Anda di halaman 1dari 24

Konsep Asuhan

Keperawatan Pasien
dengan Gangguan
Oksigen Patologis
Sistem Pernafasan
dan Kardiovaskular
ISPA & COPD
KELOMPOK 1
Alandra Tyas Ananda
Dahlia
Devi Adriani
Dewi Okta Viani
EvaYuliana
Joza Yolanda
M Iqbal Syaputra
M Maruly Tegar Prawira
Olgeta Almufenza
Regina Dyah Aulia
Rina Ikromatussurur
Wilona Rosy Aulia
I S P A
DEFINISI

ISPA adalah infeksi saluran


pernafasan akut yang menyerang
tenggorokan, hidung, dan
paru-paru yang berlangsung
kurang lebih 14 hari. ISPA mengenai
struktur saluran di atas laring,
tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulan atau
berurutan (Muttaqin, 2008).
ETIOLOGI

Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri dan/atau virus yang masuk ke
saluran nafas. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetelia, dan korinebakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan microvirus, adnovirus, koronavirus,
pikornavirus, herpesvirus, dll

Penyebab ISPA yang lain :


PATOFISIOLOGI
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernafasan,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan
cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap
awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi


menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis
2. Tahap Inkubasi
3. Tahap dini penyakit
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu
dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,
menjadi kronis, dan dapat meninggal akibat pneumonia.
MANIFESTASI KLINIS Tanda
dan Gejala ISPA
1. Gejala ISPA ringan
A. Batuk
B. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu
mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau
menangis).
2. Gejala ISPA sedang
A,Suhu lebih dari 39derajat C (diukur dengan
termometer).
B. Tenggorokan berwarna merah.
C. Timbul bercak-bercak merah pada kulit
menyerupai bercak campak.
3. Gejala ISPA berat
A. Bibir atau kulit membiru.
B. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup
lebar) pada waktu bernafas.
C. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

Beberapa Perawatan di rumah yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk


mengatasi anaknya yang menderita ISPA :
A. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan paracetamol atau dengan
kompres, Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
B. Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
C. Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, dan apabila kekurangan
cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
PENCEGAHAN
Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik dapat mencegah atau menghindari penyakit
infeksi. Makanan bergizi, banyak minum air putih, olahraga teratur, serta istirahat yang
cukup dapat menjaga badan untuk tetap sehat
Imunisasi
Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh supaya tidak mudah terserang
penyakit yang dibawa oleh virus/bakteri.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Kebersihan diri merupakan sumber kenyamanan yang paling utama. Kebersihan diri yang
tidak terawat akan mempermudah menempelnya kuman-kuman di tubuh, yang dapat
menjadi jalan masuk berbagai jenis penyakit.
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK ISPA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Alamat
5. Riwayat Kesehatan

A. Keadaan Umum
1. Keadaan sakit
Klien tampak sakit sedang; pucat tapi aktif bergerak. Riwayat kesehatan sekarang:
Batuk/ flu selama 4 hari, sekret pada hidung, demam naik turun ± 4 hari yang diukur
dengan termometer. BAB 1 x tadi pagi, konsistensi lunak, warna kekuningan.

2. TTV
a. Kesadaran : Compos mentis c. Suhu : 36ºC (Axilaris)
b. Nadi : 114x/m (teratur) d. Respirasi : 24 x/m (Irama: teratur,
Jenis :Pernafasan dada)
Data Subjektif Data Objektif

Ibu klien mengatakan: - Klien batuk/ flu


- Klien batuk/ flu ± 4 hari - Terdapat sekret di hidung
- Klien demam naik - Kesadaran compos mentis
turun ± 4hari - Akral hangat
- Klien BAB 1 x tadi pagi, - TTV:
biasa
· N : 114x/menit
- Tidak mengetahui
penyebab anaknya · R : 24x/menit
sakit seperti sekarang. · SB : 36ºC
- Orang tua klien tampak cemas
- Keluarga klien bertanya-tanya tentang kondisi
klien
- Ekspresi wajah orang tua klien gelisah
No. DATA DIAGNOSA

DS: Bersihan jalan nafas tidak


1
Ibu klien mengatakan: efektif
- Klien batuk/ flu ± 4 hari
- Klien demam naik turun ± 4hari

DO:
- Klien batuk/ flu
- Terdapat sekret di hidung
- TTV:
· N : 114x/menit
· R : 24x/menit
· SB : 36ºC
INTERVENSI, IMPLEMENTASI, dan EVALUASI
PERENCANAAN

Tujuan
N dan
DIAGNOSA Intervensi Rasional IMPLEMENTASI EVALUASI
O
Kriteria
Hasil

1 2 3 4 5 6 7

1. Untuk 1. Mengkaji S:
1 Bersihan Setela Mandiri : melihat
jalan nafas frekuensi Orang tua
h sejauh
tidak efektif 1. Kaji dan pola klien
dilaku mana
Berhubung frekuensi pernafasan. mengataka
kan atau ketidaknya R: R = 24
an dengan n akan:
peningkata tinda kedalaman manan x/m, pola
klien - Membantu
n produksi kan pernafasan pernafasa
dalam klien Latihan
sekret dan n dada nafas sering
gerakan bernafas.
dada
Ditandai Kepera 2. Bantu 2.Untuk 2.Mengajarkan ibu -Membant
watan memudah klien untuk u klien
dengan: pasien
selama membantu klien Melakuka
DS: latian nafas kan
latihan nafas
15 menit ekspansi n batuk
Ibu klien sering. sering.
diharap paru R: ibu klien dapat produktif
mengataka kan 3.Tunjukan -Memberika
membantu mengajarkan teknik
n: bersiha atau bantu nafas dalam kepada n banyak
silia untuk
- Klien n jalan pasien klien minum air
3.Memperta
batuk/flu 4 nafas mempelajari 3. Menganjurkan hangat pada
hari hankan
efektif melakukan klien
-Klien jalan nafas orang tua klien
batuk efektif. paten
demam untuk memberi
naik turun
klien banyak
4hari
minum air hangat.
R: ibu klien
mengatakan akan
memberi klien
banyak minum air
hangat
DO: Dengan 4. Anjurkan 4. Untuk 5.Menganjurka O:
Kriteria klien untuk mencegah n kepada orang
-Klien batuk/ hasil: mengguna penularan tua klien untuk R klien: 24
flu - Jalan nafas kan masker terhadap memakaikan x/m dengan
-Terdapat paten individu masker kepada
sekret di lain. klien. pola
dengan
hidung R: ibu klien pernafasan
bunyi nafas
-TTV: mengatakan
bersih dada
akan
-N : -Meningkat membelikan
114x/mnt nya masker untuk A: Masalah
-R : pengeluaran klien. teratasi
24x/mnt sekret
-SB : 36ºC P: tidak ada
intervensi
lanjut
PPOK/COPD
DEFINISI
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION
PULMONARY DISEASE) merupakan istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. Sedangkan PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) adalah suatu
kondisi kronis yang berkaitan dengan
sekelompok penyakit : emfisema, asma dan
bronchitis
ETIOLOGI
Faktor – faktor yang menyebabkan
timbulnya Penyakit Paru Obstruksi
Kronis
1. Merokok merupakan > 90% resiko
untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok
dianggap peka dan mengalami
penurunan fungsi paru secara cepat.
Pajanan asap rokok dari lingkungan telah
dikaitkan dengan penurunan fungsi paru
dan peningkatan resiko penyakit paru
obstruksi pada anak.
2. Polusi udara dan kehidupan perkotaan
berhubungan dengan peningkatan resiko
morbiditas PPOK.
PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk
proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme
dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini
terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi,
difusi dan perfusi. Ventilasi adalah
proses masuk dan keluarnya udara dari
dalam paru. Difusi adalah peristiwa
pertukaran gas antara alveolus dan
pembuluh darah, sedangkan perfusi
adalah distribusi darah yang sudah
teroksigenasi.
PENATALAKSANAAN

● Pencegahan yaitu mencegah kebiasaan


merokok, infeksi, polusi udara’
● Rehabilitasi, pasien cenderung menemui
kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan
sosialisasi agar terhindar dari depresi.
Rehabilitasi pada pasien dengan penyakit
paru obstruksi kronis adalah fisioterapi,
rehabilitasi psikis dan rehabilitasi pekerjaan
● Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi
aktivitas fisik
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Diagnosa
Data Fokus Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan

DS : Perubahan pola nafas Setelah dilakukan -Observasi TTV klien,


berhubungan dengan tindakan keperawatan Kaji frekuensi, irama
- Klien mengatakan
nafas terasa berat obstruksi jalan nafas selama 3x24 jam masalah dan kedalaman
oleh sekret dan keperawatan perubahan pernapasan Auskultasi
- Klien mengatakan tumor paru
dada terasa sesak
pola nafas sedikit teratasi. bunyi napas dan catat
Kriteria Hasil: adanya bunyi napas
- Klien mengatakan -Klien mengatakan sesak klien
nafas terasa capek hilang/berkurang
-Pernapasan vesikuler -Bantu ubah posisi klien
-RR = 18-22 x/menit dan tinggikan kepala
klien 450
DO: -Menunjukkan pola nafas -Observasi pola batuk
normal/efektif dan karakteristik sekret.
-Keluarga mengatakan -TTV normal
saat klien ke kamar mandi TD : 120/80 -140/90 mmHg -Lakukan kolaborasi
klien tampak ngos-ngosan N : 60-100 x/menit RR :18-22 untuk pemberian terapi
x/menit oksigen 3 L/menit
-Ronchi (+)
S : 36,5 -37,5oC
TTV klien -Lakukan kolaborasi
TD :140/90 mmHg untuk pemberian terapi
RR : 27 x/ menit obat bricasma 2amp,
N : 88 x/menit ceftriaxon 1x2gr,
amlodipin 1x5mg
S : 36,8 derajat Celcius
Implementasi Keperawatan Evaluasi

1. Mengobservasi TTV klien S : -Klien mengatakan sesak sedikit berkurang setelah


diuap
2. Mengkaji frekuensi, irama
dan kedalaman pernapasan klien, O : -Klien masih terlihat sesak
Mengauskultasi bunyi nafas
dan mencatat bunyi nafas klien -Klien diposisikan semifowler dengan 450

3. Mengkaji tingkat pemahaman klien -Klien mampu mempraktekkan batuk efektif


tentang penyakit -TTV : TD 140/80 mmHg, N 76 x/menit RR 24 x/menit,
4. Melakukan kolaborasi untuk -S 360C
pemberian terapi obat bricasma 2
amp, metyl prednisolon 3x62,5 gr, A : Masalah keperawatan perubahan pola nafas belum
lasal ekspektoral syrup 3x1, ceftriaxon teratasi
1x2 gr, amlodipin 1x5 gr
P : Lanjutkan intervensi
Observasi TTV klien
Lakukan kolaborasi untuk pemberian terapi obat bricasma
2 amp, metyl prednisolon 3x62,6 gr, lasal ekspektoral syrup
3x1, ceftriaxon 1x2 gr, amlodipin 1x5 gr
THANK YOU!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icon by Flaticon, and infographics & images from Freepik

Anda mungkin juga menyukai