Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh:
Ari Suci Nur Rohmah
(J230215023)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK

A. Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran udara yang terkait dengan adanya
obstruksi aliran udara dan peningkatan resistensi saluran udara karena adanya respon
untuk berbagai rangsangan (Barnes, 2014).
.Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur pasien, status atopi, faktor
keturunan, serta faktor lingkungan. Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi,
2016) yakni :
1. Asma bronkial Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain
penyebab alergi.
2. Asma kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
B. Etiologi
Menurut GINA (2018) faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya asma dibagi
menjadi dua factor, yaitu faktor yang menyebabkan perkembangan asma dan faktor yang
memicu gejala asma, diantaranya :
1. Faktor host
a. Genetik
b. Jenis kelamin
c. Obesitas
2. Faktor lingkungan
a. Alergen
b. Infeksi
c. Asap rokok
d. Makanan
C. Klasifikasi asma
Menurut GINA, (2018) asma dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Asma intermitten, ditandai dengan :
a. gejala kurang dari 1 kali seminggu
b. eksaserbasi singkat
c. gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan
2. Asma persisten ringan, ditandai dengan :
a. gejala asma malam >2x/bulan
b. eksaserbasi >1x/minggu, tetapi <1x/hari
c. eksaserbasi mempengaruhi aktivitas
3. Asma persisten berat, ditandai dengan :
a. APE atau VEP1 <60% prediksi
b. variabiliti APE atau VEP1 >30%
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo (2000)
dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
1. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
2. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
3. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
4. Wheezing belum ada

b. Stadium lanjut/kronik

1. Batuk, ronchi
2. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5. Thorak seperti barel chest
E. Patofisiologi
Patofisiologi asma pada anak menurut IDAI (2015), adalah sebagi berikut :

Obstruksi saluran napas Inflamasi saluran napas pada pasien asma merupakan
hal yang mendasari terjadinya gangguan fungsi paru. Obstruksi saluran napas
menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat kembali baik secara spontan
maupun setelah pengobatan.

Hiperreaktivitas saluran napas Penyempitan saluran napas secara berlebihan


merupakan patofisiologi yang secara klinis paling relevan pada penyakit asma. Tata
laksana

F. Tata Laksana
1. Medis
Menilai dan monitor berat asma secara berkala .Penilaian klinis berkala
antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri. Terdapat 3
faktor yang dipertimbangkan :
1) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri dari pengontrol dan pelega.
2) Tahapan pengobatan, yaitu untuk :
 Asma Intermiten, hanya medikasi pengontrol harian
 Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian dengan
Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau
ekivalennya), dan alternati diberikan Teofilin lepas lambat,
kromolin dan leukotriene modifiers.
3) Penanganan asma mandiri (pelangi asma), yaitu kepatuhan dan
efektif penatalaksanaan asma dengan cara penderita mengontrol
asmanya secara mandiri. (Kusuma, 2016)
2. Non- Medis
a. Edukasi
Edukasi pasien dan keluarga pemegang keputusan, pembuat perencanaan
bidang kesehatan/asma, juga profesi kesehatan.
b. Kontrol secara teratur pada dokter dan konsul pada ahli paru, jika perlu
G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata (nama pasien, tempat tnggal lahir, jenis kelamin, tanggal masuk sakit,
rekam medis.)
b. Keluhan utama : klien dengan asma adalah dyspnea, batuk, dan mengi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas
bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim), riwayat kelahiran dan riwayat
hospitalisasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya riwayat penyakit turunan atau penyakit
yang sama pada anggota keluarga atau tidak.
e. Riwayat Imunisasi : berupa BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis. (Nurarif &
Kusuma .2015)
f. Pengkajian Pola Fungsional (Gordon) :
 Pola persepsi - penatalaksanaan sehat : Orang tua biasanya menganggap
sebagai penyakit serius ketika muncul sesak nafas yang mengganggu
aktifitas
 Pola Metabolik Nutrisi : Muncul mual dan anoreksia sebagai dampak
penurunan oksigen jaringan gastrointestinal. Mengeluh lemah dan hilang
nafsu makan.
 Pola Eliminasi :Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi BAK
maupun BAB.
 Pola tidur – Istirahat :Anak mengalami sulit tidur karenan sesak nafas
 Pola aktivitas – Latihan : Anak tampak turun aktifitas dan kelelahan
 Pola kognitif – Persepsi : Penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak
mengakibatkan penurunan kognitif mengingat pada anak.
 Pola persepsidiri – Konsep diri : Tampak gambaran orang tua terhadap
anak diam kurang bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap
orang lain meningkat.
 Pola peran – Hubungan :Anak tampak malas kalau diajak bicara baik
dengan orang lain.
 Pola seksualitas – Reproduktif : Pada kondisi sakit dan anak kecil masih
sulit terkaji.
 Pola toleransi stress – Koping : Anak sering menangis disaat stress
 Pola nilai – Keyakinan : Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring
dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum anak asma biasanya compos metis, lemah dan sesak nafas.
2. Head to toe, meliputi :
a) Pengkajian kepala, leher dan wajah
b) Pengkajian dada (rongga thorak), meliputi :
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi

c) Pengkajian Abdomen dan Pelvis

 Inspeksi
 Auskultasi
 Palpasi
 Perkusi

2. Rencana Asuhan Keperawatan (Diagnosa, Hasil, Intervensi)

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d. spasme jalan nafas (D.0001)
 Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
 Kategori/Subkategori : Fisiologis/ Respirasi
 Gejala tanda mayor : Subjektif : tidak tersedia. Objektif : 1. batuk tidak
efektif2. tidak mampu batuk.3. sputum berlebih.4. Mengi, wheezing dan /
atau ronkhi kering.5. Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.  
 Gejala tanda minor : Subjektif : Dispnea. Sulit bicara. Ortopnea. Objektif :
Gelisah. Sianosis. Bunyi napas menurun. Frekuensi napas berubah. Pola
napas berubah.
 Kondisi klinis : Gullian barre syndrome. Sklerosis multipel. Myasthenia
gravis. Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE] ). Depresi sistem saraf pusat. Cedera Kepala
Stroke Kuadriplegia Sindron aspirasi mekonium Infeksi saluran Napas.
b. Pola Nafas Tidak Efektif b.d. hambatan upaya nafas (D.0005)
 Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
 Kategori/Subkategori : Fisiologis/ Respirasi
 Gejala tanda mayor : Subjektif : 1. Ortopnea. Objektif : 1. Pernapasan
pursed-lip. 2. Pernapasan cuping hidung. 3. Diameter thoraks anterior—
posterior meningkat 4. Ventilasi semenit menurun 5. Kapasitas vital
menurun 6. Tekanan ekspirasi menurun 7. Tekanan inspirasi menurun 8.
Ekskursi dada berubah
 Gejala tanda minor : Subjektif : 1. Dispnea. Objektif : 1. Penggunaan otot
bantu pernapasan. 2. Fase ekspirasi memanjang. 3. Pola napas abnormal
(mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes).
 Kondisi klinis : 1. Depresi sistem saraf pusat 2. Cedera kepala 3. Trauma
thoraks 4.Gullian barre system 5. Multiple scleriosis 6. Myasthenia gravis 7.
Stroke 8.Kuadriplegia 9. Intoksikasi alkohol
c. Gangguan Pertukaran Gas b.d. ketidakseimbangan ventilasi perfusi ( D. 0003)
 Definisi : Kelebihan atau kekuarangan oksigenasi dan atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
 Kategori/Subkategori : Fisiologis/ Respirasi
 Gejala tanda mayor : Subjektif : 1. Dispnea. Objektif : 1. PCO2
meningkat / menurun. 2. PO2 menurun. 3. Takikardia. 4. pH arteri
meningkat/menurun. 5. Bunyi napas tambahan.
 Gejala tanda minor : Subjektif : 1. Pusing. 2. Penglihatan kabur. Objektif :
1. Sianosis. 2. Diaforesis. 3. Gelisah. 4. Napas cuping hidung. 5. Pola
napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal). 6.
Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan). 7. Kesadaran menurun.
 Kondisi klinis : 1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). 2. Gagal
jantung kongestif. 3. Asma. 4. Pneumonia. 5. Tuberkulosis paru. 6.
Penyakit membran hialin. 7. Asfiksia. 8. Persistent pulmonary
hypertension of newborn (PPHN). 9. Prematuritas. 10.Infeksi saluran
napas
d. Ansietas b.d. Ancaman terhadap kematian (D. 0080)
 Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
 Kategori/Subkategori : Psikologis/ Intregritas ego
 Gejala tanda mayor : Subjektif : 1. Merasa bingung. 2. Merasa khawatir
dengan akibat. 3. Sulit berkonsenstrasi. Objektif : 1. Tampak gelisah. 2.
Tampak tegang. 3. Sulit tidur
 Gejala tanda minor : Subjektif : 1. Mengeluh pusing 2. Anoreksia 3.
Palpitasi 4. Merasa tidak berdaya. Objektif : 1.Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat 3. Tekanan darah meningkat 4. Diaforesis 5.
Tremos 6. Muka tampak pucat7. Suara bergetar 8. Kontak mata buruk 9.
Sering berkemih 10. Berorientasi pada masa lalu.
 Kondisi klinis : 1. Penyakit Kronis 2. Penyakit akut 3. Hospitalisasi 4.
Rencana opersai 5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas 6. Penyakit
neurologis 7. Tahap tumbuh kembang

PERENCANAAN KEPERAWATAN 3S (SDKI,SLKI,SIKI)


No Diagnosa (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 (D.0001) Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
interverensi 3 x 24 jam
Bersihan Jalan (I.01014)
diharapkan (L.01001)
Nafas Tidak Bersihan Jalan Nafas Observasi :
meningkat, Dengan kreteria
Efektif b.d. 1. Monitor frekuensi,
hasil :
spasme jalan 1. Mengi menurun irama, kedalaman
nafas
2. Wheezing menurun dan upaya nafas
3. Dispnea menurun 2. Monitor pola nafas
4.Frekuensi nafas membaik (seperti bradypnea,
5. Pola Nafas membaik takipnea,
hiperventilasi )
3. Auskultasi bunyi
nafas
4. Monitor saturasi
oksigen
Teraupetik :
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Manajemen Asma
(I.01010)
Observasi :
1. Monitor frekuensi
dan kedalaman
nafas
2. Monitor tanda dan
gejala hipoksia (mis.
Gelisah, penurunan
kesadaran)
3. Monitor bunyi nafas
tambahan (mis.
Wheezing, mengi)
4. Monitor saturasi
oksigen
Teraupetik :
1. Berikan posisi semi
fowler 30-45 º
2. Berikan oksigen 6-
15 L via sungkup
untuk
mempertahankan
SpO2 ˃90%
Edukasi :
1. Anjurkan nafas
lambat dan dalam
2. Ajarkan
mengidentifikasi
dan menghindari
pemicu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator sesuai
indikasi (mis.
Albuterol,
metaproterenol)
2. Kolaborasi
pemberian obat
tambahan jika tidak
responsive dengan
bronkodilator (mis.
Prednisolone,
methyprednisole,
aminoophyline)
2 (D.0005) Pola Setelah dilakukan  Pemberian Obat
interverensi 3 x 24 jam
Nafas Tidak Inhalasi (I.01015)
(L.01004) Pola Nafas akan
Efektif b.d. membaik, Dengan kreteria Observasi :
hasil :
hambatan upaya 1. Identifikasi
1. kapasitas vital meningkat
nafas kemungkinan alergi,
2.Tekanan ekspirasi
interaksi dan
meningkat
kontraindikasi obat
3.Tekanan inspirasi
2. Monitor tanda vital,
meningkat
dan nilai
4. Dyspnea menurun
laboratorium
5. penggunaan otot bantu
sebelum pemberian
nafas menurun
obat, jika perlu
6. pemanjangan fase ekspirasi
3. Monitor efek
menurun
samping, toksisitas
7. pernafasan pursed-lip
dan interaksi obat
menurun
Teraupetik :
8. pernafasan cuping hidung
1. Lakukan prinsip
menurun
enam benar (pasien,
9. frekuensi nafas membaik
obat, dosis, waktu,
10. kedalaman nafas
rute, dokumentasi)
membaik
2. Kocok inhaler
selama 2-3 detik
sebelum digunakan
3. Lepaskan penutup
inhaler dan pegang
terbalik
4. Posisikan inhaler di
dalam mulut
mengarahkan ke
tenggorokan dengan
bibir ditutup rapat
Edukasi :
1. Anjurkan ekspirasi
lambat melalui
hidung atau dengan
bibir mengkerut
2. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
cara pemberian obat
3. Jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping obat
 Evidense Based
Practice : Gambaran
pemberian terapi
inhalasi dan
oksigenasi pada
pasien asma bronkial
di IGD RSU
Muhammadiyah
Bantul 2016
 Hasil : Hasil
pemberian terapi
inhalasi nebulizer
didapatkan hasil
kategori baik
sebanyak 57,7%,
kategori cukup
sebanyak 42,8%.
Pada pemberian
terapi oksigen
dikategorikan baik
yaitu 100%
3 (D.0003) Setelah dilakukan  Terapi Oksigen
interverensi 3 x 24 jam
Gangguan (I.01026)
(L.01003) Pertukaran Gas
Pertukaran Gas meningkat, Dengan kriteria Observasi :
hasil :
b.d. 1. Monitor aliran
1. Dyspnea menurun
ketidakseimbanga 2.Bunyi Nafas Tambahan oksigen secara
menurun
n ventilasi perfusi periodic dan pastikan
3. Diaforesis menurun
4. gelisah menurun fraksi yang diberikan
5. nafas cuping hidung
cukup
menurun
6. PCO2 membaik 2. Monitor efektivitas
7. PO2 membaik
terapi oksigen (mis.
8. takikardi membaik
9. pola nafas membaik Oksimetri, agd)
Teraupetik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2. Berikan oksigen
tambahan , jika
perlu
Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentu
dosis oksigen
 Manajemen jalan
nafas (I.01012)
Observasi :
1. Monitor pola nafas
(frekuensi,kedalaman,
usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi
kering)
Teraupetik :
1. Posisikan semi
fowler atau fowler
2. Berikan oksigen, jika
perlu
 Pengaturan Posisi
(I.01019)
Observasi :
1. Monitor status
oksigenasi sebelum
dan sesudah
mengubah posisi
Teraupetik :
1. Atur posisi untuk
mengurangi sesak
(fowler/semi)
Edukasi :
1. Informasikan saat
akan dilakukan
perubahan posisi
 Evidense Based
Practice: Asuhan
Keperawatan
Pemberian Terapi
Oksigenasi Pada
Anak Usia
Prasekolah Dengan
Gangguan Pola Nafas
Pada Asma Bronchial
Di Rumah Sakit
Umum Daerah Prof.
Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto
2019
Hasil : Pemberian
terapi oksigenasi pada
anak usia prasekolah
terdapat adanya
perubahan terhadap
saturasi oksigen, irama
pernafasan dan respirasi
selama pemberian
oksigenasi dengan
aliran 3 liter/menit
selama 3 hari berturut-
turut yang
menggunakan nasal
kanul.
4 (D.0080) Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
interverensi 3 x 24 jam
b.d. Ancaman (I.09314)
(L.09093) Tingkat Ansietas
terhadap menurun, Dengan kreteria Observasi :
hasil :
kematian 1. Identifikasi saat
1. Perilaku gelisah menurun tingkat ansietas
2. perilaku tegang menurun
berubah (mis.
3. Anoreksia menurun
4. frekuensi pernafasan Kondisi, waktu,
menurun
stressor)
5. frekuensi nadi menurun
6. diaporesis menurun 2. Monitor tanda tanda
7. pucat menurun
ansietas (verbal-non
verbal)
Teraupetik :
1. Ciptakan suasana
teraupetik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
Edukasi :
1. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
2. Latih Teknik
relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas , jika
perlu
H. Web Of Caution

Ekstrinsik Instrinsik/ Idiopatik

Respon alergi/ Ansietas


Kecemasan
Hipereaktivitas

Inflamasi Sumbatan Spasme otot Ketegangan di


Edema
dinding mukus bronchus seluruh tubuh
bronchus

Obstruksi saluran Penerapan teknik


Wheezing Alveoli tertutup
nafas relaksasi otot
(bronchospasme) progresif

Bersihan jalan Penyempitan Ganguan


nafas tidak hipoksemi
jalan nafas pertukaran gas
efektif

Peningkatan Asisdosis
kerja pernafasan metabolik

Peningkatan
Kebutuhan oksigen Status asmatikus

Pola nafas
Hiperventilasi
tidak efektif

Retensi CO2

Asisdosis
respiratorik
DAFTAR PUSTAKA

Amin H, Hardhi K (2017). Asuhan Keperawatan Praktis, Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jogjakarta: MediAction.
Barnes, K., & Kapoor, R. (Ed). (2016). Paediatrics. London New York Oxford
Philadelphia, Sydney: Elsevier.
Center for Disease Control and Prevention. (2018). CDC- Asthma Healthy Schools. U.S.
Department of Health and Human Services diakses pada tanggal 20 Desember 2018
dari https://www.cdc.gov/healthysch ools/astast.
Dharmayanti, I, Hapsari, D, Dan Azhar Khadijah (2016). Asma Pada Anak Di
Indonesia: Penyebab Dan Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol9 No 4
Hal 321
Global Initiative for Asthma (GINA). (2018). Global Strategy of Asthma Management
and Prevention (2018 update). https://ginasthma.org. Diakses pada tanggal 17
November 2021.
IDAI (2015) Pedoman Nasional Asma Anak, Pedoman Nasional Asma Anak.
Nurarif & Kusuma, (2016). (Terapi Komplementer Akupresure. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai