Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

“ANEMIA PADA IBU HAMIL”

Oleh :

Ari Suci Nur Rohmah (J230325023)


Melinda Kristiyanti (J230325024)
Cinantya FitriLila L (J230215025)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2021
A. Anemia Pada Ibu Hamil
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai waktunya dilahirkan. Kehamilan dibagi
menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama yaitu usia 0 sampai 12 minggu
pertama, triwulan kedua 13 minggu sampai 28 minggu, dan triwulan 29
minggu sampai 42 minggu (Manuaba,2012).
Kehamilan diiringi dengan perubahan tubuh, baik secara anatomis, fisiologis,
maupun biokimiawi. Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan zat besi
pada masa kehamilan. Peningkatan kebutuhan ini untuk memenuhi kebutuhan
janin guna bertumbuh karena pada pertumbuhan janin memerlukan zat besi,
pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah ibu. Kebutuhan zat besi
selama trimester I atau pada 3 bulan awal kehamilan relatif sedikit yaitu
0,8mg/hari, kemudian mengalami meningkatkan selama trimester II dan III,
yaitu 6,3mg/hari (Arisman, 2011). Selama kehamilan, wanitahamil mengalami
peningkatan plasma darah sehingga 30% sel darah 18%, tetapi Hb hanya
bertambah 19%. Sehingga frekuensi anmeia pada kehamilan cukup tinggi
(Irianto, 2014).
2. Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau konsetrasi
pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk
seluruh kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II (Pratami, 2016). Menurut
Irianti (2014) selama kehamilan, ibu hamil mengalami peningkatan plasma
darah sehingga 30% sel darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Sehingga
berakibat, frekuensi anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
3. Penyebab anemia
Menurut Pratami (2016)penyebab anemia yaitu :
1) Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding
dengan peningkatan volume plasma
2) Defesiensi zat besi megakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb),
dimana zat besi adalah salah satu membentuk hemoglobin.
3) Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan
ketidaktahuan tentang pola makan yang benar.
4) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak dan pendaraahan akibat luka.
5) Mengalami dua kehamilan berdekatan
6) Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
7) Hamil saat masih remaja
4. Tanda dan gejala Anemia pada ibu hamil
Menurut Proverawati (2011)tanda dan gejala anemia seperti :
1) Kelelahan
2) Penurunan energi
3) Sesak nafas
4) Tampak pucat dan kulit ringan
5) Tekanan darah rendah
6) Frekuensi pernafasan cepat
7) Kulit kuning disebut Jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah
merah.
8) Sakit kepala
9) Tidak bisa berkonsetrasi
10) Rambut rontok
11) Malaise
5. Patofisiologi Anemia dalam kehamilan
Pengenceran daarh (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan
peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah merah 18%-
30% dan hemoglobin 19% secara fisiologi hemodilusi membantu meringkan
kerja jantung. Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
maksimum pada usia kehamilan 24 minggu atau trimester II dan terus
meningkat hingga usia kehamilan di trimester ke II (Reeder, dkk, 2014).
Anemia pada ibu hamil dapat berdampak tegangnya kesehatan pada ibu hamil
maupun janin yang sedang dikandungnya. Permasalahan kesehatan pada janin
dan ibu hamil dari dampak anemia dapat berupa abortus, persalinan prematur,
infeksi, dan perdarahan saat persalinan. Bahaya lainnya dapat menimbulkan
resiko terjadinya kematian intra uteri, abortus, berat badan lahir rendah, resiko
terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga
kematian perinatal atau tingkat intelegensi bayi rendah (Pratami, 2016)
Ibu hamil dengan anemia biasanya muncul keluhan ibu hamil dengan anemia
merasa lemah, lesu, letih, pusing, tenaga berkurang, pandangan mata
berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, melalui
pemeriksaan fisik akan di temukan tanda tanda pada ibu hamil seperti pada
wajah di selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat.
Bahkan pada oenderita anemia yang berat dapat berakibat penderita sesak
nafas ataupun bisa menyebabkan lemah jantung (Syaftrudin, 2011).
6. Pathway
7. Penatalaksanaan anemia pada kehamilan

A. Penatalaksanaan Secara Medis


a) Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang
tidak menunjukan tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar
Hb lebih dari 10,0 g/dl terbukti memberi dampak positif (Pratami,
2016).
b) memberikan terapi Vitamin B.com 3x1, Fe 300mg 1x1, Vitamin C
250mg 3x1, ZatBesi 120mg dan Asam Folat peroral 500mg 1x1.
B. Penatalaksanaan Non medis
a) memberikan konseling pada ibu mengenai makanan yang banyak
mengandung zat besi dan cara pengolahannya. Beberapa contoh
makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging sapi,
ayam, sarden, roti gandum, kapri, buncis panggang, kacang merah,
sayuran berdaun hijau, brokoli, daun bawang, bayam dan telur.
(Proverawati, 2012).
C. Klasifikasi anemia pada kehamilan
1) Anemia defisiensi besi
Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anemia yang timbul karena
kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan
fungsi lain didalam tubuh terganggu dan tidak berjalan dengan
sebagaimana fungsinya (Adriani, 2012). Defisiensi zat besi terjadi saat
jumlah zat besi yang diserap dalam tubuh tidak dapat mencukupi
kebutuhan tubuh.
2) Anemia defisiensi asam folat ( megaloblastik)
Asam folat merupakan satu satunya vitamin yang kebutuhanya berlipat
dua kali lipat ketika seorang ibu dalam masa hamil. Kekurangan asam
folat mengakibatkan peningkatan kepekaan, lelah berat,dan gangguan
tidur pada ibu hamil. Kekurangan asam folat yang besar
mengakibatkan anemia megaloblastik atau megalositik karena asam
folat berperan penting dalam metabolisme.
3) Anemia defesiensi B12 (Perniciosa)
Anemia dengan disertai dengan rasa letih yang parah merupakan akibat
dari defesiensi B12 yang kurang dari kebutuhan tubuh. Vitamin ini
sangat penting dalam pembentukan RBC (sel darah merah). Anemia
perniciosa biasanya tidak disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
dalam makanan, melainkan ketidaksediaan faktor instrinsik yaitu
sekresi gaster yang diperlukan untuk penyerapan vitamin B12 dalam
tubuh ibu hamil.
Klasifikasi anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menunjukan status anemia
pada ibu hamil didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang telah
ditetapkan dalam 3 kategori yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan
(8-9 gr/dl) dan anemia (<8gr/dl) (Irianto, 2014).
D. Komplikasi
1) Komplikasi Anemia pada ibu hamil menurut Pratami (2016)
Kondisi anemia sangat menggangu kesehatan ibu hamil sejak awal
kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa
kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya
infeksi, ancaman dekompenasasi jantung jika Hb kurang dari 6,0g/dl,
mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau
ketuban pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama
persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala
pertama yang berlamgsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat
melelahkan ibu dan sering kali mengakibtkan tindakan operasi, kala
ketiga yang retensi yang retensi plasenta dan perdarahan postpartum
akibat atonia uterus, atau perdaarahan postpartum sekunder dan atonia
uterus pada kala ke empat. Bahaya yang dapat timbul adalah resiko
terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan perdarahan
postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera setelah
persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau peningkatan
resiko terjadinya infeksi payudara.
2) Komplikasi Anemia pada janin menurut Pratami, 2016. Anemia terjadi
pada ibu hamil juga membahayakan janin yang dikandungnya. Karena
asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun kedalam tubuh janin sehingga
dapat timbul pada janin adalah resiko terjadinya kematian intrauteri,
resiko terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko terjadinya
cacat bawaan, peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian
perinatal, atau tingkat intiligensi bayi rendah.

Anda mungkin juga menyukai