Anda di halaman 1dari 21

KASUS II

ANAK DENGAN ASMA BRONKIAL

OLEH:

SRIADI

I4052201006

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2020
KASUS 2 ANAK DENGAN ASMA

Pasien anak laki-laki, usia 3 tahun, berat badan 12 kg, datang dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai batuk dan muntah 5
kali berupa makanan yang dimakan sebanyak ¼ gelas belimbing. Batuk tidak
disertai dahak, darah, dan tidak terdengar suara whoop di ujung batuk. Sesak
nafas terjadi sampai bibir berwarna kebiruan, disertai suara mengi, dan tidak
dipengaruhi oleh perubahan posisi. Batuk dan sesak dirasakan terutama bila udara
dingin atau bila pasien kelelahan karena terlalu aktif atau banyak beraktivitas.
Sesak dan batuk dirasakan semakin memberat pada malam hari terutama saat
udara dingin, serta berkurang setelah diberikan obat sirup batuk pilek.

Sebelumnya pasien juga sering mengalami sesak nafas terutama pada


malam hari pada usia 1 tahun. Pasien sempat dirawat di rumah sakit, dikatakan
menderita radang paru, kemudian sembuh. Sekitar 3 bulan setelah keluar dari
rumah sakit, keluhan batuk dan sesak kembali timbul, namun pasien hanya
dibawa berobat ke bidan dan mendapat obat sirup batuk pilek, kemudian pasien
kembali sembuh. Pada 5 bulan lalu, keluhan batuk dan sesak nafas kembali
timbul, pasien hanya diberi obat sirup batuk pilek dan sembuh. Saat ini keluhan
sesak nafas dan batuk kembali timbul, namun karena sesak nafas disertai bibir
kebiruan, akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit.

Terdapat riwayat alergi dingin pada pasien. Riwayat asma, alergi debu dan
dingin pada keluarga ada, yaitu pada ibu dan nenek pasien. Riwayat merokok
pada keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sesak nafas, compos mentis, nadi 120x/menit, pernafasan 42x/menit, suhu
36,5℃. Pada status generalis tampak kepala normochephal, konjungtiva
ananemis, sklera anikterik, telinga dalam batas normal, hidung simetris, napas
cuping hidung tidak ada, bibir sianosis. Pada leher tampak trakea di tengah dan
simetris. Pada pemeriksaan thoraks terdapat retraksi subcostal, pergerakan dinding
dada cepat, taktil fremitus simetris kanan dan kiri, perkusi hipersonor, dan
auskultasi terdengar vesikuler menurun serta wheezing meningkat pada akhir
ekspirasi pada kedua lapang paru. Pada cor dan abdomen dalam batas normal.
Pada ekstremitas tidak terdapat edema dan tidak ada sianosis. Tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.

Diagnosis kerja pada pasien adalah asma bronkial derajat ringan episodik
jarang, dengan penatalaksanaan secara nonmedikamentosa dilakukan edukasi agar
menghindari alergen berupa udara dingin dan membatasi aktivitas fisik
berlebihan, dan secara medikamentosa yaitu dengan nebulisasi ventolin 1,25 mg
dengan NaCl 0.9%, ampicillin 400 mg/8 jam, dan ranitidin 6,25mg/12 jam.
Prognosis pasien ini secara umum baik selama pasien menghindari faktor
pencetus timbulnya asma [CITATION Ema15 \l 1057 ].

A. Komunikasi Efektif Pada Anak Dengan Asma


Komunikasi sebagai alat utama perawat dalam menyampaikan empati, rasa
hormat dan regimen keperawatan pada anak dan keluarga. Komunikasi efektif
juga merupakan hal yang sangat penting dan kunci keberhasilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak [CITATION Ind19 \l 1057 ].
Pada kasus ini pasien berusia tiga tahun dimana pasien masuk ke tahap
perkembangan toddler. Pada tahap perkembangan toddler kemampuan bicara
anak sudah berkembang, anak dapat menguasai 200-900 kata sehingga
perawat dapat berkomunikasi secara verbal dan non verbal. Disamping itu
yang dapat perawat perhatikan saat berkomunikasi dengan anak adalah
menjaga intonasi suara, penglihatan, kontak mata, sikap/ postur tubuh,
menjaga jarak fisik, serta sentuhan. Hati-hati jangan sentuh anak dan dihindari
kontak fisik dengan anak apabila anak belum mengenal perawat, dan membina
hubungan saling percaya dengan anak akan memberikan rasa aman pada anak[
CITATION Anj16 \l 1057 ].
B. Keterampilan Interpersonal Pada Anak Dengan Asma
Pada kasus ini pasien berusia 3 tahun dan sejak usia 1 tahun pasien sering
mengalami sesak nafas terutama pada saat malam hari. Pada kasus ini pasien
berada pada tahap perkembangan toddler dimana sifat anak pada tahapan
tumbuh kembang ini adalah egosentris, rasa ingin tahu dan inisiatif yang
tinggi. Oleh karena itu anak perlu di beritahu akan segala sesuatu yang terjadi
pada dirinya dan semua tindakan yang akan di lakukan perlu di beritahukan
secara jelas pada anak[ CITATION Muh18 \l 1057 ]. Dengan mengetahui
sifat anak pada tahap perkembangan tersebut perawat dapat melakukan
interpersonal skill terutama dalam berkomunikasi dengan pasien agar perawat
dapat membina saling percaya dan pasien merasa aman. Adapun keterampilan
yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut:
1. Perawat dapat berkomunikasi dengan anak dengan menggunakan objek
transisional seperti boneka sebelum bertanya langsung pada anak untuk
mengurangi kecemasan anak. Posisi tubuh yang terbaik adalah sejajar
dengan pandangan mata anak. Perawat juga harus konsisten dalam
berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal. Jadi, jangan tertawa atau
tersenyum saat dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada
anak, misalnya diambil darah, dipasang infuse, dan lain-lain. Berbicara
dengan kalimat yang singkat, jelas, dan spesifik, menggunakan kata- kata
sederhana dan konkret [CITATION Ind19 \l 1057 ].
2. Perawat dapat melakukan anamnesa dan pengkajian di awal untuk
mengumpulkan informasi data klien sehingga dapat membuat diagnosa
keperawatan yang tepat dan dapat memberi tindakan asuhan keperawatan
sesuai permasalahan klien.
3. Perawat dapat berkolaborasi dengan keluarga untuk membantu
berlangsungnya tindakan keperawatan
4. Perawat dapat berkolaborasi dengan dokter dalam terapi yang harus
dijalankan pasien.
5. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim radiologi untuk memantau
perkebangan hasil rotgen thorax klien.
C. Teknologi Dan Informasi Pada Anak Dengan Asma
Pada kasus ini perawat dapat memberikan edukasi kepada keluarga tentang
asma teruma apa saja faktor-faktor yang dapat memicu dan memperberat
terjadinya asma pada anak. Agar mempermudah perawat juga dapat
memberikan selebaran atau leaflet mengenai asma kepada keluarga. Leaflet
merupakan suatu alat atau media promosi untuk mempermudah penyampaian
informasi [ CITATION Nur181 \l 1057 ]. Selain mendapatkan edukasi dari
tenaga kesehatan, keluarga dapat menggunakan teknologi yaitu habdphone
untuk mencari informasi mengenai masalah kesehatan yang dialamioleh
anaknya. Pada kasus ini teknologi yang dapat membantu proses penyembuhan
penyakit asma pada pasien adalah sebagai berikut:
1. Nebulizer
Nebulizer merupakan alat untuk memberikan obat secara inhalasi. Terapi
inhalasi masih menjadi pilihan utama pemberian obat yang bekerja
langsung pada saluran napas terutama pada kasus asma. Prinsip alat
nebulizer yaitu mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunkan mouthpiece atau
masker. Ada beberapa model nebulizer seperti:[CITATION Ang20 \l 1057
].
a. Nebulizer jet-aerosol
Nebulizer jet-aerosol dengan penekanan udara (compresor nebulizer)
memberikan tekanan udara dari pipa ke cup yang berisi obat cair untuk
memecah cairan kedalam bentuk partikel-partikel uap kecil yang dapat
dihirup ke dalam saluran nafas.

b. Nebulizer Ultrasonik
Nebulizer ultrasomil mneggunakan gelombang ultrasonik (vibrator
dengan freekuensi tinggi) untuk secara perlahan merubah obat dari
bentuk cair ke bentuk aerosol basah.

c. Nebulizer Mini Portable


Nebulizer mini portebel berukuran kecil, dapat dioperasikan dengan
menggunakan baterai dan tidak berisik sehingga nyaman digunakan.

2. Spirometri
Spirometri merupakan alat untuk melakukan tes fungsi paru. Tes fungsi
saluran pernafasan atau tes fungsi paru digunakan untuk mengukur
kemampuan bekerja yang dilakukan oleh paru-paru dalam proses
pernapasan. Dari hasil tes ini akan terlihat sebuah grafik yang menjelaskan
skala kerja paru-paru sehingga dokter dapat mendiagnosa seseorang
menderita asma. Ada dua alay yang dapat digunakan untuk mengukur
fungsi paru-paru, yaitu body plethymograph yang berupa kabin tertutup
dimana pasien masuk kedal kabin untuk pengetesan, mulut dimasukan
kedalam alat yang ada dikabin kemudian pasien diminta untuk bernafas
normal dan adakalanya pasien di suruh menarik nafas dalam kemudian
hasil tes dihubungkan ke monitor yang memperlihatkan hasil dari
pengetesan berupa grafik yang mirip dengan spirometri [ CITATION
Gra13 \l 1057 ].

D. Proses Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Asma


1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama = An. L
Jenis kelamin = laki-laki
Umur = 3 tahun
Pendidikan =-
Pekerjaan =-
Tanggal Pengkajian = 30/10/2020
Diagnosa Masuk = Asma Bronkial
Sumber Informasi = Jurnal Kasus
2) Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Saat ini klien mengeluh sesak nafas samapi bibirnya berwarna
kebiruan dan sisertai batuk dan muntah 5 x berupa makanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan sesak nafas sejak satu hari yang lalu.
Keluhan disertai batuk dan muntah 5 kali berupa makanan yang
dimakan sebanyak ¼ gelas belimbing. Batuk tidak disertai dahak,
darah, dan tidak terdengar suara whoop di ujung batuk. Sesak nafas
terjadi sampai bibir berwarna kebiruan, disertai suara mengi, dan
tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Batuk dan sesak
dirasakan terutama bila udara dingin atau bila pasien kelelahan
karena terlalu aktif atau banyak beraktivitas. Sesak dan batuk
dirasakan semakin memberat pada malam hari terutama saat udara
dingin, serta berkurang setelah diberikan obat sirup batuk pilek.
Akibat sesak nafas disertai kebiruan akhirnya klien di bawa
kerumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada usia 1 tahun pasien sempat dirawat di rumah sakit, dikatakan
menderita radang paru, kemudian sembuh. Sekitar 3 bulan setelah
keluar dari rumah sakit, keluhan batuk dan sesak kembali timbul,
namun pasien hanya dibawa berobat ke bidan dan mendapat obat
sirup batuk pilek, kemudian pasien kembali sembuh. Pada 5 bulan
lalu, keluhan batuk dan sesak nafas kembali timbul, pasien hanya
diberi obat sirup batuk pilek dan sembuh.
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pada kasus tidak dijelaskan riwayat kehamilan dan persalinan
pasien. Seharusnya riwayat persalinan perlu dikaji karena
berdasarkan penelitian Lestari, (2011) mengatakan kejadian asma
pada bayi yang lahir melalui operasi caesarea memberi angka
sebesar 17% [ CITATION Les11 \l 1057 ].
e. Imuniasasi
Pada kasus tidak dijelaskan riwayat imunisasi klien. Secara teori
dan penelitian tidak ada hubungan antara imunisasi dengan
kejadian asma pada anak.
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pada kasus tidak dikaji riwayat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sebaiknya riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak
perlu dikaji untuk menilai apakah pertumbuhan dan perkembangan
anak terganggu. Menurut dokter spesialis paru-paru dr. Dilla
Laswantina dikutip dari radartasikmalaya.com mengatakan asma
yang dialami anak bisa membuat mereka tidak leluasa melakukan
aktivitas sehingga mengganggu tumbuh kembang anak. Batuk-
batuk dimalam hari mengganggu kualitas tidur anak, yang
berdampak pada pertumbuhannya [ CITATION Rad19 \l 1057 ].
Klien adalah seorang anak laki-laki yang berusia 3 tahun dengan
berat badan 12 kg
g. Riwayat keluarga
Ibu dan nenek klien memiliki riwayat asma, alergi debu dan dingin.
3) Perubahan Pola Perkembangan
a. Pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan setiap anaknya mempunyai keluhan batuk
dan sesak nafas kembali timbul, pasien hanya diberi obat sirup
batuk pilek.
b. Pola Nutrisi
Pada kasus tidak dilakukan pengkajian pola nutrisi. Seharusnya
pola nutrisi klien perlu dikaji untuk melihat apakah klien
mengalami gangguan saat makan atau tidak karena biasanya anak
dengan asma akan mengalami dispnea saat menelan yang
menyebabkan anak mengalami penurunan nafsu makan
[ CITATION Per19 \l 1057 ]

c. Pola Eliminasi
Pada kasus tidak dilakukan pengkajian pola eliminasi. Secara
umum orang yang menderita asma tidak mengalami gangguan pola
eliminasi jika tidak ada penyakit penyerta pada eliminasinya
[ CITATION Som07 \l 1057 ].
d. Pola Istirahat-tidur
pada kasus tidak ada pengkajian pola istirahat-tidur tetapi dikasus
disebutkan klien Anak L sesak dan batuk dirasakan semakin
memberat pada malam hari terutama saat udara dingin, serta
berkurang setelah diberikan obat sirup batuk pilek secara langsung
hal ini akan mengganggu istirahat dan tidur klien. Seharusnya
dilakukan pengkajian pola istirahat-tidur untuk mengetahui seberat
apa gangguan yang dialami klien terutama pada istirahat dan tidur
karena secara teori asma terjadi kekambuhan dan memberat pada
malam hari karena cuaca dingin[CITATION Ema15 \l 1057 \m
alC16].
e. Personal Hygiene
Pada kasus tidak ada pengkajian hygiene. Secara teori asma tidak
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menjaga kebersihan
diri. Apalagi pada kasus anak berusia 3 tahun pasti orang tua akan
selalu menjaga kebersihan diri anaknya [ CITATION Som07 \l
1057 ].
f. Pola Aktivitas
Klien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas karena batuk dan
sesak dirasakan terutama bila udara dingin atau bila pasien
kelelahan karena terlalu aktif atau banyak beraktivitas
4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sesak Nafas
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital : Nadi 120x/Menit, Pernafasan 42x/Menit,
Suhu 36,5℃.
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kepala
Kepala tampak normochephal, rambut hitam, kepala terlihat
bersih
b) Mata
Konjungtiva klien anemis dan sklera aniterik
c) Hidung
Bentuk hidung simetris dan tidak ada napas cuping hidung
d) Mulut
bibir klien tampak sianosis
e) Telinga
Telinga simetris, tidak ada kelainan
f) Leher
Pada leher tampak trakea di tengah dan simetris. Tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
g) Toraks dan Paru
Pada pemeriksaan thoraks terdapat retraksi subcostal,
pergerakan dinding dada cepat, taktil fremitus simetris kanan
dan kiri, perkusi hipersonor, dan auskultasi terdengar vesikuler
menurun serta wheezing meningkat pada akhir ekspirasi pada
kedua lapang paru.
h) Jantung
Jantung dalam batas normal. Klien tidak ada nyeri dada, irama
jantung teratur, CRT < 3 detik.
i) Abdomen
Pada abdomen dalam batas normal. Bentuk simetris, supel,
tidak ada lesi, auskultasi timpani, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba massa dan tidak ada pembesaran hepar, dan bising usus
dalam batas normal (20x/menit).
j) Ekstermitas dan persendian
Pada ekstremitas tidak terdapat edema dan tidak ada sianosis.
e. Dampak Hospitalisasi
Pada kasus tidak dijelaskan dampak hospitalisasi namun dilihat
dari riwayat klien yang sudah pernah di rawat di rumah sakit
sebelumnya klien sudah mampu beradaptasi dengan kondisi yang
ada di rumaah sakit.
f. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menentukan penilaian derajat serangan asma diperlukan
juga pemeriksaan fungsi paru. Pemeriksaan fungsi paru mulai dari
pengukuran sederhana, yaitu peak expiratory flow rate (PEFR) atau
arus puncak ekspirasi (APE), pulse oxymetry, spirometri sampai
pengukuran yang kompleks, yaitu muscle strength testing, volume
paru absolutserta kapasitas difusi. Pemeriksaan analisis gas darah
merupakan baku emas untuk menilai parameter pertukaran gas.
Pada uji jalan napas, hal yang penting adalah melakukan manuver
ekspirasi paksa secara maksimal. Tetapi, pemeriksaan ini hanya
dapat dilakukan pada anak usia di atas 6 tahun. Pemeriksaan
rontgen thoraks menjadi pertimbangan untuk menentukan adanya
kelainan lain atau penyakit pada paru. Namun, pada pasien ini
tidak dilakukan rontgen thoraks karena keluhan pasien hanya
berlangsung singkat dan tidak ada keluhan yang mengarah ke
kelainan atau penyakit paru lain. Uji provokasi bronkus juga
dilakukan untuk melihat adanya reaksi hipersensitivitas bronkus
terhadap adanya alergen yang menjadi pencetus terjadinya
serangan asma.
g. Terapi
Penatalaksanaan secara nonmedikamentosa dilakukan edukasi agar
menghindari alergen berupa udara dingin dan membatasi aktivitas
fisik berlebihan, dan secara medikamentosa yaitu dengan
nebulisasi ventolin 1,25 mg dengan NaCl 0.9%, ampicillin 400
mg/8 jam, dan ranitidin 6,25mg/12 jam.
2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS: asma Ketidakefektifan
- Berdasarkan kasus bersihan jalan napas
klien mengalami
sesak nafas dan
batuk tidak
berdahak
DO:
- Sesak nafas
disertai bibir
kebiruan
- Wheezing
- Ventilasi
menurun
- Retraksi subcotal
- RR: 42x/menit
DS: klien sesak Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
setelah melakukan antara suplai dan
aktivitas dan kebutuhan oksigen
kelelahan
DO:
- Keadaan tampak
sesak nafas
- Bibir terlihat
kebiruan

3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan asma
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
4. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen Jalan nafas
bersihan jalan asuhan keperawatan 1. Monitor status
nafas berhubungan diharapkan pola pernafasan dan
dengan asma nafas klien kembali oksigenasi, sebagaimana
normal dengan mestinya
kriteria hasil 2. Kelola pengobatan
NOC: aerosol
Status pernafasan: 3. Kelola nebulizer
kepatenan jalan ultrasonik, sebagaimana
nafas mestinya
1. Frekuensi 4. Motivasi pasien untuk
pernafasan bernafas pelan, dalam,
normal berputar dan batuk
2. Irama 5. Gunakan teknik yang
pernafasan menyenangkan untuk
teratur memotivasi bernafas
3. Tidak ada suara dalam kepada anak-anak
nafas tambahan 6. Auskultasi suara nafas,
4. Tidak ada catat area yang
dispnea saat ventilasinya menurun
beraktivitas dan atau tidak ada dan suara
istirahat tambahan
5. Tidak ada batuk Manajemen Asma
1. Tentukan dasar status
pernafasan sebagai titik
pembanding
2. Monitor reaksi asma
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Dapatkan rencana
tertulis dengan keluarga
untuk mengatasi
kekambuhan
5. Ajarkan klien/keluarga
untuk mengidentifikasi
dan menghindari
pemicu
Intoleransi Setelah dilakukan NIC
aktivitas asuhan keperawatan Manajemen Energi
berhubungan diharapkan 1. Tentukan jenis dan
dengan
intoleransi aktivitas banyaknya aktivitas
ketidakseimbanga
n antara suplai dan berkurang yang dibutuhkan untuk
kebutuhan oksigen NOC menjaga ketahanan
Toleransi 2. Bantu pasien untuk
terhadap aktivitas menjadwalkan periode
1. Kemudahan istirahat
bernafas ketika 3. Instruksikan orang yang
beraktivitas terdekat dengan pasien
tidak terganggu mengenai kelelahan
2. Kemudahan (gejala yang mungkin
dalam muncul dan kekambuhan
melakukan yang mungkin nanti
aktivitas hidup akan terjadi)
harian 4. Bantu pasien
3. Frekuensi mengidentifikasi pilihan
fernafasan aktivitas-aktivitas yang
ketika akan dilakukan
beraktivitas 5. Monitor sistem
tidak terganggu kardiorespirasi pasien
4. Saturasi selama beraktivitas
oksigen ketika (dispnea, pucat dan
beraktivitas frekuensi pernafasan)
tidak terganggu 6. Konsultasi dengan ahli
gizi mengenai cara
meningkatkan asupan
energi dari makanan

5. Implementasi Keperawatan

NO Diagnosa Implementasi
1 Ketidakefektifan 1. Memonitor status pernafasan dan
bersihan jalan nafas oksigenasi, sebagaimana
berhubungan dengan mestinya
asma 2. mengelola pengobatan aerosol
- dengan nebulisasi ventolin
1,25 mg dengan NaCl 0.9%
3. Memotivasi pasien untuk
bernafas pelan, dalam, berputar
dan batuk
4. Menggunakan teknik yang
menyenangkan untuk memotivasi
bernafas dakam kepada anak-
anak
5. Mengauskultasi suara nafas, catat
area yang ventilasinya menurun
atau tidak ada dan suara
tambahan
6. Menentukan dasar status
pernafasan sebagai titik
pembanding
7. Memonitor reaksi asma
8. Mengajarkan teknik relaksasi
9. Mendapatkan rencana tertulis
dengan keluarga untuk mengatasi
kekambuhan asma klien
10. mengajarkan klien/keluarga untuk
mengidentifikasi dan menghindari
pemicu asma

2 Intoleransi aktivitas 1. Menentukan jenis dan banyaknya


berhubungan dengan aktivitas yang dibutuhkan untuk
ketidakseimbangan menjaga ketahanan
antara suplai dan 2. Membantu pasien untuk
kebutuhan oksigen menjadwalkan periode istirahat
3. Menginstruksikan orang yang
terdekat dengan pasien mengenai
kelelahan (gejala yang mungkin
muncul dan kekambuhan yang
mungkin nanti akan terjadi)
4. Membantu pasien
mengidentifikasi pilihan
aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan
5. Memonitor sistem kardiorespirasi
pasien selama beraktivitas
(dispnea, pucat dan frekuensi
pernafasan)
6. Mengkonsultasi dengan ahli gizi
mengenai cara meningkatkan
asupan energi dari makanan

6. Evaluasi

Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan bersihan S:
jalan nafas berhubungan - keluarga mengatakan keadaan klien
dengan asma sudah lebih baik, keluhan sesak
mulai berkurang, mengi berangsur
berkurang
O:
- Klien tidak sesak
- Pernafasan kembali normal
- Klien tampak lebih tenang
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi sebelumnya dan
- Monitor ttv
- Monitor tanda dan gejala
kekambuhan
Intoleransi aktivitas S:
berhubungan dengan - Keluarga mengatakan klien sudah
ketidakseimbangan antara mulai dapat beraktivitas
suplai dan kebutuhan O:
oksigen - Klien tampak dapat beraktivitas
tanpa sesak lagi
A: masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

E. Menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan etis dan legal


Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif
atau kemungkinan. Keputusan etis dibuat berdasarkan kesepakatan antara
pasien dan perawat. Oleh karena itu seorang perawat harus mampu
meyakinkan pasien bahwa keputusan etis yang diambil adalah berdasarkan
analisa dan pertimbangan yang matang. Kesepakatan persetujuan antara pasien
pasien dan perawat tentang keputusan tindakan tersebut dapat berupa informed
consent sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa keputusan etik tersebut
diambil berdasarkan kesepakatan bersama[ CITATION Lub20 \l 1057 ].
Adapun prinsip-prinsip etik yang dapat diterapkan oleh perawat adalah
sebagai berikut: [ CITATION Nur142 \l 1057 ]
1. Autonomy
Pada kasus ini perawat dapat mengambil langkah keputusan legal etik
dengan prinsip otonomi untuk membantu memutuskan atau memilih
pengobatan yang akan dijalani. Prinsip Autonomy yaitu menghargai
kemampuan individu yang mempunyai harga diri dan martabat, yang
mampu memutuskan sendiri hal hal berkaitan dengan dirinya. Otonomi
berarti kemampuan mengatur atau menentukan sendiri. Otonomi berakar
pada rasa hormat terhadap individu. Didalam prinsip otonomi, perawat
harus menghargai dan menghormati hak pasien untuk memilih dan
memutuskan sendiri pengobatannya [ CITATION Nur142 \l 1057 ].
2. Benefience
Benefience dimana pada kaidah ini, perawat dalam memberikan layanan
keperawatan harus selalu berorientasi pada upaya yang memberi seluas-
luasnya manfaat bagi kepentingan pasien. Bahkan bisa melewati batas
kepentingan pribadi (altruistic) [ CITATION Nur142 \l 1057 ]. Pada kasus
ini, perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya harus
semaksimal mungkin dan menerapkan prinsip yang akan memberikan
manfaat yang baik bagi pasien sehingga dapat membantu mempercepat
proses penyembuhan pasien dan mengurangi faktor-faktro yang dapat
merugikan atau kesalahan pada pasien ataupun keluarga.
3. Nonmalefiency
Pada kasus ini, perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak
harus dengan hati-hati dan harus mengikuti prosedure tindakan yang telah
ditetapkan sehingga tidak merugikan. Prinsip etik ini disebut
nonmalefiency yang berarti tidak merugikan pasien. Nonmaleficiency
adalah tidak melukai atau tidak membahayakan orang lain. Dalam hal ini
perawat dituntut untuk melakukan tindakan yang tidak membahayakan
atau berisiko menciderai pasiennya [ CITATION Nur142 \l 1057 ].
4. Veracity dan Confidentiality
Pada kasus ini perawat dapat menerapkan prinsip kejujuran dan
kerahasiaan pada pasien karena dengan kejujuran dan menjaga kerahasiaan
pasien yang ditangani, maka pesien akan mempercayai perawat dan pasien
dapat memberikan semua informasi mengenai permasalahan kesehatan
pasien seningga perawat tidak akan salah mengambil tindakan. Dengan
menerapkan prinsip ini menjadi ciri bahwa perawat memiliki citra yang
baik sebagai seorang professional [ CITATION Nur142 \l 1057 ].
F. Mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan
kesehatan anak dalam konteks keluarga
Pada kasus diatas tahap perkembangan anak usia pra-sekolah dimana anak
tersebut berumur 3 tahun dimana anak mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik, sosial dan kognitifnya. Pada tahap ini keluarga harus
dapat membantu anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
walaupun anak memiliki penyakit asma tapi keluarga tidak membatasi anak
untuk tumbuh dan berkembang, keluarga mengajari anak untuk
mengendalikan emosinya, mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang lain
dan melatih anak untuk disiplin[ CITATION Ali10 \l 1033 ].
G. Menjalankan fungsi advokat untuk mempertahankan hak klien dan
keluarga
Pada kasus diatas perawat dapat menjalankan tugasnya sebagai advokat yaitu
memberi informasi kepada pasien dan keluarga. Dalam kasus diatas keluarga
belum memahami terkait penyakit asma yang diderita oleh anaknya dimana
ketika anak mengeluh batuk dan sesak keluarga hanya membeli obat sirup
batuk filek. Disini perawat dapat memberi informasi dan edukasi kepada
keluarga terkait apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan keluarga
ketika anak mengalami kekambuhan asmanya karena sejak berumur 1 tahun
anak sudah terkena asma tetapi tidak ada pengobatan seperti inhaler atau
nebulizer yang disiapkan oleh keluarga di rumah untuk mengantisipasi ketika
suatu saat anak mengalami kekambuhan [ CITATION Afi13 \l 1033 ].
Daftar Pustaka
Afidah, E., & Sulisno, M. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat
Di Rumah Sakit Negeri Di Kabupaten Semarang. Jurnal Managemen
Keperawatan, 124-130.

al Cidadapi, I. (2016). Ramuan Herbal ala Thibun Nabawi: "mengupas


pengobatan herbal di dalam Thibun Nabawi". Bandung: Putra Ayu .

Ali, H. (2010). Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC.

Anggraini, S., & Relina, D. (2020). Modul Keperawatan Anak. Pontianak: Yudha
English Gallery.

Anjawarni, T. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarata Selatan: PP


SDM Kesehatan Kemenkes RI.

Graha, C. (2013). Terapi Untuk Anak Asma. Jakarta: Gramedia.

Imaniar, E. (2015). Asma Bronkial pada Anak. J Agromed Unila Vol.2 No. 4, 361-
364.

Indarwati, F. (2019). Buku Ajar: Konsep Komunikasi Dasar Keperawatan 1.


Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.

Lestari, W. (2011). Hubungan kejadian asma pada anak dengan riwayat cara
kelahiran pada keluarga dengan riwayat atopi di Kecamatan Kedung
Kandang Malang. Tesis.

Lubis, S. C. (2020). Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan. OSHFHOME,


1-9.

Muhith, A. (2018). Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health.


Yogyakarta: Andi.

Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y.
(2018). Promosi Kesehatan. Surabaya: Airlangga.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Pery, P. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. N. A Dengan Asma Bronkial,
di Ruangan Kenanga RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang. KTI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

RadarTasikmalaya. (2019, Juli 21). radartasikmalaya.com. Retrieved from Asma


ganggu perkembangan anak: https://www.radartasikmalaya.com/asma-
ganggu-perkembangan-anak/

Somantri, I. (2007). Keperawatan Medikal bedah: asuhan keperawatan pada


pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai