Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MTBS

INFLUENZA PADA ANAK

OLEH :
KUMARUDHINI AKBAR, S. Kep
NIM : 113063J120036

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
JALAN H. ZAFRY ZAM ZAM NO 08 BANJARMASIN
TELEPON & FAX (0511) 3361654

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


Rabu, 15 Juli 2020

A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 4 tahun 7 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : DS. B
No.RM : 20.xx.xx
Tgl MRS :-
Dx Medis : Influenza

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Ibu pasien menjelaskan membawa anaknya berobat karena batuk-batuk.
2. Riwayat penyakit sekarang:
Ibu pasien mengatakan “mulai jam 12 malam tadi anak ini mulai batuk dan
panas, batuknya ada dahaknya sedikit dan berwarna putih, panas tidak
terlalu tinggi hanya saja tidak mau turun-turun, ada muntah 1 kali setelah
minum susu, tadi malam ada di kompres sekali sekitar 1 jam, tapi karena
panasnya tidak turun-turun, tidak dicoba kompres lagi, jadi dibawa berobat,
tidur malam juga kurang nyenyak, kalau makan dan minum susu seperti
biasa saja”.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah sakit berat dan MRS,
biasanya ke puskesmas hanya karena sakit bersin-bersin, pilek biasa”.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Ibu pasien mengatakan bahwa di dalam rumah kakak perempuan pasien
juga lebih dulu mengalami gejala yang dialami seperti pasien saat ini,
namun saat ini sudah sembuh.

C. Data Tambahan
1. TTV : Temp = 37,6 0C, Pulse = 120 x/menit, Resp = 28
x/menit.
2. Antropometri : BB = 18,5 Kg, TB = 106 cm (Status Gizi : Gizi baik
= 99% x)
3. Hasil Laboratorium : -

D. Data Fokus
I : Anak tampak lemah, konjungtiva tidak anemis, tonsil tidak bengkak dan
memerah, dahak berwarna putih, penggunaan otot bantu napas (-), pola
napas normal, pasien tampak memeluk ibunya sambil minum susu dari
botol susu.
P : Akral teraba hangat, taktil fremitus sama kuat pada kedua lapang paru.
P : Jantung = pekak, Paru = sonor pada kedua lapang paru.
A : Jantung = S1 S2 tunggal “lub” “dub”, Paru = vesikuler pada kedua lapang
paru.
E. Analisa Data

Problem Etiology Sign and symptom


Ketidakefektifan Etiologi (Life Data Subjektif :
bersihan jalan style, imunitas Ibu pasien mengatakan
napas menurun ) “batuk sejak 2 hari yang
lalu, batuk berdahak namun
susah untuk dikeluarkan,
hipersekresi warna dahak putih”.
mukus
Data Objektif :
Tampak beberapa kali batuk
Dahak berwarna putih
Penumpukan
Temp = 37,6 0C, Pulse =
eksudat
120 x/menit, Resp = 28
x/menit.

Mukus
berlebihan

Sekret
menumpuk pada
bronkus

Akumulasi sekret
dibronkus
(Batuk)
F. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebihan

2. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan
jalan napas kembali efektif.
3. Kriteria Hasil
a. Keluarga pasien dapat menyebutkan cara penanganan penyakit
b. Keluarga pasien dapat menyebutkan kembali cara penanganan penyakit
yang dapat dilakukan
c. Anak mampu batuk efektif dan keluarga pasien/ anak memahami
mengenai penanganan yang dapat dilakukan di rumah terhadap kondisi
yang dialami anak
4. Intervensi mandiri
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Kaji pola napas dan suara napas
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat kepada
anak
d. Ajarkan pasien teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
e. Jelaskan pada keluarga penanganan yang dapat dilakukan di rumah
pada penyakit/ kondisi yang dialami anak
5. Rasional
a. Hasil dari pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan keadaan umum
anak
b. Mengetahui seberapa banyak mukus menjadi obstruksi jalan napas
c. Membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk dikelurkan
d. Membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi
tanpa menyebabkan sesak napas dan keletihan
e. Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang penanganan pada
penyakit/ kondisi yang dialami anak
6. Implementasi
a. Mengkaji tanda-tanda vital anak seperti mengkaji suhu tubuh
menggunakan termometer, mengkaji nadi dengan teknik palpasi arteri
radialis, mengkaji pernapasan dengan teknik inspeksi dan palpasi pada
saat anak inspirasi dan ekspirasi, dan di dapatkan hasil : TTV (Temp =
36,30C, Pulse = 89x/menit, Resp = 24x/menit)
b. Mengkaji pola napas dan suara napas menggunakan stetoskop pada
bagian lapang paru dan didapatkan hasil pola napas normal dan suara
napas vesikuler
c. Menganjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat
kepada anak dan didapatkan hasil anak merasa lebih nyaman setelah
minum air hangat
d. Mengajarkan pendidikan kesehatan kepada orang tua dan pasien (anak)
tentang teknik batuk efektif dan latihan napas dalam dengan cara
meminta pasien mendemonstrasikan apa yang kita ajarkan, langkahnya
tarik napas dalam lewat hidung, kemudian hembuskan secara perlahan
lewat mulut. Lakukan sebanyak 3 kali, dan setelah hembusan napas
terakhir batukkan dahak kedalam wadah yang (kom sputum) yang
sudah disediakan dan didapatkan hasil anak dapat mengeluarkan dahak
lebih banyak dari sebelumnya.
e. Menjelaskan pada keluarga penanganan yang dapat dilakukan di
rumah pada penyakit/ kondisi yang dialami anak seperti selalu
memberi minum air/susu yang cukup untuk menjaga hidrasi, jaga
kebersihan makanan juga minuman, tidak membuang dahak di
sembarang tempat, dan memberikan obat yang didapat dari dokter
sesuai aturan pakai, serta tidak lambat untuk membawa anak ke
pelayanan kesehatan terdekat jika keadaan anak tak kunjung membaik
dan didapatkan hasil keluarga tampak mengerti dan memahami apa
yang telah disampaikan perawat.

7. Evaluasi
S : Ibu pasien mengatakan “sekarang sudah lebih mengerti, dan paham
sekarang apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dan apa saja hal-hal
yang bisa dilakukan di rumah dengan kondisi/ keadaan anak seperti ini
yang telah diajarkan.”
O:
- Anak tampak lemah
- Anak tampak kurang mampu mempraktekkan batuk efektif secara
maksimal
- Ibu pasien tampak memahami apa yang telah dijelaskan perawat
- TTV : Temp = 36,20C, Pulse = 85x/menit, Resp = 22x/menit
- Pola napas normal, auskultasi paru vesikuler pada kedua lapang paru
pasien tampak mendengarkan dengan baik dan aktif bertanya.

A : Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas


berhubungan dengan mukus berlebih teratasi
P : Lanjutkan Intervensi di Rumah (Keluarga memberikan air minum
yang hangat kepada anak dan bantu anak/pasien untuk batuk efektif
dan napas dalam seperti yang diajarkan oleh petugas kesehatan
(perawat) di Puskesmas.

8. Penatalaksanaan
Tatalaksana avian ifluenza meliputi tatalaksana umum untuk stabilisasi
penderita dan tatalaksana khusus untuk eliminasi agent penyebab dan
kemungkinan adanya infeksi sekunder atau komplikasi yang lebih berat.
Pertimbangan perawatan penderita avian influenza sangat bergantung kepada
berat ringannya penyakit. Apabila kasus masih meragukan dan berdasarkan
penilaian tidak memerlukan rawat inap, maka perlu diberikan pendidikan
kesehatan perorangan baik untuk keluarga maupun anak (cuci tangan, memakai
masker) dan segera membawa anak atau pergi ke sarana kesehatan apabila
bertambah berat. Bila ada indikasi klinis, pasien dirawat dengan memperhatikan
kewaspadaan pengendalian infeksi yang memadai (appropriate infection control
precautions). Pertimbangan apakah penderita dirawat di ruang isolasi atau ruang
perawatan intensif (Pediatric Intensive Care Unit = PICU) juga didasari pada
derajad beratnya penyakit, yang dapat dilihat dari manifestasi klinis dan data
laboratorium. Penderita perlu dirawat frekuensi napas lebih dari 30 kali per
menit (pada anak ≥ 40 kali/menit), dispneu (sesak napas), FiO, infiltrat > 50 %
atau mengenai banyak lobus paru, tekanan sistolik kurang dari, 90 mmHg atau
tekanan diastolik kurang dari 60 mmHg, membutuhkan ventilator mekanik, syok
septik, membutuhkan vasopressor, (dopamin/dobutamin) > 4 jam, fungsi ginjal
memburuk (serum kreatinin ≥ 4, mg/dl).
9. Tatalaksana Umum
Karena manifestasi klinis yang terjadi pada seorang penderita avian influenza
A (H5N1) sangat berfariasi, maka evaluasi yang mendetil dan tatalaksana awal
yang lebih tepat sangat diperlukan. Beberapa rumah sakit yang berfungsi sebagai
rujukan telah membuat prosedur tetap penanganan penderita avian influenza
ini.14 Penderita dapat dirawat di ruang isolasi sambil melakukan pemeriksaan
laboratorium dan rontgen toraks. Perawatan di ruang isolasi dimaksudkan karena
ditakutkan adanya transmisi melalui udara.Dalam perawatan perlu diperhatikan
oksigenasi dan hidrasi penderita. Pemberian oksigen dilakukan jika terdapat
sesak napas dan cenderung ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi
O2 > 90%. Hidrasi dapat dilakukan dengan memberi cairan parenteral dan
minum banyak. Asupan cairan yang memadai dan istirahat merupakan unsur
penting dalam tatalaksana avian influenza. Pada kasus dengan distres pernafasan,
maka dilakukan pengobatan sesuai prosedur Respiratory Distres Sindrome (RDS)
pada lazimnya, dan penderita dimasukkan ke ruang perawatan intensif.
10. Tatalaksana Khusus
Dalam tatalaksana khusus terhadap avian influenza, beberapa tindakan yang
menjadi prioritas adalah pemberian obat-obatan dan tatalaksana untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya kegagalan pernafasan. Pemberian obat-obatan meliputi
anti viral, antibiotik, dan antipiretik. Antibiotika diberikan dengan pertimbangan
bahwa secara radiologis, anak yang mengalami infeksi avian influenza A (H5N1)
menunjukkan gambaran pneumonia pada saat masuk. Antibiotika yang diberikan
disesuaikan dengan pedoman tatalaksana aquired pneumonia yang ada Obat-obat
antiviral yang pernah digunakan untuk terapi avian influenza adalah oseltamivir,
zamamivir, amantadine dan rimantadine. Oseltamivir yang hanya tersedia dalam
bentuk oral, sampai saat ini masih merupakan obat antiviral primer pilihan untuk
terapi avian influenza A (H5N1). Oseltamivir merupakan inhibitor neuroamidase
(NA) virus influenza A (H5N1) yang selektif. Neuramidase virus memecah residu
sialic acid terminal dan menghancurkan reseptor yang dikenali NA virus yang
terdapat di permukaan sel. Mekanisme enzimatik ini penting untuk pengeluaran
virus dari sel terinfeksi. Interaksi antara oseltamivir dan NA menyebabkan
perubahan tempat kerja aktif enzim dan inhibisi aktivitas enzim. Inhibisi aktivitas
NA menyebabkan agregasi virus di permukaan sel dan mengurangi penyebaran
virus di saluran nafas. Obat oseltamivir harus diberikan dalam 48 jam setelah awitan
gejala. Pemberian oseltamivir dalam 48 jam ini didasarkan pada replikasi virus
yang mencapai puncaknya pada 48 jam. Hasil penelitian multisenter yang
dilakukan pada 1426 penderita yang mendapat pengobatan dengan oseltamivir 75
mg, 2 kali sehari, selama 5 hari, secara dini memperlihatkan terjadinya pemendekan
lama sakit. Pengobatan dalam 12 jam setelah awitan demam mengurangi lama
penyakit selama 3 hari dibandingkan dengan pemberian dalam 48 jam. Selain itu
juga mengurangi lama demam, beratnya gejala. Walaupun dosis optimal oseltamivir
untuk avian influenza (H5N1) belum dapat ditentukan, tetapi dosis yang
direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) adalahoseltamivir
2 mg/kg, diberikan 2 kali sehari (dosis maksimum 75 mg) selama 5 hari. Alternatif
dosis lain yang juga dapat digunakan menurut WHO adalah seperti tercantum.
Tabel 1. 1 Alternatif Dosis Oseltamivir Untuk Anak.
Berat Badan Atau Usia Dosis per kali pemberian Fekwensi Pemberian

≤ 15 kg 30 mg 2 kali sehari
> 15 – 23 kg 45 mg 2 kali sehari
> 23 – 40 kg 60 mg 2 kali sehari
> 40 kg 75 mg 2 kali sehari
Usia ≥ 13 tahun 75 mg 2 kali sehari

11. Efek samping


Oseltamivir meliputi nausea, rasa tidak enak di perut dan muntah yang bersifat
sementara dan terjadi pada pemberian dosis pertama. Untuk mengurangi keluhan
tersebut, maka obat diberikan obat bersama makanan. Obat ini diberikan untuk
pengobatan pada anak usia lebih dari 1 tahun. Pada anak dibawah 1 tahun tidak
direkomendasikan untuk diberikan karena dikhawatirkan terjadi toksisitas otak
karena sawar darah-otak yang masih imatur. Selain oseltamivir, ada antivirus
lainnya yang juga digunakan dalam tatalaksana avian influenza, yaitu zanamivir,
amantadine dan rimantadine. Zanamavir merupakan analog sialic acid yang
menghambat NA virus influenza A dan B.
12. Mekanisme kerjanya
Sama dengan oseltamivir. Bioavailabilitas oral zanamivir rendah sehingga obat
diberikan dalam bentuk serbuk pernasal atau perinhalasi. Efek sampingnya
adalah wheezing, bronkospasme, dan penurunan fungsi paru. Pemberian obat ini
pada pasien dengan penyakit saluran respiratorik memerlukan pengawasan yang
ketat, tersedia bronkodilator, dan segera dihentikan bila timbul efek samping.
Zanamivir diberikan sebagai pengobatan influenza pada anak lebih dari 7 tahun.
Dosis zamamivir adalah 10 mg diberikan dua kali sehari selama 5 hari. Disamping
pemberian anti virus, dalam tatalaksana avian influenza juga diberikan antibiotik
dan antipiretik. Antibiotik diberikan terutama untuk mengatasi kemungkinan
infeksi sekunder. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa sebagian besar pasien
yang dirawat karena influenza A (H5N1) secara radiologis menunjukkan
gambaran pneumonia pada saat masuk. Infeksi bakteri dipikirkan bila demam
menetap atau naik turun, atau terjadi perburukan keadaan klinis lain. Pemilihan
jenis antibiotika disesuaikan dengan kemungkinan penyebab, yang biasanya
bersesuaian dengan usia anak. Untuk penurunan suhu tubuh dapat digunakan
parasetamol dan ibuprofen. Jangan memberikan salisilat (seperti aspirin) pada
anak, karena ditakutkan terjadinya sindrom reye.

Anda mungkin juga menyukai