Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMAE

DI RUANG MATARAM RS SOEKANDAR


MOJOSARI

OLEH:

HABIB BAHARUDIN

202003084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO TAHUN 2021


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini diajukan oleh:

Nama : Habib Baharudin

NIM : 202003084.

Program Studi : Profesi Ners

Judul laporan pendahuluan :

Laporan Pendahuluan CA MAMAE di ruang mataram Rs


soekandar mojosari

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik


Keperawatan Anak.

Mojokerto , Juni 2021


Mahasiswa

Habib Baharudin
202003084
Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

(…..................................) (…..................................)

Mengetahui
Kepala Ruangan

(…..............................)

2
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel
kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa
terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain
itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)

Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat


berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya
bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali.
Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk
mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya.
Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi
didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi,
dan sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety, 2015).

1.2 Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :

1. Usia

Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar


ditemukan pada wanita berusia 75 tahun

2. Pernah Ca Mamae

Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif


memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang
3
terkena diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang
sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.

3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara

Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita


kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae

4. Faktor genetic dan hormonal

Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan


terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang
wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan
menderita kanker payudara sangat besar.

5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun

Menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah


usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin
besar resiko Ca Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali
lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12
tahun.

6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen

Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae,


yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya.
Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah
pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama
lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca
mammae dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.

7. Obesitas pasca menopause

Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih


diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai
faktor resiko Ca mammae kemungkinan karena tingginya kadar
estrogen pada wanita yang obes.

4
8. Pemakaian alkohol

Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan


resiko terjadinya Ca mammae.

9. Bahan kimia

Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia


yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk
industry lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae.

10. DES (dietstilbestrol)

Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran


memiliki resiko tinggi menderita Ca Mamae.

11. Penyinaran

Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada


dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae.

12. Faktor resiko lainnya

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim,


ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam
keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku
Dokter, 2014).

1.3 Kalsifikasi
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi
TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk
Ca mammae yaitu :

1. Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di
pembuluh/saluran payudara serta kelenjar susu, belum mengalami
penyebaran keluar dari area tersebut.

5
2. Stadium 1
Stadium 1 A
:
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum
ditemukannya pada pembuluh getah bening.

Stadium 1 B :
Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker
payudara dalam bentuk yang kecil ditemukan pada kelenjar getah
bening dekat payudara. Tidak ada tumor dalam payudara, atau umor
memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.

3. Stadium 2
Stadium 2 A

a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik


pada getah bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum
terjadi penyebaran titik-titik sel kanker

6
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun
tidak ada tanda tumor pada bagian payudara.

Stadium 2 B

a. Kanker berukuran 2-5 cm.


b. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-
sel kanker payudara.
c. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran.

4. Stadium 3
Stadium 3 A

7
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel
kanker pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak atau Tumor lebih
besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada di kelenjar getah
bening, Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar
getah bening di ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
Stadium 3 B

Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai


adanya luka yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa
sudah mengenai getah bening di ketiak dan lengan atas.
Stadium 3 C

Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik


pembuluh getah bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-
sel kanker, tepatnya dibawah tulang selangka.
5. Stadium 4
Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini.
Karena sel kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk
diketahui. Sel kanker yang menyebar telah mulai menyebar ke berbagai

8
lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang rusuk, (Sumber :
Soleha, 2017).

1.4 Patofisiologi

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi


antara lain obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan
mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan
epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Karsinoma
mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di sistem duktal,
mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-
kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012).

Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang


dekat maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar
limfe aksilaris dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi
timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal
(Mansjoer, 2000).

9
1.5 Phatway

10
1.6 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah


a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan.
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
putting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada
payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit.
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan
alat tubuh lain.

1.7 Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi


1. Penatalaksanaan Farmakologi

Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae


dini meliputi antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan
epirubicin/Ellence) dan taxanes (seperti paclitaxel/Taxol dan
docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan
obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid
(Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat
diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah satu taxanes.
Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan trastuzumab
dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi
yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae stadium
lanjut, seperti:

1) Docetaxel

11
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin, (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi

Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang


lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi
pada Ca mammae haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan luasnya
penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau
biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai
efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak
diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi
haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan
dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan
mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan
kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life
isssues.

a. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal


untuk pengobatan Ca mammae. Terapi pembedahan dikenal
sebagai berikut :

a) Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast


conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap
rekurensi lokal/regional.

12
b) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal :
Ovariektomi, Adrenalektomi, dsb.
c) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d) Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal atau regional dapat dilakukan pada saat bersamaan
setelah beberapa waktu.
Jenis pembedahan pada Ca mammae :
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan
seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai
diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en
bloc. Indikasi: Ca mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017).

b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)


Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan
payudara, kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan
minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara
en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang
pertama kali dikenal oleh Halsted untuk Ca mammae, namun
dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin
kecilnya tumor yang ditemukan maka makin berkembang operasi
operasi yang lebih minimal. Indikasi:

1) Ca mammae stadium IIIb yang masih operable.


2) Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major.
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi
yang mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal
rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus

13
abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis
seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander
sebelumnya. (Kemenkes, 2017)

d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh
payudara beserta kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila, Indikasi:

1) Tumor phyllodes besar


2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS
e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh
jaringan payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-
areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila,
indikasi:

1) Mastektomi profilaktik
2) Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast
Conserving Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit).
BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan
mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa
dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah
lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah
bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah
eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk
payudara dan fungsi sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan
terapi lokal Ca mammae stadium awal. Beberapa penelitian RCT

14
menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan mastektomi.
Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih
tinggi dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca
mammae usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan
pembedahan yang aman pada pasien Ca mammae stadium awal
dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan
memberikan hasil yang lebih baik. Indikasi :

1) Ca mammae stadium I dan II.


2) Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan
Kontra indikasi :
a. Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang
lebih dari 1 kwadran dari payudara.
b. Ca mammae dengan kehamilan.
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif).
d. Tumor di kuadran sentral (relatif).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua
ovarium dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan
secara terbuka ataupun per- laparaskopi.Tindakan ini boleh
dilakukan olehspesialis bedah umum atau Spesiali Konsultan Bedah
Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di organ kandungan.
Indikasi :

1) Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai


timyang berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan
onkologi).
2) Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.
Catatan :
Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat
dilakukan dalam konteks penelitian klinis dan harus

15
mendapatkan ethical clearance dari lembaga yang berwenang.
(Kemenkes, 2017).
h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis
pada Ca mammae. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi
diantara para ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai
angka harapan hidup yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan
syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada Ca mammae dengan
metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih
kontroversi. Indikasi :

1) Tumor metastasis tunggal pada satu organ


2) Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ
sekitar Syarat:
1) Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO
>3)
2) Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
3) Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi sistemik
1. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau
berupa gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi.
Kemoterapi diberikan secara bertahap biasanya sebanyak 6 – 8
siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek
samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan
regimen kemoterapi yang akan diberikan.

2. Terapi hormonal

Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting


dalam menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga
diperlukan validasi pemeriksaan tersebut dengan baik. Terapi

16
hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif.
Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada
kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi
ajuvan utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi
tidak lebih baik dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen
sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian aromatase
inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2 -
.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Kemnkes,
2017).

3. Terapi target

Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah


sakit tipe A/B. Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus
dengan pemeriksaan IHK yang Her2 positif. Pilihan utama anti-
Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus yang
stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu
tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor
inhibitor belum direkomendasikan. (Kemnkes, 2017).

4. Radioterapi

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting


dalam tatalaksana Ca mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca
mammae dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.

17
BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien

Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca


mamae), jenis kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko
terkena Ca mammae dibandingkan dengan laki-laki), agama,
pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan (wanita
yang belum menikah memiliki resiko untuk terkena Ca Mamae)
tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.

2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini
makin lama makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya seperti penyakit payudara jinak, hyperplasisa
tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian dada sehingga
mendapatkan terapi penyinaran
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya
menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk
menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang mengalami ca
adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh

18
pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya,
seperti kanker ovarium dan kanker serviks.

2.2 Pemeriksaan fisik persistem

1. B1 (Breath)

Kaji adanya gangguan pada sistem respirasi. umunya tidak ada


masalah.

2. B2 (Blood)

Kaji adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler. jika pasien


mengalami ansietas, maka klien dapat mengalami peningkatan heart
rate.

3. B3 (Brain)

Kaji tingkat kesadaran klien serta adanya gangguan pernafasan lain.

4. B4 (Bladder)

Kaji adanya gangguan pada sistem perkemihan klien.


Umumnya tidak ada masalah.

5. B5 (Bowel)

Kaji adanya gangguan pada sistem pencernaan pasien.


pasien mungkin saja mengalami penurunan nafsu makan jika
mengalami stress karena gangguan citra tubuh.

6. B6 (Bone)

Kaji adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal dan


integrumen. pada sistem muskuluskeletal umumnya tidak ada
gangguan, tetapi pada sistem integrumen , gangguan kulit pasti terjadi.
Pada kulit pasien akan tumbul lesi berwarna kemerahan berbentuk
bulat yang berbatas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna
keputihan Pada permukaan lesi

19
2.3 Pemeriksaan penunjang

1. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)


Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan
berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang
tepat.
2. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya
metastase.
3. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit
payudara, khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil,
payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi
4. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara
massa padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya
keras; hasil komplemen dari
5. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal
payudara, dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor
yang terjadi pada tahap awal.

2.4 Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor.


2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan
peningkatan ketegangan, gemetar dan gelisah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke
jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh
karena proses penyakit.

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai