OLEH
KELOMPOK VII
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik. Sejalan dengan meningkatknya
pengetahuan dan teknologi kedokteran maka system nilai pun berubah. Masyarakat
semakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-kadang canggih (Depkes RI,
2007).
satu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan keperawatan secara
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
2
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang sangat penting
kepada seluruh masyarakat tidak memandang perbedaan golongan, suku, ras, dan
agama.
Menurut Permenkes No 147 tahun 2010 Rumah sakit adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan, umur, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit, oleh
sebab itu mutu pelayanan keperawatan akan berdampak langsung terhadap pelayanan
rumah sakit. “Apabila mutu keperawatan yang diberikan kepada pelanggan dibawah
standar, akan mempengaruhi citra rumah sakit (Tutik, 2008). Hal ini dikarenakan
dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain. Oleh karena itu
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam manajemen terdapat suatu proses
yang mengubah suatu input menjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen
terdiri dari manusia, material/ alat, metode dan lingkungan yang selanjutnya akan
3
mengalami proses manajemen sehingga tercapai output. Output pada manajemen
berupa efisiensi dalam pelayanan dan staf yang kompeten dan ahli. Pada manajemen
keperawatan, kegiatan ini terintegrasi pada praktek yang nyata dalam pengelolahan
klien. Sehingga dihasilkan suatu pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien yang
terdapat diterapkan kepada klien, keluarga klien dan masyarakat (Grant & Massey
seperti proses dan prosedur registrasi dan legislasi keperawatan (Kuntoro, 2010).
Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa melaksanakan
sehingga dapat memberikan pengalaman pengelolahan pada salah satu unit pelayanan
1.2. Tujuan
4
“Change Agent” pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan meningkatkan mutu
mahasiswa mampu:
Material, M3: Methode, M4: Money, M5: Marketing) nyata di tempat praktik.
masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta
pembimbing.
1.3. Manfaat
5
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
bekerja nanti.
ditemukan di lahan praktek sesuai dengan ilmu yang didapatkan selama proses
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Manajemen Keperawatan
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Yura, 2015). Masing-masing pakar
melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara
optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka
7
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara terus
menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan
perlu memahami misi, Filosofi dan tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka
diperluikan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat
8
Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu,
efektif.
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun
9
sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang
10
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.
kekurangan.
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
11
Menurut Kron.T & Gray (2014), ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
1. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan Keperawatan ini berorientasi pada
setiap anggota staf. Setiap staf perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
metode praktek Keperawatn yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat
12
a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
baik.
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi bidan setelah selesai kerja.
e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
pekerjaan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
f. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk .
2. Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
13
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim
apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan
perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi
kelompok pasien.
d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.
klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk
tim.
Kelebihan:
a. Dapat memfasilitasi pelayanan Keperawatan secara komprehensif.
b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar.
d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-
14
f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
jawabkan
g. Metode ini memotivasi bidan untuk selalu bersama klien selama
bertugas.
Kelemahan:
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
Asuhan keperawatan
b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien
15
c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
d. Menjadi narasumber bagi ketua tim.
e. Mengorientasikan tenaga Keperawatan yang baru tentang metode/
ruangannya.
h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang
lainnya.
i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
Keperawatan
k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
ruangan.
b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
16
i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
timnya.
k. Melakukan perbaikan pemberian Asuhan keperawatan.
klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
17
ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
hospitalisasi.
d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
ilmu pengetahuan.
f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi
kliennya.
g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
klien.
18
i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
yang sama.
e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
Ketenagaan Metode Primer:
a. Setiap bidan primer adalah perawat “bedside”
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
19
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
sosial di masyarakat
h. Membuat jadwal perjanjian klinis
i. Mengadakan kunjungan rumah
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu
20
2.2.3. Indikator Pelayanan Manajerial
a. Definisi
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Overan pasien harus
lengkap tentang tindakan mandiri bidan. Tindakan kolaboratif yang sudah dan
yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu (Nursalam, 2013).
Operan dilakukan oleh bidan primer Keperawatan kepada bidan primer
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
b. Tujuan Operan
Tujuan Umum : Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
dinas berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
c. Manfaat Operan
Bagi perawat:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
3. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
Bagi Pasien:
21
1. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
d. Prosedur Operan
jelas
e. Kepala ruangan menanyakan kebutuhan dasar pasien
f. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat
22
g. Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh
masa perawatan
h. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
1. Diskusi
2. Pelaporan untuk overan dituliskan secara langsung pada format
kepala ruangan.
3. Ditutup oleh KARU
2. Ronde Keperawatan
a. Definisi
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh bidan selain melibatkan pasien untuk
b. Tujuan Ronde
23
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
benar
d. Kriteria Pasien
24
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d) Menjelaskan hasil yang didapat
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
rasional tindakan
c) Mengarahkan dan koreksi
d) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
f. Tahapan Ronde
1. Pra Ronde:
2. Ronde:
didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
25
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
dilakukan
3. Pasca Ronde:
keperawatan selanjutnya
a. Definisi
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis
yaitu antara perawat dan pasien. Perawatan dirumah sakit akan bermakna jika
pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran perawat masih
terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi
26
dapat mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai
penerima pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit.
Adapun prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai
tersedia di masyarakat
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan
pelayanan kesehatan
27
3) Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat tersebut sudah
tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawa pulang
pasien
4) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan
yang diperlukan
2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga
3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan
4. Sentralisasi Obat
a. Definisi
terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat
perlu dilakukan dalam suatu pola/ alur yang sistematis sehingga penggunaan
obat benar – benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik
28
secara materiil maupun secara non material dapat dieliminir. (Nursalam,
2015).
b. Tujuan
obat
2) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hokum maupun secara
moral
3) Mempermudah pegelolaan obat secara efektif dan efisien
dalam kartu control yang diketahui oleh pasien atau keluarga dalam
habis.
d. Pembagian Obat
1) Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian
obat
oleh alur yang tercantum dalam buku pemberian obat tapi dicocokkan
29
3) Saat pemberian obat jelaskan macam obat, jumlah obat, penggunaan obat,
e. Penambahan Obat
persediaan obat
2) Pemberian obat yang tidak rutin dokumentasi hanya dilakukan pada buku
obat masuk dan informasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
f. Obat Khusus
1) Harga mahal, rute sulit, efek samping besar, waktu pemberian tertentu.
2) Diberikan dengan kartu khusus oleh PP
3) Informasi yang diberikan ke klien : nama obat, kegunaan obat, waktu
5. Dokumentasi Keperawatan
a. Definisi
30
sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan
b. Tujuan
Tujuan umum:
Menerapkan system dokumentasi Keperawatan dengan benar diruangan.
Tujuan Khusus:
1) Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan (pendekatan proses
Keperawatan)
2) Mendokumentasikan pengkajian Keperawatan
3) Mendokumentasikan diagnosis Keperawatan
4) Mendokumentasikan perencanaan Keperawatan
5) Mendokumentasikan pelaksanaan Keperawatan
6) Mendokumentasikan evaluasi Keperawatan
7) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
8) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan
perencanaan pulang
9) Mendokumentasikan timbang trima
10) Mendokumentasikan kegiatan supervise
11) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui Ronde.
c. Manfaat
1) Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan lain
31
d. Asuhan Keperawatan
keperawatan pada setiap askep sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
klien
32
2.3.1. Pengertian Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi assesmen
resiko, identifikasi dan pengeloalaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial
Patient Safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnyaserta
33
Tujuan “Patient safety” yaitu sebagai berikut :
a. Hak Pasien
Kriteria:
pelayanan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan
34
Standar: RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
Kriteria:
35
Standar:
Kriteria
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar
lanjut lainnya.
36
Standar:
Kriteria:
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,
37
Standar:
diharapkan.
keselamatan pasien.
pasien.
Kriteria:
pasien.
38
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
keselamatan pasien.
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
analisis.
dilaksanakan.
antar disiplin.
39
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
tersebut.
dan implementasi.
Standar:
secara jelas.
Kriteria:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
40
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
insiden.
Keselamatan Pasien
Standar:
Kriteria:
41
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial
yang serius
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit adalah sebagai berikut:
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan,
42
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko, kembangkan system dan proses
potensial bermasalah.
4) Kembangkan system pelaporan, pastikan staf dengan mudah dapat
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan,
tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-
langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit.
dilaksanakan.
43
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain system yang baik secara
intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pda solusi-solusi yang
menyeluruh.
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saaving Patient Saety Solution dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
KARS (2011) menjelaskan enam sasaran keselamatan pasien adalah
mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin
mengalami disabilitas sensori; atau akibat situasi lain. Maksud ganda dari
sasaran ini adalah: pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya/reliable
44
prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah
pasien) dengan bar-code, atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak
pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat darurat, atau kamar operasi.
Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk. Suatu
untuk diidentifikasi.
Sasaran II: Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui
45
telpon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang
prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau
hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back) tidak
(HighAlert Medications)
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka
46
Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike /
LASA).
Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO.
[sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)], kalium/potasium fosfat [(sama
pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat].
Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak mendapatkan orientasi dengan baik
darurat/emergensi.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi
47
tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi akses untuk men cegah
Operasi
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim
samping itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang
terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep
48
diagnostik/terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di rumah sakit
dan dilakukan dengan tanda yang segera dapat dikenali. Tanda itu harus
digunakan secara konsisten di seluruh rumah sakit; dan harus dibuat oleh orang
yang akan melakukan tindakan; harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar;
jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.
struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang
belakang).
Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
49
Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan
ventilasi mekanis).
Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku
50
BAB III
ANALISA SITUASI
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto adalah rumah sakit milik Pemerintah
Gorontalo tepatnya di Jalan Achmad A. Wahab (Eks. Jl. Jend A. Yani no.53).RSUD
Dr. M.M Dunda Limboto Kab. Gorontalo didirikan pada tanggal 25 November 1963
dengan kapasitas awal tempat tidur adalah 29 buah. Melalui surat Keputusan Menteri
1994 bersamaan dengan penggunaan nama Dr. Mansyoer Mohamad Dunda. Nama
rumah sakit tersebut diambil dari nama seorang putra daerah perintis kemerdekaan
nama rumah sakit umum daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo
pengelola berdasarkan SK. Bupati Gorontalo Nomor 171 Tahun 2002 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum daerah Dr. M.M Dunda
51
Daerah maka sejak tahun anggaran 2001, RSUD Dr. M.M Dunda Limboto mulai
3.1.2 Visi dan Misi Ruangan Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto Kab.
Gorontalo
Visi Menjadi Ruangan MPKP di Rumah Sakt DR. MM. DUNDA Limboto
Ruangan Irina E (Bedah) adalah salah satu ruangan yang ada di RSUD. Dr.
M.M Dunda Limboto yang merupakan tempat rawat inap penanganan pada pasien
yang mengalami trauamatologi. Ruang Irina E (Bedah) terdiri dari beberapa ruangan
yaitu, ruangan kelas 1 Pria terdiri dari 1 kamar, ruangan kelas 1 Wanita terdiri dari 1
kamar, ruangan kelas II Wanita terdiri 1 kamar, ruangan kelas III Wanita terdiri dari 1
kamar, ruangan kelas III Pria terdiri 1 kamar, ruangan VIP II terdiri dari 1 ruangan,
ruangan perawat 1 dan 1 ruang untuk kepala ruangan dan 1 kamar mandi khusus
perawat.
52
Tenaga yang bertugas di ruang Irina E (Bedah) terdiri dari Perawat berjumlah
orang. Ruangan Irina E (Bedah) menggunakan metode tim berdasarkan struktur yang
terdapat pada ruangan. Ruang Irina E (Bedah) memiliki 27 buah bed, lemari pasien
24 buah, kursi roda sebanyak 3 buah, brankar 1 buah, jam dinding 1 buah, kamar
mandi perawat 1 buah dan kamar mandi untuk pasien 9 buah namun rusak 2 buah,
wastafel 1 buah, tempat sampah 2 buah, tiang infus 27 buah, hand drub 9 buah yang
terdapat di depan ruanga pasien, tensi meter 1 buah, stetostop 1 buah, gunting perban
1 buah, nierbeken 1 buah, bak instrumen 3 buah, tromol kasa 1 buah, termometer 1
buah, tempat sampah besar 2 buah, timbangan berat badan 1 buah, dorongan
53
3.1.3 Denah Ruangan Irina E (Bedah)
Skala 1:200 cm
Gambar 3.1. Denah Ruangan Irina E (Bedah)
54
3.1.4. Alur Pasien Masuk Ruangan Irina E (Bedah) RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto
Gambar 3.2. Alur Penerimaan Pasien Baru Irina E (Bedah) M.M Dunda Limboto
55
1.1.4. Struktur Organisasi Ruang Irina E (Bedah) RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto
1.2.
Gambar 3.3. Struktur Organisasi Ruang Irina E (Bedah) RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto
56
3.2. Analisa Situasi Ruangan (Berdasarkan Analisa SWOT)
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto memiliki jumlah tenaga kerja, sebagai berikut:
yang paling banyak adalah jumlah perawat yaitu terdapat 15 orang (88,24%)
57
.
Jumlah 17 100%
Sumber : Data Primer 2019
2 orang (11,7%) dan juga terdapat DI Kesehatan 2 orang (11,7%) yang merupakan
yang diperlukan yakni 58% S1+ Ners sejumalah 58% x 19 = 11.02 atau 11 orang,
.
Jumlah 17 100%
Sumber : Data Primer 2019
58
BHD 17 100%
. BTCLS 3 17,6%
BTCLS+CWCCA+CWBT 2 11,7%
. BTCLS+BHD 2 11,7%
ICU DASAR 1 5,8%
. PELATIHAN PRESEPTOR 2 11,7%
SHIP
.
pelatihan tambahan antara lain pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) sebanyak 17
ICU Dasar sebanyak 1 orang (5,8) serta pelatihan Preceptor Ship sebanyak 2 orang
(11,7%).
2. Kebutuhan Tenaga
a. Rumus Gillies
tidur, jumlah rata-rata pasien yang dirawat 19 orang per hari. Kriteria pasien
59
perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu S1 Ners dan D-3
Keperawatan.
perhari, yaitu:
A×B×C F
Rumus= = =H
(C – D ) × E G
4,39 jam /klien/hari ×19 orang /hari× 365 hari 34.189 jam/hari
H= =
( 365 hari – 96 hari/tahun ) ×7 jam 1.883 jam /tahun
= 18,16 orang
= 18 orang
20% × 18 = 3.6 ( 4 orang), Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara
keseluruhan 18 + 4 = 22 orang
60
4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang di butuhkan
perhari, yaitu:
Rata−rata klien/hari ×rata−rata jam perawatan /hari
Rumus=
Jumlah jam kerja/ jam
19 orang /hari ×4.39 jam perawat /har i
¿
7 jam
= 11.9 orang (12 orang)
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan perhari adalah 12 orang
b. Rumus Rasio
1) Rumah sakit Y tipe B dengan jumlah tempat tidur 200 buah, maka seorang
keperawatan adalah 1/1 X 200 = 200. Jadi, jumlah tenaga perawat yang di
61
2) Bila rumah sakit Tipe C dengan jumlah tempat tidur 100 buah, maka
jumlah tenaga perawat yang di butuhkan adalah 2/3 X 100 = 67, maka
3) Bila rumah sakit tipe D dengan jumlah tempat tidur 75 buah, maka jumlah
Dari data di atas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Analisa kebutuhan
tenaga keperawatan RSUD Dr. M.M Dunda Limboto dengan menggunakan metode
Rasio.
1) Rumah sakit M.M Dunda Limboto merupakan Rumah sakit tipe B dengan
jumlah tempat tidur yang berada di ruangan Bedah berjumlah 27 Buah, jika
(2005), maka ditentukan terlebih dahulu rata-rata jam perawatan. Rata-rata jam
perawatan/pasien/hari pada ruangan Bedah 4,39 jam, jumlah pasien di ruangan Bedah
19 pasien. Maka jumlah jam perawatan / hari 19 x 4,39 jam = 83,41 jam.
62
83,41 jam 83,41 jam
Jumlah tenaga yang di perlukan = ¿ = 14 orang
6 jam 6 jam
Loss Day = (Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + Cuti + Hari besar ) x Jumlah
perawat
Jumlah hari kerja efektif
78 ×15
¿ =4
286
perhitungan menurut metode Rasio, maka ruang Bedah membutuhkan tenaga perawat
sebanyak 19 orang. Sedangkan hal ini tidak sesuai dengan jumlah perawat yang ada
orang.
ruang Bedah belum sesuai dengan standar yang ditentukan dilihat dari metode
63
rasio dan rumus Depkes yang digunakan di RSUD M.M Dunda Limboto. Hasil
wawancara dengan kepala ruangan dan beberapa perawat ruangan Bedah bahwa,
memang benar tenaga perawat di ruangan sudah cukup sebanding dengan jumlah
pasien karena dari penilaian kepala ruangan bahwa teman-teman perawat bisa
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam ruangan dan sampai saat ini
belum ada keluhan dari teman-teman perawat. Kepala ruangan juga menambahkan
untuk perekrutan tenaga kerja perawat baru adalah wewenang dari bidang
64
Tabel 3.5. Daftar Tenaga Kerja di Ruang Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto pada Bulan Desember 2019
65
. Cindra Tangahu Perawat
Cindra Angio Pelaksana
0. Perawat
Pelaksana
1. Perawat
Pelaksana
2. Perawat
Pelaksana
3. Perawat
Pelaksana
4. Administrasi
Pekarya
5.
6.
7.
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
66
d. BOR (Bed Occupancy Ratio)
Bulan
No Uraian Total
Juli Agustus September
1. Total dirawat 157 146 137 440
2. Jumlah hari rawat 565 550 572 1687
3. Pasien keluar 157 146 137 440
4. Hidup 157 145 137 439
5. Mati - 1 - 1
Juli 157 pasien dengan hari rawat sebanyak 565 hari dengan jumlah pasien
keluar sebanyak 157 pasien hidup dan 0 pasien meninggal. Pada bulan
Agustus sebanyak 146 pasien dengan jumlah hari rawat sebanyak 550 hari
dan jumlah pasien keluar sebanyak 145 pasien hidup dan 1 pasien
meninggal, serta pada bulan September terdapat 137 total pasien dengan
jumlah hari rawat 572 hari dan jumlah pasien keluar sebanyak 137 orang
70
Tabel 3.7. BOR di Ruangan Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
September- November 2019
No Periode Jumlah pasien Jumlah bed BOR
Juli yaitu sebanyak 157 pasien, bulan Agustus sebanyak 140 pasien, dan
71
BOR dari hasil pengkajian pada 3 bulan terakhir di dapatkan bahwa
67,91%, dimana nilai BOR optimal adalah 60%-85%. Presentase BOR 60% -
85% per tahun merupakan standar nilai dari departemen kesehatan RI,
sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari 85% maka hal itu akan
luar biasa (KLB) akan terisi penuh sehingga rumah sakit tidak akan mampu
menampung pasien yang akan dirawat. Selain itu juga untuk menghindari
tidak adanya waktu untuk pembersihan kamar pasien yang dirawat karena
hampir semua tempat tidur per harinya lebih 85% sehingga dapat
Masalah M1 (Ketenagaan)
72
3.2.1. M2 ((Material / Sarana Dan Prasarana)
a. Lokasi
2) Pencahayaan
di kelas I wanita 1 lampu, kelas I pria 1 lampu, kelas III pria 1 lampu,
kelas III pria 1 lampu, kelas II wanita 1 lampu, VIP II 1 lampu, Kelas
3) Ventilasi
diruang VIP II, kelas III pria I, kelas I pria dan kelas I wanita.
terpakai tripleks.
73
5) Dinding
beton yang cukup kuat hampir disemua ruangan, kecuali di ruang kelas
cukup bersih, kecuali di ruang kelas III pria 2 yang kamar mandinya
colokan, kelas I Pria 1 colokan, kelas III pria 2 1 colokan, kelas III
wanita 2 tempat tidur, kelas 1 pria 2 tempat tidur, kelas II Pria 3 tempat
tidur, kelas II Wanita 3 tidur, kelas III pria 1, 5 tempat tidur, kelas III
Pria 2, 5 tempat tidur, kelas III wanita 5 tempat tidur, VIP I 1 tempat
74
b. Peralatan dan Fasilitas
untuk tempat tidur yang ada dalam kamar pasien diruang bedah dalam
itu, di setiap kamar pasien juga tidak memiliki jam dinding diharapkan
untuk setiap kamar pasien memiliki 1 jam dinding. Selain itu, disemua
75
Ju Kond Usula
Nama Barang Ideal
o mlah isi n
1/ruanga
Ruang Kepala Ruangan 1 Baik -
n
1/ruanga
Nurse Station 1 Baik -
n
Kamar mandi 1/ruanga
1 Baik -
perawat/Wc n
Ruang perawat 1/ruanga Perlu
- -
administrasi n Ditambah
1/ruanga Perlu
Ruang BHP - -
n Ditambah
1/ruanga Perlu
Ruang Tindakan - -
n Ditambah
Sumber: Data Primer, 2019.
meja dan 2 kursi. Ruang nurse station memiliki 1 ruangan yang cukup
besar dan berada ditengah ruangan dan didepan kamar pasien (Kelas III
terdapat hak dan kewajiban pasien, tata tertib penjaga atau pengujung
3) Alat Kesehatan
76
o Barang lah disi
Sterilisator Perlu
- - 1/ruangan
ditambah 1
Suction Perlu
- - 2/ruangan
ditambah 1
Kursi roda 2-
3 Baik -
3/ruangan
Tensimeter Perlu
1 Baik 2/ruangan
ditambah 1
Tabung O2 Perlu
2 - 2/ruangan
Diperbaiki
Stetoskop Perlu
1 Baik 2/ruangan
ditambah 1
Pinset Perlu
1 Baik 2/ruangan
Anatomis ditambah 1
Pinset Perlu
- - 2/ruangan
Sirurgis ditambah 2
Gunting Perlu
1 Baik 2/ruangan
Perban ditambah 1
Nierbeken Perlu
1 Baik 3/ruangan
0 ditambah 2
Bak
3 Baik 1/ruangan -
1 Instrumen
Turniket Perlu
1 Baik 2/ruangan
2 ditambah 1
Kom Perlu
1 Baik 2/ruangan
3 ditambah 1
Gunting Perlu
1 Baik 5/ruangan
4 Jaringan ditambah 4
Tromol Perlu
1 Baik 4/ruangan
5 Kasa ditambah 3
Standar Perlu
25 Baik 1:1
6 Infus ditambah 1
Termometer
1 Baik 1/ruangan -
7
Tempat
Perlu
8 sampah besar 2 Baik 1/ruangan
ditambah 1
tutup
Hammer Perlu
- - 1/ruangan
9 medis ditambah 1
Timbang BB
1 Baik 1/ruangan -
0
Dorongan
1 Baik 1/ruangan -
1 Instrumen
Ambubag 1 Baik 1/ruangan -
77
2
Nebulizer
1 Baik 1/ruangan -
3
EKG
1 Baik 1/ruangan -
4
Alat
5 pemadam 1 Baik 1/ruangan -
kebakaran
Lemari
2 Baik
6
Telpon
1 Baik 1/ruangan -
7
Brankar
1 Baik 1/ruangan -
8
Sumber: Data Primer 2019 dan Nursalam (2015).
keperawatan. Tapi masih ada beberapa alat yang belum ada sterilisator,
dan ada juga alat yang perlu diganti seperti tensi. Untuk alat kesehatan
pasien.
c. Administrasi Penunjang
3.11.Administrasi Penunjang
No Nama Barang Ketersediaan
1 Daftar pemberian obat Ada
2 Buku Observasi Ada
3 Lembar dokumentasi Ada
Buku observasi suhu dan nadi /
4 Ada
grafik
78
5 Buku timbang terima Ada
6 SOP Ada
7 SAK Ada
9 Leaflet Ada
Sumber: Data primer, 2019.
pemberian obat dilembaran yang diklep pada papan ujian. Saat ada
2) Buku Observasi
3) Lembar Dokumentasi
evaluasi keperawatan.
79
5) Buku timbang terima
6) SOP
7) SAK
8) Leaflet
80
a. Jam dinding dan westafel di kamar pasien belum tersedia dengan
perbandingan 1:1 yang artinya setiap ruangan pasien harus ada jam
dinding dan wastafel. kamar mandi/wc ada beberapa yang sudah tidak bisa
pasien kelas II pria dan kelas III pria rusak pada bagian plafon.
Untuk Wc juga hanya terdapat 1 dan untuk safety box hanya menggunakan
kardus.
c. Untuk alat kesehatan masih ada beberapa yang harus di tambahkan yaitu
O2 perlu diperbaiki dan ada juga alat yang perlu diganti seperti tensi.
1) Penerapan MPKP
81
Berdasarkan hasil kuisioner & wawancara mengenai model asuhan
dimana metode TIM ini sudah Digunakan selama ±10 tahun. Metode TIM
kolaburatif. Di ruang Irina E (Bedah) terbagi atas 2 tim yang terdiri dari
masing-masing tim 5-6 orang. Dimana tiap perawat dalam tim tersebut
perawat menyatakan bahwa metode TIM yang digunakan saat ini dapat
ruangan perawat yang dinas pagi hanya 5 orang perempuan dan 1 perawat
82
Timbang terima atau hand over adalah suatu cara dalam
Bedah RSUD MM Dunda Limboto operan dilakukan tiga kali sehari, yaitu
pada pergantian shift malam ke pagi (08.00) pagi ke sore (pukul 14.00)
pasien dan masih ada beberapa perawat yang hanya melakukan operan di
nurse station serta timbang terima tidak dilakukan tepat waktu. Dan pada
belum efektif
dibutuhkan dalam operan, meliputi buku operan dan SBAR. Tetapi untuk
hal yang disampaikan selama operan belum sesuai standar yang ada.
83
Untuk tindakan keperawatan kadang perawat tidak
setelah selesai timbang terima untuk rencana kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Post conference
kegiatan pre dan post conference namun belum berjalan secara optimal
84
karena kendala yang didapatkan sulit untuk mengumpulkan semua perawat
yang akan mengikuti pre dan post conference dengan lengkap karena
4) . Ronde Keperawatan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan
konselor, kepala ruangan, dan perawat asosiet yang perlu juga melibatkan
masalah.
85
ruang Bedah sudah mengerti dengan adanya ronde keperawatan, namun
pasien yang sulit ditangani atau tidak bisa ditagani dan atau memiliki lama
rawatan yang panjang maka pasien tersebut akan dirujuk. Hal ini tidak
sejalan dengan teori dari Nursalam (2015) yang mengatakan bahwa ronde
keperawatan.
5) Sentralisasi Obat
perawat (Nursalam, 2016). Tujuan dari sentralisasi obat itu sendiri adalah
(Nursalam, 2016).
86
obatan oral dan obat injeksi ditempatkan di satu lemari obat yang sudah
Sementara untuk obat-obatan seperti cairan IVFD, alat suntik, alat untuk
Irina E (Bedah) yakni obat yang diresepkan oleh dokter diberikan kepada
obat ke perawat yang ada di nurse station dan perawat akan memberikan
obat ke pasien sesuai jadwal minum obat dari pasien itu sendiri. Dari hasil
wawancara hal itu dilakukan agar menghindari obat yang tercecer ataupun
6) Supervisi Keperawatan
87
bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3F, yaitu Fair, Feedback, dan
pelaksana dan bila ada perawat yang tidak melakukan tugas dengan baik
pelayanan yang didapat sesuai dengan ruangan. Selain itu mereka juga
digunakan oleh perawat ada yang menggunakan lisan ada juga yang
beberapa perawat dari hasil jawaban kuesioner masih ada yang tidak
88
itu dalam pemberian brosur saat penerimaan pasien baru belum tersedia
8) Discharge Planning
kerjasama antara kesehatan, keluarga, pasien dan orang yang penting bagi
tehnik secara lisan dan tertulis, dan selalu melakukan dokumentasi setelah
perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran
89
perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu
hanya berupa informasi tentang jadwal control ulang dan belum ada
pembagian leaflet/brosur.
9) Dokumentasi Keperawatan
bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara lengkap,
Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya
masalah pasien serta untuk mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi
( Nursalam, 2015 ).
90
dilaksanakan tepat waktu. Sebanyak 10 responden mengatakan bahwa
Masalah M3 (Metode)
1. Timbang terima, Pre dan Post Conference sudah dilakukan tapi belum
optimal.
3 bulan terakhir
1.2.4 M4
91
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa jumlah gaji PNS
tenaga perawat kontrak Ners dan D III Keperawatan gaji per bulan sebesar
yang masuk dan poin perawat. Sedangkan untuk jasa jaga malam perawat
a. BPJS
b. JKN
c. Umum
Kasir Rumah Sakit. Adapun rincian pembiayan rawat inap bagi pasien itu
92
3. Tindakan Kecil Rp.35.005 Rp. 28.099 Rp. 20.610 Rp. 12.120
Tindakan Keperawatan
biaya operasional dan biaya pembiayaan listrik,air dan telephone berasal dari
pengembangan sarana dan prasana yang ada di ruangan juga berasal dari Bidang
93
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo sebagai badan
kesehatan seperti BPJS dan jaminan asuransi lainnya serta melayani pasien umum.
Dari hasil pengkajian pasien rawat inap di ruangan Bedah dari bulan September-
bulan September 138 pasien dengan hari rawat sebanyak 550 hari dengan jumlah
pasien keluar ada 138 pasien hidup 138 yang meninggal tidak ada, Pada bulan
Oktober ada sebanyak 140 pasien dengan jumlah hari rawat sebanyak 505 hari
dan jumlah pasien keluar ada 140 pasien hidup 140 dan yang meninggal tidak
ada, serta pada bulan November ada 89 pasien dengan hari rawat 316 hari dengan
jumlah pasien keluar ada sebanyak 84 orang hidup dan tidak ada yang meninggal.
94
2. Mutu Pelayanan
Secara umum, semua rumah sakit berupaya untuk menerapkan
penjaminan mutu pelayanan dan perawatan pasien. Hal tersebut dilakukan oleh
RSUD Dr. Dunda Limboto dimana telah menerapkan upaya penjaminan mutu
diantaranya
antara lain:
Tabel 3.15. Distribusi Medication Error di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr.
M.M Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak
tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu
pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi selama
didapatkan bahwa pemberian obat dilakukan secara benar sesuai indikasi yang
Tabel 3.16. Distribusi Dekubitus di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
95
Berdasarkan hasil data di ruangan Bedah didapatkan bahwa selama 3
ruangan Bedah. Dari hasil observasi sejak tanggal 24 Desember 2019 diruangan
Tabel 3.17. Distribusi Flebitis di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 362 98,7%
Ada 5 1,3%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
flebitis dan pada bulan September 2 dan November 2 tercatat adanya kejadian
Tabel 3.18. Distribusi Resiko Jatuh di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
96
Berdasarkan hasil observasi tanggal 24 Desember 2019 tidak ditemukan pasien
Tabel 3.19. Distribusi Restrains di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
Tabel 3.20. Distribusi Injury di Ruangan Irina Bedah RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
Tabel 3.21. Distribusi ILO di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
97
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruangan Bedah pada 3 bulan terakhir
mengalami ILO.
Tabel 3.22. Distribusi Kecemasan di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah Persen
Tidak Cemas/ Normal 8 80%
Kecemasan Ringan 2 20%
Kecemasan Sedang 0 0%
Kecemasan Berat 0 0%
Total 10 100%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
Tabel 3.23. Distribusi data kematian di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr.
M.M Dunda Limboto September-November 2019
N Periode Hidup Meninggal
o.
1 September 138 0
2 Oktober 140 0
3 November 89 0
Total 367 0
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
Berdasarkan hari hasil data kematian pasien didapatkan pada bulan
September terdapat 2 pasien yang meninggal, pada bulan Oktober 4 pasien, dan
pada bulan November tidak ada pasien yang meninggal diruangan bedah. Hal ini
98
b. Upaya Pengurangan Infeksi Nasokomial (INOS) pada Periode
tetap menerapkan Five Moment mencuci tangan, yaitu sebelum kontak dengan
pasien, sesudah kontak dengan pasien, dan sesudah kontak dengan lingkungan
pasien.
c. Indikator Mutu
Bedah RSMMD, diperoleh dari data rumah sakit tahun 2019. Hal tersebut
Kategori Jumlah %
Puas 7 70
Tidak Puas 3 30
Total 10 100
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
Avlos adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Despkes RI, 2005).
99
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).
Jumlah Pasien Keluar periode Juli-September 2019 yakni 440 dengan jumlah
Jadi AVLOS ruang bedah belum ideal yakni masih berada pada jumlah 3.8.
kali tempat tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu (Depkes RI, 2005). Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. BTO ruang bedah
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1-3 hari. TOI ruang bedahdapat ditentukan dengan rumus :
100
Masalah M5 (Marketing / Mutu)
1. M1 (Man / Ketenagaan)
kekurangan, dan fasilitas untuk pasien yang perlu ditambah dan ada
3. M3 (Method / Metode)
101
4. M4 (Money / Keuangan)
5. M5 (Mutu)
MI (KETENAGAAN)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Sebagian jumlah perawat memiliki 1. Tenaga Perawat di ruangan masih
pengalaman kerja yang cukup kurang memiliki pelatihan
lama>5 tahun. keperawatan khusus ruangan Bedah.
2. Kepala ruangan dipimpin oleh 2. Kurangnya tenaga perawat (tidak
perawat professional sesuai dengan jumlah ketergantungan
pasien menurut rumus gillies, rasio
dan depkes 2005)
3. Tidak ada rincian program Kepala
Ruangan dan Katim.
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Terdapat perawat yang akan dan 1. Adanya persaingan mutu
sementara melanjutkan pendidikan pelayanan dengan rumah sakit lain
ke tingkat professional sehingga harus meningkatkan mutu
2. Adanya kebijakan pemerintah pelayanan.
tentang professionalisme tenaga 2. RSUD Dr. M.M Dunda
perawat. Limboto merupakan rumah sakit tipe B.
3. Tingginya kesadaran
masyarakat terhadap kualitas pelayanan
yang diharapkan.
102
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Adanya kesempatan untuk 1. Adanya tuntutan yang tinggi
penggantian alat-alat yang tidak layak dari pasien untuk melengkapi
pakai. sarana dan prasarana yang
belum lengkap di ruangan.
2. Kesenjangan antara jumlah
pasien dengan peralatan yang
ada
M3 (METODE)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Diruangan Irina E/Bedah sudah 1. Timbang terima sudah dilakukan
diterapkan model asuhan tapi belum optimal.
keperawatan metode TIM. 2. Ronde keperawatan belum
2. Perawat di ruang Irina E/Bedah dilaksanakan diruang Irina
mengerti/memahami model E/Bedah selama 3 bulan terakhir
asuhan keperawatan yang 3. Supervisi belum diterapkan secara
digunakan saat ini. diruangan
3. Terdapat lemari sentralisasi obeat 4. Belum ada pemberian brosur
sesuai pasien dan dikelola oleh /leafleat discharge planning
perawat di ruangan. Tidak dilakukan orientasi pasien
diruangan
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Perawat menginginkan perubahan 1. Tuntutan pasien sebagai
untuk setiap tindakan sesuai konsumen untuk mendapatkan
dengan hasil perbaikan dari pelayanan yang professional
timbang terima, ronde
keperawatan dan supervise
M4 (PEMBIAYAAN)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Ada pendapatan dari jasa medik 1. Pembayaran jasa yang tidak tepat
untuk pasien dengan biaya BPJS waktu
dan umum
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Pengeluaran sebagian besar di 1. Adanya tuntutan masyarakat untuk
biayai rumah sakit. pelayanan yang maksimal sehingga
membutuhkan pendanaan yang
lebih besar.
103
M5 (MUTU & PELAYANAN)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Pelayanan kesehatan memberikan 1. Pelaksanaan hand hygine belum
edukasi kepada pasien optimal
2. Kejadian kesalahan pemberian 2. Kurangnya kepuasan pasien
obat, risiko jatuh, decubitus, terhadap pelayanan kesehatan
resiko infeksi luka operasi tidak
terjadi
3. Semua tempat tidur di ruangan
dalam kondisi yang baik
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Rumah sakit umum daerah Dr. 1. Adanya fasilitas yang lebih baik di
M.M Dunda Limboto adalah rumah sakit lain, khususnya rumah
rumah sakit dengan standar tipe sakit swasta.
B. 2. Adanya peningkatan standar
2. Adanya SOP pelayanan rumah masyarakat yang harus dipenuhi.
sakit. 3. Adanya pasien yang membutuhkan
3. Berlakunya sistem BPJS. perawatan lebih lama di
bandingkan dengan standar ideal
lama rawat ideal pasien
104
M1
. Internal Faktor (IFAS)
Strength/Kekuatan
1. Sebagian jumlah perawat 0,6 4 2,4 S-W
memiliki pengalaman 3,6-3,3
kerja yang cukup =0,3
lama>5 tahun. 0,4 3 1,2
2. Kepala ruangan dipimpin
oleh perawat
professional
Total 1 7 3,6
Weaknes/Kelemahan
1. Tenaga Perawat di 0,3 3 0,9
ruangan masih kurang
memiliki pelatihan
keperawatan khusus
ruangan Bedah.
2. Kurangnya tenaga
perawat (tidak sesuai
dengan jumlah 0,5 4 2
ketergantungan pasien
menurut rumus gillies, rasio
dan depkes 2005)
3.Tidak ada rincian program
Kepala Ruangan dan 0,2 2 0,4
Katim.
Total 1 3,3
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan
1. Terdapat perawat yang 0,5 3 1,5
akan dan sementara
melanjutkan pendidikan O– T
ke tingkat professional 3 – 3,3
2. danya kebijakan = -0,3
pemerintah tentang 0,5 3 1,5
professionalisme tenaga
perawat.
Total 1 6 3
Threathened/Ancaman
1. Adanya persaingan 0,5 4 2
mutu pelayanan dengan rumah
sakit lain sehingga harus
meningkatkan mutu
pelayanan.
105
2. RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto merupakan 0,3 3 0,9
rumah sakit tipe B.
3. Tingginya kesadaran
masyarakat terhadap kualitas 0,2 2 0,4
pelayanan yang diharapkan.
Total 1 6 3,3
0,
3
Total 1 12 3
Weaknes/Kelemahan
1. Ruang adminstrasi belum 0, 3 0,9
tersedia 3
2. Ketersediaan fasilitas 4 2,8
kesehatan yang masih 0,
mengalami kekurangan, 7
dan fasilitas untuk pasien
yang perlu ditambah dan
ada beberapa yang
memerlukan perbaikan
Total 1 7 3,7
106
Eksternal Faktor (EFAS) O-T
Opportunity/Kesempatan 3-
1. Adanya kesempatan 1, 3 3 2,6=0,4
untuk penggantian alat- 0
alat yang tidak layak
pakai.
Total 1 3 3
Threathened/Ancaman
3. Adanya tuntutan yang 0, 2 0,8
tinggi dari pasien untuk 4
melengkapi sarana dan
prasarana yang belum
lengkap di ruangan.
4. Kesenjangan antara 3 1,8
jumlah pasien dengan 0,
peralatan yang ada 6
Total 1 5 2,6
Total 1 11 2,26
Weaknes/Kelemahan
1. Timbang terima sudah 0, 1 0,3
107
dilakukan tapi belum 3
optimal.
2. Ronde keperawatan 1 0,2
belum dilaksanakan 0,
diruang Irina E/Bedah 2
selama 3 bulan terakhir
3. Supervisi belum 2 0,4
diterapkan secara
diruangan 0,
4. Belum ada pemberian 2 1 0,2
brosur /leafleat
discharge planning
5. Tidak dilakukan 0, 2 0,2
orientasi pasien 2
diruangan
0,
1
Total 1 7 1,1
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan
1. Perawat menginginkan 1 4 4 O-T
perubahan untuk setiap 4-3=1
tindakan sesuai dengan
hasil perbaikan dari
timbang terima, ronde
keperawatan dan
supervise
Total 1 4
Threathened/Ancaman
1. Tuntutan pasien sebagai 1 3 3
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan
yang professional
Total 1 3
108
Tabel. 3.28. M4 (PEMBIAYAAN)
Analisa SWOT Bo Rating Bobot x Rating
o bot
M4 S-W=
. Internal Faktor (IFAS) 3-4= -1
Strength/Kekuatan
1. Ada pendapatan dari jasa 1 3 3
medik untuk pasien
dengan biaya BPJS dan
umum
Total 1 3 3
Weaknes/Kelemahan
1. Pembayaran jasa yang 1 3 4
tidak tepat waktu
Total 1 4 4
Eksternal Faktor (EFAS) O-T
Opportunity/Kesempatan 2-3= -1
1. Pengeluaran sebagian 1 2 2
besar di biayai rumah
sakit.
Total 1 2 2
Threathened/Ancaman
1. Adanya tuntutan 1 3 3
masyarakat untuk
pelayanan yang maksimal
sehingga membutuhkan
pendanaan yang lebih
besar.
Total 1 3 3
Tabel. 3.29. M5 (MUTU & PELAYANAN)
109
tidak terjadi
3. Semua tempat tidur di 0,3 3 0,9
ruangan dalam kondisi
yang baik
Total 1 9 3
Weaknes/Kelemahan
1. Pelaksanaan hand hygine 0,5 4 2
belum optimal
2. Kurangnya kepuasan 0,5 4 2
pasien terhadap
pelayanan kesehatan
Total 1 8 4
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan
1. Rumah sakit umum 0,5 4 2 O-T
daerah Dr. M.M Dunda 3,5-3,7
Limboto adalah rumah =
sakit dengan standar tipe -0,2
B.
2. Adanya SOP pelayanan 0,3 3 0,9
rumah sakit.
3. Berlakunya sistem 0,2 3 0,6
BPJS.
Total 1 10 3,5
Threathened/Ancaman
1. Adanya fasilitas yang 0,4 4 1,6
lebih baik di rumah sakit lain,
khususnya rumah sakit swasta.
2. Adanya peningkatan
standar masyarakat yang harus 0,3 4 1,2
dipenuhi.
3.Adanya pasien yang
membutuhkan perawatan lebih 0,3 3 0,9
lama di bandingkan dengan
standar ideal lama rawat ideal
pasien.
Total 1 11 3,7
110
Analisa SWOT
Pada Analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Nursalam, 2016),
sebagai berikut:
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang
ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh
2016). Data tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (Internal factors) yang
meliputi aspek Weakneses dan Strength dan faktor EFAS (external factors)
2. Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan
perusahaan.
3. Peringkat (Rating)
masing faktor.
111
3.5. Prioritas Masalah
2.
500
M1 (MAN)
1. Kurangnya tenaga perawat (tidak 1. II
sesuai dengan jumlah ketergantungan 600
pasien.
2. Tenaga Perawat di ruangan masih III
kurang memiliki pelatihan 72
keperawatan khusus ruangan Bedah. 0
M2 (MARKETING/ SARANA
DAN PRASARANA)
1. Ruang adminstrasi belum
tersedia 24 II
2. Ketersediaan fasilitas 3
kesehatan yang masih mengalami
kekurangan, dan fasilitas untuk pasien I
yang perlu ditambah dan ada beberapa 1.
yang memerlukan perbaikan 024
112
M5 (MUTU)
1. Pelaksanaan hand hygine 3. I
belum optimal 125
Catatan:
perubahannya.
Skala Penilaian :
1. 5 : Sangat Penting
2. 4 : Penting
3. 3 : Cukup Penting
4. 2 : Kurang Penting
1 : Tidak Penting
sebagai berikut:
113
2) Ronde keperawatan belum dilaksanakan diruang Irina E/Bedah selama 3
bulan terakhir.
pasien.
fasilitas untuk pasien yang perlu ditambah dan ada beberapa yang
memerlukan perbaikan
114
a. Capability (C) adalah kemampuan kedua belah pihak antara mahasiswa
profesi dan rumah sakit serta perawat ruangan UGD untuk melaksanakan
alternative;
dengan pemaknaan:
Nilai 3 = Mampu
115
DIAGRAM LAYANG ANALISA SWOT RUANG IRINA E BEDAH RSUD DR. M.M DUNDA LIMBOTO KAB. GORONTALO
115
3.5.1 Interpretasi Diagram Layang
Dari diagram diatas menunjukan bahwa hasil perhitungan, M1 berada pada posisi
kuadran kanan bawah atau posisi negatif artinya harus mengoptimalkan kekuatan.
Dimana strenght atau kekuatan pada M1 yaitu perawat diruangan dipimpin oleh
perawat profesional, untuk M2 berada pada titik sebelah kiri pada posisi negatif
artinya harus mengubah strategis yang ada di ruangan, untuk M3 berada pada
bagian kuadran kanan atas atau pada posisi positif yang artinya masalah lebih
mudah untuk diatas, untuk M4 dan M5 berada pada kuadran kiri bawah yang
116
artinya menunjukkan strategis bertahan yaitu dengan melanjutkan program yang
117
3.6. Planning Of Action
118
M1 (MAN) Meningkan Mengusulkan : 1. Kecukupan tenaga perawat Ali 1
. Sumber daya Manusiakualitas dan 1. Penambahan jumlah berdasarkan tingkat ketergatungan Yunus minggu
yang belum optimal ditinjaukuantitas SDM tenaga perawat diruangan pasien dan Tipe rumah sakit
dari kuantitas dan kualitas terpenuhi.
tenaga 2. Peningkatan Skill2. Peningkatan jenjang pendidikandan
Pegawai melalui pendidikan dan skill pegawai akan diperhatikan
pelatihan secara berkala
3. Pemberian award
tambahan atas prestasi perawat.
M2 (MATERIAL) Sarana dan Mengusulkan : 1. Tersedianya daftar Huma 1
. 1. Saran dan prasarana prasarana untuk 1. Meningkatkan proses infentaris barang di ruangan iroh S.A.H minggu
yang belum memadai tindakan inventarisasi sarana dan prasarana
dan sudah tidak dapat keperawatan
digunakan sudah memadai 2. Pengajuan sarana dan
dan mencukupi prasarana yang masih kurang di
ruangan
119
M5 (MUTU) Tujuan 1. Kepala ruangan dan ketua 1. Kepuasan pasien menjadi Moon 1
. Mutu pelayanan dankeselamatan tim mendemonstrasikan 6 langkah pertimbangan perawat dalam Safitri minggu
keselamatan pasien belumpasien meningkat cuci tangan saat operan shift pagi meningkatkan mutu pelayanan Djafar
optimal ditinjau daridan kepuasan 2. Membuat leafleat 6 2. Mengupayakan adanya
kurangnya tingkat kepuasanpasien meningkat, langkah cuci tangan dan 5 moments informasi di Nurse Station
pasien terhadap pelayanan dandan mutu 3. Membuat kotak saran di 3. Keselamatan pasien
belum optimalnya handpelayanan
nurse station agar perawat dapat terjaga
hygiene teroptimalkan.
mengetahui tingkat kepuasan pasien
120
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh (Nursalam 2015) hal-hal yang perlu
perawat tentang timbang terima didapatkan hasil bahwa seluruh perawat sudah paham
tentang prosedur dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima.
sudah dilakukan setiap kali pergantian shift dinas dan ada format baku untuk laporan
timbang terima. Dalam timbang terima perawat shif malam menyampaikan sesuai
dengan fomat laporan timbang terima. Tetapi sebagian ada yang tidak sesuai dengan
waktu pergantian dinas serta tidak semua perawat hadir diwaktu tersebut untuk
seharusnya dilakukan tepat waktu dan dilakukan oleh semua perawat yang akan
berganti dinas.
121
Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan pada 15 perawat pada
tanggal 23-26 Desember 2019 didapatkan bahwa pelaksanaan operan shift/ timbang
terima perawat shift pagi bahwa kepala ruangan tidak membuka timbang terima
didalam ruangan perawat, tidak semua tepat waktu dalam timbang terima diruangan
pasien dan untuk shift sore ada beberapa yang tidak tepat waktu.
metode role play dari tanggal 1-4 Januari 2020. Dimana, sebelum melakukan role
play, dilakukan pre conference di nurse stasion dan dilanjutkan dengan timbang
terima di ruang pasien berdasarkan standar prosedur yang ada, setelah itu ditutup
selama 4 hari praktik sesuai dengan standar operasional prosedur dirumah sakit baik
terima yang menggunakan format SBAR. Pelaksanaan role play ini dihadiri langsung
oleh kepala ruangan, ketua-ketua tim dan perawat pelaksana shift pagi dan sore,
dengan harapan agar role play yang dilakukan dapat menjadi tolak ukur bagi perawat
berlaku.
Hasil observasi kembali pada tanggal 6-8 Januari 2020, untuk pelaksanaan
timbang terima atau psikomotor dari perawat ruangan tentang timbang terima sudah
lebih baik dari sebelum dilakukan role play. Meskipun dalam hal ketepatan waktu
122
pelaksanaan, masih ada beberapa perawat yang melakukan operan shift lewat dari
jam pergantian shift dari seharusnya khususnya untuk shift sore dan malam. Hal ini
juga masih ada perawat yang hanya melakukan operan antara satu tim dengan tim
lainnya dan ada juga seorang perseorangan, namun hal ini sudah dikomunikasikan
terlebih dahulu dengan kepala ruangan, dimana untuk disiplin ketepatan waktu
pelaksanaan operan shift masih sulit untuk dilakukan karena mengingat tingginya
beban kerja perawat diruangan. Dimana pada “M” sebelumnya juga sudah
didapatkan dari sisi beban kerja rasio perawat berdasarkan rumus Depkes tenaga
perawat yang dibutuhkan dalam ruangan bedah adalah sebesar 19 perawat, namun
jumlah perawat yang ada hanya berjumlah 15 perawat. Sikap perawat dalam timbang
terima didapatkan dari hasil observasi tanggal 6-8 Januari 2020 pada shift pagi, sore,
memiliki ketetapan untuk berapa kali ronde keperawatan dilakukan, tetapi ronde
Berdasarkan hasil observasi ruangan bedah pada tanggal 23-26 Desember 2019.
Ronde telah dilaksanakan namun belum dilakukan secara terstruktur dan belum
terformat dalam bentuk kegiatan ronde. Ronde hanya dilakukan sebagai bentuk
123
implementasi untuk memperbaharui intervensi-intervensi yang belum bisa mengatasi
dilakukannya ronde keperawatan selama tiga bulan terakhir ini dikarenakan pasien
yang dirawat di ruangan rata-rata selama 5 hari perawatan. Apabila ada pasien yang
sulit ditangani atau tidak bisa ditangani dan atau memiliki lama rawatan yang panjang
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut kami melakukan role
play tentang ronde keperawatann pada tanggal 6-7 Januari 2020. Pelaksanaan role
play ini dihadiri langsung oleh kepala ruangan, ketua-ketua tim dan beberapa orang
perawat pelaksana shift pagi dan malam, dengan harapan agar role play yang
Profesi Ners Stase Manajemen, pada pasien yang sudah memiliki 14 hari lama rawat.
Pelaksanaan role play ronde keperawatan berjalan dengan baik sesuai dengan standar
operasional prosedur. Pelaksaanan role play yang dilakukan oleh mahasiswa Profesi
Ners diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi untuk perawat
diruangan agar ronde keperawatan dilakukan sesuai format ronde yang sebenarnya.
124
keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
langsung dengan kepala ruangan dan perawat ruangan Bedah pada tanggal 24
Desember 2019 bahwa tidak ada pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan kepada
didapatkan bahwa belum ada acuan untuk format baku dalam pelaksanaan supervisi.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut kami melakukan diskusi
bersama kepala ruangan tentang format baku dalam pelaksanaan supervisi termasuk
yang kami bakukan dalam bentuk booklet dan buku yang sudah diserahkan ke kepala
ruangan, serta membuat alur supervisi sebagai acuan dan panduan dalam kegiatan
supervisi. Pada tanggal 10 Januari 2020. Setelah melakukan diskusi dan pemberian
format baku pelaksanaan supervisi di ruangan Bedah oleh mahasiswa Profesi Ners
Stase Manajemen pada tanggal 10 Januari 2020 dengan melibatkan kepala ruangan
dan ketua tim, pelaksanaan supervisi sudah berjalan dengan baik sesuai dengan
secara personal serta penyediaan format baku dalam pelaksanaan supervisi dapat
menjadi bahan masukan agar supervisi dapat dilakukan sesuai standar prosedur
operasional.
125
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh (Nursalam,2015) bahwa penerimaan
pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien baru (pasien dan/atau
keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka dsampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruangan, pengenalan ketenagaan ners-medis, dan tata tertib ruang,
(Gillies, 2014).
orientasi ruangan pasien baru secara lisan namun belum ada format standar prosedur
didapatkan bahwa discharge planning telah dilakukan oleh perawat sesuai dengan
standar operasional pelaksanaan, namun dalam pengadaan leaflet belum tersedia oleh
leaflet untuk pasien pulang pada tanggal 7 Januari 2020. Setelah dilakukan pengadaan
leaflet oleh Mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen didapatkan dari hasil observasi
perawat yang melakukan penerimaan pasien baru maupun pasien rencana pulang
126
5. Belum Optimal Sumber Daya Manusia
Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam sistem
yang lain dan tergantung yang menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk
indikator keberhasilan Rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumber
daya manusia yang cukup dengan kualitas yang professional sesuai dengan fungsi dan
terdapat ketidaksesuaian antara sumber daya manusia yang ada di ruangan dengan
teori manajemen keperawatan yang dapat dijadikan sebagai standar acuan. Masalah
yang menjadi prioritas pertama adalah kurangnya tenaga perawat di ruangan Irina E
Bedah yang tidak sesuai dengan jumlah standar tenaga perawat berdasarkan
standar jumlah tenaga perawat menurut gilies, Rasio dan Depkes. Untuk itu kami juga
ruangan minimal menjadi 19 tenaga perawat berdasarkan perhitungan Depkes. Hal ini
kemudian kami disusikan dengan kepala ruangan dan perseptor akademik setelah
presentasi seminar awal dan didapatkan kesimpulan bahwa kepala ruangan akan
127
mengusulkan untuk penambahan jumlah tenaga perawat di ruangan ke bagian bidang
khusus ruangan bedah. Untuk itu kami sudah menyarankan kepada kepala ruangan
dan perawat lainnya di ruangan untuk dapat mengikuti pelatihan keperawatan khusus
ruangan bedah.
Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi
oleh mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien
bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ruang rawat inap yang aman
penyembuhan pasien, oleh karena itu dalam merancang ruang rawat inap harus
memenuhi persyaratan tertentu yang mendukung terciptanya ruang rawat inap yang
sehat, aman dan nyaman dimana tersedianya sarana dan prasarana yang sesuai dengan
Sarana dan prasarana yang terdapat di ruangan Bedah sudah cukup memadai
untuk mendukung proses pelayanan kesehatan di ruangan. Dari hasil observasi yang
dilakukan selama 3 hari oleh mahasiswa Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo
pada tanggal 24-26 Desember 2019, menyangkut sarana prasarana didapatkan bahwa
ners station di ruagan Bedah ada beberapa fasilitas yang belum lengkap berdasarkan
128
standar yang berlaku. Kami mahasiswa Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo
sudah menyampaikan kebutuhan ruangan dan telah membuat draft inventaris barang
di ruangan agar menjadi acuan dalam pengadaan sarana dan prasarana berdasarkan
standar ruang rawat inap secara umum, kepala ruangan sudah menerima dan akan
baik dengan menggunakan sabun antiseptik dibawah air mengalir atau dengan
urutan, sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri yang berada pada tangan. Perilaku
hand hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar
terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam pencegahan terjadi infeksi nosokomial
(WHO, 2016).
Berdasarkan hasil observasi di ruangan Bedah pada tanggal 24-26 Desember 2019
perawat di ruangan Bedah sudah melakukan hand hygiene tapi belum optimal, karena
dari 5 moment cuci tangan yang sering dilakukan perawat yakni 3 setelah tindakan
dan untuk 2 momen sebelum melakukan tindakan masih kurang diterapkan. Untuk
langah dan 5 momen cuci tangan dalam bentuk leaflet dan booklet. Setelah itu kami
dengan SPO.
129
Dari hasil implementasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners sejak
tanggal 09 Januari 2020 didapatkan perawat sudah mulai menerapkan 5 momen dan 6
langah cuci tangan berdasarkan SPO, meskipun masih ada beberapa yang belum
menerapkannya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
130
1. Setelah dilakukan implementasi oleh mahasasiswa Ners stase manajemen
kepala ruangan Bedah juga sangat antusias dan mau untuk melakukan ronde
keperawatan.
2. Supervisi diruang bedah belum dilakukan dan belum ada format baku dalam
kepala ruangan dan ketua tim, pelaksanaan supervisi akan dilakukan sesuai
Profesi Ners Stase Manajemen didapatkan dari hasil observasi perawat yang
diberikan leaflet.
131
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
1. Pimpinan / Kepala
- Meningkatkan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti
yang berlaku
- Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi
asuhan keperawatan.
- Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang
132
- Kepala ruangan hendaknya lebih disiplin dalam melaksanakan program-
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan klien serta keluarga
profesionalisme perawat.
5. Mahasiswa Praktek
Bagi mahasiswa sebagai bahan informasi atau literatur untuk mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Huber, S.G., 2013. School Leadership Development – Current trends from a global
perspective, in P. Hallinger (Ed.), The Changing landscape of educational
133
leadership development: A global perspctive (Chapter 17). Lisse, the
Netherlands: Swets & Zeitlinger.
Robbins, S.P. 2013. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. (jilid 1
dan 2) Edisi bahasa Indonesia. Alih Bahasa: Pujaatmaka, H. Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Rowland, H.S., dan BL. Rowland. 2011. Nursing Administration Handbook. Edisi 4.
Maryland : An Aspen Publication
Yura, H., & Walsh, M.B. 2012. Tehe Nursing process: assessing, planning,
implementing, evaluating (5th edition). Norwalk, CT: Appleton & Lange.
Zainun, Buchari. 2013. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.
134
Lampiran 1
KUISIONER M1-M5
A. Data Umum
1. Nama Responden/Inisial :
2. JenisKelamin :
3. PendidikanTerakhir :
135
4. Status Kepegawaian :
6. PelatihanKeperawatan :
PetunjukPengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini yang berkaitan dengan struktur pelayanan
keperawatan, khususnya ketenagaan (Man) dan sarana prasarana (material). Berilah
tanda silang (√) pada kolom di samping pertanyaan di bawah ini.
San
Sang
Cuku Ba gat
at
p/ ik/ Bai P
Pertanyaan Kurang/
O Kada Se k / san
Tidak
ng-kadang ring Sela
Pernah
lu
Bagaimana struktur organisasi yang
136
telah berjalan di ruangan? Apakah Anda
merasa puas dan
.
sesuaidengankemampuanperawat di
bidangnya?
Bagaimanapembagiantugas yang
dilakukan di ruangan?
. Apakahsudahsesuaidenganstrukturorganisasi
yang telahada?
Bagaimanakahkinerjaketuatim/PP
menurut Anda? Apakahkompetendengantugas-
.
tugasnya?
Apakah Anda
merasamembutuhkankesempatanuntukmening
. katkankemampuankerjamelaluipelatihan/pendi
dikantambahan? Berikanalasannya
Bagaimanakebijaksanaanrumahsakitmen
genaipemberianbeasiswaataupelatihanpendidi
.
kankeperawatan? Apakah Anda merasapuas?
Bagaimanajumlahpendapatan yang
diterima plus insentif yang
. diterimasaudarasudahsesuaidenganlatarpendid
ikan Anda? Apakah Anda merasapuas?
Apakahadakesempatanuntukmengambil
. cutidalamwaktu 1 minggu?
Dengantingkatketergantunganpasien
yang ada di ruangan,
. bagaimanatingkatbebankerja di
ruanganmenurut Anda?
Apakahjumlahperawat dan pasien di
. ruangansudahsesuaimenurut Anda?
Angket M3-1 MAKP
N PERTANYAAN YA TID
O AK
Model asuhan keperawatan yang digunakan
1 Apakah model asuhan keperawatan yang digunakan
. perawat di ruangan saat ini?
2 Apakah Anda mengerti/memahami dengan model asuhan
. keperawatan yang digunakan saat ini?
3 Menurut anda, Apakah model tersebut cocok digunakan
. di rungan Anda?
4 Apakah model yang digunakan sesuai dengan visi dan
137
. misi ruangan?
Efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
1 Apakah dengan menggunakan model saat ini menjadikan
. semakin pendek lama rawat inap bagi pasien? Rerata hari rawat
berapa?
2 Apakah terjadi peningkatkan kepercayaan pasien
. terhadap ruangan?
3 Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan
. dan memberikan beban berat kerja bagi anda?
4 Apakah model saat ini tidak memberatkan dalam
. pembiayaan?
5 Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan
. dari pasien pada ruangan?
Pelaksanaan model asuhan keperawatan
1 Apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara
. perawat dan tim kesehatan lain?
2 Apakah kontunuitas rencana keperawatan terlaksana?
.
3 Apakah Anda menjalankan kegiatan sesuai tupoksi?
.
Tanggung jawab dan pembagian tugas
1 Apakah Job Description untuk anda selama ini sudah
. jelas?
2 Jelaskan tugas Anda sesuai dengan model asuhan
. keperawatan yang saat ini digunakan ruangan
3 Apakah Anda mengenal atau mengetahui kondisi pasien
. dan dapat menilai tingkat kebutuhan
138
b. 2 kali pukul :
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu?
2. Katim
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan 1. Ada, jika ada
sebutkan :
timbang terima?
2. Tidak Ada
6. Tahukah Anda, apa saja yang harus disampaikan dalam
pelaporan timbang terima?
7. Apakah ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan
timbang terima?
8. Apakah ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan
timbang terima?
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang terima
berlangsung?
10. Tahukah Anda, bagaimana teknik pelaporan timbang terima
ketika berada di depan pasien?
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi
masing-masing pasien?
12. Tahukah Anda, bagaimana persetujuan atau penerimaan
timbang terima?
13. Apakah Anda (shift pengganti) dievaluasi kesiapannya oleh
kepala ruangan?
139
O AK
Pengadaaan sentralisasi obat
1 Apakah yang anda ketahui tentang sentralisasi obat?
.
2 Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi obat?
.
3 Jika Ya, Apakah sentralisasi obat yang ada sudah
. dilaksanakan secara optimal?
4 Jika Tidak, menurut Anda apakah di ruangan ini perlu
. diadakan sentralisasi obat? (Untuk yang menjawab, ini pertanyaan
terakhir)
5 Apakah selama ini Anda pernah diberi wewenang dalam
. urusan sentralisasi obat?
6 Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat
. (Oral-Injeksi-Supositosia-Infus-Insulin-Obat gawat darurat?
Efektivitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
1 Apakah dengan menggunakan model saat ini menjadikan
. semakin pendek lama rawat inap bagi pasien?
Rerata hari rawat berapa? Jawab :
2 Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap
. ruangan?
3 Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan
. memberikan beban berat kerja bagi anda?
4 Apakah model saat ini tidak memberatkan pembiayaan?
.
5 Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan
. dari pasien pada ruangan?
140
Cara penyimpanan obat
1 Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk
. sentralisasi obat?
2 Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
. sentralisai obat?
Apakah selama ini Anda memisahkan kepemilikan antar
obat-obat pasien?
3 Apakah selama ini Anda memberi etiket dan alamat pada
. obat-obat pasien?
Cara Penyiapan Obat
1 Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada pasien
. Anda selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah
digunakan?
2 Apakah ada format tiap jenis obat sebelum Anda memberikan
. obat ke pasien?
N PERTANYAAN YA TID
O AK
1. Apakah anda mengerti tentang supervisi?
141
2. Apakah supervisi telah dilakukan diruangan?
3. Apakah kepala ruangan yang melakukan supervisi?
4 Apakah alur supervisi yang ada diruangan sesuai dengan
standar?
5. Adakah format baku untuk supervisi semua tindakan?
6. Apakah format untuk supervisi sudah sesuai dengan standar
keperawatan
7. Apakah alat (instrumen) untuk supervisi tersedia lengkap?
8. Apakah hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat?
9. Apakah selalu ada feed back dari sepervisor untuk setiap
tindakan?
10 Apakah anda puas dengan hasil dari feed back tersebut?
.
11 Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari supervisi?
.
12 Apakah anda menginginkan perubahan untuk setiap tindakan
. sesuai dengan hasil perbaikan dari supervisi?
13 Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi
. tentang supervisi?
142
c. Lisan dan tertulis
6. Apakah setiap selesai melakukan PPB, anda melakukan pendokumentasian?
Jawab :
143
a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa Jawa
c. Bahasa Lain, sebutkan
10. Apakah bahasa yang anda gunakan dalam melakukan Discharge Planning,
mengalami kesulitan untuk dipahami pasien?
Jawab :
11. Apakah setiap selesai melakukan Discharge Planning, anda melakukan
pendokumentasian dari Discharge Planning yang telah anda lakukan?
Jawab :
3. Apakah anda sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi tersebut dengan
benar dan tepat?
Jika sudah mengerti, tolong anda jelaskan dengan singkat!
Apakah menurut anda format yang digunakan ini bisa membantu (memudahkan)
perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien?
Jawab :
4. Apakah anda sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat waktu (segera
setelah melakukan tindakan?
Jawab :
5. Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini menambah beban
kerja perawat?
Jawab :
144
6. Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini menyita banyak
waktu perawat?
Jawab :
M4-Money
Difokuskan pada berikut.
1. Pemasukan.
2. RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut.
a. Operasional (Kegiatan pelayanan)
b. Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan lainnya)
c. Pengembangan (sarana prasarana dan sumber daya manusia).
M5-Mutu
1. Patient safety (medication eror, flebitis, dekubitus, jatuh, restrains, injuri,
ILO).
2. Kepuasan pasien. (menggunakan data yang ada di RS)
3. Kenyamanan.
4. Kecemasan.
5. Perawatan diri.
6. Pengetahuan/perilaku pasien.
(Sumber : Nursalam, 2015).
145
Lampiran 2
146
Termometer
1 Baik 1/ruangan -
7
Tempat
Perlu
8 sampah besar 2 Baik 1/ruangan
ditambah 1
tutup
Hammer Perlu
- - 1/ruangan
9 medis ditambah 1
Timbang BB
1 Baik 1/ruangan -
0
Dorongan
1 Baik 1/ruangan -
1 Instrumen
Ambubag
1 Baik 1/ruangan -
2
Nebulizer
1 Baik 1/ruangan -
3
EKG
1 Baik 1/ruangan -
4
Alat
5 pemadam 1 Baik 1/ruangan -
kebakaran
Lemari
2 Baik
6
Telpon
1 Baik 1/ruangan -
7
Brankar
1 Baik 1/ruangan -
8
Sumber: Data Primer 2019 dan Nursalam (2015).
Lampiran 4
147
Standar Prosedur Operasional RSUD Dr.MM. DUNDA LIMBOTO
148
149
150
151
152
153
Lampiran 3
ALUR SUPERVISI
154
155
Lampiran 4
156
157
158
Lampiran 5
Dokumentasi
159
160
161
ROLE PLAYStruktur
Pembentukan TIMBANG TERIMA dan
Organisasi
PEMBUATAN ALUR 5
DEMONSTRASI & MOMENT
JADWAL SUPERVISI
CUCI TANGANSERTA
DAN 6
PENGADAAN
PENYERAHAN FORMAT
PEMBUATANRENCANA
SUPERVISI
LEAFLET KEGIATAN
Fungsional
KEPADA
DAN BULANAN
KEPALA
BOOKLET SPO
LANGAH CUCI
PENGADAAN TANGAN
KOTAK SARAN
KEPALA RUANGAN PADA
& PERAWAT
PAPAN NURSE
ROLE PLAY STATION
RONDE KEPERAWATAN
Seminar Awal Stase Manajemen & Melakukan
Daftar Inventaris Pengskoringan
Barang Di Ruangan Irina E
BOR = ______Jumlah
Prioritas masalah hari rawat X 100
Jumlah TT X Jmlh Hari/Periode
Shift Sore
Shift Pagi
ke Shift
ke Shift
Shift
Malam
RONDE
Sore
Malam ke
PRA
Shift Pagi
RONDE
162
PASCA
RONDE
163
164
165
166
167
168
169