Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN : PERTUSIS DI RUANG NUSA INDAH BAWAH
RSUD DR. SLAMET GARUT

Di susun oleh
Nur Gesti 201FK01007

3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
KONSEP PENYAKIT
a. DEFINISI PENYAKIT
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan
ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal
disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993).
b. MANIFESTASI KLINIK
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih
dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :

1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal


a. Lamanya 1-2 minggu
Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih.
1)     Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2)     Batuk dan panas ringan
3)     Anoreksia kongesti nasalis
b. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
c.  Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket.
2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic
a. Lamanya 2-4 minggu
b.  Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang
bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas
pada akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 – 10 kali, selama batuk
anak tak dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai
menarik nafas denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi
melengking (whoop) dan diakhiri dengan muntah.Batuk ini dapat
berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa adanya infeksi
aktif dan dapat menjadi lebih berat.Selama serangan, wajah merah,
sianosis, mata tampak menonjol, lidah terjulur, lakrimasi, salvias dan
pelebaran vena leher.Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional
missal menangis dan aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).
3.  Stadium konvaresens
1)       Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
2)       Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang
3)       Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
4)       Anak merasa lebih baik
5)       Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat gangguan
pada saluran pernafasan.

4. ETIOLOGI

1. Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).


Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
pertusis,
2. Bronchiseptiea dan virus.

5. PATOFISIOLOGI
Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung bakteri Bordetella pertusis.
Perubahan inflamasi dipandang sebagai organisme proliferasi di mukosa sepanjang
saluran pernafasan, terutama di dalam bronkus dan bronkiolus, mukosa yang padat
dan disusupi dengan neutrofil, dan ada akumulasi lendir lengket dan leukosit di
lumina bronkial. gumpalan basil terlihat dalam silia epitel trakea dan bronkial, di
bawahnya yang ada nekrosis dari apithelium basiliar. Obstruksi parsial oleh plak
lendir di saluran pernapasan.(Wong,2004).
PATHWAY

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan darah lengkap(DL)  jumlah leukosit antara 11.000-75.000 sel /


m³darah.
2. Kultur Bordetella Pertusis
3. Foto Thorax menunjukkan adanya atelektasis

7. PENATALAKSANAAN MEDIK

1. Anti mikroba 
Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang dini. Eritromisin
merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling efektif
dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang
dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.
2. Kortikosteroid
a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
c. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari
Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada bayi muda dengan seragan
proksimal.

Salbutamol Efektif terhadap pengobatan pertusis dengan cara kerja :


a. Beta 2 adrenergik stimulan
1) Mengurangi paroksimal khas
2) Mengurangi frekuensi dan lamanya whoop
3) Mengurangi frekuensi apneu
b. Terapi suportif
1) Lingkungan perawatan penderita yang tenang
2) Pemberian makanan, hindari makanan yang sulit ditelan, sebaiknya
makanan cair, bila muntah diberikan cairan dan elektrolit secara
parenteral
3) Pembersihan jalan nafas
4) Oksigen
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1) Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan utama
Klien mengeluh batuk
b. Riwayat penyakit saat ini
c. Riwayat Persalinan
 Antenatal
 Natal
 Post natal
2) Riwayat Keperawatan sebelumnya
3) Riwayat kesehatan ibu
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada keluarga tentang di dalam keluarga ada yang menderita
penyakit keturunan atau menular.
5) Riwayat Nutrisi : Status Nutrisi
6) Riwayat Imunisasi
7) Riwayat Tumbuh Kembang
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem pernafasaan

Bentuk dada : normal


Pola nafas : tidak teratur
Suara napas : ronchi
Batuk : ya, ada secret
Retraksi otot bantu napas : ada
Alat bantu pernapasan : ada
2. Kardiovaskular
  

Irama jantung : regular


Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung ; normal
Akral : panas
3. Persyarafan
Keluhan pusing (+)
Gangguan tidur (+)
Penglihatan (mata) : anemia
Pendengaran (telinga) : tidak ada gangguan
Penciuman (hidung) : tidak ada gangguan
4.  Perkemihan
Kebersihan : bersih
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
5. Pencernaan
Nafsu makan : menurun
Porsi makan : tidak habis, 3 kali sehari
Mulut : bersih
Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument
Kemampuan pergerakan sendi : bebas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi mucul


2. Pola napas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ventilasi
3. Resiko kekurangan nutrisi b/d adanya mual dan muntah.
D. INTERVENSI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang berlebihan dan kental
Tujuan : status ventilasi saluran pernafasan baik
Kriteria Hasil :
a. Rata- rata pernafasan normal
b. Sputum keluar dari jalan nafas
c. Pernafasan menjadi mudah
d. Bunyi nafas normal
e. Sesak nafas tidak terjadi lagi
Intervensi :
- Berikan cairan hangat sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).
Rasional : cairan (khusunya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
secret
- pengisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan.
- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : menurunkan sekresi secret dijalan napas dan menurunkan
resiko keparahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubugan dengan dispnea
Tujuan : menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal
Kriteria hasil :
a. Frekuensi pernapasan normal
b. Bunyi paru jelas/bersih
c. Kedalaman paru dalam rentang normal
d. Bunyi napas normal
e. Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi
Intervensi :
- Posisikan anak dalam keadaan semi fowler
Rasional : posisi semifowler membantu mempermudahkan pernafasan
- Berikan oksigenasi dengan pemberian nasal kanul 3 lpm
Rasional : dengan pemberian oksigenasi kebutuhan oksigen terpenuhi
sehingga pola nafas menjadi efektif
3. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan adanya mual dan muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan peningkatan nafsu makan
2. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
Intervensi :
- Meminimalkan pemberian susu yang terlalu manis atau makanan yang
digoreng atau terlalu asin
Rasional : susu yang terlalu manis dan goreng-gorengan dapat
merangsang reflek batuk yang meningkat
- Pantau berat badan klien
Rasional : timbang berat badan dan catat peningkatan yang ada
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta :Salemba Medika


Ngastiah.2005.Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta:EGC
Staf  Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Info Medika
Suriadi, dan Yuliani Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Jakarta : PT Fajar
Interpratama.
Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai