Disusun oleh:
Ari Suci Nur Rohmah
(J230215023)
A. Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran udara yang terkait dengan adanya
obstruksi aliran udara dan peningkatan resistensi saluran udara karena adanya respon
untuk berbagai rangsangan (Barnes, 2014).
.Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur pasien, status atopi, faktor
keturunan, serta faktor lingkungan. Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi,
2016) yakni :
1. Asma bronkial Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain
penyebab alergi.
2. Asma kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
B. Etiologi
Menurut GINA (2018) faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya asma dibagi
menjadi dua factor, yaitu faktor yang menyebabkan perkembangan asma dan faktor yang
memicu gejala asma, diantaranya :
1. Faktor host
a. Genetik
b. Jenis kelamin
c. Obesitas
2. Faktor lingkungan
a. Alergen
b. Infeksi
c. Asap rokok
d. Makanan
C. Klasifikasi asma
Menurut GINA, (2018) asma dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Asma intermitten, ditandai dengan :
a. gejala kurang dari 1 kali seminggu
b. eksaserbasi singkat
c. gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan
2. Asma persisten ringan, ditandai dengan :
a. gejala asma malam >2x/bulan
b. eksaserbasi >1x/minggu, tetapi <1x/hari
c. eksaserbasi mempengaruhi aktivitas
3. Asma persisten berat, ditandai dengan :
a. APE atau VEP1 <60% prediksi
b. variabiliti APE atau VEP1 >30%
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo (2000)
dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
1. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
2. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
3. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
4. Wheezing belum ada
b. Stadium lanjut/kronik
1. Batuk, ronchi
2. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5. Thorak seperti barel chest
E. Patofisiologi
Patofisiologi asma pada anak menurut IDAI (2015), adalah sebagi berikut :
Obstruksi saluran napas Inflamasi saluran napas pada pasien asma merupakan
hal yang mendasari terjadinya gangguan fungsi paru. Obstruksi saluran napas
menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat kembali baik secara spontan
maupun setelah pengobatan.
F. Tata Laksana
1. Medis
Menilai dan monitor berat asma secara berkala .Penilaian klinis berkala
antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri. Terdapat 3
faktor yang dipertimbangkan :
1) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri dari pengontrol dan pelega.
2) Tahapan pengobatan, yaitu untuk :
Asma Intermiten, hanya medikasi pengontrol harian
Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian dengan
Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau
ekivalennya), dan alternati diberikan Teofilin lepas lambat,
kromolin dan leukotriene modifiers.
3) Penanganan asma mandiri (pelangi asma), yaitu kepatuhan dan
efektif penatalaksanaan asma dengan cara penderita mengontrol
asmanya secara mandiri. (Kusuma, 2016)
2. Non- Medis
a. Edukasi
Edukasi pasien dan keluarga pemegang keputusan, pembuat perencanaan
bidang kesehatan/asma, juga profesi kesehatan.
b. Kontrol secara teratur pada dokter dan konsul pada ahli paru, jika perlu
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata (nama pasien, tempat tnggal lahir, jenis kelamin, tanggal masuk sakit,
rekam medis.)
b. Keluhan utama : klien dengan asma adalah dyspnea, batuk, dan mengi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas
bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim), riwayat kelahiran dan riwayat
hospitalisasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya riwayat penyakit turunan atau penyakit
yang sama pada anggota keluarga atau tidak.
e. Riwayat Imunisasi : berupa BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis. (Nurarif &
Kusuma .2015)
f. Pengkajian Pola Fungsional (Gordon) :
Pola persepsi - penatalaksanaan sehat : Orang tua biasanya menganggap
sebagai penyakit serius ketika muncul sesak nafas yang mengganggu
aktifitas
Pola Metabolik Nutrisi : Muncul mual dan anoreksia sebagai dampak
penurunan oksigen jaringan gastrointestinal. Mengeluh lemah dan hilang
nafsu makan.
Pola Eliminasi :Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi BAK
maupun BAB.
Pola tidur – Istirahat :Anak mengalami sulit tidur karenan sesak nafas
Pola aktivitas – Latihan : Anak tampak turun aktifitas dan kelelahan
Pola kognitif – Persepsi : Penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak
mengakibatkan penurunan kognitif mengingat pada anak.
Pola persepsidiri – Konsep diri : Tampak gambaran orang tua terhadap
anak diam kurang bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap
orang lain meningkat.
Pola peran – Hubungan :Anak tampak malas kalau diajak bicara baik
dengan orang lain.
Pola seksualitas – Reproduktif : Pada kondisi sakit dan anak kecil masih
sulit terkaji.
Pola toleransi stress – Koping : Anak sering menangis disaat stress
Pola nilai – Keyakinan : Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring
dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum anak asma biasanya compos metis, lemah dan sesak nafas.
2. Head to toe, meliputi :
a) Pengkajian kepala, leher dan wajah
b) Pengkajian dada (rongga thorak), meliputi :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d. spasme jalan nafas (D.0001)
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
Kategori/Subkategori : Fisiologis/ Respirasi
Gejala tanda mayor : Subjektif : tidak tersedia. Objektif : 1. batuk tidak
efektif2. tidak mampu batuk.3. sputum berlebih.4. Mengi, wheezing dan /
atau ronkhi kering.5. Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.
Gejala tanda minor : Subjektif : Dispnea. Sulit bicara. Ortopnea. Objektif :
Gelisah. Sianosis. Bunyi napas menurun. Frekuensi napas berubah. Pola
napas berubah.
Kondisi klinis : Gullian barre syndrome. Sklerosis multipel. Myasthenia
gravis. Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE] ). Depresi sistem saraf pusat. Cedera Kepala
Stroke Kuadriplegia Sindron aspirasi mekonium Infeksi saluran Napas.
b. Pola Nafas Tidak Efektif b.d. hambatan upaya nafas (D.0005)
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Kategori/Subkategori : Fisiologis/ Respirasi
Gejala tanda mayor : Subjektif : 1. Ortopnea. Objektif : 1. Pernapasan
pursed-lip. 2. Pernapasan cuping hidung. 3. Diameter thoraks anterior—
posterior meningkat 4. Ventilasi semenit menurun 5. Kapasitas vital
menurun 6. Tekanan ekspirasi menurun 7. Tekanan inspirasi menurun 8.
Ekskursi dada berubah
Gejala tanda minor : Subjektif : 1. Dispnea. Objektif : 1. Penggunaan otot
bantu pernapasan. 2. Fase ekspirasi memanjang. 3. Pola napas abnormal
(mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes).
Kondisi klinis : 1. Depresi sistem saraf pusat 2. Cedera kepala 3. Trauma
thoraks 4.Gullian barre system 5. Multiple scleriosis 6. Myasthenia gravis 7.
Stroke 8.Kuadriplegia 9. Intoksikasi alkohol
c. Gangguan Pertukaran Gas b.d. ketidakseimbangan ventilasi perfusi ( D. 0003)
Definisi : Kelebihan atau kekuarangan oksigenasi dan atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Kategori/Subkategori : Fisiologis/ Respirasi
Gejala tanda mayor : Subjektif : 1. Dispnea. Objektif : 1. PCO2
meningkat / menurun. 2. PO2 menurun. 3. Takikardia. 4. pH arteri
meningkat/menurun. 5. Bunyi napas tambahan.
Gejala tanda minor : Subjektif : 1. Pusing. 2. Penglihatan kabur. Objektif :
1. Sianosis. 2. Diaforesis. 3. Gelisah. 4. Napas cuping hidung. 5. Pola
napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal). 6.
Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan). 7. Kesadaran menurun.
Kondisi klinis : 1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). 2. Gagal
jantung kongestif. 3. Asma. 4. Pneumonia. 5. Tuberkulosis paru. 6.
Penyakit membran hialin. 7. Asfiksia. 8. Persistent pulmonary
hypertension of newborn (PPHN). 9. Prematuritas. 10.Infeksi saluran
napas
d. Ansietas b.d. Ancaman terhadap kematian (D. 0080)
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Kategori/Subkategori : Psikologis/ Intregritas ego
Gejala tanda mayor : Subjektif : 1. Merasa bingung. 2. Merasa khawatir
dengan akibat. 3. Sulit berkonsenstrasi. Objektif : 1. Tampak gelisah. 2.
Tampak tegang. 3. Sulit tidur
Gejala tanda minor : Subjektif : 1. Mengeluh pusing 2. Anoreksia 3.
Palpitasi 4. Merasa tidak berdaya. Objektif : 1.Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat 3. Tekanan darah meningkat 4. Diaforesis 5.
Tremos 6. Muka tampak pucat7. Suara bergetar 8. Kontak mata buruk 9.
Sering berkemih 10. Berorientasi pada masa lalu.
Kondisi klinis : 1. Penyakit Kronis 2. Penyakit akut 3. Hospitalisasi 4.
Rencana opersai 5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas 6. Penyakit
neurologis 7. Tahap tumbuh kembang
Peningkatan Asisdosis
kerja pernafasan metabolik
Peningkatan
Kebutuhan oksigen Status asmatikus
Pola nafas
Hiperventilasi
tidak efektif
Retensi CO2
Asisdosis
respiratorik
DAFTAR PUSTAKA