Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur merupakan terganggunya kesinambungan jaringan tulang yang dapat disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik. Menurut Riskesda 2015 penyebab terjadinya fraktur oleh cidera
seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas atau trauma benda tajam atau tumpul. Dari hasil survey
tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami catat
fisik, 15% mengalami stress psikologis seperti cemas atau bahkan depresi dan 10% mengalami
kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2013).

Salah satu tanda dan gejala dari fraktur adalah nyeri menurut SDKI 2017. Hasil studi yag
dilakukan (Rahma, 2018) menyebutkan bahwa sebagian besar kualitas hidup pasien fraktur
terganggu pada fungsi fisik dan keterbatasan fisik sedangkan kualitas hidup ditinjau dari mental
secara keseluruhan baik sehingga diperlukan edukasi untuk meningkatakan kulitas hidup pasien
pasca operasi.

Upaya pengelolaan nyeri pascabedah dapat dilakukan melalui terapi farmakologi maupun
non-farmakologi seperti terapi komplementer keperawatan. Terapi komplementer yang mampu
menurunkan nyeri yaitu pijat. Pijat sendiri membuat rasa nyaman, sehingga hasil akhir secara
biokimia dapat menutunkan hormon stress dan meningkatkan hormon yang berfungsi sebagai
penghilang nyeri ( Kutner et al 2008)

Dengan pijat dapat menstimulasi saraf para simpatik untuk menghambat zat mediator
nyeri lalu meningkatkan pelepasan hormon relaksasi, beta-endorfin, serotonin, dopamin sehingga
meciptakan rasa relaksasi, mengurangi rasa sakit nyeri dan kecemasan (Fritz, 2013). Dasar teori
massase adalah teori gate control yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Serta nyeri dapat
diatasi dengan terapi farmakologis dan non-farmakologi salah satunya yaitu terapi massage
( Smeltzer et al, 2008).

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

Anda mungkin juga menyukai