Disusun Oleh :
20214663033
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
Rasa nyaman adalah perasaan yang disebabkan oleh suatu keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia seperti ketentraman dan kelegaan. Kebutuhan rasa nyaman dapat
diartikan lebih luas dalam keperawatan yakni memberikan kekuatan, harapan, dorongan,
hiburan, bantuan, dan dukungan. Dalam pengaplikasiannya, secara umum pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman adalah kebebasan dari rasa sakit / nyeri, hipo / hipertermi. Hal ini
dikarenakan rasa sakit / nyeri dan hipo / hipertemi mempengaruhi rasa nyaman manusia yang
ditunjukan dengan timbulnya tanda gejala (Wahyudi & Abd. Wahid, 2016)
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI PPNI, 2018).
b. Gejala dan tanda mayor yakni secara subjektif: mengeluh tidak nyaman dan objektif pasien
nampak gelisah
c. Gejala dan tanda minor yakni secara subjektif: mengeluh sulit tidur dan mengeluh lelah,
tidak mampu rileks, mengeluh kedinginan/kepanasan, merasa gatal, mengeluh mual dan
objektif pasien menunjukkan gejala distres, tampak merintih/menangis, pola eleminasi
berubah, postur tubuh berubah, iritabilitas
d. Kondisi klinis terkait yakni penyakit kronis dan keganasan, distres psikologis, kehamilan
(SDKI PPNI, 2018).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi
kerusakan jaringan tubuh (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016). Nyeri adalah pengalaman sensori
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2018)
1.5 WOC
1.6 Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan - berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. Sedangkan nyeri kronis berintensitas ringan - berat dan
konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab nyeri akut yakni agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia,
meoplasma), agen pencedera fisik (abses, amputasi, terbakar, terpotong, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan), agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan).
Sedangkan penyebab nyeri kronis yakni kondisi muskuloskeletal kronis, kerusakan sistem
saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan neuromedulator dan reseptor,
gangguan imunitas (mis: neuropati terkait HIV, virus vericella-zoster), kondisi pasca trauma,
riwayat penyalahgunaan obat/zat. Sumber: (SDKI PPNI, 2018).
a. Usia, khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami
nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga
mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang
membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.
b. Jenis kelamin, dalam beberapa kebudayaan misalnya menganggap bahwa seorang anak
laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespons terhadap nyeri.
d. Tingkat perhatian pasien terhadap nyeri, berfokus pada nyeri dapat meningkatkan rasa
sakit / nyeri sehingga perlu dilakukan upaya pengalihan (distraksi)
a) Analgesik narkotik : Analgesik narkotik seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat
memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengaktifkan penekan
nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek
menekan pusat pernapasan di medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur
terhadap perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik jenis ini (Wahyudi
& Abd.Wahid, 2016)
b) Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki efek
anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik. Obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari jaringan yang mengalami
atau inflamasi. Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti
adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
a. Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri.
Dengan demikian, diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri
b. Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan
stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana
terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan
matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman
c. Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan
konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini.
Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih
rileks dengan cara menutup matanya (Andarmoyo, 2017).
a. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale) menilai nyeri menggunakan skala 0-10.
Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik. Dengan nilai 0: tidak ada nyeri hingga nilai 10: nyeri tak tertahankan,
sampai tidak sadarkan diri.
b. Skala nyeri grade interpretasi 1-3 Nyeri ringan (bisa ditoleransi dengan baik/tidak
mengganggu aktivitas) 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik) 7-9 nyeri berat (tidak
mampu melakukan aktivitas secara mandiri) 10 nyeri sangat berat (malignan/nyeri sangat
hebat dan tidak berkurang dengan terapi/obat-obatan pereda nyeri dan tidak dapat melakukan
aktivitas(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
a. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis.
b. Alasan masuk rumah sakit yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan saat
dikaji. Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dan kesehatan
sebelum
c. Keluhan utama menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung dari
seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat kesadaran, salah satunya
nyeri
d. Riwayat kesehatan sekarang, adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang
didapat meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS < 15), konklusi, muntah, takipnea/dispnea,
sakit kepala, wajah simetris/tidak, lemah, luka di kepala, paralisis, akumulasi sekret pada
saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan telinga, serta kejang
f. Riwayat kesehatan keluarga, perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan
yang menular dalam keluarga
h. Pengkajian nyeri, Pengkajian dilakukan secara komprehensif. Data yang terkumpul secara
komprehensif dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan manajemen nyeri yang tepat.
b. Faktor yang meringankan: teknik atau keadaan yang dapat menurunkan nyeri
c. Faktor yang memperberat: teknik atau keadaan yang dapat meningkatkan nyeri
- Penatalaksanaan nyeri saat ini, yang digunakan untuk mengontrol nyeri, hasil, dan
keefektifan.
- Dampak nyeri Perubahan gaya hidup seperti tidur, nutrisi, dan sebagainya
- Tujuan mengontrol nyeri Harapan tentang tingkat nyeri, toleransi, dan pemulihan (Zakiyah,
2015)
2.3 Riwayat nyeri, berikan pasien kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka
terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan cara atau kata-kata mereka sendiri. Langkah ini
akan membantu perawat memahami makna nyeri pada pasien. Pengkajian riwayat nyeri
meliputi beberapa aspek, antara lain:
a. Lokasi, untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, perawat bisa memberikan bantuan
dengan gambar tubuh untuk pasien agar bisa menandai bagian mana yang dirasakan nyeri
b. Intensitas nyeri, cara menentukan intensitas nyeri pasien, biasanya paling banyak
menggunakan skala nyeri biasanya dalam rentang 0-5 atau 0-10
c. Kualitas nyeri, terkadang nyeri yang dirasakan bisa seperti, tertusuk-tusuk, teriris benda
tajam, disetrum dan rasa terbakar. Perawat dapat mencatat kata-kata yang digunakan pasien
dalam menggambarkan nyerinya
d. Pola, meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan interval nyeri. Maka, perawat perlu
mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan
kapan nyeri terakhir kali muncul
e. Faktor presipitasi: terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri. Seperti,
aktivitas berlebih yang mengkibatkan timbulnya nyeri dada, selain itu faktor lingkungan,
suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap nyeri, stresor fisik dan emosional juga dapat
memicu munculnya nyeri
f. Gejala yang menyertai: nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang menyertai, seperti mual,
muntah, dan pusing
g. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari: dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi
aktivitas harian pasien akan membantu perawat dalam memahami prespektif pasien tentang
nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri, yaitu pola tidur, nafsu
makan, konsentrasi, pekerjaan dan aktivitas
h. Sumber koping: setiap individu memiliki strategi koping berbeda-beda dalam menghadapi
nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya, atau pengaruh
agama dan budaya
i. Respon afektif: respon afektif pasien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi,
derjat dan durasi nyeri, dan faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas,
takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri pasien
a. Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan pada setiap pemeriksaan
b. Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit, hiperpigmentasi, ulserasi,
tanda bekas tusukan jarum, perubahan warna dan ada tidaknya oedema
d. Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien apabila kemungkinan
untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan palpasi untuk mengetahui area spesifik dari nyeri
e. Pemeriksaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat bantu dalam menilai nyeri
terutama untuk menentukan letak dan etiologi nyeri.
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik: trauma nyeri akut: pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual/fungsional
2.6 Intervensi Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Y
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan X
Lingkungan rumah dan Lingkungan rumah bersih, terdapat ventilasi, jauh dari
sungai dan jauh dari tempat pembuangan sampah
4. Kesadaran :
K/U Lemah
GCS 456
RR : 20 X/menit
3. Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi
Paien mengatakan ia hampir setiap hari BAB di pagi hari, dan tidak mengalami masalah
Eliminasi Uri
Pasien mengatakan ia 5-6x dalam sehari BAK jernih
Konsep diri :
Gambaran diri
Harga diri
Ideal diri
Peran diri
Identitas diri
Masalah Keperawatan :
Pasien mengatakan hubungannya dengan orang tua, keluarga, dan temannya sangat baik dan
tidak ada masalah
Pasien mengatakan perannya sebagai anak sehingga ia bertanggung jawab untuk membantu
orang tuanya
12. PemeriksaanRefleks
Refleks : Fisilogis
Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra
++ ++
++Knee ++
Biceps Triceps Achiles
\ \
Refleks Patologis
- - - -
Babinski Oppenheim Chadok Hoffman
1. Kepala
a. Rambut Bentuk kepala bulat,rambut klien tampak hitam,tidak kotor,tidak ada lesi,tidak ada
pembengkakan tidak berminyak,tidak rontok dan penyebaran merata
b. Mata Simetris kiri dan kanan, congjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
menggunakan alat bantu penglihatan ( kacamata), reflek pupil isokor, reflek cahaya (+/+),
Ukuran pupil 2 ml
c. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada
pembengkakan
d. Hidung : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada sekret, tidak ada cuping hidung, tidak
ada lesi
e. Mulut gigi dan bibir simetris atas dan bawah, gigi klien tampak rapih dan bersih, tidak ada
karies, tidak ada peradangan pada mulut, mukosa bibir lembab tidak ada sianosis
2. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada pembesaran kelenjer tyroid,
vena jugularis teraba
3. Thorak
a. Paru-paru
I : Pergerakan dinding dada normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak
menggunakan alat bantu pernapasan, frekuensi nafas 20x/ menit.
P: Sonor
A: Vesikuler
b. Jantung
P : Redup
c. Abdomen
I : Perut klien tampak bersih,tidak ada bekas luka, warna kulit sama.
P : Bunyi Tympani
d. Punggung Punggung simetris kiri dan kanan, warna kulit sama,tidak ada pembengkakan
atau gangguan pada punggung
e. Ekstremitas Atas : Klien terpasang RL 20 gtt/menit di kaki kanan tanpak ada bekas lecet-
lecet. Kondisi lecet, luka tanpak memerah, bengkak, luka tertutup perban dan keadaan perban
berdarah dan kulit lembab. Kulit terasa panas di sekitar luka.
f. Genitalia : Klien tidak terpasang kateter. tidak ada kelainan pada genetalia, tanpak bersih
g. Integumen : Warna kulit sawo matang, tugor kulit baik, tidak terdapat adanya lesi
14. PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium : tidak ada
2. Pemeriksaan Radiologi : tidak ada
3. Pemeriksaan Lain – lain : tidak ada
1 Nyeri akut
Nyeri
DO : Pasien tampak memegangi
kakinya, meringis dan menahan
nyeri, tampak kaki kanan
diperban dan ada bekas lecet.
luka tampak memerah, bengkak,
luka tertutup perban
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan cedera
Andarmoyo. 2017. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Wahyudi, Andri Setiya & Wahid, Abd. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Internvensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Zerlinda, Ghassani. (2016). Pengaruh Pemberian aromaterapi lavender dan teknik relaksasi
nafas dalam terhadap skala nyeri pada pasien post operasi fraktur ekstremitas di RS PKU
Muhammadiyah Gamping. Diakses dari https://www.repository.umy.ac.id pada tanggal 06
Januari 2018
Zakiyah, Ana. (2015). Nyeri: Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.