yang

sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Skema 2.3
Model Metode Asuhan Keperawatan Tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim

Perawat pelaksana Perawat Pelaksana

Klien Klien

(Marquis dan Huston, 1998:138)


32

Konsep Metode Tim

a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan

berbagai teknik kepemimpinan.

b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin

c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

d) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim

Tanggung Jawab Anggota Tim

a) Memberikan asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawabnya

b) Kerja sama dalam anggota tim dan antar tim

c) Memberikan laporan

Tanggung Jawab Ketua Tim

a) Membuat perencanaan

b) Membuat penugasan supervise dan evaluasi

c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

kebutuhan pasien

d) Mengembangkan kemampuan angggota

e) Menyelenggarakan konferensi

Tanggung Jawab Kepala Ruangan

a) Manajemen personalia atau ketenagaan

b) Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pelayanan keperawatan

c) Manajemen kualitas pelayanan


33

d) Manajement financial meliputu budget coss control dalam pelayanan

keperawatan

Fungsi Kepala Ruangan

Kepala ruangan fungsinya adalah sebagai perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atau pengendalian

terhadap pelayanan keperawatan di ruang yang menjadi tanggung

jawabnya.

Uraian Tugas Kepala Ruangan

a) Perencanaan

(1) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan, dan standar

prosedur tindakan

(2) Menunjukkan perawat yang bertugas sebagai katim

(3) Mengidentifikasi perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat

ketergantungan klien

(4) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

(5) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan

dan pelatihan

(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan

dilakukan terhadap pasien.

(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

- Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan


34

- Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai

asuhan keperawatan

- Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah

- Memberikan informasi kepada klien/keluarga yang baru masuk

(8) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

(9) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

b) Pengorganisasian

(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

(2) Merumuskan tujuan sistem metode penugasan

(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

(4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua

anggota tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat

(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain

(6) Mengatur dan mengedalikan logistik ruangan

(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

(8) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat,

kepada ketua tim

(9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien

(10) Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya

(11) Identifikasi masalah dan cara penanganan

c) Pengarahan

(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim


35

(2) Memberikan pujian kepada anggota tim melaksanakan tugas

dengan baik

(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan

dan sikap

(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan ASKEP pasien dan pelayanan keperawatan

diruangan

(5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

(6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya

(7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d) Pengawasan

(1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung

dengan ketua tim maupun melaksanakan mengenai ASKEP yang

telah diberikan terhadap pasien

(2) Melalui supervisi :

- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau

melalui laporan langsung secara lisan dengan

memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat

itu juga

- Pengawasaan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta

rencana yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan


36

dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua

tim tentang pelaksanaan tugas

(3) Evaluasi bersama katim hasil upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun

Ketua Tim

a) Fungsi ketua tim

(1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang

didelegasi oleh kepala ruangan

(2) Membuat penugasan supervisi dan evaluasi

(3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien

(4) Mengembangkan kemampuan anggota tim

(5) Menyelenggarakan konferens

b) Uraian tugas ketua tim

(1) Perencanaan

- Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas

pada setiap pergantian dinas

- Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya

- Menyusun rencana asuhan keperawatan

- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan

keperawatan

- Mengikuti visite dokter

- Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan

mendiskusikan masalah yang ada

- Menciptakan kerja sama yang harmonis antar anggota tim


37

- Memberikan pertolongan segera pada klien dengan

kegawatdaruratan

- Membuat laporan klien

- Melakukan rinde keperawatan bersama kepala ruangan

- Mengorientasi klien baru

(2) Pengorganisasian

- Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan

- Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan klien

- Membuat rincian anggota tim dalam memberikan Askep

- Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim

- Mendelegasi proses asuhan keperawatan pada anggota tim

- Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian

asuhan keperawatan

(3) Pengarahan

- Memberikan pengarahan atau bimbingan kepada anggota

tim

- Memberikan informasi yangberhubungan dengan Askep

- Mengawasi proses asuhan keperawatan

- Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan

- Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim

(4) Pengawasan

- Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan pelaksana

dalam pemberian asuhan keperawatan


38

- Melalui supervisi

Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan

keperawatan yang dilaksanakan oleh anggota lain.

Secara tidak langsung melihat daftar hadir perawat

pelaksana, membaca dan memeriksa catatan keperawatan,

membaca catatan perawat yang dibuat selama proses

keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan dari

anggota tim tentang tugas yang dilakukan.

- Mengevaluasi

Pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab kepada

kepala ruangan dan mnyelenggarakan asuhan secara

optimal kepada klien yang berbeda di bawah tanggung

jawabnya.

Uraian Tugas perawat Pelaksana :

a) Perencanaan

(1) Melakukan pengkajian kepada klien

(2) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi

klien berdasarkan hasil pengkajian

(3) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan

rencana tindakan

(4) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi

masalah sehingga tujuan keperawatan tercapai

(5) Bersama ketua tim melaksanakn serah terima klien dan

tugas setiap pergantian dinas


39

(6) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakn tindakan

keperawatan

(7) Mendampingi visite dokter pada klien yang menjadi

tanggung jawab bersama kepala tim untuk menilai kondisi

klien dan memungkinkan penyebabnya, rencana tindakan

medis, mengetahui program pengobatan yang akan

dilakukan selanjutnya.

(8) Menyiapkan klien secara fisik secara fisik dan secra mental

atau pemeriksaan penunjang

b) Pengorganisasian

(1) Menerima pendelegasian askep dari kepala ruangan melalui

kepala tim

(2) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien

yang menjadi tanggung jawab askep yang telah dilakukan

kepada kepala ruangan melalui kepal tim

(3) Menghindari pertentangan antara anggota tim

(4) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang

berlaku

(5) Mengembangkan kreativitas

(6) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam

memberiakn asyhan keperawatan kepada klien

c) Pengawasan

(1) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan

klien dan keluarga selama memberiakan aksep


40

(2) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap

tindakan keperawatan dan pengobatan

(3) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan, apakah

tujuan telah tercapai bersama kepala tim

d) Pengarahan

(1) Memberiakan pengarahan kepada keluarga tentang tindakan

yang akan dilakukan, cara minum obat, aktivitas

(2) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai

peraturan yang berlaku, jam kunjungan, pemeriksaan

penunjang dan pengadaan obat-obatan.

(3) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan

kerja sama keluarga dengan petugas

c. MAKP Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung

jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien

mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong

praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara sipembuat

rencana asuhan dan pelaksana.

Metode primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat

dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan

untuk merencanakan, melakukan koordinasi asuhan keperawatan

selama pasien dirawat.


41

Kelebihan :

1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi

terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri

3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan

rumah sakit (Gillies, 1989)

Kelemahan :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang memadao dengan kriteria

asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang

tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin.


Skema 2.4
Model Metode Asuhan Keperawatan Primer

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien

Perawat Pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana


Sore pagi malam

(Marquis Dan Huston 1998)


42

Konsep dasar metode primer

1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

2) Ada otonomi

3) Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer :

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

konfrehensif

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama iadinas

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasi pelayanan yang telah

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

6) Menerima dan menyesuaikan rencana

7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, dengan lembega

sosial masyarakat

9) Membuat jadwal perjanjian klinik

10) Mengadakan rujukan klinik

11) Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruang atau bangsal dalam metode primer :

1) Sebagai konsultan pengendalian mutu perawat primer

2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat

asisten
43

4) Evaluasi kerja

5) Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf

6) Membuat 1 – 2 pasien untuk model agar dapat mngenal hambatan

yang terjadi.

Ketenagaan metode primer :

1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

2) Beban kasus pasien 4- 6 orang untuk satu perawat

3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non

profesional sebagai perawat asisten

d. Manajemen kasus

Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan

pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang

berbeda untuk setiap sift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan

dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode

penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal

ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk

perawatan khusus seperti : isolasi, intensif care.

Kelebihan :

1) Perawat lebih memahami kasus perkasus

2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangan :

1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat pananggung jawab


2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama
44

Skema 2.5
Model Metode Asuhan Keperawatan Kasus

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

(Maquis dan Huston 1998)

e. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Modifikasi : Tim

Primer

Metoda ini digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.

Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penetapan sistem model

MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena

sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang

pendidikan S1 Keperawatan atau setara

2) Keperawatan tim tidak digunkan secara murni, karena

tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi

pada berbagai tim

3) Melalui kombinasi kedua model teseubut diharapkan

komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan

keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat

ini jenis pendidikan perawat yang ada dirumah sakit sebagian


45

besar adalah lulusan D3,maka akan mendapatkan bimbingan

dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan

keperawatan.

Skema 2.6
Contoh Pemberian Askep Modifikasi

Kepala Ruangan

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Marquis dan Huston, 1998)

f. Gaya Kepemimpinan Situasional

Pengertian

Menurut Hersay dan Blanchard, kepemimpinan situasional adalah :

1) Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh

pemimpin

2) Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh

pimpinan
46

3) Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjuk

dalam melaksanakan tuga khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.

Konsep ini telah dikembangkan untuk membantu orang dalam

menjalankan kepemimpinan dengan memperhatikan peranannya,

yang lebih efektif dalam berinteraksi pemimpin dengan orang lain

dalam kesehariannya. Dalam hal mempengaruhi perilaku bawahan,

situasi merupakan faktor penting karena kepribadian seseorang

yang dibawah dari lahir bisa berubah dengan adanya kondisi

lingkungan yang berubah.

Menurut Model Fiedler

Mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif

bergantung pada penyesuaian yang tepat antara gaya pemimpin

dalam berinteraksi dengan bawahan dan pada tingkat mana situasi

memberikan kendali dan pengaruh pada pemimpi tersebut.

Kepemimpinan situasional merupakan gaya pemmpin yang

mempertimbangkan situasi yang dihadapi sebuah perusahaan. Baik

dalam proses pengambilan keputusan terhadap sebuah masalah

maupun dengan mengarahkan para baahannya. Kepemimpinan

situasional dalam hal ini, mengubah gaya kepemimpinan yang lama

dengan gaya kepemimpina baru yang di anggap lebih baik dengan

pertimbangan situasi-situasi yang dialami peusahaan.

Dalam kondisi pelatihan kepemimpinan harus menuntut

perhatian dalam organisasi, tampaknya teori kepemimpinan

situasional tetap merupakan satu cara pouler untuk mengekpresikan


47

apa yang harus dilakukan pemimpin pad pekerjaannya (Gibson,

1997:34).

Dasar Model Kepemimpinan Situasional

1) Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh

pemimpin (perilaku).

2) Kadar dukungan sosio emosional yang disedakan oleh

pemimpin (perilaku hubungan).

3) Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperlihatkan leh

anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam

mencapai tujuan tertentu.

Konsep ini menjelaskan hubungan antara prilaku

kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan anggota

kelompok atau pengikutnya. Teori ini menekankan hubungan

pemimpin dengan anggota hingga tercipta kepemimpinan ynag

efektif, karena anggota dapat menentukan keanggotaan pribadi

yang dimiliki pemimpin.

Kematangan atau maturity adalah bukan kematangan secara

psikologis melainkan menggambarkan kemauan dan kemampuan

anggota dalam melaksanakan tugas masing-masing termasuk

tanggung jawab dalam melaksanakan tugas tersebut juga kemauan

dan kemampuan mengarahkan diri sendiri. Jadi, variabel

kematangan yang dimaksud adalah kematangan dalam

melaksanakan tugas masing-masing tidak berarti kematangan

dalam segala hal.


48

Kematangan anak buah adalah kemampuan yang dimiliki

anak buah dalam menyelesaikan tugas dari pimpinan, termasuk di

dalamnya adalah keinginan atau motifasi mereka dalam

menyelesaikan suatu tugas. Kematangan individu dalam teori

kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard dibedakan dalam 4

kategori kematangan yang masing-masing punya perbedaan tingkat

kematangan sebagai berikut :

1) M1 : tingkat kematangan anggota rendah

Ciri-cirinya : adalah anggota tidak mampu dan tidak mau

melaksanakan tugas, maksudnya : Kemampuan anggota dalam

melaksanakan tugas rendah dan anggota tersebut juga tidak

mau bertanggung jawab.

Penyebabnya : tugas dan jabatan yang dijabat memang jauh

dari kemampuan, kurang mengerti apa kaitan antara tugas dan

tujuan organisasi, mempunyai sesuatu yang di harapkan tetapi

tidak sesuai dengan ketersediaan dalam organisasi.

2) M2 : tingkat kematangan anggota rendah ke sedang atau

moderat rendah

Ciri-cirinya : anggota tidak mampu melaksanakan tapi mau

bertanggung jawab, yaitu walaupun kemampuan dalam

melaksanakan tugasnya rendah tetapi memiliki rasa tanggung

jawab sehingga ada upaya untuk berprestasi. Mereka yakin

akan pentingnya tugas dan tahu pasti tujuan yang ingin dicapai.
49

Penyebabnya : anggota belum berpengalaman atau belum

mengikuti pelatihan dan pendidikan tetapi memiliki motivasi

tinggi, menduduki jabatan baru dimana semangat tinggi tetapi

bidangnya baru dan selalu berupaya mencapai prestasi, punya

harapan yang sesuai dengan ketersediaan yang ada dalam

organisasi.

3) M3 : tingkat kematangan anggota sedang ke tinggi atau

moderat tinggi.

Ciri-cirinya : anggotanya mampu melaksanakan tetapi tidak

mau. Yaitu mereka yang memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas tetapi karena suatu hal tidak yakin akan

keberhasilan sehingga tugas tersebut tidak dilaksanakan.

Penyebabnya : anggota merasa kecewa atau frustasi misalnya

baru saja mengalami alih tugas dan tidak puas dengan

penempatan baru.

4) M4 : tingkat kematangan anggota tinggi

Ciri-cirinya : anggota mau dan mampu, yaitu : mempunyai

kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas ataupun

memecahkan masalah dan punya motivasi tinggi serta besar

tanggung jawabnya. Mereka adalah yang berpengalaman dan

punya kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas.

Mereka mendapat kepuasan atas prestasinya dan yakin akan

selalu berhasil.
50

Merujuk pada tingkat kematangan masing-masing

kelompok atau anggota kelompok, maka prilaku kepemimpinan

harus disesuaikan demi tercapainya efektifitas kepemimpinan

berdasarkan analisis pemimpin terhadap tingkat kematangan

anggota, digunakan kombinasi perilaku tugas dan perilaku

hubungan.

Ada beberapa kombinasi perilaku kepemimpinan yang

merujuk pada kematangan yaitu :

Tingkat kematangan Perilaku kepemimpinan

Rendah (M-1) Instruksi (S-1)

Tidak mau dan tidak mampu Tinggi tugas dan rendah

Rendah ke sedang atau hubungan

moderat rendah Konsultasi (S-2)

(M-2) tidak mampu tapi mau Tinggi tugas dan tinggi

Sedang ke tinggi atau moderat hubungan

tinggi (M-3) mampu tapi tidak Partisipasi (S-3)

mau Rendah tugas dan tinggi

Tinggi (M-4) hubungan

Mau tapi mampu Delegasi (S-4)

Rendah tugas dan rendah

hubungan

Perilaku kepemimpinan seseorang menghadapi kelompok serta

keseluruhan harus berbeda-beda dengan menghadi individu


51

anggota kelompok, demikian pula perilaku kepemimpinan manajer

dalam menghadapi tiap-tiap individu harus berbeda-beda

tergantung kematangannya. Masing-masing punya perbedaan

tingkat kematangan.

Menurut teori ini pemimpin haruslah situasional, setiap

keputusan yang dibuat didasrkan pada tingkat kematangan anak

buah, ini berarti keberhasilan seorang pemimipin apabila mereka

menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan tingkat kedewasaan

atau kematangan anak buah. Tingkat kedewasaan atau kematangan

anak buah dapat dibagi menjadi 4 tingkat yaitu :

1) Pertama instruksi adalah untuk pengikut yang rendah

kematangannya, orang yang tidak mampu dan mau memliki

tanggu jawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak

kompeten atau tidak memiliki keyakinan. Bawahan seperti ini

masih sangat memerlukan pengarahan dan dukungan, masih

perlu bimbingan dari atasan tentang bagaimana, kapan dan

dimana mereka dapat melaksanakan tanggung jawab/

tugasnya.

2) Kedua konsultasi adalah untuk tingkat kematangan rendah

dan sedang, orang yang tidak mampu tetapi berkeinginan

untuk memikul tanggung jawab memiliki keyakinan tetapi

kurang memiliki keterampilan. Pimpinan/pemimpin perlu

membuka komunikasi dua arah (two way communications),


52

yaitu untuk membantu bawahan dalam meningkatkan

motivasi kerjanya.

3) Ketiga partisipasi bagi tingkat kematangan dari sedang

kerendah, orang-orang pada tingkat perkembangan ini

memiliki tetepi tidak memiliki keinginan untuk melakukan

sesuatu yang diberikan. Untuk meningkatkan produktivitas

kerjanya, dalam hal ini pemimpin harus aktif membuka

komunikasi dua arah dan mendengarkan yang diinginkan

oleh bawahan.

4) Keempat delegasi adalah bagi tingkat kematangan yang

tinggi, orang-orang pada tingkat kematangan seperti ini

adalah mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk

memikul tanggung jawab. Dalam hal ini pemimpin tidak

perlu banyak memberikan maupun pengarahan, karena

dianggap bawahan sudah mengetahui bagaimana, kapan dan

dimana mereka harus melaksanakan tugas/ tanggung

jawabnya (thoha, 1983:74-76).

Model-model Keperawatan Situasional

1) Model kepemimpinan kontijensi fiedler

Least preferred coworkers (LPC)

Model kepemimpinan kontijensi fiedler ( 1964 – 1997 )

menjelaskan bagaimana situasi menengahi hubungan antara

efektifitas kepemimpinan dengan ukuran ciri yang disebut


53

nilai LPC rekan kerja yang paling tidak disukai (Yukl, 2005 :

251).

Teori kontijensi fidler menunjukan hubungan antara

orientasi pemimpin atau gaya dan kinerja kelompok yang

berbeda di bawah kondisi situasional. Teori ini didasarkan

padapenentuan orientasi pemimpin (hubungan atau tugas),

unsur-unsur situasi (hubungan pemimopin anggota, tugas

struktur, dan kekuasaan pemimpin posisi), dan orientasi

pemimpin yang ditemukan paling efektif karena situasi

berubah dari rendah sampai sedang untuk kontrol tinggi.

Fiedler menemukan bahwa tugas pemimpin berorientasi lebih

efektif dalam situasi kontrol rendah dan moderat dan

hubungan manager berorientasi lebih efektif dalam situasi

kontol moderat.

2) Teori jalur tujuan kepemimpinan

Path goal theory of leadership

Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena

efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi pada

pengikut, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai

path goal karena terfokus pada bagaimana pemimpin

menpengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan

pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang

dibutuhkan dalam mencapai tujuan ( Ivancevich, dkk, 2007).


54

Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspetasi.

Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin

efektif adalah pemimpin yang bagus dalam membrikann

imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam

suatu kesatuan (contingent). Dengan pencapaian bawahan

terhadap tujuan spesifik. Perkembangan awal teori path goal

menyebutkan 4 gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin

meliputi direktif, suporrtif, partisipatif, dan berorientasi

pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja,

penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai

hubungan antara usaha – kinerja – imbalan.

K. Discharge Planning

1. Pengertian Discharge Planning

Discharge Planning adalah proses sitematis yang diberikan kepada

pasien ketika akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik

pulang kerumah maupun akan melakukan perawatan di rumah sakit lain

(taylor).

Kozier (2004), mendefenisikan Discharge Planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meniggalkan suatu unit pelayanan kepada

unit yang lain di dalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan

umum.

Ackson (1994), menyatakan bahwa Discharge Planning merupakan

proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan


55

untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu

lingkungan yang lain.

Rindhianto(2008), mendefenisikan Discharge Planning sebagai

perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien

dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan

sehubungan kondisi penyakitnya.

2. Manfaat Discharge Planning

a. Bagi pasien

1) Dapat memenuhi kebutuha pasien

2) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan

sebagai baian yang aktif dan bukan objek yang pasif

3) Menyadari hak nya untuk dipenuhi

4) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk

memperoleh support sebelum timbulnya masalah

5) Dapat memilih prosedur perawatannya

6) Mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya dan mengetahui

siapa yang dapat dihubungi

b. Bagi perawat

1) Merasa bahwa keahliannya dapat diterima dan dapt digunakan

2) Menerima informasi kunci setiap waktu

3) Memahami perannya dalam sistem

4) Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru

5) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam seting yang berbeda

dan cara yang berbeda


56

6) Bekerja dalam suatu sistim dengan efekif

3. Prinsip Discharge Planning

a. Koordinasi ( saling berhubungan )

b. Interdisiplin ( salling menjaga, disiplin ilmu, keterampilan sesuai

standar keperawatan )

c. Pengenalan secara dini mungkin ( penjelasan tentang apa yang kita

informasikan )

d. Perencanaan secara hati-hati

e. Melibatkan klien dalam keluarga dalam memberikan perawatan

4. Karakteristik Indikasi Kebutuhan Discharge Planning

a. Kurang pengetahuan tentang pengobatan

b. Isolasi sosial

c. Diagnosa baru penyakit kronik

d. Operasi besar

e. Perpanjagan operasi besar

f. Orang labil

g. Penatalaksanaan dirumah secara komplek

h. Kesulitan financial

i. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan / fasillitas

pelayanan kesehatan

j. Panyakit terminal

5. Mekanisme Discharge Planning Menurut proses keparawatan

a. Pengkajian

Elemen penting dari pengkajian Discharge Planning, meliputi :


57

1) Data kesehatan

2) Data pribadi

3) Pemberi perawatan

4) Lingkungan

5) Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung

b. Diagnosa

Diagnosa keperawatan berdasarkan pada pengkajian Discharge

Planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan

keluarga. Yaitu mengetahui problem, etiologi ( penyebab ) support

sistem (hal yang mendukung sehingga dilakukan Discharge

Planning).

c. Perencanaan

Menurut Luverne dan Barbara (1998 ),perencanaan pemulangan

pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.Kelompok

perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik

untuk persiapan pulang klien, yaitu:

1) Medication ( obat )

Pasien sebaiknya mengtahui obat yang harus dilanjutkan

setelah pulang.

2) Environment ( lingkungan )

Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit

sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas

pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.


58

3) Treatment ( pengobatan )

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat

berlanjut setelah kien pulang, yang dilakukian oleh klien dan

anggota keluarga.

4) Health Teaching (pengajaran kesehatan)

Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana

mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang

mengidentifikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.

5) Diet

Klien sebaiknya dibritahu tentang pembatasan pada

dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang seduai untuk

dirinya.

d. Implementasi

Implementasi dalam Discharge Planning adalah pelaksanaan

rencana pengajaran referral. Seluruh pengajaran yang diberikan

harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang

(Discharge Summary). Instruksi tertulis dibrikan kepada klien.

Demontrasi ulang harus menjadi memuaskan. Klien dan pemberi

perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakunanya dengan alat

yang digunakan dirumah.

e. Evaluasi

Evaluasi terhadap Discharge Planning adalah penting dalam

membuat kerja proses Discharge Planning. Perencanaan dan


59

penyerahan harus diteliti denga cermat untuk menjamin kualitas dan

pelayanan yang sesuai.

Keberhasilan program perencanaan pemulangan tergantung

pada 6 variabel :

1) Derajad penyakit

2) Hasil yang diharapkan dari perawatan

3) Durasi perawatan yang dibutuhkan

4) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan

5) Komplikasi tambahan

6) Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan.


BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG BEDAH RSUD PADANG PANJANG

A. Kajian Situasi RSUD Padang Panjang

Kota Padang Panjang merupakan salah satu daerah tingkat dua di

Provinsi Sumatera Barat yang mempunyai luas wilayah paling kecil yaitu 2300

Ha. Batas wilayah Kota Padang Panjang sebelah barat, timur, utara dan selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar. RSUD Padang Panjang merupakan

sarana kesehatan pemerintah daerah tipe C yang berdiri di lahan seluas 6 Ha di

daerah perbukitan yang hijau dan sejuk.

RSUD Padang Panjang mempunyai kapasitas rawat inap dengan jumlah

tempat tidur yang tersedia berjumlah 154 buah tempat tidur. Jenis Pelayanan

yang tersedia di RSUD Padang Panjang yaitu: Penyakit Dalam, Bedah, Anak

dan Perinatologi, Obgyn, Kulit kelamin, THT, Mata, Neorologi, Hemodialisa

, Jantung, ICU, Paru, Psikologi, Psikiatri, Rehab Medik, Jiwa, Fisioterapy,

Radiologi, Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) dan gigi.

Pada saat sekarang ini RSUD Padang Panjang mempunyai latar

pendidikan Strata 2, Strata 1, Diploma IV dan D III, yang tersebar disebagian

ruangan. Setiap ruangan sudah mempunyai sarana dan prasarana yang hampir

mencukupi sehingga pelayanan kesehatan dapat dilakukan sebagaimana

mestinya.

1. Visi RSUD Padang Panjang

Rumah Sakit Yang AMANAH (A: Aman, M:Mandiri, A : Ahli /

Profesional, N : Nyaman, A : Adil, H : Humanis).

60
61

2. Misi RSUD Padang Panjang

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan SDM yang

profesional, Mandiri, Adil dan Humanis

b. Menyediakan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman sesuai

dengan kebutuhan

3. Motto RSUD Padang Panjang

Melayani dengan Hati.

B. Kajian Situasi di Ruangan Bedah RSUD Padang Panjang

1. Karakteristik Unit

Ruangan Bedah adalah salah satu dari ruangan rawat yang ada di

RSUD Padang Panjang yang merawat pasien dengan gangguan pada

sistem saraf. Ruangan bedah terletak bersebelahan dengan ruang anak dan

ruang Kebidanan. Ruang bedah terdiri dari ruang rawatan kelas 1, 2 dan

3. Disisi sebelah kanan terdiri dari nures station, ruang perawat, ruangan

dokter, ruang rawatan kelas 1 dan kelas 2, dan sisi sebelah kiri terdapat

ruang parasat dan ruangan kelas 3.

Ruangan Bedah dipimpin oleh kepala ruangan yang berada di

bawah kepala instalasi Bedah. Secara teknis operasional perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan bertanggung jawab kepada kepala

ruangan dan secara administrasi bertanggung jawab kepada Kasi

keperawatan.
62

2. Input

a. Man

1) Jumlah perawat

Ruangan rawat inap Bedah mempunyai 10 orang tenaga

perawat dimana 1 orang menjadi Karu dan 9 orang staf perawat.

Dari 10 orang tenaga keperawatan di Bedah terdapat 5 orang

perawat PTT.

2) Umur

Diagram 3.1
Distribusi Frekuensi Umur Tenaga Perawat

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa sebagian

besar perawat di ruang Bedah berada pada rentang usia 31-40 tahun

sebesar 78%.
63

3) Jenis Kelamin

Diagram 3.2
Distribusi Jenis Kelamin Tenaga Perawat

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa tenaga

perawat di ruang rawat Bedah 78% perempuan dan 22% laki-laki.

4) Pendidikan

Diagram 3.3

Distribusi Frekuensi Pendidikan Tenaga Perawat

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa ruangan

Bedah mayoritas memiliki tenaga perawat berpendidikan D III

sebesar 67% dan 33% berpendidikan ners.


64

5) Lama Kerja di RS

Diagram 3.4
Distribusi Frekuensi Lama Kerja di RS

Berdasarkan diagram di atas, lama perawat bekerja di rumah

sakit kisaran 0-5 tahun sebanyak 33%, 22% 6-10 tahun, 11-15

tahun dan ≥ 15tahun.

6) Lama Kerja di Ruang Bedah

Diagram 3.5
Distribusi Frekuensi Lama Kerja di Ruang Bedah

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa seluruh

perawat yang bekerja di ruang Bedah adalah 0-5 tahun


65

7) Motivasi Staf

Diagram 3.6
Distribusi Frekuensi Reinforcement dari Atasan

Berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa perawat di ruang

Bedah sebagian besar sudah mendapatkan reinforcement dari

astasannya yaitu sebesar 73%


54
66

b. Method

1. Quisioner
Matriks pengetahuan

Pengetahuan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Metode Metode yang Melakukan asuhan Metode yang Metode Metode yang Metode yang
fungsional berdasarkan keperawatan itu satu berdasarkan pada yang berdasarkan pada berdasarkan
pada atau beberapa klien pembagian tugas berdasarkan pembagian tugas pada pembagian
pembagian oleh satu oarang menurut jenis pembagian menurut pekerjaan tugas menurut
tugas menurut perawat pada saat pekerjaan tugas yang dilakukan pekerjaan yang
pekerjaan petugas selama dilakukan
yang periode sampai pasien
dilakukan pulang.

P7 P8 P9 Pengertian metode Analisis


funsional
Melakukan asuhan Melakukan asuhan Melakukan asuhan Metoda fungsional 4 partisipan menjawab
keperawatan itu satu keperawatan itu satu keperawatan itu satu adalah metoda dimana mendekati sesuai teori
atau beberapa klien atau beberapa klien oleh atau beberapa klien oleh perawat hanya metode fungsional dan 5
oleh satu oarang satu oarang perawat satu oarang perawat melakukan 1 atau 2 jenis partisipan menjawab teori
perawat pada saat pada saat petugas selama pada saat petugas selama intervensi keperawatan metode tim sesuai acuan
petugas selama periode periode sampai pasien periode sampai pasien saja. Misalnya merawat yang ada di buku nursalam
sampai pasien pulang. pulang. pulang. luka ( kepada semua
pasien dibangsal) karena
jumlah kemampuan
perawat yang terbatas (
Nursalam)
67

Pengetahuan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Keuntungan Pembagian Memfasilitasi Tugas yang Ahli Pembagian tugas yang jelas Pembagian tugas yang
metode tugas yang pelayanan diberikan jelas dibidang dan memudahkan jelas dan
fungsional jelas dan perawat dan mudahnya tertentu pengawasan terhadap memudahkan
memudahkan kepada klien pengawasan pembagian tugas yang pengawasan terhadap
pengawasan oleh kepala dikerjakan embagian tugas yang
terhadap ruangan dikerjakan
pembagian
tugas yang
dikerjakan

P7 P8 P9 Keuntungan metode fungsional Analisis


Memefasilitasi Memefasilitasi Memefasilitasi 1. Manajemen klasik pembagian tugas yang 8 orang mengetahui dengan
pelayanan pelayanan pelayanan perawat jelas dan pengawasan yang baik dan keuntungan metode
perawat perawat kepada kepada klien sangat baik pada rumah sakit yang fungsional dan 1 orang
kepada klien klien kekurangan tenaga tidak tahu mengenai
2. Perawat senior menyibukkan diri dengan keuntungan metode
tugas manajerial sedangkan perawatan fungsional
pasien diserahkan kepada perawat junior
yang belum berpengalaman

Pengetahuan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Metode apa Fungsional Metode Metode tim dan Kepala Tim Fungsional dan metode Fungsional dan metode
yang dan metode pemberian fungsional tim tim
digunakan tim askep
diruanagn
saudara saat
ini
68

P7 P8 P9 Metode MPKP Analisis


Metode Metode Metode 1. Metode tim Metode fungsional dan tim 4 orang, metode pemberian
pemberian pemberian pemberian askep 2. Metode fungsional askep 4 orang, kepala tim 1 orang sementara yang
askep askep 3. Metode kasus didapatkan jika menururt jumlah pasien dan jumlah
4. Metode primer ruang rawat inap adalah metode yang dilakukan adalah
5. Metode primer-tim metode fungsional

Pengetahuan P1 P2 P3 P4 P5 P6
metode yang Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
digunakan
sudah efektif

P7 P8 P9 Metode yang digunakan Analisis


Sudah Sudah belum Metode SBAR Metode yang digunakan adalah metode SBAR tetapi di dalam
pencatatan masih didapatkan bentuk laporan dan sebelumnya juga masih
menggunakan SBAR ,dan juga didapatkan diruangan masih kekurangan
tenaga.
69

Pengetahuan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Konsep Suatu metode Merupakan Dimana Suatu Suatu metode dimana Merupakan suatu metoda
metode tim dimana suatu metoda seorang metode seorang perawat pemberian suatu asuhan
seorang pemberian profesional dimana profesional memimpin keperawatan dimana
perawat suatu asuhan memimpin seorang sekelompok tenaga seorang perawat
profesional keperawatan sekelompok perawat keperawatan dalam profesional memimpin
memimpin dimana tenaga perawat profesional memberikan asuhan dalam pemberian askep
sekelompok seorang dalam memimpin keperawatan secara kepada klien melalui
tenaga perawat pemberian sekelompok kolaboratif dan kooperatif upaya kolaboratif dan
keperawatan profesional askep secara tenaga kooperatif.
dalam memimpin kolaboratif dan keperawatan
memberikan dalam kooperatif. dalam
asuhan pemberian memberikan
keperawatan askep kepada asuhan
secara klien melalui keperawatan
kolaboratif upaya secara
dan kolaboratif kolaboratif
kooperatif dan dan
kooperatif. kooperatif

P7 P8 P9 Konsep metode tim Analisis


Merupakan Merupakan Merupakan 1. Ketua tim sebagai 7 orang terdapat jawaban dari salah satu konsep yang
suatu suatu metoda suatu metoda perawat profesional ada di konsep tim yang didapatkan dari jawaban
metoda pemberian suatu pemberian harus mampu partisipan dan mendekati jawaban yang diberikan dari
pemberian asuhan suatu asuhan menggunakan partisipan jika dilihat dari konsep metode tim itu
suatu keperawatan keperawatan berbagai teknik sendiri
asuhan dimana seorang dimana kepemimpinan.
keperawatan perawat seorang 2. Pentingnya
dimana profesional perawat komunikasi yang
70

seorang memimpin profesional efektif agar komunitas


perawat dalam memimpin rencana keperawatan
profesional pemberian askep dalam terjamin
memimpin kepada klien pemberian 3. Anggota tim harus
dalam melalui upaya askep kepada menghargai
pemberian kolaboratif dan klien melalui kepemimpinan ketua
askep kooperatif. upaya tim
kepada kolaboratif 4. Peran kepala ruangan
klien dan penting dalam model
melalui kooperatif. tim, model tim akan
upaya berhasil bila didukung
kolaboratif oleh kepala ruangan.
dan
kooperatif.
71

1) Observasi

Berdasarkan hasil observasi, penerapan metode fungsional

sudah dilaksanakan di ruang rawatan Bedah. Namun, metode

fungsional yang digunakan telah dimodifikasi karena kurangnya

jumlah staf perawat di ruangan. Dengan adanya tingkat

ketergantungan pasien di Ruang Bedah yang pada umumnya adalah

partial care, dimana membutuhkan lebih banyak tindakan

keperawatan pada pasien tersebut, dengan kondisi tenaga perawat

yang terbatas di Ruang Bedah saat ini membuat beban kerja

perawat menjadi meningkat. Akibatnya perawat menjadi kurang

maksimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sehingga mutu

pelayanan keperawatan yang diberikan menjadi kurang efektif.

2) Wawancara

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepala ruangan Bedah

mengatakan metode yang digunakan dalam menjalankan asuhan

keperawatan adalah metode fungsional. Tetapi, pelaksanaannya

belum terlaksana secara murni. Namun, metode fungsional yang

digunakan sudah dimodifikasi oleh tenaga perawat di Ruangan

Bedah karena masih harus menyesuaikan dengan situasi dan

kondisi di ruangan saat ini karena adanya keterbatasan jumlah

perawat di ruang Bedah.


72

c. Materials & Machine

Dari hasil observasi yang telah dilakukan fasilitas yang tersedia

untuk pasien di ruangan Bedah RSUD Padang Panjang, antara lain :

Tabel 3.1
Fasilitas di Ruang Bedah

No Nama Barang Jumlah


1 Tempat tidur 18
2 Meja pasien 18
3 Kamar Mandi 6
4 Jam dinding 2
5 Telepon 1
6 Lemari Es 1
7 Wastafel 9

Fasilitas untuk tenaga kesehatan terdiri atas 1 kamar perawat yang

menjadi satu dengan ruang ganti perawat, 1 kamar mandi atau WC

perawat, ruang dokter yang bersebelahan dengan kamar perawat, serta

Nurse Station yang berada di depan kamar perawat.

3. Proses

a. Planning

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan data

bahwa visi misi ruangan tidak dirumuskan. Melainkan hanya

menyesuaikan dengan visi dan misi rumah sakit.

1) Perencanaan SDM

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kepala ruangan

mengatakan bahwa jumlah tenaga perawat yang ada di ruangan

belum cukup dengan jumah pasien di ruangan. Pada suatu

pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung


73

pada jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien, menurut

Douglas (1984), Loveridge, dan Cumming (1996), klasifikasi dan

tingkat ketergantungan pasien dibagi tiga kategori.

Ruangan Bedah merupakan rawat inap yang terdiri dari

ruang kelas 1, 2 dan 3. Dimana terdapat 2 orang dokter spesialis

bedah. Saat ini ruangan bedah dipimpin oleh seorang Karu yang

dibantu oleh staf perawat yang berjumlah 9 orang.

Terdapat beberapa cara/ metode perhitungan jumlah tenaga

perawat. Jumlah tenaga perawat disuatu ruanmg rawat di tetapkan

dari klasifikasi tingkat ketergantungan. Menurut douglas (1992),

klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori.

a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam

- Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri

- Makan dan minum dilakukan sendiri

- Ambulasi dengan pengawasan, observasi tanda-tanda vital

dilakukan setiap jaga (shif)

- Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

b) Perawatan partial memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam kriteria:

- Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

- Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali

- Pasien dengan kateter urine

- Pemasukan intake output cairan dicatat/dihitung


74

- Pasien dengan infus persiapan pengobatan yang memerlikan

prosedur

c) Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam, kriteria :

- Semua keperluan pasien dibantu, perubahan posisi,

observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

- Makan melalui selang (NGT), terapi intravena

- Dilakukan penghisapan lendir (Gelisah/ disorientasi)

Berdasarkan kategori tersebut didapatkan data pada hari

jumat, 30 Agustus 2019 jumlah perawat yang dibutuhkan pada

pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien

partial 9 orang. Penentuan pasien berdasarkan tingkat

ketergantungannya diperoleh per hari.

Tabel 3.2
Kebutuhan Perawat

Pagi Sore Malam


Parsial 9 x 0.27 = 0.81 9 x 0.15 = 0.45 9 x 0.10 = 0.3
Jumlah 2.43 1.35 0.9

Jadi kebutuhan perawat setiap hari adalah

3.14 + 2.39 + 1.57 = 4.68 = 5 orang.

Atau dengan menggunakan rumus Gillies dimana jumlah

pasien ditentukan rat-ratanya per bulan. Cara menentukan jumlah

kebutuhan perawat di ruangan Bedah, yaitu :

- Jumlah tempat tidur : 18 buah

- Jumlah BOR : Jumlah hari perawatan x 100%

Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam 1 periode


75

: 360 x 100% = 66.67%


18 x 30

- Parsial care : 9 orang

- Waktu keperawatan langsung : 27 jam

- Waktu keperawatan tidak langsung : 9 jam

- Total keperawatan rata-rata =

keperawatan tidak langsung/keperawatan langsung = 27/9 = 3

- Jumlah kebutuhan tenaga perawat diruang rawat Bedah =

(Jumlah jam keperawatan rata-rata jumlah yang dibutuhkan klien/hari) x jumlah pasien/hari x hari/ tahun

Jumlah hari/tahun – hari libur dalm satu tahun) x Jumlah jam kerja dalam satu hari

= 3 x 9 x 365 = 9855 = 5,9 = 6 orang

365-128 x 7 1659

- Cadangan orang = 20% x 6 = 1,2 = 2 orang

- Jumlah tenaga perawat =

Jumlah kebutuhan tenaga perawat diruang rawat bedah + cadangan orang

= 6 + 2 = 8 orang

Jadi, jumlah kebutuhan perawat di ruang rawat inap Bedah adalah

sebanyak 8 orang.

2) Perencanaan Logistik

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk

alat-alat yang rusak, kepala ruangan melapor kepada instalasi

pemeliharaan sarana. Sedangkan jika diperlukan alat-alat logistik

dengan kondisi urgent maka kepala ruangan akan membuat amprah

untuk memenuhi kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan.


76

b. Organizing

1) Struktur Organisasi

Ruang Bedah RSUD Padang Panjang dipimpin oleh kepala

ruangan dengan 9 perawat pelaksana. Adapun struktur organisasi

di ruangan Bedah saat ini antara lain :

Direktur
dr. Ardoni

Kasi Keperawatan
Herki Toni, SKM, MARS

Kepala Ruangan
Ns. Firdawati Nengsih, S.Kep.M.Kep

Perawat Pelaksana

2) Uraian Tugas

Dari hasil hasil observasi yang telah dilakukan tugas yang

dijalankan masih belum sesuai dengan tupoksi masing-masing

perawat. Selain itu, melalui wawancara dengan kepala ruangan

Bedah mengatakan bahwa pembagian tugas pada perawat di

ruangan belum ideal dalam artian belum sesuai dengan tupoksi

masing-masing dikarenakan kurangnya tenaga keperawatan yang

ada di ruang Bedah.


77

c. Actuating

1) Pre dan Post Conference

Dari questioner yang telah disebar 100% perawat bersedia

mengikuti pre dan post confrence. Namun hanya 55,56% perawat

yang mengetahui waktu pelaksanaan pre dan post confrence.

Sementara itu, dari hasil observasi ditemukan bahwa pre dan post

conference belum dilaksanakan secara terjadwal di ruangan Bedah.

Saat diwawancara, kepala ruangan Bedah mengatakan pelaksanaan

pre dan post conference di ruangan Bedah memang sudah

ditetapkan sebagai kegiatan rutin harian sebagaimana overan,

namun dalam penerapannya belum dapat dilakukan secara rutin

karena terkait waktu visite dokter yang sering bertepatan dengan

jadwal pre conference di pagi hari.

2) Overan

Berdasarkan hasil questioner 100% perawat mengatakan

overan di ruangan telah dilakukan secara rutin. 100% perawat

mengatakan overan di ruangan Bedah dilakukan sebanyak 3 kali

yaitu pergantian shift malam dengan pagi, shift pagi dengan shift

siang dan shift siang dengan shift malam. Dari hasil observasi

66,67% perawat masih belum lengkap dalam menyampaikan

informasi saat overan. Hal yang disampaikan dalam overan hanya

identitas pasien, diagnosa medis, keluhan pasien, terapi medis, dan

hanya sebagian kecil yang menyebutkan implementasi keperawatan

yang sudah dilakukan serta diagnosa keperawatan. Dari hasil


78

wawancara dengan kepala ruangan, mengatakan bahwa overan

menggunakan SBAR sudah dilakukan, namun pelaksanaannya

masih belum optimal karena masih sering terbiasa dengan teknik

overan yang dipakai sebelumnya oleh perawat ruangan.

3) Discharge Planning

Berdasarkan hasil observasi 4 dari 5 perawat melaksanakan

discharge planning di ruangan bedah, namun pendokumantasian

setelah melaksanakan discharge planning tidak dilakukan dan

blangko pengisian discharge planning tidak tersedia diruangan.

Berdasarkan hasil wawncara dengan kepala ruangan

pendokumentasian discharge planning sebelumnya ada dilakukan

dan blangko ada tersedia sebelumnya, namun terkait dengan salah

satu pokja akreditasi di Rumah Sakit untuk tidak memakai blangko

discharge planning yang tersedia karena masih ada keraguan.

Penyampaian discharge planning di ruangan Bedah hanya melalui

lisan dan pasien tidak diberi brosur atau leaflet. Dan materi yang

disampaikan saat discharge planning yaitu terkait perawatan pasien

di rumah serta kapan pasien perlu kembali memeriksakan

kesehatannya ke pelayanan kesehatan.

4) Supervisi

Dari hasil observasi kegiatan supervisi belum terlaksana

sesuai standar dimana belum ada format yang baku dalam

pelaksanaan supervisi dan kurangnya program pelatihan dan

sosialisasi tentang supervisi. Dari hasil wawancara dengan kepala


79

ruangan, supervisi telah dilaksanakan dalam bentuk sidak laporan,

sidak tindakan, bimbingan dalam staff meeting.

5) Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar, ditemukan

bahwa 88,89% perawat di ruangan Bedah tidak mengetahui tentang

ronde keperawatan. Sehingga Ronde keperawatan diruang Bedah

belum terlaksana selama ini, karena perawat ruangan masih kurang

memahami tentang ronde keperawatan dan tim dalam pelaksanaan

ronde belum terbentuk.

6) Dokumentasi

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat telah

melakukan dokumentasi keperawatan. Sedangkan dari hasil

observasi ditemukan belum semua tindakan keperawatan yang

didokumentasikan, catatan perkembangan keperawatan kurang

berkesinambungan dan kurang lengkap, serta dokumentasi

keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian yang belum

diklasifikasikan antara data subjektif dan data objektif, diagnosa

yang digunakan masih mengacu NANDA NIC NOC, diagnosa

keperawatan dan tindakan keperawatan yang diangkat kurang

sinkron dengan hasil data pengkajian sampai dengan evaluasi

menggunakan SOAP belum optimal. Sementara itu, berdasarkan

hasil wawancara dengan karu disampaikan bahwa telah tersedianya

SOP untuk dokumentasi serta kepala ruangan selalu memotivasi

anggotanya untuk melengkapi status pasien.


80

7) Kewaspadaan Isolasi

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 77,78% perawat

yang pernah mendengar atau membaca tentang kewaspadaan

isolasi. 88,89% perawat mengetahui waktu cuci tangan dan

memakai APD. Dari hasil observasi masih didapatkan banyak

perawat yang belum menerapkan cuci tangan 6 langkah sesuai

dengan five moment.

d. Controlling

Berdasarkan hasil questioner 100% perawat di ruangan Bedah

mengatakan bahwa selalu dilakukan pengecekan langsung terhadap

kehadiran petugas. 100% perawat mengatakan bahwa kepala ruangan

selalu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Berdasarkan hasil observasi didapati format pengkajian asuhan

keperawatan di ruangan Bedah telah tersedia begitu pula dengan

format catatan perkembangan pasien juga telah tersedia. Namun,

format pengkajian yang ada kadang tidak diisi secara lengkap.

Penegakan diagnosa dan intervensi keperawatan yang dibuat belum

mengacu pada SDKI, SLKI dan SIKI.

4. Output

a. Patient Safety

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kewaspadaan isolasi

belum optimal diterapkan. Dimana tampak kurangnya penerapan cuci

tangan 6 langkah pada 5 saat cuci tangan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan kepala ruangan, diterangkan bahwa ruangan


81

mempunyai format pengkajian pada pasien yang beresiko jatuh (skala

morse) dan aplikasinya sudah diterapkan untuk pasien baru masuk.

Berdasarkan observasi yang dilakukan 100% belum tampak adanya

pemberian tanda pada pasien yang beresiko jatuh, serta pemasangan

side rail belum optimal karena ada beberapa tempat tidur yang side

railnya sudah rusak dan terkadang side rail diturunkan oleh keluara

pasien.

b. Kepuasan Pasien

Diagram 3.7
Kepuasan Pasien

KEPUASAN PASIEN DI RUANG


RAWAT INAP BEDAH
46
RSUD
50 PADANG PANJAN3G5
18

0 0
0

KEPUASAN PASIEN SAMA SEKALI TIDAK PUAS


HAMPIR TIDAK PUAS CUKUP PUAS

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada keluarga

pasien mengenai kepuasan pasien di ruang rawat inap bedah RSUD

Padang Panjang didapatkan sebesar 46% pasien/keluarga merasa

cukup puas, 35% merasa sangat puas dan 18% merasa benar-benar

puas dengan pelayanan di ruang bedah.


82

LAMPIRAN :

Pengetahuan Metoda Fungsional

1 Menurut saudara metode fungsional adalah


P1 Metode yang berdasarkan pada pembagian tugas menurut pekerjaan yang
dilakukan
P2 Melakukan asuhan keperawatan itu satu atau beberapa klien oleh satu
oarang perawat pada saat petugas selama periode sampai pasien pulang.
P3 Metode yang berdasarkan pada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan
P4 Metode yang berdasarkan pembagian tugas
P5 Metode yang berdasarkan pada pembagian tugas menurut pekerjaan yang
dilakukan
P6 Metode yang berdasarkan pada pembagian tugas menurut pekerjaan yang
dilakukan
P7 Melakukan asuhan keperawatan itu satu atau beberapa klien oleh satu
oarang perawat pada saat petugas selama periode sampai pasien pulang.
P8 Melakukan asuhan keperawatan itu satu atau beberapa klien oleh satu
oarang perawat pada saat petugas selama periode sampai pasien pulang.
P9 Melakukan asuhan keperawatan itu satu atau beberapa klien oleh satu
oarang perawat pada saat petugas selama periode sampai pasien pulang.
2 Menurut saudara apakah keuntungan melakukan metode fungsional
P1 Pembagian tugas yang jelas dan memudahkan pengawasan terhadap
embagian tugas yang dikerjakan
P2 Memefasilitasi pelayanan perawat kepada klien
P3 Tugas yang diberikan jelas dan mudahnya pengawasan oleh kepala
ruangan
P4 Ahli dibidang tertentu
P5 Pembagian tugas yang jelas dan memudahkan pengawasan terhadap
embagian tugas yang dikerjakan
P6 Pembagian tugas yang jelas dan memudahkan pengawasan terhadap
embagian tugas yang dikerjakan
P7 Memefasilitasi pelayanan perawat kepada klien
P8 Memefasilitasi pelayanan perawat kepada klien
P9 Memefasilitasi pelayanan perawat kepada klien
3 Metode apa yang digunakan diruanagn saudara saat ini
P1 Fungsional dan metode tim
P2 Metode pemberian askep
P3 Metode tim dan fungsional
P4 Kepala Tim
P5 Fungsional dan metode tim
P6 Fungsional dan metode tim
P7 Metode pemberian askep
P8 Metode pemberian askep
P9 Metode pemberian askep
4 Apa menurut saudara metode yang digunakan sudah efektif
83

P1 Sudah
P2 Sudah
P3 Sudah
P4 Belum
P5 Sudah
P6 Sudah
P7 Sudah
P8 Sudah
P9 Sudah
5 Jika belum apa alasannya
P4 Kurang tenaga
6 Bagaimana konsep metode tim yang saudara ketahui
P1 Suatu metode dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
kolaboratif dan kooperatif
P2 Merupakan suatu metoda pemberian suatu asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin dalam pemberian askep kepada
klien melalui upaya kolaboratif dan kooperatif.
P3 Dimana seorang profesional memimpin sekelompok tenaga perawat dalam
pemberian askep secara kolaboratif dan kooperatif.
P4 Ada kepala ruang, kepala tim ,dan PP
P5 Suatu metode dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
kolaboratif dan kooperatif
P6 Suatu metode dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
kolaboratif dan kooperatif
P7 Merupakan suatu metoda pemberian suatu asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin dalam pemberian askep kepada
klien melalui upaya kolaboratif dan kooperatif.
P8 Merupakan suatu metoda pemberian suatu asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin dalam pemberian askep kepada
klien melalui upaya kolaboratif dan kooperatif.
P9 Merupakan suatu metoda pemberian suatu asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin dalam pemberian askep kepada
klien melalui upaya kolaboratif dan kooperatif.

Anda mungkin juga menyukai