Anda di halaman 1dari 168

LAPORAN SEMINAR AKHIR

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN DI RUANGAN IRINA E (BEDAH)


RSUD DR. M.M DUNDA LIMBOTO

23 Desember 2019 - 10 Januari 2020

OLEH
KELOMPOK VII

Ali A. Yunus Dzohra Puasa


Humairoh S.A. Harmain Meyranti Suleman
Rosdita Ishak Viky Noviani Hemu
Ariyanti Halid Nur Annisa Dg. Mangaseng
Wahyuni Lukum Fidya Lestari Dalanggo
Moon Safitri Djafar Widyawati Habu

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik. Sejalan dengan meningkatknya

pendidikan, perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran maka system nilai pun berubah. Masyarakat

semakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-kadang canggih (Depkes RI,

2007).

Adanya tuntutan kualitas terhadap pelayanan keperawatan dirasakan sebagai

satu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan keperawatan secara

profesional perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia keperawatan.

Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan

keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya

faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan

keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan

keperawatan (Nursalam, 2014).

2
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang sangat penting

dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sebagai salah satu

institusi sosial, Rumah Sakit dituntut untuk mengutamakan pelayanan kesehatan

kepada seluruh masyarakat tidak memandang perbedaan golongan, suku, ras, dan

agama.
Menurut Permenkes No 147 tahun 2010 Rumah sakit adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan, umur, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit, oleh

sebab itu mutu pelayanan keperawatan akan berdampak langsung terhadap pelayanan

rumah sakit. “Apabila mutu keperawatan yang diberikan kepada pelanggan dibawah

standar, akan mempengaruhi citra rumah sakit (Tutik, 2008). Hal ini dikarenakan

perawat merupakan tenaga kesehatan terbanyak dan mempunyai waktu kontak

dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain. Oleh karena itu

perawat rumah sakit harus mencakup profesionalisme yang mempunyai kemampuan

baik intelektual, teknikal, interpersonal, dan moral, bertanggung jawab serta

berwenang melaksanakan asuhan keperawatan (Cecep, 2013: 57).


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan sutau kegiatan di organisasi manajemen tersebut mencakup kegiatan

POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana dan

prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam manajemen terdapat suatu proses

yang mengubah suatu input menjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen

terdiri dari manusia, material/ alat, metode dan lingkungan yang selanjutnya akan

3
mengalami proses manajemen sehingga tercapai output. Output pada manajemen

berupa efisiensi dalam pelayanan dan staf yang kompeten dan ahli. Pada manajemen

keperawatan, kegiatan ini terintegrasi pada praktek yang nyata dalam pengelolahan

klien. Sehingga dihasilkan suatu pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien yang

terdapat diterapkan kepada klien, keluarga klien dan masyarakat (Grant & Massey

dalam Nursalam 2013).


Sebagai perawat professional dituntut untuk mengetahui tentang manajemen

keperawatan sehingga dapat mewujudkan suatu standar praktek keperawatan

professional. Perawat professional mempunyai wewenang dan tanggung jawab

melaksanakan praktik keperawatan dirumah sakit dengan sikap dan kemampuannya.

Untuk itu perlu, dikembangkan praktik professional di ruang lingkup cakupannya

seperti proses dan prosedur registrasi dan legislasi keperawatan (Kuntoro, 2010).
Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa melaksanakan

praktek profesi manajemen keperawatan di Ruang Bedah RSUD MM Dunda Limboto

sehingga dapat memberikan pengalaman pengelolahan pada salah satu unit pelayanan

kesehatan, sekaligus berkontribusi meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa

mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan menjadi

4
“Change Agent” pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan di Ruang Bedah RSUD MM Dunda Limboto.

1.2.2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktek profesi keperawatan Manajemen Keperawatan

mahasiswa mampu:

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi (M1: Man, M2:

Material, M3: Methode, M4: Money, M5: Marketing) nyata di tempat praktik.

b. Menetapkan prioritas manajemen keperawatan bersama kepala ruanngan serta

perawat ruangan di tempat mahasiswa praktek.

c. Menetapkan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati

bersama kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.

d. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan kebutuhan

masalah yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta

pembimbing.

e. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek masukan (input),

aspek proses sampai dengan proses hasil (output)

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

5
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan

fungsi-fungsi manajemen keperawatan secara nyata dilahan praktek maupun tempat

bekerja nanti.

1.3.2. Bagi Ruangan / Rumah sakit

Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah yang

ditemukan di lahan praktek sesuai dengan ilmu yang didapatkan selama proses

akademik dengan teknik pemecahan masalah pada konsep manajemen keperawatan

sehingga meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.

1.3.3. Bagi Pendidikan

Dapat menjadi referensi sebagai evaluasi untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran manajemen keperawatan bagi mahasiswa yang akan menjalankan

praktek profesi manajemen keperawatan pada program berikutnya.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup

kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana,

dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Yura, 2015). Masing-masing pakar

mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih

sering mengadopsi fungsi manajemen menurut Tappen (2014), yaitu:

a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan

organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk

mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas-tugas staf.

Dengan tugas-tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk

melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan

oleh staf dalam menjalankan tugas-tugasnya.


b. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan

memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.


c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakkan adalah

proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara

optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka

miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.

7
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara terus

menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi

terhadap penyimpangan yang terjadi.


Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.

Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-

sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan

dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan berdasarkan misi,filosofi dan tujuan

organisasi. Proses manajemen meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui

perencanaan organisasi, pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia,fisik,dan

teknologi. Semua perawat yang terlibat dalam manajemen keperawatan dianggap

perlu memahami misi, Filosofi dan tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka

konsep kerjanya (Adikoesoemo, 2014).


Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk

merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan

keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan.

Agar dapat memberikan pelayanan keperwatan sebaik-baiknya kepada pasien,

diperluikan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat

pengontrol pelayanan tersebut (Carpenito, 2014).

2.1.1. Prinsip Manajemen Keperawatan

8
Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut (Nursalam, 2016):

a) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan


Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan

aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak

hanya terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi

klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran,

identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang

diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau konsep – konsep

tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi penting di dalam

mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah,

dan efek – efek dan perubahan.


Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan

keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi

organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji

sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan

aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen

mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas

dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.

b) Manajemen keperawatan dilaksanaan melalui penggunaan waktu yang

efektif.
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun

perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan

9
sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang

pemimpin keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang

efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh

kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam kontek ini, seorang

pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara

efektif. Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas

yang tinggi dalam tatanan organisasinya.


c) Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan

berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan

dilakukan. Proses pengambilan keputusan akan sangat mempengaruhi

oleh kemampuan komunikasi dan para manajer.


d) Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi

mencapai tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit,

departemen, top atau tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip

pengorganisasian mencakup hal – hal pembagian tugas (the devision of

work), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung

jawab dan kewengan yang sesuai adanya rentang pengawasan. Dalam

keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara

fungsional dan penugasan, alokasi pasien perawatan grup/ tim

keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama.


e) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif

10
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.

Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi

kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan

pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.


f) Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan.
Pengendalian dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan

kegiatan menegemen susuai dengan dengan yang direncanakan. Selain

itu, pengendalian dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak

banyak terjadi kesalahan yang berakibat negative terhadap klien dan

pihak yang terkait dengan manageman. Pengendalian meliputi penilaian

tentang pelaksanaan trencana yang telah dibuat, pemberian instruksi,

menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan

membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki

kekurangan.

2. Metode Praktek Asuhan Keperawatan

2.1.1 Pengertian Metode Praktek Asuhan Keperawatan

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,

proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian

asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan

tersebut (Hamid, 2015).

2.1.2 Jenis-Jenis Metode Praktek Asuhan Keperawatan

11
Menurut Kron.T & Gray (2014), ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan

profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam

menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

1. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan Keperawatan ini berorientasi pada

penyelesaian tugas dan prosedur Keperawatan. Perawat ditugaskan untuk

melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang

dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai Keperawatan yang

berorientasi pada tugas dimana fungsi Keperawatan tertentu ditugaskan pada

setiap anggota staf. Setiap staf perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi

Keperawatan pada semua pasien dibangsal. (Djuhaeni, 2010).


Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. perawat

senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat

pelaksana pada tindakan Keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada

model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan

tingkat kemampuan masing-masing bidan dan dipilih bidan yang paling

murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan

tindakan, selanjutnya ditetapkan bidan yang akan bertanggung jawab

mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan

metode praktek Keperawatn yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat

dan berkembang pada saat perang dunia kedua (Djuhaeni, 2010).


Kelebihan :

12
a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu

singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang

baik.
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi bidan setelah selesai kerja.
e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik

yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.


Kelemahan :
a. Pelayanan Keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga

kesulitan dalam penerapan proses keperawatan


b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas

pekerjaan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.
d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
f. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk .
2. Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien melalui

upaya kooperatif dan kola-buratif ( Potter, Patricia 2015). Model tim

didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai

kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan

sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi

sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat

13
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim

apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan

sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan

kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan

perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi

arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,

mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (2012), ada beberapa

elemen penting yang harus diperhatikan:


a. Pemimpin tim didelegasikan/ diberi otoritas untuk membuat penugasan

bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.


b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau

partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.


c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada

kelompok pasien.
d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.

Komunikasi meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan

klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk

mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota

tim.
Kelebihan:
a. Dapat memfasilitasi pelayanan Keperawatan secara komprehensif.
b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk

belajar.
d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-

beda secara efektif.

14
f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat

menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara

keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai

kontribusi terhadap hasil asuhan Keperawatan yang diberikan akan

menghasilkan kualitas asuhan Keperawatan yang dapat dipertanggung-

jawabkan
g. Metode ini memotivasi bidan untuk selalu bersama klien selama

bertugas.
Kelemahan:
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi

anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik

sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.


b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi bila konsepnya tidak

diimplementasikan dengan total


c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.


d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu

tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.


e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.
f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung Jawab Kepala Ruang:


a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar

Asuhan keperawatan
b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien

15
c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan

kepemimpinan.
d. Menjadi narasumber bagi ketua tim.
e. Mengorientasikan tenaga Keperawatan yang baru tentang metode/

model tim dalam pemberian asuhan keperawatan


f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di

ruangannya.
h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang

lainnya.
i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,

kemudian menindak lanjutinya.


j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

Keperawatan
k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung Jawab Ketua Tim:


a. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala

ruangan.
b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang

didelegasikan oleh kepala ruangan.


c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
Keperawatan bersama-sama anggota timnya.
d. Mengkoordinasikan rencana Keperawatan dengan tindakan medik.
e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan

bimbingan melalui konferens.


f. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan baik proses ataupun hasil yang

diharapkan serta mendokumentasikannya.


g. Memberi pengarahan pada bidan pelaksana tentang pelaksanaan
Asuhan Keperawatan
h. Menyelenggarakan konferensi

16
i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

pelaksanaan Asuhan keperawatan


j. Melakukan audit Asuhan Keperawatan yang menjadi tanggung-jawab

timnya.
k. Melakukan perbaikan pemberian Asuhan keperawatan.

Tanggung Jawab Anggota Tim


a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana Asuhan keperawatan
b. Mencatat dengan jelas dan tepat Asuhan Keperawatan yang telah

diberikan berdasarkan respon klien.


c. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk

meningkatkan Asuhan Keperawatan.


d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
f. Memberikan laporan
3. Metode Primer
Menurut Gillies (2014) perawat yang menggunakan metode

keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat

primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat

kontinutas keperawatan dan bersifat kom-prehensif serta dapat

dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4-6

klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah

sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komu-nikasi

dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan

mem-buat rencana pulang klien jika diperlukan.


Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien

masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,

17
ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode

primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara

pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan

koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.


Kelebihan:
a. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan untuk pengembangan diri.


b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi

meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.


c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan bidan

primer dalam memberikan atau mengarahkan bidanan sepanjang

hospitalisasi.
d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer

operasional dan administrasi.


e. Kepuasan kerja bidan tinggi karena dapat memberiikan asuhan

keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh bidan

primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan

ilmu pengetahuan.
f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi

tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi

dapat diperoleh dari satu bidan yang benar-benar mengetahui keadaan

kliennya.
g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan

supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada

klien.

18
i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena

terpenuhi kebutuhannya secara individu.


j. Asuhan Keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan

perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.


l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.
o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga

keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi.


Kelemahan:
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki

akuntabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan

asuhan keperawatan untuk klien.


c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh.
d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar

yang sama.
e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
Ketenagaan Metode Primer:
a. Setiap bidan primer adalah perawat “bedside”
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun

nonprofessional sebagai bidan perawat.


Tanggung Jawab Kepala Ruang dalam Metode Primer
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
Tanggung Jawab Perawat Primer:
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas

19
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain


e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga

sosial di masyarakat
h. Membuat jadwal perjanjian klinis
i. Mengadakan kunjungan rumah
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab

terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu

pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode

penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,

intensive care, perawat kesehatan komunitas.


Kelebihan:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
Kekurangan:

a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung

20
2.2.3. Indikator Pelayanan Manajerial

Indikator pelayanan manajerial berdasarkan Kepmenkes Nomor 836 tahun

2005 dan Modul pelatihan SP2KP):

1. Timbang Terima / Operan

a. Definisi
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima

sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Overan pasien harus

dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan

lengkap tentang tindakan mandiri bidan. Tindakan kolaboratif yang sudah dan

yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu (Nursalam, 2013).
Operan dilakukan oleh bidan primer Keperawatan kepada bidan primer

(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
b. Tujuan Operan
Tujuan Umum : Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan

informasi yang penting.


Tujuan Khusus:
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus)
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

Keperawatan kepada pasien


3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh bidan

dinas berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
c. Manfaat Operan
Bagi perawat:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
3. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
Bagi Pasien:

21
1. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum

terungkap

d. Prosedur Operan

(1) Tahap Persiapan: (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse Station, Pelaksana

yaitu Perawat Primer dan Perawat Assosiet).

a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift


b. Prinsip overan, terutama pada semua pasien baru masuk & pasien yang

memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yg

mmbutuhkan observasi lebih lanjut.


c. Hal yg perlu disampaikan oleh perawat dalam operan yaitu: jumlah

pasien, keluhan, identitas pasien & diagnosis medis, masalah

keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan yang sudah

dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaborasi, rencana

umum & persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

(2) Tahap Pelaksanaan: (Waktu: 20 menit, Tempat: nurse Station,

Pelaksana: KARU, Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

a. Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga)


b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
c. Kepala ruangan membuka acara operan
d. Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah

dioperkan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang

jelas
e. Kepala ruangan menanyakan kebutuhan dasar pasien
f. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat

22
g. Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh

terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang

telah/belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama

masa perawatan
h. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian

diserahterimakan kepada petugas berikutnya


i. Lama overan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali

pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit

(3) Post Operan: (Waktu: 5 menit, Tempat: Nurse Station, Pelaksana:

KARU, Perawat Primer dan Perawat Assosiet)

1. Diskusi
2. Pelaporan untuk overan dituliskan secara langsung pada format

operan yang ditandatangani oleh Perawat Pelaksana yang jaga saat

itu dan Perawat Pelaksana yang jaga berikutnya diketahui oleh

kepala ruangan.
3. Ditutup oleh KARU

2. Ronde Keperawatan

a. Definisi

Ronde merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh bidan selain melibatkan pasien untuk

membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).

b. Tujuan Ronde

23
Tujuan Umum:

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.

Tujuan Khusus:

1. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis


2. Meningkatkan kemampuan validisi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi

pada masalah pasien.


5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi dan menilai hasil kerja

c. Manfaat Ronde Keperawatan

1. Masalah pasien dapat teratasi

2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional

4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan

5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan

benar

d. Kriteria Pasien

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah

dilakukan tindakan keperawatan

2. Pasien dengan kasus baru dan langka

e. Peran Masing-masing Anggota Tim

1. Peran perawat primer dan perawat pelaksana:

a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien


b) Menjelaskan diagnosis keperawatan

24
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d) Menjelaskan hasil yang didapat
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

2. Peran perawat konselor:

a) Memberikan justifikasi & reinforcement


b) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta

rasional tindakan
c) Mengarahkan dan koreksi
d) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

f. Tahapan Ronde

1. Pra Ronde:

a) Menentukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan

masalah yang langka)


b) Menentukan Tim ronde
c) Mencari sumber atau literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien: Informed Consent dan pengkajian
f) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung,

asuhan keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan

2. Ronde:

a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan

dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu

didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

25
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala

ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan

3. Pasca Ronde:

a. Evaluasi, revisi dan perbaikan


b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi

keperawatan selanjutnya

3. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)

a. Definisi
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis

dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan

kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan

sesudah pulang (Carpenito, 2011).


Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegtasi

yaitu antara perawat dan pasien. Perawatan dirumah sakit akan bermakna jika

dilanjutkan dengan perawatan dirumah. Namun, sampai saat ini perencanaan

pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran perawat masih

terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi

tentang jadwal kontrol ulang (Nursalam, 2015).

b. Tujuan perencanaan pulang


Rorden dan Traft dalam Kristina (2010), mengungkapkan bahwa

perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan keluarga untuk dapat

memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga

26
dapat mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai

penerima pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah

sakit.
Adapun prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai

keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi


2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah

yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga

kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi


3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan

pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama


4) Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan

dengan pengetahuan dari tenaga/sumber daya maupun fasilitas yang

tersedia di masyarakat
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan

pelayanan kesehatan

c. Komponen perencanaan pulang


Menurut Jipp dan Sirass dalam Kristina (2010), komponen perencanaan

pulang terdiri atas:


1) Perawatan dirumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan

kesehatan mengenai diet, mobilisasi, waktu control dan tempat control,

pemberian pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan keluarga

mengenai perawatan selama pasien dirumah nanti


2) Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara

pemberian dan waktu yang tepat minum obat

27
3) Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat tersebut sudah

tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawa pulang

pasien
4) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan

hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat pulang


5) Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat control
d. Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan

yang diperlukan
2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga
3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan

mereka memberi asuhan


4) Bantuan yang diperlukan pasien
5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum,

eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari

bahaya komunikasi, kegamaan, rekreasi dan sekolah


6) Sumber dan system pendukung yang ada di masyarakat
7) Sumber financial dan pekerjaan
8) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat
9) Kebutuhan perawatan dan supervisi dirumah

4. Sentralisasi Obat

a. Definisi

Sentralisasi adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang

diberikan kepada pasien, diserahkan sepenuhnya kepada ruangan. Kontroling

terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat

perlu dilakukan dalam suatu pola/ alur yang sistematis sehingga penggunaan

obat benar – benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik

28
secara materiil maupun secara non material dapat dieliminir. (Nursalam,

2015).

b. Tujuan

1) Meningkatkan mutu pelayanan pada pasien, terutama dalam memberikan

obat
2) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hokum maupun secara

moral
3) Mempermudah pegelolaan obat secara efektif dan efisien

c. Teknik Pengelolaan Obat

1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah Karu


2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3) Penerima obat
(a) Obat yang diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan

kepada ruagan yang menerima lembar serah terima obat.


(b) Bidan menulis nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan persediaan

dalam kartu control yang diketahui oleh pasien atau keluarga dalam

buku masuk obat


(c) Keluarga atau klien mendapatkan kapan atau bilamana obat tersebut

habis.

d. Pembagian Obat

1) Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian

obat

2) Obat yang telah disimpan diberikan oleh bidan dengan memperhatikan

oleh alur yang tercantum dalam buku pemberian obat tapi dicocokkan

dulu dengan instruksi dokter dan kartu obat pasien.

29
3) Saat pemberian obat jelaskan macam obat, jumlah obat, penggunaan obat,

efek samping, tempat dikembalikan dan pantau efek obat.

e. Penambahan Obat

1) Dimasukkan dalam buku obat dan dilakukan perubahan dalam kartu

persediaan obat

2) Pemberian obat yang tidak rutin dokumentasi hanya dilakukan pada buku

obat masuk dan informasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat

f. Obat Khusus

1) Harga mahal, rute sulit, efek samping besar, waktu pemberian tertentu.
2) Diberikan dengan kartu khusus oleh PP
3) Informasi yang diberikan ke klien : nama obat, kegunaan obat, waktu

pemberian,wadah obat ditunjukkan ke keluarga, usahakan ada saksi dari

keluarga saat pemberian obat

5. Dokumentasi Keperawatan

a. Definisi

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen

asuhan keperawatan professional. Perawat professional diharapkan dapat

menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala

tindakan yang dilaksanakan.

Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi,

proses keperawatan, dan standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi

30
sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan

meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.

b. Tujuan

Tujuan umum:
Menerapkan system dokumentasi Keperawatan dengan benar diruangan.
Tujuan Khusus:
1) Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan (pendekatan proses

Keperawatan)
2) Mendokumentasikan pengkajian Keperawatan
3) Mendokumentasikan diagnosis Keperawatan
4) Mendokumentasikan perencanaan Keperawatan
5) Mendokumentasikan pelaksanaan Keperawatan
6) Mendokumentasikan evaluasi Keperawatan
7) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
8) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan

perencanaan pulang
9) Mendokumentasikan timbang trima
10) Mendokumentasikan kegiatan supervise
11) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui Ronde.

c. Manfaat

1) Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan lain

2) Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hokum

3) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

4) Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan

5) Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan

31
d. Asuhan Keperawatan

Kemampuan untuk berbagi tanggung jawab antara perawat dan dokter

sangat penting agar bisa saling menghormati, saling mempercayai dan

menciptakan komunikasi efektif antara kedua profesi. Menerapkan manajemen

keperawatan pada setiap askep sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien

dan keluarga.

1) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi & keadaan

kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

2) Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas kegawatan yang

memerlukan tindakan kolaborasi.

3) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan & hasil

kolaborasi / kerjasama dengan klien.

4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan

klien

5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan

6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien

7) Membuat pencatan dan pelaporan

2.3. Keselamatan Pasien (Patient Safety)

32
2.3.1. Pengertian Patient Safety

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi assesmen

resiko, identifikasi dan pengeloalaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,

pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. System tersebut

diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya

dilakukan (Depkes RI: 2012).

Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi

atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial

psikologis, cacat, kematian) terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2010).

Patient Safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah

sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: assesment resiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan

dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnyaserta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah

terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes,2012).

2.3.2. Tujuan Patient Safety

33
Tujuan “Patient safety” yaitu sebagai berikut :

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat;

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

2.3.3. Standar Keselamatan Pasien

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:

a. Hak Pasien

Standar: Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan

terjadinya kejadian tidak diharapkan.

Kriteria:

1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana

pelayanan

3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan

hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk

kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.

b. Mendidik Pasien dan Keluarga

34
Standar: RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &

tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn

keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di

RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya

tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti

4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

c. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan

35
Standar:

RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar

tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria

1) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai saat pasien masuk,

pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan,

rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit

2) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan

sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap

pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar

3) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi untuk

memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan Keperawatan, pelayanan

social, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak

lanjut lainnya.

4) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

d. Penggunaan Metode-metode Peningkatan Kinerja untuk Melakukan

Evaluasi dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien

36
Standar:

RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,

memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan, & melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria:

1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)

yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,

kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis

terkini, praktik bisnis yang sehat dan factor-faktor lain yang

berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ‘Tujuh Langkah Menuju

Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang

antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen

resiko, mutu pelayanan, keuangan.

3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan

semua kejadian tidak diharapkan, dan secara proaktif melakukan

evaluasi satu proses kasus resiko tinggi.

4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi

hasil analisis untuk menentukan perubahan system yang diperlukan,

agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

e. Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien

37
Standar:

1) Pimpinan dorong dan menjamin implementasi progr keselamatan

pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan melalui

penerapan “7 Langkah Menuju keselamatan pasien rumah sakit”.

2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi

risiko keselamatan pasien dan program mengurangi kejadian tidak

diharapkan.

3) Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit

dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien.

4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,

mengkaji, dan meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan keselamatan

pasien.

5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja RS dan keselamatan pasien.

Kriteria:

1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan

pasien.

38
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian

yang memerlukan perhatian, mulai dari “kejadian nyaris cedera”

sampai dengan “kejadian tidak diharapkan.

3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen

dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program

keselamatan pasien.

4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan

kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain

dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan

analisis.

5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden, termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang

analisis akar masalah saat program keselamatan pasien mulai

dilaksanakan.

6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya

menangani “kejadian tidak diharapkan atau kegiatan proaktif untuk

memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf

dalam kaitan tentang kejadian tidak diharapkan.

7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit

dan antar pengelola pelayanan didalam rumah sakit dengan pendekatan

antar disiplin.

39
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam

kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan

pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya

tersebut.

9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan

kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja

rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut

dan implementasi.

f. Mendidik Staf tentang Keselamatan Pasien

Standar:

1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien

secara jelas.

2) RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung

pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria:

1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat

topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.

40
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan

inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan:

insiden.

3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)

guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam

rangka melayani pasien.

g. Komunikasi Merupakan Kunci bagi Staf untuk Mencapai

Keselamatan Pasien

Standar:

1) RS merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi KP

untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu & akurat.

Kriteria:

1) Disediakan Anggaran Untuk Merencanakan Dan Mendesain Proses

Manajemen Untuk Memperoleh Data Dan Informasi Tentang Hal-Hal

Terkait Dengan Keselamatan Pasien.

2) Tersedia Mekanisme Identifikasi Masalah Dan Kendala Komunikasi

Untuk Merevisi Manajemen informasi yang ada.

2.3.4. Jenis-Jenis Insiden Keselamatan Pasien

41
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap

kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak

Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial

Cedera (PMK No. 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit).


1) Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang

mengakibatkan cedera pada pasien.


2) Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden

yang belum sampai terpapar ke pasien.


3) Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah

terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.


4) Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang

sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.


5) Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera

yang serius

2.3.5. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit adalah sebagai berikut:
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan,

dan budaya yang terbuka dan adil.


2) Pimpin dan dukung staf, bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas

tentang keselamatan pasien di rumah sakit.

42
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko, kembangkan system dan proses

pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi dan assesmen hal yang

potensial bermasalah.
4) Kembangkan system pelaporan, pastikan staf dengan mudah dapat

melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada

komite keselamatan pasien rumah sakit (KKP-RS).


5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara

komunikasi yang terbuka dengan pasien.


6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, dorong staf

untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan

mengapa kejadian itu timbul.


7) Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien, gunakan

informasi yang ada tentang kejadian/ masalah untuk melakukan perubahan

pada system pelayanan.


Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang

komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut

secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan,

tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-

langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit.

Langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang akan belum

dilaksanakan.

2.3.5. Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam

keselamatan pasien. Sasaran menyorot bagian-bagian yang bermasalah dalam

43
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti

dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain system yang baik secara

intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu

tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pda solusi-solusi yang

menyeluruh.
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua

rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan

sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saaving Patient Saety Solution dari WHO

Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
KARS (2011) menjelaskan enam sasaran keselamatan pasien adalah

tercapainya hal-hal sebagi berikut:

1. Sasaran I: Ketepatan Identifikasi Pasien

Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi disemua aspek

diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya

error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam

keadaan terbius/ tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya;

mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin

mengalami disabilitas sensori; atau akibat situasi lain. Maksud ganda dari

sasaran ini adalah: pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya/reliable

mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk

mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan

pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau

44
prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses

identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk mengidentifikasi

pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah

dan spesimen ain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan

atau tindakan lain.


Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk

mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi

umumnya digunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (-identitas

pasien) dengan bar-code, atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak

bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga

menjelaskan penggunaan dua pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada

lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan ambulatori atau

pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat darurat, atau kamar operasi.

Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk. Suatu

proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau

prosedur untuk memastikan telah mengatur semua situasi yang memungkinkan

untuk diidentifikasi.
Sasaran II: Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang

dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan

menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara

elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami

kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui

45
telpon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang

mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,

seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan

hasil pemeriksaan segera /cito.


Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau

prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau

memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh

penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah atau

hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan

dibacakan ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi

alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back) tidak

memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat

darurat/emergensi di IGD atau ICU.


Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

(HighAlert Medications)
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka

penerapan manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan

keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert

medications) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan

terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang

berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse

outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama

46
Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike /

LASA).
Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO.

Yang sering disebut-sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian

elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium/potasium klorida

[sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)], kalium/potasium fosfat [(sama

dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)], natrium/sodium klorida [lebih

pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat].

Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak mendapatkan orientasi dengan baik

di unit asuhan pasien, bila bidan kontrak tidak diorientasikan sebagaimana

mestinya terhadap unit asuhan pasien, atau pada keadaan gawat

darurat/emergensi.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi

kejadian tsb adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat

yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit

pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif

mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk menyusun daftar

obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri. Kebijakan

dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana yang membutuhkan

elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan

praktek profesional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta menetapkan

cara pemberian label yang jelas serta bagaimana penyimpanannya di area

47
tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi akses untuk men cegah

pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.

Sasaran IV: Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien

Operasi
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

mengkhawatirkan dan biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah

akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim

bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site

marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di

samping itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang

catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi

terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep

yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah

merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.


Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu

kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang

mengkhawatirkan ini. Kebijakan termasuk definisi dari operasi yang

memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang menginvestigasi dan/atau

mengobati penyakit dan kelainan/disorder pada tubuh manusia dengan cara

menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan kesempatan

48
diagnostik/terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di rumah sakit

dimana prosedur ini dijalankan.


Praktek berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety

Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint

Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong

Procedure, Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien

dan dilakukan dengan tanda yang segera dapat dikenali. Tanda itu harus

digunakan secara konsisten di seluruh rumah sakit; dan harus dibuat oleh orang

yang akan melakukan tindakan; harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar;

jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.

Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality),

struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang

belakang).
Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk :

a) Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;

b) Memastikan bahwa semua dokumen, foto − (images), dan hasil

pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan

dipampang; Memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau− implant-

implant yang dibutuhkan. Tahap “Sebelum insisi” / Time out

memungkinkan setiap pertanyaan yang belum terjawab atau kesimpang-

siuran dibereskan. Time out dilakukan di tempat tindakan akan dilakukan,

tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.

49
Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan

(secara ringkas, misalnya menggunakan checklist).

Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi

dalam kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk

mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan

kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan

kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran darah

(blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan

ventilasi mekanis).
Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci

tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku

secara internasional bisa diperoleh dari WHO, Pusat Pengendalian dan

Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US CDC) berbagai organisasi

nasional dan intemasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif

untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau

mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara umum untuk

implementasi pedoman itu di rumah sakit.

50
BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 Gambaran Lokasi

3.1.1 Profil RSUD Dr. M.M Dunda Limboto

RSUD Dr. M.M Dunda Limboto adalah rumah sakit milik Pemerintah

Kabupaten Gorontalo yang berlokasi di wilayah Kabupaten Gorontalo, Provinsi

Gorontalo tepatnya di Jalan Achmad A. Wahab (Eks. Jl. Jend A. Yani no.53).RSUD

Dr. M.M Dunda Limboto Kab. Gorontalo didirikan pada tanggal 25 November 1963

dengan kapasitas awal tempat tidur adalah 29 buah. Melalui surat Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 171/Menkes/SK/III/1994 RSUD Dr. M.M Dunda Limboto

ditetapkan menjadi RSUD kelas C yang peresmiannya pada tanggal 19 September

1994 bersamaan dengan penggunaan nama Dr. Mansyoer Mohamad Dunda. Nama

rumah sakit tersebut diambil dari nama seorang putra daerah perintis kemerdekaan

yang telah mengabdikan dirinya dibidang kesehatan sehingga diabadikan menjadi

nama rumah sakit umum daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo

dengan berkedudukan sebagai unit pelaksana pemerintah Kabupaten Gorontalo di

bidang pelayanan kesehatan masyarakat.

Dalam perkembangannya RSUD Dr. M.M Dunda Limboto menjadi badan

pengelola berdasarkan SK. Bupati Gorontalo Nomor 171 Tahun 2002 tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum daerah Dr. M.M Dunda

Limboto Kab. Gorontalo. Dengan ditetapkannya sebagai Badan Layanan Umum

51
Daerah maka sejak tahun anggaran 2001, RSUD Dr. M.M Dunda Limboto mulai

dikembangkan secara bertahap, dengan mempunyai kapasitas 239 tempat tidur

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.03.05/I/1077/2011,

RSUD Dr. M.M Dunda Limboto berubah tipe menjadi Kelas B.

3.1.2 Visi dan Misi Ruangan Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto Kab.

Gorontalo

Visi Menjadi Ruangan MPKP di Rumah Sakt DR. MM. DUNDA Limboto

Misi 1) Kesetiaan dan Pengabdian Modal dalam Pelayanan Kami

2) Meningatkan Kesejahteraan Staf/ Ruangan Bedah

Filosofi Keselamatan dan kesembuhan pasien adalah kebanggaan kami.


Motto Bekerja keras, bergerak cepat dan bertinda tepat.
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
3.1.3 Profil Ruangan IrinaE (Bedah)

Ruangan Irina E (Bedah) adalah salah satu ruangan yang ada di RSUD. Dr.

M.M Dunda Limboto yang merupakan tempat rawat inap penanganan pada pasien

yang mengalami trauamatologi. Ruang Irina E (Bedah) terdiri dari beberapa ruangan

yaitu, ruangan kelas 1 Pria terdiri dari 1 kamar, ruangan kelas 1 Wanita terdiri dari 1

kamar, ruangan kelas II Wanita terdiri 1 kamar, ruangan kelas III Wanita terdiri dari 1

kamar, ruangan kelas III Pria terdiri 1 kamar, ruangan VIP II terdiri dari 1 ruangan,

ruangan perawat 1 dan 1 ruang untuk kepala ruangan dan 1 kamar mandi khusus

perawat.

52
Tenaga yang bertugas di ruang Irina E (Bedah) terdiri dari Perawat berjumlah

15 orang. Untuk perawat dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan sebanyak 10

orang, Pendidikan sarjana keperawatan 2 orang, Pendidikan profesi ners sebanyak 3

orang dan D1 Kesehatan sebanyak 1 orang serta tenaga administrasi sebanyak 1

orang. Ruangan Irina E (Bedah) menggunakan metode tim berdasarkan struktur yang

terdapat pada ruangan. Ruang Irina E (Bedah) memiliki 27 buah bed, lemari pasien

24 buah, kursi roda sebanyak 3 buah, brankar 1 buah, jam dinding 1 buah, kamar

mandi perawat 1 buah dan kamar mandi untuk pasien 9 buah namun rusak 2 buah,

wastafel 1 buah, tempat sampah 2 buah, tiang infus 27 buah, hand drub 9 buah yang

terdapat di depan ruanga pasien, tensi meter 1 buah, stetostop 1 buah, gunting perban

1 buah, nierbeken 1 buah, bak instrumen 3 buah, tromol kasa 1 buah, termometer 1

buah, tempat sampah besar 2 buah, timbangan berat badan 1 buah, dorongan

instrumen 1 buah, nebulizer 1 buah, lemari 2 buah, Telepon 1 buah.

53
3.1.3 Denah Ruangan Irina E (Bedah)

Skala 1:200 cm
Gambar 3.1. Denah Ruangan Irina E (Bedah)

54
3.1.4. Alur Pasien Masuk Ruangan Irina E (Bedah) RSUD Dr. M.M Dunda

Limboto

Gambar 3.2. Alur Penerimaan Pasien Baru Irina E (Bedah) M.M Dunda Limboto

55
1.1.4. Struktur Organisasi Ruang Irina E (Bedah) RSUD Dr. M.M Dunda

Limboto

1.2.

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Ruang Irina E (Bedah) RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto

56
3.2. Analisa Situasi Ruangan (Berdasarkan Analisa SWOT)

1.2.1. M1 (Man / Ketenagaan)

1. Sumber Daya Manusia

Dalam mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat ruangan Bedah

RSUD Dr. M.M Dunda Limboto memiliki jumlah tenaga kerja, sebagai berikut:

Tabel 3.1. Distribusi Ketenagaan berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di Ruang


Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto pada Bulan Desember 2019
N
o Spesifikasi pekerjaan Jumlah Persen
1 Perawat 15 88,24%
2 Administrasi 1 5,88%
3 Evakuasi 1 5,88%
Jumlah 17 100%
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel di atas, rata – rata spesifikasi pekerjaan di ruang Bedah

yang paling banyak adalah jumlah perawat yaitu terdapat 15 orang (88,24%)

Tabel 3.2. Distribusi Ketenagaan berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang


Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto pada Bulan Desember 2019
Pendidikan Jumlah Persen
o
Profesi ners 3 17,7%
. S1 Keperawatan 2 11,7%
D3 Keperawatan 10 58,9%
. D4 Keperawatan - -
D1 Kesehatan 2 11,7%
. SMA - -

57
.
Jumlah 17 100%
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel di atas ketenagaan di Ruang Bedah Untuk tingkat

pendidikan rata-rata yang terbanyak adalah DIII keperawatan sebanyak 10 perawat

(58,9%), kemudian Ners sebanyak 3 perawat (17.7%), S1 Keperawatan sebanyak

2 orang (11,7%) dan juga terdapat DI Kesehatan 2 orang (11,7%) yang merupakan

admin ruang bedah dan evakuasi.

Hal ini belum sesuai, dikarenakan berdasarkan pembagian tenaga

keperawatan berdasarkan intermountain health care seharusnya komposisi tenaga

yang diperlukan yakni 58% S1+ Ners sejumalah 58% x 19 = 11.02 atau 11 orang,

dan 26% DIII keperawatan atau sejumlah 26 % x 19 = (4 orang) .

Tabel 3.3. Distribusi Ketenagaan berdasarkan Masa Kerja di Ruang Bedah


RSUD Dr. M.M Dunda Limboto pada Bulan Desember 2019
Masa Kerja Jumlah Persen
o
≥ 5 Tahun 10 58,83 %
. < 5 tahun 7 41.17%

.
Jumlah 17 100%
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel di atas, tenaga keperawatan di ruangan Bedah memiliki

pengalaman kerja paling tinggi rata-rata ≥ 5 tahun (58,83 %)

Tabel 3.4. Distribusi Ketenagaan berdasarkan Pelatihan yang diperoleh di


Ruang Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto pada Bulan Desember 2019

o Pelatihan Jumlah Persen

58
BHD 17 100%
. BTCLS 3 17,6%
BTCLS+CWCCA+CWBT 2 11,7%
. BTCLS+BHD 2 11,7%
ICU DASAR 1 5,8%
. PELATIHAN PRESEPTOR 2 11,7%
SHIP
.

Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel di atas, terdapat perawat yang sudah memperoleh

pelatihan tambahan antara lain pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) sebanyak 17

orang (100%), BTCLS sebanyak 3 orang (17,6), BTCLS+CWCCA+CWBT

sebanyak 2 orang (11,7%), BTCLS+BHD sebanyak 2 orang (11.7%) dan pelatihan

ICU Dasar sebanyak 1 orang (5,8) serta pelatihan Preceptor Ship sebanyak 2 orang

(11,7%).

2. Kebutuhan Tenaga

Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di ruangan Bedah dapat diterapkan

beberapa Formula yaitu :

a. Rumus Gillies

Ruangan Bedah Rumah Sakit MM. Dunda Limboto berkapasitas 27 tempat

tidur, jumlah rata-rata pasien yang dirawat 19 orang per hari. Kriteria pasien

yang dirawat tersebut adalah 3 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 14

orang perlu diberikan perawatan sebagian dan 2 orang harus diberikan

59
perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu S1 Ners dan D-3

Keperawatan.

1) Menentukan terlebih dahulu jam perawatan yang dibutuhkan pasien

perhari, yaitu:

(a) Perawatan langsung

- Self care 3 orang x 2 jam = 6 jam


- Partial care 14 orang x 3 jam = 42 jam
- Total care 2 orang x 6 jam = 12 jam
Jumlah = 60 jam

(b) Perawatan tidak langsung : 19 orang x 1 jam = 19 jam

(c) Penyuluhan kesehatan :19 orang klien x 0. 25 jam = 4.5 jam

Total jam secara keseluruhan adalah = 83.5 jam


2) Menentukan jumlah total jam perawatan yang dibutuhkan per klien

perhari adalah 83. 5 jam :19 orang klien = 4.39 jam/klien/hari.


3) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan

Bedah adalah langsung dengan menggunakan rumus Gillies yaitu:

A×B×C F
Rumus= = =H
(C – D ) × E G
4,39 jam /klien/hari ×19 orang /hari× 365 hari 34.189 jam/hari
H= =
( 365 hari – 96 hari/tahun ) ×7 jam 1.883 jam /tahun
= 18,16 orang
= 18 orang
20% × 18 = 3.6 ( 4 orang), Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara
keseluruhan 18 + 4 = 22 orang

60
4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang di butuhkan
perhari, yaitu:
Rata−rata klien/hari ×rata−rata jam perawatan /hari
Rumus=
Jumlah jam kerja/ jam
19 orang /hari ×4.39 jam perawat /har i
¿
7 jam
= 11.9 orang (12 orang)
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan perhari adalah 12 orang

5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift yaitu

dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990)

a) Proporsi dinas pagi 47 % x 12 Orang = 5.64 = 6 orang

b) Proporsi dinas sore 36 % x 12 Orang = 4.32 = 4 orang

c) Proporsi dinas malam 17 % x 12 Orang = 2.04 = 2 orang

b. Rumus Rasio

Analisa Kebutuhan tenaga perawat di ruang Bedah berdasarkan rumus Rasio

(dalam Nursalam, 2016), sebagai berikut:

1) Rumah sakit Y tipe B dengan jumlah tempat tidur 200 buah, maka seorang

pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga

keperawatan adalah 1/1 X 200 = 200. Jadi, jumlah tenaga perawat yang di

butuhkan untuk rumah sakit tersebut adalah 200 orang.

61
2) Bila rumah sakit Tipe C dengan jumlah tempat tidur 100 buah, maka

jumlah tenaga perawat yang di butuhkan adalah 2/3 X 100 = 67, maka

jumlah tenaga perawat yang dibuthkan adalah 67 orang.

3) Bila rumah sakit tipe D dengan jumlah tempat tidur 75 buah, maka jumlah

tenaga perawat yang dibutuhkan adalah : 1/2 X 75 = 38maka jumlah tenaga

perawat yang dibutuhkan adalah = 38 orang.

Dari data di atas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Analisa kebutuhan

tenaga keperawatan RSUD Dr. M.M Dunda Limboto dengan menggunakan metode

Rasio.

1) Rumah sakit M.M Dunda Limboto merupakan Rumah sakit tipe B dengan

jumlah tempat tidur yang berada di ruangan Bedah berjumlah 27 Buah, jika

dimasukan dalam rumus rasio maka didapatkan hasil X27 = 27 perawat.

2) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan di ruang Bedah

menurut Depkes (2005) (dalamNursalam, 2016), sebagai berikut:

Untuk menentukan jumlah tenaga di Ruang Bedah menurut rumus Depkes

(2005), maka ditentukan terlebih dahulu rata-rata jam perawatan. Rata-rata jam

perawatan/pasien/hari pada ruangan Bedah 4,39 jam, jumlah pasien di ruangan Bedah

19 pasien. Maka jumlah jam perawatan / hari 19 x 4,39 jam = 83,41 jam.

62
83,41 jam 83,41 jam
Jumlah tenaga yang di perlukan = ¿ = 14 orang
6 jam 6 jam

Untuk menghitung jumlah tenaga tersebut perlu di tambah (factor koreksi)

denganhari libur/cuti/hari besar (loss day).

Loss Day = (Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + Cuti + Hari besar ) x Jumlah
perawat
Jumlah hari kerja efektif

78 ×15
¿ =4
286

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan

seperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,kebersihan alat-alat

makan pasien,dll. di perkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan.

(Jumlah Tenaga Keperawatan +Loss Day) x 25%; [(15 + 4) x 25% = 4,75]

Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + factor koreksi (15 + 5 ) = 19 (Perawat).

Sehingga tenaga yang dibutuhkan dalam ruangan Bedah menggunakan rumus

DEPKES (2005) (dalam Nursalam, 2015) adalah sebesar 19 perawat. Berdasarkan

perhitungan menurut metode Rasio, maka ruang Bedah membutuhkan tenaga perawat

sebanyak 19 orang. Sedangkan hal ini tidak sesuai dengan jumlah perawat yang ada

di ruangan Bedah yang berjumlah 15 orang ditambah dengan tenaga administrasi 1

orang.

c. Hasil Observasi dan Wawancara

Hasil Observasi pada tgl 26-12-2019 didapatkan bahwa tenaga perawat di

ruang Bedah belum sesuai dengan standar yang ditentukan dilihat dari metode

63
rasio dan rumus Depkes yang digunakan di RSUD M.M Dunda Limboto. Hasil

wawancara dengan kepala ruangan dan beberapa perawat ruangan Bedah bahwa,

memang benar tenaga perawat di ruangan sudah cukup sebanding dengan jumlah

pasien karena dari penilaian kepala ruangan bahwa teman-teman perawat bisa

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam ruangan dan sampai saat ini

belum ada keluhan dari teman-teman perawat. Kepala ruangan juga menambahkan

untuk perekrutan tenaga kerja perawat baru adalah wewenang dari bidang

keperawatan dan ditetapkan oleh bidang SDM.

64
Tabel 3.5. Daftar Tenaga Kerja di Ruang Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto pada Bulan Desember 2019

Nama Job Pendidikan Golong Lama Kerja


o Description Terakhir an
Ns. Eli Kusrini Karu Ners PNS 1.3 Tahun
. Alis Marali Ketua Tim 1 S1 PNS 10 Tahun
Meylan Sideni Ketua Tim 2 D-3 PNS 10 Tahun
. Wirta A. Yusuf Perawat D-3 Kontrak 6 Tahun
Inggrid C.R. VanPelaksana S1 PNS 9 Tahun
. Gobel Perawat D-3 PNS 3 Tahun
Lisnawati Bagu Pelaksana D-3 Abdi 2 Tahun
. Desti Susi Lariwu Perawat D-3 PNS 12 Tahun
Sri YuliantiPelaksana Ners Abdi 2 Tahun
. Pomalingo Perawat Ners Kontrak 7 Tahun
Ns. Nurhayati Abdul Pelaksana D-3 Kontrak 4 Tahun
. Ns. Olis Ishak Perawat D-3 Kontrak 9 Tahun
Abdul Gaib Sila Pelaksana D-3 Kontrak 1 Tahun
. Nurul Hak. AMK Perawat D-3 Kontrak 6 Tahun
Moh. Arief Rachman Pelaksana D-3 Kontrak 2 Tahun
. Bobiyanto Kasim Perawat D-1 Kontrak 11 Tahun
Hendra Suratinoyo Pelaksana D-1 Kontrak 8 Tahun

65
. Cindra Tangahu Perawat
Cindra Angio Pelaksana
0. Perawat
Pelaksana
1. Perawat
Pelaksana
2. Perawat
Pelaksana
3. Perawat
Pelaksana
4. Administrasi
Pekarya
5.

6.

7.
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

66
d. BOR (Bed Occupancy Ratio)

Tabel 3.6. Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruangan Bedah


RSUD Dr. M.M Dunda Limboto September-November 2019

Bulan
No Uraian Total
Juli Agustus September
1. Total dirawat 157 146 137 440
2. Jumlah hari rawat 565 550 572 1687
3. Pasien keluar 157 146 137 440
4. Hidup 157 145 137 439
5. Mati - 1 - 1

Sumber: MEDREK RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan hasil pengkajian 3 bulan terakhir di ruangan Bedah RSUD

MM Dunda Limboto, didapatkan jumlah pasien yang dirawat pada bulan

Juli 157 pasien dengan hari rawat sebanyak 565 hari dengan jumlah pasien

keluar sebanyak 157 pasien hidup dan 0 pasien meninggal. Pada bulan

Agustus sebanyak 146 pasien dengan jumlah hari rawat sebanyak 550 hari

dan jumlah pasien keluar sebanyak 145 pasien hidup dan 1 pasien

meninggal, serta pada bulan September terdapat 137 total pasien dengan

jumlah hari rawat 572 hari dan jumlah pasien keluar sebanyak 137 orang

hidup dan tidak ada yang meninggal.

70
Tabel 3.7. BOR di Ruangan Bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
September- November 2019
No Periode Jumlah pasien Jumlah bed BOR

1. Juli 157 27 bed 67,50%

2. Agustus 146 27 bed 65,71%

3. September 137 27 bed 70,61%

Sumber:MEDREK RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jumlah pasien pada bulan

Juli yaitu sebanyak 157 pasien, bulan Agustus sebanyak 140 pasien, dan

bulan November sebanyak 89 pasien. Adapun jumlah tempat tidur

sebanyak 27 TT. Periode = 3 bulan, sehingga :

Menghitung BOR dalam satu bulan

Pada bulan Juli :


565
BOR= × 100% = 67,50%
27 ×31

Pada bulan Agustus :


550
BOR= × 100% = 65,71%
27 ×31

Pada bulan September:


572
BOR= × 100% = 70,61%
27 ×30

Sehingga dapat disimpulkan untuk periode Juli-September :


1687
BOR= × 100% = 67,91%
27 × 92

71
BOR dari hasil pengkajian pada 3 bulan terakhir di dapatkan bahwa

pada ruang perawatan Bedah berdasarkan perhitungan Depkes adalah

67,91%, dimana nilai BOR optimal adalah 60%-85%. Presentase BOR 60% -

85% per tahun merupakan standar nilai dari departemen kesehatan RI,

Apabila rata-rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah 60% berarti

tempat tidur yang tersedia di rumah sakit belum dapat dimanfaatkan

sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari 85% maka hal itu akan

mengakibatkan tempat tidur yang seharusnya bisa digunakan pasien kejadian

luar biasa (KLB) akan terisi penuh sehingga rumah sakit tidak akan mampu

menampung pasien yang akan dirawat. Selain itu juga untuk menghindari

tidak adanya waktu untuk pembersihan kamar pasien yang dirawat karena

hampir semua tempat tidur per harinya lebih 85% sehingga dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan infeksi nosokomial DEPKES (2005)

(Nursalam, 2016). BOR diruangan bedah pada periode Juli-September dapat

dikatakan dalam rentang optimal yakni 67,91%.

Masalah M1 (Ketenagaan)

1. Tenaga Perawat di ruangan masih kurang memiliki pelatihan keperawatan

khusus ruangan Bedah.

2. Kurangnya tenaga perawat (tidak sesuai dengan jumlah ketergantungan

pasien menurut rumus gillies, rasio dan depkes 2005)

3. Tidak ada rincian program Kepala Ruangan dan Katim

72
3.2.1. M2 ((Material / Sarana Dan Prasarana)

a. Lokasi

1) Lokasi penerapan proses profesi manajemen keperawatan yang

digunakan dalam kegiatan profesi ners keperawatan UNG di ruang

Bedah / Irina E, sebagai berikut:

a) Sebelah utara pintu masuk

b) Sebelah selatan ruang isolasi

c) Sebelah barat ruang irina H

Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan ruang

Irina E (Bedah) dapat diketahui bahwa:

2) Pencahayaan

Terang di semua ruang dengan pencahayaan yang cukup dan

adekuat untuk observasi klinis, dengan jumlah 7 lampu. Yang terdapat

di kelas I wanita 1 lampu, kelas I pria 1 lampu, kelas III pria 1 lampu,

kelas III pria 1 lampu, kelas II wanita 1 lampu, VIP II 1 lampu, Kelas

III pria (II) 1 lampu, kelas II pria 1 lampu.

3) Ventilasi

Terdapat ventilasi dan jendela disetiap ruangan. Namun, ada

beberapa ruangan yang tidak terdapat paparan cahaya matahari seperti

diruang VIP II, kelas III pria I, kelas I pria dan kelas I wanita.

4) Lantai dan Atap

Lantai keramik, bersih dan kering. Bagian atap di ruang bedah

terpakai tripleks.

73
5) Dinding

Kondisi dinding disetiap ruangan terpakai keramik dan dinding

beton yang cukup kuat hampir disemua ruangan, kecuali di ruang kelas

I wanita dindingnya sudah retak.

6) Sarana air bersih

Memiliki 1 kamar mandi di beberapa kamar pasien dan airnya

cukup bersih, kecuali di ruang kelas III pria 2 yang kamar mandinya

tidak bisa dipakai buang air besar.

7) Pembuangan air limbah

Tidak lancar di beberapa ruangan, seperti di ruang kelas III pria 2.

8) Tempat sampah medis dan non medis terpisah.

9) Terdapat handscrub disetiap pintu ruangan pasien.

10) Ruang rawat memiliki 7 colokan. Yang terdapat di kelas I wanita 1

colokan, kelas I Pria 1 colokan, kelas III pria 2 1 colokan, kelas III

wanita 1 colokan, kelas II wanita 2 colokan, VIP 2 colokan, dan

kelas III pria 1 2 colokan, kelas II pria 1 colokan.

Ruang bedah memiliki 27 tempat tidur dengan klasifikasi: kelas 1

wanita 2 tempat tidur, kelas 1 pria 2 tempat tidur, kelas II Pria 3 tempat

tidur, kelas II Wanita 3 tidur, kelas III pria 1, 5 tempat tidur, kelas III

Pria 2, 5 tempat tidur, kelas III wanita 5 tempat tidur, VIP I 1 tempat

tidur, VIP II 1 tempat tidur.

74
b. Peralatan dan Fasilitas

1) Fasilitas untuk Pasien

Tabel 3.8. Fasilitas untuk Pasien


Nama Juml Kond
Ideal Usula
o Barang ah isi n
Tempat Tidur 27 Baik 1:1 -
Lemari Perlu
24 Baik 1:1
Pasien ditambah
2-3
Kursi Roda 3 Baik -
/ruangan
1/ruan Perlu
Jam Dinding - -
gan ditambah
1/ruan
Tiang Infuse 27 Baik -
gan
Kamar 2 1/ruan Perlu
9
Mandi/Wc rusak gan diperbaiki
1/ruan Perlu
Westafel - -
gan ditambah
Sumber: Data Primer, 2020.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepala ruangan,

untuk tempat tidur yang ada dalam kamar pasien diruang bedah dalam

kondisi baik, untuk lemari pasien masih kurang, jika di sesuaikan

dengan tempat tidur pasien sebaiknya lemari pasien ditambah 2. Selain

itu, di setiap kamar pasien juga tidak memiliki jam dinding diharapkan

untuk setiap kamar pasien memiliki 1 jam dinding. Selain itu, disemua

ruangan tidak memiliki wastafel. Sebaiknya disetiap ruangan terdapat

wastafel. Selain itu, kamar mandi/wc juga perlu diperbaiki diruangan

kelas III pria 2 dan Kelas III pria 1.

2) Fasilitas untuk Petugas


Tabel 3.9. Fasilitas untuk Petugas

75
Ju Kond Usula
Nama Barang Ideal
o mlah isi n
1/ruanga
Ruang Kepala Ruangan 1 Baik -
n
1/ruanga
Nurse Station 1 Baik -
n
Kamar mandi 1/ruanga
1 Baik -
perawat/Wc n
Ruang perawat 1/ruanga Perlu
- -
administrasi n Ditambah
1/ruanga Perlu
Ruang BHP - -
n Ditambah
1/ruanga Perlu
Ruang Tindakan - -
n Ditambah
Sumber: Data Primer, 2019.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 24

Desember 2019, didapatkan bahwa ruang kepala ruangan terdapat 1

ruangan sendiri yang digabung dengan ruangan nurse station, didalam

ruangan kepala ruangan terdapat 1 kipas angin yang besar, terapat 1

meja dan 2 kursi. Ruang nurse station memiliki 1 ruangan yang cukup

besar dan berada ditengah ruangan dan didepan kamar pasien (Kelas III

wanita) dimana diruang tersebut terdapat 2 kipas angin, 1 dispenser, 5

kursi pendek dan 2 kursi panjang, 1 kulkas, 3 lemari obat, 1 watafel, 1

troli instrumen, 1 tempat sampah medis dan 1 tempat sampah non-

medis, dan 1 jam dinding. Terdapat Struktur organisasi didalam ruangan

terdapat hak dan kewajiban pasien, tata tertib penjaga atau pengujung

pasien, denah alur masuk ruangan, denah ruangan, visi-misi ruangan,

alur pre-post confrence dan alur timbang terima.

3) Alat Kesehatan

Tabel 3.10. Alat Kesehatan


Nama Jum Kon Ideal Usulan

76
o Barang lah disi
Sterilisator Perlu
- - 1/ruangan
ditambah 1
Suction Perlu
- - 2/ruangan
ditambah 1
Kursi roda 2-
3 Baik -
3/ruangan
Tensimeter Perlu
1 Baik 2/ruangan
ditambah 1
Tabung O2 Perlu
2 - 2/ruangan
Diperbaiki
Stetoskop Perlu
1 Baik 2/ruangan
ditambah 1
Pinset Perlu
1 Baik 2/ruangan
Anatomis ditambah 1
Pinset Perlu
- - 2/ruangan
Sirurgis ditambah 2
Gunting Perlu
1 Baik 2/ruangan
Perban ditambah 1
Nierbeken Perlu
1 Baik 3/ruangan
0 ditambah 2
Bak
3 Baik 1/ruangan -
1 Instrumen
Turniket Perlu
1 Baik 2/ruangan
2 ditambah 1
Kom Perlu
1 Baik 2/ruangan
3 ditambah 1
Gunting Perlu
1 Baik 5/ruangan
4 Jaringan ditambah 4
Tromol Perlu
1 Baik 4/ruangan
5 Kasa ditambah 3
Standar Perlu
25 Baik 1:1
6 Infus ditambah 1
Termometer
1 Baik 1/ruangan -
7
Tempat
Perlu
8 sampah besar 2 Baik 1/ruangan
ditambah 1
tutup
Hammer Perlu
- - 1/ruangan
9 medis ditambah 1
Timbang BB
1 Baik 1/ruangan -
0
Dorongan
1 Baik 1/ruangan -
1 Instrumen
Ambubag 1 Baik 1/ruangan -

77
2
Nebulizer
1 Baik 1/ruangan -
3
EKG
1 Baik 1/ruangan -
4
Alat
5 pemadam 1 Baik 1/ruangan -
kebakaran
Lemari
2 Baik
6
Telpon
1 Baik 1/ruangan -
7
Brankar
1 Baik 1/ruangan -
8
Sumber: Data Primer 2019 dan Nursalam (2015).

Berdasarkan hasil observasi alat kesehatan di Ruangan Bedah / irina

E sudah memiliki fasilitas alat medis yang dibutuhkan dalam tindakan

keperawatan. Tapi masih ada beberapa alat yang belum ada sterilisator,

suction, pinset sirurgis, Hammer medis, untuk tabung O2 perlu diperbaiki

dan ada juga alat yang perlu diganti seperti tensi. Untuk alat kesehatan

yang berhubungan dengan bedah sudah berada di ruangan CSSD, jika

diperlukan maka akan diambil di ruangan CSSD. Berdasarkan hasil

wawancara dengan kepala ruangan, beliau mengatakan bahwa alat-alat

diruangan sudah cukup dan tidak perlu menambah alat-alat perawatan

pasien.

c. Administrasi Penunjang

3.11.Administrasi Penunjang
No Nama Barang Ketersediaan
1 Daftar pemberian obat Ada
2 Buku Observasi Ada
3 Lembar dokumentasi Ada
Buku observasi suhu dan nadi /
4 Ada
grafik

78
5 Buku timbang terima Ada
6 SOP Ada
7 SAK Ada
9 Leaflet Ada
Sumber: Data primer, 2019.

1) Daftar Pemberian Obat

Berdasarkan hasil observasi diruang bedah memiliki daftar

pemberian obat dilembaran yang diklep pada papan ujian. Saat ada

obat yang perlu diberikan perawat sudah menuliskan obat tersebut di

daftar pemberian obat.

2) Buku Observasi

Berdasarkan hasil observasi tidak terdapat buku TTV, namun yang

disediakan berupa lembaran yang diklep didalam map dan digunakan

saat melakukan TTV pada shift pagi, sore maupun malam.

3) Lembar Dokumentasi

Berdasarkan hasil observasi lembar dokumentasi keperawatan

digunakan untuk pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, intervensi/tindakan keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

4) Buku observasi suhu dan nadi / grafik

Berdasarkan hasil observasi di ruang bedah / irina E, observasi

suhu dan nadi / grafik sudah terdapat disetiap status pasien.

79
5) Buku timbang terima

Pada ruang bedah / irina E ini terdapat buku timbang terima

(SBAR) yang digunakan oleh perawat dalam melakukan timbang

terima. Timbang terima beupa (SBAR) dilakukan setiap pergantian

shift kerja dan sudah dioptimalkan dengan baik.

6) SOP

Pada ruang Bedah/irina E terdapat buku kumpulan standar

operasional prosedur (SOP) yang digunakan pada setiap perawat dalam

memberikan tindakan keperawatan kepeada pasien.

7) SAK

Standar asuhan keperawatan juga digunakan pada ruangan bedah /

irina E ini, dimana perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ada.

8) Leaflet

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 24 Desember 2019 di

ruang bedah terdapat leaflet diruang kepala ruangan namun leaflet

tersebut tidak diberikan kepada pasien ataupun keluarga yang pindah

ruangan maupun yang akan pulang.

Masalah M2 (Sarana dan prasarana)

Berdasarkan hasil observasi didapatkan masalah pada M2 yaitu:

80
a. Jam dinding dan westafel di kamar pasien belum tersedia dengan

perbandingan 1:1 yang artinya setiap ruangan pasien harus ada jam

dinding dan wastafel. kamar mandi/wc ada beberapa yang sudah tidak bisa

digunakan, dan atap dikamar pasien baru menggunakan tripleks, kamar

pasien kelas II pria dan kelas III pria rusak pada bagian plafon.

b. Ruangan administrasi belum ada, diharapkan dapat ditambahkan. Peralatan

administrasi juga masih sangat terbatas, seperti komputer dan printer.

Untuk Wc juga hanya terdapat 1 dan untuk safety box hanya menggunakan

kardus.

c. Untuk alat kesehatan masih ada beberapa yang harus di tambahkan yaitu

seperti sterilisator, suction, pinset sirurgis, Hammer medis, untuk tabung

O2 perlu diperbaiki dan ada juga alat yang perlu diganti seperti tensi.

3.2.3 M3 (Method / Metode)

1) Penerapan MPKP

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu system

(strktur, proses dan niali-nilai) yang memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk

menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP merupakan suatu model

yang memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan

otonominya dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi

pelayanan/asuhan keperawatan yang di berikan kepada pasien (Hofiart &

Woods, 1999 dalam Hidayah, 2014).

81
Berdasarkan hasil kuisioner & wawancara mengenai model asuhan

keperawatan profesional yang digunakan di ruang Irina E (Bedah) di

RSUD DR. M.M DUNDA LIMBOTO menggunakan metode TIM,

dimana metode TIM ini sudah Digunakan selama ±10 tahun. Metode TIM

merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang

perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan kelompok melalui upaya kooperatif dan

kolaburatif. Di ruang Irina E (Bedah) terbagi atas 2 tim yang terdiri dari

masing-masing tim 5-6 orang. Dimana tiap perawat dalam tim tersebut

mempunyai tanggung jawab pada setiap pasien tetapi dalam melakukan

tindakan keperawatan dilakukan pada semua pasien.

Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar perawat di ruang Irina E

(Bedah) sudah memahami metode TIM yang digunakan. Akan tetapi,

berdasarkan hasil yang wawancara dan kuisioner dari 15 perawat 3

perawat menyatakan bahwa metode TIM yang digunakan saat ini dapat

menyulitkan dan memberikan beban kerja bagi perawat itu sendiri.

misalnya berdasarkan observasi yang kami lakukan selama 7 hari di

ruangan perawat yang dinas pagi hanya 5 orang perempuan dan 1 perawat

laki-laki. Sementara untuk dinas banyak tindakan yang harus dilakukan

seperti merawat luka, mobilisasi dll yang perlu tenaga besar .

2) Timbang Terima/Hand Over

82
Timbang terima atau hand over adalah suatu cara dalam

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan pasien (Nursalam, 2011). Dari hasil observasi di ruangan irina E

Bedah RSUD MM Dunda Limboto operan dilakukan tiga kali sehari, yaitu

pada pergantian shift malam ke pagi (08.00) pagi ke sore (pukul 14.00)

dan sore ke malam (pukul 20.00).

Dari hasil observasi selama 7 hari timbang terima yang dilakukan

oleh perawat di ruangan irina E/Bedah belum optimal, karena berdasarkan

observasi sebagian perawat pergantian shift melakukan operan di ruangan

pasien dan masih ada beberapa perawat yang hanya melakukan operan di

nurse station serta timbang terima tidak dilakukan tepat waktu. Dan pada

saat operan perawat pergantian shift hanya menyampaikan nama pasien,

diagnosa medis, tindakan kolaboratif pada pasien tetapi perawat pergantian

shift tidak memperkenalkan nama pada pasien di ruangan sehingga dinilai

belum efektif

Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan pada operan, semua perawat

dapat menyebutkan dengan benar dan menyiapkan hal-hal yang akan

dibutuhkan dalam operan, meliputi buku operan dan SBAR. Tetapi untuk

hal yang disampaikan selama operan belum sesuai standar yang ada.

Sementara susunan timbang terima yang seharusnya adalah dimana

perawat menyampaikan nama pasien, diagnosa medis, diagnosa

keperawatan dan instruksi dokter serta planning.

83
Untuk tindakan keperawatan kadang perawat tidak

menyampaikannya. Sesuai standar operasional timbang terima yang harus

disampaikan KARU/Penanggung jawab shift adalah membuka acara dan

salam, PJ shift yang memberikan operan, menyampaikan (kondisi pasien,

diagnosa keperawatan, tindakan yang sudah dilakukan, hasil Askep, tindak

lanjut untuk shift berikutya perawat), perawat shift berikutnya

mengklarifikasi. Pelaporan operan khusus di ruang irina E/Bedah RSUD

MM Dunda Limboto dicatat dalam buku laporan yaitu SBAR

3) Pre dan Post Conference

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana

setelah selesai timbang terima untuk rencana kegiatan pada shift tersebut

yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Post conference

adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan

sepanjang shift dan sebelum timbang terima pada shift berikut.

Secara umum tujuan conference adalah untuk menganalisa

masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternative penyelesaian

masalah, mendapat gambar berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi

masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan

kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara

yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (Seniwati, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan beberapa

perawat diruangan Bedah didapatkan bahwa di ruangan Bedah ada

kegiatan pre dan post conference namun belum berjalan secara optimal

84
karena kendala yang didapatkan sulit untuk mengumpulkan semua perawat

yang akan mengikuti pre dan post conference dengan lengkap karena

beberapa perawat yang hadir tepat waktu saat pergantian shift.

4) . Ronde Keperawatan

Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanankan oleh perawat

disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan

keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan

konselor, kepala ruangan, dan perawat asosiet yang perlu juga melibatkan

seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2016). Sebagaimana yang

dijelaskan oleh Nursalam (2016), ronde keperawatan memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Klien dilibatkan secara langsung.

b. Klien merupakan fokus kegiatan.

c. PA, PP dan perawat konselor melakukan diskusi bersama.

d. Perawat konselor memfasilitasi kreativitas.

e. Perawat konselor membantu mengembangkan kemampuan.

f. PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi

masalah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan Irina E

Bedah pada tanggal 23-26 Desember 2019 didapatkan bahwa perawat di

85
ruang Bedah sudah mengerti dengan adanya ronde keperawatan, namun

dari hasil wawancara sebagian besar mengatakan tidak pernah melakukan

ronde keperawatan dalam sebulan. Hal ini dikarenakan pasien yang

dirawat di ruangan rata-rata lama rawatan sebanyak 5 hari. Jika terdapat

pasien yang sulit ditangani atau tidak bisa ditagani dan atau memiliki lama

rawatan yang panjang maka pasien tersebut akan dirujuk. Hal ini tidak

sejalan dengan teori dari Nursalam (2015) yang mengatakan bahwa ronde

keperawatan dilakukan pada pasien yang mempunyai masalah yang belum

teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan, serta pada

pasien yang dengan kasus baru atau langkah.

Hasil wawancara juga didapatkan bahwa ruang bedah sangat

mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan, namun pelaksanaannya

belum optimal dikarenakan tidak ada pembentukan tim pelaksanaan ronde

keperawatan.

5) Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah pengolaan obat dimana seluruh obat yang

akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh

perawat (Nursalam, 2016). Tujuan dari sentralisasi obat itu sendiri adalah

mengobatan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan,

sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi

(Nursalam, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil kuisioner dengan perawat

di Irina E (Bedah) bahwa mereka paham tentang sentralisasi obat. Obat-

86
obatan oral dan obat injeksi ditempatkan di satu lemari obat yang sudah

dilengkapi dengan nama, tanggal lahir, bed dan ruangan pasien.

Sementara untuk obat-obatan seperti cairan IVFD, alat suntik, alat untuk

pemasangan infuse serta alcohol swab di letakkan di satu lemari obat

tersendiri tanpa dilengkapi identitas pasien.

Di ruang Irina E (Bedah) belum terdapat ruang sentralisasi obat

tersendiri dan format berdasarkan wawancara belum ada persetujuan

sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien. Alur sentralisasi obat di ruang

Irina E (Bedah) yakni obat yang diresepkan oleh dokter diberikan kepada

perawat kemudian perawat memberikan resep kepada keluarga pasien

untuk diambil di apotik. Dari apotik obat diserahkan kepada keluarga

pasien. Sampai di ruang Irina E (Bedah) keluarga pasien menyerahkan

obat ke perawat yang ada di nurse station dan perawat akan memberikan

obat ke pasien sesuai jadwal minum obat dari pasien itu sendiri. Dari hasil

wawancara hal itu dilakukan agar menghindari obat yang tercecer ataupun

kesalahan dalam waktu minum obat pasien.

6) Supervisi Keperawatan

Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk

memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar

mutu yang ditetapkan. Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan

dari manajemen keperawatan dan merupakan cara yang tepat untuk

menjaga mutu pelayanan keperawatan. Supervisi adalah teknik pelayanan

yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara

87
bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3F, yaitu Fair, Feedback, dan

Follow Up ( Nursalam, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa kegiatan supervisi

telah dilakukan oleh supervisor di RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto

namun untuk supervisi oleh kepala ruangan di ruangan Irina E belum

diterapkan dan belum adanya format laporan supervisi dan format

instrument yang akan disupervisi, saat ini Kepala ruangan melakukan

berupa evaluasi dokumentasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat

pelaksana dan bila ada perawat yang tidak melakukan tugas dengan baik

akan mendapatkan teguran/pengarahan dari kepala ruangan.

7) Penerimaan Pasien Baru (PPB)

Berdasarkan hasil kuesioner yang di sebarkan kepada 15 perawat di

ruang irina E (bedah) seluruh perawat bersedia untuk melakukan

penerimaan pasien baru. Dimana beberapa perawat setiap menerima pasien

baru memberikan penjelasan mengenai hak pasien, dan fasilitas dan

pelayanan yang didapat sesuai dengan ruangan. Selain itu mereka juga

melakukan pengkajian kembali pada pasien, dengan teknik yang

digunakan oleh perawat ada yang menggunakan lisan ada juga yang

menggunakan lisan Dan tulis. Untuk pendokumentasian pasien baru

beberapa perawat dari hasil jawaban kuesioner masih ada yang tidak

melakukan pendokumentasian, padahal hal tersebut merupakan hal yang

sangat penting dilaakukansaat melakukan pengkajisn pada pasien. Selain

88
itu dalam pemberian brosur saat penerimaan pasien baru belum tersedia

atau belum terlaksana diruangan bedah.

8) Discharge Planning

Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program

keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk kerumah

sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha

kerjasama antara kesehatan, keluarga, pasien dan orang yang penting bagi

pasien. Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang

terintegtasi yaitu antara perawat dan pasien(Nursalam, 2015).

Berdasarkan hasil kuesioner yang di sebarkan kepada 15 perawat

di ruang irina E (bedah) seluruh perawat mengerti dengan discharge

planning, perawat bersedia melakukan discharge planning, tehnik yang

digunakan saat pemberian discharge planning rata-rata menggunakan

tehnik secara lisan dan tertulis, dan selalu melakukan dokumentasi setelah

selesai melakukan discharge planning.

Selain itu, hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan

dan sebagian perawat ruangan, menyatakan bahwa discharge planning

telah dilakukan dengan baik, hanya saja untuk melakukan discharge

planning rata-rata perawat memberikan discharge planning hanya pada

saat pasien akan keluar Rumah sakit.

Sedangkan hasil observasi yang dilakukan kelompok dari tanggal

23-26 Desember 2019 mengenai discharge planning sampai saat ini

perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran

89
perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu

hanya berupa informasi tentang jadwal control ulang dan belum ada

pembagian leaflet/brosur.

9) Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau

dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi

mencakup aspek komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.

Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan terkadang sering

terabaikan oleh sebagian besar perawat. Manfaat dan pentingnya

dokumentasi keperawatan antara lain dari segi hukum, karena semua

catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan

bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara lengkap,

jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan atau perawat.

Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya

penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah. Dari segi

jaminan mutu (kualitas pelayanan), pencatatan data pasien yang lengkap

dan akurat akan memberi kemudahan perawat untuk menyelesaikan

masalah pasien serta untuk mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi

( Nursalam, 2015 ).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari tanggal 23-26

Desember 2019 bahwa saat pendokumentasian di Ruangan Irina E Bedah

sudah mempunyai format pendokumentasian yang baku. Responden juga

sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar dan

90
dilaksanakan tepat waktu. Sebanyak 10 responden mengatakan bahwa

model dokumentasi yang digunakan dapat menambah beban kerja dan 7

responden mengatakan menyita banyak waktu bagi responden.

Pendokumentasian sudah menggunakan pendokumentasian system

SBAR ( situation, background, assessment dan recommendation) yaitu

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang

memerlukan perhatian atau tindakan segera. Masalah keperawatan, dan

intervensi menggunakan pedoman NANDA NOC NIC yang dituangkan

dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi ( CPPT ).

Masalah M3 (Metode)

1. Timbang terima, Pre dan Post Conference sudah dilakukan tapi belum

optimal.

2. Ronde keperawatan belum dilaksanakan diruang Irina E/Bedah selama

3 bulan terakhir

3. Supervisi belum diterapkan secara diruangan

4. Belum ada pemberian brosur /leafleat discharge planning

5. Tidak dilakukan orientasi pasien diruangan

1.2.4 M4

a. Sistem Gaji dan Jasa Perawat

Tabel 3.12. Sistem Gaji dan Jasa Perawat

Golongan Gaji per Bulan


PNS Sesuai Golongan
Perawat Kontrak Rp. 800.000,00
Jasa Per bulan Perawat Sesuai Jumlah Pasien
Jaga Malam Perawat Makan malam Perawat

91
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa jumlah gaji PNS

disesuaikan dengan golongan masing – masing perawat, sedangkan untuk

tenaga perawat kontrak Ners dan D III Keperawatan gaji per bulan sebesar

Rp.800.000. Jasa perbulan perawat disesuaikan dengan jumlah pasien

yang masuk dan poin perawat. Sedangkan untuk jasa jaga malam perawat

diberikan makan malam yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit.

4. Sumber Pendapatan dan Tata Cara Penagihan

1) Jenis Pasien Masuk

a. BPJS

b. JKN

c. Umum

2) Cara pembayaran dan Penagihan

Pembayaran penagihan untuk pasien dengan jaminan maka

pembayaran dilakukan oleh asuransi, sedangkan untuk penagihan

pembayaran pelayanan untuk pasien umum pembayaran dilakukan di

Kasir Rumah Sakit. Adapun rincian pembiayan rawat inap bagi pasien itu

sendiri sebagai berikut :

3) Cara pembayaran dan Penagihan

Tabel 3.13. Cara pembayaran dan Penagihan

Sarana dan Pelayanan


No. Jenis Pelayanan
VIP Kelas I Kelas II Kelas III

1. Perawatan Rp. 250.000 Rp. 125.000 Rp. 75.000 Rp.35.000

2. Tindakan Sederhana Rp. 10.182 Rp. 7.887 Rp. 4.700 Rp.3.000

92
3. Tindakan Kecil Rp.35.005 Rp. 28.099 Rp. 20.610 Rp. 12.120

4. Tindakan Sedang Rp.85.624 Rp. 66.731 Rp.50.220 Rp.29.040

5. Tindakan Besar Rp. 161.270 Rp.139.950 Rp.89.700 Rp.51.640

6. Tindakan Khusus Rp.314.600 Rp.245.770 Rp.177.840 Rp.106.500

7. EKG Rp. 47.700 Rp.33.900 Rp.28.200 Rp.11.100

Tindakan Keperawatan

- Self Care Rp. 12.900 Rp.9.800 Rp.5.812 Rp.3.400


8.
- Parcial Care Rp. 17.114 Rp.12.900 Rp.7.998 Rp.4.600

- Total Care Rp.21.500 Rp.16.596 Rp. 9800 Rp.5.700

9. Gizi Rp.5.500 Rp.4.500 Rp.3.500 Rp.1000

10. Makanan Umum Rp.8.500 Rp.7000 Rp.5.500 Rp.1.500

Sumber : Data Primer 2019

5. Dana Kegiatan Ruangan Bedah

Berdasarkan hasil wawancara pada Administrasi dan Kepala Ruangan bahwa

biaya operasional dan biaya pembiayaan listrik,air dan telephone berasal dari

Bidang Penunjang yang ada di Rumah Sakit.Sedangkan dana untuk

pengembangan sarana dan prasana yang ada di ruangan juga berasal dari Bidang

Pengadaan di RSUD Dr.M.M. Dunda Limboto.

Masalah M4 ( Money) : Pembayaran jasa yang tidak tepat waktu

1.2.5 M5 (Marketing / Mutu)

93
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo sebagai badan

layanan umum menerima dan memberikan pelayanan bagi peserta asuransi

kesehatan seperti BPJS dan jaminan asuransi lainnya serta melayani pasien umum.

Dari hasil pengkajian pasien rawat inap di ruangan Bedah dari bulan September-

November 2019 didapatkan, sebagai berikut:

1. Rekapitulasi kunjungan rawat inap di ruangan Bedah

Tabel 3.14. Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruangan Bedah RSUD


Dr. M.M Dunda Limboto September-November 2019
Uraian Bulan
o Septem Okto Novemb To
ber ber er tal
Total dirawat 138 140 89 36
. Jumlah hari 550 505 316 7
rawat 138 140 89 13
. Pasien keluar 138 140 89 71
Hidup - - - 36
. Mati 7
36
. 7
-
.
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jumlah pasien yang dirawat pada

bulan September 138 pasien dengan hari rawat sebanyak 550 hari dengan jumlah

pasien keluar ada 138 pasien hidup 138 yang meninggal tidak ada, Pada bulan

Oktober ada sebanyak 140 pasien dengan jumlah hari rawat sebanyak 505 hari

dan jumlah pasien keluar ada 140 pasien hidup 140 dan yang meninggal tidak

ada, serta pada bulan November ada 89 pasien dengan hari rawat 316 hari dengan

jumlah pasien keluar ada sebanyak 84 orang hidup dan tidak ada yang meninggal.

94
2. Mutu Pelayanan
Secara umum, semua rumah sakit berupaya untuk menerapkan

penjaminan mutu pelayanan dan perawatan pasien. Hal tersebut dilakukan oleh

RSUD Dr. Dunda Limboto dimana telah menerapkan upaya penjaminan mutu

perawatan pasien, dengan adanya beberapa aspek penialaian di dalamnya,

diantaranya

a. Meningkatkan Mutu Pelayanan

Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari beberapa aspek,

antara lain:

Tabel 3.15. Distribusi Medication Error di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr.
M.M Dunda Limboto September-November 2019

Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak

tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu

pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi selama

periode 3 bulan terakhir (September-November), dari hasil observasi juga

didapatkan bahwa pemberian obat dilakukan secara benar sesuai indikasi yang

diberikan oleh dokter.

Tabel 3.16. Distribusi Dekubitus di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019

Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

95
Berdasarkan hasil data di ruangan Bedah didapatkan bahwa selama 3

bulan terakhir (September-November), tidak terdapat angka kejadian dekubitus di

ruangan Bedah. Dari hasil observasi sejak tanggal 24 Desember 2019 diruangan

juga tidak ditemukan pasien yang mengalami dekubitus.

Tabel 3.17. Distribusi Flebitis di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 362 98,7%
Ada 5 1,3%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan data laporan register Ruangan Bedah selama 3 bulan terakhir

(September-November 2019) didapatkan pada bulan oktober terdapat 1 kejadian

flebitis dan pada bulan September 2 dan November 2 tercatat adanya kejadian

flebitis. Berdasarkan hasil observasi pada 24 Desember 2019 tidak ditemukan

adanya tanda-tanda flebitis pada pasien.

Tabel 3.18. Distribusi Resiko Jatuh di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruangan Bedah pada 3 bulan terakhir

(September-November) tidak terdapat pasien yang mengalami resiko jatuh.

96
Berdasarkan hasil observasi tanggal 24 Desember 2019 tidak ditemukan pasien

yang mengalami resiko jatuh.

Tabel 3.19. Distribusi Restrains di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019

Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruangan Bedah pada 3 bulan terakhir

(September-November) tidak terdapat pasien yang mengalami restrains.

Berdasarkan hasil observasi tanggal 24 Desember 2019 tidak ditemukan pasien

yang mengalami restrains.

Tabel 3.20. Distribusi Injury di Ruangan Irina Bedah RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruangan Bedah pada bulan 3 bulan

terakhir (September-November) tidak terdapat pasien yang mengalami injury.

Berdasarkan hasil observasi tanggal 24 Desember 2019 tidak ditemukan pasien

yang mengalami injury.

Tabel 3.21. Distribusi ILO di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah %
Tidak Ada 0 0%
Ada 0 0%
Total - 0%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

97
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruangan Bedah pada 3 bulan terakhir

(September-November) tidak terdapat pasien yang mengalami ILO. Berdasarkan

hasil observasi tanggal 24 Desember 2019 tidak ditemukan pasien yang

mengalami ILO.

Tabel 3.22. Distribusi Kecemasan di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto September-November 2019
Kategori Jumlah Persen
Tidak Cemas/ Normal 8 80%
Kecemasan Ringan 2 20%
Kecemasan Sedang 0 0%
Kecemasan Berat 0 0%
Total 10 100%
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruangan Bedah pada tanggal 26

Desember 2019 dari 10 responden terdapat 2 responden (20%) yang mengalami

kecemasan ringan dan 8 responden (80% )yang tidak mengalami kecemasan.

Tabel 3.23. Distribusi data kematian di Ruangan Irina E Bedah RSUD Dr.
M.M Dunda Limboto September-November 2019
N Periode Hidup Meninggal
o.
1 September 138 0
2 Oktober 140 0
3 November 89 0
Total 367 0
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019
Berdasarkan hari hasil data kematian pasien didapatkan pada bulan

September terdapat 2 pasien yang meninggal, pada bulan Oktober 4 pasien, dan

pada bulan November tidak ada pasien yang meninggal diruangan bedah. Hal ini

didapatkan berdasarkan hasil wawancara pada perawat yang bertugas diruangan

Bedah dan data dari rekam medik.

98
b. Upaya Pengurangan Infeksi Nasokomial (INOS) pada Periode

September, Oktober, dan November

RSMMD sudah berupaya untuk mengurangi infeksi nosokomial

diruangan Bedah untuk lebih mengurangi INOS diharapkan perawat harus

tetap menerapkan Five Moment mencuci tangan, yaitu sebelum kontak dengan

pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, sesudah terkena cairan tubuh

pasien, sesudah kontak dengan pasien, dan sesudah kontak dengan lingkungan

pasien.

c. Indikator Mutu

Tingkat kepuasan dari pasien terhadap pelayanan perawatan di ruang

Bedah RSMMD, diperoleh dari data rumah sakit tahun 2019. Hal tersebut

dapat dilihat pada tabel, sbb:

Tabel 3.24. Kepuasan Pelayanan Perawatan Pasien di Ruangan Bedah RSUD


Dr. M.M Dunda Limboto September - November 2019

Kategori Jumlah %
Puas 7 70
Tidak Puas 3 30
Total 10 100
Sumber: SDM RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto 2019

Dari hasil pengkajian kepuasan pasien menggunakan kueisoner pada 10


orang pasien, didapatkan data bahwa sebanyak 7 orang (70%) mendapatkan skor
puas dan sebanya 3 orang (30%) mendapatkan skor tidak puas.
d. AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat

Avlos adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Despkes RI, 2005).

Indikatoor ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat

memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis

99
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara

umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan Hasil pengkajian data dari rekam medic,didapatkan data

Jumlah Pasien Keluar periode Juli-September 2019 yakni 440 dengan jumlah

lamadirawat sebesar 1672. Maka besar AVLOS-nya adalah :

Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat


Jumlah Pasien Keluar (Hidup + Mati)
1672
= = 3.8
440

Jadi AVLOS ruang bedah belum ideal yakni masih berada pada jumlah 3.8.

e. BTO (Bed Turn Over)


BTO adalah Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa

kali tempat tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu (Depkes RI, 2005). Idealnya

dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. BTO ruang bedah

dapat dicari dengan rumus

Rumus BTO = Jumlah pasien keluar = 440 = 16,29


Jumlah Tempat Tidur 27

f. TOI (Turn Over Interval)


TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah

diisi ke saat berikutnya terisi (Depkes, 2005). Indikator ini menggambarkan

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak

terisi pada kisaran 1-3 hari. TOI ruang bedahdapat ditentukan dengan rumus :

Rumus TOI = [(Jumlah TT × Periode) – Hari perawatan]


Jumlah Pasien Keluar
= [(27×92) – 1687] = 1,8
440

100
Masalah M5 (Marketing / Mutu)

1. Pelaksanaan hand hygine belum optimal

2. Kurangnya kepuasan pasien erhadap pelayanan kesehatan

3.3. Perumusan Masalah

1. M1 (Man / Ketenagaan)

a. Tenaga Perawat di ruangan masih kurang memiliki pelatihan

keperawatan khusus ruangan Bedah.

b. Tenaga keperawatan di ruang bedah belum cukup.

c. Tidak ada rincian program Kepala Ruangan dan Katim

2. M2 (Material / Sarana dan Prasarana)

a. Ruang adminstrasi belum tersedia

b. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang masih mengalami

kekurangan, dan fasilitas untuk pasien yang perlu ditambah dan ada

beberapa yang memerlukan perbaikan

3. M3 (Method / Metode)

a. Belum Optimalnya timbang terima.

b. Ronde keperawatan belum dilaksanakan diruang Irina E/Bedah

selama 3 bulan terakhir

c. Supervisi belum diterapkan secara optimal diruangan

d. Belum ada pemberian brosur /leafleat discharge planning

e. Tidak dilakukan orientasi pasien diruangan

101
4. M4 (Money / Keuangan)

Pembayaran jasa yang tidak tepat waktu

5. M5 (Mutu)

a. Pelaksanaan hand hygine belum optimal

3.4. Analisa SWOT 5 M

MI (KETENAGAAN)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Sebagian jumlah perawat memiliki 1. Tenaga Perawat di ruangan masih
pengalaman kerja yang cukup kurang memiliki pelatihan
lama>5 tahun. keperawatan khusus ruangan Bedah.
2. Kepala ruangan dipimpin oleh 2. Kurangnya tenaga perawat (tidak
perawat professional sesuai dengan jumlah ketergantungan
pasien menurut rumus gillies, rasio
dan depkes 2005)
3. Tidak ada rincian program Kepala
Ruangan dan Katim.
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Terdapat perawat yang akan dan 1. Adanya persaingan mutu
sementara melanjutkan pendidikan pelayanan dengan rumah sakit lain
ke tingkat professional sehingga harus meningkatkan mutu
2. Adanya kebijakan pemerintah pelayanan.
tentang professionalisme tenaga 2. RSUD Dr. M.M Dunda
perawat. Limboto merupakan rumah sakit tipe B.
3. Tingginya kesadaran
masyarakat terhadap kualitas pelayanan
yang diharapkan.

M2 (SARANA DAN PRASARANA)


Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Semua perawat mampu1. Ruang adminstrasi belum
menggunakan alat-alat kesehatan tersedia
2. Terdapat adminstrasi2. Ketersediaan fasilitas kesehatan
penunjang yang masih mengalami
3. Tersedianya nurse station. kekurangan, dan fasilitas untuk
4. Tersedianya tempat untuk pasien yang perlu ditambah dan
bagian administrasi. ada beberapa yang memerlukan
5. Adanya tempat penyimpanan perbaikan
barang-barang medis dan non
medis.

102
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Adanya kesempatan untuk 1. Adanya tuntutan yang tinggi
penggantian alat-alat yang tidak layak dari pasien untuk melengkapi
pakai. sarana dan prasarana yang
belum lengkap di ruangan.
2. Kesenjangan antara jumlah
pasien dengan peralatan yang
ada

M3 (METODE)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Diruangan Irina E/Bedah sudah 1. Timbang terima sudah dilakukan
diterapkan model asuhan tapi belum optimal.
keperawatan metode TIM. 2. Ronde keperawatan belum
2. Perawat di ruang Irina E/Bedah dilaksanakan diruang Irina
mengerti/memahami model E/Bedah selama 3 bulan terakhir
asuhan keperawatan yang 3. Supervisi belum diterapkan secara
digunakan saat ini. diruangan
3. Terdapat lemari sentralisasi obeat 4. Belum ada pemberian brosur
sesuai pasien dan dikelola oleh /leafleat discharge planning
perawat di ruangan. Tidak dilakukan orientasi pasien
diruangan
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Perawat menginginkan perubahan 1. Tuntutan pasien sebagai
untuk setiap tindakan sesuai konsumen untuk mendapatkan
dengan hasil perbaikan dari pelayanan yang professional
timbang terima, ronde
keperawatan dan supervise

M4 (PEMBIAYAAN)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Ada pendapatan dari jasa medik 1. Pembayaran jasa yang tidak tepat
untuk pasien dengan biaya BPJS waktu
dan umum
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Pengeluaran sebagian besar di 1. Adanya tuntutan masyarakat untuk
biayai rumah sakit. pelayanan yang maksimal sehingga
membutuhkan pendanaan yang
lebih besar.

103
M5 (MUTU & PELAYANAN)
Strength/Kekuatan Weaknes/Kelemahan
1. Pelayanan kesehatan memberikan 1. Pelaksanaan hand hygine belum
edukasi kepada pasien optimal
2. Kejadian kesalahan pemberian 2. Kurangnya kepuasan pasien
obat, risiko jatuh, decubitus, terhadap pelayanan kesehatan
resiko infeksi luka operasi tidak
terjadi
3. Semua tempat tidur di ruangan
dalam kondisi yang baik
Opportunity/Kesempatan Threathened/Ancaman
1. Rumah sakit umum daerah Dr. 1. Adanya fasilitas yang lebih baik di
M.M Dunda Limboto adalah rumah sakit lain, khususnya rumah
rumah sakit dengan standar tipe sakit swasta.
B. 2. Adanya peningkatan standar
2. Adanya SOP pelayanan rumah masyarakat yang harus dipenuhi.
sakit. 3. Adanya pasien yang membutuhkan
3. Berlakunya sistem BPJS. perawatan lebih lama di
bandingkan dengan standar ideal
lama rawat ideal pasien

Tabel. 3.25 MI (KETENAGAAN)

Analisa SWOT Bo Rating Bobot x Rating


o bot

104
M1
. Internal Faktor (IFAS)
Strength/Kekuatan
1. Sebagian jumlah perawat 0,6 4 2,4 S-W
memiliki pengalaman 3,6-3,3
kerja yang cukup =0,3
lama>5 tahun. 0,4 3 1,2
2. Kepala ruangan dipimpin
oleh perawat
professional

Total 1 7 3,6
Weaknes/Kelemahan
1. Tenaga Perawat di 0,3 3 0,9
ruangan masih kurang
memiliki pelatihan
keperawatan khusus
ruangan Bedah.
2. Kurangnya tenaga
perawat (tidak sesuai
dengan jumlah 0,5 4 2
ketergantungan pasien
menurut rumus gillies, rasio
dan depkes 2005)
3.Tidak ada rincian program
Kepala Ruangan dan 0,2 2 0,4
Katim.

Total 1 3,3
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan
1. Terdapat perawat yang 0,5 3 1,5
akan dan sementara
melanjutkan pendidikan O– T
ke tingkat professional 3 – 3,3
2. danya kebijakan = -0,3
pemerintah tentang 0,5 3 1,5
professionalisme tenaga
perawat.
Total 1 6 3
Threathened/Ancaman
1. Adanya persaingan 0,5 4 2
mutu pelayanan dengan rumah
sakit lain sehingga harus
meningkatkan mutu
pelayanan.

105
2. RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto merupakan 0,3 3 0,9
rumah sakit tipe B.
3. Tingginya kesadaran
masyarakat terhadap kualitas 0,2 2 0,4
pelayanan yang diharapkan.
Total 1 6 3,3

Tabel. 3.26 M2 (SARANA DAN PRASARANA)

Analisa SWOT Bo Rating Bobot x Rating


o bot
M2
. Internal Faktor (IFAS)
Strength/Kekuatan
1. Semua perawat mampu 0, 3 1,2 S-W
menggunakan alat-alat 4 3-3,7=
kesehatan -0,7
2. Terdapat adminstrasi 3 0,6
penunjang 0,
3. Tersedianya nurse 2 2 0,4
station.
4. Tersedianya tempat untuk 0, 2 0,2
bagian administrasi. 2
5. Adanya tempat
penyimpanan barang- 0, 2 0,6
barang medis dan non 1
medis.

0,
3
Total 1 12 3
Weaknes/Kelemahan
1. Ruang adminstrasi belum 0, 3 0,9
tersedia 3
2. Ketersediaan fasilitas 4 2,8
kesehatan yang masih 0,
mengalami kekurangan, 7
dan fasilitas untuk pasien
yang perlu ditambah dan
ada beberapa yang
memerlukan perbaikan

Total 1 7 3,7

106
Eksternal Faktor (EFAS) O-T
Opportunity/Kesempatan 3-
1. Adanya kesempatan 1, 3 3 2,6=0,4
untuk penggantian alat- 0
alat yang tidak layak
pakai.
Total 1 3 3
Threathened/Ancaman
3. Adanya tuntutan yang 0, 2 0,8
tinggi dari pasien untuk 4
melengkapi sarana dan
prasarana yang belum
lengkap di ruangan.
4. Kesenjangan antara 3 1,8
jumlah pasien dengan 0,
peralatan yang ada 6
Total 1 5 2,6

Tabel. 3.27. M3 (METODE)

Analisa SWOT Bo Rating Bobot x Rating


o bot
M3
. Internal Faktor (IFAS) S-W
Strength/Kekuatan 2,26-
1. Diruangan Irina E/Bedah 0, 4 0,16 1,1= 1,16
sudah diterapkan model 4
asuhan keperawatan
metode TIM.
2. Perawat di ruang Irina
E/Bedah 4 1,2
mengerti/memahami 0,
model asuhan 3
keperawatan yang
digunakan saat ini.
3. Terdapat lemari
sentralisasi obeat sesuai
pasien dan dikelola 3 0,9
oleh perawat di
ruangan. 0,
3

Total 1 11 2,26
Weaknes/Kelemahan
1. Timbang terima sudah 0, 1 0,3

107
dilakukan tapi belum 3
optimal.
2. Ronde keperawatan 1 0,2
belum dilaksanakan 0,
diruang Irina E/Bedah 2
selama 3 bulan terakhir
3. Supervisi belum 2 0,4
diterapkan secara
diruangan 0,
4. Belum ada pemberian 2 1 0,2
brosur /leafleat
discharge planning
5. Tidak dilakukan 0, 2 0,2
orientasi pasien 2
diruangan

0,
1
Total 1 7 1,1
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan
1. Perawat menginginkan 1 4 4 O-T
perubahan untuk setiap 4-3=1
tindakan sesuai dengan
hasil perbaikan dari
timbang terima, ronde
keperawatan dan
supervise
Total 1 4
Threathened/Ancaman
1. Tuntutan pasien sebagai 1 3 3
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan
yang professional

Total 1 3

108
Tabel. 3.28. M4 (PEMBIAYAAN)
Analisa SWOT Bo Rating Bobot x Rating
o bot
M4 S-W=
. Internal Faktor (IFAS) 3-4= -1
Strength/Kekuatan
1. Ada pendapatan dari jasa 1 3 3
medik untuk pasien
dengan biaya BPJS dan
umum
Total 1 3 3
Weaknes/Kelemahan
1. Pembayaran jasa yang 1 3 4
tidak tepat waktu
Total 1 4 4
Eksternal Faktor (EFAS) O-T
Opportunity/Kesempatan 2-3= -1
1. Pengeluaran sebagian 1 2 2
besar di biayai rumah
sakit.

Total 1 2 2
Threathened/Ancaman
1. Adanya tuntutan 1 3 3
masyarakat untuk
pelayanan yang maksimal
sehingga membutuhkan
pendanaan yang lebih
besar.
Total 1 3 3
Tabel. 3.29. M5 (MUTU & PELAYANAN)

Analisa SWOT Bo Rating Bobot x Rating


o bot
M5
. Internal Faktor (IFAS)
Strength/Kekuatan
1. Pelayanan kesehatan 0,3 3 0,9 S-W
memberikan edukasi 3 – 4 =
kepada pasien -1
2. Kejadian kesalahan 0,4 3 1,2
pemberian obat, risiko
jatuh, decubitus, resiko
infeksi luka operasi

109
tidak terjadi
3. Semua tempat tidur di 0,3 3 0,9
ruangan dalam kondisi
yang baik

Total 1 9 3
Weaknes/Kelemahan
1. Pelaksanaan hand hygine 0,5 4 2
belum optimal
2. Kurangnya kepuasan 0,5 4 2
pasien terhadap
pelayanan kesehatan

Total 1 8 4
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Kesempatan
1. Rumah sakit umum 0,5 4 2 O-T
daerah Dr. M.M Dunda 3,5-3,7
Limboto adalah rumah =
sakit dengan standar tipe -0,2
B.
2. Adanya SOP pelayanan 0,3 3 0,9
rumah sakit.
3. Berlakunya sistem 0,2 3 0,6
BPJS.
Total 1 10 3,5
Threathened/Ancaman
1. Adanya fasilitas yang 0,4 4 1,6
lebih baik di rumah sakit lain,
khususnya rumah sakit swasta.
2. Adanya peningkatan
standar masyarakat yang harus 0,3 4 1,2
dipenuhi.
3.Adanya pasien yang
membutuhkan perawatan lebih 0,3 3 0,9
lama di bandingkan dengan
standar ideal lama rawat ideal
pasien.
Total 1 11 3,7

110
Analisa SWOT

Pada Analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Nursalam, 2016),

sebagai berikut:

1. Pengisian Item IFAS dan EFAS.

Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang

ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh

pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku manajemen Nursalam,

2016). Data tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (Internal factors) yang

meliputi aspek Weakneses dan Strength dan faktor EFAS (external factors)

yang meliputi aspek Opportunity dan Threatened.

2. Bobot

Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan

0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi

perusahaan.

3. Peringkat (Rating)

Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari

4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang/poor) berdasarkan pengaruh faktor

tersebut. Data rating didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara

observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor Strength dan

Opportunity menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor

Weakneses dan Threatened menggambarkan nilai kinerja yang negatif.

Kemudian, kalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai masing-

masing faktor.

111
3.5. Prioritas Masalah

Tabel 3.30 Skoring prioritas masalah


T Priori
Masalah
O C otal tas
M3 (METHODE)
1. Belum Optimalnya timbang 5 2. II
terima. 500
2. Ronde keperawatan belum 3 III
dilaksanakan diruang Irina E/Bedah 32
selama 3 bulan terakhir 5 4 I
3. Supervisi belum diterapkan
secara optimal diruangan 5 3. I
4. Tidak ada program kerja 125
Kepala Ruangan dan Katim. 3 IV
5. Belum ada pemberian brosur 3.
/leafleat discharge planning 125
6. Tidak dilakukan orientasi 5 II
pasien diruangan 10
8

2.
500
M1 (MAN)
1. Kurangnya tenaga perawat (tidak 1. II
sesuai dengan jumlah ketergantungan 600
pasien.
2. Tenaga Perawat di ruangan masih III
kurang memiliki pelatihan 72
keperawatan khusus ruangan Bedah. 0

M2 (MARKETING/ SARANA
DAN PRASARANA)
1. Ruang adminstrasi belum
tersedia 24 II
2. Ketersediaan fasilitas 3
kesehatan yang masih mengalami
kekurangan, dan fasilitas untuk pasien I
yang perlu ditambah dan ada beberapa 1.
yang memerlukan perbaikan 024

112
M5 (MUTU)
1. Pelaksanaan hand hygine 3. I
belum optimal 125

Catatan:

- Magnitude : kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi

- Severity : besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah.

- Manageability :berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur

perubahannya.

- Nursing concern : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat.

- Affordability : ketersediaan sumber daya.

- Jumlah : jumlah skala penilaian

- Priority : prioritas masalah

Skala Penilaian :

1. 5 : Sangat Penting

2. 4 : Penting

3. 3 : Cukup Penting

4. 2 : Kurang Penting

1 : Tidak Penting

Berdasarkan skoring masalah di atas, maka prioritas masalah adalah

sebagai berikut:

1) Belum Optimalnya timbang terima.

113
2) Ronde keperawatan belum dilaksanakan diruang Irina E/Bedah selama 3

bulan terakhir.

3) Supervisi belum diterapkan secara optimal diruangan

4) Belum ada pemberian brosur /leafleat discharge planning

5) Tidak dilakukan orientasi pasien diruangan

6) Pelaksanaan hand hygine belum optimal

7) Kurangnya kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan

8) Kurangnya tenaga perawat (tidak sesuai dengan jumlah ketergantungan

pasien.

9) Tidak ada rincian program Kepala Ruangan dan Katim.

10) Tenaga Perawat di ruangan masih kurang memiliki pelatihan keperawatan

khusus ruangan Bedah.

11) Ruang adminstrasi belum tersedia

12) Ketersediaan fasilitas kesehatan yang masih mengalami kekurangan, dan

fasilitas untuk pasien yang perlu ditambah dan ada beberapa yang

memerlukan perbaikan

13) Pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana masih terpusat di

Bidang Penunjang Rumah Sakit.

2.5.1 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Priotitas Alternatif pemecahan masalah diseleksi dengan menggunakan

pembobotan berdasarkan metode CARL, meliputi aspek-aspek (Nursalam, 2016) :

114
a. Capability (C) adalah kemampuan kedua belah pihak antara mahasiswa

profesi dan rumah sakit serta perawat ruangan UGD untuk melaksanakan

alternative;

b. Accesability (A) adalah kemudahan dalam melaksanakan alternative;

c. Readiness (R) adalah kesiapan untuk melaksanakan alternative;

d. Leverage (L) adalah daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah.

Masing-masing aspek diberikan penilaian dengan rentang 1 sampai dengan 4

dengan pemaknaan:

Nilai 1 = Tidak Mampu

Nilai 2 = Cukup Mampu

Nilai 3 = Mampu

Nilai 4 = Sangat Mampu

115
DIAGRAM LAYANG ANALISA SWOT RUANG IRINA E BEDAH RSUD DR. M.M DUNDA LIMBOTO KAB. GORONTALO

115
3.5.1 Interpretasi Diagram Layang

Dari diagram diatas menunjukan bahwa hasil perhitungan, M1 berada pada posisi

kuadran kanan bawah atau posisi negatif artinya harus mengoptimalkan kekuatan.

Dimana strenght atau kekuatan pada M1 yaitu perawat diruangan dipimpin oleh

perawat profesional, untuk M2 berada pada titik sebelah kiri pada posisi negatif

artinya harus mengubah strategis yang ada di ruangan, untuk M3 berada pada

bagian kuadran kanan atas atau pada posisi positif yang artinya masalah lebih

mudah untuk diatas, untuk M4 dan M5 berada pada kuadran kiri bawah yang

116
artinya menunjukkan strategis bertahan yaitu dengan melanjutkan program yang

sudah ada diruangan.

117
3.6. Planning Of Action

Tabel 3.31 Planning Of Action

Masalah Tujuan Program / Kegiatan Indikator/ Target Keberhasilan PJ Wa


o. ktu
M3 Method Timbang 1. Melakukan penyegaran terkait Afektif Wahy 1
. 1. Belum optimalnya terima dilakukan supervisi oleh kepala ruangan Perawat ruangan memiliki pengetahuan uni Lukum minggu
timbang terima secara efektif dan dalam bentuk diskusi tentang timbang terima, ronde
2. Ronde keperawatan sesuai konten /2. Mendemonstrasikan cara timbang keperawatan supervisi, discharge
belum dilaksanakan di prosedur / SOP terima dan ronde. planning lebih dari 50%
ruang Irina E (Bedah) 3. Melaksanakan timbang terima
selama 3 bulan terakhir setiap pergantian shif bersama Psikomotor
3. Supervisi belum perawat ruangan 1. Timbang terima dilakukan langsung
diterapkan secara 4. Membuat buklet yang berisi SOP di depan ruangan pasien (hadapan
optimal tentang timbang terima,ronde pasien). Isi timbang terima tentang
4. Belum ada pemberian keperawatan, supervise,alur masalah keperawatan yang sudah
brosur/ leaflet discharge penerima pasien baru dan belum teratasi
planning 5. Membuat leafleat tentang 2. Mahasiswa melaksanakan role play
5. Tidak dilakukan discharge planning yang diberikan ronde keperawatan bersama perawat
orientasi pasien dengan masalah dari ruangan kepada pasien
diruangan seperti leafleat perawatan luka 3. Sudah terbentuknya tim ronde
dirumah keperawatan
4. Tersedianya fomat baku/SOP
tentang timbang terima, ronde
keperawatan,supervise, discharge
planning dan penerimaan pasien
baru di ruang bedah

118
M1 (MAN) Meningkan Mengusulkan : 1. Kecukupan tenaga perawat Ali 1
. Sumber daya Manusiakualitas dan 1. Penambahan jumlah berdasarkan tingkat ketergatungan Yunus minggu
yang belum optimal ditinjaukuantitas SDM tenaga perawat diruangan pasien dan Tipe rumah sakit
dari kuantitas dan kualitas terpenuhi.
tenaga 2. Peningkatan Skill2. Peningkatan jenjang pendidikandan
Pegawai melalui pendidikan dan skill pegawai akan diperhatikan
pelatihan secara berkala
3. Pemberian award
tambahan atas prestasi perawat.
M2 (MATERIAL) Sarana dan Mengusulkan : 1. Tersedianya daftar Huma 1
. 1. Saran dan prasarana prasarana untuk 1. Meningkatkan proses infentaris barang di ruangan iroh S.A.H minggu
yang belum memadai tindakan inventarisasi sarana dan prasarana
dan sudah tidak dapat keperawatan
digunakan sudah memadai 2. Pengajuan sarana dan
dan mencukupi prasarana yang masih kurang di
ruangan

119
M5 (MUTU) Tujuan 1. Kepala ruangan dan ketua 1. Kepuasan pasien menjadi Moon 1
. Mutu pelayanan dankeselamatan tim mendemonstrasikan 6 langkah pertimbangan perawat dalam Safitri minggu
keselamatan pasien belumpasien meningkat cuci tangan saat operan shift pagi meningkatkan mutu pelayanan Djafar
optimal ditinjau daridan kepuasan 2. Membuat leafleat 6 2. Mengupayakan adanya
kurangnya tingkat kepuasanpasien meningkat, langkah cuci tangan dan 5 moments informasi di Nurse Station
pasien terhadap pelayanan dandan mutu 3. Membuat kotak saran di 3. Keselamatan pasien
belum optimalnya handpelayanan
nurse station agar perawat dapat terjaga
hygiene teroptimalkan.
mengetahui tingkat kepuasan pasien

120
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Penyelesaian Masalah

1. Belum Optimalnya Timbang Terima, Pre ande Post Conference

Berdasarkan teori yang disampaikan oleh (Nursalam 2015) hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan timbang terima antara lain :

a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift


b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
d. Informasi yang disampaikan harus akurat singkat sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.


e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien

Menurut hasil pengkajian pada tanggal 24 Desember 2019 untuk pengetahuan

perawat tentang timbang terima didapatkan hasil bahwa seluruh perawat sudah paham

tentang prosedur dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 15 perawat diruangan bahwa timbang terima

sudah dilakukan setiap kali pergantian shift dinas dan ada format baku untuk laporan

timbang terima. Dalam timbang terima perawat shif malam menyampaikan sesuai

dengan fomat laporan timbang terima. Tetapi sebagian ada yang tidak sesuai dengan

waktu pergantian dinas serta tidak semua perawat hadir diwaktu tersebut untuk

melakukan timbang terima, dimana timbang terima menurut Nursalam 2015

seharusnya dilakukan tepat waktu dan dilakukan oleh semua perawat yang akan

berganti dinas.

121
Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan pada 15 perawat pada

tanggal 23-26 Desember 2019 didapatkan bahwa pelaksanaan operan shift/ timbang

terima perawat shift pagi bahwa kepala ruangan tidak membuka timbang terima

didalam ruangan perawat, tidak semua tepat waktu dalam timbang terima diruangan

pasien dan untuk shift sore ada beberapa yang tidak tepat waktu.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut kami melakukan

penyegaran dalam bentuk demonstrasi timbang terima ke perawat yakni dengan

metode role play dari tanggal 1-4 Januari 2020. Dimana, sebelum melakukan role

play, dilakukan pre conference di nurse stasion dan dilanjutkan dengan timbang

terima di ruang pasien berdasarkan standar prosedur yang ada, setelah itu ditutup

dengan post conference. Pelaksanaan timbang terima dilakukan secara terstruktur

selama 4 hari praktik sesuai dengan standar operasional prosedur dirumah sakit baik

dari segi urutan langkah-langkah pelaksanaannya maupun isi pelaporan timbang

terima yang menggunakan format SBAR. Pelaksanaan role play ini dihadiri langsung

oleh kepala ruangan, ketua-ketua tim dan perawat pelaksana shift pagi dan sore,

dengan harapan agar role play yang dilakukan dapat menjadi tolak ukur bagi perawat

dalam melaksanakan timbang terima berdasarkan standar operasional prosedur yang

berlaku.

Hasil observasi kembali pada tanggal 6-8 Januari 2020, untuk pelaksanaan

timbang terima atau psikomotor dari perawat ruangan tentang timbang terima sudah

lebih baik dari sebelum dilakukan role play. Meskipun dalam hal ketepatan waktu

122
pelaksanaan, masih ada beberapa perawat yang melakukan operan shift lewat dari

jam pergantian shift dari seharusnya khususnya untuk shift sore dan malam. Hal ini

juga masih ada perawat yang hanya melakukan operan antara satu tim dengan tim

lainnya dan ada juga seorang perseorangan, namun hal ini sudah dikomunikasikan

terlebih dahulu dengan kepala ruangan, dimana untuk disiplin ketepatan waktu

pelaksanaan operan shift masih sulit untuk dilakukan karena mengingat tingginya

beban kerja perawat diruangan. Dimana pada “M” sebelumnya juga sudah

didapatkan dari sisi beban kerja rasio perawat berdasarkan rumus Depkes tenaga

perawat yang dibutuhkan dalam ruangan bedah adalah sebesar 19 perawat, namun

jumlah perawat yang ada hanya berjumlah 15 perawat. Sikap perawat dalam timbang

terima didapatkan dari hasil observasi tanggal 6-8 Januari 2020 pada shift pagi, sore,

dan malam sudah terjadi peningkatan dalam mengikuti timbang terima.

2. Ronde Keperawatan Belum Dilakukan Secara Optimal

Menurut Nursalam (2015), dalam standar pelaksanaan ronde keperawatan tidak

memiliki ketetapan untuk berapa kali ronde keperawatan dilakukan, tetapi ronde

keperawatan dapat dilakukan apabila klien ditemukan mempunyai masalah

keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan

dan pada pasien dengan kasus-kasus baru atau langka.

Berdasarkan hasil observasi ruangan bedah pada tanggal 23-26 Desember 2019.

Ronde telah dilaksanakan namun belum dilakukan secara terstruktur dan belum

terformat dalam bentuk kegiatan ronde. Ronde hanya dilakukan sebagai bentuk

123
implementasi untuk memperbaharui intervensi-intervensi yang belum bisa mengatasi

masalah pasien sesuai dengan instruksi.

Jika berdasarkan hasil wawancara pada perawat di ruangan didapatkan belum

dilakukannya ronde keperawatan selama tiga bulan terakhir ini dikarenakan pasien

yang dirawat di ruangan rata-rata selama 5 hari perawatan. Apabila ada pasien yang

sulit ditangani atau tidak bisa ditangani dan atau memiliki lama rawatan yang panjang

maka pasien tersebut akan dirujuk.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut kami melakukan role

play tentang ronde keperawatann pada tanggal 6-7 Januari 2020. Pelaksanaan role

play ini dihadiri langsung oleh kepala ruangan, ketua-ketua tim dan beberapa orang

perawat pelaksana shift pagi dan malam, dengan harapan agar role play yang

dilakukan dapat diterapkan untuk pembentukan tim ronde keperawatan sehingga

ronde keperawatan berjalan diruangan bedah.

Role play ronde keperawatan di Ruangan bedah dilakukan oleh mahasiswa

Profesi Ners Stase Manajemen, pada pasien yang sudah memiliki 14 hari lama rawat.

Pelaksanaan role play ronde keperawatan berjalan dengan baik sesuai dengan standar

operasional prosedur. Pelaksaanan role play yang dilakukan oleh mahasiswa Profesi

Ners diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi untuk perawat

diruangan agar ronde keperawatan dilakukan sesuai format ronde yang sebenarnya.

3. Belum Adanya Pelaksanaan Supervisi

Suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan

memperbaiki secara bersama-sama (Huber, 2000 dalam Nursalam, 2016). Supervisi

124
keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan. Berdasarkan hasil wawancara

langsung dengan kepala ruangan dan perawat ruangan Bedah pada tanggal 24

Desember 2019 bahwa tidak ada pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan kepada

perawat di ruangan. Dan berdasarkan hasil wawancara M3 tentang supervisi

didapatkan bahwa belum ada acuan untuk format baku dalam pelaksanaan supervisi.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut kami melakukan diskusi

bersama kepala ruangan tentang format baku dalam pelaksanaan supervisi termasuk

dengan teknis-teknis supervise, kemudian kami juga memberikan referensi-referensi

yang kami bakukan dalam bentuk booklet dan buku yang sudah diserahkan ke kepala

ruangan, serta membuat alur supervisi sebagai acuan dan panduan dalam kegiatan

supervisi. Pada tanggal 10 Januari 2020. Setelah melakukan diskusi dan pemberian

format baku pelaksanaan supervisi di ruangan Bedah oleh mahasiswa Profesi Ners

Stase Manajemen pada tanggal 10 Januari 2020 dengan melibatkan kepala ruangan

dan ketua tim, pelaksanaan supervisi sudah berjalan dengan baik sesuai dengan

standar operasional prosedur. Diharapkan dengan pelaksanaan implementasi tersebut

secara personal serta penyediaan format baku dalam pelaksanaan supervisi dapat

menjadi bahan masukan agar supervisi dapat dilakukan sesuai standar prosedur

operasional.

4. Orientasi Ruangan Pada Pasien Baru dan Discharge Planning

125
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh (Nursalam,2015) bahwa penerimaan

pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien baru (pasien dan/atau

keluarga) diruang pelayanan keperawatan, khususnya pada rawat inap atau

keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka dsampaikan beberapa hal

mengenai orientasi ruangan, pengenalan ketenagaan ners-medis, dan tata tertib ruang,

serta penyakit (Nursalam, 2015). Sedangakan Discharge Planning adalah mekanisme

untuk memberikan perawatan kontinu, informasi tentang kebutuhan kesehatan

berkelanjutan setelah pulang, perjanjian evaluasi, dan instruksi perawatan diri

(Gillies, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan perawat ruangan Bedah pada

tanggal 24-26 Desember 2019 perawat di ruangan Bedah sudah melaksanakan

orientasi ruangan pasien baru secara lisan namun belum ada format standar prosedur

operasional di ruangan sehingga untuk mengatasi masalah tersebut kami membuat

format SPO dalam bentuk booklet pada tanggal 7 Januari 2020.

Pada saat pengkajian menggunakan kuesioner, wawancara dan hasil observasi

didapatkan bahwa discharge planning telah dilakukan oleh perawat sesuai dengan

standar operasional pelaksanaan, namun dalam pengadaan leaflet belum tersedia oleh

karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut kami mengadakan penyediaan

leaflet untuk pasien pulang pada tanggal 7 Januari 2020. Setelah dilakukan pengadaan

leaflet oleh Mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen didapatkan dari hasil observasi

perawat yang melakukan penerimaan pasien baru maupun pasien rencana pulang

sudah diberikan leaflet.

126
5. Belum Optimal Sumber Daya Manusia

Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam sistem

kesehatan suatu Negara untuk meningatkan kesehatan hidup masyarakat. Ketenagaan

membutuhkan masa persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan sumberdaya

yang lain dan tergantung yang menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk

pemerataan pelayanan. Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu

indikator keberhasilan Rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumber

daya manusia yang cukup dengan kualitas yang professional sesuai dengan fungsi dan

tugas setiap pegawai (Gillies, 1994).

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, kami mendapatkan bahwa

terdapat ketidaksesuaian antara sumber daya manusia yang ada di ruangan dengan

teori manajemen keperawatan yang dapat dijadikan sebagai standar acuan. Masalah

yang menjadi prioritas pertama adalah kurangnya tenaga perawat di ruangan Irina E

Bedah yang tidak sesuai dengan jumlah standar tenaga perawat berdasarkan

perhitungan Gilies, Rasio dan Depkes.

Untuk mengatasi masalah tersebut kami melakukan implementasi dengan

menyampaikan kurangnya jumlah tenaga perawat di ruangan dan cara perhitungan

standar jumlah tenaga perawat menurut gilies, Rasio dan Depkes. Untuk itu kami juga

sudah mengusulkan adanya penambahan jumlah tenaga perawat kepada kepala

ruangan minimal menjadi 19 tenaga perawat berdasarkan perhitungan Depkes. Hal ini

kemudian kami disusikan dengan kepala ruangan dan perseptor akademik setelah

presentasi seminar awal dan didapatkan kesimpulan bahwa kepala ruangan akan

127
mengusulkan untuk penambahan jumlah tenaga perawat di ruangan ke bagian bidang

keperawatan sebagai bahan pertimbangan.

Tenaga perawat di ruangan juga masih kurang memiliki pelatihan keperawatan

khusus ruangan bedah. Untuk itu kami sudah menyarankan kepada kepala ruangan

dan perawat lainnya di ruangan untuk dapat mengikuti pelatihan keperawatan khusus

ruangan bedah.

6. Ketidaklengkapan Sarana dan Prasarana untuk Mendukung Pelayanan


Kesehatan

Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi

oleh mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien

sedangkan prasarana adalah seluruh jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana

bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ruang rawat inap yang aman

dan nyaman merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses

penyembuhan pasien, oleh karena itu dalam merancang ruang rawat inap harus

memenuhi persyaratan tertentu yang mendukung terciptanya ruang rawat inap yang

sehat, aman dan nyaman dimana tersedianya sarana dan prasarana yang sesuai dengan

standar yang ada (Notoatmodjo, 2012).

Sarana dan prasarana yang terdapat di ruangan Bedah sudah cukup memadai

untuk mendukung proses pelayanan kesehatan di ruangan. Dari hasil observasi yang

dilakukan selama 3 hari oleh mahasiswa Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo

pada tanggal 24-26 Desember 2019, menyangkut sarana prasarana didapatkan bahwa

ners station di ruagan Bedah ada beberapa fasilitas yang belum lengkap berdasarkan

128
standar yang berlaku. Kami mahasiswa Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo

sudah menyampaikan kebutuhan ruangan dan telah membuat draft inventaris barang

di ruangan agar menjadi acuan dalam pengadaan sarana dan prasarana berdasarkan

standar ruang rawat inap secara umum, kepala ruangan sudah menerima dan akan

dilanjutkan diusulkan ke bagian pengadaan sarana dan prasarana.

7. Belum Optimalnya Hand Hygiene dan Kurangnya Tingkat Kepuasan Pasien


Hand hygiene merupakan salah satu upaya atau tindakan membersihkan tangan,

baik dengan menggunakan sabun antiseptik dibawah air mengalir atau dengan

menggunakan handrub berbasis alkohol dengan langah-langah sistematik sesuai

urutan, sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri yang berada pada tangan. Perilaku

hand hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar

terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam pencegahan terjadi infeksi nosokomial

(WHO, 2016).

Berdasarkan hasil observasi di ruangan Bedah pada tanggal 24-26 Desember 2019

perawat di ruangan Bedah sudah melakukan hand hygiene tapi belum optimal, karena

dari 5 moment cuci tangan yang sering dilakukan perawat yakni 3 setelah tindakan

dan untuk 2 momen sebelum melakukan tindakan masih kurang diterapkan. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut kami membuat standar prosedur operasional 6

langah dan 5 momen cuci tangan dalam bentuk leaflet dan booklet. Setelah itu kami

mensosialisasikannya pada perawat di ruangan untuk kemudian diterapkan sesuai

dengan SPO.

129
Dari hasil implementasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners sejak

tanggal 09 Januari 2020 didapatkan perawat sudah mulai menerapkan 5 momen dan 6

langah cuci tangan berdasarkan SPO, meskipun masih ada beberapa yang belum

menerapkannya.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

130
1. Setelah dilakukan implementasi oleh mahasasiswa Ners stase manajemen

Keperawatan tentang ronde keperawatan, terkait pelaksanaan ronde

keperawatan sebagian besar perawat ruangan sudah memahami. Perawat dan

kepala ruangan Bedah juga sangat antusias dan mau untuk melakukan ronde

keperawatan.

2. Supervisi diruang bedah belum dilakukan dan belum ada format baku dalam

pelaksanaanya. Setelah melakukan diskusi bersama karu dan pemberian

format baku pelaksanaan supervisi di ruangan Bedah oleh mahasiswa Profesi

Ners Stase Manajemen pada tanggal 10 Januari 2020 dengan melibatkan

kepala ruangan dan ketua tim, pelaksanaan supervisi akan dilakukan sesuai

dengan standar operasional prosedur.


3. Dalam pengadaan leafleat untuk penerimaan pasien baru dan persiapan pasien

pulang belum tersedia, Setelah dilakukan pengadaan leaflet oleh Mahasiswa

Profesi Ners Stase Manajemen didapatkan dari hasil observasi perawat yang

melakukan penerimaan pasien baru maupun pasien rencana pulang sudah

diberikan leaflet.

131
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
1. Pimpinan / Kepala
- Meningkatkan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti

yang belum tersedia maupun yang belum lengkap berdasarkan standar

yang berlaku
- Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi

keperawatan untuk mengembangkan karir, pelatihan maupun pendidikan

berkelanjutan ke D3 dan S1 Keperawatan yang diperlukan di ruang

bedah RSUD Dr. M.M Dunda Limboto.


2. Sub Departemen Keperawatan
- Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang

sudah terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan

ditingkatkan, memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk

meningkatkan motivasi dan kualitas kerja perawat.


- Menggunakan format asuhan keperawatan dan rencana asuhan

keperawatan yang telah diuji cobakan.


3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim
- Kepala ruangan dan ketua tim menjalankan program kerja bulanan agar

mengoptimalkan dan memperjelas kerja di ruangan.


- Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada

perawat pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi

asuhan keperawatan.
- Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang

telah ditentukan oleh direksi Rumah Sakit.

132
- Kepala ruangan hendaknya lebih disiplin dalam melaksanakan program-

program yang ada di ruangan Bedah diantaranya pelaskanaan timbang

terima dan pelaksanaan ronde keperawatan.


4. Perawat Pelaksana
- Membina hubungan dan komunikasi antar perawat dengan perawat,

dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan klien serta keluarga

untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan.


- Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan SAK.
- Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang

profesionalisme perawat.
5. Mahasiswa Praktek
Bagi mahasiswa sebagai bahan informasi atau literatur untuk mahasiswa

berikutnya yang nantinya akan melaksanakan praktek profesi stase

manajemen agar kedepannya lebih meningkatkan kualitas manajemen

keperawatan yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo. 2011. Manajemen Rumah Sakit. (cetakan ketiga). Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

Carpenito, L. J. 2014. Handbook of Nursing Diagnosis. (6th edition). Philadelphia: J.


B. Lippincott Company

Depkes RI. 2012. Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit

Huber, S.G., 2013. School Leadership Development – Current trends from a global
perspective, in P. Hallinger (Ed.), The Changing landscape of educational

133
leadership development: A global perspctive (Chapter 17). Lisse, the
Netherlands: Swets & Zeitlinger.

Gillies, D.A. 2014. Nursing Manajement: a approach. (3rd edition). Philadelphia:


WB Saunders Company.

Nursalam. 2016. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta : salemba Medika , 2008.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta :


Rineka Cipta

Novuluri, R.B. 2015. “Integrated Quality Improvement in Patient Care”. Journal of


Nursing and Health Sciences. (4:249-254)

Robbins, S.P. 2013. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. (jilid 1
dan 2) Edisi bahasa Indonesia. Alih Bahasa: Pujaatmaka, H. Jakarta: PT.
Prenhallindo.

Rowland, H.S., dan BL. Rowland. 2011. Nursing Administration Handbook. Edisi 4.
Maryland : An Aspen Publication

Sitorus, R. 2012. Model “Praktik Keperawatan Profesional”. Seminar nasional pada


RAPIM PPNI di Malang. Februari.

Tappen, R. 2011. Nursing Leadership and Manajement concept and Practice.


Philadelphia: F.A Davis Company.

Wijono, Djoko. 2012. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan.


Surabaya: Airlangga University Press.

Yura, H., & Walsh, M.B. 2012. Tehe Nursing process: assessing, planning,
implementing, evaluating (5th edition). Norwalk, CT: Appleton & Lange.
Zainun, Buchari. 2013. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.

134
Lampiran 1

KUISIONER M1-M5

No. Responden :….

A. Data Umum

1. Nama Responden/Inisial :

2. JenisKelamin :

3. PendidikanTerakhir :

135
4. Status Kepegawaian :

5. Masa Kerja Di Ruangan :

6. PelatihanKeperawatan :

PetunjukPengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini yang berkaitan dengan struktur pelayanan
keperawatan, khususnya ketenagaan (Man) dan sarana prasarana (material). Berilah
tanda silang (√) pada kolom di samping pertanyaan di bawah ini.
San
Sang
Cuku Ba gat
at
p/ ik/ Bai P
Pertanyaan Kurang/
O Kada Se k / san
Tidak
ng-kadang ring Sela
Pernah
lu
Bagaimana struktur organisasi yang

136
telah berjalan di ruangan? Apakah Anda
merasa puas dan
.
sesuaidengankemampuanperawat di
bidangnya?
Bagaimanapembagiantugas yang
dilakukan di ruangan?
. Apakahsudahsesuaidenganstrukturorganisasi
yang telahada?
Bagaimanakahkinerjaketuatim/PP
menurut Anda? Apakahkompetendengantugas-
.
tugasnya?
Apakah Anda
merasamembutuhkankesempatanuntukmening
. katkankemampuankerjamelaluipelatihan/pendi
dikantambahan? Berikanalasannya
Bagaimanakebijaksanaanrumahsakitmen
genaipemberianbeasiswaataupelatihanpendidi
.
kankeperawatan? Apakah Anda merasapuas?
Bagaimanajumlahpendapatan yang
diterima plus insentif yang
. diterimasaudarasudahsesuaidenganlatarpendid
ikan Anda? Apakah Anda merasapuas?
Apakahadakesempatanuntukmengambil
. cutidalamwaktu 1 minggu?
Dengantingkatketergantunganpasien
yang ada di ruangan,
. bagaimanatingkatbebankerja di
ruanganmenurut Anda?
Apakahjumlahperawat dan pasien di
. ruangansudahsesuaimenurut Anda?
Angket M3-1 MAKP
N PERTANYAAN YA TID
O AK
Model asuhan keperawatan yang digunakan
1 Apakah model asuhan keperawatan yang digunakan
. perawat di ruangan saat ini?
2 Apakah Anda mengerti/memahami dengan model asuhan
. keperawatan yang digunakan saat ini?
3 Menurut anda, Apakah model tersebut cocok digunakan
. di rungan Anda?
4 Apakah model yang digunakan sesuai dengan visi dan

137
. misi ruangan?
Efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
1 Apakah dengan menggunakan model saat ini menjadikan
. semakin pendek lama rawat inap bagi pasien? Rerata hari rawat
berapa?
2 Apakah terjadi peningkatkan kepercayaan pasien
. terhadap ruangan?
3 Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan
. dan memberikan beban berat kerja bagi anda?
4 Apakah model saat ini tidak memberatkan dalam
. pembiayaan?
5 Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan
. dari pasien pada ruangan?
Pelaksanaan model asuhan keperawatan
1 Apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara
. perawat dan tim kesehatan lain?
2 Apakah kontunuitas rencana keperawatan terlaksana?
.
3 Apakah Anda menjalankan kegiatan sesuai tupoksi?
.
Tanggung jawab dan pembagian tugas
1 Apakah Job Description untuk anda selama ini sudah
. jelas?
2 Jelaskan tugas Anda sesuai dengan model asuhan
. keperawatan yang saat ini digunakan ruangan
3 Apakah Anda mengenal atau mengetahui kondisi pasien
. dan dapat menilai tingkat kebutuhan

Angket M3-2 Timbang Terima


N PERTANYAAN YA TIDA
O K

1. Berapa kali timbang terima dilakukan di ruangan Anda? a. 1 kali pukul :

138
b. 2 kali pukul :
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu?

3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang


berkepentingan?

4. Siapa yang memimpin kegiatan timbang terima? 1. Karu

2. Katim
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan 1. Ada, jika ada
sebutkan :
timbang terima?

2. Tidak Ada
6. Tahukah Anda, apa saja yang harus disampaikan dalam
pelaporan timbang terima?
7. Apakah ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan
timbang terima?
8. Apakah ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan
timbang terima?
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang terima
berlangsung?
10. Tahukah Anda, bagaimana teknik pelaporan timbang terima
ketika berada di depan pasien?
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi
masing-masing pasien?
12. Tahukah Anda, bagaimana persetujuan atau penerimaan
timbang terima?
13. Apakah Anda (shift pengganti) dievaluasi kesiapannya oleh
kepala ruangan?

Angket M3-4 Sentralisasi Obat


N PERTANYAAN YA TID

139
O AK
Pengadaaan sentralisasi obat
1 Apakah yang anda ketahui tentang sentralisasi obat?
.
2 Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi obat?
.
3 Jika Ya, Apakah sentralisasi obat yang ada sudah
. dilaksanakan secara optimal?
4 Jika Tidak, menurut Anda apakah di ruangan ini perlu
. diadakan sentralisasi obat? (Untuk yang menjawab, ini pertanyaan
terakhir)
5 Apakah selama ini Anda pernah diberi wewenang dalam
. urusan sentralisasi obat?
6 Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat
. (Oral-Injeksi-Supositosia-Infus-Insulin-Obat gawat darurat?
Efektivitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
1 Apakah dengan menggunakan model saat ini menjadikan
. semakin pendek lama rawat inap bagi pasien?
Rerata hari rawat berapa? Jawab :
2 Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap
. ruangan?
3 Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan
. memberikan beban berat kerja bagi anda?
4 Apakah model saat ini tidak memberatkan pembiayaan?
.
5 Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan
. dari pasien pada ruangan?

Alur penerimaan obat


1 Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisai obat
. dari pasien/keluarga pasien?

140
Cara penyimpanan obat
1 Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk
. sentralisasi obat?
2 Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
. sentralisai obat?
Apakah selama ini Anda memisahkan kepemilikan antar
obat-obat pasien?
3 Apakah selama ini Anda memberi etiket dan alamat pada
. obat-obat pasien?
Cara Penyiapan Obat
1 Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada pasien
. Anda selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah
digunakan?
2 Apakah ada format tiap jenis obat sebelum Anda memberikan
. obat ke pasien?

Angket M3-5 Supervisi

N PERTANYAAN YA TID
O AK
1. Apakah anda mengerti tentang supervisi?

141
2. Apakah supervisi telah dilakukan diruangan?
3. Apakah kepala ruangan yang melakukan supervisi?
4 Apakah alur supervisi yang ada diruangan sesuai dengan
standar?
5. Adakah format baku untuk supervisi semua tindakan?
6. Apakah format untuk supervisi sudah sesuai dengan standar
keperawatan
7. Apakah alat (instrumen) untuk supervisi tersedia lengkap?
8. Apakah hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat?
9. Apakah selalu ada feed back dari sepervisor untuk setiap
tindakan?
10 Apakah anda puas dengan hasil dari feed back tersebut?
.
11 Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari supervisi?
.
12 Apakah anda menginginkan perubahan untuk setiap tindakan
. sesuai dengan hasil perbaikan dari supervisi?
13 Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi
. tentang supervisi?

Angket M3-6 Penerimaan Pasien Baru (PPB)


1. Apakah yang anda berikan saat melakukan penerimaan pasien baru? Jelaskan !
Jawab :
2. Apakah anda bersedia melakukan PPB?
Jawab :
3. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang PPB?
Jawab :
4. Apakah sudah ada pemberian brosur / leaflet saat melakukan PPB?
Jawab :
5. Bagaimana teknik yang digunakan saat pemberian PPB pada pasien?
a. Lisan
b. Tertulis

142
c. Lisan dan tertulis
6. Apakah setiap selesai melakukan PPB, anda melakukan pendokumentasian?
Jawab :

Angket M3-7 Discharge Planning


1. Apakah anda mengerti tentang Discharge Planning? Jelaskan!
Jawab ;
2. Apakah yang anda berikan saat melakukan Discharge Planning? Jelaskan!
Jawab :
3. Apakah anda bersedia melakukan Discharge Planning?
Jawab :
4. Kapan anda melakukan Discharge Planning?
a. Mulai pasien masuk RS sampai pasien akan keluar RS
b. Saat pasien masuk RS
c. Saat pasien akan keluar RS
5. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang Discharge Planning?
Jawab :
6. Bagaimana operasional pemberian tugas Discharge Planning oleh kepala
ruangan? Jelaskan!
Jawab :
7. Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet Saat melakukan Discharge
Planning?
Jawab :
8. Bagaimana tehnik yang digunakan saat pemberian Discharge Planning pada
pasien?
a. Lisan
b. Tertulis
c. Lisan dan tertulis
9. Bahasa apa yang digunakan saat melakukan Discharge Planning?

143
a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa Jawa
c. Bahasa Lain, sebutkan
10. Apakah bahasa yang anda gunakan dalam melakukan Discharge Planning,
mengalami kesulitan untuk dipahami pasien?
Jawab :
11. Apakah setiap selesai melakukan Discharge Planning, anda melakukan
pendokumentasian dari Discharge Planning yang telah anda lakukan?
Jawab :

Angket M3-8 Dokumentasi Keperawatan


1. Model dokumentasi keperawatan apa yang digunakan di ruangan saudara saat ini?
Jelaskan!
Jawab :
2. Apakah sudah ada format pendokumentasian yang baku di ruang interna ini?
Jawab :

3. Apakah anda sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi tersebut dengan
benar dan tepat?
Jika sudah mengerti, tolong anda jelaskan dengan singkat!
Apakah menurut anda format yang digunakan ini bisa membantu (memudahkan)
perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien?
Jawab :
4. Apakah anda sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat waktu (segera
setelah melakukan tindakan?
Jawab :
5. Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini menambah beban
kerja perawat?
Jawab :

144
6. Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini menyita banyak
waktu perawat?
Jawab :

M4-Money
Difokuskan pada berikut.
1. Pemasukan.
2. RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut.
a. Operasional (Kegiatan pelayanan)
b. Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan lainnya)
c. Pengembangan (sarana prasarana dan sumber daya manusia).
M5-Mutu
1. Patient safety (medication eror, flebitis, dekubitus, jatuh, restrains, injuri,
ILO).
2. Kepuasan pasien. (menggunakan data yang ada di RS)
3. Kenyamanan.
4. Kecemasan.
5. Perawatan diri.
6. Pengetahuan/perilaku pasien.
(Sumber : Nursalam, 2015).

145
Lampiran 2

Nama Jum Kon


Ideal Usulan
o Barang lah disi
Sterilisator Perlu
- - 1/ruangan
ditambah 1
Suction Perlu
- - 2/ruangan
ditambah 1
Kursi roda 2-
3 Baik -
3/ruangan
Tensimeter Perlu
1 Baik 2/ruangan
ditambah 1
Tabung O2 Perlu
2 - 2/ruangan
Diperbaiki
Stetoskop Perlu
1 Baik 2/ruangan
ditambah 1
Pinset Perlu
1 Baik 2/ruangan
Anatomis ditambah 1
Pinset Perlu
- - 2/ruangan
Sirurgis ditambah 2
Gunting Perlu
1 Baik 2/ruangan
Perban ditambah 1
Nierbeken Perlu
1 Baik 3/ruangan
0 ditambah 2
Bak
3 Baik 1/ruangan -
1 Instrumen
Turniket Perlu
1 Baik 2/ruangan
2 ditambah 1
Kom Perlu
1 Baik 2/ruangan
3 ditambah 1
Gunting Perlu
1 Baik 5/ruangan
4 Jaringan ditambah 4
Tromol Perlu
1 Baik 4/ruangan
5 Kasa ditambah 3
Standar Perlu
25 Baik 1:1
6 Infus ditambah 1

146
Termometer
1 Baik 1/ruangan -
7
Tempat
Perlu
8 sampah besar 2 Baik 1/ruangan
ditambah 1
tutup
Hammer Perlu
- - 1/ruangan
9 medis ditambah 1
Timbang BB
1 Baik 1/ruangan -
0
Dorongan
1 Baik 1/ruangan -
1 Instrumen
Ambubag
1 Baik 1/ruangan -
2
Nebulizer
1 Baik 1/ruangan -
3
EKG
1 Baik 1/ruangan -
4
Alat
5 pemadam 1 Baik 1/ruangan -
kebakaran
Lemari
2 Baik
6
Telpon
1 Baik 1/ruangan -
7
Brankar
1 Baik 1/ruangan -
8
Sumber: Data Primer 2019 dan Nursalam (2015).

Lampiran 4

147
Standar Prosedur Operasional RSUD Dr.MM. DUNDA LIMBOTO

148
149
150
151
152
153
Lampiran 3

ALUR SUPERVISI

154
155
Lampiran 4

5 Moment dan 6 Langkah Cuci Tangan

156
157
158
Lampiran 5

Dokumentasi

159
160
161
ROLE PLAYStruktur
Pembentukan TIMBANG TERIMA dan
Organisasi
PEMBUATAN ALUR 5
DEMONSTRASI & MOMENT
JADWAL SUPERVISI
CUCI TANGANSERTA
DAN 6
PENGADAAN
PENYERAHAN FORMAT
PEMBUATANRENCANA
SUPERVISI
LEAFLET KEGIATAN
Fungsional
KEPADA
DAN BULANAN
KEPALA
BOOKLET SPO
LANGAH CUCI
PENGADAAN TANGAN
KOTAK SARAN
KEPALA RUANGAN PADA
& PERAWAT
PAPAN NURSE
ROLE PLAY STATION
RONDE KEPERAWATAN
Seminar Awal Stase Manajemen & Melakukan
Daftar Inventaris Pengskoringan
Barang Di Ruangan Irina E
BOR = ______Jumlah
Prioritas masalah hari rawat X 100
Jumlah TT X Jmlh Hari/Periode
Shift Sore
Shift Pagi
ke Shift
ke Shift
Shift
Malam
RONDE
Sore
Malam ke
PRA
Shift Pagi
RONDE

162

PASCA
RONDE
163
164
165
166
167
168
169

Anda mungkin juga menyukai